• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI DAKWAH DALAM LIRIK LAGU “TOMAT (TOBAT MAKSIAT)” PADA ALBUM INGAT SHOLAWAT KARYA WALI BAND (Studi Semiologi Representasi Dakwah Dalam Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” Karya Wali Band).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPRESENTASI DAKWAH DALAM LIRIK LAGU “TOMAT (TOBAT MAKSIAT)” PADA ALBUM INGAT SHOLAWAT KARYA WALI BAND (Studi Semiologi Representasi Dakwah Dalam Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” Karya Wali Band)."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

Dinny Arisoffi Wulandari NPM. 0743010112

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

REPRESENTASI TAUBAT DALAM LIRIK LAGU “TOMAT (TOBAT MAKSIAT)” PADA ALBUM INGAT SHOLAWAT KARYA WALI BAND

(Studi Semiologi Representasi Taubat Dalam Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” Karya Wali Band)

Disusun Oleh :

DINNY ARISOFFI WULANDARI NPM. 0743010112

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dra. Diana Amalia, MSi NIP 19630907 199103 2001

Mengetahui DEKAN

(3)

Oleh :

DINNY ARISOFFI WULANDARI NPM. 0743010112

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 1 Desember 2010

Pembimbing Utama

Dra. Diana Amalia, MSi NIP. 19630907 199103 2001

Tim Penguji : 1. Ketua

IR. Didiek Tranggono, MSi NIP. 19581225 19900 1001 2. Sekretaris

Dra. Diana Amalia, MSi NIP. 19630907 199103 2001 3. Anggota

Yuli Candrasari, S.Sos, MSi NIP. 3 7107 94 0027 1

Mengetahui, DEKAN

(4)

iv   

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “REPRESENTASI DAKWAH DALAM LIRIK LAGU “TOMAT (TOBAT MAKSIAT)” PADA ALBUM INGAT SHOLAWAT KARYA WALI BAND” (studi semiologi representasi dakwah dalam lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” Karya Wali Band)” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, baik itu berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeritas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Diana Amalia, Msi selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis.

(5)

v   

FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

6. Ayah, ibu, kakak dan adikku serta seluruh keluarga besar terima kasih untuk doa, dukungan moral dan spiritual serta semua hal terbaik dalam hidup yang pernah diberikan.

7. Christian Budi Harianto, terima kasih atas cinta, kesabaran, pengertian, kebaikan hati, dukungan, motivasi dan kepercayaan yang tiada henti dan tiada bosan.

8. Teman-temanku yang cantik Lega, Debby, Rizky, Ovy, dan Rizka, terima kasih banyak. Kalian adalah hal terbaik yang pernah ada.

Penulis menyadari banyak sekali terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, apabila segala bentuk saran dan kritik yang membangun nilai positif, sangat dinantikan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 22 November 2010

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... .... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1. Landasan Teori ... 12

2.1.1. Musik dan Lirik Lagu Religius ... 12

2.1.2. Lirik Lagu ... 14

2.1.3. Simbol Religi ... 16

2.1.4. Semiotika dan Semiologi Komunikasi ... 18

2.1.5. Islami ... 21

(7)

2.1.8. Representasi ... 30

2.1.9. Semiologi Roland Barthes ... 32

2.2. Kerangka Berpikir... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Metode Penelitian ... 42

3.2. Corpus ... 43

3.3. Unit Analisis ... 45

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 45

3.5. Teknik Analisis Data... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 47

4.2. Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” menurut semiologi Roland Barthes ... ... 49

4.3. Penyajian dan Analisis Data ... ... 51

4.3.1. Penyajian Data ... ... 51

4.3.2. Analisis Data ... ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

5.1. Kesimpulan ... ... 77

5.2. Saran ... 78

(8)

viii

(9)
(10)

ix   

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Peta Tanda Roland Barthes ... 34

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir ... 41

Gambar 4.1. Peta Tanda Roland Barthes ... 50

Gambar 4.2. Bait 1 Lirik 3 : Bayangkan ajal mendekat ... 55

Gambar 4.3. Bait 1 Lirik 5 : Kau takkan selamat ... 56

Gambar 4.4. Bait 1 Lirik 6 : Habis dan tamat ... 58

Gambar 4.5. Bait 2 Lirik 3 : Ayo sama-sama kita taubat ... 60

Gambar 4.6. Bait 2 Lirik 5 : Awas kau tersesat ... 61

Gambar 4.7. Bait 2 Lirik 6 : Ingatlah masih ada akhirat... 62

Gambar 4.8. Bait 4 Lirik 1 : Ingat mati, ingat sakit ... 64

Gambar 4.9. Bait 4 Lirik 2 : Ingatlah saat kau sulit ... 66

Gambar 4.10. Bait 4 Lirik 3 : Ingat ingat hidup cuma satu kali ... 67

Gambar 4.11. Bait 5 Lirik 3 : Ingat ingat sobat ingatlah akhirat ... 69

Gambar 4.12. Bait ke-6 Lirik ke 1 : Cepat ucap astaghfirullahal’azim ... 70

Gambar 4.13. Bait ke-7 Lirik ke-5 : Terbaring di tanah ... 72

(11)

xi   

(12)

xii   

ABSTRAKSI

DINNY ARISOFFI WULANDARI, REPRESENTASI DAKWAH DALAM LIRIK LAGU “TOMAT (TOBAT MAKSIAT)” PADA ALBUM INGAT SHOLAWAT KARYA WALI BAND (Studi Semiologi Representasi Dakwah Dalam Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” Karya Wali Band)

Penelitian ini didasarkan pada suatu realitas sosial yang telah ada dan berkembang di masyarakat yaitu fenomena dakwah. Berdakwah pada zaman sekarang tidak hanya bisa dilakukan oleh para mubaligh di masjid, tetapi bisa dilakukan dengan banyak cara dan banyak tempat. Banyak media yang bisa digunakan pada zaman sekarang sebagai media dakwah seperti televisi, koran, majalah, buku, lagu dan internet. Dakwah juga bisa dilakukan melalui sebuah tulisan seperti cerpen, cerbung, cergam dan bahkan novel bisa disisipkan nilai-nilai dakwah didalamnya. Sehingga diharapkan dakwah yang berupa nasehat, ajakan untuk kemaslahatan umat bisa sampai kepada seluruh lapisan golongan masyarakat yang memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan yang berbeda-beda. Penelitian ini menaruh perhatian pada lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” yang dipopulerkan oleh Wali Band.

Penelitian ini tidak terlepas dari metode semiologi Roland Barthes untuk menginterpretasikan makna dari lirik lagu tersebut, yang kemudian dianalisis menggunakan pendekatan semiologi Barthes sehingga dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai representasi lirik tersebut. Semiologi Barthes ini menitikberatkan pada tanda denotatif dan konotatif, dan kelima kode pembacaan.

Data yang dianalisis berupa teks atau lirik dari lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”, kemudian dianalisis menggunakan teori peta tanda Roland Barthes berdasarkan penanda, petanda, tanda denotatif, penanda konotatif, dan tanda konotatif. Setiap kalimat per bait dimasukkan ke dalam peta tanda Barthes dan dianalisa berdasarkan makna denotatif dan konotatif untuk dapat diketahui makna sebenarnya yang terdapat dalam lirik tersebut.

Maka didapatkan hasil analisa bahwa melalui lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”, saat kental dengan unsur dakwah. Dimana dakwah lewat lagu lebih mudah diterima oleh komunikan (penikmat lagu) serta menyadarkan setiap manusia untuk kembali ke jalan yang ditentukan Tuhan. Karena Untuk menyampaikan sebuah pesan tidak hanya tulisan yang dijadikan acuan sebagai tanda untuk berinteraksi dalam menyikapi pesan tersebut, tapi makna yang terkandung di dalam pesan tersebut yang bisa menggugah. Dan bukan hanya instrument ataupun vokalika yang mendukung tapi faktor moment ketika pesan itu kapan harus disampaikan.

