• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi kesesuaian pemilihan antimikrobial pada pasien infeksi saluran kemih berdasarkan hasil kultur, tes sensitivitas dan urinalisis di instalasi rawat inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi kesesuaian pemilihan antimikrobial pada pasien infeksi saluran kemih berdasarkan hasil kultur, tes sensitivitas dan urinalisis di instalasi rawat inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2011."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

xxiii INTISARI

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi karena adanya invasi mikroorganisme di saluran kemih, terjadi di semua jenjang usia dan jenis kelamin, terutama wanita. Insidensi dan prevalensinya di Indonesia cukup tinggi. Antimikrobial adalah terapi utama untuk ISK. Penggunaannya seharusnya berdasarkan hasil kultur dan tes sensitivitas sehingga dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian penggunaan antimikrobial yang akan menentukan hasil terapi. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kesesuaian pemilihan antimikrobial pada pasien ISK berdasarkan hasil kultur dan tes sensitivitas.

Penelitian observasional ini menggunakan rancangan deskriptif evaluatif bersifat retrospektif. Kriteria inklusinya adalah pasien ISK rawat inap yang memiliki data pemeriksaan kultur kuman tumbuh dan tes sensitivitasnya saat dirawat inap serta hasil urinalisis. Kriteria eksklusinya adalah pasien ISK yang memiliki data kultur kuman tidak tumbuh dan kuman tumbuh tetapi hasilnya keluar setelah pasien pulang. Total pasien ISK 359 kasus namun yang masuk kriteria inklusi hanya 79 kasus.

Hasil penelitian menunjukkan perbandingan pasien ISK perempuan dan laki-laki, 41:38 dan golongan umur terbanyak 25-65 tahun. Kuman penyebab terbanyak Escherichia coli (22,22%) dan Pseudomonas aeruginosa (16,67%). Pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya infeksi. Antimikrobial terbanyak digunakan golongan sefalosporin (42%) dan kuinolon (12%). Kesesuaian antimikrobial dengan hasil kultur dan tes sensitivitas 43,45%, ketidaksesuaian 24,40%, dan 32,14% tidak diketahui. Status pulang pasien terbanyak dalam kondisi membaik (64,56%).

Kata kunci : ISK, antimikrobial, kultur dan tes sensitivitas, urinalisis.

(2)

xxiv ABSTRACT

Urinary tract infection (UTI) is an infection due to the microorganism invasion in the urinary tract which happens in every ages and every gender, especially females. Its prevalence and incidence in Indonesia are quite high. Antimicrobials are the primary therapy for UTI. Its usage should be based on the culture result and sensitivity test so that can be used to determine the conformity of antimicrobials usage which establishes the therapy result. The objective of this research is to evaluate the conformity of antimicrobials sorting process in the urinary tract infection patient based on the culture result and sensitivity test.

This observational research uses a descriptive evaluation and retrospective program. The inclusion criteria is patient with UTI at Inpatient Unit which has sensitivity test and sprout up germ culture examination data included the urinalysis. The exclusion criteria is patient with UTI at Inpatient Unit which has barren germ culture data and sprout up germ but the result will be announce after patient come home. Total patient of UTI 359 patients, however inclusion criteria which go only 79 cases.

The research shows that the ratio between women and men which is infected is, 41:38 with the age from 25-65 years old. The most germ caused by

Escherichia coli (22,22%) and Pseudomonas aeruginosa (16,67%). Urinalysis is shown infected germ. The most usage antimicrobials is cephalosporin (42%) and quinolone (12%). The antimicrobial conformity with the culture result and sensitivity test is 43,45%, inexpediency is 24,40% and 32,14% is unknown. Patient come home in well condition is 64,56%.

Key word: UTI, culture and sensitivity test, urinalysis.

(3)

1. Pendahuluan

Infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan karena adanya mikroorganisme pada saluran kemih, termasuk kandung kemih, prostat, ginjal dan saluran pengumpulan. Sebagian besar ISK disebabkan oleh bakteri, meskipun kadang-kadang jamur dan virus dapat merupakan agen etiologi ISK (Fish, 2009). Penyebab utama lebih dari 85% kasus ISK adalah basil-basil gram negatif yang merupakan penghuni normal saluran cerna, biasanya yang tersering adalah E. coli, diikuti oleh proteus, klebsiella, dan enterobacter. Streptococcus faecalis yang juga berasal dari saluran cerna, stafilokokus dan hampir semua bakteri dan jamur juga dapat menyebabkan ISK bawah dan ginjal (Alpers, 2005).

