• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORETIS. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORETIS. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Pembelajaran

Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir, manusia mendapat pembelajaran di lingkungan keluarga. Pembelajaran ini merupakan dasar bagi manusia untuk mendapatkan pendidikan formal di lingkungan sekolah. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir.

Pembelajaran merupakan hal yang penting dalam proses perubahan perilaku seseorang. “Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia menunjukkan perubahan perilakunya (Wikipedia, 2010). Sebagaimana di katakan bahwa “Proses adalah urutan perubahan yang berkesinambungan untuk mencapai tujuan belajar” (Wikipedia, 2010). Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003, menyebutkan bahwa: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah urutan perubahan yang berkesinambungan dalam proses interaksi peserta didik, pendidik, dan sumber belajar pada lingkungan belajar tertentu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara pendidik dan peserta didik. Seperti dikemukakan oleh Sagala (2005:61) “Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

(2)

dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Pengertian tersebut menyiratkan adanya dua proses yang saling berhubungan dalam pembelajaran, yaitu proses belajar dan mengajar.

Belajar merupakan tuntutan setiap individu dalam melakukan perubahan tingkah laku untuk mencapai perkembangan dalam hidupnya. Melalui belajar setiap individu memperoleh perubahan-perubahan dalam dirinya sendiri atau kematangan kepribadiannya. Seperti dinyatakan oleh Makmun (2002:157) “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu”.

Untuk menciptakan kondisi belajar yang lebih kondusif, tentu berkaitan dengan aspek mengajar. Aspek mengajar ini tentu tidak terlepas dari peran serta guru sebagai pengajar. Arti mengajar itu sendiri adalah “Kegiatan yang dilakukan guru dan anak didik secara bersama-sama untuk memperoleh pengetahuan melalui proses pembelajaran yang akhirnya membentuk perilaku atau kepribadian anak.” (Thoifuri, 2008:37). Selain Thoifuri, pengertian mengajar juga dikemukakan oleh Ali (1987:12) “Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan”. Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pada dasarnya aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ialah siswa, dan pada hakekatnya mengajar merupakan upaya guru dalam memberi kemungkinan bagi siswa agar memiliki kemauan untuk belajar. Dua aspek yang telah dijelaskan di atas yaitu aspek belajar dan mengajar merupakan faktor utama untuk terjadinya proses pembelajaran.

(3)

Dalam proses pembelajaran guru atau pendidik sangatlah mempengaruhi pada proses belajar siswa. Seperti paparan artikel berikut :

Pada pembelajaran, guru mengajar supaya murid/peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai tujuan yang telah ditentukan (aspek kognitif), guru juga berpengaruh dalam perubahan sikap peserta didik (aspek afektif), dan guru berpengaruh dalam keterampilan yang diperoleh peserta didik (aspek psikomotor). (Encyclopedia proses pembelajaran, 2010).

Dengan kata lain bahwa sebuah pembelajaran akan berhasil apabila pendidik dapat membantu peserta didik untuk belajar dengan baik, sebagaimana peranan guru adalah sebagai fasilitator bagi terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang mendorong siswa secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya.

B. Komponen Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Beberapa komponen tersebut meliputi:

1. Tujuan

Tujuan dalam proses pembelajaran merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2002:48) “Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai

(4)

atau diraih dari pelaksanaan suatu kegiatan”. Karena pentingnya tujuan dalam pembelajaran, maka tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti materi pelajaran, pemilihan metode pembelajaran, media dan aspek evaluasi. Dari berbagai komponen ini dalam pelaksanaannya harus sesuai dan digunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Bila semua komponen dilakukan sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yakni membangun peserta didik yang sesuai dengan dicita-citakan.

2. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran, karena materi pembelajaran adalah sebuah kajian bahan ajar yang harus disampaikan oleh guru dan harus dipelajari siswa dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik pula. Seperti diungkapkan oleh Udin dan Winaputra (1997:66) dalam Pambudi (2007:13) bahwa “Materi pembelajaran merupakan isi yang dipelajari siswa yang direncanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran”. Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus benar-benar menguasai bahan ajar yang akan disampaikan, agar proses belajar mengajar tersebut dapat berjalan dengan baik, dan agar materi tersebut dapat dipahami oleh peserta didik.

