• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTABILITAS DISPENDUKCAPIL DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN E-KTP DI KOTA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "AKUNTABILITAS DISPENDUKCAPIL DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN E-KTP DI KOTA MALANG"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

764

AKUNTABILITAS DISPENDUKCAPIL DALAM

MENINGKATKAN PELAYANAN E-KTP DI KOTA MALANG

Fadian Nur Aziz1, Sinta Bela Rahmadani2

Program studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang Alamat Korespondensi: Fadianna45@gmail.com

ABSTRAK

Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik yang baik tidak terlepas dari perwujudan kepemerintahan yang baik, terlebih pada proses pemberian pelayanan E-KTP kepada masayarakat di Kota Malang. Kualitas pelayanan dilihat dari salah satu indikator pelayanan new publik service yaitu yaitu akuntabilitas. Dengan tanggung jawab para birokrat terhadap tugas yang diembaninya dapat terlealisasikan dengan baik maka sebuah pelayanan tersebut dapat dikatakan baik, begitupun sebaliknya. Pelayanan pembuatan E-KTP ini seharusnya dapat memangkas waktu sehingga pelayanan dapat efektif dan efisien waktu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran dispendukcapil dalam mewujudkan akuntabilitas dalam memberikan pelayanan E-KTP. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana penelitian kualitatif ini menghimpun data dari Kepala Dinas, Seketaris dan Bagian pelayanan E-KTP. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upaya pemerintah dalam mewujudkan akuntabilitas dalam memberikan pelayanan E-KTP.

Sejatinya penyelenggaraan pelayanan publik di Dispendukcapil sudah menujukan bahwa prinsip New Public Service sudah sepenuhnya di implementasikan dengan baik.

Kata Kunci: Akuntabilitas, New Public Service, E-KTP

ABSTRACT

Public demands for good public services cannot be separated from the embodiment of good governance, especially in the process of providing E-KTP services to the people in Malang.

Service quality can be seen from one of the indicators of new public service, namely accountability. With the bureaucrats' responsibility for the tasks they carry out can be well realized, then a service can be said to be good, and vice versa. This E-KTP making service should be able to cut time so that the service can be effective and time efficient. This research was conducted to determine the role of dispendukcapil in realizing accountability in providing E-KTP services. This study uses a qualitative research approach in which this qualitative research collects data from the Head of the Office, Secretary and Section of E-KTP services. The results of this study indicate that government efforts in realizing accountability in providing E-KTP services.

Indeed the implementation of public services at Dispendukcapil has addressed that the principle of the New Public Service has been fully implemented properly.

Keywords: Accountability, New Public Service, E-KTP

PENDAHULUAN

Pelayanan publik merupakan salah satu tanggung jawab negara dalam memberikan pemenuhan hak-hak warga negaranya. hal ini sejalan dengan UU No.

25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

(2)

765 sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. sehingga dari undang-undang tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa birokrasi memiliki tanggungjawab penuh kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada publik secara demokratis, adil, efisien dan transparan.

Berbicara mengenai pelayanan publik tentu yang menjadi tujuan utama dalam pelayanan tersebut adalah kepercayaan publik. Maka dalam membangun kepercayaan publik dibutuhkan organisasi pemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan isu sentral yang paling mengemuka dalam pengelolaan pelayanan publik. Saat ini tuntutan yang gencar dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah yakni mengenai penyelenggaraan pemerintahan yang baik sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat sejalan dengan adanya pengaruh globalisasi. Menurut United Nation Development Program dalam mewujudkan good governance salah satu prinsip terpenting akuntabilitas.

Karena itu dalam menunjang suatu pelayanan publik, aparatur Birokrasi harus memiliki kesadaran terhadap tanggungjawab kepada masyarakat atas segala sesuatu kegiatan atau prilaku yang diamanahkan oleh rakyat. Dengan menerapkan akuntabilitas dalam sebuah birokrasi maka setiap aparatur negara wajib memberikan pelayanan yang baik. Sejatinya dalam konteks organisasi pemerintah, makna Akuntabilitas publik merupakan bentuk menginformasikan hasil kinerja pemeritah kepada publik dan konsituen lainya yang menjadi pemangku kepentingan (stakeholder).

Sehingga adapun tujuan dari Akuntabilitas itu sendiri untuk membangun sebuah kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan. Dengan demikian maka aparatur pemerintah dituntut wajib memberikan pelayanan yang baik seperti memberikan pelayanan yang mengedepankan etika, memberikan transparansi baik dalam setiap kegiatan ataupun anggaran, serta efektifitas waktu dalam pelayanannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di Kota Malang.

(3)

766 Salah satunya pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang (Dispendukcapil) yang harus merubah tata pelaksanan pelayanan publik dengan memberikan strategi yang tepat dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di lembaganya, mulai dari sarana dan prasarana, hingga sumberdaya manusia serta di dukung dengan teknologi yang ada. Dengan hal itu, pelayanan diharapkan menjadi unsur kebutuhan masyarakat agar segala proses adminstrasi dapat berjalan dengan baik dan menjadi salah satu unsur kepuasan tersendiri yang di nilai oleh masyarakat.

Salah satu contoh adalah E-KTP (Elektronik Kartu Tanda Penduduk ) merupakan suatu bentuk kartu identitas setiap individu yang wajib dimiliki oleh setiap warga negara yang sudah berusia 17 Tahun keatas. Hal ini tertera dalam Undang-Undang Pasal 13 Nomer 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, bahwa E-KTP merupakan dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan/ pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu KTP yang tercantum Nomer Induk Penduduk (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomer NIK yang ada di E-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, surat Izin Mengemudi, Nomer Pokok Wajib Pajak, Polis Asuransi , Sertifikat Atas Hak Tanah dan Penerbitan Identitas lainnya.