Prevalensi dan insidensi ISK lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki, hal ini dikarenakan faktor klinis seperti perbedaan anatomi, efek hormonal dan pola perilaku (Astal, 2009). Perempuan lebih sering terkena ISK daripada laki-laki karena uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah menuju kandung

kemih, selain itu juga karena letak saluran kemih perempuan lebih dekat dengan rektal sehingga mempermudah kuman-kuman masuk ke saluran kemih, sedangkan pada laki-laki disamping uretranya yang lebih panjang juga karena adanya cairan prostat yang memiliki sifat bakterisidal sebagai pelindung terhadap infeksi oleh bakteri (Zand Rountree dan Walton, 2003 dan Corwin, 2008).

Kunci diagnosa ISK biasanya didasarkan pada gejala dan pemeriksaan adanya mikroorganisme dalam urine. Kriteria umum untuk diagnosis ISK adalah adanya bakteri lebih dari 100.000 CFU (unit kolonisasi) bakteri/mililiter urine (Porth dan Matfin, 2009).

Terapi pada penyakit infeksi saluran kemih menggunakan antimikroba yang sesuai dengan agen penyebabnya. Pada penelitian tentang penggunaan antibiotika di berbagai bagian rumah sakit, ditemukan 30-80% tidak didasarkan pada indikasi (Hadi, 2009). Penggunaan antimikroba yang tidak rasional dapat memberikan berbagai dampak negatif, seperti timbulnya efek samping atau

JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, Mei 2013, hlm. 9-13 Vol. 10 No. 1

ISSN : 1693-5683

POLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIMIKROBA PADA INFEKSI SALURAN KEMIH

SYAFADA, FENTY

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Abstract: A urinary tract infections (UTI) is an infection that affects the urinary tract caused by bacteria (most often Escherichia coli). Antimicrobial are used to treat UTI. The sensitivity of bacterial pattern toward antimicrobials and the bacterials pattern will affect the effectiveness of UTI treatment. This research was conducted to evaluate the strains of bacterial and sensitivity of bacterial pattern that caused UTI. A descriptive evaluation and retrospective study was done in this research. In total 79 cases patient with UTI at Inpatient Unit “X” hospital in Yogyakarta 2011, whose has sensitivity test and sprout up germ culture examination data were included. Patient with UTI at Inpatient Unit which has barren germ culture data and sprout up germ were excluded. The common microbes were gram negative bacteria including Escherichia col, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia, and Staphylococcus coagulase negative. Gram negative microbes were sensitive to amikasin, imipenem, netilmicin, and fosfomicin. Gram positive microbes were sensitive to nitrofurantoin, vancomicin, imipenem and cefuroxime.

(4)

toksisitas yang tidak perlu, mempercepat terjadinya resistensi, menyebarluasnya infeksi dengan kuman yang lebih resisten, terjadinya risiko kegagalan terapi, bertambah beratnya penyakit dan bertambah lamanya pasien sakit, serta meningkatkan biaya pengobatan (Munaf, 2008).

Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terbukti dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antar lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%), dan kloramfenikol (25%). Hasil penelitian 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%) (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Pola kuman penyebab ISK dan sensitivitas kuman terhadap antimikroba dan a k a n b e r p e r a n d a l a m k e b e r h a s i l a n pengobatan ISK. Berdasarkan dua hal tersebut, dapat dipilih cara dan antimikroba mana yang harus digunakan untuk pengobatan ISK. Dalam hal ini antimikroba yang digunakan yang efektif untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba patogen. Pola kuman dan sensitivitasnya terhadap antimikroba penting untuk disampaikan hasilnya secara berkala khususnya untuk antimikrobia yang bersifat resisten, agar dapat diketahui oleh klinisi, karena pola kuman mengalami perubahan di tempat dan waktu yang berbeda sehingga

perlu dilakukan analisis pola dan sensitivitas kuman terhadap antimikroba yang selalu diperbarui (up to date) (Raharjo dan Susalit, 2006 dan Darmadi, 2008).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola kuman bakteri gram negatif dan gram positif serta sensitivitasnya terhadap antimikroba pada pasien ISK.

