• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "1. 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap manusia dewasa tidak terkecuali bagi masyarakat Indonesia. Ucapan perkawinan memiliki banyak makna dan variasi menurut suku, agama, budaya maupun sosial budaya.

Perkawinan adalah suatu ikatan batin seseorang pria dan wanita sebagai suami istri yang kuat didasari atas perasaan cinta yang sangat mendalam dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Saskara, 2018.117).

Menurut Soedharyo Saimin Perkawinan adalah suatu perjanjian yang diadakan oleh dua orang, dalam hal ini perjanjian antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal itu haruslah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai asas pertama dalam Pancasila (Amalia, 2016.19).

Di Indonesia terdapat aturan yang mengatur perkawinan yaitu Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang telah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan. Sebelum lahirnya Undang- Undang perkawinan mengenai tata cara perkawinan bagi orang Indonesia pada umumnya diatur menurut hukum agama dan hukum adat masing- masing. Pengaturan hukum tentang perkawinan telah berlaku sama terhadap semua warga Negara. Oleh karena itu setiap warga negara harus patuh terhadap

(2)

2

hukum yang berlaku agar perkawinan itu diakui legal oleh negara dan dilindungi jiwa dan harta bendanya.

Setiap warga negara memiliki hak asasi untuk melanjutkan keturunannya melalui perkawinan sesuai dengan amanah Undang-Undang 1945 Pasal 28B Ayat 1. Tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 1 adalah membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk mencapai hal itu tentu suami istri saling membantu dan melengkapi, masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.

Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 pasal 7 ayat (1) tentang perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengatur bahwa syarat diizinkan melaksanakan perkawinan apabila laki-laki dan perempuan sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun.

Belakangan ini di tengah-tengah masyarakat Indonesia sedang marak perkawinan di bawah umur, tidak terkecuali perkawinan dibawah umur juga terjadi di Desa Lubuk Bangkar, dimana masih banyak perkawinan yang dilangsungkan dibawah umur yang telah di tentukan pada Pasal 7 Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2019 yaitu 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Muntamah et al., (2019.2) Perkawinan di bawah umur sudah menjadi fenomena nasional, budaya menjadi faktor yang berpengaruh besar terhadap pola kehidupan dalam masyarakat, termasuk dalam perkawinan di bawah umur. Permasalahan ini terjadi di setiap daerah, sedangkan

(3)

3

menurut Undang-Undang yang berlaku perkawinan sah apabila perkawinan dilakukan oleh dua orang yaitu laki-laki dan perempuan dengan ketentuan umur laki-laki dan perempuan berumur 19 Tahun. Tentu saja ini merupakan permasalahan yang serius yang harus diatasi oleh pemerintah apabila permasalahan ini tidak di atasi maka akan menimbulkan permasalahan baru seperti turunnya index pendidikan di Indonesia karena generasi muda banyak putus sekolah (Inna Noor Inayati, 2015.47).

Dari permasalahan diatas tentu penting untuk dilihat bagaiman efektivitas penerapan aturan tentang batas usia perkawinan di Desa Lubuk Bangka. Untuk melihat hal tersebut peneliti menggunakan indikator yang dapat mengukur efektif atau tidaknya Penerapan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019: 1) Faktor Hukum/ Undang-Undang ; 2) Faktor Penegak Hukum; 3) Faktor Sarana dan Fasilitas Hukum; 4) Faktor Kesadaran Masyarakat; 5) Faktor Budaya Hukum/Kebudayaan.

Berikut adalah data perkawinan di bawah umur dilDesal Lubukl Bangkar, Kecamatanl Batangl Asai, Kabupaten lSarolangun yang diperoleh peneliti di dokumen/arsip Desa Lubuk Bangkar Tahun 2020-2021:

(4)

4

Tabel 1. 1 Data Perkawinan Di Bawah Umur

Sumber Data: Dokumen/Arsip Desa Lubuk Bangkar 2020/2021

Dari hasil observasi yang di lakukan oleh penulis di Desa Lubuk Bangkar penulis memperolah informasi, bahwa dari tahun 2020-2021 ada 18 (delapan belas) orang yang melangsungkan perkawinan di bawah umur.

Perkawinan dibawah umur memiliki beberapa dampak, dalam hal ini dampak perkawinan menurut Puspasari et al (2020.276) yaitu sebagai berikut 56%

remajal perempuan mengalamil kekerasan dalaml rumah tanggal (KDRT).

Remajal tidak mampul mencapai pendidikanl yang llebih tinggi karenal hanya l5,6% remajal dengan perkawinanl dini yangl masih melanjutkanl sekolah setelahl kawin, sertal risiko kematianl ibu danl bayi lsebesar l30%.

Berdasarkan hasil observasi peneliti ada beberapa dampak perkawinan dibawah umur di Desa Lubuk Bangkar yaitu Kekerasan Rumah Tangga 13 orang, kematian bayi 5 orang, kesulitan ekonomi 14 orang dan perceraian 9 orang.