Berbicara mengenai E-KTP merupakan sebuah inovasi pemerintah yang menggunakan sebuah sistem elektronik untuk memangkas sistem pembuatan KTP yang berbelit-belit dan memberikan efisiensi waktu, walaupun dalam pelaksananaanya masih ditemukan beberapa masalah dari hasil pengamatan sementara seperti kurangnya pengetahuan para pegawai dalam teknologi yang pada akhirnya menyebabkan keterlambatan dalam pembuatanya, kurangnya sosialisasi kepada masyarakat secara menyeluruh karena masih ditemukan masyarakat yang belum mengerti terkait prosedurnya, dan pemerintah membuat inovasi untuk memangkas anggaran tetapi akhirnya hal tersebut tetap ditemukan kasus korupsi seperti kasus korupsi proyek pengadaan kartu E-KTP pada tahun 2017 yang dilakukan oleh Ketua DPR RI Setya Novanto yang mengakibatkan kerugian negara Rp.2,3 Triliun. Perilaku korupsi ini merupakan salah satu

(4)

767 tindakan pemerintah yang tidak memiliki rasa tanggung jawab kepada rakyat yang menyebabkan menurunnya kepercayaan masyarakat dan mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan.

Data pada januari tahun 2019 sebanyak 916.849 jiwa penduduk malang dengan 690.611 jiwa wajib memiliki E-KTP, dari data itu yang sudah melakukan perekaman mencapai 650.372 jiwa dan 40.239 jiwa belum mengurus E-KTP. Hal ini mengidentifikasikan bahwa Dispendukcapil belum mampu menjawab tantangan dalam penyelenggaraan pelayan publik. Ini terlihat pada sistem pemerintahan yang masih belum efektif dan efesien serta kualitas sumber daya manusia yang belum memadai. Sehingga dalam pelayanan pembuatan E-KTP ini seharusnya dapat betul – betul memangkas waktu sehingga pelayanan dapat efektif dan efisien. Untuk menjawab semua tatangan tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggara pelayanan publik yang berorientasi pada Good Governace (pemerintahan yang baik), sehingga diharapkan pelayanan publik dapat berjalan dengan baik dan diharapkan juga melalui perbaikan kualitas pelayanan publik dapat mengembalikan rasa kepercayaan publik kepada penyelenggara pemerintah yang nantinya akan meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik itu sendiri.

Kepuasan masyarakat merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan pelayanan publik, terkhusus dalam pelayanan E-KTP. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang harus mampu mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di dalam struktur lembaganya, mulai dari sarana, prasarana, hingga sumber daya manusia serta teknologi. Akuntabilitas dari pelayanan publik pembuatan E-KTP harus memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam berbagai hal. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana akuntabilitas dalam pelayanan pembuatan E-KTP di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang.)

Dari latar belakang yang dikemukakan maka kami merumuskan masalah yaitu :a) Bagaimana Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menjawab tantangan dalam memberikan pelayanan E-KTP di era 4.0. penelitian ini bertujuan untuk :a) Memahami strategi pelayanan E-KTP ;b) Mengetahui tanggungjawab Dispendukcapil dalam memberikan pelayanan E-KTP ;c) Mengetahui hasil

(5)

768 kepuasan masayarakat atas implementasi New Public Service. Kegunaan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan keilmuaan dan pengetahuan yang berkaitan dengan pelayanan publik. Selain itu juga penelitian ini berguna untuk kontribusi praktis Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang dalam penerapan New Public Service

METODE PENELITIAN 2.1.Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dalam (Moleong 2014:6), metode yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu melihat dari fenomena yang alamiah oleh subjek penelitian misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode penelitian. Proses analisis data dalam penelitian ini ditekankan pada usaha untuk melakukan mencari permasalahan yang ada, jalan keluar atau pemecahan masalah yang didapati terkait dengan Peran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Malang dalam meningkatkan kualitas pelayanan E-KTP, melalui langkah sebagai berikut: sugiyono (2013:247) Reduksi data adalah merangkum, memilih dan memfokuskan. Menurut Sugiyono (2013:249) penyajian data adalah uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.

Penarikan kesimpulan dan verifikasi: sugiyono (2013:252) kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya pernah ada.

Sedangkan verifikasi merupakan tinjauan ulang pada catatan-catatan yang ada di lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan disajikan sedemikian rupa kemudian dilakukan analisis atas data tersebut, untuk memperoleh hasil yang sederhana.

2.2. Sumber Data Lokasi Penelitian

Penelitian ini bersumber dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang berada di Jl.Mayjen Sungkono (Perkantoran Terpadu) Arjowinangun Kedungkandang, Kota Malang. Alasan kelompok kami dalam penelitian ini karena ingin melakukan riset terkait Akuntabilitas pelayanan E-KTP pada Dispendukcapil Kota Malang dengan paragdima New Public Service.

(6)

769 Primer

Penelitian ini sumber data yang akan digunakan berupa jenis data primer, karena data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara dengan Dra. Eny Hari Sutiarny, MM. Selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. Selain itu kami juga melakukan wawancara kepada kepala Sub Bagian Pelayanan Pencatatan Sipil Ibu Dra. Diah Tri Oktovijianti. Dari beberapa pertanyaan yang kami berikan nanti akan mampu membantu untuk pengumpulan data pada penelitian kami ini. Data primer yang kami dapatkan adalah dengan cara wawancara dengan narasumber.

Sekunder

Jenis data penelitian sekunder kami gunakan untuk mendukung data primer dalam bentuk pengumpulan data yang kami targetkan dari hasil wawancara seperti, dokumen-dokumen yang dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang.

2.3. Teknik Pengumpulan Data Observasi

Pada penelitian ini kami mengumpulkan data dengan melihat langsung ke objek penelitian dan mencatat secara sistematis semua data yang diproleh.

Pengamatan yang dilakukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang sebagai bentuk melihat data secara langsung dan melakukan wawancara langsung oleh kepala Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil.

Wawancara

Dalam penelitian ini kami menggali sumber melalui wawancara langsung kepada Ibu Dra. Eny Hari Sutiarny, MM selaku kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang guna mendapatkan data asli dan memperoleh solusi atas permasalahan pelayanan E-KTP di Kota Malang.

Dokumentasi

Dalam penelitian ini kami mendokumentasi data terkait subjek penelitian guna mencocokan dengan isi pembahasan. Selain itu kami juga memfoto hasil- hasil penelitian ini baik itu dalam bentuk foto asli maupun hasil dari salinan data yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

2.4. Teknik Analisa Data

(7)

770 Teknik analisis data merupakan upaya dalam memilah-milah data yang telah didapatkan melalui pengumpulan data. Dalam mengumpulkan data mengenai Akuntabilitas Dispendukcapil Kota Malang dalam miningkatkan pelayanan E-KTP. Selain itu dalam memaparkan data yang telah diperoleh, peneliti nantinya juga akan menganalisis data tersebut secara deskriptif.

