ii
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE 2002–2010
Eko Santoso, 2011; Pembimbing I : Winsa Husin., dr., M.Sc.,M.Kes. Pembimbing II: Rita Tjokropranoto., dr.,M.Sc.
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan 3 spesies cacing filarial yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Filariasis menimbulkan kecacatan yang menetap serta berdampak pada sosio ekonomi penderitanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik infeksi filariasis berdasarkan umur, tempat tinggal, jenis kelamin, microfilaria rate per desa, filariasis kronis dengan gejala elephantiasis dan hydrocele di Kabupaten Bekasi dalam kurun waktu 2002–2010.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode survei deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Data diambil dari Bagian Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi yang dilakukan selama periode Januari 2011–Desember 2011.
Pada data didapatkan penderita terbanyak pada jenis kelamin wanita dengan gejala elephantiasis, golongan umur 15–45 tahun, bertempat tinggal di Kp. Gandu Sukamulya. Pada pemetaan sampel darah jari kasus filariasis di Kabupaten Bekasi didapatkan Desa Kedungjaya dengan Mikrofilarial Rate paling tinggi, yaitu 3.59 %.
iii
Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
FILARIASIS DESCRIPTION IN BEKASI DISTRICT, WEST JAVA PROVINCE OF PERIODS 2002-2010
Eko Santoso, 2011; Tutor I : Winsa Husin., dr., M.Sc., M.Kes. Tutor II : Rita Tjokropranoto., dr., M.Sc
Filariasis is a disease caused by the filarial worm which are Wuchereria bamcrofti, Brugia malayi and Brugia timori. In the year 2010, there has been 11 regencies and cities included into endemic regencies of filariasis, which are the regency of Bekasi, Bogor, Karawang, Purwakarta, Subang, Tasikmalaya, Kuningan, Bandung, also the city of Bekasi, Bogor, Depok. The objective of this research is to know the characteristic of filariasis infection based on age, residence, sex, microfilarial rate per village, chronic filariasis with elephantiasis and hydrocele symptomps in Bekasi district from year 2002-2010.
The research is observational with descriptive survey method and the data is gained retrospectively. The data is taken from infectious disease control of Bekasi’s health service from January 2011 until December 2011.
The data shows most patients suffering from filariasis are whom genders are female, with the age group of 15-45 years with elephantiasis live in Gandu Sukamulya village. Surveys with finger prick test in the city of Bekasi shows Kedungjaya village with the highest amount of finger prick test positives (3.59 %).
v
Universitas Kristen Maranatha
2.5.2 Brugia malayi ... 12
2.5.3. Brugia timori ... 13
2.6. Siklus Hidup dan Periodisitas Mikrofilaria ... 14
vi
vii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Stadium Limfedema/tanda kejadian bengkak lipatan
dan benjolan pada penderita kronis filariasis ... 20
Tabel 2.2. Tabel Dosis DEC berdasarkan umur... 24
Tabel 2.3. Tabel Dosis Albendazole berdasarkan umur ... 25
Tabel 4.1. Distribusi berdasarkan umur ... 30
Tabel 4.2. Distribusi berdasarkan jenis kelamin ... 30
Tabel 4.3. Distribusi berdasarkan tempat tinggal ... 31
Tabel 4.4. Perbandingan Microfilaria Rate per desa ... 33
viii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pembuluh Limfe Kaki (Posterior) ... 4
Gambar 2.2. Pembuluh Limfe Kaki (Anteriomedial) ... 5
Gambar 2.3. Pembuluh Limfe Pelvis ... 6
Gambar 2.4. Ductus thoracicus ... 7
Gambar 2.5. Peta Kasus Filariasis di Dunia ... 9
Gambar 2.6. Peta Kasus Filariasis di Indonesia ... 10
Gambar 2.7. Cacing dewasa W. bancrofti ... 11
Gambar 2.8. Mikrofilaria W. bancrofti ... 12
Gambar 2.9. Mikrofilaria B. malayi ... 13
Gambar 2.10. Mikrofilaria B. timori ... 14
ix
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan pengambilan data ... 39 Lampiran 2. Daerah endemis filariasis di Provinsi Jawa Barat s.d. th 2010 .... 40 Lampiran 3. Data mikrofilaria berdasarkan hasil survei darah jari
di Provinsi Jawa Barat s.d. tahun 2010 ... 41 Lampiran 4. Distribusi kasus kronis filariasis di Provinsi Jawa Barat
tahun 2002 s.d. 2010 ... 42 Lampiran 5. Data penderita filariasis limfatik di Kabupaten Bekasi 2002 s.d
39
40
41
42
43
Universitas Kristen Maranatha RIWAYAT HIDUP
Nama : Eko Santoso
Tempat/Tanggal lahir : Pontianak / 6 November 1990
Alamat : Jln. Imam Bonjol, Pontianak
Riwayat Pendidikan : 2002 Lulus SD Gembala Baik Pontianak 2005 Lulus SMP Gembala Baik Pontianak 2008 Lulus SMA Gembala Baik Pontianak
1
Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Filariasis yang sering disebut sebagai penyakit kaki gajah atau elephanthiasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filarial (Freedman, 2007). Bila penyakit ini tidak mendapatkan pengobatan yang optimal, dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki, yang akhirnya akan berdampak pada daya kerja penderita yang tidak bisa optimal. Penyakit kaki gajah berdampak pada sosial budaya, mental dan ekonomi bagi penderitanya (Chin J., 2006).