Adapun urutan pemilihan materi pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Ansor (2010:78) bahwa :

(5)

a) Berangkat dari lingkungan terdekat siswa. Pemilihan dan penetapan materi atau bahan ajar dipilih dari lingkungan terdekat siswa. Demikian juga penerapan strategi pembelajaran, harus berorientasi kepada kondisi dan kebutuhan siswa. b) Kelanjutan materi pembelajaran harus berdasar atas kompetensi yang telah dimiliki siswa sebelumnya.

Uraian di atas menjelaskan bahwa urutan pemberian materi pembelajaran didasarkan kepada pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan sebelumnya. Bila siswa sudah mampu memahami dan menguasai materi yang diberikan, maka tahapan pemberian materi selanjutnya dapat diajarkan oleh guru.

3. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara yang dipergunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal. Seperti dikemukakan Thoifuri (2008:55) bahwa: “Metode pengajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang maksimal”. Metode pembelajaran diperlukan oleh guru untuk memudahkan penyampaian bahan ajar terhadap siswa, dan memudahkan guru untuk berinteraksi dengan siswanya.

Dalam pelaksanaannya, guru bisa saja menggunakan beberapa metode agar siswa lebih tertarik, tidak merasa jenuh dan bosan, seperti dikemukakan Surya (2004:78) dalam Nanciana (2009:27) bahwa:

(6)

Metode yang digunakan guru hendaknya sedemikian rupa bervariasi sesuai dengan tujuan dan bahan yang diajarkan. Dengan metode mengajar yang bervariasi, guru tidak mengajar hanya dengan satu metode saja, melainkan berganti-ganti sesuai dengan keperluannya. Suasana ini akan membuat siswa lebih senang dan bersemangat dalam belajar, sehingga dapat memberikan hasil pembelajaran yang lebih baik.

Dalam proses pembelajaran musik, berbagai metode yang dapat digunakan adalah:

a. Metode Imitasi

Metode ini biasa dilakukan dalam pembelajaran seni khususnya dalam pembelajaran alat musik, agar siswa mendapatkan gambaran yang realitas tentang kualitas bermain alat musik yang baik, seperti yang diutarakan oleh Horst Gunter yang dikutip oleh Gustina dalam Nanciana (2009:14) bahwa ‘imitasi meliputi tindakan mendengar dan mengamati keterampilan-keterampilan teknik dan artistik (posisi tubuh, diksi dan interpretasi)’. Dengan metode imitasi ini, siswa dapat belajar dengan cara mendengar, mengamati, dan meniru apa yang dimainkan atau dinyanyikan oleh guru.

b. Metode Latihan

Metode latihan yaitu suatu metode yang digunakan pengajar untuk melatih siswa didik agar dapat memahami, dan mengerti tentang materi yang diberikan, khususnya materi yang berhubungan dengan teknik dan keterampilan. Dalam bermusik metode ini sangatlah bermanfaat besar dikarenakan metode ini lebih mengacu pada latihan keterampilan yang berulang-ulang, sehingga dapat memudahkan guru dalam memberikan materi khususnya pembelajaran praktek. Sagala (2005:217) mengemukakan bahwa :

(7)

Metode latihan (driil) atau metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

c. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi, yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan materi yang berhubungan dengan praktek. Demonstrasi yang dimaksud adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta), atau seorang siswa yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu kepada orang lain. Tujuannya agar peserta didik memiliki pengalaman melihat dan mendengar, serta menirukan materi yang diberikan. Djamarah dan Zain (2002:102) menyatakan bahwa :

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai penjelasan lisan.

d. Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu suatu metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik mengenai pembelajaran secara lisan. Metode ceramah merupakan salah satu metode yang banyak digunakan oleh para pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar peserta didik dapat memiliki pemahaman dari materi yang disampaikan dalam ceramah.

Dalam hal ini Hasibuan dan Moedjiono (1993:13) menjelaskan bahwa : Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah

(8)

merupakan suatu cara belajar-mengajar dimana bahan disajikan oleh guru secara monologue sehingga pembicaraan bersifat satu arah.

Dalam kegiatan pembelajaran, dengan satu metode yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, maka seorang guru akan sangat terbantu sehingga semua materi pelajaran yang disampaikan dapat dipahami dan dapat dicerna oleh para siswanya. Dengan demikian pengguanaan metode yang baik akan mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.

4. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (anak didik ataupun waga belajar). Media pembelajaran juga merupakan alat yang dapat mendukung proses pembelajaran, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapi. Menurut Hamalik (1994), ada dua fungsi utama media pembelajaran yang perlu kita ketahui adalah :

a. Media pembelajaran sebagai alat Bantu dalam pembelajaran.