Kesimpulannya bahwa penelitian melalui lirik lagu ini merupakan bentuk penyampaian pesan melalui media dakwah yang disampaikan kepada setiap manusia untuk kembali ke jalan Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya serta pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang merupakan pengekpresian dirinya terhadap fenomena yang terjadi di dunia sekitar, dimana dia berinteraksi di dalamnya.

(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dunia musik di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat yang tidak pernah surut, ini ditandai dengan banyaknya sebuah hasil karya musik yang dilahirkan dari para pencipta musik atau musisi karya seni. Bagi para penikmat musik ini adalah sebuah konsumsi publik yang secara psikologis merupakan kebutuhan untuk hiburan atau entertainment, bahkan bisa merupakan semangat kehidupan, sedangkan bagi pencipta musik ini adalah ungkapan yang berkaitan dengan komunikasi ekspresif artinya harus diakui bahwa musik juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, dan bahkan pandangan hidup (ideology) manusia. Meskipun akrab dengan dunia entertainment, tidak berarti musik menutup ranah kajian terhadap fenomena-fenomena lain, karena lirik lagu sendiri sering tampil dengan tema yang cukup beraneka ragam mulai dari masalah percintaan, perang, keindahan alam, kehidupan sehari-hari, seni budaya, agama, olah raga, mode, diskriminasi wanita, seksualitas, sampai adat istiadat dan hal-hal yang serealistis sekalipun.

Musik diartikan sebagai ungkapan berasal dari perasaan yang dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara, ungkapan yang dikeluarkan melalui suara manusia disebut vokal, sedangkan ungkapan yang dikeluarkan melalui bunyi alat musik disebut instrumen (Subagyo, 2006:4).

(14)

2

Musik sendiri menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia memiliki makna bunyi-bunyian yang ditata enak dan rapi. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa musik dapat menciptakan sebuah lagu. Sebuah lagu yang dinyanyikan biasanya terdiri dari tiga komponen yang saling melengkapi dan saling bergantung. Komponen tersebut antara lain paduan alat musik atau instrument, suara atau vokal dan yang terakhir lirik lagunya. Instrument dan kekuatan vokal penyanyi adalah sebagai tubuh sedangkan lirik lagu adalah jiwa atau nyawa adalah penggambaran musik itu sendiri.

Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar di masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu (Setianingsih, 2003:7-8).

Lirik lagu merupakan sebuah media komunikasi verbal yang memiliki makna pesan di dalamnya, sebuah lirik lagu bila tepat memilihnya biasa memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata atau peristiwa, juga secara invividu mampu untuk memikat perhatian.

(15)

kata-kata adalah abstraksi realitas yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata (Mulyana, 2000:238).

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain (Mulyana, 2005:5). Emosi kita juga dapat kita salurkan lewat bentuk-bentuk seni seperti novel, puisi, musik, tarian atau lukisan. Harus diakui musik juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, dan bahkan pandangan hidup manusia (Mulyana, 2005:22).

Salah satu hal yang terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik lagunya, karena melalui lirik lagu pencipta atau biasa disebut dengan musisi ingin menyampaikan pesan yang merupakan ekspresi terhadap apapun yang ia rasakan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar, dimana ia ikut berinteraksi di dalamnya. Jadi sebuah lirik lagu bukanlah rangkaian kata-kata indah semata, tetapi lebih dari itu lirik lagu merupakan representasi dari realitas yang dilihat atau dirasakan oleh si pencipta. Realitas inilah yang mengilhami seorang pencipta dalam membuat lirik lagu. Salah satu realitas yang ada di masyarakat kita saat ini dan yang menarik perhatian penulis adalah fenomena religius.

(16)

4

tayangan atau sinetron televisi, tetapi juga pada musik dan lagu. Nuansa-nuansa musik religi kini menjadi lebih cair. Bahkan Opick dengan lagu-lagu religinya berhasil mendapatkan platinum. Dan dapat dilihat juga bagaimana group band GIGI, Ungu, Wali, ataupun Slank, tidak canggung dalam menyanyikan lagu-lagu yang bernafaskan religius. Dan yang lebih menarik mereka membawakannya dengan corak musik yang memang menjadi ciri khas mereka sebelumnya. Menurut musisi Dwiki Darmawan, perkembangan tembang-tembang religius dari musisi tanah air menandakan kesadaran beragama yang meningkat di kalangan musisi tidak hanya pada saat bulan Ramadhan dan lebaran saja, tetapi kebutuhan manusia dalam mencari “keseimbangan” antara emosional dan spiritual adalah sepanjang hidupnya (www.suaramerdeka.com diakses tanggal 20 Oktober 2005 pukul 14.00).

(17)

masyarakat yang memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan yang berbeda-beda.

Pasalnya, penyampaian dakwah tidak akan sampai kepada sasarannya apabila tidak membaur dan mengakomodasi dengan perilaku, kebudayaan, dan keadaan masyarakat. Singkatnya, apa yang selalu mereka kerjakan dan mereka sukai, di sanalah kita bisa menjadikannya media untuk berdakwah. Hal semacam ini bisa dilakukan di antaranya melalui pop religi dan nasyid. Keuntungannya, pesan-pesan Islam akan sampai kepada mereka, tanpa mengganggu kegemaran mereka sekaligus mengalihkan dari hal-hal buruk ke hal yang positif, yakni dari lagu-lagu yang berbau kekerasan, fantasi, dan bahkan seksualitas teralihkan ke lagu-lagu yang bernuansa religi.

(http://qultummedia.com/Kabar-Qultum/Review-Buku/senandung-cahaya-islam-melalui-pop-religi.html).

Religiusitas adalah sikap batin yang diikuti tindakan nyata akan kebenaran, keadilan, kejujuran, dan cinta kepada Tuhan, sesama manusia serta bumi dan isinya. Manusia religius akan terbebas dari sekat-sekat sempit terutama agama (www.Indopups.com diakses tanggal 4 Desember 2005, pukul 12.15).

(18)

6

tersebut, tapi makna yang terkandung di dalam pesan tersebut yang bisa menggugah. Dan bukan hanya instrument ataupun vokalika yang mendukung tapi faktor moment ketika pesan itu kapan harus disampaikan.

Demikian halnya dengan musik sebagai sumber inspirasi. Dalam keadaan senang, sedih dan jatuh cinta, musik bisa menjadi motivator tersendiri. Beranjak dari pola pikir semacam itu, Wali Band grup musik bergenre lokal pop kreatif yang terbentuk pada 31 Oktober 1999 memberanikan diri menggapai mimpi untuk eksis berkarya dalam blantika musik Indonesia dengan meluncurkan album debut bertajuk “Orang Bilang” 26 Maret 2008 di Nagaswara. Digawangi Faank (vokal), Apoy (gitar), Tomi (drum), Ovie ((keyboard & synt), serta NuNu (bass), Wali mengandalkan lagu Dik sebagai hit single selain beberapa single seperti Emang Dasar, Orang Bilang, Tetap Bertahan dan Egokah Aku, sedangkan bintang sinetron Shireen Sungkar didaulat menjadi model video klipnya. Lagu Dik yang bercerita tentang ungkapan kasih sayang abadi seorang terhadap pasangannya ditulis Apoy sebagai songwriter.

(19)

album keduanya Cari Jodoh (2009) diantara sejumlah single seperti Baik-Baik Sayang, Yank…, Kekasih Halal, Puaskah hingga Jodi (Jomblo Ditinggal Mati) hadir dalam lirik dan aransemen yang jujur, jelas, catchy dan easy listening.

Semenjak mendapat respon yang luar biasa, Wali dianggap berhasil menancapkan karirnya di scene musik lokal. Terbukti, tiga single yang diluncurkan di album Orang Bilang, yaitu Dik, Egokah Aku, Emang Dasar & Aku sakit berhasil memikat banyak orangnya. Terbukti, angka aktivasi Ringbacktone (RBT) tembus hingga 4 juta download lebih. Hasil ini tentunya menjadi sebuah prestasi yang tidak bisa dipandang remeh.