Model dari Miles dan Huberman (dalam Siswantoro, 2005:67), yang membagi langkah- langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan data (data collection), seleksi data (data reduction), paparan data (data display), dan penarikan kesimpulan atau pengabsahan (conclusion &

verification). Pada penelitian kali ini menggunakan teknik analisa data deduktif karena penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumetasi sehingga seluruh data dalam aspek penelitian akan diperoleh dengan cara terjun lapang. Setiap pertanyaan peneliti akan dianalisis satu persatu hingga dapat menarik kesimpulan dan menggambarkan permasalahan sampai penyelesaian dengan baik.

2.5. Validitas Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320). Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono, 2007:270).

Agar data dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan data yang dapat dilaksanakan sebagai berikut ;

a. Uji Credibility (kreadibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan;

(8)

771 b. Dependability (reliabilitas) atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.

Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila 75 penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian Dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang independen atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukan masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil pengamatan;

c. Comfirmability atau dapat disebut dengan objektivitas pengujian kualitatif.

Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability

KAJIAN PUSTAKA

1. Konsep Pelayanan Publik

Pelayanan publik atau public services untuk masa sekarang ini masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian yang komerhensif hal ini dibuktikan ketika timbul berbagai tuntunan pelayanan publik sebagi tanda ketidakpuasan masyarakat. Harus diakui, bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terus mengalami pembaharuan baik dari sisi paradigma maupun dari format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntunan masyarakat dan perubahan didalam pemerintah itu sendiri.

Meskipun demikian, pembaharuan yang dilihat dari kedua sisi belumlah memasukan bahkan masyarakat masih di posisikan sebagai pihak yang tidak berdaya. Kecendrungan seperti ini terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan yang dilayani. Oleh karena itu pada

(9)

772 dasarnya dibutuhkan reformasi pelayanan public dengan mengembalikan dan mendudukan “pelayanan” dan yang “dilayani” ke pengertian yang sesungguhnya.

Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum kadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat pada Negara (Inu Kencana Syafiie, 1995:5) meskipun sesungguhnya Negara berdiri untuk kepentingan masyarakat.

2. Konsep New Public Service

New Public Service merupakan konsep yang dimunculkan melalui tulisan Denhardt. Gagasan Denhardt tentang pelayanan publik baru menegaskan bahwa pemerintah seharusnya tidak dijalankan seperti layaknya sebuah perusahaan tetapi melayani masyarakat secara demokratis, adil, merata, tidak diskriminatif, jujur dan akuntabel. Disini pemerintah harus menjamin hak-hak warga masyarakat, dan memenuhi tanggungjawabnya kepada masyarakat dengan mengutamakan kepentingan warga masyarakat..

Menurut Denhardt (2003:15) administrasi publik dalam New Public Service harus memenuhi kriteria yakni melayani warga masyarakat, bukan pelanggan, Mengutamakan kepentingan publik, lebih menghargai kewarganegaraan daripada kewirausahaan, berpikir strategis dan bertindak demokratis, menyadari bahwa akuntabilitas bukan merupakan suatu yang mudah, lebih menitikberatkan pada pelayanan daripada mengendalikan, Menghargai publik bukan dari produktivitas semata 30 Standar pelayanan publik yang partisipatif, transparan dan akuntabel.

Menurut Denhard (2003:16) keberhasilan dalam penerapan konsep standar dan kualitas pelayanan publik yang minimal memerlukan dimensi yang mampu mempertimbangkan realitas. Ada sepuluh dimensi untuk mengukur keberhasilan

1. Tangable, yang menekankan pada penyediaan fasilitas, fisik, peralatan, personil, dan komunikasi.

2. Reability, adalah kemampuan unit pelayanan untuk menciptakan yang dijanjikan dengan tepat.

3. Responsiveness, kemauan untuk membantu para provider untuk bertanggungjawab terhadap mutu layanan yang diberikan.

(10)

773 4. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan keterampilan yang

baik oleh aparatur dalam memberikan layanan.

3. Konsep Akuntabilitas

Dalam instruksi Presiden No 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertangungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya, pelakasanan kebijakan dan program dengan menyusun laporan Akuntabilitas melalui proses penyususan rencana strategis, rencana kinerja, dan pengukuran kinerja (Safroni, 2012:15).

Selain itu konsep Akuntabilitas berawal dari pemikiran bahwa, setiap kegiatan harus dipertanggungjawabkan kepada orang atau instansi yang memberi kewenangan untuk melaksanakan suatu program, seperti yang dinyatakan oleh Haris (2007: 349) bahwa, akuntabilitas merupakan kewajiban dari individu- individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut kebijakan fiskal, managerial dan program. Sedangkan menurut Djalil (2014: 63) definisi akuntabilitas tidak hanya itu, Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan lembaga yudikatif) yang memunyai beberapa arti antara lain, hal ini sering digunakan secara sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat dipertanggungjawabkan (responbility), yang dapat dipertanyakan (answerbility), yang dapat dipersalahkan (blameworthiness) dan yang memunyai keterkaitan dengan harapan dapat menerangkan salah satu aspek dari administrasi publik/pemerintah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pembuatan E- KTP

Seiring dengan kemajuan era digital dan ditandai dengan perubahan paragdima dari kerja manual ke digital. Dengan adaya perubahan tersebut, sebagai unit penyelenggara adminstrasi publik Dinas kependudukan dan pencatatan sipil

(11)

774 harus siap merubah pola pelayanan lama ke arah pelayanan digital.