Media pembelajaran mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.

(9)

b. Media pembelajaran sebagai sumber belajar.

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Media pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut mambantu guru dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan siswa.

Sedangkan menurut Djamarah (2002:140) berdasarkan jenisnya, media pembelajaran dibedakan atas :

(a) Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Yang temasuk jenis media ini antara lain meliputi tape recorder dan radio; (b) Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Yang termasuk jenis ini antara lain meliputi gambar, foto, seta benda nyata yang tidak bersuara; (c) Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Beberapa contoh media audio visual antara lain televise, video, film, atau demonstrasi langsung. Media audio visual dapat dibedakan lagi menjadi: (1) audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam (tidak bergerak); (2) audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak.

Seorang pengajar dituntut terampil dan kreatif dalam memilih media pembelajaran, karena dengan pemilihan media pembelajaran yang baik, siswa dapat meningkatkan kemampuan, mengembangkan imajinasinya terhadap apa yang ia lihat atau dengar dari media tersebut, selain itu siswa juga dapat memantapkan bagian-bagian penting dari materi ajar yang telah disampaikan.

(10)

5. Penilaian Hasil Belajar (Evaluasi)

Penilaian hasil belajar (Evaluasi) mempunyai manfaat yang sangat besar dalam proses pembelajaran, karena dengan adanya evaluasi guru dapat mengukur dan mengetahui sejauh mana tujuan yang dirusmuskan dapat tercapai. Selain itu, evaluasi penting dilakukan, diantaranya adalah untuk :

a. Menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan.

b. Menunjukkan dimana dan bagaimana perlu dilakukan perubahan-perubahan. c. Menentukan bagaimana kekuatan atau potensi dapat ditingkatkan.

d. Memberikan informasi untuk membuat perencanaan dan pengambilan keputusan.

Hamalik dalam Mulyasa (2005:170) mengemukakan bahwa:

Evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Sesuai dengan uraian tersebut, maksud dan tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari pengalaman mengenai manfaat dan dampak dari kegiatan yang baru selesai dilaksanakan. Selain itu juga berfungsi sebagai timbal balik bagi pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengendalian kegiatan selanjutnya.

(11)

C. Kegiatan Ekstrakurikuler

“Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran yang bertujuan untuk lebih memperluas wawasan, dan mendorong pembinaan nilai sikap melalui penerapan pengetahuan lebih lanjut yang telah dipelajari”. (Pambudi, 2007:2). Kegiatan ekstrakurikuler dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakat yang dimilikinya melalui kegiatan yang disukai. kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa. Tentunya hal ini tidak lepas dari peran serta guru untuk membimbing dan melatih siswa.

Visi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Sedangkan misi kegiatan ekstrakurikuler adalah :

(a) Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (b) Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok. (TN, 2009).

Dalam pelaksanaannya, kegiatan ekstrakurikuler dapat dikembangkan dalam beragam jenis. Penyelenggaraan kegiatan ini memberikan kesempatan luas kepada pihak sekolah untuk secara kreatif merancang sejumlah kegiatan yang dibutuhkan siswa. Melalui beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada, siswa dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat

(12)

masing-masing. Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang biasa diprogramkan di sekolah diantaranya:

1. Progaram Keagamaan

Program ini bermanfaat bagi peningkatan kesadaran moral beragama peserta didik. Dalam konteks Penidikan Nasional hal itu dapat dikembangkan sesuai dengan jenis kegiatan yang terdapat dalam lampiran Kepmen Diknas No. 125 /U/ 2002 antara lain: pesantren kilat, tadarus, shalat berjamaah, shalat tharawih, latihan dakwah, baca tulis Al-Qur’an, pengumpulan zakat, dll, atau melalui program keaagamaan yang secara terintegrasi dengan kegiatan lain, misalnya: latihan nasyid, seminar, dan lain-lain.

2. Organisasi Siswa

Organisasi siswa dapat menyediakan sejumlah program dan tanggung jawab yang dapat mengarahkan siswa pada pembiasaan hidup berorganisasi. Seperti halnya yang berlaku saat ini : Osis, PMR, Pramuka, kelompk pecinta alam merupakan jenis organisasi yang dapat lebih diefektifkan fungsinya sebagai wahana pembelajaran nilai dalam berorganisasi.