Wali sendiri berasal dari kata yang amat memasyarakat yang berarti wakil. Dinamakan Wali karena salah satunya mudah diucapkan oleh semua orang. Sisi lainnya adalah Wali dengan segala keterbatasan yang ada berharap bisa mewakili segenap perasaan dan curahan hati manusia. Dan di tengah-tengah persaingan produksi musik, syair lagu yang ditelorkan Band Wali memiliki makna. Tidak cuma sekedar menulis dan menyanyi, tapi setiap lagunya berisi ajakan ke hal-hal positif. Meskipun kita kadang tidak memperdulikan pesan lagunya, tapi setidaknya Wali ini sudah menunaikan perannya sebagai anak band jebolan UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, yang disebut-sebut sebagai kampus Islam.

(20)

8

nuansa Ramadhan dengan baik dan benar. Single religi tersebut berjudul Mari Sholawat dan Tomat (Tobat Maksiat). Tanpa berusaha menggurui atau mendoktrin. Justru tampil dengan nuansa santai dengan aransemen musik yang mudah di cerna.

Bahkan di album ini, mereka juga meluncurkan idiom-idiom baru, yang juga mempunyai makna dan pesan yang kuat. Seperti tampak pada lagu bertitel ‘’Tomat (Tobat Maksiat)’’. Sebuah ajakan dengan nuansa yang ringan akan lebih cepat sampai dan lebih mudah diterima. Apalagi jika disisipkan dengan nuansa komedi (www.waliband.net).

Ketertarikan peneliti memilih Wali sebagai obyek dalam penelitian ini adalah karena Wali merupakan salah satu grup band yang terbilang tidak baru di kanca permusikan Indonesia namun tetap memilki eksistensi yang baik dalam berkarir di dunia musik. Serta berbagai penghargaan yang mereka terima menandakan bahwa Wali banyak diminati oleh pecinta musik Indonesia.

(21)

masyarakat, tetapi orang yang sama juga di waktu lainnya mengajak manusia di dalam masyarakat yang sama untuk mengingat Tuhan, Rasul-Nya serta hari Akhirat.

Selain itu, juga mengingatkan seseorang untuk menilai diri sendiri akan apa teguran atau nasihat yang disampaikan melalui lirik lagu tersebut serta dapat merubah diri untuk menjadi lebih baik agar senantiasa sadar akan kelemahan diri sendiri dan berusaha mengubahnya. Serta bagi orang-orang yang belum mengenal Islam bisa memahami jika agama Islam mengajarkan kebaikan bukan malah mengajarkan kemudharatan.

Selain beberapa hal diatas, ketertarikan penulis terhadap lirik lagu tersebut juga didasarkan pada unsur metafora yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan kiasan atau persamaan (Sobur, 2003:155).

(22)

10

sebaliknya dapat pula memberikan cemoohan serta antipati terhadap subjek ataupun objek tertentu. Akan sangat dibutuhkan pengetahuan serta wawasan dalam melakukan interpretasi terhadap sebuah lirik lagu musik tersebut sesuai dengan konteksnya sehingga pemahaman secara menyeluruh terhadap pesan yang disampaikan seorang kreator dapat tercapai.

Untuk menganalisa sistem tanda bahasa berupa lirik lagu tersebut, maka penelitian ini menggunakan analisis dengan metode semiotik Roland Barthes karena ia berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Dimana tanda denotatif terdiri atas signifier (penanda) dan signified (petanda) yang secara bersamaan tanda denotatif juga merupakan tanda konotatif. Tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya.

(23)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Representasi Dakwah Dalam Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” yang dipopulerkan oleh grup band Wali”?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetehui representasi dakwah dalam lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” pada album “Ingat Sholawat” yang dipopulerkan oleh Wali Band.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan pada perkembangan serta pendalaman studi komunikasi mengenai analisis semiologi pada lirik lagu.

2. Manfaat praktis

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Musik dan Lirik Lagu Religius

Apa yang bisa kita kaji pada musik? Sistem tanda musik adalah oditif.

Namun untuk mencapai pendengarnya, penggubah musik mempersembahkan

kreasinya dengan perantara pemain musik dalam bentuk sistem tanda perantara

tertulis (visual).

Keberadaan musik memegang peranan yang sangat banyak diberbagai

bidang. seperti jika dilihat dari psikologinya, musik kerap menjadi sarana

pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan kreasi. Dari sisi

sosial, musik dapat disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam

masyarakat saat musik tersebut diciptakan. Dari segi ekonomi, musik telah

berkembang pesat menjadi suatu komoditi yang sangat menguntungkan.

Salah satu hal penting dalam sebuah musik adalah lirik lagu. Sebagaimana

bahasa dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan

realitas sosial di masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk

sosialisasi dan pelestarian terhadap sesuatu sikap atau nilai. Oleh karena itu,

ketika sebuah lirik lagu mulai di aransir dan di perdengarkan kepada khalayak,

lirik lagu tersebut mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya

sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu.

(25)

Dapat dikatakan bahwa musik merupakan bagian dari suatu budaya

manusia, tidak terpisahkan selama hidup manusia, dari lahir hingga akhir hayat,

musik menyentuh segala lapisan sosial dari bawah hingga atas.

Mantle Hood, seorang pelopor ethnomusicology dari USA memberikan

definisi tentang ethnomusicology sebagai studi musik dari segi sosial dan

kebudayaan (Bandem,1981:41). Musik itu dipelajari melalui peraturan tertentu

yang dihubungkan dengan bentuk kesenian lainnya termasuk bahasa, falsafah

dan agama (Sobur, 2003:148).

Musik religius adalah musik yang dihubungkan dengan nuansa keagamaan.

Agama merupakan tujuan dan isi dari musik tersebut. Oleh karena itu musik

religius ini syair-syairnya hanya menceritakan kecintaan kepada Allah SWT,

Rasulullah, orang-orang shaleh dari hamba Allah, kehidupan akhirat dan

kenikmatan surga, juga menceritakan makna-makna ke Tuhanan dan keimanan

yang dibawa oleh Rasulullah (Al-Qordhawi, 2002:161).

Dwiki Dharmawan berpendapat bahwa musik religius kini tidak lagi

beriramakan lagu padang pasir, yang selama ini menjadi trade mark musik

Islam. Dia menambahkan bahwa kita harus memisahkan budaya arab dan Islam.

Dunia Arab mempunyai kebudayaan sendiri yang tidak semuanya Islami,

sedangkan budaya Islam jelas berdasarkan tuntutan Allah SWT, Nabi

Muhammad SAW serta Al-Qur’an. Akan tetapi selama ini masyarakat selalu

menilai bahwa budaya arab adalah budaya Islam. Jadi perbedaan irama-irama

(26)

14

dengan generasinya, dan bagaimana musisi menerjemahkan perasaan

spiritualnya ke dalam selera yang mereka minati. Memang harusnya semua

musik yang beredar di Indonesia bahkan di dunia, itu membawa kesejukan,

kecintaan terhadap sesama, cinta damai, kepedulian dan tidak membuat manusia

lupa diri serta memuja manusia yang dicintainya. Cinta kita setinggi-tingginya

hanya untuk Allah SWT (www.suara merdeka.com, diakses tanggal 20 Oktober

2005, pukul 14.00).

Sedangkan menurut Drs. HM. Basis, Ketua Umum dari Padepokan Spiritual

“Bhakti Nusantara”, musik merupakan bahasa universal yang dapat menyatukan

umat. Karena itu, alunan musik yang dipenuhi dengan sinar dan nuansa religius

akan membawa massa terayun-ayun kalbunya dalam dendang mahabatullah dan

makrifatullah. Sebab dalam penghayatan musik religius, mata akan selalu

menitikberatkan tetes embun kecintaan kepada Allah SWT

(www.indomedia.com/bernas diakses tanggal 06 maret 2006 pukul 15.30).