Dispendukcapil mempunyai program-program pelayanan publik untuk mempermudah masyarakat dalam membuat E-KTP, sehingga masyarakat tidak merasakesulitan dalam mengurus pembuatan kartu identitas warga negara yang berupa E-KTP. Pemerintah juga harus lebih memperhatikan, mengenai penduduk yang baru mencapai usia 17 Tahun , karena mereka kurang mengetahui bahwa E- KTP sangat penting dan harus dimiliki setiap penduduk untuk kepentingan administratif juga kepentingan yang lain. Beberapa program yang dilaksanakan Dispendukcapil diantaranya :

1. Perekaman E-KTP Goes To School

Untuk mempermudah siswa-siswi SMA yang telah berusia 17 tahun dalam perekaman data elektronik KTP Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang membuat kegiatan ini dengan cara menjemput atau datang langsung ke sekolah-sekolah di Kota Malang untuk melakukan perekaman E- KTP. Target Penerbitan KTP elektronik sebanyak 690.611 Jiwa (Disdukcapil 2019) dengan target yang telah ditentukan program ini juga merupakan salah satu cara agar target tersebut dapat terlaksana. Menurut Kepala Dispendukcapil Kota Malang Eny Hari Sutiarni mengatakan bahwa kegiatan perekaman data bagi siswa dan siswi SMA/SMK yang telah berusia 17 Tahun tersebut merupakan sebagai upaya dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang untuk menumbuhkan kesadaran akan perlunya dokumen kependudukan yang kerap disepelekan oleh penduduk pemula. Dengan datang langsung ke sekolah-sekolah SMA/SMK yang ada di Kota Malang diharapkan agar siswa-siswi tidak kesulitan dalam mencari waktu untuk mengurus E- KTP dikarenakan adanya full day .

Dengan adanya program ini Disdukcapil Kota Malang berperan besar bagi terlaksanya sistem demokrasi di Indonsia karena membantu para pemilih pemula memenuhi hak dan kewajibanya dalam pelaksanaan pemilu. Ada sekitar 691 ribu warga berfotensi menjadi pemilih di pemilihan Presiden yang telah dilaksanakan pada 17 April 2019 (Disdukcapil: 2018). Dengan banyaknya jumlah siswa-siswi untuk kepentingan pemilih pemula atau untuk kepentingan administratif lainnya, akan menyulitkan jika mereka harus

(12)

775 mengurus sendiri ke Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) karena akan menganggu proses pembelajaran di Sekolah, hal inilah yang menjadi penyebab banyak siswa SMA/SMK yang menunda proses pembuatan E-KTP.

Secara teknis kegiatan perekaman oleh Disdukcapil ini dengan cara membuat pengumuman kepada sekolah- sekolah terkait jadwal, waktu dan tempat pelaksanaan perekaman E-KTP, perekaman dilakukan hari sabtu agar tidak mengganggu pembelajaran selain itu mengenai jadwal perekamanya pun dapat di akses di website resmi milik Disdukcapil Kota Malang, disana akan tertera jadwal-jadwal dan bagaimana alur pembuatannya.

Garis besar tujuan dari program ini, Disdukcapil agar mempermudah para siswa SMA/SMK guna mempersingkat waktu serta menghindari lonjakan pengunjung di kantor Disdukcapil yang akan memperlambat pelayanan. Maka Disdukcapil Kota Malang berupaya meningkatkan kualitas pelayanan untuk menunjang kepuasan masyarakat, yang menjadi tanggung jawab Disdukcapil terkait pembuatan E-KTP. Selain itu para pemula yakni pelajar merasa senang dengan program disdukcapil ini salah karena bisa memilki E-KTP hanya dengan perekaman sehari saja dan tidak perlu antre dan datang jauh-jauh ke kantor Disdukcapil ( Jatim Times.com : 11April 2019 ).

2. Layanan E-KTP Keliling

Guna mendukung Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (Adminduk), Pemerintah Kota Malang meluncurkan mobil pelayanan administrasi kependudukan pada bulan Februari 2018. Mobil pelayanan ini berkeliling dan memberikan layanan jemput bola bagi warga masyarakat yang membutuhkan layanan administrasi kependudukan salah satunya E-KTP.

Data yang diperoleh dari Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan Dispendukcapil Kota Malang, pada Januari tahun 2019 sebanyak 916.849 jiwa penduduk malang dengan 690.611 jiwa wajib memiliki E-KTP, dari data itu yang sudah melakukan perekaman mencapai 650.372 jiwa dan 40.239 jiwa belum mengurus E-KTP. Jumlah tersebut tersebar di lima kecematan Sukun,

(13)

776 Lowokwaru, Blimbing , Klojen .1 untuk mengatasi hal tersebut maka Dispendukcapil Kota Malang melalkukan sebuah terobosan yakni dengna menyediakan mobil keliling. Mobil Keliling ini di sediakan untuk melayani warga yang tidak mampu datang langsung ke kantor Disdukcapil Kota Malang. dengan begitu para tim mobil keliling ini akan mendatangi warga hingga ke rumahnya, dan akan berkeliling dan memberikan layanan jemput bola bagi warga masyarakat yang membutuhkan layanan administrasi salah satunya E-KTP.

Tingginya aktivitas warga masyarakat menjadi salah satu pemicu terabaikannya kebutuhan administrasi kependudukan. Berdasar pada hal itulah Pemkot Malang melalui Dispendukcapil meluncurkan pelayanan jemput bola ini.

Unit mobil keliling ini nantinya akan menyasar tempat-tempat keramaian seperti pasar dan terminal. Berbagai kebutuhan warga terkait administrasi kependudukan, seperti KTP dan berbagai akta akan dilayani dengan cepat dalam hitungan menit.

Setiap hari, mobil ini akan berkeliling dan menunggu warga di tempat-tempat yang sudah ditentukan, termasuk di 57 kantor kelurahan dan lima kecamatan secara bergantian. Peluncuran program ini juga untuk mendukung Gerakan Indonesia Sadar Adminduk yang di canangkan oleh pemerintah pusat. Selain warga tidak perlu mengantre lama di kantor Dispendukcapil, program ini turut meringankan beban kerja ASN di Dispendukcapil setempat. Melalui pelayanan jemput bola ini, maka kebutuhan masyarakat akan administrasi kependudukan dapat terpenuhi dengan baik serta mendorong dan memudahkan warga dalam melengkapi kebutuhan kependudukannya.

Penerapkan Profesionalisme Dalam Pelayanan E-KTP

Profesionalisme merupakan sikap, dalam arti juga dapat di katakana sebagai keterampilan tinggi, pemberian jasa yang beorientasi pada kepentingan umum, pengawasan yang ketat atas prilaku kerja untuk menghadirkan prestasi kerja (Andrias Harafa. 2004;35). Jadi dapat dikatakan bahwa profesionalisme kerja merupakan suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi tugasnya secara tepat waktu dan

1 https://www.malangtimes.com/baca/37952/20190409/104000/hampir-40-ribu-warga-kota- malang-belum-rekam-e-ktp.

