iv
ABSTRAK
EFEK MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP
PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK DENGAN
MENGGUNAKAN 3 METODE
Indah Kurniawati, 2013.Pembimbing:Iwan Budiman,Dr.,dr. ,MS,MM,M.Kes.,AIF
Latar belakang Manusia tidak lepas dari proses belajar yang sangat berkaitan dengan memori. Kapasitas otak dalam menyimpan informasi tidak terbatas. Informasi yang diterima dapat berupa verbal, visual,dan audio. Mengunyah permen karet merangsang sekresi hormon insulin, meningkatkan denyut jantung dan aliran darah ke otak sehingga meningkatkan kemampuan mengingat.
Tujuan Untuk mengetahui pengaruh mengunyah permen karet terhadap memori jangka pendek dengan cara visual gambar, visual tulisan, dan audio.
Metode Penelitian dilakukan terhadap 35 mahasiswa FK-UKM yang berumur 19-23 tahun. Memori jangka pendek diukur dengan menghitung skor pretest dan posttest yang didapat dari soal visual gambar, visual tulisan,dan audio. Penelitian dilakukan dengan tidak mengunyah permen karet dan dengan mengunyah permen karet.
Analisis data Memakai uji “t” tes berpasangan, uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD dengan α=0,05.
Hasil Skor rerata tes visual gambar, visual tulisan, dan audio sebelum dibandingkan setelah mengunyah permen karet mengalami peningkatan yang signifikan (p<0,01). Hasil dari uji ANAVA satu arah terhadap 3 pasang rerata perlakuan menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda ( p< 0.01). Uji Beda Rata-rata Fisher’s LSD menunjukkan bahwa semua pasangan berbeda, kecuali pasangan preVisual tulisan dengan preVisual gambar dan PostVisual tulisan dan postVisual gambar (p>0,05). Perbandingan jumlah mahasiswa yang memiliki kemampuan belajar tipe visual dibanding dengan belajar tipe audio adalah sebesar 5:2.
Kesimpulan Mengunyah permen karet meningkatkan memori jangka pendek dengan cara visual gambar, visual tulisan, dan audio.
v
ABSTRACT
THE EFFECT OF GUM MASTICATION ON INCREASING
SHORT TERM MEMORY WITH 3 METHODS
Indah Kurniawati 1010019 Tutor : Iwan Budiman,Dr. ,dr. ,MS ,MM ,M.Kes. ,AIF
Background In life, human beings can not be separated from the learning process that is associated with memory. The capacity of the brain in storing information is unlimited. The information accepted can be verbal, visual, and audio forms. Chewing gum stimulates the secretion of the insulin hormone, improves heart rate and blood flow to the brain which in turn improve the ability in remembering.
Objective The aim of this study is to determine the effect of chewing gum on short-term memory by means of visual images, visual text, and audio.
Methods The study is conducted on 35 faculty of medicine MCU students range from 19 -23 years of age. Short-term memory is measured by calculating the pretest and post-test scores obtained from given tests of visual images, visual text, and audio. Research is done by not chewing gum and chewing gum.
Data analysis Using paired "t" test, one-way ANAVA test was continued with an
average difference test LSD at α = 0.05.
Results The mean test scores of visual images, visual text, and audio before and after chewing gum significantly increased (p <0.01). Results of one-way ANOVA test on the average 3 pairs of treatment suggests that there is at least a pair of different treatment (p <0.01). In Fisher's LSD test of different average showed that all the pairs are different, except for a pair of Visual writing and pre-Visual with pictures and post pre-Visual writing and post-pre-Visual with images (p> 0.05). The comparison between number of students who have types of visual learning ability compared with the type of audio learning is at 5:2.
Conclusion Chewing gum increases short-term memory by means of visual images, visual text, and audio.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR DIAGRAM ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 2
1.5 Kerangka Pemikiran ... 2
1.6 Hipotesis Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar ... 6
2.1.1 Lateralisasi otak ... 6
2.1.2 Macam-macam gaya belajar ... 8
2.1.2.1 Visual learners ... 8
2.1.2.2 Auditory learners ... 9
2.1.2.3 Kinesthetic Learners ... 10
2.1.3 Imagery ... 11
ix
2.2.1 Penyaluran dan integrasi impul ... 15
2.2.2 Saraf motoris/efferent ... 19
2.3 Histologi sel saraf ... 21
2.3.1 Neuron ... 21
2.3.2 Sel glia ... 26
2.3.3 Astrosit ... 26
2.3.4 Oligodendroglia ... 27
2.3.5 Microglia ... 27
2.3.6 Sel ependym ... 27
