• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Media Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas Ii Sdlb Di Slb Negeri Subang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Media Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas Ii Sdlb Di Slb Negeri Subang."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh:

Ecep Sopiyan NIM: 1008955

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

MENGURUTKAN BILANGAN ASLI SAMPAI 100 PADA ANAK

TUNARUNGU KELAS II SDLB DI SLB NEGERI SUBANG” beserta seluruh

isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila dikemudian hari ditemukan adanya

pelanggaran atas etika keilmuan dalam penulisan ini, atau ada klaim terhadap

keaslian karya saya ini.

Bandung, Maret 2014

Yang membuat pernyataan,

Ecep Sopiyan

(3)

PENGGUNAAN MEDIA PAPAN ANGKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BILANGAN ASLI SAMPAI 100 PADA

ANAK TUNARUNGU KELAS II SDLB DI SLB NEGERI SUBANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing 1

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP 195904141985031005

Pembimbing II

dr. Riksma Nurahmi Rinalti A., M.Pd. NIP 197511182005012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Sasaran Tindakan ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Hipotesis Tindakan ... 8

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Konsep Dasar Ketunarunguan ... 11

1. Pengertian Tunarungu ... 11

2. Klasifikasi Ketunarunguan ... 13

3. Perkembangan Intelegensi Anak Tunarungu... 14

(5)

5. Media Papan Angka ... 22

6. Bilangan... 25

B. Kerangka Berpikir... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Seting Penelitian dan Subjek Penelitian... 33

C. Siklus Tindakan ... 35

D. Variabel Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Instrumen Penelitian ... 44

G. Teknik Analisis Data... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Perolehan Data Hasil Obervasi ... 53

2. Perolehan Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa ... 63

B. Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 76

(6)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA PAPAN ANGKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BILANGAN ASLI SAMPAI 100 PADA

ANAK TUNARUNGU KELAS II SDLB DI SLB NEGERI SUBANG

Oleh: Ecep Sopiyan 1008955

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20

Tahun 2003 pasal (3) bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Undang-Undang Pendidikan Nasional tersebut mengisyaratkan adanya

upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan siswa agar mereka lebih

berilmu, cakap, kreatif, bertanggung jawab dan tidak menutup kemungkinan

berlaku bagi siswa yang mengalami berkebutuhan khusus.

Penyelenggara pendidikan khusus merupakan salah satu upaya untuk

memperoleh pendidikan yang disesuikan dengan kebutuhan pada diri

masing-masing individu, sehingga dapat meningkatkan potensi anak

berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah mereka yang

mempunyai kebutuhan baik yang permanen maupun temporer, yang

disebabkan kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, maupun kondisi

yang lainnya, sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus. Pendidikan

khusus ini telah dijelaskan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003

(8)

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengembangkan sikap dan

keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, apabila peran dari

beberapa pihak untuk memfasilitasi dalam pengembangan potensinya

terwujud secara aktif dalam memperolah pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhannya.

“Anak tunarungu adalah anak yang karena beberapa hal menjadikan

pendengarannya mendapat gangguan atau mengalami kerusakan sehingga

sangat mengganggu aktifitas kehidupannya” (Edja Sadja’ah, 2003: 41). Anak

dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu

mendengar suara, tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan

pendengaran yang mengakibatkan sesorang tidak dapat menangkap berbagai

rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya yang disebabkan

kerusakan dan ketidakberfungsian organ pendengaran sebagian atau

keseluruhan, sehingga menghambat proses informasi bahasa baik

menggunakan atau tidak menggunakan alat bantu dengar. “Bahasa yaitu

kata-kata secara lisan yang di mengerti oleh kelompoknya (komunikan)

tertentu dan atas persetujuan bersama” (Edja Sadja’ah, 2003: 16).