(14)

777 cermat. Sehingga profesionalisme harus sejalan dengan kemampuan seseorang atau aparat birokrasi dalam menentukan arah dan tujuan yang ingin di capai.

Pandangan lain terkait profesionalisme juga di paparkan oleh Siagian (2000;163) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan profeionalisme dalah kemahiran dalam melaksanakan tugas sehingga terlaksana dengan kualitas tinggi.

Artinya aparatur birokrasi harus bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat sebagai pelanggan, sehingga aparatur birokrasi dapat mengadirkan pelayanan yang cermat, tepat waktu, dan memiliki mutu pelayanan. Karena professional kinerja pegawai dapat di lihat melalui hasil kinerjanya sehari-hari. Oleh karena itu, dengan adanya profesionalisme yang tinggi memberikan ketaatan hukum, intergritas tinggi, netral, rasional, demokratik, inovatif, mandiri, dan memiliki etika pelayanan kepada masyarakat. Seorang aparatur birokrasi dapat dikatakan professional ketika memiliki kemampuan melakukan pelayanan publik yang lebih baik serta tanggap. Oleh karena itu dalam profesionalisme memiliki indicator sebagai berikut:

a. Kualitas SDM

Pada dasarnya dalam menjalankan tugas dan fungsi pelayanan harus memiliki komitmen atas tanggungjawab aparatur birokrasi terhadap pemeberian pelayanan E-KTP di Kota Malang terhadap masyarakat. Oleh karena itu harus di dorong dengan keahlian aparatur birokrasi terhadap pelaksanaan pelayanan E- KTP, sebagai contoh dalam teknologi dan menguasai sistem yang ada pada alat elektronik yang ada.

Dalam peraturan pemerintah No 101 Tahun 2000 tentang pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil (DIKLAT). Diklat merupakan prosedur pelatihan terhadap aparatur birokrasi untuk meningkatkan kemampuan serta proses penyelenggara belajar mengajar pegawai negeri sipil. Dengan tujuan meningkatkan keahlian, pengetahuan, keterampilan dan sikap atau prosedur dalam melaksanakan tugas secara professional. Menurut Soetopo (1987:76) makna pentingnya terhadap kemampuan pegawai yang dikaitkan dengan aspek kelancaran pencapaian tujuan organisasi termasuk didalamnya, dalam rangka pemeberian pelayanan yang berkualitas. Sehingga dalam hal ini pembangunan pelayanan yang prima harus di dasari dengan kualitas SDM birokrasi itu sendiri

(15)

778 untuk memberikan pelayanan E-KTP di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Malang yang berkualitas.

Penguasaan teknis Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Malang dalam pelayanan E-KTP sudah memadai. Karena diadakan pelatihan rutin kepada seluruh staf pelayanan publik yang terkait dengan adanya inovasi dari pelayanan E-KTP, terdapat beberapa bentuk program pelatihanya seperti adanya bimbingan teknis, sosialisasi program pelatihan ini setiap tahunya harus ada, lama pelatihan selama kurang lebih satu minggu. Dengan adanya program pelatihan tersebut maka tingkat kualitas SDM meningkat sehingga menghasilkan pelayanan publik yang prima, yakni terkait pembuatan E-KTP di Dispendukcapil Kota Malang.

b. Displin Penyelenggaraan Pelayanan E-KTP

Dalam menghadirkan pelayanan yang berkualitas maka aparatur birokrasi harus memiliki disiplin sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas-tugas yang diberikannya. Sebagai contohnya yang kita tahu tentang dispilin adalah datang tepat waktu dan sesuai dengan Satuan Oprasional Prosedur (SOP) yang ada.

Dalam arti, pegawai harus memiliki kepribadian yang rapih, sopan santun terhadap pelanggan (masyarakat), menjaga alat dan infrastruktur penunjang kantor, serta menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaaan yang memuaskan sesuai dengan tata cara kerja yang ada pada instansi pemerintahan (Hasibuan 2000;190). Selain itu pentingnya disiplin terhadap penerapan kinerja juga di kemukakan oleh Musnef (1994;116) yang berpendapat bahwa disiplin kerja adalah yang memberikan dorongan atau yang menyebabkan pegawai untuk berbuat dan melakukan semua kegiatan sesuai dengan aturan atau norma-norma yang telah ditetapkan.

Dengan hal itu dapat di tarik inti penjelasan bahwasanya disiplin merupakan asas pokok terhadap pelaksanaan aturan kerja sehingga di dalam melakukan tugas aparatur birokrasi dapat tertib dan penuh rasa tanggungjawab.

Hal itu karena di dalam prinsip dispilin terdapat unsur-unsur kesopanan dan keramahan yang membuat aparatur birokrasi harus memberikan pelayanan sepenuh hati. Sehingga kedisiplinan harus di junjung tinggi pada Dinas Dispendukcapil Kota Malang untuk mewujudkan suatu apartur birokrasi yang berintergritas terhadap penyelenggaraan pelayanan E-KTP. Dalam pelaksanaanya

(16)

779 displin tugas terdiri dari dua jenis yaitu; disiplin waktu dan disiplin pembuatan.

Pada dua jenis disiplin tersebut dapat di liat bahwasanya merupakan satu bagian yang tidak dapat terlepaskan dan saling memiliki keterkaitan terhadap kententuan instansi pemerintahan. Pada nyatanya di Dispendukcapil Kota Malang dalam implementasi kedisiplianan kinerjanya masih di dapati beberapa pelayanan yang tidak sesuai dengan SOP, sebagai contoh dalam tenggat waktu pembuatan E-KTP mulai dari tahap pembuatan hingga E-KTP itu dapat diterima oleh masyarakat masih tidak sesuai dengan tenggat waktu yang dijanjikan. Sehingga dapat dikatakan kedisiplinan kinerja pelayanan publik pada pembuatan E-KTP masih kurang. Tetapi jika terkait kedisplinan pegawai dalam waktu kedatangan ke kantor sudah cukup baik, sebagaimana kepala Dispendukcapil Kota Malang Ibu Dra. Eny Hari Sutiarny, MM mengatakan bahwa akan adanya sanksi tegas apabila di dapati para pegawainya datang terlambat. Adapun bentuk sanksi tersebut berupa teguran dan pemotongan tunjangan. Dengan adanya sanksi tersebut maka diharapkan pada seluruh pegawai di Dispendukcapil Kota Malang dapat benar-benar berkerja melayani masyarakat dengan maksimal tanpa terkecuali.

