ABSTRAK
STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERILAKU AGRESIF SUPORTER TIM SEPAK BOLA PSM MAKASSAR
Patricius Leo Tandiari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran berbagai macam perilaku agresif yang dilakukan oleh para supporter saat menonton dan mendukung tim kesayangannya di dalam stadion.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian berupa deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah kelompok suporter The Mac’z Man, yang merupakan kelompok suporter tim PSM Makassar. Pengumpulan data menggunakan dua metode yakni observasi dan wawancara. Observasi dilakukan pada tiga pertandingan dan dilakukan oleh dua observer. Pengamatan terhadap hasil rekaman video menambah keakuratan hasil observasi. Proses wawancara dilakukan terhadap tiga orang supporter yang selalu hadir dalam setiap pertandingan dan mempunyai posisi yang berbeda dalam struktur organisasi The Mac’z Man. Hasil wawancara digunakan sebagai pelengkap data observasi yang telah didapatkan.
ABSTRACT
DESCRIPTIVE STUDY ABOUT AGGRESIVE BEHAVIOR of PSM MAKASSAR’S SUPPORTERS
Patricius Leo Tandiari Faculty of Psychology Sanata Dharma University
Yogyakarta
This research aim to know assorted picture of aggresive behavior done by the supporter when looking and supports their darling team in stadium.
This research is qualitative research with research design in the form of qualitative descriptive. This research subject is group of suporter The Mac'z Man, which is group of suporter team PSM Makassar. Data collecting applies two methods namely observation and interview. Observation done by three contests and done by two observer. Observation to result of video record adds accuracy result of observation. Interview process is done to three supporters who always present in every contest and has different position in organization chart of The Mac'z Man. Result of interview applied as complement of observation data which has been got.
STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERILAKU AGRESIF SUPORTER
TIM SEPAK BOLA PSM MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Patricius LeoTandiari
NIM : 019114014
Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi
PERSEMBAHAN
Seorang manusia,
tidak akan bisa mengusung kebahagiaan semua orang
sekaligus dan yang bisa dia lakukan
hanyalah melindungi kebahagian setiap orang
yang dia cintai satu per satu
Sejarah adalah jalan kehidupan setiap orang,
tidak peduli jalan apa yang kita tempuh,
Terus maju ke depan, jangan takut, jangan mundur,
jangan pernah bersembunyi,
dan ketika suatu waktu nanti kita tersadar, kita akan
melihat jalan terbaik yang sudah kita lalui
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :
Ia yang telah meletakkan batu pertama dalam hidupku dan memberi modal yang sangat cukup untuk membangun kehidupan yang baru ;
Alm.Bapak dan Ibu tercinta. Kepada keempat kakak-kakakku yang memberi berbagai pengalaman
My sweet Angel, Ike dan kepada semua orang yang telah memberikan cinta dan kepercayaannya
MOTTO
YOU’LL NEVER WALK ALONE
(LIVERPOOLDIAN)
DOMINUS ERIT TECUM IN OMNE TEMPORE ET LOCO
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagaian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,….., 2007
Penulis
ABSTRAK
STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERILAKU AGRESIF SUPORTER TIM SEPAK BOLA PSM MAKASSAR
Patricius Leo Tandiari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran berbagai macam perilaku agresif yang dilakukan oleh para supporter saat menonton dan mendukung tim kesayangannya di dalam stadion.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian berupa deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah kelompok suporter The Mac’z Man, yang merupakan kelompok suporter tim PSM Makassar. Pengumpulan data menggunakan dua metode yakni observasi dan wawancara. Observasi dilakukan pada tiga pertandingan dan dilakukan oleh dua observer. Pengamatan terhadap hasil rekaman video menambah keakuratan hasil observasi. Proses wawancara dilakukan terhadap tiga orang supporter yang selalu hadir dalam setiap pertandingan dan mempunyai posisi yang berbeda dalam struktur organisasi The Mac’z Man. Hasil wawancara digunakan sebagai pelengkap data observasi yang telah didapatkan.
ABSTRACT
DESCRIPTIVE STUDY ABOUT AGGRESIVE BEHAVIOR of PSM MAKASSAR’S SUPPORTERS
Patricius Leo Tandiari Faculty of Psychology Sanata Dharma University
Yogyakarta
This research aim to know assorted picture of aggresive behavior done by the supporter when looking and supports their darling team in stadium.
This research is qualitative research with research design in the form of qualitative descriptive. This research subject is group of suporter The Mac'z Man, which is group of suporter team PSM Makassar. Data collecting applies two methods namely observation and interview. Observation done by three contests and done by two observer. Observation to result of video record adds accuracy result of observation. Interview process is done to three supporters who always present in every contest and has different position in organization chart of The Mac'z Man. Result of interview applied as complement of observation data which has been got.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tri Tunggal Maha Kudus dan Bunda Allah Santa Perawan Maria yang dengan rahmat-Nya senantiasa menyertai dan melindungi setiap umat-Nya yang berlindung pada- umat-Nya. Tuhan berkarya dalam berbagai cara dan jalan yang
bahkan tidak akan terduga oleh siapapun dengan karya- Nya yang Agung, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skirpsi ini.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis tidak pernah ditinggalkan oleh Allah yang Maha Kuasa yang setia mendampingi penulis hingga akhir penulisan skripsi yang nampak secara nyata dalam bentuk berbagai bantuan dan dukungan baik
secara mental, spiritual, pemikiran, waktu, pendampingan dan bahkan materi dari berbagai pihak yang memungkinkan dan menolong penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih atas segala bantuan dalam berbagai wujud tersebut dan pada kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. YAHWE, Allah yang hidup, hidup dan berkuasa, hidup dan kekal. Engkau adalah Tuhan, orang tua, pendamping, rekan, teman, sahabat, yang selalu berjalan
bersamaku kapan dan dimana pun aku berada. “Dominus Erit Tecum In Omne Tempore Et Loco.”
2 Bp. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
4. Ibu M. L. Anantasari,S.Psi., M.Si., my mentor. Terima kasih atas pendampingan,
dukungan, dan kebijakan yang ibu berikan utamanya atas waktu dan kesabaran yang diberikan dalam membaca, mengoreksi, membaca dan mengoreksi lagi serta membimbing anak bengal ini. Dalam bimbinganmu aku belajar, bekerja, dan
berkembang.
5. Perdana Mentri kelompok suporter The Mac’z Man, Bapak Ocha Alim Bachri,
yang telah memberi izin penelitian terhadap kelompok suporter The Mac’z Man. 6. Daeng Uki selaku dirigen lapangan, mentri bisnis dan usaha The Mac’z Man dan
ketua sektor Mamajang. Than’x untuk semua informasinya serta
pendampingannya selama di lapangan.
7 Subyek D.U., Eff. dan Jef, yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini
terutama dalam berbagai pengalaman menarik dan menegangkan saat berada dalam stadion yang penuh dengan gemuruh para suporter. Makasih banyak ces atas bantuannya, viva The Mac’z Man dan sampai jumpa di dalam stadion di
Tribun Timur kebanggaan kita.
8. Ondi, my partner and my best friend , Than’x bos untuk semuanya. Sudah bantu saya, temani saya, cari orang, ketemu bencong, masuk stadion bareng, nongkrong
bareng di stadion, cari tiket, jalan-jalan keliling Makassar. Ingat bos kalo pulang langsung ke rumah, jangan sering main ke Mall tanpa diketahui. Besok ada mi
kartu anggotamu ces.ok!
9. My lovely Ike. Than’x God, You gave me a beautiful angel. Tuhan Tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi memberi apa yang kita butuhkan.
Saat-saat akhir Saat-saat saya sendiri, ditinggalkan, hilang pegangan, hilang motivasi, Tuhan mengirimkan sesuatu yang indah dalam hidupku yang mencintai, mendampingi
eyes when I cuoldn’t see, for sharing everything, for being my part of my life, and
for everytihing you’ve done. Let’s realise our dream, sweety.
10. My best Partner Jogiaraja Warnold Paternus Sitanggang, meski jauh kita tak pernah terpisah. Thanx sobat dukungan dan doanya. Terima kasih untuk keluarga
Sitanggang Belibis, rumah kedua saya.
11. The Mac’z Man, warga negara Republik The Mac’z Man. The Mac’z Man...
EWAKO. Paentengi Siri’nu, Siri’ Na Pacce. Gunung tinggi kan kudaki lautan luas kan kusebrangi hanya untuk mendukungmu PSM.
12. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Psikologi yang dengan tulus membagi
ilmunya dan membimbing penulis selama menjalani masa studi. Bu Lusi, tiada semester tanpa kehadiranmu dan tiada ramai tanpa omelanmu. Bu Nimas, trima
kasih atas izinya,boleh jadi asisten mesti dengan modal pas-pasan. Penguasa lantai III, Lab.Psikologi mas Muji Beckham, yang selalu sepi di awal musim tapi ramai saat tengah musim sampai akhir musim praktikum, GOD BLESS, you. Mas Doni
dengan segala koleksi yang mendampinginya di ruang baca. Mbak Nani dan Mas Gandung (Milanista) di sekretariat yang membantu proses lancaranya segala macam administrasi. Spesial salam untuk pemegang kunci ruangan dan kartu lift,
Pak Giyono, yang dengan keramahan dan senyumannya membuat suasana fakultas jadi beda dan ceria.Bapak yang sabar ya pak, meski datang paling pagi
dan pulang paling sore.