2.1.2. Lirik Lagu

Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi sarana

atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam

masyarakat. Lirik lagu, dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan

pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik

lagu diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung

(27)

tertentu (Setianingsih, 2003:7-8). Suatu lirik dapat menggambarkan realitas

sosial yang terjadi di masyarakat. Termasuk realitas sosial yang

menggambarkan masyarakat untuk mengingat Tuhan, Rasul-Nya serta hari

Akhirat dengan bertobat dan menjauhi maksiat, dimana mengingatkan

seseorang untuk menilai diri sendiri akan apa teguran atau nasihat yang

disampaikan melalui lirik lagu tersebut sehingga menjadi manusia yang lebih

baik dari sebelumnya.

Sejalan dengan pendapat Soerjono dalam Rachmawati (2000:1) yang

menyatakan:

“Musik berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi sosial, dimana dalam interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah bahasa atau lirik sebagai penunjangnya”.

Berdasarkan kutipan di atas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat pula dengan

situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.

Lirik adalah syair lagu yang sangat penting kedudukannya dalam sebuah

lagu. Lagu merupakan sebuah alat penyampaian pesan yang berusaha

disampaikan dari si pencipta lagu kepada khalayaknya. Menurut Wali, lirik lagu

yang diciptakan khususnya dalam album Ingat Sholawat tersebut bermuatan

Dakwah, menurutnya dakwah tidak harus dilakukan dengan berceramah. Salah

(28)

16

didefinisikan oleh Roland Barthes “Bukanlah sebaris kata-kata, melainkan

sebuah jaringan yang didapat dari unsur kebudayaan”. Religi dan kesenian

merupakan dua dari 7 (tujuh) unsur kebudayaan yang bersifat universal, dalam

arti bahwa unsur-unsur tersebut pasti bisa didapatkan di semua kebudayaan di

dunia.

Penelitian tentang lirik lagu merupakan penelitian tentang makna isi pesan

dari lirik lagu tersebut. Dimana lirik lagu merupakan suatu produk yang salah

satu sumbernya adalah dimana situasi sosial. Dimana si pencipta lagu berada di

dalamnya, kemudian merefleksikannya dalam sistem tanda berupa lirik lagu.

2.1.3. Simbol Religi

Simbol adalah objek atau peristiwa apa pun yang menunjuk pada sesuatu.

Simbol itu meliputi apa pun yang dapat kita rasakan atau kita alami (Sobur,

2003:177).

Dari perspektif aliran sombolisme, realitas sosial dipandang sebagai

makna-makna (yang terinterpretasi dari berbagai simbol kultural). Menurut paham ini,

objek-objek kajian sosial sebenarnya bukanlah apa yang sebatas

penampakannya di alam indrawi. Dunia kehidupan manusia adalah dunia

simbolisme. Setiap wujud yang indrawi dalam kehidupan manusia adalah

merupakan simbol-simbol yang merefleksikan makna-makna. Dikatakan bahwa

(29)

refleksinya di alam kesadaran dan kepahaman manusia yang tak selamanya

dapat termanifestasikan secara sempurna di alam indrawi (Sobur, 2003:187).

Bahkan kekuatan sebuah agama dalam menyangga nilai-nilai sosial,

menurut Geertz (1992:57), terletak pada kemampuan simbol-simbolnya untuk

merumuskan sebuah dunia tempat nilai-nilai itu, dan juga, kekuatan-kekuatan

yang melawan perwujudan nilai-nilai itu, menjadi bahan-bahan dasarnya.

Agama melukiskan kekuatan imajinasi manusia untuk membangun sebuah

gambaran kenyataan.

Dalam esainya “Religion as a Cultural system” (1996). Geertz memulai

uraiannya tentang agama dengan menyatakan bahwa dia tertarik kepada

“dimensi kebudayaan” agama, dimana dijelaskan bahwa agama menurutnya

adalah : (1) Satu sistem simbol yang bertujuan untuk (2) menciptakan perasaan

dan motivasi kuat, mudah menyebar, dan tidak hilang dalam diri seseorang (3)

dengan cara membentuk konsepsi tentang sebuah tatanan umum eksistensi dan

(4) melekatkan konsepsi ini kepada pancaran-pancaran faktual, (5) dan pada

akhirnya perasaan dan motivasi ini akan terlihat sebagai suatu realitas yang unik

(Sobur, 2003:178-179).

Menurut Sidi Gazalba, religi merupakan kepercayaan pada dan hubungan

manusia dengan yang kudus, dihayati sebagai hakikat yang gaib, hubungan

mana menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikap hidup,

berdasarkan doktrin tertentu (Nazruddin Razak, 1977:77). Agama adalah suatu

(30)

18

masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang

memenuhi syarat untuk disebut “agama” (religious). Banyak dari apa yang

berjudul “agama” termasuk superstruktur agama mengandung tipe-tipe simbol,

citra, kepercayaan, dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia

menginterpretasikan eksistensi mereka.

2.1.4. Semiotika dan Semiologi Komunikasi

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari

jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.

Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan

memaknai hal-hal. Memaknai berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya

membawa informasi, dalam hal mana obyek-obyek itu hendak berkomunikasi,

tetapi juga mengkonstitusikan sistem terstruktur dari tanda (Kurniawan dalam

Sobur, 2004:15).

Kata “semiotika” sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti

“tanda”, atau seme yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika sendiri berakar dari

studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, atau politika.

Bagi seseorang yang tertarik dengan semiotik, maka tugas utamanya adalah

mengamati (observasi) terhadap fenomena-gejala di sekelilingnya melalui

(31)

memiliki sejumlah kriteria seperti : nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan,

keinginan.

Menurut Littlejohn (1996:64) dalam Sobur (2001:15) tanda-tanda (signs)

adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan tanda-tanda dapat

melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika adalah suatu ilmu atau

metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang

dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia, di tengah-tengah manusia

dan bersama-sama manusia.

Semiotika seperti kata Lechte (2001:191) adalah teori tentang tanda dan

penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang

menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana tanda-tanda

dan berdasarkan pada sign system (code) (Segers,2004:4). Hjelmslev (dalam

Christomy,2001:7) mendefinisikan tanda sebagai suatu keterhubungan antara

wahana ekspresi (expression plan) dan wahana isi (content plan). Charles

Morris menyebut semiosis sebagai suatu “proses tanda” yaitu proses ketika

sesuatu merupakan tanda bagi beberapa organisme.

Sedangkan menurut pendapat Eco (1979), semiotika adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk :

(32)

20

digunakan untuk mengatakan kebenaran” (Berger dalam Sobur, 2004:18).

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna ialah

hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda (Littlejohn, 1996). Jika

diterapkan dalam tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata kalimat, tidak memiliki

arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mempunyai arti dalam

kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda

dengan apa yang ditandakan sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang

bersangkutan. Sebuah teks, baik itu lirik lagu, surat cinta, novel, cerpen, puisi,

komik, semua hal itu mungkin menjadi “tanda” dapat dilihat dalam aktifitas

penanda : yaitu suatu proses signifikasi yang menggunakan tanda yang

menghubungkan objek dan interpretasi.

Menurut Jacobson (1963) dalam Sobur (2004:15) kajian semiotika sampai

sekarang telah dibedakan menjadi dua semiotika, yaitu semiotika komunikasi

dan semiotika signifikasi :

1. Semiotika komunikasi yang dikembangkan oleh Charles Sanders Pierce

lebih menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu

diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu

pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi dan

acuan (hal yang dibicarakan).

2. Semiotika signifikasi yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure

(33)

konteks tertentu. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan

makna adalah hubungan objek atau ide dan suatu tanda.