c. Ketaatan Terhadap Peraturan

Melanjutkan pembahasan di atas terkait kedisiplinan kinerja aparatur birokrasi yang ada di Dispendukcapil Kota Malang, sudah sepatutnya aparatur birokrasi di sana taat terhadap peraturan yang ada guna memenuhi tanggungjawab sebagai pelayan masyarakat serta tanggungjawab kepada diri sendiri dengan selalu berpedoman terhadap Undang-undang yang berlaku. Undang-Undang tersebut antara lain:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

2. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 26 ayat 3 tentang hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan 4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang perubahan atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

5. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 2007 Tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 terkait Administrasi Kependudukan

(17)

780 6. Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil

7. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Cara dan Persyaratan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil

8. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Berbasis NIK secara nasional

9. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2010 Tentang perubahan atas Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan KTP elektronik paling lambat akhir 2012

10. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2011

11. Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Tim Pengarah 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 6 Tahun

2011Tentang Spesifikasi Perangkat Keras, Perangkat Lunak, Blanko KTP elektronik

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 9 Tahun 2011Tentang Pedoman Penerapan KTP berbasis NIK secara nasional

14. peraturan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2012 Tentang perubahan ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan KTP Berbasis NIK secara Nasional KTP-elektronik (KTP-el)

15. Keputusan Menteri PAN No KEP/26/M.PAN/2/2004 Tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik

16. Surat Edaran Mendagri Nomor 470/296/SJ tertanggal 29 Januari 2016 perihal KTP Elektronik (KTP-el) berlaku seumur hidup ditujukan kepada para Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia

17. Surat Edaran Mendagri Nomor 471/1768/SJ tertanggal 12 Mei 2016 perihal percepatan Penerbitan E-KTP dan Akta Kelahiran

18. Surat Edaran Mendagri Nomor 471.13/10231/DUKCAPIL tertanggal 29September 2016 serta memperhatikan hasil pelelangan Pengadaan Blanko E-KTP sebanyak 8.000.000 (delapan juta) keeping

(18)

781 19. Surat Edaran Mendagri Nomor 471.13/12159/DUKCAPIL tertanggal 15 November 2016 perihal pemberitahuan ketersediaan Blanko E-KTP Peraturan perundangan-undangan diatas merupakan pedoman dan acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing pegawai yang melayani masyarakat.

Dengan hal di atas maka aparatur birokrasi yang berada di Dispendukcapil Kota Malang harus sesuai pedoman tersebut dalam melaksanakan kinerjanya.

Dengan kata lain kebijakan Dispendukcapil Kota Malang sudah memiliki pedoman terhadap tata cara pelaksanaan, mekanisme tugas, dan mendukung implementasi keputusan yang sudah di tetapkan. Sehingga aparatur birokrasi Dispendukcapil Kota Malang dalam memberikan pelayanan E-KTP harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku dan dapat di pertanggungjawabkan. Dengan adanya regulasi ini juga dapat mendukung kinerja yang di hasilkan oleh aparatur birokrasi Dipendukcapil Kota Malang supaya lebih maksimal, tidak hanya pegawai saja melainkan seluruh staf hingga pimpinan.

d. Etika Aparatur Dalam Pelayanan E-KTP

Merunjuk pada pembahasan sebelumnya yang terkait kualitas SDM, kedisiplinan, dan ketaatan pada peraturan yang berlaku, tidak lengkap jika suatu aparatur birokrasi tidak memilki sikap atau etika yang baik, karena sikap sangat mempengaruhi di dalam melaksanakan pelayanan pulblik terhadap masyarakat.

Karena sejatinya hal ini juga merupakan bentuk tanggungjawab aparatur untuk bisa melayani masyarakat dengan baik sesuai dengan SOP yang ada. Sebagai contoh pada Dispendukcapil Kota Malang harus berkewajiban memenuhi keingan masyarakat dengan cara sikap yang baik, sopan, ramah, dan memberikan arahan langsung terhadap masyarakat. Mengingat paragdima New Pulic Service sudah harus di terapkan di dalam penyelenggara pelayanan publik khusunya di Dispendukcapil, sehingga dengan adanya paragdima baru ini dapat menuntun perubahan pelayanan kea rah yang lebih baik lagi.

Hal itu juga tertera pada motto visi dan misi Dispendukcapil Kota Malang yang ada di dinding samping kantor dan di ruang pelayanan yang bebunyi

“Terwujudnya Pelayanan Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Yang Prima,

(19)

782 Adil, Terukur, Transparansi, Berbudaya dan Bersih” adapun visinya sebagai berikut “ Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pelayanan Administrasi Kependudukan Dan Pencatatan Sipil”. Hal ini sebagai bukti keseriusan Dispendukcapil dalam memberikan sikap pelayanan yang baik kepada masyarakat. Sikap yang di hadirkan pada Dispendukcapil merupakan perwujudan atas watak aparatur birokrasi, sehingga perlakukan yang di berikan dapat berbeda- beda. Namun, apabila motto visi dan misi tersebut sudah menjadi pedoman maka mau tidak mau, suka tidak suka harus bersikap ramah dan sopan terhadap masyarakat. Dengan sikap seperti itu maka akan mempermuda proses pelayanan pengurusan E-KTP di Dispendukcapil Kota Malang.

Hasil Implementasi Kepuasan Masayarakat Dalam E-KTP

Berdasarkan data Dispendukcapil Kota Malang, pada Januari 2019 jumlah penduduk mencapai 916.849 jiwa dengan 690.611 jiwa wajib memiliki E-KTP.

Dari angka itu, yang melakukan perekaman mencapai 650.372 warga dan 40.239 belum mengurus E-KTP. Angka tersebut meningkat pada Februari 2019, jumlah penduduk Kota Malang naik menjadi 917.808 jiwa. Dari 691.555 warga yang sudah berusia di atas 17 tahun, baru 652.346 orang yang melakukan perekaman E- KTP. Artinya, masih ada sebanyak 39.209 jiwa yang belum melakukan perekaman.

Berdasarkan Undang-undang no 23 tahun 2009 tentang pelayanan publik, pelayanan publik merupakan serangkaian kegiatan kegiatan pemenuhan yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik bagi setiap warga negara.