13. Ayah dan ibuku yang adalah orang tua, teladan, guru dan temanku. Terima kasih atas cinta, doa dan bimbingan kalian. Kalian berdua adalah guru terbaik bagiku
semua yang telah kalian berikan selain menjalani hidup dengan lebih baik. Kalian
meletakkan batu pertama dalam hidupku, memberikan modal yang lebih dari cukup sehingga aku bisa membangun rumah kehidupanku dengan baik. Terima kasih Tuhan, telah menyerahkan aku dalam bimbingan mereka.
14. Kakak-kakakku, Yanti, Fifi, Nini, Oce’... terima kasih atas semua yang kita lalui bersama. Trima kasih bos atas semua doa dan dukungan baik berupa materi
maupun moril. Akhirnya saya lulus juga, jadi ibu tidak ada beban lagi dan sekarang marikita yang menjaga ibu. Ok ?
15. Buat keluarga di Daya’, om sama bunda, trima kasih atas dukungannya terlebih
atas prakarsa, dukungan dan usulannya sehingga saya bisa kuliah di jogja. Terima kasih atas semua perhatian dan doanya.
16. Keluarga besar Ne’ Lotong yang telah memberi doa-doa dan segala macam dukungan. Terima kasih kakek, nenek, om, tante, kakak-kakak dan adik-adikku semua, Patric sudah lulus. Sapa lagi dari keluarga ta’ yang nyusul ?
17. Keluarga besarku dari Buntao’, terima kasih atas segala dukungannya selama ini dalam berbagai rupa utamanya Ma’ Desta, Ma’ Liwan dan Ma’ Sari. Bapak tidak ada bukan berarti kita semua putus hubungan. Terima kasih kakak-kakakku.
18. Siska ’01, S.Psi. Tahnx bu atas semuanya ; buku, panduan pemikiran dan inspirasi yang diberikan lewat skripsi. Sukses selalu, GBU. Bherta, ’01, S. Psi. Skripsimu
jadi inspirasiku saat-saat terakhir mengalami kebuntuan mencari jalan ke luar. Anak Gunung Agung, S.Psi. Saat semua pergi dan tidak ada teman untuk ‘pegangan’ tiba-tiba ada kamu. Thanx Bro
ke ke lainnya. I’ll Never Walk Alone. Pada akhirnya semua akan berpisah, bukan
berakhir tetapi memulai sesuatu yang baru. Kita akan ketemu lagi sobat
20. Anak-anak Psikologi ’01 kelas A, B, C. Viva Bangsat. Thanx untuk semua yang telah kita lalui bersama hingga saat-saat akhir. Ingatlah kapan pun dan dimana
pun kalian berada, tatkala mendengar kata BANGSAT, kalian tahu siapa yang dimaksud.
21. Teman-temanku di BEMF Psikologi periode 2002 – akhir 2003 (BEM-nya Agus) dan periode 2004 - 2005 (BEM-nya Anton). Thanx untuk pengalaman yangkita alami bersama.maju terus BEM Psikologi jangan mati.
22. Teman-temanku si Psikososial Yakkum, hari-hari pendampingan yang kita lalui bersama sungguh sangat berharga, takkan pernah bisa terganti oleh apa pun.
Terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi salah satu bagian Psikososial Yakkum. Banyak pelajaran yang aku terima dari kalian. Than’x friends.
23. Kerukunan Keluarga Katolik Keuskupan Agung Makassar, (K2KAMSY) anak-anak Concat, Kayen, Klasman, Paingan, Kaliurang. Ayo bangkitkan lagi K2KAMSY jangan sampai mati. Kita bisa melakukannya semua sobat. Ingat satu
hal apa pun acara dan kegiatannya yang penting makannya bung.
24. Jon Pepayu, Patrick Edi, S.E., Ak., Feni S.T., Marson ‘Anak Padi’, Banci Brothers
Ronald & Rolens, kak Nunu’, angkatanku Fr.Lukas, Yuyud, Soelja. Trima kasih bos untuk semua bantuannya selama ini. Bantuan kalian sangat berarti bagiku. 23. Ikatan Persaudaraan Misdinar St. Jakobus, Mariso. Than’x atas semua dukungan
hinaan pujian yang terus memacu semangatku.
25. Semua teman-teman dan handai taulan yang terus mendukungku, maaf jika belum
tertulis.
25. Semua pihak yang membantu saya untuk menyelesaikan karya ini, trima kasih.
Yogyakarta...2007
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
MOTTO...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi
ABSTRAK...vii
ABSTRACT...viii
KATA PENGANTAR...ix
DAFTAR ISI...xv
DAFTAR TABEL...xix
DAFTAR SKEMA...xx
DAFTAR LAMPIRAN...xxi
BAB I. PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah ……...……….1
B. Rumusan Masalah …….………..………...7
C. Tujuan Penelitian ………..………..……...7
D. Manfaat Penelitian ………...7
BAB II. LANDASAN TEORI...9
A. Perilaku Agresif………...………...9
1. Pengertian Perilaku Agresif...………..…...9
2. Jenis-Jenis Agresi..………..….10
b. Teori Belajar : Modelling and Conditioning...17
c. Teori Interaksi Sosial...18
4. Faktor-Faktor Pemicu Perilaku Agresif...20
B. Suporter Sepak Bola.………...23
1. Definisi Suporter Sepak Bola...………..………..23
2. The Mac’z Man .………...…………..………...25
C. Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola PSM Makassar (The Mac’z Man) ...…………..………...…………...29
D. Kerangka Berpikir...34
BAB III. METODELOGI PENELITIAN...35
A. Metode Penelitian……….…...………...………..35
B. Responden...……….………..35
C. Batasan Istilah………...36
1. Perilaku Agresif...…………..………..36
2. Suporter SepakBola….…...………..38
3. Suporter Sepak Bola PSM Makassar...38
4. Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola PSM Makassar...38
D. Tahap Penelitian ………...40
1. Perencanaan Penelitian……..…….………..40
2. Pelaksanaan Penelitian……….40
E. Metode Pengumpulan Data ….………..41
1. Metode Observasi …………...……..………...41
2. Metode Wawancara ...….………..………...42
F. Metode Analisis Data ..………...………...44
2. Analisis Data………...44
3. Interpretasi Data………...46
G. Kredibilitas dan Konfirmabilitas Penelitian ……….………47
1. Kredibilitas………..47
2. Konfirmabilitas………...48
BAB IV. PROSES PENELITIAN, ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA………50
A. Proses Penelitian………...50
1. Prosedur Awal Penelitian………...50
2. Deskripsi Kelompok Suporter The Mac’z Man………...52
3. Waktu Pengambilan Data……….58
4. Proses Pengambilan Data……….59
a. Observasi Awal……….59
b. Observasi………...59
c. Wawancara………....61
B. Analisis Hasil Observasi………....62
1. Perilaku Para Supporter Saat Pertandingan Berlangsung……….62
2. Deskripsi Perilaku Agreisf The Mac’z Man Saat Menonton Pertandingan………66
a. Observasi Pertandingan Oleh Observer I……….67
b. Observasi Pertandingan Oleh Observer II………...73
c. Kesimpulan Perilaku Agresif Suporter Saat Menonton Pertandingan………...76
1. Bentuk-Bentuk Perilaku Suporter………..85
2. Alasan-Alasan Perilaku Agresif Suporter………..93
3. Kesimpulan Hasil Wawancara………...98
D. Dinamika Perilaku Agresif Suporter………101
E Pembahasan……….108
F. Keterbatasan Penelitian………119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...121
A. Kesimpulan………..121
B. Saran………122
DAFTAR PUSTAKA...123
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Perilaku Agresif The Mac’z Man Pada Observasi Awal....39
Tabel 2 Interview Guides...………...43
Tabel 3 Kode Observasi Perilaku Agresif Suporter…………..……45
Tabel 4 Jadwal Penelitian………...…..58
Tabel 5 Pembagian Grup Turnamen Jusuf Cup……….67
Tabel 6 Kesimpulan Perilaku Agresif The Mac’z Man Pada Tiga Pertandingan………... 80
Tabel 7 Kesimpulan Hasil Rekaman Video………...83
Tabel 8 Kesimpulan Hasil Observasi……….84
Table 9 Kesimpulan Hasil Wawancara ……….99
Daftar lampiran
1. Kode Observasi Pertandingan
2. Kesimpulan Observasi Pertandingan
3. Kode Wawancara
4. Transkrip Wawancara
5. Surat keterangan penelitian dari Universitas
Daftar Skema
Skema 1. Alur Koordinasi Organisasi The Mac’z Man………...28
Skema 2. Alur Penelitian...………34
Skema 3. Denah Stadion PSM dan Tempat Duduk The Mac’z Man
di dalam Stadion………57
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku agresif sebenarnya bukanlah hal baru dan mungkin sudah menjadi
bagian dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai macam bentuk perilaku ini tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti pemukulan, pelemparan, hinaan, makaian, ejekan bahkan sampai pada penganiayaan dan pembunuhan.