13,5 14 14,5 15 15,5 16 16,5 17 17,5 18 18,5

Tahun 2020 Tahun 2021

Umur Umur2 Umur7 Umur3 Umur8 Umur4 Umur9 Umur5 Umur10 Umur6 Umur11

(5)

5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosyidah & Listya(2019.195) mengenai infografis dampak fisik dan psikologi pernikahan dini bagi remaja perempuan dengan hasil penelitiannya menyatakan bahwa sangat di butuhkan sekali informasi berupa infografis mengenai dampak fisik perkawinan dibawah umur seperti kepadatan penduduk, Batang Asai sendiri termasuk Kecamatan terluas di Kabupaten Sarolangun dengan jumlah penduduk mencapai 17.824 jiwa pada tahun 2019 akan tetapi meningkat jumlah penduduknya pada tahun 2020 sebanyak 18.033 jiwa.

Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan muda berisiko berat apabila wanita tidak siap melahirkan dan apabila mereka melakukan aborsi, berpotensi melakukan aborsi yang tidak aman yang dapat membahayakan keselamatan bayi dan ibunya sampai pada kematian (Kartikawati, 2015.14). Melihat dampak dari pada perkawinan dibawah umur tentu permasalahan ini menjadi penting untuk diteliti.

Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik meneliti tentang “Efektivitas Penerapan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan Dibawah Umur” (Studi kasus Desa Lubuk Bangkar, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun)

1. 2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah pada perkawinan di bawah umur yaitu efektivitas penerapan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 dan faktor-faktor penyebab perkawinan di bawah umur di Desa Lubuk Bangkar, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun.

(6)

6 1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana efektivitas penerapan lPasal l7 lUndang-Undang Nomor 16l Tahun 2019l tentang perkawinan dibawah umur dil Desa Lubuk Bangkar?

2. Apa saja faktor-faktor penyebab perkawinan dibawah umur di Desa Lubuk Bangkar?

1. 4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka adapun tujuan peneliti dalam skripsi ini ialah untuk mengetahui penerapan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 dan faktor-faktor penyebab perkawinan di bawah umur dil Desa Lubukl Bangkar, Kecamatanl Batang Asai,l Kabupaten lSarolangun.

1. 5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam bidang pendidikan baik secara langsung maupun tidak lansung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu :

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi lmasyarakat Desa Lubuk Bangkar b. Sebagail pijakanl danl referensil padal lpenelitian-penelitian selanjutnyal yang

berhubunganl denganl penerapan batas usia perkawinan berdasarkan Pasal 7 Undang-Undangl Nomor 16l Tahun 2019 tentang perkawinanl di bawah umur dil Desa Lubuk Bangkar, Kecamatanl Batang Asai, Kabupaten Sarolangun.

2. Manfaat Praktis

(7)

7

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung bagi peneliti tentang perkawinan dibawah umur di Desal Lubuk Bangkar, Kecamatan Batangl Asai,lKabupaten lSarolangun.

b. Bagi program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang pembelajaran pembelajaran yang berkaitan dengan hukum.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat tentang perkawinan di bawah umur.

d. Bagi pemerintahan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan masukan kepada pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang yang telah dibuat oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat.

1. 6 Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap hasil dari penelitian ini maka perlunya definisi istilah sebagai berikut:

1. Efektivitasl adalah pencapaianl hasil programl dengan targetl yang telahl ditetapkan, yaitul dengan caral membandingkan keluaranl dengan lhasil.

(8)

8

2. Batasl usia perkawinanladalah dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang Perkawinan batas usia perkawinan ialah 19 tahun bagi lelaki dan perempuan.

3. Perkawinan di bawah umurl adalah perkawinan yang dilangsungkan dibawah usia yang telah di tentukan dalam Undang-Undang, menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019. Perkawinan di bawah umur ialah perkawinan yang dilaksanakan sebelum umur pria dan wanita 19 Tahun .

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan dapat dilihat dari tiga hal, yaitu obyek penelitian (Pada umumnya, obyek penelitian terdahulu adalah karyawan

Adanya permukaan dan pori yang terbuka pada senyawa polimer dibuktikan oleh jumlah kapasitas adsorpsi hidrogen yang diperoleh dari metode gravimetri yaitu sebesar 2,048%

Tidak bervariasinya metode yang digunakan oleh guru pembimbing dalam pemberian layanan informasi akan mengakibatkan peserta didik tidak termotivasi, bahkan merasa

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut : (1) Hendaknya Program Studi

Menurut Sugiyono (2010:7) menjelaskan bahwa penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap

Malik Sulaiman Syah adalah raja yang adil dan disegani oleh raja-raja negeri lain. Dalam menjalankan pemerintahannya ia didampingi oleh seorang wazir yang sangat

Indikator secara kualitatif meliputi; proses pembelajaran dengan model Problem based learning dikatakan berhasil jika sebagian siswa menunjukkan keaktifan di kelas,

Program bimbingan keterampilan sendiri adalah kemampuan mengerjakan sesuatu dengan baik dan dilakukan dengan cara memanfaatkan pengalaman dan pelatihan (Depdiknas,