3. Kegiatan Olah Raga

Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan siswa, dan membiasakan siswa untuk selalu hidup sehat, serta untuk membantu mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki siswa dalam bidang olah raga. Ada berbagai jenis kegiatan olah raga yang dapat diikuti siswa, diantaranya: sepak bola, basket, karate, softball, voli, renang, dan lain-lain.

(13)

4. Pelatihan Profesional

Pelatihan profesioal yang ditujukan pada pengembangan kemampuan nilai tertentu bermanfaat bagi peserta didik dalam pengembangan keahlian khusus. Jenis kegiatan ini misalnya: aktivitas jurnalistik, kaderisasi kepemimpian, pelatihan manajemen, dan kegiatan sejenis yang membekali kemampuan professional peserta didik.

5. Kegiatan Kultural / Seni Budaya

Kegiatan kultural adalah kegiatan yang berhubungan dengan penyadaran peserta didik tehadap nilai-nilai budaya. Kegiatan orasi seni, kursus seni, kunjungan ke museum, kunjungan ke candi atau tempat-tempat bersejarah lainnya merupakan program kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan. Kegiatan-kegiatan ini sebaiknya disiapkan secara matang sehingga dapat menumbuhkan kecintaan terhadap budaya sendiri.

Kegiatan ekstrakurikuler tersebut berbeda-beda sifatnya, ada yang bersifat sesaat dan ada pula yang berkelanjutan. Kegiatan yang bersifat sesaat seperti karyawisata dan bakti sosial, itu hanya dilakukan pada waktu sesaat dan alokasi waktu yang terbatas sesuai dengan kebutuhan, sedangkan yang sifatnya berkelanjutan maksudnya kegiatan tersebut tidak hanya untuk hari itu saja, melainkan kegiatan tersebut telah diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat diikuti terus sampai selesai kegiatan sekolah.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler sangat penting dalam pengembangan kepribadian siswa. Dalam kegiatan tersebut siswa mendapatkan pengalaman langsung untuk aktualisasi diri

(14)

terlibat secara aktif dalam komunikasi sosial dan menyediakan cukup waktu diluar jam efektif pelajaran. Pendidikan nilai dan pembentukan pribadi lebih terakomodasi melalui aktivitas kegiatan ekstrakurikuler.

D. Angklung dan Pembelajarannya 1. Angklung

Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna putih).

Angklung merupakan salah satu jenis kesenian yang secara historis erat kaitannya dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat. Masunah (2003:9) menyatakan bahwa: ”Angklung merupakan salah satu alat bunyi-bunyian yang digunakan untuk upacara-upacara yang berhubungan dengan padi. Semula, angklung tidak digunakan sebagai kesenian murni, melainkan sebagai kesenian yang berfungsi dalam kegiatan kepercayaan”.

Angklung sangat erat kaitannya dengan masyarakat petani. Semula angklung digunakan masyarakat petani dalam upacara yang berkaitan dengan ritus padi. Masunah (2003:10) mengungkapkan bahwa:

Angklung merupakan refleksi kehidupan masyarakat petani. Angklung menyangkut sang Petani, sang Padi dan sang Badan Halus yang menjaga padi dan petani. Angklung menyangkut sang Petani karena permainan angklung

(15)

dilakukan bersama-sama sebagaimana petani bekerjasama dalam rangkaian kegiatan tanam padi. Angklung menyangkut sang Padi dan sang Badan Halus karena masyarakat Sunda terutama ‘Urang Sunda’ masih percaya terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi. Bambu yang menjadi bahan dasar angklung, diyakini sebagai penjelmaan bagian tubuh Dewi Sri. Oleh karenanya, angklung dalam upacara padi diyakini dapat menyuburkan padi dan sebagai sarana menghormati Dewi Sri.

2. Pembelajaran Angklung

Seiring dengan perkembangan zaman, kini angklung pun sudah beralih fungsi. Dahulu angklung digunakan atau dimainkan dalam upacara-upacara yang berhubungan dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat. Sekarang angklung dimainkan dalam acara hiburan sebagai komoditi untuk menghasilkan uang, bahkan sekarang angklung sudah menjadi alat pembelajaran kesenian.