2.4 Sinaps dan mekanisme penghantaran impuls ... 27
2.4.1 Potensial Aksi Pelepasan Transmiter dari Ujung Presinaps ... 28
2.5 Neurotransmitter ... 30
2.5.1 Asetilkolin ... 30
2.5.2 Norepinefrin dan epinefrin ... 31
2.5.3 Dopamin ... 31
2.5.4 Serotonin ... 31
2.5.5 Glutamat ... 32
2.5.6 Gama Aminobutirat ... 32
2.6 Faal Otak ... 32
2.6.1 Jaras Penglihatan ... 32
2.6.1.1 Pengaturan otonom parasimpatis ... 34
2.6.1.2 Pengaturan otonom simpatis ... 34
2.6.2 Jaras Pendengaran ... 35
2.7. Memori ... 36
2.7.1 Anatomi otak yang berhubungan dengan memori ... 36
2.7.1.1 Pikiran, kesadaran, dan ingatan ... 36
2.7.1.2 Area asosiasi (prefrontal) ... 38
2.7.1.3 Peran hyphothalamus ... 38
2.7.1.4 Fungsi hippocampus ... 38
2.7.1.5 Fungsi amigdala ... 39
x
2.7.1.7 RAS (Reticular Actication System) ... 40
2.7.2 Pengertian memori ... 40
2.7.3 Klasifikasi memori ... 41
2.7.4 Proses konsolidasi ingatan ... 44
2.7.5 Faktor yang mempengaruhi memori ... 44
2.7.6 Penyimpanan memori ... 44
2.7.7 Dasar molekular memori ... 46
2.8 Mengunyah ... 47
2.8.1 Anatomi otot pengunyah ... 47
2.8.2 Temporomandibular joint ... 48
2.9 Mengunyah dengan tekanan darah dan aliran darah ke otak ... 49
2.10 Mengunyah dengan mekanisme neuronal dan humoral ... 52
2.11 Insulin ... 55
2.11.1 Struktur, biosintesis, sekresi insulin ... 55
2.11.2 Reseptor insulin ... 55
2.12 Insulin dan memori ... 57
2.13 Permen karet... 61
2.13.1 Sejarah permen karet ... 61
2.13.2 Xylitol ... 64
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian ... 66
3.1.2 Subjek Penelitian ... 66
3.1.3 Ukuran Sampel ... 66
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 67
3.3. Metode Penelitian ... 67
3.3.1 Desain Penelitian ... 67
3.3.2 Data yang Diukur ... 67
3.3.3 Analisis Data ... 67
3.3.4 Variabel Penelitian ... 67
xi
3.3.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 68
3.4. Prosedur Kerja ... 68
3.4.1 Persiapan Sebelum Tes ... 68
3.4.2 Persiapan Pada Hari Tes ... 68
3.4.3 Prosedur Penelitian ... 69
3.4.3.1 Pre Test ... 69
3.4.3.2 Post Test ... 70
3.5 Uji Pendahuluan ... 71
BAB IV HASIL, PEMBAHASAN DAN PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 72
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 76
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 79
5.2 Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMPIRAN ... 83
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Memori Jangka Pendek dan Memori Jangka
Panjang ... 43 Tabel 2.2 Kandungan Berbagai Macam Pemanis ... 64 Tabel 4.1 Skor Rerata Tes Visual, Audio, dan Gambar Sebelum dan
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Lateralisasi Otak ... 8
Gambar 2.2 Pembagian Area Broadmann ... 12
Gambar 2.3 Homunculus Sensoris ... 15
Gambar 2.4 Jaras Sensoris Posteromedial Lemniscus ... 16
Gambar 2.5 Homunculus Motoris ... 18
Gambar 2.6 Perjalanan Motorik ... 21
Gambar 2.7 Struktur Neuron ... 23
Gambar 2.8 Tipe Neuron... 25
Gambar 2.9 Mekanisme Penghantaran Impul ... 29
Gambar 2.10 Penghantaran Impul secara Molekular ... 29
Gambar 2.11 Jaras Penglihatan ... 33
Gambar 2.12 Sistem Limbik ... 36
Gambar 2.13 Daerah yang Aktif Saat Mengunyah ... 49
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Halaman Diagram 1.5 Kerangka Pemikiran Pengaruh Mengunyah Permen Karet
Terhadap Peningkatan Memori Jangka Pendek ... 5
Diagram 2.1 Jaras Anterolateral Spinothalamicus... 17
Diagram 2.2 Traktus Piramidalis ... 20
Diagram 2.3 Pembentukan Memori ... 46
Diagram 2.4 Insulin di Otak ... 60
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 INFORMED CONSENT ... 83
Lampiran 2 Analisis Statistik ... 84
Lampiran 3 Soal Visual Tulisan dan Audio ... 87
Lampiran 4 Soal Gambar Pretest 1 ... 88
Lampiran 5 Soal Gambar Pretest 2 ... 89
Lampiran 6 Soal Gambar Post test 1 ... 91
Lampiran 7 Soal Gambar Post test 2 ... 92
Lampiran 8 Surat Ijin Peminjaman Ruangan ... 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otak membentuk pemikiran manusia, memahami peristiwa, dan menyimpan kenangan dalam memori. Memori memungkinkan setiap individu belajar dari pengalaman terdahulu dan menggunakan kemampuan memprediksi untuk memutuskan kejadian-kejadian di masa depan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari proses belajar dan mengingat, yang sangat berkaitan dengan memori (Sousa, 2012).Terdapat dua macam memori, diantaranya memori jangka pendek dan memori jangka panjang yang masing-masing mempunyai waktu di dalam memori yang berbeda-beda (Ganong, 2008).