Pemberitaan akan tindakan-tindakan kekerasan sebagai wujud perilaku agresif sangat gencar dan banyak. Media-media elektronik memberi waktu khusus untuk membahas
berbagai macam perilaku agresif demikian pula media cetak yang bahkan ada yang mengkhususkan pada berita-berita yang mengandung unsur kekerasan dan agresi setiap hari. Pemberitaan lewat berbagai media dan kejadian-kejadian di sekitar kita
seolah ingin menekankan bahwa perilaku agresif ada dan dekat dengan kehidupan manusia.
Sikap agresif dimiliki oleh setiap orang yang diperoleh sejak lahir ( Freud,
dalam Bandura,1973) dan bersifat instingtual (Lorenz, 1966) dan bahkan oleh Murray (dalam Hall, 2001) dikategorikan sebagai salah satu kebutuhan manusia. Maka dapat
dikatakan bahwa setiap orang memiliki kecenderungan untuk agresif. Sebagai suatu sifap tentu saja agresif hanya dapat diamati dalam bentuk perilaku yang menggambarkan sifat tersebut. Perilaku agresif merupakan suatu perilaku yang
ditujukan untuk melukai orang lain dengan atau tanpa tujuan tertentu (Aronson dalam Koeswara,1988). Obyek yang dikenai perilaku ini tidak ingin mengalaminya (Baron
Perilaku agresif muncul karena terpicu oleh banyak hal. Selain karena sifat ini
sudah menjadi bawaan sejak lahir yang merupakan fakor internal tetapi juga didukung oleh fakor-faktor ekstenal seperti rasa marah dan frustasi (Sears, 2001; Baron & Byrne, 2003), ingin melindungi diri (Sears, 2001) dari ancaman tertentu dan bahkan
keadaan lingkungan yang tidak menyenangkan, seperti cuaca panas, dapat menimbulkan sifat ini (Sears, 2001), sehingga sifat dan perilaku agresif akan semakin
berkembang jika faktor-faktor eksternalnya mendukung.
Sasaran atau obyek dari perilaku agresif yang sifatnya destruktif atau menghancurkan ini, tidak terbatas pada manusia atau makhluk hidup (Baron dan
Byrne, 2005; Huffman, 2000; Bandura, 1973; Sears, 1985; Chaplin, 2002), tetapi juga pada benda-benda (Bandura,1973; Chaplin,2002). Bentuk-bentuk agresi pun beragam
mulai dari fisik seperti pembunuhan, pengerusakan, perkelahian sampai pada non fisik seperti menghina, menyebarkan rumor dan mengintimidasi (Baron dan Byrne, 2003; Hall, 2001; Bandura, 1973). Adakalanya agresi dilakukan secara langsung seperti
memukul orang lain, tetapi terkadang agresi juga dilakukan secara tidak langsung seperti sindiran dan tulisan-tulisan yang disampaikan lewat media massa. Variasi obyek dan bentuk agresi ini terkadang tidak disadari sehingga seseorang atau
sekelompok orang merasa tidak melakukan agresi.
Perilaku agresif dapat terjadi kapan dan dimana saja dengan situasi atau
keadaaan apa saja, karena bentuk, alasan pemicu dan obyeknya sangat bervariasi. Berbagai kegiatan yang melibatkan manusia berpotensi melahirkan perilaku agresif meskipun tujuan kegiatan itu baik. Olah raga adalah salah satu bentuk kegiatan
Tindak kekerasan dan perilaku agresif memang terkadang muncul dalam
kegiatan olah raga utamnya olah raga bela diri dimana orang-orang yang mengikuti olah raga ini sebagaian besar harus kontak fisik dengan orang lain seperti memukul dan menendang. Perilaku-perilaku ini memang tidak tergolong dalam bentuk perilaku
agresif karena diajarkan sebagai suatu keterampilan dan tetap terkontrol penggunaannya dalam olah raga yang bersangkutan. Faktanya, perilaku agresif
terkadang terjadi pada olah raga lain selain bela diri, yang secara gamblang mengajarkan keterampilan untuk berperilaku agresif, dan yang paling sering adalah olah raga sepak bola yang mana perilaku agresif tidak hanya dilakukan oleh para
pemain tetapi juga oleh para penonton pertandingan sepak bola atau yang kita kenal dengan istilah suporter.
Sepak bola dan kekerasan serta kebrutalan seolah-olah menjadi bagian yang tak terpisahkan bahkan sepak bola terkesan menjadi olah raga yang penuh dengan kekerasan. Para insan sepak bola tentu tak bisa melupakan tragedi Heysel yang sangat
terkenal, yang terjadi pada tanggal 29 Mei 1985, di mana terjadi bentrokan antar suporter yang mengakibatkan tewasnya tiga puluh sembilan orang (Pikiran Rakyat, 7 Agustus 2005). Dunia sepak bola di tanah air kita pun tak jauh beda, bahkan lebih
keras lagi. Kerusuhan yang terjadi di Surabaya pada tanggal 4 September 2006, yang disebut-sebut sebagai kerusuhan terbrutal dalam dunia sepak bola Indonesia (BOLA,
7 September 2006), adalah salah satu contohnya. Bentrokan suporter yang terjadi di Jepara tanggal 12 Maret 2006, antara Jetmen (suporter Persijap Jepara) dengan para Panser Biru dan Snex (suporter PSIS Semarang) mengakibatkan banyak korban
luka-luka ( Liga Indonesia.com). Putaran final Ligina (Liga Indonesia) VII yang mempertemukan empat tim besar yaitu Persija Jakarta, PSMS Medan, PSM Makassar
mengakibatkan puluhan orang terluka dan patah tulang dan harus dirawat di Rumah
Sakit. (Suara Karya, 17 Maret 2006).
Selain bentrok dengan suporter yang lain, para suporter fanatik ini terkadang mengadakan pengerusakan terhadap sarana dan prasarana sehingga menimbulkan
teror di mayarakat. Pengerusakan fasilitas umum di pelabuhan Tanjung Perak oleh suporter PSM Makassar, gerbong kereta api yang rusak karena dilempari batu oleh
para Bonek (suporter Persebaya Surabaya) (Suara Karya 17 Maret 2006), pembakaran fasilitas di stadion Bung Karno, Senayan, juga oleh para Bonek, penyerbuan rumah-rumah ibadat di Jawa Barat oleh suporter yang tidak dikenal, (BOLA, 20 September
2005) dan yang paling parah adalah pengeruskan sarana dan prasarana stadion 10 November di Surabaya oleh para Bonek (BOLA, 7 September 2006). Ada banyak
kekerasan yang terjadi di lapangan sepak bola entah itu kekerasan oleh para pemain dan pengurus klub sepak bola maupun oleh suporter. Fakta-fakta tersebut semakin menguatkan image atau gambaran yang melukiskan olah raga sepak bola penuh
dengan kekerasan.
Perilaku agresif yang dilakukan oleh para suporter seperti tidak dapat dikendalikan dan tetap saja ada padahal sudah dikerahkan pengamanan dan
pengantisipasian kerusuhan pada setiap pertandingan. Perilaku agresif yang mereka lakukan menjadi perilaku agresif komunal, secara bersama-sama dengan tujuan
tertentu. Berbeda dengan perilaku agresif komunal lainnya, perilaku agresif para suporter mempunyai alasan yang bervariatif dan terkadang muncul secara insidental tergantung situasi dan kondisi dilapangan seperti kepemimpinan wasit dan kekalahan
Penelitian ini secara spesifik akan dilakukan terhadap kelompok suporter PSM
Makassar, dimana telah diketahui bahwa kelompok suporter ini merupakan salah satu kelompok suporter sepak bola yang besar di Indonesia dan juga terkenal sering membuat keributan serta bentrok dengan kelompok suporter lain (Fajar Online, 8 Juli
2006). Pengerusakan fasilitas umum di pelabuhan Tanjung Perak, (Suara Karya 17 Maret 2006), bentrok dengan kelompok suporter Persija Jakarta, PSMS Medan, PSM
Makassar dan Persebaya Surabaya di Jakarta mengakibatkan puluhan orang terluka dan patah tulang dan harus dirawat di Rumah Sakit (Suara Karya, 17 Maret 2006) adalah contoh kecil perilaku agresif suporter PSM Makassar. Bahkan saat bentrok
dengan Bonek, yang bergabung dengan SNEX PSIS Semarang (Fajar Online 17 September 2005), suporter PSM Makassar telah mempersiapkan diri mereka dengan
panah, pedang, parang, dan senjata tajam lainnya (Pembayun’s Father Diary, 8 Desember 2005) sehingga terkesan bahwa mereka memang berniat untuk membuat kerusuhan. Obyek perilaku mereka tidak hanya fasilitas umum dan kelompok suporter
lain tetapi juga tim PSM sendiri. Suporter tim PSM Makassar melakukan pelemparan pada timnya saat bertanding dengan hasil seri malawan Persik Kediri. (BOLA, 23 Maret 2005), bahkan suporter PSM Makassar memberi ultimatum kepada pengurus
PSM Makassar untuk mundur (Tribun Makassar,3 Maret 2006).