Filariasis disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar
getah bening (Isrin I., 1990). Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang tersebut digigit nyamuk yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya mengandung larva (Freedman, 2007). Di Indonesia ada 23 spesies nyamuk yang diketahui bertindak sebagai vektor dari 5 genus: mansonia, culex, anopheles, aedes dan armigeres (Depkes RI, 2008).
2
Universitas Kristen Maranatha penduduk diantaranya telah terinfeksi (Depkes RI, 2008d). Survei lain mengatakan sebanyak 8.243 orang di Indonesia telah menderita klinis kronis filariasis terutama di pedesaan (Depkes RI, 2008). Menurut laporan Depkes RI tahun 2009, tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak filariasis di Indonesia adalah Nanggroe Aceh Darussalam (2.359 orang), Nusa Tenggara Timur (1.730 orang) dan Papua (1.158 orang), sementara provinsi Jawa Barat berada di posisi ke 6 dengan 474 kasus (Tri Yunis Miko Wahyono, 2010).
Berdasarkan hasil Survei Darah Jari Filariasis yang dilakukan di Kabupaten Bekasi pada tahun 2002, didapatkan jumlah pasien dengan positif mikrofilaria sejumlah 156 kasus, dimana terdapat 8 kecamatan yang menjadi daerah endemis filariasis dengan microfilaria rate diatas 1%. Dan jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, Kabupaten Bekasi merupakan kabupaten dengan jumlah daerah endemik filariasis paling tinggi di Provinsi Jawa Barat. Pencatatan survei darah jari serta laporan jumlah kasus klinis filariasis yang dilakukan oleh Dinkes Kabupaten Bekasi dimulai dari tahun 2002 sampai tahun 2010 didapatkan microfilaria rate 1,40% sehingga dinyatakan sebagai endemis filariasis (Dinkes
Provinsi Jawa Barat, 2010).
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, maka identifikasi dari masalah ini adalah bagaimana gambaran penyakit filariasis berdasarkan umur, jenis kelamin, tempat tinggal (desa), Microfilaria rate per desa, filariasis kronis dengan gejala elephantiasis dan hydrocele di Kabupaten Bekasi dalam periode 2002-2010.
3
Universitas Kristen Maranatha 1.3Maksud dan tujuan penelitian
1.3.1 Maksud penelitian
Mengetahui sosiodemografi yang berperan terhadap terjadinya kasus filariasis. 1.3.2 Tujuan penelitian
Mengetahui gambaran penyakit filariasis berdasarkan umur, tempat tinggal, jenis kelamin, microfilaria rate per desa, filariasis kronis dengan gejala elephantiasis dan hydrocele di Kabupaten Bekasi dalam periode 2002-2010.
1.4Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat akademis
Menambah informasi tentang data kasus filariasis di Kabupaten Bekasi 1.4.2 Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk tenaga kesehatan untuk mengevaluasi kejadian filariasis agar kualitas pelayanan tenaga kesehatan dapat ditingkatkan sehingga angka kejadian filariasis dapat diturunkan.