Berdasarkan data yang kami dapatkan dari surat kepuasaan masyarakat pada tahun 2018, yang mana terdapat 150 responden yang diambil oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang, yang mana terdapat terdapat 77 berjenis kelamin laki-laki dan 73 berjenis perempuan yang mana di Dinas Kependudukan dan Pecatatan Sipil Kota Malang mayor umur respondon yang berumur lebih dari 40 tahun. Dalam survei yang diambil oleh Dispendukcapil Kota Malang mayoritas adalah SMA dan juga diploma dan pekerjaaan wiraswasta dan lain lain.

Beberapa tingkatan yang diambil oleh Dispendukcapil Kota Malang yaitu diantaranya persayaratan pelayanan yang mana kualitas pelayanan dari persyaratan-persyaratan yang diajukan dalam pembuatan E-KTP sudah bernilai

(20)

783 baik, dengan begini bahwasanya persyaratan yang dibuat oleh Dispendukcapil kota Malang ini tidak menyusahkan masyarakat sehingga memiliki nilai baik dari masyarakat. Yang kedua yaitu prosedur pelayanan, yang mana prosedur pelayanan ini memliki kualitas pelayanan yang baik, dengan begitu bahwasanya Dispendukcapil kota Malang berhasil membuat prosedur pelayanan E-KTP yang singakat dan mudah. Yang ketiga yaitu keramahan dan kesopanan pelayanan, keramahan dan kesopanan pelayanan memiliki kualitas yang sangat baik, dengan begini bahwa keramahan dan kesopanan pelayanan para aparat birokrat dilinilai oleh masyarakat yaitu sangat baik. Yang selanjutnya yaitu kediplinan, kenyamanan kemanana, dan juga waktu penyelesaian pelayanan mempunyai kwalitas pelayanan yang baik. Yang terakhir yaitu respon keluhan / pengaduan yang mana memliki kualitas pelayanan yang sangat baik dari masyarakat. Dengan hal itu maka kami merangkum data hasil kepuasan masyarakat terhadap pelayanan E-KTP sebagai berikut:

Table 1. Kepuasan Masyarakat Tahun 2018

NO UNSUR PELAYANAN NILAI KWALITAS

PELAYANAN 1. Persyaratan Pelayanan 3.160 B ( Baik )

2. Prosedur Pelayanan 3.160 B ( Baik )

3. Keramahan Pelayanan 3.260 A ( Sangat baik ) 4. Kesopanan pelayanan 3.313 A ( Sangat Baik ) 5. Kedisplinan pelayanan 3.160 B ( Sangat Baik ) 6. Kenyamanan pelayanan 3.153 B ( Baik )

7. Keamanan pelayanan 3.200 B ( Baik )

8. Waktu penyelesaian pelayanan 3.073 B ( Baik )

9. Respon keluhan / pengaduan 3.373 A ( Sangat Baik )

Nilai SKM 3.174

Nilai konversi SKM 79.35

Mutu pelayanan B ( baik )

Sumber: Dispendukcapil, 2019

Berdasarkan data diatas bahwasanya “ waktu penyelesaian pelayanan “ memiliki nilai terendah sehingga perlu mendapatkan prioritas perbaikan sebagai

(21)

784 upaya peningkatan kualitas pelayanan, agar tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang berhubungan dengan waktu penyelesaian dapat menajdi lebih baik lagisesuai harapan masyarakat. Sedangkan dari hasil tabel diatas bahwasanya yang memiliki nilai tertinggi yaitu “ respon keluhan / pengaduan “ yang mana ini harus dipertahankan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipi Kota Malang.

Faktor Implementasi Kepuasan Masyarakat Dalam Pelayanan E-KTP Dalam metode prosedural pembuatan E-KTP di Kota Malang ini yang berdasarkan Standar Oprasional Prosedur (SOP) terdapat 8 prosedural yang harus dilalui untuk pembuatan sebuah E-KTP. Hal tersebut menjadi sebuah faktor utama keluhan masyarakat dalam pembuatan sebuah E-KTP dimana terlalu banyak prosedural yang harus dilaluin yang itu pun sangat memakan waktu yang sangat lama mengakibatkan tidak efisiennya waktu dan di Kota Malang sendiri letak sebuah Despendukcapil Kota Malang antar Kota Malang sangatlah jauh dan juga memerlukakan waktu paling lama 1 minggu untuk mendapatkan data yang mengakibatkan masyarakat mempunyai hambatan dalam proses pembuatan E- KTP.

Dengan lahirnya peraturan Presiden (Perpres) nomor 96 tahun 2018 tentang persyaratan dan tata cara pendaftaran penduduk. pencatatan tersebut bisa menajdikan masyarakat lebih mudah untuk mendaftarkan data dirinya, yang mana kini dalam pembuatan E-KTP tidak lagi memerlukan surat keterangan atau penghantar dari RT/RW dan kepala Desa. Dengan ini semakin mudah dalam proses pembuatan E-KTP sehingga masyarakat bisa dengan mudahnya mendapatkan kartu identitas sebagai warga negara indonesia dengan cara langsung datang ke Dispendukcapil. Salain itu dalam Perpres juga ditekankan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 16 Oktober 2018 yang dilaksanakan di Jakarta, dan 18 Oktober yang ditepapkan oleh menteri hukum dan HAM salah satunya Yasonna H. Laoly. Yang mana dalam aturan ini terdapat 83 pasal dan resmi mengantikan Perpres sebelumnya nomor 25 tahun 2008.

Selain peraturan Perpres itu Pemerintahan Kota Malang dan aparatur birokrasi Dispendukscapil melakukan inovasi baru dalam proses pembuatan sebuah E-KTP agar masyarakat antusias atau mempunyai keinginan untuk mendaftar sabagai warga negara Indonesia yang mana terdapat 2 inovasi baru

(22)

785 yaitu dalam proses pembuatan E-KTP yaitu dengan E-KTP mobile khususnya kaum disabiltas dan langsung Didespendukcapil dengan cara pelayanan yang berbeda dan lebih simpel.

