56 1. Identitas Para Terdakwa
Nama lengkap :ASMA’UL JOGO PRASETYO alias GOGO BIN
SUGIMAN;
Tempat Lahir : Boyolali;
Umur / Tanggal Lahir : 18 tahun/21 Juni 1997;
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal :Dk. Trosobo Rt.07/Rw.02, Ds. Trosobo,
Kec.Sambi, Kab. Boyolali;
Agama : Islam ;
Pekerjaan : Tidak bekerja ;
Pendidikan : SMK .
2. Uraian Singkat Perkara
Anak dan Saksi Korban memiliki hubungan pacaran sejak bulan
November 2012. Pada saat itu Saksi Korban dengan Anak masih bersekolah di
SMK BK Simo Kab. Boyolali dan saksi masih berusia 15 tahun. Pada bulan
Maret 2015 menjelang lulusan sekolah, Anak berkeinginan untuk melakukan
hubungan badan dengan Saksi Korban. Pada awalnya Saksi Korban menolak
dikarenakan takut hamil, namun setelah dibujuk oleh Anak dan Anak berjanji
akan bertanggung jawab jika Saksi Korban hamil,maka Saksi Korban bersedia
diajak melakukan hubungan badan. Pada tanggal 5 Mei 2013 Anak mengajak
saksi Saksi Korban ke rumah saudara Rio di Desa Nogosari, Kabupaten
Boyolali untuk melakukan hubungan badan dan berjanji bertanggung jawab
jika Saksi Korban hamil. Pada saat hubungan badan yang pertama Anak
memakai alat kondom sehingga Saksi Korban tidak hamil. Saksi Korban
berapa kali melakukan hal tersebut yang dilakukan kadang di rumah Anak, di
warnet dan kadang di hotel Ken Dedes Kecamatan Ampel, Kabupaten
Boyolali. Pada hubungan badan terakhir Saksi Korban dan Anak tidak
menggunakan kondom sehingga mengakibatkan Saksi Korban hamil.Usia
kehamilan Saksi Korban telah memasuki 4 bulan. Antara keluarga Saksi
Korban dengan keluarga Anak pernah membicarakan mengenai hubungan
antara Saksi Korban dan Anak. Keluarga Saksi Korban meminta
pertanggungjawaban Anak atas kehamilan Saksi Korban. Keluarga Saksi
Korban mendatangi keluarga Anak hingga 6 ( enam ) kali namun belum
menemui titik temu dan itikad baik dari keluarga Anak sehingga Anak
dilaporkan oleh orang tua Saksi Korban ke pihak kepolisian. Pada akhirnya
telah diadakan perdamaian antara keluarga Saksi Korban dengan keluarga
Anak. Berdasarkan Surat Perjanjian Damai tertanggal 30 Juni 2015 yang pada
intinya berisi perdamaian dengan menikahkan siri Anak dengan Saksi Korban.
Pernikahan siri antara Anak dengan Saksi Korban belum disahkan di KUA
karena usia Anak belum berusia 19 tahun. Anak berniat mencatatkan
perkawinan di KUA setelah usia Anak mencapai 19 tahun. Anak juga berjanji
untuk bertanggung jawab kepada Saksi Korban dan anaknya kelak. Dan Anak
sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan garmen sekarang.
3. Surat Dakwaan
Dakwaan tunggal yang diajukan oleh Penuntut Umum dalam
persidangan untuk Anak sebagai berikut:
Bahwa ia Anak Asma’ul Jogo Prasetyo alias Gogo Bin Sugiman pada
hari dan tanggal yang sudah tidak dapat diingat lagi pada akhir bulan Maret
2015 sekira pukul 10.00 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam
bulan Maret tahun 2015 atau setidak tidaknya pada tahun 2015 bertempat di
Hotel Ken Dedes, Ampel Kab. Boyolali atau setidak-tidaknya di suatu tempat
yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Boyolali, dengan
Anak melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain, yakni dilakukan
dengan cara antara lain sebagai berikut:
Bahwa Anak dan Saksi Korban binti Supomo yang berumur 17 tahun
09 bulan telah berpacaran sejak tahun 2012 dan sudah seringkali pergi
berpacaran, kemudian pada hari akhir bulan Maret 2015 sehabis acara try out
di sekolah mereka yaitu SMK Bhinneka Karyan Simo, Kab. Boyolali, pada saat
Anak bertemu dengan saksi korban, Anak berkata kepada saksi korban : “Kita
kan mau lulus, ayo coba kayak gitu (ML / hubungan badan)”. Awalnya Saksi
Korban menolak ajakan Anak untuk melakukan hubungan badan karena Saksi
Korban takut hamil, namun setelah dibujuk oleh Anak dan Anak berjanji akan
bertanggung jawab jika Saksi Korban hamil, akhirnya Saksi Korban mau
diajak melakukan hubungan badan, setelah itu Anak mengajak Saksi Korban
pergi ke hotel Ken Dedes Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali,
sesampainya di hotel tersebut, Anak dan Saksi Korban langsung masuk ke
dalam kamar hotel, awalnya mereka berdua mengobrol selanjutnya Anak
dengan Saksi Korban tiduran di tempat tidur setelah itu Anak mencium bibir
Saksi Korban, sambil meremas remas payudara Saksi Korban, kemudian Anak
menciumi payudara Saksi Korban sambil mengulum puting susu Saksi Korban,
setelah itu Anak melepas baju dan celana yang yang dipakainya sedangkan
Saksi Korban juga melepas baju dan celana dalam yang dipakainya selanjutnya
Saksi Korban mencium penis Anak kemudian mengulum penis Anak, karena
Anak sudah sangat terangsang, maka Anak langsung memasukkan alat
kelaminnya tersebut ke dalam vagina Saksi Korban, setelah penis Anak
berhasil masuk ke dalam vagina Saksi Korban, kemudian digoyang goyangkan
hingga Anak merasa puas lalu sperma Anak dikeluarkan di dalam vagina Saksi
Korban, setelah selesai melakukan perbuatannya tersebut, Anak dengan Saksi
Korban istirahat sebentar sambil tiduran dan mengobrol, tidak berapa lama
kemudian Anak mengulangi perbuatannya lagi dengan cara yang sama hingga
tiga kali, setelah itu kira kira pukul 15.00 WIB Anak mengajak Saksi Korban
Akibat perbuatan Anak tersebut Saksi Korban mengalami hamil
sebagaimana disebutkan dalam Visum et Repertum tanggal 06 April 2015 dari
RSU Pandan Arang di Boyolali yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Sandie
Farina, Sp OG dengan pendapat pada pemeriksaan atas nama Saksi Korban,
dengan kesimpulan : hasil USG pasien dinyatakan positif hamil diperkirakan
umur janin 6-9 minggu, keadaan tersebut diakibatkan karena selaput dara
dimasuki benda tumpul. Perbuatan Anak tersebut sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 81 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
4. Keterangan Saksi-Saksi
Penuntut umum dalam persidangan mengajukan 4 ( empat) saksi
dengan keterangan sebagai beikut:
a. Saksi Korban binti Supomo
1) Bahwa pada awalnya saksi mempunyai hubungan pacaran dengan Anak
sejak pada bulan November 2012;
2) Bahwa pada saat itu saksi dan Anak masih bersekolah di SMK BK
Simo Kab. Boyolali, dan pada saat itu umur saksi masih 15 (lima belas)
tahun;
3) Bahwa setelah hubungan pacaran selama 6 (enam) bulan, saksi dan
Anak pertama kali melakukan hubungan badan pada tanggal 5 Mei
2013 di rumah teman Anak yang bernama sdr. RIO di Desa Nogosari,
Kab. Boyolali;
4) Bahwa pada awal sebelum kejadian, Anak sebelumnya mengirimkan
SMS kepada saksi untuk diajak melakukan hubungan badan , namun
saksi sempat menolak karena takut hamil, tetapi karena Anak berjanji
jika terjadi kehamilan akan bertanggung jawab, maka saksi menjadi
mau diajak melakukan hubungan badan;
5) Bahwa kemudian saksi dan Anak menuju ke rumah sdr. RIO dengan
dan Anak sempat ngobrol dengan sdr. RIO, kemudian tidak berapa lama
kemudian, sdr. RIO pamit untuk pergi keluar;
6) Bahwa setelah sdr. RIO pergi, lalu Anak mengajak saksi untuk masuk
ke dalam kamar, setelah itu mereka berbincang bincang sebentar,
kemudian Anak Anak berusaha mengajak saksi melakukan hubungan
badan, namun saksi masih malu-malu dan berusaha menolak karena
takut hamil, namun Anak berkata kalau terjadi kehamilan pada saksi,
terdaka akan bertanggung jawab;
7) Bahwa kemudian Anak menciumi bibir dan payudara saksi, setelah itu
Anak dan saksi saling melepas baju dan celana masing masing, lalu
Anak memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat kelamin saksi lalu
digoyang goyangkan hingga Anak merasa puas, kemudian sperma
dikeluarkan di dalam vagina saksi;
8) Bahwa setelah melakukan hubungan badan yang pertama, saksi dengan
Anak sering melakukan hubungan badan sampai saksi lupa sudah
berapa kali melakukan, dan hubungan badan tersebut kadang dilakukan
rumah Anak, di warnet dan pernah di hotel Ken Dedes Kec. Ampel,
Kab. Boyolali;
9) Bahwa pada waktu melakukan hubungan badan, Anak memakai
kondom dengan tujuan agar saksi tidak mengalami kehamilan, namun
kadang-kadang Anak tidak memakai kondom dan beberapa kali
hubungan badan terakhir sebelum saksi dan Anak lulus sekitar bulan
Maret 2015, saksi dan Anak juga melakukan hubungan badan terakhir
dengan tidak menggunakan kondom yaitu di Hotel Ken Dedes sehingga
saksi hamil;
10) Bahwa saksi mendapat menstruasi terakhir yaitu pada bulan Maret
2015 dan sampai sekarang belum mendapatkan menstruasi;
11) Bahwa setelah mengetahui saksi tidak mendapatkan menstruasi, saksi
dan Anak melakukan tes kehamilan di Warnet di Nogosari kab.