Kapasitas otak dalam menyimpan informasi tidak terbatas. Dengan sekitar 100
milyar neuron, yang masing-masing memiliki ribuan dendrit, maka otak hampir tidak mungkin kehabisan ruang untuk menyimpan apa saja yang dipelajari individu selama hidupnya (Sousa, 2012). John Griffith, ahli matematika, menyebutkan bahwa kemampuan rata-rata memori manusia untuk menyimpan informasi adalah 10¹¹ (seratus triliun) bit. John von Neumann, ahli teori informasi, menghitungnya sampai 2.8 x 101² (280 kuintriliun) bit. Asimov menerangkan bahwa otak manusia selama hidupnya sanggup menyimpan sampai satu kuidriliun bit informasi. Informasi yang diterima dapat berupa verbal, visual, dan audio yang akan disimpan sesuai dengan areanya masing-masing di otak (Jensen, 2011; Sousa, 2012).
2 1.2 Identifikasi Masalah
Mengunyah permen karet meningkatkan memori jangka pendek.
1.3 Tujuan Penelitian
Ingin mengetahui apakah mengunyah permen karet meningkatan memori jangka pendek.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat akademis
Memberi pengetahuan mengenai :
Manfaat mengunyah permen karet dalam meningkatkan memori jangka pendek.
1.4.2 Manfaat praktis
Mengunyah permen karet saat beraktivitas dapat meningkatkan produktivitas kerja serta kemampuan dalam mengingat bagi para pelajar.
1.5 Kerangka pemikiran
Otak manusia mempunyai volume sekitar 1300 ml, beratnya 3% dari berat badan dan merupakan bagian yang cukup besar bila dibandingkan dengan ukuran tubuh kita. Untuk berfungsi dengan baik, jaringan otak memerlukan jumlah oksigen dan glukosa yang relatif lebih besar daripada bagian lain tubuh manusia. Otak menggunakan 20 % oksigen yang diperlukan seluruh badan dan 65% dari
3 Pada otak terdapat pemetaan bagian tubuh secara sensorik dan motorik yang disebut dengan Homonculus. Homonculus motorik untuk daerah mulut menempati 30% seluruh area tubuh, sehingga, mengunyah mengaktifkan area yang luas di otak. Pengaktifan ini menyebabkan metabolisme neuronal meningkat sehingga otak membutuhkan lebih banyak konsumsi oksigen dan nutrisi yang berasal dari darah perifer. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung yang dipompakan
ke otak, sehingga denyut jantung dan aliran darah ke otak meningkat (Guyton & Hall, 2008 ; Matuura, Taniguchi, Sugiura, Miyao, & Takada, 2012).
Mengunyah permen karet menghasilkan kontraksi otot yang ritmis. Mengunyah dapat meningkatkan kecepatan dalam mengerjakan tes dengan meningkatkan aktifitas hippocampus dan area prefrontal cortex cerebri , yang penting untuk proses kognisi. Mengunyah mengaktifkan regio orris dari cortex sensorimotor primer, area motoric, insula, dan cerebellum. Pada penelitian
terdahulu, kehilangan gigi dan penurunan kekuatan otot pengunyah karena proses penuaan, mengakibatkan penurunan aktivitas input sensori ke sensorimotor system, terutama meningkatkan aktifitas cortex prefrontal kanan (Quintero,
Ichesco, Myers, Schutt, & Gerstner, 2012 ; Onozuka, et al., 2008;Saito, Sakata, & Onozuka, 2003).
Para peneliti membuktikan bahwa peran dari mengunyah meningkatkan memori jangka pendek yang dipercaya meningkatkan denyut nadi dan aliran darah yang kemudian menambah asupan jumlah oksigen ke dalam otak. Hal inilah yang meningkatkan fungsi otak (Matuura, Taniguchi, Sugiura, Miyao, & Takada, 2012). Mengunyah permen karet dapat meningkatkan pengiriman glukosa untuk memperbaiki kognitif (Stephens & Tunney, 2004).
4 mempunyai peran penting dalam proses pembentukan memori (Zhao, Chen, Quon, & Alkon, 2004).
Insulin diproduksi oleh pankreas dan telah diketahui bahwa insulin dapat melewati sawar darah otak melalui reseptor spesifik dengan mekanisme transport aktif /receptor-mediated transcytosis (Hirvonen, et al., 2011;Feng, Lui, & Li, 2010). Pada hippocampus dan cortex cerebri, insulin berhubungan dengan fungsi
kognisi. Insulin memodulasi aktivitas dari reseptor eksitasi dan inhibisi, termasuk glutamat dan reseptor asam -aminobutirat (GABA) dan mengaktivasi 2 proses
5 Diagram 1.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Mengunyah Permen Karet
Terhadap Peningkatan Memori Jangka Pendek
1.6 Hipotesis Penelitian
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Mengunyah permen karet meningkatkan memori jangka pendek.
5.2. Saran
Untuk pelajar dan mahasiswa dapat dibiasakan mengunyah permen karet pada waktu belajar agar memori jangka pendek meningkat.
Dalam belajar, sebaiknya mahasiswa membuat rangkuman sendiri dengan menulis dan menyertakan gambar.
Para dosen pengajar hendaknya memberikan materi tidak hanya berupa kuliah lisan tetapi juga memberikan tulisan beserta gambar.
EFEK MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK DENGAN
MENGGUNAKAN 3 METODE
Indah Kurniawati1, Iwan Budiman2
1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung 2. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No.65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Latar belakang Manusia tidak lepas dari proses belajar yang sangat berkaitan dengan memori. Kapasitas otak dalam menyimpan informasi tidak terbatas. Informasi yang diterima dapat berupa verbal, visual, dan audio. Mengunyah permen karet merangsang sekresi hormon insulin, meningkatkan denyut jantung dan aliran darah ke otak sehingga meningkatkan kemampuan mengingat.