Kelompok suporter di Makassar sangat banyak jumlahnya dan dari sekian
banyak kelompok suporter yang ada di Makassar peneliti memilih kelompok The Mac’z Man dengan pertimbangan bahwa kelompok inilah yang merupakan satu-satunya kelompok yang diakui di Indonesia dan terdaftar di PSSI sebagai kelompok
suporter PSM Makassar sehingga The Mac’z Man telah menjadi icon suporter tim PSM Makassar. The Mac’z Man mengklaim kelompok mereka sebagai kelompok
mereka tercatat melakukan berbagai perilaku agresif dan kerusuhan seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya.
Perilaku agresif suporter termasuk The Mac’z Man baru terdeteksi dan akan ditanggapi ketika sudah menjadi besar dan bersifat komunal, namun melihat berbagai
bentuk perilaku agresif yang ada, mungkinan saja telah ada perilaku-perilaku agresif yang mereka lakukan sebelumnya meski terkadang bersifat individual atau juga
kelompok namun dalam skala kecil dan terkadang tidak disadari bahkan dianggap wajar. Peneliatian ini ingin menggambarkan apa dan bagaimana bentuk perilaku agresif yang dilakukan oleh suporter The Mac’z Man utamanya saat menonton
pertandingan PSM Makassar melawan tim lain.
B. Rumusan Masalah
Pemaparan latar belakang telah memberikan suatu gambaran tentang permasalahan yang akan digali lebih dalam pada penelitian ini. Untuk lebih memperjelas fokus masalah yang akan dibahas maka disimpulkan dalam rumusan
masalah ;
Bagaimana gambaran berbagai bentuk perilaku agresif yang dilakukan oleh
The Mac’z Man (kelompok suporter PSM Makassar) saat mendukung tim PSM Makassar yang bertanding melawan tim lain.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bentuk-bentuk
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretik :
Menambah kasanah pengetahuan ilmu psikologi utamanya di bidang
Psikologi Sosial tentang perilaku agresif yang dilakukan oleh para suporter, secara spesifik pada The Mac’z Man (suporter sepak bola tim PSM Makassar).
2. Manfaat praktis :
a. Sebagai bahan referensi bagi para petugas keamanan agar lebih memahami perilaku suporter di lapangan sehingga dapat mengantisipasi secara dini
segala macam bentuk perilaku yang dapat menjurus ke arah perilaku anarkis yang dapat mengakibatkan perilaku agresif dalam skala yang besar seperti kerusuhan
b. Sebaga bahan referensi bagi pihak-pihak yang terkait dengan para suporter sepak bola secara khusus organisasi kelompok suporter The Mac’z Man (suporter PSM Makassar) untuk mengetahui dan memahami
bentuk-bentuk perilaku agresif yang sering dilakukan oleh para suporter sehingga dapat mengantisipasi dan mengontrol tindakan kekerasan yang dilakukan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perilaku Agresif
1. Pengertian Perilaku Agresif
Berbicara mengenai perilaku agresif tidak bisa lepas dari sifat agresif. Sebagai
suatu sikap, agresi hanya dapat diamati melalui perilaku yang nampak dan inilah yang disebut sebagai perilaku agresif. Meskipun istilah ini tertuju pada suatu perilaku tertentu namun dalam pendefenisian terminologi ini, oleh banyak ahli, ternyata
bermacam-macam. Menurut Bandura (1973), adanya berbagai macam definisi agresi sebagai suatu perilaku disebabkan oleh anggapan atau pemahaman dari para ahli. Ada
beberapa ahli yang mendeskripsikan agresi semata-mata sebagai atribut suatu perilaku, namun ada juga yang mengasumsikan adanya peran dorongan, kesamaan emosi atau berdasarkan intensitas tindakan yang berpotensi untuk melukai. Ternyata
dengan istilah yang sama tidak selalu menyiratkan kesamaan arti.
Sebuah definisi klasik yang diutarakan oleh Buss (Krahe`2005) mengenai perilaku agresi adalah sebuah respon yang mengantarkan stimuli ‘beracun’ kepada
makhluk hidup lain. Hal senada diutarakan oleh beberapa ahli yaitu Dollard, Doob, Miller, Mowrer dan Sears (1939) yang mengatakan bahwa perilaku agresi adalah
suatu rangkaian perilaku yang mana bertujuan untuk melukai orang lain secara langsung (Bandura, 1973). Baron (1994) mengutarakan hal yang serupa dimana dia mengatakan bahwa perilaku agresif merupakan suatu tingkah laku yang bertujuan
Melihat banyak ahli yang mendefenisikan perilaku ini sebagai suatu perilaku
individu atau seseorang terhadap individu atau obyek lain maka definisi yang ditawarkan oleh Berkowitz memperlihatkan sesuatu yang berbeda. Berkowitz (1980) mengatakan bahwa agresi adalah suatu keinginan untuk melukai satu sama lain, baik
secara fisik maupun psikologis. Ini berarti subyek dapat menjadi obyek agresi dalam waktu yang bersamaan. Lebih lanjut Berkowitz mengatakan bahwa keinginan ini
bertujuan untuk menghindarkan rasa sakit bagi si pelaku. Keinginan tersebut dipengaruhi oleh berbagai motiv yang terkombinasi dan sering muncul saat emosi seseorang menjadi tinggi utamanya saat marah. Pada saat ini seseorang tidak akan
berpikir akan akibat yang ditimbulkannya dan apa yang orang lain akan katakan mengenai dirinya. Yang penting adalah melukai orang yang memprovokasinya.
Dari berbagai definisi yang sudah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresi adalah suatu perilaku individu yang bermaksud untuk menyerang dan melukai orang, makhluk dan benda lain secara fisik maupun psikologis, dimana
korban tidak ingin mendapat perlakuan tersebut.
2. Jenis-Jenis Agresi
Sebagai suatu sikap dan sifat, agresi tidak dapat dijabarkan dalam bentuk yang konkrit. Agresi hanya dapat dilihat dalam bentuk perilaku yang menggambarkan
agresi itu sendiri. Ada berbagai macam perilaku yang menggambarkan suatu agresifitas. Perilaku-perilaku itu oleh beberapa ahli telah digolongkan, dan akhirnya muncullah suatu penggolongan perilaku agresi yang sering disebut sebagai
bentuk-bentuk atau jenis-jenis agresi.
Berkowitz (Koeswara, 1988), membagi perilaku agresif ke dalam dua jenis
a. Agresi Instrumental. Ini adalah suatu bentuk agresi yang dilakukan oleh
organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. b. Agresi impulsif (agresi benci). Ini adalah suatu bentuk agresi yang dilakukan
semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti.
Bentuk agresi ini tidak bertujuan selain untuk menimbulkan kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban.
Kemudian Moyer (dalam Koeswara, 1988) membagi perilaku agresi
ke dalam berbagai bentuk. Moyer mambagi perilaku agresi ke dalam tujuh bentuk yaitu :
a. Agresi predatori adalah agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran obyek alamiah (mangsa). Biasanya terdapat pada organisme atau species hewan yang
menjadikan organisme atau species lain sebagai mangsanya.
b. Agresi antar jantan adalah agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh kehadiran sesama jantan pada suatu species
c. Agresi ketakutan adalah agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk menghindari ancaman.
d. Agresi tersinggung adalah agresi yang dibangkitkan oleh perasaan tersinggung
atau kemarahan. Respon menyerang muncul terhadap stimulus yang luas (tanpa memilih sasaran), baik berupa obyek-obyek hidup maupun mati.
e. Agresi pertahanan adalah agresi yang dilakukan oleh organisme dalam rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari ancaman atau gangguan dari anggota species-nya sendiri. Ini disebut juga agresi teritorial.
g. Agresi instrumental adalah agresi yang dipelajari, diperkuat,dan dilakukan
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Menurut Moyer (Koeswara, 1988), tidak ada satu pun dari ketujuh tipe agresi ini yang eksklusif artinya tipe-tipe ini dengan intensitas yang berbeda bisa ditemukan
baik pada hewan maupun pada manusia. Moyer juga membagi agresi berdasarkan kuantitas dan normalitas pelakunya. Berdasarkan kuantitas pelakunya agresi
dibedakan menjadi agresi individual yaitu agresi yang dilakukan secara individu atau perorangan dan agresi kolektif, yaitu agresi yang dilakukan secara kolektif atau bersama-sama oleh beberapa individu. Sedangkan berdasarkan normalitas pelakunya
agresi dibedakan menjadi agresi normal yaitu agresi yang diakibatkan oleh stimulus yang jelas dan nyata dan agresi patologis yaitu agresi yang disebabkan oleh adanya
penyakit mental.