Prosedural E-KTP Mobile:

Buka Website Dispendukcapil Kota Malang - pilih pendaftran atau pembuatan kartu identitas E-KTP - masukan data sesuai dengan KK – lalu tekan Input, tunggu hingga informasi untuk mengambilan

Prosedural secara langsung:

Siapkan data-data seperti KK dan Akte kelahiran – datang ke dispendukcapil- serahkan berkas ke bagian pelayanan E-KTP- tunggu hasil E- KTP. Dari kedua inovasi prosedural tersebut paling lama dalam poroses pembuatan e-ktp yaitu 5 hari itupun jika tidak terdapat sebuah masalah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Penelitian dan Pembahasan yang telah kami lakukan mengenai Akuntabiitas Dispendukcapil Kota Malang Dalam Pelayanan E-KTP Kota Malang memperoleh Kesimpulan bahwasanya, Dispendukcapil Kota Malang sebagai penyelenggara Administrasi publik harus bisa melayani masyarakat dengan kualitas tinggi, sehingga tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayaanan dapat baik dan menghasilkan proses pelayanan yang cepat dan tepat.

Dalam arti, Disipendukcapil harus mengimplementasikan paragdima baru yaitu New Publik Service di dalam melaksanakan pelayanan E-KTP di kota Malang untuk menghasilkan aparatur birokrasi yang berkualitas untuk melayani Masyarakat. Dengan perubahan paragdima ini tentunya diharapkan bisa merubah sikap dan moralitas birokrasi yang masih lamban dalam memberikan pelayananan publik.

Karena pada era sekarang ini pemerintah diminta bisa beradaptasi dengan perubahan zaman yang semakin pesat, apalagi sekarang ini pemerintah juga harus cepat, ramah, melayani dengan sepenuh hati , mengarahkan masyarakat, dan memilki kemampuan mendasar pada bisangnya masing-masing. Oleh karena itu, Dispendukcapil Kota Malang mampu melakukan perubahan tersebut secara bertahap.

(23)

786 Sebagai contoh; sebagai aparatur birokrasi sepatutnya sekarang pemerintah menjemput bola, artinya bahwa pemerintah harus bisa berinovasi supaya masyarakat bisa mendapatkan pelayanan E-KTP ke seluruh daerah terpencil di Kota Malang dengan Mobil Kelilinng Perekaman E-KTP. Selain itu pula Dispendukcapil Kota Malang juga melakukan perekaman E-KTP di Sekolah Menengah Atas (SMA) guna mendata dan memberikan wawasan bahwa pentingnya memiliki E-KTP sekarang ini.

Dengan kata lain Dispendukcapil Kota Malang bisa menjaga profesionalisme sebagai tanggungjawab melayani masyarakat. Kualitas SDM yang harus tinggi, Disiplin kerja, Tataat terhadap peraturan dan Etika pelayanan harus dijunjung tinggi dalam memberikan pelayanan kepada Masyarakat guna memberikan kepuasan yang maksimal kepada masyarakat dan dalam bentuk implementasi paragdima baru yaitu New Public Service

DAFTAR PUSTAKA

Tandi alber.(2017) Kualitas pelayanan dalam pengurusan e-ktp dikantor dinas kependudukan catatan sipil kabupaten kutai timur. Kabupaten Kutai Timur. Jurnal ilmu pemerintahan.

Harefa, Andrias. (2004). Membangkitkan Etos Profesionalisme. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Denhardt, Janet V. and Robert B. Denhardt.( 2003). The New Public Service:

Serving, Not Steering. M. E Sharpe.

Djalil, Rizal. (2014). Akuntabilitas Keuangan Daerah Implementasi Pasca Reformasi. Jakarta: PT Semesta Rakyat Merdeka

Haris, Syamsuddin. (2007). Desentralisasi dan Otonomi Daerah (Desentralisasi, Demokratisasi & Akuntabilitas Pemerintahan Daerah). Jakarta: LIPI Press Hasibuan, Malayu.( 2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi

Revisi.Jakarta: PT Bumi Aksara

Jabbra, Joseph. G. dan O. P. Dwivedi.( 1989 ). Publik Service Accountability, A Comparative Perspective Connecticut : Kumarian Press. Inc

Lexy. J. Moleong. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

(24)

787 Safroni, H.M. Ladzi. (2012). Manajemen dan Refromasi Pelayanan Publik Dalam Konteks Birokrasi Indonesia (Teori Kebijakan Dan Implementasi), Malang: Aditiya Media Publishing

Syafe’ie, Inu Kencana, (1995).“Ilmu Pemerintahan”, Cetakan Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiyono.( 2014 ). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D.

Bandung: Alfabeta

Siswantoro. (2005). Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Surakarta.

UMS.

Siagian, Sondang P. (1993). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.

Bumi Aksara

Kumorotomo, Wahyudi.( 1992 ).Etika Administrasi Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Raba, Manggaukang.( 2006 ). Akuntabilitas: Konsep dan Implementasi. Malang:

UMM Press

Widodo, Joko. (2001). Good Governance : Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi.

Surabaya. Insan Cendikiawan

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: LPP AMP YKPN

Musanef, (1986). Manajemen Kepegawaian Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, Sumber lain:

undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Undang-Undang Pasal 13 Nomer 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

Instruksi Presiden No 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Referensi

Dokumen terkait

Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang antara lain meliputi ; tingkat ketelitian ( akurasi ), profesionalitas petugas,

perhatian terhadap publik dan solusi, hanya satu fokus kajian yang menunjukkan bahwa akuntabilitas pelayanan berupa solusi yang diberikan aparat Pemerintah Kecamatan

Pelayanan publik sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan good gavernance, maka perlu adanya sistem yang terpadu, sehingga sistem tersebut dapat memberikan

Hal ini pun akan semakin menunjang upaya pemerintah dalam mewujudkan pelayanan pemerintahan yang baik (good governance). Pada tahun 2019 ini, gambaran umum pelayanan informasi

Hal ini pun akan semakin menunjang upaya pemerintah dalam mewujudkan pelayanan pemerintahan yang baik (good governance). Pada tahun 2020 ini, gambaran umum pelayanan informasi

Untuk menjawab hal itu maka perlu tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance). Salah satu perwujudan Good Governance adalah akuntabilitas yaitu bentuk

Hal ini pun akan semakin menunjang upaya pemerintah dalam mewujudkan pelayanan pemerintahan yang baik (good governance). Pada tahun 2019 ini, gambaran umum pelayanan informasi

existing service product” (Paul Windrum and Per Koch, 2009). Inovasi pelayanan merupakan suatu pengantar produk pelayanan publik atau dapat disebut juga sebagai