Bahasa dapat dikatakan sebagai pusat perhatian, karena pada dasarnya

bahasa menjadi sistem yang dipergunakan akal dan pikiran untuk menangkap,

(9)

Anak tunarungu memiliki keunikan dan kekhasan yang menarik untuk

dikenal, dipelajari, dan diteliti. Aspek utama dan yang merupakan

permasalahan sekaligus keunikan dan kekhasan paling mendasar yang dimiliki

anak tunarungu yaitu dalam komunikasi. Hal ini merupakan realita yang terjadi

karena secara lahiriah anak tunarungu mengalami gangguan pada organ

pendengaran yang menyebabkan sulit untuk menangkap, mengolah,

mengekspresikan dan merespon bunyi-bunyi dari lingkungan dengan tepat,

sehingga berpengaruh pada perkembangan bicara. Melalui kemampuan visual,

anak tunarungu dapat melihat dan mengamati segala hal yang terjadi di

lingkungan. Walaupun anak tunarungu dapat melihat, namun informasi yang

ditangkap hanya melalui penglihatan menjadi tidak utuh, terpotong dan

diterima hanya sebagian saja. Akibat dari terbatasnya informasi berupa bunyi/

suara menyebabkan anak tunarungu tidak dapat menginterpretasikan informasi

yang diterimanya secara tepat.

Menurut pendapat Edja Sadja’ah (2003:g16) Anak gangguan pendengaran dijuluki sebagai insan visual, oleh karena keseluruhan kegiatannya banyak ditopang oleh fungsi visualnya. Untuk itu dalam proses pembelajaran penggunaan media maha penting, terutama sekali untuk memahami benda-benda atau proses tentang hal-hal yang konkrit menuju ke hal yang sifatnya abstrak.

Pendapat di atas mengemukakan bahwa anak tunarungu adalah insan

visual, mereka mengalihkan ketidakberfungsian indera pendengarannya

dengan indera penglihatan, sehingga informasi, pengetahuan dan

pengalamannya lebih banyak diperoleh melalui indera penglihatan. Maka akan

lebih baik apabila dalam proses belajarnya, guru memberikan pengalaman

(10)

maupun gambar. Salah satu mata pelajaran yang memiliki pokok bahasan

yang bersifat abstrak adalah pelajaran matematika, matematika adalah ilmu

pengetahuan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan kita. Bahkan pada

kenyataanya walupun tanpa kita sadari, banyak sekali kegitan dan bagian dari

hidup kita yang berkaitan dengan matematika. Pelajaran matematika

berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, sehingga pemahamannya

membutuhkan daya nalar yang tinggi, dibutuhkan ketekunan, keuletan,

perhatian dan motivasi yang tinggi untuk dapat memahami materi pelajaran

matematika, sedangkan anak tunarungu merupakan anak-anak yang erat

kaitannya dengan hal konkrit, sehingga terdapat banyak kendala yang dialami

oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika, yang

berdampak prestasi belajar siswa menurun.

Kriteria ketuntasan minimal di SLB Negeri Subang pada pelajaran

matematika yaitu 75, sementara kenyataan di lapangan dari hasil tes pada

pokok bahasan mengurutkan bilangan asli sampai 100, kedua siswa berinisial

LW dan AM mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu LW mendapatkan nilai

50, sedangkan LM mendapatkan nilai 45, setelah dilakukan analisis pada soal

yang mereka kerjakan, kesalahan terjadi karena siswa masih kebingungan

ketika diminta untuk menyebutkan dan menuliskan bilangan secara berurutan,

terutama pada bilangan puluhan, kesalahan yang mereka lakukan ketika

menuliskan bilangan puluhan berderet ke bawah pada bilangan 10,20,...,50,

tetapi seharusnya bilangan dihitung dengan berurutan seperti

(11)

siswa tersebut, otomatis siswa tersebut belum memenuhi syarat untuk

melanjutkan materi selanjutnya. Mungkin hal ini juga terjadi karena kurang

adanya media pendukung yang diberikan oleh guru selama proses

pembelajaran berlangsung, sehingga siswa merasa bosan, kurang tertarik dan

tidak termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kenyataan di lapangan, banyak guru yang masih memberikan pelajaran

bersifat pasif dan tidak membantu peserta didik tersebut terutama anak

tunarungu, sebagaimana yang dikemukakan oleh I. Abdulhak (2011: 3-4)

bahwa:

Komunikasi pembelajaran yang telah dilakukan pada lembaga-lembaga pendidikan sekolah ataupun luar sekolah masih dirasakan kurang kondusif, kurang merangsang peserta didik untuk belajar, sehinga interaksi pengajar dan peserta didik terjadi dalam suasana monoton.