hubungan badan terakhir kalinya pada bulan April 2015 di Warnet di
Tlatar, Kab. Boyolali;
12) Bahwa usia kehamilan saksi sekarang memasuki 4 (empat) bulan;
13) Bahwa antara keluarga saksi dengan keluarga Anak pernah
membicarakan hubungan antara saksi dan Anak dan meminta
pertanggungjawaban Anak dengan cara keluarga saksi mendatangi
keluarga Anak namun belum menemui titik temu dan itikad baik dari
keluarga Anak;
14) Bahwa oleh karena belum ada itikad baik dari keluarga Anak, maka
ayah saksi yaitu saksi SUPOMO;
15) Bahwa benar saat ini saksi sudah menikah secara siri dengan Anak pada
tanggal 8 Juni 2015 di rumah saksi;
16) Bahwa sampai saat ini saksi masih mencintai Anak.
17) Bahwa saksi lahir pada tanggal 26 Agustus 1997, dan pada saat
kejadian saksi berusia 16 (enam belas) tahun;
18) Bahwa saksi pernah melakukan Visum et Repertum tanggal 06 April
2015 dari RSU Pandan Arang di Boyolali dengan hasil USG pasien
dinyatakan positif hamil diperkirakan umur janin 6-9 minggu;
19) Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diajukan di persidangan
yaitu 1 (satu) unit handphone merk Cross V6 warna hitam dan 1 (satu)
buah handphone merk Samsung warna merah maroon adalah milik dari
saksi;
20) Atas keterangan saksi tersebut, Anak menyatakan benar dan tidak
keberatan;
b. Saksi Supomo
1) Bahwa saksi merupakan orang tua dari saksi SAKSI KORBAN
2) Bahwa saksi tidak mengetahui kejadian persetubuhan yang dilakukan
antara saksi SAKSI KORBAN dengan Anak;
3) Bahwa saksi mengetahui kejadian tersebut pada saat saksi sedang
berada di Jakarta untuk bekerja dan telah dihubungi oleh istri saksi
memberitahukan kalau saksi SAKSI KORBAN telah hamil 2 (dua)
bulan akibat persetubuhannya dengan Anak;
4) Bahwa selanjutnya saksi langsung pulang dari Jakarta untuk mengurus
permasalahan tersebut;
5) Bahwa kemudian saksi melakukan musyawarah dengan keluarga
besarnya, lalu saksi dengan keluarga datang ke rumah Anak, namun
belum ada tanggapan dari keluarga Anak, sampai dari pihak keluarga
saksi datang ke rumah Anak hingga 6 (enam) kali;
6) Bahwa oleh karena tidak ada tanggapan dari keluarga Anak, maka saksi
lalu melaporkan hal ini kepada yang berwajib;
7) Bahwa saat ini sudah ada perdamaian antara keluarga saksi dengan
keluarga Anak, berdasarkan Surat Perjanjian Damai tertanggal 30 Juni
2015;
8) Bahwa atas kejadian ini antara pihak saksi dengan pihak keluarga Anak
sudah ada perdamaian dan antara Anak dengan saksi SAKSI KORBAN
sudah melangsungkan pernikahan siri pada tanggal 8 Juni 2015 di
rumah saksi dengan disaksikan oleh saudara-saudara;
9) Bahwa pihak keluarga sudah bisa menerima kejadian ini dan telah
menerima Anak sebagai menantu saksi;
10) Bahwa saat ini Anak sudah mendapat pekerjaan dan sedang mengikuti
diklat di perusahaan garment;
11) Bahwa saksi SAKSI KORBAN lahir pada tanggal 26 Agustus 1997,
dan pada saat kejadian saksi SAKSI KORBAN berusia 16 (enam belas)
tahun;
12) Atas keterangan saksi tersebut, Anak menyatakan benar dan tidak
keberatan
c. Saksi Dwi Suwarti binti Sujiman Citro Rejo
1) Bahwa saksi tidak mengetahui kejadian persetubuhan yang dilakukan
2) Bahwa saksi mengetahui kejadian tersebut pada tanggal 5 Mei 2015
setelah saksi merasa curiga kepada saksi SAKSI KORBAN yang belum
mendapatkan menstruasi atau datang bulan;
3) Bahwa pada saat saksi menanyakan kepada saksi SAKSI KORBAN,
saksi SAKSI KORBAN hanya diam saja dan tidak menjawabnya lalu
saksi membeli testpack di apotik untuk menguji kehamilan dan setelah
diujikan, hasilnya adalah positif;
4) Bahwa kemudian saksi menanyakan siapa yang bertanggung jawab atas
kehamilan saksi tersebut, lalu saksi SAKSI KORBAN menjawab bahwa
yang bertanggung jawab adalah Anak;
5) Bahwa saksi kemudian membawa saksi SAKSI KORBAN ke Dokter
umum di daerah Canggal, Kec. Kaliwungu untuk diperiksakan
kehamilannya dan setelah diperiksakan, saksi SAKSI KORBAN
memang sedang dalam kedaaan hamil 2 (dua) bulan, kemudian saksi
memeriksakan kandungan saksi SAKSI KORBAN ke Rumah Sakit
Bersalin Umi Barokah dan hasilnya saksi SAKSI KORBAN positif
hamil 9 (Sembilan) minggu;
6) Bahwa kemudian saksi memberitahukan kepada suami saksi yaitu saksi
SUPOMO tentang permasalahan tersebut, kemudian saksi SUPOMO
langsung pulang dari Jakarta untuk mengurus permasalahan tersebut;
7) Bahwa kemudian saksi SUPOMO melakukan musyawarah dengan
keluarga besarnya, lalu saksi SUPOMO dengan keluarga datang ke
rumah Anak, namun belum ada tanggapan dari keluarga Anak, sampai
dari pihak keluarga saksi datang ke rumah Anak hingga 6 (enam) kali;
8) Bahwa oleh karena tidak ada tanggapan dari keluarga Anak, maka saksi
SUPOMO lalu melaporkan hal ini kepada yang berwajib;
9) Bahwa atas kejadian ini antara pihak saksi SUPOMO dengan pihak
keluarga Anak sudah ada perdamaian dan antara Anak dengan saksi
SAKSI KORBAN sudah melangsungkan pernikahan siri pada tanggal 8
Juni 2015 di rumah saksi SUPOMO dengan disaksikan oleh
10) Bahwa pihak keluarga sudah bisa menerima kejadian ini dan telah
menerima Anak sebagai menantu ;
11) Bahwa saat ini Anak sudah mendapat pekerjaan dan sedang mengikuti
diklat di perusahaan garment
12) Bahwa saksi SAKSI KORBAN lahir pada tanggal 26 Agustus 1997,
dan pada saat kejadian saksi SAKSI KORBAN berusia 16 (enam belas)
tahun;
13) Atas keterangan saksi tersebut, Anak menyatakan benar dan tidak
keberatan;
d. Saksi Giyono
1) Bahwa saksi merupakan paman dari saksi SAKSI KORBAN;
2) Bahwa saksi mengetahui antara Anak dan saksi SAKSI KORBAN
memang mempunyai hubungan pacaran karena dahulu pernah Anak
mengirimkan SMS kepada saksi SAKSI KORBAN mengenai hal yang
tidak pantas yaitu menyatakan kalau saksi SAKSI KORBAN takut
hamil;
3) Bahwa kemudian pada saat itu saksi bersama dengan saksi SUPOMO
datang ke rumah Anak untuk menasehati Anak agar apabila pacaran
tidak melakukan hal tersebut sebab masih sekolah;
4) Bahwa saksi mengetahui saat ini saksi SAKSI KORBAN hamil dan
yang menghamili saksi SAKSI KORBAN yaitu Anak;