Kegiatan pembelajaran angklung di sekolah maupun di lembaga yang bergerak di bidang musik sampai saat ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Salah satu sanggar kesenian yang secara rutin mengadakan pembelajaran angklung adalah Saung Angklung Udjo. Selain di sanggar kesenian, sekarang ini hampir di setiap sekolah, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, sampai Perguruan tinggi mengadakan pembelajaran angklung. Hal ini menjadikan angklung sebagai alat pembelajaran yang mudah ditemui di berbagai lembaga.

Dipilihnya angklung sebagai bahan pembelajaran kesenian didasarkan pada beberapa faktor, dintaranya karena angklung merupakan salah satu jenis kesenian yang cukup dikenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Barat. Dilihat dari segi peralatannya, musik angklung dipandang lebih efisien untuk keperluan pendidikan dibandingkan dengan gamelan-gamelan dan alat-alat besar

(16)

lainya, karena angklung memiliki karakter sajian yang khusus, mudah dibawa dan dapat dimainkan secara berkelompok. Selain dari beberapa faktor tersebut, Masunah (2003:1) mengungkapkan bahwa: “Musik angklung memiliki nilai sosial antara lain: kerja sama, gotong royong, kecermatan, ketangkasan, dan tanggung jawab”. Berdasarkan nilai-nilai ini musik angklung dapat dijadikan sebagai alat pendidikan.

3. Teknik Bermain Angklung

Angklung adalah alat yang dibuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara digetarkan, digoyangkan, dan di-tengkep (bhs. Sunda). (Masunah, 2002:17). Angklung biasanya dimainkan secara berkelompok, permainan kelompok dapat berdiri sendiri tanpa bantuan alat musik lain atau dapat pula menjadi bagian dari ensamble musik yang juga berisikan alat musik lain seperti pianika, rekorder, guitar dan lain-lain. Angklung sangat fleksibel karena lagu dengan jenis apapun baik diatonis maupun pentatonik dapat dimainkan.

Seperti pada umumnya, angklung dimainkan dengan cara digetarkan. Untuk menghasilkan bunyi yang baik, maka ada beberapa teknik yang dapat diterapkan sebagai berikut:

a. Cara memegang angklung

Angklung dapat dipegang dengan cara sebagai berikut (ini berlaku untuk yang normal, jika kidal maka diperlukan sebaliknya):

(17)

Tangan kiri bertugas memegang angklung dan tangan kanan bertugas menggetarkan angklung. Tangan kiri dapat memegang angklung dengan cara memegang simpul pertemuan dua tiang angklung vertical dan horizontal (yang berada di tengah), sehingga angklung dipegang tepat di tengah-tengah. Hal ini dapat dilakukan baik dengan genggaman tangan dengan telapak tangan menghadap ke atas atau pun ke bawah. Posisi angklung yang dipegang sebaiknya tegak, sejajar dengan tubuh, dengan jarak angklung dari tubuh cukup jauh (siku tangan kiri hampir lurus), agar angklung dapat digetarkan dengan baik dan maksimal. Tangan kanan selanjutnya memegang ujung tabung dasar angklung (horizontal) dan siap menggetarkan angklung.

b. Cara memegang lebih dari satu angklung

Untuk pemain yang memegang lebih dari satu angklung, dapat dilakukan cara memegang angklung sebagai berikut:

Angklung yang ukurannya lebih besar dipegang tangan kiri pada posisi yang lebih dekat ke tubuh. Hal ini dapat dilakukan baik dengan cara angklung dimasukkan ke dalam lengan (jika angklung melodi besar atau yang masuk ke dalam lengan pemain) di posisi lengan bawah. Selain itu angklung dapat dimasukkan ke dalam jari tangan kiri, sehingga angklung sisanya dapat dipegang juga oleh jari tangan kiri lainnya. Sehingga masing-masing angklung dapat dimainkan dengan sempurna dan baik.

(18)

c. Cara membunyikan angklung

Angklung digetarkan oleh tangan kanan, dengan getaran ke kiri dan ke kanan, dengan posisi angklung tetap tegak (horizontal), tidak miring agar suara angklung rata dan nyaring. Sewaktu angklung digetarkan, sebaiknya dilakukan dengan frekuensi getaran yang cukup sering, sehingga suara angklung lebih halus dan rata. Meskipun memainkan angklung bisa sambil duduk, tetapi disarankan pemain memainkan angklung sambil berdiri agar hasil permainan lebih baik. Disarankan juga pada saat memulai latihan, dapat dimulai dengan latihan pemanasan, yaitu membunyikan angklung bersama-sama dengan melatih nada-nada pendek dan panjang secara bersama selama tiga sampai lima menit setiap latihan.

d. Beberapa cara memainkan angklung

Sekurang-kurangnya terdapat dua cara yang paling umum tentang memainkan alat musik angklung, yaitu dengan digetarkan dan dipukul (dibunyikan putus-putus atau centok). Berikut disampaikan beberapa teknik yang dapat dipergunakan untuk bermain angklung dengan baik.