Melihat hal tersebut seyogyanya seorang pendidik dituntut untuk

memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa

tunarungu. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan selama pelaksanaan

penelitian, peneliti melihat proses pembelajaran matematika yang diberikan

guru masih kurang menarik dan membuat siswa pasif, karena siswa hanya

diam dan mendengarkan saja, sehingga yang terjadi pembelajaran matematika

pun kurang menarik minat belajar siswa serta menyebabkan hasil

pembelajaran yang diperoleh siswa rendah dan tidak bertahan lama di dalam

ingatan siswa.

Seorang guru pendidik khusus sebelum menyajikan pembelajaran harus

memperhatikan faktor perkembangan mental berfikir anak, sebagaimana kita

(12)

menggunakan pemahaman abstrak, sehingga tidak mudah dimengerti oleh

siswa, berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Piaget dalam Edja

Sadja’ah (2003: 8) “Tahapan operasional konkrit pada usia 7-11 tahun mulai

dapat menstruktur masa kini dan dapat berpikir logismatematis”. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan benda-benda konkrit yang

mudah didapat, sehingga benda-benda konkrit tersebut dapat membantu

dalam pemahaman konsep-konsep yang abstrak.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong

pada upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi

dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan

alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan

bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat-alat yang murah dan

efisien meskipun sederhana, tetapi merupakan keharusan dalam upaya

mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Guru juga dituntut untuk dapat

mengembangkan keterampilan untuk dapat membuat media sederhana yang

akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia.

Media pembelajaran sekarang ini banyak jenisnya dan tidak ada satu

media pun yang paling baik dibandingkan dengan media yang lain. Setiap

media memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu,

guru perlu mengenal berbagai jenis media dengan karakteristik

masing-masing. Dengan demikian, guru dapat memilih dan menggunakannya

(13)

disusun.

Media pembelajaran saat ini sangat berkembang pesat akan tetapi

penggunaan media modern di daerah belum tentu efektif karena tidak

tersedianya sarana pendukung media tersebut, justru media yang sederhana

sangat dapat membantu siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat

digunakan dalam membantu siswa mengurutkan bilangan dengan media

papan angka. Papan angka ini dibuat secara sederhana dan berisikan

balok-balok kecil yang di depannya ditulis dengan lambang bilangan, adapun

tujuan penggunaan media ini diharapkan menjadi salah satu media

pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa yang terbukti ketika

peneliti mulai mengenalkan media papan angka, siswa merasa senang,

mudah-mudahan bermodalkan sesuatu yang mereka senangi, mereka dapat

mengikuti pembelajaran dengan baik dan dapat mengurutkan bilangan dengan

benar.

Melihat kesulitan-kesulitan yang dikemukakan di atas hendaknya harus

diatasi, salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran, karena

media pembelajaran merupakan salah satu wahana penyalur pesan atau

informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan

kata lain, pada saat kegiatan belajar berlangsung bahan belajar yang diterima

siswa diperoleh melalui media, sehingga usaha untuk mencapai tujuan,

diperlukan proses pembelajaran yang diarahkan pada kegiatan yang

mendorong siswa belajar secara aktif dan serius, serta siswa mau belajar

(14)

nalarnya.

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka diadakan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Media Papan Angka

Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100

Pada Anak Tunarungu Kelas II SDLB Di SLB Negeri Subang”.

B. Sasaran Tindakan

Sasaran tindakan pada penelitian yang berjudul “Penggunaan Media

Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli

Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas II SDLB Di SLB Negeri Subang”,

adalah siswa tunarungu kelas II, yang berjumlah dua orang, terdiri dari satu

orang perempuan berinisial LW dan satu orang laki-laki berinisial AM.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Apakah penggunaan media papan angka dapat meningkatkan

kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada siswa tunarungu

kelas II SDLB di SLB Negeri Subang.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu penelitiaan yang

(15)

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian, di mana

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan ”.

Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

penggunaan media papan angka dapat meningkatkan kemampuan

mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada anak tunarungu kelas II SDLB di

SLB Negeri Subang.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan

di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

penggunaan media papan angka dapat meningkatkan kemampuan anak

tunarungu pada pokok bahasan mengurutkan bilangan asli sampai 100

pada anak tunarungu kelas II SDLB di SLB Negeri Subang.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diharapkan penelitian

dapat memberikan manfaat, diantaranya:

a. Bagi Siswa

Membantu siswa tunarungu dalam memahami materi pelajaran

khususnya dalam mengurutkan bilangan asli sampai 100 dengan

harapan dapat meningkatkan prestasi dalam belajar.

b. Bagi Guru

(16)

guru dan memfasilitasi siswa dalam memahami berbagai materi

pelajaran yang harus dikuasainya dan pentingnya penggunaan media

papan angka terhadap pemahaman dalam proses pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah dalam penyediaan media

pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus terutama anak

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian

tindakan kelas. PTK merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk

memperbaiki kondisi praktek-praktek pembelajaran. Penelitian tindakan kelas

merupakan bentuk penilaian replektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang

hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan

pembelajaran. E. Mulyasa (2011: 34) mendefiniskan “sebagai upaya yang

ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah

yang dihadapi dalam pembelajaran”.

Selain itu Rustaman dan Mundilarto dalam Mohammad Asrori (2007: 5)

mendefinisikan bahwa:

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan pembelajaran di

kelas, kemudian ditindaklanjuti dengan penerapan suatu tindakan

pembelajaran kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan penerapan

kembali pada siklus-siklus berikutnya, setelah dilaksanakan revisi

berdasarkan temuan saat refleksi. Jenis penelitian yang digunakan adalah

(18)

sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi suatu masalah yang ditemukan.

Karena penelitian dilaksanakan dengan seting kelas, maka disebut Penelitian

Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

B. Seting Penelitian dan Subjek Penelitian

1. Seting Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SLB Negeri Subang,

direncanakan dalam kurun waktu minggu ke-satu bulan maret sampai

dengan minggu ke-empat bulan april 2014, pelaksanaannya dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

No.

Kegiatan

Bulan

Ket.

Ke-3 Ke-4

Minggu ke... 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perencanaan

2 Persiapan

3 Pelaksanaan Tindakan I

4 Pelaksanaan Tindakan II

5 Pelaksanaan Tindakan III

6 Pengolahan Data

(19)

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas II SDLB.

objek penelitiannya adalah mata pelajaran Matematika dengan materi

pembelajaran mengurutkan bilangan asli. Adapun nama siswa-siswi

tersebut yaitu:

f. Cepat memahami materi yang diberikan guru,

g. Mampu mengurutkan bilangan dua angka,

h. Mengalami kesulitan menghitung angka

puluhan, seperti 50 ke atas.

2. AM

a. Jenis kelamin laki-laki,

b. Anak tunarungu berat,

c. Komunikasinya cukup dimengerti,

d. Senang bergaul dan selalu ceria,

e. Tidak mau dikalahkan orang lain,

f. Lambat memahami materi yang diberikan guru,

g. Mengalami kesulitan menghitung angka

(20)

C. Siklus Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tiga siklus penelitian,

siklus pertama dilakukan identifikasi masalah, rumusan masalah, rencana

tindakan, tindakan, pengamatan atau observasi kemudian refleksi. Hasil

refleksi pada siklus pertama diperbaiki pada siklus berikutnya. Penelitian

tindakan kelas ini hanya dilakukan tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri dari

empat tahapan yaitu persiapan atau perencanaan, tindakan, observasi atau

pengamatan yang kemudian refleksi sebagaimana yang diungkapkan menurut

Kemmis dan Mc Taggart (1997).

Bagan 3.1 Alur Penelitian

Penjelasan Alur.

1. Identifikasi Masalah.

Tahap identifikasi masalah, meliputi: Identifikasi

Masalah

Rumusan Masalah

Rencana Tindakan Tindakan

Refleksi Observasi/

(21)

b. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki pada proses

pembelajran matematika.

2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh penggunaan media papan angka terhadap

anak tunarungu kelas II SDLB dalam mengurutkan bilangan asli sampai

100?