5) Bahwa sehubungan dengan permasalahan tersebut, saksi pernah diajak
musyawarah keluarga dengan kakak saksi yaitu saksi SUPOMO lalu
saksi SUPOMO dengan keluarga datang ke rumah Anak, namun belum
ada tanggapan dari keluarga Anak, sampai dari pihak keluarga saksi
SUPOMO datang ke rumah Anak hingga 6 (enam) kali;
6) Bahwa oleh karena tidak ada tanggapan dari keluarga Anak, maka saksi
SUPOMO lalu melaporkan hal ini kepada yang berwajib;
7) Bahwa atas kejadian ini antara pihak saksi SUPOMO dengan pihak
keluarga Anak sudah ada perdamaian dan antara Anak dengan saksi
Juni 2015 di rumah saksi SUPOMO dengan disaksikan oleh
saudara-saudara;
8) Bahwa pihak keluarga sudah bisa menerima kejadian ini dan telah
menerima Anak sebagai menantu ;
9) Bahwa saat ini Anak sudah mendapat pekerjaan dan sedang mengikuti
diklat di perusahaan garment;
10) Bahwa saksi SAKSI KORBAN lahir pada tanggal 26 Agustus 1997,
dan pada saat kejadian saksi SAKSI KORBAN berusia 16 (enam belas)
tahun;
11) Atas keterangan saksi tersebut, Anak menyatakan benar dan tidak
keberatan;
5. Barang Bukti
1)1 (satu) unit handphone merk Cross V6 warna hitam
2)1 (satu) buah handphone merk Samsung warna merah maroon.
3)1 (satu) lembar berita Acara Nikah Siri
4)6 (enam) lembar foto pernikahan siri antara Anak dengan saksi korban
6. Keterangan Terdakwa
1) Bahwa Anak dan saksi SAKSI KORBAN pada awalnya memiliki
hubunganpacaran sejak bulan November 2012.
2) Bahwa pada saat itu saksi SAKSI KORBAN dengan Anak masih sekolah
di SMK BK Simo Kab. Boyolali, dan saksi masih berusia 15 (lima belas)
tahun;
3) Bahwa saksi SAKSI KORBAN lahir pada tanggal 26 Agustus 1997;
4) Bahwa sekitar bulan Maret 2015 seusai Anak dan saksi LENI AGUSTIN
menjelang lulusan sekolah, Anak berkeinginan untuk melakukan
hubungan badan / ML dengan saksi SAKSI KORBAN;
5) Bahwa pada awalnya saksi SAKSI KORBAN menolak ajakan Anak
dikarenakan takut hamil, namun setelah dibujuk oleh Anak dan Anak
akhirnya saksi SAKSI KORBAN bersedia diajak melakukan hubungan
badan;
6) Bahwa kemudian pada tanggal 5 Mei 2013 Anak mengajak saksi SAKSI
KORBAN k rumah sdr. RIO di Desa Nogosari, Kab. Boyolali;
7) Bahwa sebelumnya Anak mengirimkan SMS kepada saksi korban untuk
bersedia diajak berhubungan badan, namun saksi SAKSI KORBAN
sempat menolaknya namun karena Anak berjanji jika terjadi kehamilan,
maka Anak akan bertanggung jawab ;
8) Bahwa kemudian Anak dan saksi SAKSI KORBAN menuju ke rumah sdr.
RIO dengan berboncengan sepeda motor Yupiter Z menuju ke rumah sdr.
RIO, dan sesampainya di rumah sdr. RIO, mereka sempat
berbincang-bincang dengan sdr. RIO dan tidak berapa lama kemudian, sdr. RIO pamit
pergi ;
9) Bahwa setelah sdr. RIO pergi, Anak lalu mengajak saksi SAKSI
KORBAN untuk masuk ke dalam kamar, setelah itu mereka berbincang
bincang sebentar kemudian Anak menciumi bibir dan payudara saksi
SAKSI KORBAN, setelah itu baik Anak maupun saksi SAKSI KORBAN
saling melepas baju dan celana masing masing, kemudian Anak
memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat kelamin saksi SAKSI
KORBAN lalu digoyang goyangkan hingga Anak merasa puas, kemudian
sperma dikeluarkan di dalam vagina saksi SAKSI KORBAN;
10) Bahwa pada saat melakukan hubungan badan, Anak memakai kondom
sehingga saksi SAKSI KORBAN tidak mengalami kehamilan;
11) Bahwa saksi SAKSI KORBAN dengan Anak sering melakukan hubungan
badan sampai Anak lupa sudah berapa kali melakukan hal tersebut yang
dilakukan kadang di rumah Anak, di warnet dan kadang di hotel Ken
Dedes Kec. Ampel, Kab. Boyolali;
12) Bahwa pada beberapa kali hubungan badan terakhir sebelum saksi SAKSI
KORBAN dan Anak lulus, saksi SAKSI KORBAN dan Anak juga
yaitu di Hotel Ken Dedes sehingga mengakibatkan saksi SAKSI
KORBAN hamil;
13) Bahwa saksi SAKSI KORBAN mendapat menstruasi terakhir yaitu pada
bulan Maret 2015 dan sampai sekarang belum mendapatkan menstruasi;
14) Bahwa setelah Anak mengetahui saksi SAKSI KORBAN tidak
mendapatkan menstruasi, saksi SAKSI KORBAN dan Anak melakukan
tes kehamilan di Warnet di Tlatar, Boyolali dan hasilnya positif;
15) Bahwa saksi SAKSI KORBAN dan Anak melakukan hubungan badan
terakhir kalinya pada bulan April 2015 di Warnet di Tlatar, Kab. Boyolali;
16) Bahwa usia kehamilan saksi SAKSI KORBAN sekarang memasuki 4
(empat) bulan;
17) Bahwa antara keluarga saksi SAKSI KORBAN dengan keluarga Anak
pernah membicarakan hubungan antara saksi SAKSI KORBAN dan Anak
dan meminta pertanggungjawaban Anak dengan cara keluarga saksi
SAKSI KORBAN mendatangi keluarga Anak namun belum menemui titik
temu dan itikad baik dari keluarga Anak sehingga Anak dilaporkan oleh
orang tua saksi SAKSI KORBAN ke pihak kepolisian;
18) Bahwa saat ini saksi SAKSI KORBAN sudah menikah secara siri dengan
Anak pada tanggal 8 Juni 2015 di rumah saksi SAKSI KORBAN dan
belum disahkan di KUA karena usia Anak belum berusia 19 (Sembilan
belas) tahun;
19) Bahwa Anak berniat mencatatkan perkawinan di KUA setelah usia Anak
mencapai 19 (Sembilan belas) tahun;
20) Bahwa Anak membenarkan barang bukti yang diajukan di persidangan;
21) Bahwa Anak merasa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak
mengulangi perbuatannya;
22) Bahwa Anak berjanji untuk bertanggung jawab kepada saksi SAKSI
KORBAN dan Anaknya kelak;
23) Bahwa saat ini Anak sudah diterima bekerja di perusahaan garmen dan
7. Tuntutan Hukum
Tuntutan Penuntut Umum Nomor
Reg.Perk.PDM-05/Byl/Epp.2/06/2015 yang dibacakan dan diserahkan dalam sidang tanggal 14
Juli 2015 yang pada pokoknya menuntut agar Hakim memutuskan:
1. Menyatakan Anak Asmaul Jogo Prasetyo Bin Sugiman telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Membujuk Anak
untuk melakukan persetubuhan dengan dirinya sebagaimana dalam pasal 81
ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak;
2. Agar Anak Asmaul Jogo Prasetyo Bin Sugiman dijatuhi tindakan dengan
cara dikembalikan kepada orang tuanya untuk dididik dan dibina.