1) Menggetarkan angklung

Angklung dibunyikan dengan digetarkan secara panjang sesuai nilai nada yang dimainkan.

(19)

2) Membunyikan putus-putus, Dipukul (Centok)

Angklung tidak digetarkan, melainkan dipukul ujung tabung dasar (horizontal)-nya oleh telapak tangan kanan untuk menghasilkan centok (seperti suara pukulan). Hal ini berguna untuk memainkan nada-nada pendek seperti tanda musik pizzicato.

3) Tengkep

Angklung dibunyikan dengan digetarkan secara panjang sesuai nilai nada yang dimainkan, tetapi tidak seperti biasanya tabung kecilnya ditutup oleh salah satu jari tangan kiri sehingga tidak berbunyi (yang berbunyi hanya tabung yang besar saja). Hal ini dimaksudkan supaya dapat dihasilkan nada yang lebih halus sesuai keperluan musik yang akan dimainkan (misalkan untuk tanda dinamika piano).

4) ‘Nyambung’

Seperti disampaikan oleh guru angklung diatonis Bapak Daeng Soetigna, maka dianjurkan untuk membunyikan nada angklung secara ‘nyambung’. Hal ini dilakukan dengan teknik sebagai berikut: bila ada dua nada yang dimainkan secara berurutan, maka agar terdengar ‘nyambung’ maka nada yang dibunyikan pertama dibunyikan sedikit lebih panjang dari nilai nadanya, sehingga saat nada kedua mulai dimainkan nada pertama masih berbunyi sedikit, sehingga alunan nadanya terdengar ‘nyambung’ dan tidak putus.

(20)

5) Dinamika (keras dan lemah)

Sesuai kebutuhan lagu, angklung dapat dimainkan pelan (piano) atas keras (forte). Disarankan untuk kedua jenis dinamika ini sebaiknya frekuensi getaran angklung per detik tetap sama jumlahnya, sedangkan yang berbeda adalah jarak ayunan angklung oleh tangan kanan yang selanjutnya akan menentukan amplitudo getaran dan menyebabkan keras atau lemahnya nada yang dimainkan.

E. Sekilas Tentang Angklung Baduy/Kanekes

Angklung Baduy adalah Salah satu jenis angklung yang berasal dari daerah Baduy/Kanekes. Angklung ini digunakan terutama karena hubungannya dengan ritus padi, bukan semata-mata untuk hiburan orang-orang. Di kanekes terdapat tiga lapisan masyarakat. Anis Djatisunda (1986:11-15) dalam Masunah (2003:25-26) menjelaskan bahwa: “berdasarkan status kamandalaan, di Kanekes terdapat tiga lapisan masyarakat, yaitu: masyarakat yang tinggal di wilayah Tangtu atau Padaleman (Baduy Dalam), masyarakat yang tinggal di wilayah Panamping (Baduy Tengah), dan masyarakat yang tinggal di wilayah Dangka (Baduy Luar)”.

Angklung Baduy digunakan atau dibunyikan pada acara bertanam benih (ngaseuk), dan mengangkut padi ke lumbung (ngunjal). Soedarsono (2002:174) mengungkapkan bahwa:

(21)

Orang Baduy yang masih menganut agama lama yaitu agama Sunda Wiwitan, hanya memainkan angklung pada upacara ngaseuk, yang diselenggarakan pada saat musim tanam tiba. Upacara ngaseuk dimaksudkan untuk mengawinkan Dewi Sri dengan Guru Bumi atau tanah. Adapun tempat yang dipilih untuk menyelenggarakan upacara adalah di Huma Serang, yaitu ladang padi yang terletak di Baduy Dalam. Para pemain angklung dalam upacara ini berjalan sambil membunyikan angklung mengelilingi benih padi yang telah dilengkapi dengan sesaji. Mereka harus berjalan mengikuti arah jarum jam atau pradaksina, yang konon dipercaya memiliki kekuatan hidup.