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian d e s k r i p t i f e v a l u a t i f y a n g b e r s i f a t retrospektif. Data diperoleh dari rekam medis pasien ISK berdasarkan hasil kultur dan tes sensitivitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Yogyakarta tahun 2011, dengan kriteria inklusi adalah pasien ISK rawat inap yang memiliki data pemeriksaan kultur, tes sensitivitas dan urinalisis dengan hasil pemeriksaan berupa kuman tumbuh saat dirawat inap, sedangkan kriteria eksklusinya adalah pasien ISK yang memiliki data kultur kuman tidak tumbuh

3. Hasil dan Pembahasan

Pasien yang didiagnosis ISK di rumah sakit “X” di Yogyakarta tahun 2011 berjumlah 359 kasus, namun yang masuk dalam kriteria inklusi hanya sebanyak 79 kasus yang terdiri dari 41 perempuan dan 38 laki-laki.

Berdasarkan tabel I., ISK lebih banyak menyerang perempuan yaitu 41 kasus (51,90%) dan golongan umur terbanyak adalah 25-65 tahun yaitu 39 kasus (49,37%). Infeksi saluran kemih banyak menyerang SYAFADA, FENTY

10 Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas

Penggolongan umur Laki-laki (L) Perempuan (P) Jumlah

Umur < 1 tahun 2 2 4 (5,06%)

Umur 1-4 tahun 2 1 3 (3,80%)

Umur 5-14 tahun 1 7 8 (10,13%)

Umur 15-24 tahun 4 2 6 (7,59%)

Umur 25-65 tahun 18 21 39 (49,37%)

Umur > 65 tahun 11 8 19 (24,05%)

Jumlah 38 (48,10%) 41 (51,90%) 79 (100%)

(5)

wanita karena uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah menuju kandung kemih dan pada usia produktif, dimana sebagian perempuan sudah mulai melakukan aktivitas seksual pada usia tersebut (Coyle dan Prince, 2008 dan Corwin, 2008).

Berdasarkan hasil kultur kuman diperoleh bahwa golongan kuman terbanyak yang menyebabkan ISK adalah kuman gram negatif (62%), kemudian kuman gram positif (28%), dan yang terakhir fungi (10 %), sedangkan jenis kuman yang menyebabkan ISK dapat dilihat pada tabel II.

Berdasarkan tabel II., dapat dilihat jenis kuman penyebab ISK terbanyak adalah kuman Escherichia coli, kemudian kuman P s e u d o m o n a s a e r u g i n o s a, k u m a n Staphylococcus coagulase negatif, dan

kuman Klebsiella pneumonia. Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Refdanita dkk.(2004), yang menyatakan bahwa kuman penyebab ISK terbanyak adalah kuman gram negatif dengan jenis kuman terbanyak adalah

[image:5.595.115.477.117.370.2]

Pseudomonas sp., kemudian Klebsiella sp., dan Escherichia coli.

Tabel III. menunjukan antimikroba yang masih peka terhadap bakteri gram negatif adalah amikasin (96,4%), imipenem (94%), netilmicin (81,5%), dan fosfomicin (78,6%). P e n e l i t i a n K u r n i a w a n d k k . ( 2 0 11 ) , melaporkan antimikroba yang masih peka pada bakteri gram negatif penyebab ulkus diabetik adalah meropenem (72,73%), Penelitian Nadeem dkk. (cit Kurniawan dkk.,2011) melaporkan bahwa bakteri gram negatif peka terhadap imipenem.

Tabel IV. menunjukan antimikroba yang masih peka terhadap gram positif adalah nitrofurantoin (82,6%), vancomicin (81,8%), imipenem (65%) dan cefuroxime (62,5%), sedangkan penisilin G menunjukan resistensi 100%. Penelitian Kurniawan dkk.(2011) menunjukan antimikroba yang masih peka adalah meropenem (100% ), cefuroxime (80%), dan amoxilin (60%). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat menyebabkan tingkat resitensi kuman tinggi.