3. Menetapkan barang bukti berupa :
a. 1 (satu) unit handphone merk Cross V6 warna hitam
b. 1 (satu) buah handphone merk Samsung warna merah maroon.
Masing – masing dikembalikan kepada Saksi Korban.
c. 1 (satu) lembar berita Acara Nikah Siri
d. 6 (enam) lembar foto pernikahan siri antara Anak dengan Saksi Korban;
Masing masing tetap terlampir dalam berkas perkara.
4. Menetapkan Anak untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2000,- (dua
ribu rupiah).
8. Pertimbangan Hakim
Menimbang, bahwa Anak diajukan ke persidangan oleh Penuntut
Umum karena didakwa dengan dakwaan tunggal telah melakukan perbuatan
melanggar Pasal 81 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak;
Menimbang, bahwa karena Anak didakwa oleh Penuntut Umum
dakwaan tersebut yang unsur-unsur Pasal 81 ayat 2 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak adalah sebagai berikut :
1. Setiap orang ;
2. Dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain;
Menimbang bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Hakim akan
mempertimbangkannya sebagai berikut :
Ad 1. Setiap Orang ;
Menimbang yang dimaksud dengan setiap orang disini adalah orang
atau manusia sebagai subyek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban
yang mampu bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya ;
Menimbang, bahwa dalam kaitan perkara ini, berdasarkan keterangan
dari para saksi dan keterangan Anak di persidangan yang satu dengan yang
lainnya saling bersesuaian jelas bahwa yang dimaksud dengan setiap orang
dalam perkara ini adalah Anak ASMA’UL JOGO PRASETYO alias GOGO
bin SUGIMAN lengkap dengan segala identitasnya, bukan orang lain dan
dalam persidangan Anak telah membenarkan identitasnya, dengan demikian
unsur setiap orang telah terpenuhi ;
Ad. 2. Dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain;
Menimbang, bahwa unsur tersebut bersifat alternatif, sehingga dengan
terpenuhinya salah satu perbuatan sudah cukup memenuhi unsur tersebut tanpa
mempertimbangkan perbuatan yang lain;
Menimbang bahwa unsur yang dengan sengaja mengandung
pengertian bahwa unsur kesengajaan merupakan suatu sikap batin seseorang
terhadap sesuatu apa yang akan ia kerjakan dengan penuh kesadaran dengan
Menimbang bahwa yang dimaksud dengan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan atau membujuk adalah perbuatan yang mempengaruhi atau
menanamkan pengaruh pada orang lain, dimana objek yang dipengaruhi adalah
kehendak seseorang. Perbuatan ini juga merupakan perbuatan yang abstrak,
dan akan terlihat bentuknya secara konkrit bila dihubungkan dengan cara
melakukannya, dan cara melakukannya biasanya dilakukan dengan
perbuatan-perbuatan yang tidak benar karena di dalamnya terdapat sebuah penipuan,
palsu tidak nyata atau bersifat membohongi;
Menimbang bahwa yang dimaksud dengan pengertian Anak menurut
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
dimaksud dengan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun, termasuk Anak yang masih dalam kandungan;
Menimbang bahwa yang dimaksud dengan melakukan persetubuhan
adalah perpaduan antara alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin perempuan
yang biasanya dilakukan untuk memperoleh anak, dimana alat kelamin
laki-laki masuk ke dalam alat kelamin perempuan yang kemudian dari alat kelamin
laki-laki mengeluarkan air mani (Soesilo, 1980;181);
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan bahwa antara
Anak dengan saksi SAKSI KORBAN mempunyai hubungan berpacaran sejak
bulan November 2012 dimana pada saat itu saksi SAKSI KORBAN dan Anak
masih bersekolah di SMK BK Simo Kab. Boyolali, dan saksi SAKSI
KORBAN masih berusia 15 (lima belas) tahun;
Menimbang, bahwa pada sekitar bulan Maret 2015 saat Anak dan
saksi LENI AGUSTIN menjelang lulusan sekolah, Anak berkeinginan untuk
melakukan hubungan badan / ML dengan saksi SAKSI KORBAN dan pada
awalnya saksi SAKSI KORBAN menolak ajakan Anak dikarenakan takut
hamil, namun setelah dibujuk oleh Anak dan Anak berjanji akan bertanggung
jawab jika saksi SAKSI KORBAN hamil, dan akhirnya saksi SAKSI
Menimbang, bahwa pada awalnya tanggal 5 Mei 2013 Anak mengajak
saksi SAKSI KORBAN ke rumah sdr. RIO di Desa Nogosari, Kab. Boyolali
yang sebelumnya Anak mengirimkan SMS kepada saksi SAKSI KORBAN
untuk diajak berhubungan badan, namun saksi SAKSI KORBAN sempat
menolaknya namun karena Anak berjanji jika terjadi kehamilan, maka Anak
akan bertanggung jawab sehingga saksi SAKSI KORBAN menuruti keinginan
Anak, kemudian Anak dan saksi SAKSI KORBAN menuju ke rumah sdr. RIO
dengan berboncengan sepeda motor Yupiter Z menuju ke rumah sdr. RIO, dan
sesampainya di rumah sdr. RIO, mereka sempat berbincang-bincang dengan
sdr. RIO dan tidak berapa lama kemudian, sdr. RIO pamit pergi ;
Menimbang, bahwa setelah sdr. RIO pergi, Anak lalu mengajak saksi
SAKSI KORBAN untuk masuk ke dalam kamar, setelah itu mereka berbincang
bincang sebentar kemudian Anak menciumi bibir dan payudara saksi SAKSI
KORBAN, setelah itu baik Anak maupun saksi SAKSI KORBAN saling
melepas baju dan celana masing masing, kemudian Anak memasukkan alat
kelaminnya ke dalam alat kelamin saksi SAKSI KORBAN lalu digoyang
goyangkan hingga Anak merasa puas, kemudian sperma dikeluarkan di dalam
vagina saksi SAKSI KORBAN;
Menimbang, bahwa saksi SAKSI KORBAN dengan Anak sering
melakukan hubungan badan sampai Anak lupa sudah berapa kali melakukan
hal tersebut yang dilakukan kadang di rumah Anak, di warnet dan kadang di
hotel Ken Dedes Kec. Ampel, Kab. Boyolali dan pada beberapa kali hubungan
badan terakhir sebelum saksi SAKSI KORBAN dan Anak lulus sekolah yaitu
pada sekitar bulan Maret 2015, saksi SAKSI KORBAN dan Anak melakukan
hubungan badan terakhir dengan tidak menggunakan kondom yaitu di Hotel
Ken Dedes sehingga mengakibatkan saksi SAKSI KORBAN hamil;
Menimbang, bahwa saksi SAKSI KORBAN dan Anak melakukan
hubungan badan terakhir kalinya pada bulan April 2015 di Warnet di Tlatar,
Kab. Boyolali;
Menimbang, bahwa berdasarkan hasil Visum et Repertum tanggal 6
oleh dr. Sandie Farina, Sp OG dengan pendapat pada pemeriksaan atas nama
SAKSI KORBAN, dengan kesimpulan : hasil USG pasien dinyatakan positif
hamil diperkirakan umur janin 6-9 minggu, keadaan tersebut diakibatkan
karena selaput dara dimasuki benda tumpul.