Tujuan Untuk mengetahui pengaruh mengunyah permen karet terhadap memori jangka pendek dengan cara visual gambar, visual tulisan, dan audio.
Metode Penelitian dilakukan terhadap 35 mahasiswa FK-UKM yang berumur 19-23 tahun. Memori jangka pendek diukur dengan menghitung skor pretest dan posttest yang didapat dari soal visual gambar, visual tulisan,dan audio. Penelitian dilakukan dengan tidak mengunyah permen karet dan dengan mengunyah permen karet.
Analisis dataMemakai uji “t” tes berpasangan, uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD dengan α=0,05.
Hasil Skor rerata tes visual gambar, visual tulisan, dan audio sebelum dibandingkan setelah mengunyah permen karet mengalami peningkatan yang signifikan (p<0,01). Hasil dari uji ANAVA satu arah terhadap 3 pasang rerata perlakuan menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda ( p< 0.01). Uji Beda Rata-rata Fisher’s LSD menunjukkan bahwa semua pasangan berbeda, kecuali pasangan preVisual tulisan dengan preVisual gambar dan PostVisual tulisan dan postVisual gambar (p>0,05). Perbandingan jumlah mahasiswa yang memiliki kemampuan belajar tipe visual dibanding dengan belajar tipe audio adalah sebesar 5:2.
Kesimpulan Mengunyah permen karet meningkatkan memori jangka pendek dengan cara visual gambar, visual tulisan, dan audio.
Kata kunci: Mengunyah permen karet, Memori jangka pendek, Visual, Audio.
ABSTRACT
Background In life, human beings can not be separated from the learning process that is associated with memory. The capacity of the brain in storing information is unlimited. The information accepted can be verbal, visual, and audio forms. Chewing gum stimulates the secretion of the insulin hormone, improves heart rate and blood flow to the brain which in turn improve the ability in remembering.
Objective The aim of this study is to determine the effect of chewing gum on short-term memory by means of visual images, visual text, and audio.
Methods The study is conducted on 35 faculty of medicine MCU students range from 19 -23 years of age. Short-term memory is measured by calculating the pretest and post-test scores obtained from given tests of visual images, visual text, and audio. Research is done by not chewing gum and chewing gum.
Data analysis Using paired "t" test, one-way ANAVA test was continued with an average
Results The mean test scores of visual images, visual text, and audio before and after chewing gum significantly increased (p <0.01). Results of one-way ANOVA test on the average 3 pairs of treatment suggests that there is at least a pair of different treatment (p <0.01). In Fisher's LSD test of different average showed that all the pairs are different, except for a pair of pre-Visual writing and pre-Visual with pictures and post Visual writing and post-Visual with images (p> 0.05). The comparison between number of students who have types of visual learning ability compared with the type of audio learning is at 5:2.
Conclusion Chewing gum increases short-term memory by means of visual images, visual text, and audio.
PENDAHULUAN
Otak membentuk pemikiran
manusia, memahami peristiwa, dan
menyimpan kenangan dalam
memori. Manusia tidak lepas dari proses belajar dan mengingat, yang sangat berkaitan dengan memori(1). Terdapat dua macam memori, diantaranya memori jangka pendek dan memori jangka panjang yang masing-masing mempunyai waktu di dalam memori yang berbeda-beda (2).
Kapasitas otak dalam
menyimpan informasi tidak terbatas. Dengan sekitar 100 milyar neuron,
yang masing-masing memiliki
ribuan dendrit, maka otak hampir tidak mungkin kehabisan ruang untuk menyimpan apa saja yang
dipelajari individu selama
hidupnya(1). Informasi yang diterima dapat berupa verbal, visual, dan audio yang akan disimpan sesuai dengan areanya masing-masing di otak (1), (3).
Mengunyah permen karet
ternyata tidak hanya sekedar
sebagai kegiatan tak bermanfaat. Ada banyak manfaat selain sering
digunakan sebagai makanan
sambilan, permen karet juga berefek
mempengaruhi memori jangka
pendek, relaksasi, menyegarkan
mulut, mengurangi plak gigi,
pengganti rokok, dan netralisasi asam lambung (4).
Mengunyah permen karet
merangsang sekresi hormon insulin, meningkatkan denyut jantung dan aliran darah ke otak sehingga
meningkatkan kemampuan
mengingat (5), (6), (7).
TUJUAN PENELITIAN
Ingin mengetahui apakah
mengunyah permen karet
meningkatan memori jangka
pendek.
ALAT DAN CARA
Penelitian ini bersifat
eksperimental semu (Quasi
experimental design).
Penelitian dilakukan terhadap 35 mahasiswa FK-UKM yang berumur 19-23 tahun.
Memori jangka pendek diukur dengan menghitung skor pretest dan posttest yang didapat dari soal visual gambar, visual tulisan, dan audio. Penelitian dilakukan dengan tidak mengunyah permen karet dan dengan mengunyah permen karet.
Analisis data menggunakan uji t berpasangan dan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD dengan = 5%.
Alat penelitian yang digunakan adalah lampiran soal tes visual
gambar dan visual tulisan,
mikrofon, stopwatch, alat tulis. Bahan yang digunakan adalah permen karet xylitol.