Berdasarkan kalender orang Kanekes, semua ini di wilayah Tangtu dilaksanakan pada bulan ketujuh. Di wilayah Panamping dilaksanakan pada bulan kesepuluh. Setelah padi dipanen dilaksanakan acara ngunjal. Ngunjal adalah mengangkut padi ke lumbung yang diiringi dengan angklung. Adapun nama-nama bulan pada masyarakat Kanekes (Baduy) seperti yang disampaikan oleh Soedarsono (2002:174) adalah: “Kapat, Kalima, Kanem, Katujuh, Kadalapan, Kasalapan, Kasapuluh, Hapit Lemah, Hapit Kayu, Kasa, Karo, dan Katiga”.

Masyarakat Baduy percaya, bahwa Dewi Sri yang merupakan Dewi Padi, adalah dewi yang selalu memberikan kebahagiaan kepada mereka. Maka, bukanlah hal yang aneh apabila orang-orang Baduy selalu mencari bambu sebagai bahan angklung di sebuah kuburan yang dipercaya sebagai makamnya Dewi Sri. Angklung yang terdiri dari tiga tabung bambu yang disusun berurutan pada empat tiang itu pun dimaknai sebagai lambang dari Buana Nyungcung (Dunia atas), Buana Panca Tengah (Bumi), dan Buana Larang atau Rarang (Dunia bawah). Bagian paling atas, yang biasanya diberi hiasan rumbai-rumbai, adalah bagian yang dianggap melambangkan Buana Nyungcung. Bagian tengah, yang merupakan tempat ketiga tabung bambu sebagai sumber suara adalah bagian yang melambangkan Buana Panca Tengah. Adapun bagian paling bawah yang terdiri

(22)

dari tabung bambu yang melintang dan memiliki tiga lubang sebagai tempat ketiga tabung bambu yang bisa digoncang-goncangkan, merupakan lambang Buana Larang. Oleh karena dianggap memiliki makna simbolis, cara memainkan angklung pun tidak boleh sembarangan, pemain hanya dibenarkan mengguncangkan bagian Buana Larang. Susunan tabung-tabung dari yang paling besar kemudian yang sedang dan yang terdepan yang paling kecil itu pun, juga dimaknai secara simbolis. Tabung besar yang disebut sebagai angklung indung selalu menghadap tabung kecil atau angklung anak. Sebaliknya angklung anak yang kecil, selalu membelakangi angklung indung. Adapun maksudnya yang ada di belakang perlambangan ini adalah, bahwa kasih sayang ibu terhadap anak sangat besar. Selanjutnya, kasih sayang anak akan lebih besar lagi kepada anak yang akan dilahirkan kemudian, dan bukan kepada ibunya. (Soedarsono, 2002:175-176)

Nama-nama angklung di Kanekes dari yang terbesar adalah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri dari 2 buah angklung dipegang oleh seorang. Nama-nama bedug dari yang terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk. Penggunaan instrumen bedug terdapat perbedaan, yaitu di kampung-kampung Kaluaran mereka memakai bedug sebanyak 3 buah. Di Kajeroan; kampung Cikeusik, hanya menggunakan bedug dan talingtit, tanpa ketuk. Di Kajeroan, kampung Cibeo, hanya menggunakan bedug, tanpa talingtit dan ketuk. (TN, 2010).

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan batik, dalam hal ini adalah batik Bangkalan, Madura, sebagai materi utama pembuatan sepatu adalah karena batik ini memiliki karakter yang unik dan tekstur katun yang

Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Setia Budi Medan merupakan lembaga perbankan yang termuka diIndonesia dan termasuk dalam perusahaan BUMN dari Bank

Respondent terdiri dari konsumen dan produsen produk organik di peroleh dari pertemuan Aliansi Organik Indonesia (AOI), yang diselenggarakan di Bogor Jawa Barat

Sedangkan nilai

Jika spesi…kasi sistem dinyatakan dalam formula , maka veri…kasi berbasis model merupakan veri…kasi untuk memeriksa apakah model M memenuhi formula

Maka dari itu, diperlukan adanya evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran KKPI di SMK Texmaco Pemalang, karena dengan adanya beberapa kekurangan dalam pelaksanaan

Rugi Operasi, Reputasi Auditor, dan Opini Auditor Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013)”.

P T Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) memiliki program terencana untuk melaksanakan kebijakan pemerintah untuk penggunaan bahan bakar biodiesel sebesar 30% atau B30