Berbeda dengan Berkowitz dan Moyer yang memandang perilaku agresi berdasarkan motif-motif pelakunya, Sears membagi perilaku agresi berdasarkan norma yang ada
dalam masyarakat. Sears (1991) membagi perilaku agresi ke dalam tiga bentuk yaitu : a. Agresi antisosial yaitu tindakan agresi yang tidak sesuai dengan norma sosial
yang ada seperti tindakan kriminal (perampokan, pembunuhan. pemukulan).
b. Agrsesi prososial yaitu tindakan agresi yang diatur oleh norma sosial seperti hukuman yang diberikan atas tindak kejahatan.
c. Agresi yang disetujui (sanctioned aggression) yaitu agresi yang tidak diterima dalam norma sosial tapi masih dalam batas yang wajar. Tindakan tersebut tidak melanggar standar moral yang telah diterima seperti seorang wanita yang
Pembagian bentuk-bentuk perilaku agresif yang cukup lengkap diutarakan
oleh Buss (Pearlman& Cosby, 1983) dimana dia membagi perilaku agresif ke dalam tiga bentuk yaitu :
a. Perilaku agresi secara fisik dan verbal.
b. Perilaku agresi yang dilakukan secara aktif dan pasif.
c. Perilaku yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Dari ketiga kriteria ini Buss mengembangkannya menjadi delapan bentuk perilaku agresif yang merupakan kombinasi dari ketiga aspek di atas. Adapun delapan bentuk perilaku agresif tersebut adalah :
a. Fisik-aktif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara fisik, dengan aktif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku
ini adalah memukul langsung orang lain.
b. Fisik-aktif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara fisik, dengan aktif tetapi tidak langsung diarahkan pada obyek.
Contoh perilaku ini adalah membuat jebakan untuk orang lain.
c. Fisik-pasif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara fisik, tetapi pasif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh
perilaku ini adalah tidak memberi jalan pada orang lain yang mau lewat. d. Fisik-pasif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi
secara fisik, tetapi pasif dan tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menolak mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh orang lain.
f. Verbal-aktif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku
agresi secara verbal, dengan aktif tetapi tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menyebarkan gosip.
g. Verbal-pasif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi
secara verbal, tetapi pasif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menolak untuk berbicara.
h. Verbal-pasif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara verbal, tetapi pasif dan tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menggerutu.
Dari semua teori tentang bentuk-bentuk perilaku agresif yang telah diungkapkan, bentuk-bentuk perilaku agresif yang diungkapkan oleh Buss merupakan
bentuk yang paling lengkap dimana mencakup semua aspek. Oleh karena itu bentuk-bentuk perilaku inilah yang akan digunakan sebagai acuan bentuk-bentuk-bentuk-bentuk perilaku agresif dalam penelitian ini.
3. Teori Agresi
Ada beberapa pendapat ahli mengenai perilaku agresi ini. Para ahli psikologi
mengajukan berbagai teori mengenai perilaku agresi ini. Mereka mencoba menerangkan bagaimana perilaku agresi terbentuk apa yang memicu munculnya
perilaku ini. Pada penelitian ini akan digunakan beberapa teori yang mencoba menggambarkan perilaku agresif tersebut. Teori-teori tersebut adalah teori Hipotesis-Frustrasi Agresi oleh Dollard dan kawan-kawan (1939); belajar oleh Bandura (1973);
interaksi sosial oleh Tedeschi dan Felschon (dalam Krahe`,2005) dan GAAM (General Affectif Aggression Model) oleh Lindsay dan Anderson pada tahun 1996 (Baron &
a. Teori Hipotesis Frustrasi-Agresi
Teori yang cukup terkenal, yang membahas agresifitas sebagai suatu dorongan, adalah Hipotesis frustrasi-Agresi yang diperkenalkan oleh Dollard dkk.
Pada tahun 1939 (Baron & Byrne, 2005). Awalnya teori ini memuat dua hal yang penting yaitu; frustrasi selalu memunculkan bentuk tertentu dari agresi dan agresi
selalu muncul dari frustrasi, sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman frustrasi memicu munculnya dorongan untuk bertindak agresif terhadap sumber atau penyebab frustrasi dan mengarah pada suatu perilaku agresif. Tetapi disadari bahwa tidak semua
frustrasi menimbulkan respon agresif dan dan tidak semua perilaku agresif merupakan hasil frustrasi yang dialami sebelumnya. Menyadari hal itu maka Miller, pada tahun
1941 (Krahe` 2005) merevisi teori ini sehingga bukan menjadi suatu yang mutlak bahwa frustrasi melahirkan agresi dan agresi sebab dari frustrasi melainkan menjadi suatu probabilitas dimana dikatakan bahwa frustrasi menyebabkan sejumlah respon
yang berbeda-beda dan agresi adalah salah satu diantaranya. Kemungkinan frustrasi akan memunculkan respon agresif bergantung pada variabel-variabel yang mempengaruhinya. Agresi bisa terhambat jika muncul hal-hal seperti takut akan
hukuman karena perilaku agresi tersebut dan tidak ada penyebab frustrasi. Senada dengan Miller, Bandura (1973) juga menegaskan bahwa lingkungan dan interaksi
individu dengan determinasi dan hukuman dapat mempengaruhi perilaku agresi karena faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan, mengurangi perilaku agresi, tetapi selain itu tidak menutup kemungkinan bahwa faktor-faktor tersebut juga tidak
b. Teori Belajar : Modelling and Conditioning
Teori ini diungkapkan oleh Bandura dimana dia mengatakan bahwa individu tidak digerakkan untuk menyerang oleh keinginan dari dalam dirinya melainkan oleh keadaan lingkungannya (Bandura, 1973). Kemudian oleh Bandura dikatakan bahwa
perilaku agresif dihasilkan oleh pola asuh (nurture) yang diperoleh melalui proses belajar. Pengondisian instrumental (reward and punishment) dan meniru (modelling)
merupakan mekanisme yang kuat untuk memunculkan perilaku agresif Bandura dalam Krahe` 2005).
Bandura (1973) mempertegas pendekatan sosial learning dan membedakan
dengan pendekatan lain dengan membuat suatu skema dimana dijelaskan bahwa kejadian yang tidak mengenakkan (aversif) akan membangkitkan emosional individu.
Dilakukannya pengantisipasian kejadian dari individu akan memperkuat dan memotivasi individu untuk bertindak dan dari proses ini muncullah berbagai respon seperti : dependensi; achievement (pencapaian tujuan); withdrawal (penarikan diri)
dan resignation (kepasrahan); agresi; psikosomatis; ketergantungan pada obat-obatan dan alkohol; membentuk problem solving (pemecahan masalah). Perilaku-perilaku tersebut tidak akan sama pada semua orang tergantung pada seberapa besar
kemampuan coping individu terhadap stress akibat kejadian tertentu dan seberapa efektif tindakan itu bagi individu itu sendiri.
c. Teori Interaksi Sosial
Tedeschi dan Felschon (1994 hlm. 348) menawarkan konsep baru tentang agresifitas. Mereka mengganti terminologi agresifitas sebagai suatu perilaku koersif
yang dikonsepkan sebagai hasil dari proses pengambilan keputusan dimana pelakunya pertama-tama memutuskan menggunakan strategi koersif untuk mempengaruhi orang
2005). Perilaku koersif sendiri didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan dengan
niat membuat orang lain menderita atau memaksa orang lain patuh (Krahe`, 2005). Adapun bentuk koersif ada tiga yaitu :
1) Ancaman, komunikasi yang dilakukan untuk menyakiti target.
2) Hukuman, tindakan yang dilaksanakan untuk menyakiti target.
3) Paksaan badaniah, kontak fisik yang bertujuan untuk melarang atau
memaksa orang lain melakukan sesuatu.
Pemilihan strategi koersif ditentukan oleh tingkat keefektifan perilaku koersif
tersebut dimana semakin cepat hasil yang didapat maka perilaku itu yang akan dipilih.
Dalam teroi ini ditekankan bahwa agresi adalah bentuk tindakan koersif khusus, yang merupakan salah satu tindakan sosial, dimana bukan satu-satunya strategi potensial
untuk memaksa dan mempengaruhi individu lain .
Lindsay dan Anderson pada tahun 1996 (Baron & Byrne, 2005) membuat suatu model pembentukan perilaku agresi yang tergolong paling modern yang
terkenal dengan nama GAAM (General Affective Aggression Model / Model Agresi Afektiv Umum), yang mana merupakan penyempurnaan dari berbagai model yang sudah ada. Dalam teori ini dikatakan bahwa banyak sekali variabel yang dapat
menjadi pemicu munculnya perilaku agresi. Keseluruahan variabel terbagi ke dalam dua kelompok besar yaitu variabel perbedaan individual dan variabel situasional.
Adapun variabel-variabel perbedaan individual meliputi :
1) Sifat yang mendorong individu melakukan agresi seperti mudah sekali marah.
3) Nilai mengenai kekerasan seperti pandangan bahwa kekerasan
merupakan hal yang baik. Biasanya dianggap sebagai suatu kebanggaan tersendiri atau menunjukkan sifat maskulin.