Cara kerja
Pertama-tama subjek penelitian diberi penjelasan tentang tujuan, prosedur dan manfaat penelitian. Setelah bersedia menjadi subjek penelitian, subjek menandatangani informed consent.
Sehari sebelum tes dilakukan, subyek penelitian cukup istirahat
dan cukup tidur, tidak
mengkonsumsi obat-obatan/zat
yang dapat mengingkatkan maupun mendepresi SSP, tidak merokok.
Pada hari tes dilakukan, subyek penelitian tidak makan minimal 2 jam setelah makan ringan dan 4 jam setelah makan berat, tidak boleh merokok, tidak mengkonsumsi
mengingkatkan maupun mendepresi SSP.
1. Pretest
Prosedur pretest visual tulisan,
subyek penelitian beristirahat
selama 10 menit sebelum melakukan tes, kemudian menghapalkan kata yang diberikan sesuai waktu yang telah ditentukan (1 kata 3 detik, terdapat 10 kata) dan menulis kembali kata yang telah dihapalkan dalam waktu maximal 1 menit dan catat nilai yang diperoleh.
Prodesur pretest visual gambar,
subyek penelitian beristirahat
selama 10 menit sebelum melakukan
tes, kemudian menghapalkan
gambar (lampiran gambar 1) yang diberikan sesuai waktu yang telah ditentukan (12 gambar , masing-masing gambar 2 detik), lalu
menyebutkan gambar (lampiran
gambar 2 , yang terdiri dari 25 gambar) ada atau tidak pada gambar yang telah perlihatkan sebelumnya dalam waktu maximal 1 menit dan catat nilai yang diperoleh. Prosedur pretest audio, subyek penelitian beristirahat selama 10 menit sebelum melakukan tes, kemudian mendengarkan sampai selesai kata yang diucapkan oleh peneliti (diucapkan dengan nada datar, tiap kata selang 2 detik), lalu menulis kata yang telah disebutkan dalam waktu maximal 1 menit dan catat nilai yang diperoleh.
2. Posttest
Prosedur postest visual tulisan,
subyek penelitian beristirahat
selama 10 menit sebelum melakukan tes, subyek penelitian mengunyah permen karet (selama 5 menit
sebelum postest dimulai sampai
postest selesai dikerjakan), kemudian
menghapalkan kata yang diberikan sesuai waktu yang telah ditentukan (1 kata 3 detik, terdapat 10 kata) dan menulis kembali kata yang telah dihapalkan dalam waktu maximal 1 menit dan catat nilai yang diperoleh. Prodesur postest visual gambar,
subyek penelitian beristirahat
selama 10 menit sebelum melakukan tes, subyek penelitian mengunyah permen karet (selama 5 menit
sebelum postest dimulai sampai
postest selesai dikerjakan), kemudian menghapalkan gambar (lampiran gambar 1) yang diberikan sesuai waktu yang telah ditentukan (12 gambar , masing-masing gambar 2 detik), lalu menyebutkan gambar (lampiran gambar 2 , yang terdiri dari 25 gambar) ada atau tidak pada gambar yang telah perlihatkan sebelumnya dalam waktu maximal 1 menit dan catat nilai yang diperoleh. Prosedur postest audio, subyek penelitian beristirahat selama 10 menit sebelum melakukan tes,
subyek penelitian mengunyah
permen karet (selama 5 menit
sebelum postest dimulai sampai
postest selesai dikerjakan), kemudian mendengarkan sampai selesai kata
yang diucapkan oleh peneliti
Tabel 4. 1 Skor Rerata Tes
PostTulisan 95.14 35 6.585 p<0.01
PreTulisan 79.14 35 12.919
Pair
PostGambar 90.97 35 11.302 p<0.01
PreGambar 76.17 35 15.957
Hasil percobaan menunjukkan bahwa :
Skor rerata tes visual tulisan setelah mengunyah permen karet
(95.14) dibandingkan sebelum
mengunyah permen karet (79.14)
mengalami peningkatan yang
signifikan (p<0,01).
Skor rerata tes audio setelah mengunyah permen karet (82.57) dibandingkan sebelum mengunyah permen karet (63.14) mengalami
peningkatan yang signifikan
(p<0,01).
Skor rerata tes visual gambar setelah mengunyah permen karet
(90.97) dibandingkan sebelum
mengunyah permen karet (76.17)
mengalami peningkatan yang
signifikan (p<0,01). dari uji ANAVA satu arah terhadap 3 pasang rerata di atas adalah
berbeda sangat nyata p=0.000
(p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda.
Tabel 4. 3 Uji Beda Rata-rata
Fisher’s LSD
Sig. PreVisual
Tulisan preAudio .000
preGambar .335
PostVisual
Tulisan postAudio .000
postGambar .177
Gambar preTulisan .335
preAudio .000
postVisual
Gambar postTulisan .177
postAudio .007
tulisan dengan postVisual gambar (p>0,05), hal ini mengartikan bahwa kemampuan OP dalam hal visual tulisan dan Gambar adalah sama, sementara dalam hal visual dan audio berbeda.
Data skor hasil percobaan
menunjukkan bahwa mayoritas
mahasiswa kedokteran FK UKM yang menjadi orang percobaan memiliki kemampuan belajar tipe visual yang lebih mudah mengingat
melalui tulisan dan gambar,
daripada ucapan (tipe audio).