SYAFADA, FENTY Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 11

No. Kuman gram negatif (n=56)

Persentase (%) Kuman gram positif (n=25)

Persentase (%)

Fungi (n=9) Persentase (%)

1. Escherichia coli 22,22 Staphylococcus coagulase negative

14,44 Candida sp. 6,67

2. Pseudomonas aeruginosa 16,67 Streptococcus faecalis 7,77 Candida albicans 2,22 3. Klebsiella pneumonia 13,33 Staphylococcus saphrophyticus 3,33 Candida lusitaniae 1 ,11

4. Klebsiellasp. 2,22 Staphylococcus aureus 2,22 5. Acinetobacter aerogenes 2,22 6. Klebsiella oxytoca 2,22 7. Enterobacter aerogenes 1,11 8. Enterobacter cloacae 1,11 9. Pasteurella pneumotropica 1,11

Jumlah 62,21% 27,76% 10%

[image:5.595.116.477.119.369.2]

Total 100%

(6)

SYAFADA, FENTY

12 Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas

No Antimikroba n Resisten Intermediate Sensitif

sampel n % n % n %

1 Amikacin 56 0 0 2 3,6 54 96,4

2 Ampicillin 53 49 92,5 0 0 4 7,5

3 Ampicillin sulbactam 55 28 50,9 9 16,4 18 32,7

4 Cefepime 48 18 37,5 7 14,6 23 47,9

5 Cefotaxime 56 31 55,5 10 17,8 15 26,7

6 Cefpirom 52 24 46,1 5 9,6 23 44,3

7 Ceftazidime 57 23 40,4 7 12,3 27 7,3

8 Ceftriaxone 54 30 55,5 10 18,5 14 26

9 Cefuroxime 15 9 60 0 0 6 40

10 Chloramfenicol 57 29 50,9 2 3,5 26 45,6

11 Ciprofloxacin 56 31 55,4 4 7,1 21 37,5

15 Fosfomycin 56 9 16 3 5,4 44 78,6

16 Gentamicin 55 20 36,4 2 3,6 33 60

17 Imipenem 49 2 4 1 2 46 94

18 Nalidixic acid 57 40 70,2 4 7 13 22,8

19 Netilmicin 54 6 11,1 4 7,4 44 81,5

20 Nitrofurantoin 57 23 40,4 6 7,7 28 51,9

21 Norfloxacin 57 28 49,1 3 5,3 26 45,6

24 Sulfametoxazol 55 36 65,5 4 7,3 15 27,2

26 Tetraciclin 56 36 64,3 4 7,1 16 28,6

27 Tobramicyn 54 21 38,9 6 11,1 27 50

28 Trimetoprim 56 39 69,6 5 8,9 12 21,5

No Antimikroba n Resisten Intermediate Sensitif

sampel n % n % n %

1 Amikacin 24 12 50 2 8,3 10 41,6

2 Ampicillin 24 21 87,5 0 0 3 12,5

3 Ampicillin sulbactam 11 8 72,7 1 9,1 2 18,2

5 Cefotaxime 24 16 66,7 2 8,3 6 0,25

6 Cefpirom 23 13 56,5 0 0 10 43,5

7 Ceftazidime 24 17 70,8 1 4,2 6 25

8 Ceftriaxone 24 16 66,7 3 12,5 5 20,8

9 Cefuroxime 8 3 37,5 0 0 5 62,5

10 Cefoxitin 22 13 59,1 3 13,6 6 27,3

11 Ciprofloxacin 24 15 62,5 0 0 9 37,5

12 Clindamicin 22 13 59,1 0 0 9 40,9

13 Eritromicin 22 14 63,6 4 18,2 4 18,2

14 Imipenem 20 7 35 0 0 13 65

15 Nalidixic acid 24 18 75 3 12,5 3 12,5

16 Nitrofurantoin 23 2 8,7 2 8,7 19 82,6

17 Norfloxacin 23 16 69,6 0 0 7 30,4

18 Oxacilin 24 17 70,8 1 4,2 6 25

19 Penisilin G 24 24 100 0 0 0 0

20 Sulfametoxazol 24 13 54,2 1 4,2 10 41,6

21 Tetraciclin 24 16 66,7 1 4,2 7 29,2

22 Vancomicin 22 1 4,5 3 13,7 18 81,8

[image:6.595.146.474.113.449.2]

23 Trimetoprim 24 15 62,5 1 4,2 8 33,3

Tabel III. Hasil Uji Kepekaaan Antimikroba terhadap Berbagai Kuman Gram Negatif pada Pasien ISK di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Yogyakarta tahun 2011

[image:6.595.143.474.476.765.2]
(7)

4. Kesimpulan

Golongan kuman terbanyak penyebab ISK adalah gram negatif yaitu Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan kuman Klebsiella pneumonia. Kuman gram positif

yang terbanyak adalah Staphylococcus

coagulase negatif. Antimikroba yang masih peka terhadap kuman gram negatif adalah; amikasin, imipenem, netilmicin, dan fosfomicin. Antimikroba yang masih peka terhadap kuman gram positif adalah nitrofurantoin, vancomicin, imipenem dan cefuroxime.