1.5Metodologi
Desain penelitian yang digunakan adalah observasional dengan metode survei deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif terhadap infeksi filariasis kronis di Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi dalam periode 2002-2010.
1.6Lokasi dan waktu
Lokasi : Kabupaten Bekasi, Jawa Barat
35
Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pada data penderita klinis filariasis di Kabupaten Bekasi periode tahun 2002 sampai dengan 2010 didapatkan penderita terbanyak pada jenis kelamin wanita dengan gejala elephantiasis, golongan umur 15–45 tahun, bertempat tinggal di Kp. Gandu Sukamulya.
Sedangkan pada pemetaan sampel darah jari kasus filariasis di Kabupaten Bekasi pada tahun 2002–2010 didapatkan Desa Kedungjaya dengan Mikrofilarial Rate paling tinggi, yaitu 3,59 %.
5.2 Saran
1. Dinas Kesehatan dan jajarannya meningkatkan pemberian informasi lengkap tentang penyakit filariasis kepada masyarakat di daerah endemis
2. Meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang menjaga kebersihan lingkungan 3. Meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang bagaimana perawatan diri untuk
36
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Agur AMR & Arthur F. 2009. Grant’s Atlas of Anatomy. 12th ed. Chicago: Lippincot Williams & Wilkins
Amir Syarif dan Elysabeth. 2007. Antelmintik. Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru.
Bagrey MMN; Philimon T; Maria P; Cameron B; David HM. 2007. The Geographical Distribution of Lymphatic Filariasis Infection in Malawi. Filaria Journal.
Chin J. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Editor : I Nyoman Kandun. Jakarta: CV. Infomedika, Edisi 17 Cetakan II.
Centers for Disease Control. 2010.
http://www.smittskyddsinstitutet.se/presstjanst/pressbilder/parasiter/?sid=74. Diunduh5 Desember 2011.
Depkes RI. 2007. Pedoman Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Pengobatan Filariasis.
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20893%20tt g%20Pedoman%20Penanggulangan%20Kejadian%20Ikutan%20Pasca%20Pen gobatan%20Filariasis.pdf. Diunduh 10 Desember 2011.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Epidemiologi Filariasis. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pengobatan Massal Filariasis. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Program Eliminasi Filariasis di Indonesia. Jakarta.
37
Universitas Kristen Maranatha Djaenudin Natadisastra; Ridad Agoes; Hanna Oehadian; Tinni Rusmartini; Neneng S. Syafei; Tjahjono Djatie, dkk. 2002. Penuntun Praktikum Parasitologi Helminthologi. Edisi 1. Jatinangor: Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Fauci; Dennis LK; Dan LL; Eugene B; Stephen LH; Larry J; Joseph L. 2008. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: McGraw Hill Company, Inc.
Freedman DO. 2007. Cecil Medicine. 23rd ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.
Health & Development International. 2011.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/19/Filariasis_01.png/7 56px-Filariasis_01.png. Diunduh 27 September 2011.
Herdiman T. Pohan. 2007. Filariasis. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Isrin Ilyas. 1990. Program Pemberantasan Filaria di Indonesia. Jakarta : PT Midas Surya Grafindo.
Katzung BG. 2007. Basic & Clinical Pharmacology. 10th ed. San Fransisco: McGraw Hill Company, Inc.
Karin L; Peter FW. 2009. Epidemiology, pathogenesis, and clinical features of lymphatic filariasis.
http://www.uptodate.com/contents/epidemiology-pathogenesis-and-clinical-features-of-lymphatic-filariasis. Diunduh 6 Desember 2011.
Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology and Immunology. 10th ed. San Fransisco: McGraw Hill Company, Inc.
Notoatmodjo S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Richard LD; Wayne V; Adam WMM. 2007. Gray’s Anatomy for Student. Philadelphia: Saunders Elsevier.
Sudomo M; Chayabejara S; Duong S; Hernandez L; Wu WP; Bergquist R. 2010.
38
Universitas Kristen Maranatha Tri Yunis Miko Wahyono. 2010. Epidemiologi Deskriptif Filariasis di Indonesia.
Jakarta
WHO. 1997. Bench Aids for the Diagnosis of Filarial Infections.