Perbandingan jumlah mahasiswa yang memiliki kemampuan belajar tipe visual dibanding dengan jumlah
mahasiswa yang memiliki
kemampuan belajar tipe audio adalah sebesar 5:2.
Menurut Neisser, penyimpanan ikonik menyimpan input visual dan bekerja terpisah dari faktor-faktor
pengendali subjek (atensi).
Penyimpanan ikonik (bekerja seperti
kamera snapshoot) memiliki
kapasitas sekurang-kurangnya 9 item dengan jangka waktu sekitar 250 milidetik hingga 4 detik. Sedangkan penyimpanan ekhoik menyimpan input auditorik 1 item dengan jangka waktu 4 detik (8).
Pada percobaan, visual tulisan memiliki rata-rata yang lebih baik (pretest 79.14 dan posttest 95.14) daripada visual gambar (pretest 76.17 dan posttest 90.97) hal ini di sebabkan terjadinya synesthesia, yaitu suatu kondisi di mana informasi sensorik dari sebuah modalitas (tulisan) memicu sensasi
modalitas lainnya (gambar).
Seharusnya, hasil tes visual gambar lebih baik daripada visual tulisan. sesuai dengan kutipan Makoto Schichida yang menyatakan bahwa
otak kanan mampu merekam
sesuatu secara tidak sadar seperti kamera foto (9).
DISKUSI
Belajar dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk mengubah
perilaku berdasarkan pengalaman,
sedangkan mengingat adalah
mempertahankan (retensi) dan
menyimpan informasi (2).
Gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga
jenis gaya belajar berdasarkan
modalitas yang digunakan individu
dalam memproses informasi
(perceptual modality) yaitu Visual learners yang menitik beratkan pada
ketajaman penglihatan, Auditory
learners yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya, dan Kinesthetic learners yang mengharuskan
individu yang bersangkutan
menyentuh sesuatu yang
memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya (10).
Ingatan (memory) adalah retensi dan penyimpanan dari informasi yang diperoleh dari proses belajar (2).
Memori merupakan suatu
penyimpanan dari pengetahuan
yang didapat untuk kemudian
mengalami proses pemanggilan
(recall) kembali. Terdapat tiga jenis
memori, yaitu memori jangka
pendek, memori jangka menengah, dan memori jangka panjang (11).
Memori Jangka Pendek
merupakan ingatan yang
kimiawi neurotransmitter yang disekresikan pada terminal seperti
itu seringkali menyebabkan
fasilitasi/inhibisi selama beberapa detik-menit. Lintasan inilah yang
menyebabkan ingatan jangka
pendek (12).
Proses memori terdiri dari
beberapa tahapan. Pertama,
informasi diterima oleh modalitas sensorik khusus (misalnya raba, auditif, atau visual) kemudian diregistrasi. Informasi ini akan disimpan sebentar di memori jangka pendek (memori kerja). Kemudian, menyimpan dan mempertahankan informasi dalam bentuk yang lebih permanen (memori jangka panjang). Proses penyimpanan ini dapat
ditingkatkan oleh beberapa
pengulangan (repetisi) atau oleh penggabungan dengan informasi lainnya yang sudah berada di dalam simpanan. Penyimpanan merupakan proses aktif yang membutuhkan upaya melalui praktek dan latihan (rehearsal). Langkah akhir pada proses memori ialah memanggil kembali (recall) atau menjumput (retrieval) informasi yang disimpan. Langkah ini merupakan proses aktif, memobilisasi informasi yang telah disimpan (3).
Pikiran adalah hasil dari pola
perangsangan berbagai bagian
sistem saraf pada saat yang
bersamaan, mungkin terutama
melibatkan cortex cerebri, thalamus, sistem limbik, dan bagian atas formatio reticularis batang otak. Proses ini disebut teori holistik pikiran (13).
Otak manusia mempunyai
volume sekitar 1300 ml, beratnya 3% dari berat badan dan merupakan bagian yang cukup besar bila dibandingkan dengan ukuran tubuh
kita. Untuk berfungsi dengan baik, jaringan otak memerlukan jumlah oksigen dan glukosa yang relatif lebih besar daripada bagian lain tubuh manusia. Otak menggunakan 20 % oksigen yang diperlukan seluruh badan dan 65% dari
keseluruhan glukosa yang
digunakan oleh seluruh badan (12). Pada otak terdapat pemetaan bagian tubuh secara sensorik dan
motorik yang disebut dengan
Homonculus. Homonculus motorik untuk daerah mulut menempati 30%
seluruh area tubuh, sehingga,
mengunyah mengaktifkan area yang luas di otak. Pengaktifan ini menyebabkan metabolisme neuronal
meningkat sehingga otak
membutuhkan lebih banyak
konsumsi oksigen dan nutrisi yang berasal dari darah perifer. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung yang dipompakan ke otak, sehingga denyut jantung dan aliran darah ke otak meningkat (12), (14).
Mengunyah (mastikasi) adalah memecahkan partikel makanan yang besar dan mencampur makanan dengan sekret kelenjar air liur (2).
Mengunyah permen karet
menghasilkan kontraksi otot yang
ritmis. Mengunyah dapat
meningkatkan kecepatan dalam
mengerjakan tes dengan
meningkatkan aktifitas hippocampus dan area prefrontal cortex cerebri , yang penting untuk proses kognisi. Mengunyah mengaktifkan regio orris dari cortex sensorimotor primer, area motoric, insula, dan cerebellum (15), (5), (16).