2.1.5. Islami

Tiap-tiap agama pada lazimnya diberi nama sesudah berlalu masa orang

yang mengembangkannya. Nama agama-agama itu disandarkan kepada pendiri

agama tersebut atau kepada suku bangsa dimana agama itu lahir. Nama Islam

mempunyai perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lain. Kata Islam

tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia

atau dari suatu negeri. Hikmah tertinggi dari itu ialah karena Islam adalah

agama wahyu dari Allah SWT.

Islam berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan kepada kehendak Allah

berasal dari kata salama artinya patuh atau menerima. Kata dasarnya adalah

salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Inti makna perkataan

Islam adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati kepada

kehendah Ilahi (Moh. Daud Ali, 2000:49-50).

Kata Islam mengandung pengertian dan prinsip-prinsip yang dapat

didefinisikan secara terpisah dan bila dipahami secara menyeluruh merupakan

pengertian yang utuh :

(34)

22

2. Islam adalah Wahyu Allah

3. Islam adalah Agama Para Nabi dan Rasul

4. Islam adalah Hukum-hukum Allah di dalam Alquran dan Sunnah

5. Islam adalah Jalan Allah Yang Lurus

6. Islam Pembawa Keselamatan Dunia dan Akhirat

(http://www.dakwatuna.com/2007/arti-nama-islam/)

Orang yang masuk Islam dinamakan muslim. Seorang muslim yang benar

adalah orang yang menerima petunjuk Tuhan dan menyerahkan diri untuk

mengikuti kemauan Ilahi. Artinya, orang itu telah taat dan patuh kepada Allah

SWT dan terjamin keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.

Sesungguhnya Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama dari

seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT pada

bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia. Para Rasul yang mengajarkan Islam,

laksana mata rantai yang tersambung-sambung tetapi mereka dalam satu

kesatuan tugas yaitu tugas ketuhanan membawa pengajaran dan peringatan

kepada manusia. Oleh sebab itu, Islam adalah rahmat, hidayat dan petunjuk bagi

manusia yang berkelana dalam kehidupan duniawi, merupakan manifestasi dari

(35)

Tujuan Islam adalah kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia

dan akhirat. Maka ajaran Islam berinti kepada : (1) Ajaran yang mengatur

hubungan manusia dengan Tuhannya, yang meliputi kepercayaan dan

penyembahan (2) Ajaran yang mengatur manusia dengan sesamanya dan

hubungannya dengan alam.

Pandangan Islam selalu bersumber kepada petunjuk wahyu Allah

(Al-Qur’an) untuk selalu mendorong manusia berpikir dan berusaha mencari

kebenaran. Dalam usaha mencari kebenaran hendaknya manusia tidak hanya

menyandarkan diri kepada hasil pemikiran semata, tetapi juga menerima dan

mengikuti ajaran Allah kemudian memikirkannya, karena disanalah terletak

kebenaran mutlak.

Islam tidak hanya mengajarkan segi-segi rohaniah dan pemujaan saja, tidak

pula menyuruh manusia uzlah dari masyarakat dan dunia materi. Tetapi Islam

mengajarkan keharusan terciptanya kesinambungan duniawi yang material dan

kehidupan rohani yang sempurna. Karena Islam adalah kekuatan yang hidup,

dinamis, suatu kode yang cocok dan berdampingan dengan tabiat alam, atau

kode yang meliputi segala aspek kehidupan insani (Nasruddin Razak,

1977:104).

Sebagai agama wahyu terakhir, agama Islam merupakan satu sistem akidah

(kepercayaan) dan syari’ah serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan

manusia dalam berbagai hubungan. Ruang lingkupnya lebih luas dari ruang

(36)

24

Agama Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam

masyarakat termasuk dengan diri manusia itu sendiri tetapi juga dengan alam

sekitarnya.

2.1.6. Dakwah

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil

orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at

dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja

da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Kata dakwah sering

dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu

dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.

Definisi dakwah di dalam Islam adalah sebagai kegiatan mengajak,

mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan

Allah serta berjuang bersama meninggikan agama-Nya. Kata mengajak,

memotivasi, dan mendorong adalah kegiatan dakwah dalam ruang lingkup

tabligh. Kata bashirah untuk menunjukkan dakwah dengan ilmu dan

perencanaan yang baik. Kalimat meniti jalan Allah untuk menunjukan tujuan

dakwah yaitu mardhatillah. Kalimat istiqamah di jalan-Nya untuk menunjukkan

dakwah itu harus berkesinambungan. Sedangkan kalimat berjuang bersama

meninggikan agama Allah untuk menunjukan dakwah bukan untuk

(37)

tidak bisa dlakukan sendiri-sendiri, tetapi harus bersama-sama. (Muhammad Ali

Aziz, 2004:4).

Definisi di atas mencakup pengertian sebagai berikut:

1. Dakwah adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau

mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam.

2. Dakwah adalah suatu proses penyampain ajaran Islam yang dilakukan secara

sadar dan sengaja.

3. Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksanaannya bisa dilakukan dengan

berbagai cara atau metode.

4.Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan mencari

kebahagiaan hidup dunia dan akhirat dengan dasar keridhaan Allah.

5. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan yang mengubah

pandangan hidup, sikap batin dan perilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran

Islam menjadi sesuai dengan tuntunan syari’at untuk memperoleh kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.

http://tri1405.blogsome.com/2007/05/07/apengertian-dakwah/

Makna etimologis Dakwah dapat dilihat dari kata dakwah dalam Al-Quran

yang memiliki banyak arti, antara lain :

a. Menyampaikan dan menjelaskan (QS Fushilat:24, Yusuf : 108 dll)

(38)

26

c. Mengajak dan mengundang (QS Yusuf : 33)

Penulis memahami definisi-definisi tersebut diatas secara utuh dan lengkap

dengan menyimpulkan, bahwa "Dakwah Islam ialah menyampaikan Islam

kepada umat manusia seluruhnya dan mengajak mereka untuk berkomitmen

dengan Islam pada setiap kondisi dan dimana serta kapan saja, dengan

metodologi dan sarana tertentu, untuk tujuan tertentu".

(http://www.ikadi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=123:

arti-dakwah&catid=39:fiqh-dakwah&Itemid=67)

Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk

menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau

melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang

yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek

dakwah disebut "Mad'u".

(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dakwah&action=edit&section=1)

Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan

hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW

mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan,

tulisan dan perbuatan.

(39)

2.1.6.1. Jenis-jenis Dakwah 1. Dakwah Fardiah

Merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang

lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah kecil dan terbatas,

terjadi tanpa persiapan matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori

dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi

contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada

waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran

(tasmiyah).

2. Dakwah Ammah

Merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media

lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan

pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah

(pidato). Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang

dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu

yang berkecimpung dalam soal-doal dakwah.

3. Dakwah bil-Lisan

Adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan

(ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah).

(40)

28

ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang

disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram,

disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.

4. Dakwah bil-Haal

Adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini

dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal

ikhwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang

besar pada diri penerima dakwah.

5. Dakwah bit-Tadwin

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit

at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku,

majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah

sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak

menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat.

6. Dakwah bil Hikmah

Menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu

melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah

(41)

paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah

merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas

dasar persuasif.

2.1.7. Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”

Untuk kesekian kalinya Wali kembali membuat kejutan. Mereka

mengeluarkan sebuah album religi. Dengan musik yang ringan, menggoda dan

pesan yang kuat walaupun di ungkapkan dengan santai, Faank (vokal), Apoy

(gitar), Tomi (drum), Ovie (keyboard & synt), dan Nunu (bass) menampilkan

lagu-lagu dalam album religi mereka dengan kesan yang lebih ringan

dibandingkan dengan album religi pada umumnya yang berkesan berat.