Menimbang, bahwa pada saat kejadian, saksi SAKSI KORBAN
berusia 17 (tujuh belas) tahun berdasarkan Kutipan Akta Kelahiran dari
Pencatatan Sipil Nomor 3698/1997 tertanggal 29 September 1997 yang
menyatakan saksi SAKSI KORBAN lahir pada tanggal 26 Agustus 1997
sehingga pada saat kejadian persetubuhan terjadi, saksi SAKSI KORBAN
masih di bawah umur sebagaimana pengertian Anak menurut Pasal 1 ayat 1
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan tersebut maka
dalam hal ini Anak telah membujuk saksi SAKSI KORBAN untuk bersedia
melakukan hubungan badan dengan Anak dengan cara menjanjikan sesuatu
yaitu Anak bersedia bertanggung jawab atas perbuatannya apabila saksi SAKSI
KORBAN hamil sehingga saksi SAKSI KORBAN bersedia menuruti
keinginan Anak untuk melakukan persetubuhan, sehingga perbuatan Anak
termasuk dalam unsur membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya
telah terpenuhi; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut, ternyata perbuatan Anak telah memenuhi seluruh unsur-unsur pasal
dari dakwaan yang didakwakan, sehingga Hakim berkesimpulan bahwa Anak
telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya, yaitu melanggar Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak;
Menimbang, bahwa berdasarkan Hasil Laporan Penelitian
Kemasyarakatan Nomor register : 96/PA/VI/2015 tanggal 26 Juni 2015 atas
nama Anak ASMA’UL JOGO PRASETYO als. GOGO bin SUGIMAN yang
dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan SUTOMO, A.Ks, SH dari Balai
a. Bahwa perbuatan Anak dilatarbelakangi oleh Anak sudah lama
berpacaran dengan korban yaitu sejak bulan November 2012
sehingga timbul keinginan untuk melakukan hubungan seksual
sebagai upaya untuk mencoba-coba menyalurkan hasratnya kepada
korban;
b. Bahwa kurangnya pengamalan agama sehingga tidak punya kontrol
diri dan masih labil;
c. Bahwa kurangnya kontrol dan pengawasan orang tua yang
disibukkan dengan pekerjaan terutama ayahnya sebagai buruh lepas
di Jakarta;
Menimbang, bahwa berdasarkan hasil LITMAS tersebut, maka Tim
Pengamat dari BAPAS Surakarta merekomendasikan agar terhadap Anak dijatuhi
Pembinaan dalam Lembaga “Ponpes Baithul Musthofa Mojosongo Surakarta atau
pembinaan dalam lembaga lain yang terdapat di wilayah Kabupaten Boyolali;
Menimbang, bahwa mengenai hukuman yang dijatuhkan kepada Anak
diharapkan nantinya bukanlah memberikan dampak yang negatif bagi masa depan
Anak kelak, namun lebih pada memberikan pelajaran dan pendidikan bagi Anak
agar Anak mengerti bahwa perbuatannya tersebut salah dan telah melanggar
ketentuan Undang-Undang dan norma yang berlaku baik norma hukum, norma
agama maupun norma sosial yang berlaku di masyarakat serta perbuatan Anak
sangat merugikan orang lain dalam hal ini masa depan korban yaitu saksi LENY
AGUSTINA namun dalam hal ini hukuman yang dijatuhkan tetap memberi
kesempatan kepada Anak untuk memperbaiki masa depannya apalagi dalam kasus
ini berdasarkan Litmas BAPAS, latar belakang Anak melakukan tindak pidana
karena factor internal dan eksternal dalam diri Anak sehingga diharapkan Anak
dapat memperbaiki diri dan masa depannya;
Menimbang, bahwa dalam persidangan, Anak sudah mengakui
perbuatannya dan mengakui kesalahannya, dan atas kejadian tersebut juga sudah
ada perdamaian antara pihak keluarga Anak dengan pihak keluarga korban yaitu
saksi SAKSI KORBAN berdasarkan Surat Perjanjian Damai tertanggal 30 Juni
Menimbang, bahwa pada berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian
damai tersebut saat ini saksi SAKSI KORBAN sudah menikah secara siri dengan
Anak pada tanggal 8 Juni 2015 di rumah saksi SAKSI KORBAN namun
pernikahan tersebut belum disahkan di KUA karena usia Anak belum mencapai
19 (sembilan belas) tahun dan Anak juga berjanji serta bersedia melakukan
pernikahan secara resmi di KUA setelah umur Anak mencukupi;
Menimbang, bahwa Anak dalam persidangan juga mengemukakan niat
baik untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan terhadap saksi
SAKSI KORBAN dan terhadap masa depan anak yang masih dalam kandungan;
Menimbang, bahwa sebagai bentuk tanggung jawab Anak dalam
berumah tangga dengan saksi SAKSI KORBAN adalah Anak telah berusaha
mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan di perusahaan garmen yang
pada saat ini Anak masih mengikuti diklat di perusahaantersebut;
Menimbang, bahwa baik orang tua saksi SAKSI KORBAN maupun
orang tua Anak telah dapat menerima kejadian tersebut dan menerima
masing-masing pihak serta masih sanggup dan berjanji akan mendidik keduanya
sebaik-baiknya kepada keduanya dalam menjalani kehidupan berumah tangga;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 huruf f dan g
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak yang menyatakan
sistem peradilan Anak dilaksanakan berdasarkan azas kelangsungan hidup dan
tumbuh kembang Anak serta azas pembinaan dan pembimbingan Anak;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dan dengan
berdasarkan Pasal 69 ayat (1) Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, Hakim sependapat dengan tuntutan Penuntut
Umum yaitu menjatuhkan Tindakan kepada Anak untuk dikembalikan kepada
orang tua dan tidak sependapat dengan rekomendasi dari BAPAS Surakarta
berupa Pembinaan dalam Lembaga “Ponpes Baithul Musthofa Mojosongo
Surakarta dengan alasan agar Anak tetap berada di dalam lingkungan keluarganya
dan dapat memperbaiki perbuatannya serta diharapkan dapat menunjukkan itikad
baik Anak dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada korban yaitu
sehingga dapat menghidupi rumah tangganya apalagi saksi SAKSI KORBAN
tengah mengandung anaknya;
Menimbang, bahwa sesuai dengan Pasal 82 ayat (1) huruf a
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
menyatakan bahwa Tindakan yang dapat dikenakan kepada Anak meliputi
pengembalian kepada orang tua;
Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan putusan kepada Anak, Hakim
terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan
Anak tersebut:
a. Hal-hal yang memberatkan :
1) Perbuatan Anak tidak sepantasnya dilakukan seusianya;
b. Hal-hal yang meringankan :
1) Anak berterus terang dan bersikap sopan dipersidangan ;
2) Anak belum pernah dipidana ;
3) Sudah ada perdamaian antara keluarga;
4) Anak sudah menikah secara siri dengan korban
9. Amar Putusan
a. Menyatakan Anak ASMA’UL JOGO PRASETYO BIN SUGIMAN terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Membujuk
Anak untuk melakukan persetubuhan dengannya”;
b. Menjatuhkan Tindakan kepada Anak ASMA’UL JOGO PRASETYO BIN
SUGIMAN yaitu dikembalikan kepada orang tuanya ;
c. Memerintahkan agar Anak ASMA’UL JOGO PRASETYO BIN SUGIMAN
dikeluarkan dari tahanan segera setelah putusan ini diucapkan;
d. Menetapkan barang bukti berupa :
1) 1 (satu) unit handphone merk Cross V6 warna hitam
2) 1 (satu) buah handphone merk Samsung warna merah maroon.
Dikembalikan kepada saksi SAKSI KORBAN;
3) 1 (satu) lembar berita Acara Nikah Siri
Masing-masing tetap terlampir dalam berkas perkara;
e. Membebankan biaya perkara kepada Anak sebesar Rp 2.000,- (dua ribu
rupiah);
B.Pembahasan
1. Kesesuaian Kedudukan Berita Acara Nikah Siri Pada Pembuktian Perkara Persetubuhan Terhadap Anak Dalam Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor : 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl dengan Pasal 184 jo Pasal 187 KUHAP
Berita Acara Nikah Siri merupakan bentuk surat yang dibuat antara
kedua belah pihak yang melakukan penikahan secara siri yang digunakan
sebagai bukti bahwa pernikahan benar-benar sudah terjadi. Pernikahan siri
sendiri merupakan penikahan yang dilakukan sesuai syariat Islam namun tidak
dicatat kan di KUA. Berita Acara Nikah Siri dibuat secara di bawah tangan
karena pernikahan siri sendiri tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Berita Acara Nikah Siri digunakan sebagai bukti tertulis bahwa
pernikahan antara kedua belah pihak sudah terjadi. Dalam pembuatan Berita
Acara Nikah Siri mengandung asas pacta sunt servanda yang artinya hanya
mengikat kepada para pihak yang membuat. Berita Acara Nikah Siri memiliki
kekuatan pembuktian di persidangan jika ditandatangani oleh para pihak.