Para peneliti membuktikan
bahwa peran dari mengunyah
meningkatkan memori jangka
pendek yang dipercaya
aliran darah yang kemudian menambah asupan jumlah oksigen ke dalam otak. Hal inilah yang
meningkatkan fungsi otak (14).
Mengunyah permen karet dapat meningkatkan pengiriman glukosa untuk memperbaiki kognitif (17) . Oral sensory stimulation seperti mengunyah bisa merupakan suatu stimulus bagi aktivitas sel beta pankreas sehingga pada waktu mengunyah sel pankreas akan
mensekresikan insulin untuk
mengantisipasi makanan yang akan dicerna(18), (19). Dahulu insulin dianggap tidak berperan pada otak, tetapi sekarang banyak penelitian menunjukkan bahwa insulin dan reseptornya pada otak mempunyai
peran penting dalam proses
pembentukan memori (7).
Insulin diproduksi oleh pankreas dan telah diketahui bahwa insulin dapat melewati sawar darah otak melalui reseptor spesifik dengan mekanisme transport aktif /receptor-mediated transcytosis (20),(21). Pada hippocampus dan cortex cerebri, insulin berhubungan dengan fungsi
kognisi. Insulin memodulasi
aktivitas dari reseptor eksitasi dan inhibisi, termasuk glutamat dan
reseptor asam -aminobutirat
(GABA) dan mengaktivasi 2 proses
biokimia: jalur shc-ras-MAPK
(mitogen-activated protein kinase) dan
jalur PI3K (phosphoinositide
3-kinase)/PKC, keduanya ini terlibat dalam proses pembentukan memori (7).
SIMPULAN
Mengunyah permen karet
meningkatkan memori jangka
pendek.
SARAN
1. Untuk pelajar dan mahasiswa
dapat dibiasakan mengunyah permen karet pada waktu belajar agar memori jangka pendek meningkat.
2. Dalam belajar, sebaiknya
mahasiswa membuat
rangkuman sendiri dengan
menulis dan menyertakan
gambar.
3. Para dosen pengajar hendaknya memberikan materi tidak hanya berupa kuliah lisan tetapi juga
memberikan tulisan beserta
gambar.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih canggih dan subyek penelitian dengan usia berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sousa, David A. Bagamana Otak Belajar. 4. Jakarta Barat : Indeks, 2012. 2. Ganong, William F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22. Jakarta : EGC, 2008.
3. Jensen, Eric. Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta Barat : Indeks, 2011. 4. Benefits of Chewing Gum: Oral Health and Beyond. Leveille, Gilbert, et al., et al. April 2008, FOOD SCIENCE, pp. 75-81.
5. Onozuka, Minoru, et al., et al. Interactions Between Chewing and Brain Activity in Humans. Minoru Onozuka and Chen Tung Yen. Novel Trends in Brain Science. Switzerland : springer, 2008, pp. 99-113.
6. Occlusion and brain function: mastication as a prevention of cognitive dysfunction. Ono, Y., et al., et al. 2010, Journal of Oral Rehabilitation, Vol. 37, pp. 624-640.
7. Insulin and the insulin receptor in experimental models of learning and memory. Zhao, Wei Qin, et al., et al. 2004, European Journal of
8. Solso, Robert L., Maclin, Otto H. and
Maclin, M. Kimberly. Psikologi Kognitif.
Jakarta : Erlangga, 2007.
9. Shichida, Makoto. Misteri Otak Kanan.
Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2013.
10. Windura, Sutanto. 88 Cemilan Otak Sehat. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2012.
11. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC, 2001.
12. Guyton, Arthur Cliffton and Hall, John. Buku Ajar Fisiologi. New york : elsevier, 2008.
13. Wibowo, Daniel S. Neuroanatomi untuk Mahawiswa Kedokteran. Malang : Bayumedia, 2011.
14. Distribution of Cerebral Blood Flow during Gum-Chewing. Matuura,
Yasuyuki, et al., et al. 2012, Forma, Vol. 27, pp. 1-4.
15. Brain Activity and Human Unilateral Chewing. Quintero, A., et al., et al. 2012, JDR, Vol. 92, pp. 136-142.
16. Effect of Mastication on Human Brain Activity. Sakamoto, Kiwako, et al., et al. 2010, JAAM, pp. 153-160.
17. Role of glucose in chewing gum-related facilitation of cognitive function. Stephens, Richard and Tunney, Richard J. 2004, Appetite, Vol. 43, pp. 211-213.
18. Effect of oral sensory stimulation on C-peptide density. Hashimoto, K., et al., et al. Hawaii : s.n., 2004. the
neuroscience/TMJ program.
19. The Effects of Mastication on Insulin Secretion-Examination from the Ability to Masticate. Hideto, Matsuda, Kazuyoshi, Hashimoto and Toshio, Takiguchi. 2004, Japanese Journal of Clinical Physiology, Vol. 34, pp. 183-190. 20. Effects of Insulin on Brain Glucose Metabolism in Impaired Glucose Tolerance.
Hirvonen, Jussi, et al., et al. 2011, Diabetes, pp. 443-447.
21. Feng, Ji Ming, Lui, Philip C.W. and Li, Jian Yi. Receptor-Mediated
Transport of Drugs Across the BBB.