3. Rencana Tindakan

Sebelum pelaksanaan penelitian dilaksanakan maka terlebih

dahulu dilakukan persiapan input instrumental berupa:

a. Materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa yaitu materi

bilangan, dimana siswa diminta mengurutkan bilangan asli sampai

100,

b. Media pembelajaran. Media yang digunakan dalam meningkatkan

kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 menggunakan

media papan angka,

c. Metode pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode ceramah

sebagai metode pembuka dalam menjelaskan materi kemudian

demonstrasi menggunakan media papan angka yang kemudian

pemberian tugas dimana siswa berlatih secara mandiri mengurutkan

bilangan pada papan angka,

(22)

berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah

ditentukan,

e. Kelas. Pembelajaran ini dilakukan di dalam kelas sehingga harus ada

persiapan yang cukup diantaranya ruang yang tidak bising, tidak

memantulkan suara, dan menyesuaikan posisi duduk anak,

f. Pengelolaan siswa sangatlah penting agar pembelajaran lebih efektif

dan efisien, siswa termotivasi untuk belajar, sehingga pembelajaran

akan lebih bermakna.

4. Pelaksanaan Tindakan

Prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media

papan angka dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan

asli sampai 100 disajikan dengan beberapa tindakan yang dapat

dilakukan, diantaranya sebagai berikut:

a. Mengkondisikan siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran

dengan cara membiasakan duduk rapih dan berdo‟a terlebih dahulu

dengan membaca basmalah,

b. Memotivasi siswa untuk dapat memulai pembelajaran dengan

semangat,

c. Memberikan materi pembelajaran kepada siswa melalui demontrasi

mengurutkan bilangan,

d. Memperlihatkan media yang akan digunakan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan asli sampai 100,

(23)

f. Bersama-sama menyelesaikan mengurutkan bilangan dan secara

mandiri bergantian,

g. Pembahasan soal-soal yang telah dikerjakan,

h. Evalusi berupa soal tes tulis,

i. Melakukan perbandingan skor,

j. Memberikan motivasi kepada siswa yang belum mencapai kriteria

penilaian yang telah ditetapkan.

5. Pengamatan/ Observasi

Pengamatan/ observasi yaitu suatu kegiatan memperhatikan secara

seksama, mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan, melihat berbagai

fenomena terjadi selama pelaksanaan tindakan guna dianalisis lebih

lanjut. Pengamat mencatat, menganalisis, mengkaji dan menafsirkan

perilaku guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan suatu format atau mencatatnya langsung pada kertas yang

telah disediakan. Catatan lapangan digunakan untuk mengobservasi

siswa baik dari lembar kerja maupun hasil tes. Berdasarkan pengamatan

diharapkan dapat ditemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan guru

sebagai pengelola pembelajaran. Meskipun pada dasarnya bukan berarti

guru adalah sumber data akan tetapi pelaksana penelitian atau guru

merupakan faktor utama dalam proses pengumpulan data yang

berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan pembelajaran.

(24)

tindakan kelas ini dilakukan dengan cara mengamati kegiatan

pembelajaran yaitu pemberian materi pembelajaran, penggunaan media

papan angka dalam pembelajaran, kemampuan siswa dalam memahami

materi pembelajaran, dan hasil kerja siswa. Pengamat berada di samping

kiri siswa mengamati secara langsung proses pembelajaran. Untuk

mendapatkan gambaran mengenai letak pengamat dapat dilihat pada

bagan di bawah ini:

Bagan 3.2

Kedudukan Pengamat di Kelas

Adapun instrumen yang digunakan untuk mengamati jalannya

pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan pemahaman

penggunaan media papan angka dalam meningkatkan kemampuan

mengurutkan bilangan pada anak tunarungu, pengamat menggunakan

format pengamatan pelaksanaan tindakan yaitu perilaku guru dan

perilaku siswa. Kedua aspek tersebut diamati dengan asumsi bahwa

terdapat korelasi antara keberhasilan pembelajaran dengan penampilan

yang diperlihatkan guru dan siswa. Guru

Siswa 1 Siswa 2

(25)

6. Refleksi

Kegiatan refleksi bertujuan untuk mencermati, mengkaji dan

menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah

dilaksanakan yang didasarkan data yang telah terkumpul pada langkah

observasi. Pada tahap refleksi diperoleh data berupa kelebihan-kelebihan

yang ditampilkan selama proses perbaikan dan dapat dijadikan sebagai

modal dasar dan perlu dipertahankan pada siklus berikutnya.