Mengenai kebenaran tanda tangan para pihak jika diragukan dapat dilakukan
tes di Laboratorium Forensik Polri (Kriptography).
Dalam perkara persetubuhan terhadap anak yang dilakukan
perdamaian dengan cara dilakukan pernikahan siri sebagai tanda pertanggung
jawaban terdakwa dapat dengan alat bukti Berita Acara Nikah Siri yang
ditandatangani oleh para pihak yang melakukan pernikahan. Dalam Pasal 47
ayat (1) dan Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan yang berisi mengenai pembatasan usia anak di bawah kekuasaan
orang tua atau di bawah perwalian adalah sebelum mencapai 18 (delapan belas)
mencapai usia 18 (delapan belas) tahun. Untuk itu pernikahan yang dilakukan
dengan anak di bawah umur tentu belum dapat dicatatkan di KUA. Dengan
demikian Berita Acara Nikah Siri dapat digunakan sebagai alat bukti untuk
membuktikan bahwa tindak pidana persetubuhan terhadap anak benar-benar
terjadi.
Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan
yang didakwakan merupakan bagian yang terpenting dalam acara pidana.
Dalam hal ini hak asasi manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika
seseorang yang didakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang
didakwakan berdasarkan alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim,padahal
tidak benar.Untuk inilah maka hukum acara pidana bertujuan untuk mencari
kebenaran materiil.(Andi Hamzah,2008:249).
Menurut Adami Chazawi pembuktian ditujukan untuk memutus
perkara pidana dan bukan semata mata untuk menjatuhkan pidana. Sebab untuk
menjatuhkan pidana masih di perlukan lagi syarat terbuktinya kesalahan
terdakwa melakukan tindak pidana ( AdamiChazawi,2008:31).
Proses pembuktian dipersidangan harus mencari kebenaran materiil.
Dimana kebenaran materiil adalah kebenaran yang selengkap-lengkapnya
sesuai dengan tindak pidana yang telah terjadi. Proses pembuktian menjadi
tahap yang penting karena disinilah bagaimana fakta hukum yang ada digali
dengan selengkap-lengkapnya.
Berita Acara Nikah Siri dapat dikategorikan sebagai surat di bawah
tangan. Surat di bawah tangan dapat memiliki kekuatan pembuktian yang
sempurna dan lengkap jika alat bukti surat dibawah tangan dilengkapi alat
bukti lain yang isinya saling berhubugan. Surat di bawah tangan dalam
pembuatannya dituntut adanya tanda tangan para pihak yang membuat.
Alat bukti surat merupakan alat bukti yang secara sah telah disebutkan
dalam Pasal 184 Kitab Undang –Undang Hukum Acara Pidana. Secara lebih
rinci kategori surat yang dapat dikatakan sebagai alat bukti yang sah diatur
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat
umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat
keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau
dialaminya sendiri, disertai dengan alasan-alasan yang jelas dan tegas
tentang keterangannya itu;
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau
surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata
laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan diperuntukkan bagi
pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara
resmi dari padanya;
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari
alat pembuktian yang lain”.
Selaras dengan bunyi Pasal 187 butir d Kitab Undang Undang Hukum
Acara Pidana maka menurut Andi Hamzah surat di bawah tangan masih
memiliki nilai pembuktian jika ada hubungan dengan isi dari alat bukti yang
lain (Andi Hamzah,2008:276).
Berita Acara Nikah Siri jika dikaitkan dengan Pasal 187 KUHAP
maka dapat dikategorikan dalam “Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada
hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain”. Jadi alat bukti Surat
Berita Acara Nikah Siri tidak dapat berdiri sendiri sebagai alat bukti jika alat
bukti lain yang ada tidak mendukung isi dari alat bukti Surat Berita Acara
Nikah Siri.
Berita Acara Nikah Siri dapat dikategorikan sebagai alat bukti surat
jika isinya sesuai alat bukti lain. Alat bukti yang dapat mendukung isi Berita
Acara Nikah Siri seperti Keterangan Saksi, Keterangan Ahli, Surat ,Petunjuk
atau Keterangan Terdakwa. Hal ini menandakan bahwa alat bukti Berita Acara
Nikah Siri dapat digunakan dalam proses pembuktian untuk mencari kebenaran
Surat untuk menjadi alat bukti harus memiliki kekuatan pembuktian.
Surat mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat bagi
hakim dengan syarat (Dyah Prita Wardani,2015:66):
a. Bentuk formil maupun materiil sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur
oleh Undang-Undang;
b. Bahwa surat tersebut tidak ada cacat hukum;
c. Tidak ada orang lain yang mengajukan bukti bahwa yang dapat
melemahkan bukti surat tersebut.
Berita Acara Nikah Siri sudah memenuhi ketentuan Pasal 187 huruf d
sebagai alat bukti surat. Sehingga selama alat bukti lain isinya sesuai Berita
Acara Nikah Siri dan tidak ada alat bukti lain yang melemahkan maka Berita
Acara Nikah Siri memiliki kekuatan pembuktian dalam perkara persetubuhan
terhadap anak. Kekuatan pembuktian Berita Acara Nikah Siri dapat dilihat dari
kesinambungan antara satu alat bukti dengan alat bukti lainnya. Seperti yang
diatur pada Pasal 183 KUHAP tentang prinsip batas minimum pembuktian
mengatur bahwa alat bukti yang sah sekurang-kurangnya harus ada dua alat
bukti. Hal ini karena satu alat bukti dianggap belum dapat membuktikan
kebenaran materiil. Selaras dengan kekuatan pembuktian Berita Acara Nikah
Siri yang tidak dapat berdiri sendiri sehingga harus ada keterkaitan dengan isi
alat bukti lain.
Hal ini yang membedakan antara kekuatan pembuktian alat bukti surat
yang masuk kategori Pasal 187 huruf a.b,c KUHAP dengan alat bukti surat
yang masuk kategori Pasal 187 huruf d KUHAP. Pada alat bukti surat sesuai
Pasal 187 huruf a,b,c kekuatan pembuktiannya formal sempurna yang secara
langsung melekat pada alat bukti. Sedangkan alat bukti surat sesuai Pasal 187
huruf d KUHAP kekuatan pembuktiannya tidak langsung melekat pada surat
tetapi dilihat dari kesesuaian dengan alat bukti lain.
Berdasarkan hasil penelitian dalam Putusan Pengadilan Negeri
Boyolali Nomor. 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl terhadap barang bukti yang
digunakan Penuntut Umum berupa Berita Acara Nikah Siri yang apabila
kekuatan pembuktian yang sah sebagai alat bukti surat karena isinya sesuai
dengan keterangan saksi dan keterangan terdakwa.
Pemeriksaan Berita Acara Nikah Siri dalam Putusan Pengadilan
Negeri Boyolali Nomor. 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl apabila dikaitkan
dengan alat bukti lain memiliki kesesuaian. Penuntut Umum dalam perkara ini
menggunakan 4 (empat ) orang saksi dan 1 ( satu) orang diantaranya
merupakan Saksi Korban. Selain itu Penuntut Umum juga menggunakan
keterangan terdakwa dan alat bukti surat Visum et Repertum serta Hasil
Laporan Penelitian Kemasyarakatan Nomor Register:96/PA/VI/2015. Dari
keterangan saksi dalam perkara ini,keterkaitan dengan isi Berita Acara Nikah
Siri dapat diketahui sebagai berikut:
a. Keterangan Saksi Korban dalam persidangan menjelaskan “Bahwa benar
saat ini saksi sudah menikah secara siri dengan Anak pada tanggal 8 Juni
2015 di rumah saksi”. Hal ini berarti Saksi Korban menguatkan isi Berita
Acara Nikah Siri. Keterangan Saksi Korban membenarkan bahwa dirinya
sudah menikah siri dengan Anak ,dimana isi Berita Acara Nikah Siri juga
menyatakan adanya pernikahan siri antara Saksi Koban dengan Anak.