Salah satu lagu yang terdapat dalam album religi tersebut adalah Tomat

(Tobat Maksiat). Seperti lagu Wali yang berjudul “Cari Jodoh”, lagu Tomat

juga diselipkan dengan tema komedi tetapi tetap mempunyai makna dan pesan

yang kuat. Mengajak kaum muda untuk menyambut bulan Ramadhan dengan

baik dan benar tapi tidak berkesan menggurui atau mendoktrin. Serta lirik dan

chord lagu yang ringan dan santai dengan aransemen musik yang mudah

dicerna.

Pada lagu ini mempunyai makna sebuah ajakan dengan nuansa ringan

(42)

30

menjauhi maksiat serta kembali ke jalan yang benar karena kita harus ingat akan

adanya siksa di akhirat. Kebanyakan orang merasa, itu suatu suasana hiburan

yang baik, karena seseorang begitu mudah mempromosikan hal-hal dunia yang

kebanyakannya berunsur dosa ke dalam masyarakat, tetapi orang yang sama

juga di waktu lainnya mengajak manusia di dalam masyarakat yang sama untuk

mengingat Tuhan, Rasul-Nya serta hari Akhirat.

Selain itu, juga mengingatkan seseorang untuk menilai diri sendiri akan apa

teguran atau nasihat yang disampaikan melalui lirik lagu tersebut serta dapat

merubah diri untuk menjadi lebih baik agar senantiasa sadar akan kelemahan

diri sendiri dan berusaha mengubahnya. Serta bagi orang-orang yang belum

mengenal Islam bisa memahami jika agama Islam mengajarkan kebaikan bukan

malah mengajarkan kemudharatan.

2.1.8. Representasi

Representasi menunjuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan

suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep

ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang kongkret. Representasi adalah

konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui penandaan

yang tersedia : dialog, tulisan, video, film, fotografi, dsb. Secara ringkas,

representasi adalah produksi makna melalui bahasa.

(43)

Menurut Stuart Hall (1977), representasi adalah salah satu praktek penting

yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat

luas, kebudayaan menyangkut “pengalaman berbagi”. Sedangkan dikatakan

berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada di suatu

tempat membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang

sama, berbicara dalam “bahasa” yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep

yang sama.

Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama, representasi

mental, yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada di kepala kita masing-masing

(peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang

abstrak. Kedua, “bahasa” yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep

dan ide-ide tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.

Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan

mengkontruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem

‘peta konseptual’ kita. Dalam proses kedua, kita mengkontruksi seperangkat

rantai korespondensi antara ‘peta konseptual’ dengan bahasa atau simbol yang

berfungsi merepresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara

‘sesuatu’, ‘peta konseptual’, dan ‘bahasa/simbol’ adalah jantung dari produksi

makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara

bersama-sama itulah yang kita namakan representasi.

Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan

(44)

32

makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam proses negosiasi

dan disesuaikan dengan situasi yang baru. Intinya adalah makna inheren dalam

sesuatu di dunia ini, ia selalu dikontruksikan, diproduksi, lewat proses

representasi. Ia adalah hasil dari praktek penandaan. Praktek yang membuat

sesuatu hal bermakna sesuatu.

2.1.9. Model Semiologi Roland Barthes

Roland Barthes adalah salah satu tokoh semiologi komunikasi yang

menganut aliran semiologi komunikasi strukturalisme Ferdinand de Saussure.

Semiologi strukturalis Saussure lebih menekankan pada linguistik.

Menurut Shldosvsky “karya seni adalah karya-karya yang diciptakan

melalui teknik-teknik khas yang dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi

karya yang seartistik mungkin” (Budiman, 2003:11).

Sedangkan pendekatan karya strukturalis memberikan perhatian terhadap

kode-kode yang digunakan untuk menyusun makna. Strukturalisme merupakan

suatu pendekatan yang secara khusus memperhatikan struktur karya sastra atau

seni. Fenomena kesastraan dan estetika didekati sebagai sistem tanda-tanda

(Budiman, 2003:11).

Linguistik merupakan ilmu tentang bahasa yang sangat berkembang

menyediakan metode dan peristilahan dasar yang dipakai oleh seorang

semiotikus dalam mempelajari semua sistem tanda sosial lainnya. Semiologi

(45)

dari kandungannya (Kurniawan, 2001:156). Di dalam semiologi seseorang

diberikan “kebebasan” di dalam memaknai sebuah tanda.

Roland Barthes mendasari kajian-kajian Barthes terhadap objek-objek

kenyataan/unsur kebudayaan yang sering ditelitinya. Cakupan kajian

kebudayaan Barthes sangat luas. Kajian ini meliputi kesusastraan, perfilman,

busana dan berbagai fenomena kebudayaan lainnya. Sebuah garmen, sebuah

mobil, sepinggan masakan, sebuah bahasa isyarat, sebuah film, sekeping musik,

sebuah gambar iklan, sepotong perabot, sebuah kepala judul surat kabar, ini

semua memang nampaknya objek-objek heterogen.

Menurut Barthes (Kurniawan, 2001:89), analisis naratif struktural secara

metodologis berasal dari perkembangan awal atas apa yang disebut linguistik

struktural sebagaimana pada perkembangan akhirnya dikenal sebagai semiologi

teks atau semiotika. Jadi, secara sederhana analisis naratif struktural dapat

disebut juga sebagai semiologi teks karena memfokuskan diri pada naskah.

Intinya sama, yakni mencoba memahami makna suatu karya dengan menyusun

kembali makna-makna yang tersebar dengan suatu cara tertentu.

Signifier (penanda) adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang

bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau

dibaca. Signified (petanda) adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep

(aspek mental) dari bahasa (Kurniawan, 2001:30).

Pada setiap terbitannya Roland Barthes membahas “Mytology of the month”

(46)

34

denotatif tanda-tanda dalam budaya pop menyingkapkan konotasi yang pada

dasarnya adalah “mitos-mitos” yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih

luas yang membentuk masyarakat.

Salah satu area terpenting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang

tanda adalah peran pembaca. Konotasi walaupun merupakan sifat asli tanda,

membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang

lebar mengulas apa yang sering disebut sistem pemaknaan tataran kedua, yang

dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.

1. Signifier

(penanda)

2. Signified

(petanda)

3. Denotative sign (tanda denotative)

4. CONNOTATIVE SIGNIFIER

(PENANDA KONOTATIF)

5. CONNOTATIVE SIGNIFIED

(PETANDA KONOTATIF)

6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

Sumber : Paul Cobley & Litza Jansz. 1999. Intruducting Semiotics. NY: Totem Books, hlm. 51

(Gambar 2.1) Peta tanda Roland Barthes

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas

penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, tanda

(47)

konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung

kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya (Sobur,

2003:68-69).

Pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian

secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam

pengertian umum denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna

yang “sesungguhnya”, bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi

atau acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional, disebut sebagai denotasi

ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai

dengan apa yang terucap. Akan tetapi, di dalam semiologi Roland Barthes dan

para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama,

sementara konotasi tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih

diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan dengan demikian, sensor atau

represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiahan

denotasi yang bersifat opresif ini. Konotasi identik dengan operasi ideologi

yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan

memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu

periode tertentu.

Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda,

namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai

(48)

36

suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda

dapat memiliki beberapa penanda.

Yang menjadi alasan atau pertimbangan Barthes menempatkan ideologi

dengan mitos, karena baik di dalam mitos maupun ideologi hubungan antara

penanda konotatif dan petanda konotatif terjadi secara termotivasi. Ideologi ada

selama kebudayaan ada, dan itulah sebabnya Barthes berbicara tentang konotasi

sebagai suatu ekspresi budaya. Kebudayaan, mewujudkan dirinya di dalam

teks-teks dan demikian, ideologi pun mewujudkan dirinya melalui berbagai kode

yang merembes masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda penting,

seperti tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain (Sobur, 2003:70-71).