4) Keterampilan spesifik yang terkait pada agresi seperti mengetahui cara
berkelahi dan menggunakan senjata. Sedangkan variabel-variabel situasional meliputi :
1) Perasaan frustrasi yang dialami.
2) Bentuk serangan tertentu dari orang lain seperti penghinaan.
3) Tanda-tanda yang berhubungan dengan agresi misalnya senapan atau
senjata lainnya.
4) Hampir semua hal yang menyebabkan individu merasa tidak nyaman
seperti suhu udara yang tinggi, rasa sakit, kebosanan, polusi udara dan lain sebagainya.
Selain variabel-variabel pemicu perilaku agresif, Anderson juga
mengemukakan bahwa ada tiga proses dasar pembentukan perilaku agresif yang terjadi dalam diri individu yaitu :
1) Keterangsangan atau arousal ; bangkitnya keterangsangan pada
fungsi-fungsi fisiologis dan antusiasme.
2) Keadaan afektif atau affective states ; bangkitnya perasaan hostile dan
tanda-tanda yang tampak dari hal ini seperti ekspresi wajah marah.
3) kognisi atau cognition ; bangkitnya pikiran-pikiran hostile atau membawa ingatan hostile kedalam pikiran
Namun disamping itu perilaku agresif juga tergantung pada interpretasi individual
akan situasi saat kejadian berlangsung dan faktor-faktor peringatan yang ada.
4. Faktor-Faktor Pemicu Perilaku Agresi
Sebagai suatu perilaku, maka pembentukan perilaku agresif tentu saja dipengaruhi oleh banyak hal. Banyak ahli menjabarkan faktok-faktor pemicu yang
dapat memunculkan perilaku ini, mulai dari kepribadian individu; keadaan lingkungan dan orang-orang di sekitar bahkan sampai pada situasi setempat seperti suhu udara dan kepadatan ruangan. Baron dan Byrne (2005) membagi faktor-faktor pemicu
munculnya perilaku agresif ke dalam tiga bagian besar yang kemudian diperinci lagi ke dalam beberapa bagian. Adapun variabel itu dijelasakan sebagai berikut :
a. Variabel sosial
1) Frustrasi ; termuat dalam hipotesis frustrasi agresi. Tidak terpenuhinya sesuatu yang diharapkan atau yang diinginkan
membuat frustasi dan terkadang mengarah pada perilaku agresi. 2) Provokasi ; tindakan dari orang lain yang cenderung memicu agresi
pada diri si penerima. Bentuknya bisa secara fisik maupun verbal.
3) Agresi yang dipindahkan; agresi pada seseorang yang bukan menjadi sumber provokasi. Agresi ini terjadi karena orang yang ingin
melakukan agresi tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber provokasi awal.
4) Pemaparan terhadap kekerasan di media ; agresi terpicu dengan
5) Keterangsangan yang meningkat ; keterangsangan dalam suatu situasi
dapat tersisa dan dapat muncul kembali saat mengahadapi situasi berikutnya. Hal ini dapat membuat agresi tidak meningkat tetapi juga dapat meningkatkan agresi tergantung pada pemikiran individu.
b. Variabel pribadi
1) Kepribadian yang sudah ada pada tiap orang ; ada orang yang
mempunyai kepribadian yang memicu perilaku agresif mereka. Ini tergolong sebagai orang tipe A yang memiliki kepribadian yang kompetitif, selalu terburu-buru, mudah tersinggung sedangkan
bertolak belakang dengan orang-orang yang bertipe B yang kepribadian mereka tidak memicu perilaku agresif yaitu tidak
kompetitif, tidak selalu terburu-buru, tidak mudah kehilangan kendali.
2) Bias atribusional hostile; saat individu memiliki kecenderungan untuk
mempersepsikan buruk motif tindakan orang lain saat tindakan tersebut dirasa ambigu.
c. Variabel situasional
1) Suhu udara yang tinggi ; suhu udara yang tinggi akan cenderung meningkatkan agresi, tetapi hanya sampai titik tertentu. Di atas
tingkat tertentu agresi menurun selagi suhu udara menigkat.
2) Konsumsi alkohol ; pengkonsumsian alkohol dapat meningkatkan agresi utamanya pada individu yang dalam keadaan normal
menunkjukkan tingkat agresi yang rendah.
Selain yang sudah diungkapkan oleh Baron dan Byrne (2005), beberapa ahli
oleh Berkowitz digolongkan termasuk ke dalam variabel sosial dimana penciptaan
senjata dapat memicu munculnya perilaku agresif (Berkowitz, 1980) dan adanya lembaga-lembaga yang menurut Zenden (1984) melegalkan perilaku agresif seperti akademi militer dan berbagai macam olah raga yang melakukan kontak fisik. Variabel
situasional semakin diperkaya dengan beberapa pendapat ahli dimana diungkapkan bahwa kondisi yang tidak menyenangkan yang menimbulkan rasa sakit ( Berkowitz,
1980), kepadatan ruang dan Crowding (Krahe`, 2005), kebisingan (Donnerstain dan Wilson dalam Krahe`, 2005) dan polusi udara (Baron dan Bell dalam Krahe`,2005) dapat menjadi pemicu munculnya perilaku agresif.
B. Suporter Sepak Bola 1. Suporter Sepak Bola
Suporter adalah kata-kata yang sudah tidak asing terdengar. Kata-kata ini mengacu pada sekelompok orang yang berkumpul untuk mendukung atau
menyemangati suatu tim atau kelompok. Suporter sendiri diartikan sebagai orang yang memberikan pertolongan atau simpati pada suatu tim atau kelompok tertentu (Oxford Dictionary, 1989). Hal senada juga dikatakan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1988), dimana suporter diartikan sebagai orang yang memberikan dukungan utamanya dalam suatu pertandingan. Bahkan secara lebih spesifik
dijelaskan bahwa suporter merupakan penonton yang mendukung suatu pihak dalam suatu pertandingan olah raga. Mereka meneriakkan seruan-seruan yang dapat menjadi dorongan bagi pemain yang didukungnya untuk menang dan teriakan mereka juga
Sepak bola sebagai suatu cabang olah raga mempunyai peminat yang cukup
banyak. Olah raga sepak bola merupakan olah raga yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing tim, yang berjumlah sebelas orang, berlomba untuk memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan. Peraturan-peraturan yang ada dan
segala teknik dan taktik yang dimainkan oleh para pemain sepak bola membuat permainan ini menjadi semakin menarik untuk ditonton (www.wikipedia.com).
Seperti yang dikatakan dalam bab sebelumnya bahwa suporter dan sepak bola menjadi hal yang tak terpisahkan. Orang-orang yang menonton pertandingan sepak bola baik yang di stadion maupun hanya lewat layar kaca bahkan yang hanya bisa
mendengar lewat radio tidak sekedar menikmati pertandingan sepak bola tetapi sudah lebih jauh dimana mereka mendukung tim yang disenanginya atau dijagokannya.
Suporter sepak bola diartikan sebagai para pendukung suatu tim sepak bola. Mereka ini biasanya membentuk kelompok suporter dengan berbagai nama untuk mendukung tim kesayangan mereka (BOLA, September 2005). Mereka datang ke
stadion untuk melihat tim mereka bertanding dan mendukung mereka dengan harapan tim yang mereka dukung memenangi pertandingan. Berbagai seruan-seruan dan teriakan-teriakan penyemangat dilantunkan oleh para pendukung ini untuk
membela tim mereka.
2. The Mac’z Man (Suporter PSM Makassar)
Seperti daerah-daerah lain di Indonesia yang memiliki tim sepak bola kebanggannya, maka Makassar mempunyai suatu tim sepak yang menjadi kebanggan
masyarakat Makassar yaitu PSM yang merupakan akronim dari Persatuan Sepak Bola Makassar. Sebagai salah satu tim besar di persepakbolaan tanah air, PSM mempunyai
sendiri. Para suporter ini membentuk berbagai kelompok suporter yang mana
kelompok-kelompok suporter tersebut menjadi wadah bagi para suporter untuk memberi dukungan nyata pada tim PSM.
The Mac’z Man adalah salah satu kelompok suporter kreatif PSM Makassar.
Kata Mac’z Man sendiri terinspirasi dari kata Makassar Mania yang dimodifikasi sedemikian rupa. Organisasi yang berdiri pada tanggal 1 Februari 2000 ini
mempunyai sekretariat yang juga berfungsi sebagai markas besar (Mabes) yang sering digunakan sebagai tempat kumpul anggota, mengurus administrasi dan sebagai tempat rapat. Adapun sekretariat organisasi ini tidak tetap, dan setiap tahun berpindah,
berganti-ganti ke setiap sektor, dengan alasan untuk semakin mempererat persaudaraan antar suporter dan agar saling memperhatikan satu sama lain.