Saran

Sebaiknya penelitian pola kepekaan kuman terhadap antimikroba dilakukan secara berkala sehingga dapat digunakan sebagai acuan para tenaga kesehatan dalam memilih antimikroba yang masih sensitif terhadap kuman penyebab ISK selama proses terapi pertama ISK sebelum diperoleh hasil biakan urine.

Daftar Pustaka

Alpers, C. E., 2005, Ginjal, dalam Kumar, V., (Ed.), Robbins & Contran Pathologic Basic of Disease,

th

7 Edition, diterjemahkan oleh Luaman, Y. R., Frans D., Leo, R., (editor) , hal. 1017, EGC, Jakarta.

Astal, Z. Y. E., 2009, Ciprofloxacin Resistence Among Uropathogen, in Khan A. U., Current Trends in Antibiotic Resistance in Infectious Diseases, I.K. International Publishing House, New Delhi, pp.112.

rd Corwin, E. J., 2008, Handbook of Pathophysiology, 3

Edition, diterjemahkan oleh Nike Budhi Subekti, Egi Komara Yudha (editor), hal. 718, EGC, Jakarta.

Coyle, E. A. and Prince, R. A., 2008, Urinary Tract Infection and Prostatitis, in Dipiro et al., (Eds.), Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach,

th

7 Edition, The McGraw-Hill Companies Inc, USA, pp. 1989-1902.

Fish, D. N., 2009, Urinary Tract Infection, in Koda Kimble, M. A. et al., (Eds), Applied Therapeutics :

th

The Clinical Use of Drugs, 9 Edition, Lippincott Williams & Wilkins, USA, pp. 64.1-64.4.

Kurniawan,L.B.,Esa,T & Sennang N., 2011, Pola Kuman Aerob dan Kepekaan Antimikroba Pada Ulkus Kaki Diabetik, Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol 18, No.1.p 1-3.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Munaf, S., 2008, Pengantar Farmakologi, dalam Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi 2, EGC, Jakarta, hal. 10-11.

Port,C.M. and Muffin, G., 2009, Pathophysiology : th

Concepts of Altered Health States, 8 Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, pp.835-838.

Rahardjo, P., dan Susalit, E., 2006, Infeksi Saluran Kemih, dalam Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, FKUI, Jakarta, hal. 265.

Refdanita, Maksum, Nurgani, dan Endang, 2004, Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotika di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2004, Makara Kesehatan, 8 (2), 41-50.

Zand, J.N.D., Rountree R.M.D. and Walton, R., 2003, Urinary Tract Infection, Smart Medicine for a Healthier Child, 2nd Edition, Putnam Group,USA, pp. 476.

Gambar

Tabel II. Jenis kuman penyebab ISK berdasarkan hasil pemeriksaan kultur di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Yogyakarta tahun 2011
Tabel III. Hasil Uji Kepekaaan Antimikroba terhadap Berbagai Kuman Gram Negatif pada Pasien ISK di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Yogyakarta tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Risiko  kesehatan  terjadi  ketika  seseorang  mengalami  gangguan  kesehatan.  Penyebab  umum  gangguan kesehatan  adalah  semakin  tuanya  penduduk  di  dunia. 

Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian

Definisi tersebut dipertegas lagi pada Deklarasi Roma tentang Ketahanan Pa- ngan Dunia dan Rencana Tindak Lanjut Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Pangan Dunia tahun 1996

(3) Penggunaan dana retribusi pelelangan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c pasal ini, realisasi pembayarannya melalui Dinas Perikanan Daerah Propinsi

Pada Gambar 4.9 S y stem flow Pencatatan Penduduk keluar proses dimulai dari penduduk mengajukan pindah keluar kemudian pegawai menginputkan data penduduk keluar ke

Singleton adalah sebuah himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan: pada titik tertentu mempunyai sebuah nilai dan 0 di luar titik tersebut. Model

Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan motivasi

discovery learning siswa dapat memecahkan suatu masalah yang diberikan dengan cara penemuan. Penemuan atau menemukan masalah akan lebih baik bila dibantu dengan media