Dengan demikian salah satu pihak yang membuat Berita Acara Nikah Siri
sudah mengakui kebenaran isi dari surat tersebut.
b. Keterangan Saksi Supomo yang merupakan Ayah Saksi Korban di dalam
persidangan juga memberikan penjelasan sebagai berikut : “ Bahwa atas
kejadian ini antara pihak saksi dengan pihak keluarga Anak sudah ada
perdamaian dan antara Anak dengan Saksi Korban sudah melangsungkan
pernikahan siri pada tanggal 8 Juni 2015 di rumah saksi dengan disaksikan
oleh saudara-saudara”. Dari keterangan Saksi Supomo yang merupakan
pelapor dalam perkara ini juga sesuai dengan isi Berita Acara Nikah Siri.
c. Keterangan Saksi Dwi Suwarti dimana ia adalah ibu Saksi Korban. Di dalam
persidangan ibu Saksi Korban menyatakan “Bahwa atas kejadian ini antara
pihak saksi Supomo dengan pihak keluarga Anak sudah ada perdamaian dan
antara Anak dengan Saksi Korban sudah melangsungkan pernikahan siri pada
saudara-saudara”. Keterangan yang diutarakan oleh ibu Saksi Korban tidak berbeda
jauh dengan keterangan yang diberikan oleh Saksi Korban dan Ayah Saksi
Korban yang bernama Supomo. Pada intinya keterangan Saksi Dwi Suwarti
sesuai dengan isi Berita Acara Nikah Siri.
d. Keterangan Saksi Giyono yang merupakan paman Saksi Korban. Saksi Giyono
pada proses pembuktian di persidangan memberikan keterangan sebagai
berikut :”Bahwa atas kejadian ini antara pihak saksi Supomo dengan pihak
keluarga Anak sudah ada perdamaian dan antara Anak dengan Saksi Korban
sudah melangsungkan pernikahan siri pada tanggal 8 Juni 2015 di rumah saksi
Supomo dengan disaksikan oleh saudara-saudara”. Tidak jauh berbeda dengan
keterangan saksi lain di dalam perkara ini, Saksi Giyono telah memberikan
keterangan yang menguatkan isi Berita Acara Nikah Siri. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa keterangan Saksi Giyono sesuai dengan isi Berita Acara
Nikah Siri.
Penjelasan di atas dapat dilihat bahwa keterangan saksi dalam perkara ini
sesuai dengan isi Berita Acara Nikah Siri. Keempat keterangan saksi baik dari
Saksi Korban,Supomo,Dwi Suwarti dan Giyono membenarkan bahwa telah
terjadi pernikahan siri antara Anak dengan Saksi Korban bertempat di rumah
Saksi Korban pada tanggal 8 Juni 2015. Dalam keterangan saksi yang di
perlihatkan dalam persidangan menyatakan bahwa pernikahan siri telah
disaksikan saudara –saudara dari para pihak. Hal ini menandakan bahwa alat bukti
keterangan saksi sesuai isi Berita Acara Nikah Siri yang dibuat sebagai alat bukti
yang menyatakan bahwa pernikahan siri telah terjadi.
Perkara persetubuhan terhadap anak Putusan Pengadilan Negeri Boyolali
Nomor. 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl juga digunakan alat bukti Keterangan
Terdakwa. Keterkaitan Keterangan Terdakwa dengan isi Berita Acara Nikah Siri
dapat dilihat pada proses pembuktian di persidangan. Pada saat di persidangan
a. Bahwa saat ini Saksi Korban sudah menikah secara siri dengan Anak pada
tanggal 8 Juni 2015 di rumah Saksi Korban dan belum disahkan di KUA
karena usia Anak belum berusia 19 (sembilan belas) tahun;
b. Bahwa Anak berniat mencatatkan perkawinan di KUA setelah usia Anak
mencapai 19 (Sembilan belas) tahun.
Keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Anak membenarkan
adanya nikah siri yang menjadi latar belakang di buatnya Berita Acara Nikah Siri.
Pernyataan dari Anak juga sesuai dengan keterangan saksi yang didatang ke
persidangan . Sebagai pihak yang bersangkutan di dalam Berita Acara Nikah Siri
, keterangan Anak tidak melemahkan bukti Berita Acara Nikah Siri. Selaras
dengan Saksi Korban yang merupakan pihak yang melakukan pernikahan siri juga
memberikan keterangan yang menguatkan isi Berita Acara Nikah Siri.
Berita Acara Nikah Siri dalam perkara persetubuhan terhadap anak
Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor. 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl
sudah sesuai dengan isi Keterangan Saksi dan Keterangan Terdakwa. Hal ini
berarti Berita Acara Nikah Siri sudah memenuhi Pasal 187 huruf d KUHAP.
Dengan demikian alat bukti Berita Acara Nikah Siri memiliki kedudukan sebagai
alat bukti Surat seperti yang diatur dalam Pasal 184 KUHAP yang mengatur
tentang alat bukti yang sah.
Perkara ini alat bukti Berita Acara Nikah Siri diakui kebenarannya oleh
Anak. Hal ini menandakan Anak juga mengakui telah melakukan tidak pidana
persetubuhan terhadap Saksi Korban sehingga memenuhi kewajibannya untuk
bertangungjawab atas perbuatannya dengan dilaksanakan pernikahan siri.
Kekuatan pembuktian alat bukti Berita Acara Nikah Siri dapat melengkapi
pembuktian untuk mendapatkan kebenaran materiil yang dicari. Mengenai
kekuatan pembuktian alat bukti Berita Acara Nikah Siri sifatnya bebas tidak
mengikat hakim. Dalam hal ini hakim bebas untuk menilai dan menentukan
kekuatan dan kebenaran alat bukti. Hakim bebas untuk menerima atau bahwa
2. Pertimbangan Hakim Terhadap Barang Bukti Berita Acara Nikah Siri Dalam Menjatuhkan Putusan Perkara Persetubuhan Terhadap Anak Pada Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor : 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl
Perkara persetubuhan terhadap anak dengan Putusan Pengadilan Negeri
Boyolali Nomor. 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl hakim wajib untuk
mempertimbangkan alat bukti yang sah untuk mendapat keyakinan bahwa
terdakwa benar-benar melakukan kesalahan. Pada proses pembuktian di
persidangan sekurang-kurangnya harus ada dua alat bukti yang sah dan keyakinan
hakim. Perihal prinsip batas minimum pembuktian sudah diatur secara jelas di
Pasal 183 KUHAP.
Hakim Pengadilan Negeri Boyolali dalam perkara ini harus memeriksa
alat bukti dan barang bukti yang diajukan oleh Penuntut Umum. Dalam perkara
ini Penuntut Umum menggunakan 4 ( empat )saksi, 2 (dua ) surat , dan keterangan
terdakwa. Sedangkan mengenai barang bukti Penuntut Umum menggunakan 2 (
dua ) buah handphone , Berita Acara Nikah Siri , dan 6 ( enam ) foto pernikahan
siri.
Putusan yang dijatuhkan hakim terhadap suatu perkara harus benar-benar
menghayati arti amanah dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya sesuai
dengan fungsi dan kewenangannya masing-masing . Hakikat pada pertimbangan
yuridis hakim merupakan pembuktian unsur-unsur dari suatu tindak pidana yang
dapat menunjukkan perbuatan terdakwa tersebut memenuhi dan sesuai dengan
tindak pidana yang didakwakan oleh penuntut umum sehingga pertimbangan
tersebut relevan terhadap amar atau diktum putusan hakim( Lilik Mulyadi
,2007:193)
Hakim dalam menjatuhkan putusan harus berhati-hati dan teliti karena
menyangkut rasa keadilan dan kemanusian dalam kehidupan bermasyarakat.
Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan ada beberapa faktor yaitu aspek
yuridis,aspek non yuridis, dan aspek sosiologis. Aspek yuridis dimana hakim
harus mempertimbangkan fakta yang terjadi di persidangan. Fakta di persidangan
Sedangkan aspek non yuridis dan aspek sosiologis yang pada intinya tidak jauh
berbeda. Aspek non yuridis meliputi pertimbangan psikologis, kriminologis dan
filosofis. Selaras dengan itu aspek sosiologis lebih terpusat pada kewajiban hakim
untuk menggali ,mengikuti,dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat sesuai Pasal 5 ayat ( 1) Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Dalam perkara persetubuhan terhadap anak Putusan Pengadilan Negeri
Boyolali Nomor. 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl Anak telah didakwa tunggal
menurut Pasal 81 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Adapun pertimbangan hakim terhadap unsur-unsur dalam Pasal 81 ayat 2
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagai berikut:
a. Setiap Orang
Dalam kaitan perkara ini, berdasarkan keterangan dari para saksi dan
keterangan Anak di persidangan yang satu dengan yang lainnya saling
bersesuaian jelas bahwa yang dimaksud dengan setiap orang dalam perkara ini
adalah Anak ASMA’UL JOGO PRASETYO alias GOGO bin SUGIMAN
lengkap dengan segala identitasnya, bukan orang lain dan dalam persidangan
Anak telah membenarkan identitasnya, dengan demikian unsur setiap orang
telah terpenuhi.
b. Dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain
Unsur tersebut bersifat alternatif, sehingga dengan terpenuhinya salah
satu perbuatan sudah cukup memenuhi unsur tersebut tanpa
mempertimbangkan perbuatan yang lain.
Pengertian Anak menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang dimaksud dengan Anak adalah seseorang
dalam kandungan. Sedangkan berdasarkan fakta di persidangan bahwa antara
Anak dengan Saksi Korban mempunyai hubungan berpacaran sejak bulan
November 2012 dimana pada saat itu Saksi Korban dan Anak masih
bersekolah di SMK BK Simo Kab. Boyolali, dan Saksi Korban masih berusia
15 (lima belas) tahun.
Berdasarkan fakta di persidangan diketahui bahwa Anak mengajak
Saksi Korban untuk berhubungan badan pada Maret 2015. Pada awalnya Saksi
Korban menolak ajakan Anak karena takut hamil. Namun Anak terus
membujuk dan berjanji akan bertangung jawab jika Saksi Korban hamil. Pada
tanggal 5 Mei 2013 Anak dan Saksi Korban melakukan hubungan badan di
rumah saudara Rio. Anak dan Saksi Korban telah sering melakukan hubungan
badan yang kadang dilakukan di rumah Anak, warnet,dan Hotel Ken Dedes
Kecamatan Ampel.
Berdasarkan hasil Visum et Repertum tanggal 6 April 2015 dari RSU
Pandan Arang di Boyolali yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Sandie
Farina, Sp OG dengan pendapat pada pemeriksaan atas nama Saksi Korban,
dengan kesimpulan : hasil USG pasien dinyatakan positif hamil diperkirakan
umur janin 6-9 minggu, keadaan tersebut diakibatkan karena selaput dara
dimasuki benda tumpul.
Berdasarkan fakta di persidangan tersebut maka dalam hal ini Anak
telah membujuk Saksi Korban untuk bersedia melakukan hubungan badan
dengan Anak dengan cara menjanjikan sesuatu yaitu Anak bersedia
bertanggung jawab atas perbuatannya apabila Saksi Korban hamil sehingga
Saksi Korban bersedia menuruti keinginan Anak untuk melakukan
persetubuhan, dengan itu perbuatan Anak termasuk dalam unsur membujuk
Anak melakukan persetubuhan dengannya telah terpenuhi.
Barang bukti Berita Acara Nikah Siri dalam perkara persetubuhan
terhadap anak Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor.
07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl menjadi salah satu pertimbangan hakim dalam
memutus perkara tersebut. Barang bukti Berita Acara Nikah Siri menjadi
dengan keluarga Saksi Korban. Dalam hal ini dengan adanya Berita Acara Nikah
Siri Anak juga mengakui kesalahannya dan menyesalinya. Pelaksanaan
pernikahan siri yang dibuktikan dengan adanya Berita Acara Nikah Siri menjadi
tanda pertanggungjawaban Anak atas perbuatannya. Anak juga berjanji tidak akan
mengulangi kesalahannya lagi. Anak juga berjanji akan mencatatkan pernikahan
tersebut apabila umurnya sudah mencapai 19 tahun. Dalam pertimbangan hakim
diharapkan Anak dengan Saksi Korban dapat membangun rumah tangga yang
baik . Selain itu hakim juga mempertimbangkan usaha Anak yang sudah bekerja
di perusahaan garmen untuk mendapatkan penghasilan , hal ini mencerminkan
tanggung jawab Anak untuk menghidupi rumah tangganya.
Selaras dengan ketentuan Pasal 2 huruf f dan g Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak yang menyatakan sistem peradilan
Anak dilaksanakan berdasarkan azas kelangsungan hidup dan tumbuh kembang
Anak serta azas pembinaan dan pembimbingan Anak. Pertimbangan hakim sudah
tepat karena melihat kelangsungan hidup rumah tangga baru Anak sangat
bergantung pada usaha Anak sendiri. Dengan dijatuhkannya tindakan
pengembalian kepada orang tua terhadap Anak diharapkan masa depan
Anak,Saksi Korban dan calon bayi dalam kandungan Saksi Korban dapat terus
berlangsung dengan baik.
Dalam pertimbangannya hakim juga melihat dari aspek sosiologis.
Hakim mempertimbangkan bahwa hukuman untuk Anak harus memberikan
pembelajaran agar Anak memahami kesalahannya dan tidak mengulangnya lagi.
Hakim juga menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Anak telah
melanggar ketentuan Undang-Undang dan norma yang berlaku baik norma
hukum, norma agama maupun norma sosial yang berlaku di masyarakat serta
perbuatan Anak sangat merugikan orang lain dalam hal ini masa depan Saksi
Korban. Hal ini berarti hakim telah menggali ,mengikuti,dan memahami
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat sesuai Pasal 5 ayat (
1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Putusan hakim juga harus memuat hal-hal apa saja yang dapat
Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor. 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl
hakim mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan bagi
Anak :
a. Hal-hal yang memberatkan :
1) Perbuatan Anak tidak sepantasnya dilakukan seusianya;
b. Hal-hal yang meringankan :
1) Anak berterus terang dan bersikap sopan dipersidangan ;
2) Anak belum pernah dipidana ;
3) Sudah ada perdamaian antara keluarga;
4) Anak sudah menikah secara siri dengan Saksi Korban;
Dari hal-hal yang meringankan yang dikemukakan oleh hakim maka bisa
disimpulkan bahwa isi Berita Acara Nikah Siri menjadi salah satu faktor yang
meringankan hukuman bagi Anak. Dari hal-hal yang meringankan hukuman Anak
dicantumkan bahwa “Anak sudah menikah secara siri dengan korban”. Hal ini
sesuai isi Berita Acara Nikah Siri yang dibuat dengan tujuan sebagai alat bukti
bahwa sudah dilaksanakan pernikahan siri antara Anak dengam Saksi Korban.
Dengan demikian Berita Acara Nikah Siri kekuatan pembuktiannya diterima dan
dipertimbangakan hakim dalam memutuskan perkara persetubuhan terhadap anak
Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor. 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl.
Dalam perkara persetubuhan terhadap anak Putusan Pengadilan Negeri
Boyolali Nomor. 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl merupakan bentuk putusan
dimana mempertimbangkan keadilan restoratif dengan mekanisme diversi.
Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Diversi bertujuan
untuk:
a. Mencapai perdamaian antara korban dan Anak;
b. Menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;
c. Menghindari Anak dari perampasan kemerdekaan;
d. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan
Berdasarkan pemaparan di atas maka hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor.
07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl menyatakan :
a. Menyatakan Anak ASMA’UL JOGO PRASETYO BIN SUGIMAN terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Membujuk
Anak untuk melakukan persetubuhan dengannya”;
b. Menjatuhkan Tindakan kepada Anak ASMA’UL JOGO PRASETYO BIN
SUGIMAN yaitu dikembalikan kepada orang tuanya.
Keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusan ini diperoleh dari
keterangan saksi maupun keterangan terdakwa yang saling bersesuaian satu sama
lain serta barang bukti Berita Acara Nikah Siri yang isinya menguatkan alat bukti
lain. Hakim telah menjatuhkan putusan berlandaskan Pasal 69 ayat (1)
Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang
menyatakan “Anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai tindakan berdasarkan
ketentuan dalam Undang-Undang ini”. Maka hakim telah menjatuhkan putusan
dalam perkara persetubuhan terhadap anak dengan terdakwa Anak dengan
tindakan dikembalikan kepada orang tua. Dengan demikian Putusan Pengadilan
Negeri Boyolali Nomor. 07/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Byl sudah sesuai teori
keseimbangan dalam menjatukan putusan karena sudah sesuai kepentingan Anak ,