Struktur organisasi The Mac’z Man menggunakan sistim yang mirip dengan struktur organsisasi pemerintahan, dimana pada setiap jabatan diberikan nama seperti pada nama jabatan struktur pemerintahan yang ada. Organisasi ini dipimpin oleh
seorang Presiden dan dalam menjalankan tugasnya, utamanya tugas-tugas harian dan lapangan, dibantu oleh seorang Perdana Mentri. Perdana Mentri ini yang nantinya juga akan membawahi ketua-ketua sektor yang mengepalai tiap sektor yang ada di
berbagai tempat yang jumlah keseluruhannya ada enam puluh tiga sektor. Sektor-sektor tersebut terbagi dalam tiga bagian besar yaitu: Sektor-sektor umum yang mana
terbentuk di beberapa tempat atau daerah di Makassar dan anggotanya adalah warga di sekitar daerah tersebut; sektor pendidikan yang dibentuk di beberapa SMU yang ada di Makassar dan anggotanya adalah siswa di SMU tersebut; dan sektor yang
Sekretaris Jendral (sekjen) adalah jabatan berikutnya yang berada sederajat
dengan perdana menteri. Sekjen ini membantu perdana mentri dalam mengurus administrasi dari masalah keanggotaan dan aturan-aturannya sampai pada penulisan dan pengumpulan lagu-lagu dan penataan gerak di lapangan. Oleh karena itu sekjen
juga merangkap sebagai jendral lapangan.
Struktur tertakhir yang langsung dibawahi presiden dan fungsinya juga
membantu presiden dalam pengembangan organisasi adalah divisi-divisi yang setiap divisi dikepalai oleh seorang mentri. Divisi-divisi tersebu terdiri dari : pertahanan dan keamanan (Hankam); kesejahteraan rakyat (Kesra); seni an kreasi; keuangan;
penelitian dan pengembangan (Litbang); prasarana; penerangan; urusan peranan wanita (UPW); dan usaha dan bisnis.
Sebagai suatu organisasi kreatif, kegiatan Mac’z Man tidak terbatas hanya pada menyemangati pemain dalam stadion. Mereka melakukan berbagai aktivitas seperti mengadakan lomba sepak bola, mengadakan acara-acara musik dan juga
membentuk sebuah band musik yang juga dinamakan Mac’z Man. The Mac’z Man juga membuka sebuah outlet (toko) penjualan merchandism yang menjual semua atribut The Mac’z Man dan PSM Makassar tetapi hanya melayani para anggota
mereka.
The Mac’z Man melakukan berbagai kegiatan selain mendukung tim PSM saat
bertanding dan tidak sedikit yang menghasilkan sejumlah prestasi. The Mac’z Man terdaftar dalam museum rekor Indonesia sebagai pemilik spanduk suporter terbesar di Indonesia. Gelar juara pernah diperoleh pada lomba Bedug Sahur SCTV dan pada
karnaval Sensasi Biru di Makassar pada tahun 2003 (GOLO, Januari 2007). Mac’z Man juga pernah melaksanakan sebuah Bazaar musik yang terbesar se-Indonesia
perlombaan suporter terbaik se-Indonesia versi ANTV pada tahun 2005 dan sebagai
suporter paling kreatif se-Asia saat memberi dukungan pada PSM Makassar yang bertanding mewakili Indonesia dalam kejuaraan Piala Champion Asia tahun 2003. (GOLO, Januari 2003)
Nama besar dan sejumlah prestasi yang diukir oleh The Mac’z Man menarik perhatian sejumlah sponsor untuk mendanai kegiatan The Mac’z Man sambil
memasarkan produk mereka, mulai dari perusahaan minuman seperti Coca-cola dan Extra Joss, perusahaan jasa telepon yaitu PT. Telkom yang menggunakan ketenaran nama The Mac’z Man untuk meluncurkan produk baru mereka di Makassar, sampai
pada perusahaan rokok besar yaitu PT.Djarum.
The Mac’z Man tumbuh menjadi suatu kelompok besar dan kreatif dengan
berbagai kegiatan, sejumlah prestasi dan berbagai sponsor yang menjadi salah satu sumber dana. Nama mereka tidak hanya terkenal di Makassar tetapi juga di Indonesia dan bahkan sempat terkenal di luar negreri.
Skema 1. Alur Koordinasi Organisasi The Mac’z Man
Presiden
C. Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola PSM Makassar (The Mac’z Man)
Sepak bola sebagai sebuah olah raga yang tak lepas dari kontak fisik, memang sangat rentan dengan unsur kekerasan. Terlepas dari kerasnya bentuk permainan
sepak bola yang dapat menimbulkan suatu tindakan kekerasan, ternyata unsur kekerasan juga melekat pada kelompok penonton, yang mendukung sebuah tim dalam
pertandingan, yang kerap dikenal sebagai suporter. suporter yang pada hakikatnya Sekjen
Hankam Kesra Keuangan
P M
Litbang Seni kreasi
Penerangan Usaha Prasarana
bisnis UPW
Ketua-ketua sektor
adalah orang atau sekelompok orang yang memberi dukungan kepada sebuah tim
dalam pertandingan berubah menjadi orang atau kelompok yang anarkis yang berperilaku agresif dan bahkan kerap menjadi simbol kekerasan dalam sepakbola.
Perilaku agresif pada suporter sepak bola sudah lama menjadi bahan
penelitian oleh berbagai pengamat utamnya para pengamat sosial. Dalam dunia sepak bola, perilaku agresif (kekerasan) dikenal dengan nama hooliganisme. Hooliganisme
dalam dunia sepak bola bukanlah hal yang baru melainkan hal yang akrab bahkan bisa dikatakan tak terpisahkan dengan dunia sepak bola. Hooliganisme suporter adalah suatu kericuhan yang yang dilakukan oleh suporter sepak bola yang disertai dengan
berbagai macam tindakan kriminal baik sebelum, sementara berlangsung dan sesudah pertandingan sepak bola. Para suporter yang sering melakukan tindakan hooliganisme
inilah yang sering dikenal dengan para hooligan. Pada prinsipnya mereka adalah suporter sepak bola yang mendukung tim mereka, sama dengan kelompok suporter lainnya, tetapi saat mereka melakukan tindakan kekerasan dan kriminal maka mereka
adalah para hooligan (www.brontakzine.com, 2006).
Hooliganisme sepak bola tidak hanya merusak sarana dan prasarana yang ada di stadion tetapi bisa juga berakibat jatuhnya korban jiwa baik antar suporter maupun
suporter dan aparat keamanan. Aksi saling lempar antar suporter dan antar suporter dengan aparat keamanan sering terjadi. Tragedi Heysel (kerusuhan antar suporter
Juventus F.C. dan Liverpool F.C.) yang mengakibatkan melayangnya tiga puluh sembilan nyawa suporter dan merusak sarana dan prasarana stadion (Suara Karya, Maret 17, 2006), dan kejadian pengerusakan terbesar oleh para Bonek di stadion
Kerusuhan dan tindakan pengruskan lain adalah suatu bentuk akhir atau
akumulasi perilaku agresif. Banyak perilaku agresif baik secara langsung atau tidak langsung yang entah disadari atau tidak bisa menjadi pemicu perilaku agresif dalam skala yang lebih besar. Saling mengejek atau menghina, provokasi dan bahkan kontak
fisik secara langsung seperti saling memukul dan melempar dapat menjadi pemicu kerusuhan dalam skala yang besar dan merugikan. Para hooligan itu sendiri biasanya
menyenangi suatu perkelahian dan banyak dari mereka berada dibawah pengaruh alkohol dan obat-obatan sebelum menonton pertandingan (www.brontakzine.com, 2006).
Perilaku-perilaku agresif suporter mungkin sudah menjadi pembawaan mereka namun bukan berarti bahwa tindakan mereka tidak terpicu oleh suatu perilaku
atau kondisi tertentu yang dapat memicu perilaku agresif mereka. Banyak alasan yang mendasari tindakan hooliganisme para suporter ini. Kepemimpinan wasit di lapangan yang dianggap tidak becus seringkali menjadi alasan para suporter menjadi agresif
dan melakukan hooliganisme. Selain itu dendam abadi para suporter dan rasa tidak puas dengan kinerja tim dan para pengurusnya yang mengakibatkan kekalahan pada tim yang mereka dukung juga kerap memicu perilaku agresif mereka. Para suporter
yang frustasi karena kekalahan tim kesayangannya seakan tidak mau menerima kekalahan timnya dan mencari kambing hitam untuk dipersalahkan (BOLA, 20
september 2005). Tindakan mereka yang biasanya spontanitas juga sering kali dimotori oleh preman-preman tertentu yang mengidentifikasikan diri mereka dalam kelompok suporter dan memprovokasi para suporter untuk melakukan tindakan
kekerasan (www.brontakzine.com, 2006). Oleh karena itu, faktor pemicu perilaku agresif suporter akan sangat sulit dijelaskan jika ingin dijelaskan dari suatu penyebab
kepribadian mereka, rasa frustasi yang memuncak, kejadian di lapangan, adanya
provokasi sampai pada pengaruh alkohol dan obat-obatan, juga akan menghasilkan berbagai bentuk perilaku agresif baik secara langsung maupun tidak langsung.