Semiologi Roland Barthes, jelas sangat terkait dengan strukturalisme adalah

usaha untuk menunjukkan bagaimana makna literatur bergantung pada

kode-kode yang diproduksi oleh wacana-wacana yang mendahului dari sebuah

budaya. Secara luas kode-kode budaya ini telah menggiringkan suatu makna

tertentu bagi manusia. Kode-kode budaya ini terlihat jelas bila kita mengkaji

mitos-mitos yang tersebar dalam kehidupan keseharian.

Mitos menurut Barthes adalah sebuah sistem komunikasi yang dengan

demikian dia adalah sebuah pesan. Mitos kemudian tak mungkin dapat menjadi

sebuah obyek, sebuah konsep, atau sebuah ide karena mitos adalah sebuah

mode penindasan yakni sebuah bentuk.

Mitos sebagai bentuk tidak dibatasi oleh obyek pesannya, tetapi dengan cara

(49)

mitos, tetapi dengan cara apa mitos menuturkan pesan itu. Dengan demikian ada

batas-batas formal dari mitos, tetapi tak ada batasan yang “substansial”. Sejarah

manusia mengkonversikan realitas ke dalam tuturan (speech) dan manusia

sendirilah yang menentukan hidup dan matinya bahasa mistis. Kuno atau tidak,

mitologi hanya dapat memiliki sebuah landasan sejarah, yakni tipe tuturan yang

terpilih dari sejarah dan dia tidak mungkin dapat berkembang dari “hakikat”

benda-benda (Kurniawan, 2001:83-84).

Di mata Barthes, suatu karya atau teks merupakan sebentuk kontruksi

belaka. Bila hendak menemukan maknanya, maka yang dilakukan adalah

rekontruksi dari bahan-bahan yang tersedia, yang tidak lain adalah teks itu

sendiri. Sebagai sebuah proyek rekontruksi, maka pertama-tama teks tersebut

dipenggal-penggal terlebih dahulu menjadi beberapa “leksia” atau satuan

bacaan tertentu. Leksia ini dapat berupa kata, beberapa kalimat, sebuah

paragraph, atau beberapa paragraph.

Dengan memenggal teks itu maka pengarang tak lagi jadi perhatian. Teks

bukan lagi menjadi milik pengarang, tetapi menjadi milik pembaca dan

bagaimana pembaca memproduksi makna itu.

Produksi makna dari pembaca itu sendiri akan menghasilkan kejamakan.

Tugas para semiolog atau pembaca kemudian adalah menunjukkan sebanyak

mungkin makna yang mungkin dihasilkan. Barthes menyebut proses ini sebagai

(50)

38

Cara kerja Barthes sebagai upaya untuk mengeksplisitkan kode-kode narasi

yang berlaku dalam suatu naskah realis. Barthes berpendapat bahwa Sarrasine

ini terangkai dalam kode rasionalisasi, suatu proses yang mirip dengan yang

terlihat dalam retorika tentang tanda mode. Lima kode yang ditinjau Barthes

adalah :

1. Kode Hermeneutik atau kode teka-teki

Berkisar pada harapan untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan

yang muncul dalam teks. Kode teka-teki merupakan unsur struktur yang

utama dalam narasi tradisional. Di dalam narasi ada suatu kesinambungan

antara pemunculan suatu peristiwa teka-teki dan penyelesainnya di dalam

cerita.

2. Kode Semik atau kode konotatif

Kode Semik atau kode konotatif menawarkan banyak sisi. Dalam proses

pembaca, pembaca menyusun tema suatu teks dengan melihat konotasi

kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokkan dengan konotasi

kata atau frase yang mirip. Jika melihat suatu kumpulan satuan konotasi,

kita akan menemukan tema di dalam cerita. Jika sejumlah konotasi

melekat pada suatu nama tertentu, akan dapat mengenali suatu tokoh

dengan atribut tertentu. Perlu dicatat bahwa Barthes menganggap denotasi

(51)

3. Kode simbolik

Merupakan suatu pengkodean fiksi yang paling struktural, atau tepatnya

menurut konsep Barthes, pasca struktural. Hal ini didasarkan pada

gagasan bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan

baik dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses produksi wicara,

maupun pada taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses. Dalam suatu

teks verbal, perlawanan yang bersifat simbolik seperti ini dapat dikodekan

melalui istilah-istilah retoris seperti antitesis, yang merupakan hal yang

istimewa dalam sistem simbol Barthes.

4. Kode Proaretik atau kode tindakan/lakuan

Kode Proaretik atau kode tindakan/lakuan dianggapnya sebagai

perlengkapan utama teks yang dibaca orang artinya, antara lain, semua

teks yang bersifat naratif. Kita mengenal kode lakuan atau peristiwa

karena kita dapat memahaminya. Pada kebanyakan fiksi, kita selalu

mengharaplakuan di-“isi” sampai lakuan utama menjadi perlengkapan

utama suatu teks.

5. Kode gnomik/kode kultural

Kode gnomik atau kode kultural banyak jumlahnya. Kode ini merupakan

acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh

budaya. Realisme tradisional didefinisi oleh acuan ke apa yang telah

diketahui. Rumusan suatu budaya atau subbudaya adalah hal-hal kecil

(52)

40

2.2. Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam

memaknai suatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan latar belakang

pengalaman (field of reference) dan pengetahuan (frame of experience) yang

berbeda-beda pada setiap individu. Dalam menciptakan sebuah pesan

komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lagu maka pencipta lagu juga tidak

terlepas dari dua hal tersebut.

Begitu juga peneliti dalam merepresentasi tanda dan lambang yang ada

dalam obyek, juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti. Dalam

penelitian ini peneliti melakukan representasi terhadap tanda dan lambang

berbentuk tulisan pada lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” dengan

menggunakan metode semiologi Roland Barthes yang menitik beratkan pada

hubungan penanda dan petanda yang ada pada lirik lagu tersebut. Dimana

sebagian besar dengan menunjukkan bagaimana aspek denotatif tanda-tanda

menyingkapkan konotasi yang pada dasarnya adalah “mitos-mitos” yang

dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas, sehingga akhirnya dapat

diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai lirik lagu tersebut.

Dari data-data berupa lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” karya Wali

band, kata-kata dan rangkaian kata dalam kalimat lirik lagu tersebut kemudian

dianalisis dengan menggunakan metode signifikasi dua tahap (two order of

(53)

(denotative sign) terdiri atas penanda dan petanda (signifier signified) dan pada

tataran kedua tanda denotatif (denotative sign) juga merupakan penanda

konotatif (connotative signifier) sehingga muncul petanda konotatif

(connotative signified) yang akan membentuk tanda konotatif (connotative

sign). Dalam tahap kedua dari tanda konotatif akan muncul mitos yang

menandai masyarakat yang berkaitan dengan budaya sekitar. Kemudian teks

akan direpresentasi dengan menggunakan lima macam kode Barthes, yaitu kode

hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode gnomik

untuk pemaknaan melalui pembacaan dari kode-kode tersebut akan di ungkap

substansi dari pesan dibalik lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”.

Lirik Lagu

“Tomat (Tobat

Maksiat)” band

Wali

Analisis semiologi

Roland Barthes : 5

kode yaitu

hermeneutik,

semik, simbolik,

proaretik, dan

gnomik

Representasi dari

pembacaan

kode-kode yang ada

dalam lirik lagu

“Tomat (Tobat

Maksiat)”

(Gambar 2.2)

(54)
(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Artinya data yang digunakan merupakan data kualitatif yaitu tidak menggunakan data atas angka-angka, melainkan berupa pesan-pesan verbal (tulisan) yang terdapat dalam lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”. Data-data kualitatif tersebut berusaha diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi-referensi secara ilmiah.