80
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, L., Scholey, A., & Wesnes, K. 2002. Chewing gum selectively improves aspects of memory. Appetite, 235-236.
Chewing gum facts. 2013 . Retrieved from
http://www.chewinggumfacts.com/chewing-gum-history/history-of-chewing-gum/
lotteconfectionery pilipinas,corp. 2013 . Retrieved from lottexylitolgum: http://www.lottexylitolgum.com/about.php
Xylitol. 2013 . Retrieved from Xylitol: http://www.xylitol.org/questions-about-xylitol
Chiu, S. L., & Cline, H. T. 2010 . Insulin receptor signaling in the development of neuronal structure and function. Neuronal Development, 5-7. Retrieved from http://www.neuraldevelopment.com/content/5/1/7
Drake, R. L., Vogl, A. W., & Mitchell, A. W. 2010 . Gray's Anatomy for students. Canada: Churchill Livingstone Elsevier.
Dubuc, B. 2013 . mcgill. Retrieved from http://thebrain.mcgill.ca
Feng, J. M., Lui, P. C., & Li, J. Y. 2010. Receptor-Mediated Transport of Drugs Across the BBB. In Drug Delivery to the Central Nervous System (Vol. 45, pp. 15-34). Switzerland: Humana Press. doi:10.1007/978-1-60761-529-3_2
Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C., & Hall, J. 2008. Buku Ajar Fisiologi.Jakarta : EGC.
Hashimoto, K., Ito, Y., Yoshida, M., Matsuda, H., & Takada, K. 2004 . Effect of oral sensory stimulation on C-peptide density. the neuroscience/TMJ
program. Hawaii. Retrieved from
http://iadr.confex.com/iadr/2004Hawaii/techprogram/abstract_39785.htm
Hideto, M., Kazuyoshi, H., & Toshio, T. 2004 . The Effects of Mastication on Insulin Secretion-Examination from the Ability to Masticate. Japanese Journal of Clinical Physiology. 34, 183-190.
Hirvonen, J., Virtanen, K. A., Nummenmaa, L., Hannukainen, J. C., Honka, M. J., Bucci, M., Nuutila, P. 2011 . Effects of Insulin on Brain Glucose Metabolism in Impaired Glucose Tolerance. Diabetes, 443-447.
81 Junqueira, L. C., & Carneiro, J. 2007 . Histologi Dasar. Jakarta: EGC.
Leveille, G., Alcantara, E., McMahon , K., & Zibell, S. 2008 . Benefits of Chewing Gum: Oral Health and Beyond. FOOD SCIENCE, 75-81. Retrieved Descember 20, 2012, from http://www.nursingcenter.com
Mateti, U. V., Adla, N., Rajakannan, T., & Valakkathala, R. 2011 . Insulin chewing gum: Need of the day for diabetic patients. International Journal of Pharmaceutical Investigation, 1, 131-134.
Matuura, Y., Taniguchi, T., Sugiura, A., Miyao, M., & Takada, H. 2012 . Distribution of Cerebral Blood Flow during Gum-Chewing. Forma. 27,
1-4. Retrieved Descember 23, 2012, from
http://www.scipress.org/journals/forma/pdf/2701/27010001.pdf
Ono, Y., Yamamoto, T., Yakubo, K., & Onozuka, M. 2010. Occlusion and brain function: mastication as a prevention of cognitive dysfunction. Journal of Oral Rehabilitation. 37, 624-640.
Onozuka, M., Watanabe, K., Hirano, Y., Tachibana, A., Ono, Y., Kim, W., Kanematsu, K. 2008 . Interactions Between Chewing and Brain Activity in Humans. In M. Onozuka, & C. T. Yen, Novel Trends in Brain Science (pp. 99-113). Switzerland: springer.
Quintero, A., Ichesco, E., Myers, C., Schutt, R., & Gerstner, G. 2012 . Brain Activity and Human Unilateral Chewing. JDR. 92, 136-142. Retrieved from
http://jdr.sagepub.com/content/early/2012/10/25/0022034512466265.full
Saito, S., Sakata, T., & Onozuka, M. 2003. Clearing up the mysterious relationship between chewing and brain. Nature Interface. 14, 34-39.
Sakamoto, K., Nakata, H., Yumoto, M., & Kakigi, R. 2010. Effect of Mastication on Human Brain Activity. JAAM, 153-160.
sherwoodd, l. l. 2001 . human physiology. Jakarta: EGC.
Sousa, D. A. 2012 . Bagamana Otak Belajar. Edisi 4 . Jakarta Barat: Indeks.
Stephens, R., & Tunney, R. J. 2004 . Role of glucose in chewing gum-related facilitation of cognitive function. Appetite. 43, 211-213.
Thomson, H. 2007 . oklusi. Jakarta: EGC.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. 2009 . Principles of Anatomy & Physiology. USA: John Wiley & Sons. Inc.
82 Windura, S. 2012 . 88 Cemilan Otak Sehat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
wrigley. (n.d.)., from wrigley: http://www.wrigley.com/global/about-us.aspx
Zhao, W. Q., Chen, H., Quon, M. J., & Alkon, D. L. 2004 . Insulin and the insulin receptor in experimental models of learning and memory. European Journal of Pharmacology. 490, 71-81.
Benner, M. T. 2006. Effects of Chewing Gum on Memory of Studied Words. The Journal of the Honors Program.
Shichida, M. 2013. Misteri Otak Kanan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.