The Mac’z Man adalah satu dari sekian banyak kelompok suporter yang ada di
Indonesia dan bahkan bukan satu-satunya kelompok suporter yang ada di daerahnya yaitu Makassar. Sebagai kelompok suporter yang fanatik, baik secara bersama
maupun terpisah dengan ISM (Ikatan Suporter Makassar), mereka terus memberi dukungan pada tim kesayangan mereka dalam berbagai kesempatan dengan berbagai cara. Kelompok yang menjuluki diri mereka sebagai kelompok suporter kreatif PSM
Makassar, terorganisir dengan rapi dalam struktur organisasi yang jelas. Sejumlah kegiatan diluar kegiatan utama mereka yakni memberi dukungan bagi tim PSM
Makassar dan berbagai prestasi yang diraih membuat kelompok mereka semakin disegani dan dikenal baik di Makassar maupun di Indonesia.
Prestasi dan kegiatan para suporter Makassar seolah-olah sejalan dengan nama
besar mereka sebagai kelompok suporter yang menakutkan hampir setara dengan para Bonek Persebaya Surabaya. Kejadian pengerusakan yang dilakukan oleh para suporter di Tanjung Perak saat tim PSM masuk ke dalam babak delapan besar di Jakarta (Suara
Karya, 17 Maret 2006) dan kerusuhan yang melibatkan empat kelompok suporter besar di Jakarta, yang mendukung tim Persija Jakarta, PSMS Medan, PSM Jakarta
dan Persebaya Surabaya, yang berakibat banyaknya orang yang dirawat di Rumah Sakit (Suara Karya,17 Maret 2006), adalah contoh perilaku agresif para suporter dari Makassar ini. Tak hanya pada persepak bolaan nasional, kelompok ini terkadang
satu contohnya. Pengurus tim pun tidak luput dari sasaran kemarahan mereka dimana
mereka memberi ultimatum bagi pengurus untuk lebih baik mundur saja jika tidak berhasil dalam jangka waktu yang mereka tentukan (Tribun Timur, 3 Maret 2006).
The Mac’z Man sebagai salah satu kelompok suporter yang ada di Makassar
secara tidak langsung menjadi aktor dari berbagai perilaku agresif suporter PSM Makassar. Bahkan nama mereka yang tertulis dalam berbagai media cetak dan
disiarkan oleh media elektronik. Kreatifitas yang dijunjung tinggi dan berbagai prestasi yang diraih seolah tertutupi dengan perilaku agresif mereka. Reaksi orang saat mendengar The Mac’z Man, suporter dari Makassar lebih pada ketakutan dan
kecemasan dari pada penghargaan dan penghormatan.
Perilaku agresif The Mac’z Man tentu bukanlah hal yang tanpa sebab dan
dengan berbagai alasan atau pemicu tersebut tentu saja akan memunculkan berbagai macam perilaku agresif juga yang mungkin tidak disadari dan tidak dianggap sebagai perilaku agresi. Berikut gambaran alur pemikiran penelitian perilaku agresif pada The
Mac’z Man :
Skema 2. alur penelitian
Datang menonton pertandingan di
stadion
Melakukan berbagai bentuk perilaku agresif Kelompok supporter The
Mac’z Man
Faktor-faktor yang berpengaruh memicu perilaku agresif :
1. Variabel sosial 2. Variabel situasional
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dimana data dan hasil yang diperoleh berupa penggambaran
yang ingin menerjemahkan pandangan dasar interpretatif dan fenomenologis dengan tujuan untuk memahami kehidupan sosial manusia (Poerwandari,2005), termasuk kegiatan, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruhnya dari suatu fenomena (Whitney dalam Natzir,1985).
B. Responden
Responden yang menjadi subyek pada penelitian ini adalah kelompok suporter tim sepak bola tim PSM Makassar. Secara spesifik, mereka yang menjadi responden
adalah para suporter PSM Makassar yang dikenal dengan nama The Mac’z Man yang mana merupakan salah satu kelompok suporter sepak bola terbesar yang berada di Sulawesi Selatan khususnya di Makassar.
Dipilihnya suporter The Mac’z Man ini karena dari sekian banyaknya kelompok suporter di Makassar, The Mac’z Man merupakan kelompok yang paling besar dan
C. Batasan Istilah 1. Perilaku Agresif
a. Definisi Perilaku Agresif
Perilaku agresif adalah suatu perilaku destruktif atau merusak baik secara
fisik maupun secara psikis yang bermaksud untuk menyakiti atau melukai orang lain dan merusak benda-benda. Orang lain dalam penelitian ini merupakan pihak lawan
baik itu secara tim maupun personal, sedangkan benda-benda adalah sarana dan prasarana di dalam stadion.
b. Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif
Perilaku agresif terbagi dalam tiga bentuk dasar yaitu : 1). Perilaku agresi secara fisik dan verbal.
2). Perilaku agresi yang dilakukan secara aktif dan pasif.
3). Perilaku agresi yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kemudian bentuk-bentuk perilaku agresi ini dikombinasikan satu sama lain
seingga terbentuk menjadi delapan perilaku agresif yaitu :
1). Fisik-aktif-langsung , dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara fisik, dengan aktif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh
perilaku ini adalah memukul langsung orang lain.
2). Fisik-aktif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku
agresi secara fisik, dengan aktif tetapi tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah membuat jebakan untuk orang lain. 3). Fisik-pasif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi
4). Fisik-pasif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara fisik, tetapi pasif dan tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menolak mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh orang lain.
5). Verbal-aktif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara verbal, dengan aktif dan langsung diarahkan pada obyek.
Contoh perilaku ini adalah mencaci maki orang lain.
6). Verbal-aktif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku agresi secara verbal, dengan aktif tetapi tidak langsung diarahkan pada
obyek. Contoh perilaku ini adalah menyebarkan gosip.
7). Verbal-pasif-langsung, dimana seseorang melakukan perilaku
agresi secara verbal, tetapi pasif dan langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menolak untuk berbicara.
8). Verbal-pasif-tidak langsung, dimana seseorang melakukan perilaku
agresi secara verbal, tetapi pasif dan tidak langsung diarahkan pada obyek. Contoh perilaku ini adalah menggerutu.
2. Suporter Sepak Bola
Suporter sepak bola adalah para pendukung tim sepak bola yang tergabung dalam suatu organisasi kelompok suporter. Kehadiran mereka di stadion untuk menyemangati tim kesayangannya yang bertanding agar dapat
3. Suporter Sepak Bola PSM Makassar (The Mac’z Man)
The Mac’z Man adalah salah satu dari sekian banyak kelompok suporter di Makassar yang mendukung tim PSM Makassar. Keanggotaan para suporter yang tergabung dalam kelompok ini sangat jelas dan dibuktikan
dengan adanya kartu anggota yang dimiliki oleh setiap orang yang mengaku dirinya Mac’z Man yang mana di dalamnya termuat identitas diri, asal sektor
dan peraturan anggota yang harus ditaati.
4. Perilaku agresif pada suporter sepak bola PSM Makassar (The Mac’z Man)
Perilaku agresif para suporter sepak bola adalah segala macam bentuk
kekerasan yang dilakukan oleh para suporter terutama saat mereka sedang menonton pertandingan. Berdasarkan observasi awal pada beberapa pertandingan dan wawancara awal ditemukan bahwa The Mac’z Man
melakukan beberapa bentuk perilaku agresif berupa pemanjatan, pengusiran, penolakan, intimidasi, gosip, dan menggerutu. Perilaku-perilaku agresif yang muncul dapat terbagi dalam dua kelompok berdasarkan sifatnya yaitu perilaku
yang muncul secara spontanitas (pemanjatan, penolakan, gosip, dan menggerutu) dan perilaku yang muncul dengan adanya panduan atau
Tabel 1. Perilaku agresif The Mac’z Man pada observasi awal
Kategori Perilaku Agresif Bentuk Perilaku Agresif
Fisik Aktif Langsung Memanjat : memanjat pagar
memanjat tiang bendera
Fisik Aktif Tidak Langsung -
Fisik Pasif Langsung Pengusiran :mengusir penonton lain yang
tidak berbaju merah
Fisik Pasif Tidak Langsung Penolakan : divisi musik menolak
memukul drum
Verbal Aktif Langsung Intimidasi :- menghina/mencaci pemian
lawan
- menghina/ mencaci tim lawan
- mencaci / menghina pemain PSM
- memaki dengan nyanyian pada pemain lawan
- memaki dengan nyanyian pada tim lawan
- menekan tim lawan dengan nyanyian
- menekan pemain lawan dengan nyanyian
Verbal Aktif Tidak Langsung Membicarakan ketidakpuasan akan kinerja
PSM
Verbal Pasif Langsung Penolakan : suporter menolak menyanyi
saat disuruh dirigen
Verbal Pasif Tidak Langsung Menggerutu : - menggerutu saat pemain
PSM gagal mencetak gol - menggerutu saat pemain PSM gagal menguasai bola
- menggerutu saat pemain PSM bermain buruk
D. Tahapan Penelitian
1. Perencanaan Penelitian
a. Peneliti melakukan identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.
b. Peneliti mengkaitkan permasalahan penelitian dengan teori atau