Alasan digunakannya metode deskriptif kualitatif berdasarkan beberapa faktor, yaitu menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda dan metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pengaruh pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002:5). Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002:4) menggunakan metode kualitatif sebagai berikut :

“Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada individu secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai kebutuhan”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif interpretatif, penelitian ini akan mendekontruksi tanda-tanda dengan menggunakan metode semiologi dari Roland Barthes, yaitu metode signifikasi dua tahap (two order of

(56)

43

signification). Dimana pada tataran pertama tanda denotatif (denotative sign)

terdiri atas penanda dan petanda (signifier signified) dan pada tataran kedua tanda denotatif (denotative sign) juga merupakan penanda konotatif (connotative signifier) sehingga muncul petanda konotatif (connotative

signified) yang akan membentuk tanda konotatif (connotative sign). Dalam

tahap kedua dari tanda konotatif akan muncul mitos yang menandai masyarakat yang berkaitan dengan budaya sekitar.

Dengan semiotika kita berurusan dengan tanda, dengan tanda-tanda kita mencoba mencari keteraturan di tengah dunia yang centang-perenang ini, setidaknya agar kita mempunyai pegangan. “Apa yang dikerjakan oleh semiotika adalah mengerjakan kita bagaimana menguraikan aturan-aturan tersebut dan membawa pada sebuah kesadaran” (Sobur, 2003:16).

3.2. Corpus

(57)

Lirik Wali - Tomat (Tobat Maksiat)

dengarlah hai sobat saat kau maksiat

dan kau bayangkan ajal mendekat apa kan kau buat

kau takkan selamat

pasti dirimu habis dan tamat bukan ku sok taat

sebelum terlambat

ayo sama-sama kita taubat dunia sesaat

awas kau tersesat

ingatlah masih ada akhirat astafighrullahal’adzim reff:

ingat mati, ingat sakit ingatlah saat kau sulit

ingat ingat hidup cuman satu kali berapa dosa kau buat

berapa kali maksiat

ingat ingat sobat ingatlah akhirat cepat ucap astafighrullahal’adzim pandanglah ke sana

lihat yang di sana

mereka yang terbaring di tanah bukankah mereka

pernah hidup juga

kita pun kan menyusul mereka

(58)

45

3.3. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda-tanda berupa tulisan, terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat, yang ada pada lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder yang diperoleh dari :

1. Data primer : pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendengarkan lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” yang dipopulerkan oleh Wali Band, kemudian membaca serta memahami kata-perkata dari lirik lagu tersebut. Yang kemudian ditulis kembali oleh peneliti untuk dijadikan bahan penelitian.

2. Data sekunder : pengumpulan data sekunder dengan melalui penggunaan bahan referensi, seperti buku-buku, artikel dan internet untuk memperoleh berbagai hal yang berhubungan dengan objek kajian yang diteliti.

3.5. Teknik Analisis Data

(59)

dengan menggunakan pandangan dari Roland Barthes, yaitu metode signifikasi dua tahap (two order of signification) yang akan dianalisis menggunakan lima macam kode pembacaan menurut Barthes, yaitu kode hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode gnomik untuk pemaknaan sebuah tanda sehingga akan mengetahui tanda denotatif dan tanda konotatifnya.

(60)

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Group band Wali cukup sukses dalam dunia musik indonesia. Diawali kesuksesan album pertama dengan lagu Dik kemudian album kedua yang bertajuk cari jodoh dengan hits single Cari Jodoh, Wali kembali mengeluarkan album terbaru yang bernuansa religi untuk menyambut bulan ramadhan. Album terbaru Wali band yang bernuansa religi ini bertajuk Ingat Shalawat. Dengan musik yang ringan, menggoda dan pesan yang kuat walaupun di ungkapkan dengan santai, Wali menampilkan lagu-lagu dalam album religi mereka dengan kesan yang lebih ringan dibandingkan dengan album religi pada umumnya yang berkesan berat.

Salah satu lagu yang terdapat dalam album religi tersebut adalah Tomat (Tobat Maksiat). Seperti lagu Wali yang berjudul “Cari Jodoh”, lagu Tomat juga diselipkan dengan tema komedi tetapi tetap mempunyai makna dan pesan yang kuat. Mengajak kaum muda untuk menyambut bulan Ramadhan dengan baik dan benar tapi tidak berkesan menggurui atau mendoktrin. Serta lirik dan chord lagu yang ringan dan santai dengan aransemen musik yang mudah dicerna.

(61)

Pada lagu ini mempunyai unsur dakwah yang bermakna sebuah ajakan dengan nuansa ringan untuk menjauhi maksiat serta kembali ke jalan yang benar. Kebanyakan orang merasa, itu suatu suasana hiburan yang baik, karena seseorang begitu mudah mempromosikan hal-hal dunia yang kebanyakannya berunsur dosa ke dalam masyarakat, tetapi orang yang sama juga di waktu lainnya mengajak manusia di dalam masyarakat yang sama untuk mengingat Tuhan, Rasul-Nya serta hari Akhirat.

Selain itu pada realitas zaman sekarang, lewat musik siapa saja bisa menyampaikan beragam pesan hingga berdakwah. Karena penyampaian dakwah tidak akan sampai kepada sasarannya apabila tidak membaur dan mengakomodasi dengan perilaku, kebudayaan, dan keadaan masyarakat. Singkatnya, apa yang selalu mereka kerjakan dan mereka sukai, di sanalah kita bisa menjadikannya media untuk berdakwah. Keuntungannya, pesan-pesan Islam akan sampai kepada mereka, tanpa mengganggu kegemaran mereka sekaligus mengalihkan dari hal-hal buruk ke hal yang positif.

(http://qultummedia.com/Kabar-Qultum/Review-Buku/senandung-cahaya-islam-melalui-pop-religi.html).

(62)

49  

pada akhirnya akan diketahui makna pesan di dalam lirik tersebut dengan menggunakan semiologi Roland Barthes.

4.2. Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” menurut semiologi Roland Barthes

Salah satu area yang dirambah oleh Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Roland Barthes sebagai salah satu seorang pengikut Saussure membuat model sistematika dalam menganalisa makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih bertujuan pada gagasan tentang signifikasi dua tahap terhadap tanda (two step significations).

Tahap pertama, tanda merupakan hubungan antara signifier dan signified, Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Selanjutnya tahap kedua ialah makna konotasi dari tanda, hal ini mengambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaanya. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap suatu objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya (Fiske, 1990:72).

(63)
[image:63.612.150.556.224.538.2]

di dalam masyarakat kita. Bila dijelaskan berdasarkan peta tanda Barthes, maka lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” akan tampak sebagai berikut :

Gambar 4.1. Peta Tanda Roland Barthes (Sobur, 2004:69)

1. Signi

Gambar

Gambar 4.1. Peta Tanda Roland Barthes (Sobur, 2004:69)
Tabel 4.1.
Gambar 4.2. Peta Tanda Bait 1 Lirik 3
Gambar 4.3. Peta Tanda Bait 1 Lirik 5
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan cara memaknai setiap kata yang terdapat dalam baris kalimat yang terdapat dalam bait, serta setiap bait dalam keseluruhan lirik lagu “Dari

Artinya penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk- bentuk satuan lingual dalam kohesi gramatikal dan leksikal pada lirik lagu group band wali dalam

Lirik lagu “Bibir” yang dipopulerkan oleh penyanyi Samantha Band adalah sebuah proses komunikasi yang mewakili seni karena terdapat informasi atau pesan yang

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Adapula pesan dakwah yang terkandung pada lirik lagu “Hasbunallah” ini dibuktikan pada lirik (dia selalu ada, untuk kita, untuk semua,dia selalu ada, tuk hambanya, yang

Kesimpulan dari hasil analisis dan interpretasi terhadap representasi nasionalisme kebangsaan yang terkandung dalam lirik lagu “Dari Mata Sang Garuda” adalah adanya ungkapan

Lirik lagu “Bibir” yang dipopulerkan oleh penyanyi Samantha Band adalah sebuah proses komunikasi yang mewakili seni karena terdapat informasi atau pesan yang

Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk mengetahui representasi seksualitas yang terkandung dalam lirik lagu “Paling Suka 69” Karya Julia Perez yang kedua kalinya di