Kekurangan-kekurangan yang diperoleh pada siklus pertama merupakan

salah satu yang harus diperbaiki dan dicari pemecahannya, sehingga

tidak terjadi lagi pada siklus berikutnya.

Bagan 3.3 Alur Kegiatan Refleksi

Mengacu pada bagan di atas, maka kegiatan refleksi pada setiap

siklus dalam penelitian ini mengikuti lima tahapan yaitu: review,

identifikasi masalah, alternatif pemecahan masalah, alternatif tindakan

dan pelaksaan tindakan. Pada tahap review peneliti dan rekan sejawat

merekam kembali peristiwa yang muncul, sebagai acuan dapat melalui Review

Identifikasi Masalah

Fokus Masalah Alternatif

(26)

sumber observasi atau catatan lapangan. Setelah proses perekaman

kembali maka tahapan selanjutnya adalah proses identifikasi masalah, di

mana setiap masalah yang telah terditeksi dimunculkan kembali. Apakah

kekurangan atau ketidakberhasilan pembelajaran disebabkan oleh faktor

guru, siswa dan lainnya, semua dapat dilihat dari faktor mana yang lebih

berpengaruh setelah itu maka tahapan selanjutnya dicarikan alternatif

pemecahannya. Alternatif pemecahan masalah yang diteliti dapat

bersumber dari pengalaman, teori, bahkan sesuatu yang direkayasa

berdasarkan pemahaman seseorang.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian termasuk penelitian

tindakan kelas. Penelitian ini terdapa dua variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat.

Apabila kita melihat judul penelitian “Penggunaan media papan angka

dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100

pada anak tunarungu kelas II SDLB”, maka terdapat dua variabel yaitu:

1. Variable Bebas.

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya, juga sebagai timbulnya variabel terikat,

(27)

angka, sebagai media pembelajaran anak tunarungu untuk meningkatkan

kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100.

Alasan peneliti menggunakan media papan angka dalam

melakukan perbaikan, karena penggunaan media dalam proses

pembelajaran sangat penting, sebagaimana kita ketahui bahwa

penggunaan media dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat

perhatian siswa dalam belajar. Sehingga penggunaan media diharapkan

dapat memberikan jalan yang mudah dalam pemahaman ketika proses

belajar pada anak tunarungu. Penggunaan media papan angka dalam

prakteknya sangat mudah sekali, siswa cukup menyimpan balok-balok

yang bertuliskan angka-angka satu sampai 100 ke dalam media papan

angka secara berurutan.

2. Variable Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kemampuan dalam mengurutkan bilangan asli

sampai 100. Diharapkan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan

dapat meningkat, karena dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu media

papan angka.

Kedua variabel di atas akan diperoleh datanya, kemudian dilakukan

pengolahan dan analisis, yang akhirnya dapat memberikan gambaran

tentang hubungan penerapan penggunaan media papan angka terhadap

(28)

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penlitian ini adalah tes dan

observasi.

a. Tes

Tes adalah serangkaian atau sekumpulan pertanyaan yang

diberikan kepada anak, atau orang yang di tes dan jawabannya mutlak

benar atau salah. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan

untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara

dan atauran-aturan yang sudah ditentukan. Tes yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah tes pada akhir siklus, yaitu siswa mengerjakan

soal-soal dan perintah guru yang berkaitan dengan pembelajaran dengan

materi mengurutkan bilangan pada lembar tugas yang telah disediakan.

Adapun tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur atau mengetahui

kemampuan dasar maupun pencampaian prestasi anak setelah menerima

perbaikan pembelajaran.

b. Observasi

Observasi/ pengamatan adalah proses pengambilan data dalam

penelitian, dimana pengamat melihat situasi penelitan. Pengamatan dan

pencatatan dilakukan terhadap guru dan siswa saat berlangsungnya

pembelajaran. Pada waktu observasi, observer mengamati proses

pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang

terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada guru,

(29)

daftar cek dan diisi oleh observer. Tujuan kegiatan ini diharapkan akan

diperoleh gambaran tentang interaksi antara guru dan murid, ketepatan

penggunaan media sesuai dengan yang direncanakan.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah:

1. Tes mengurutkan bilangan

Soal tes mengurutkan bilangan.

1. Tulislah bilangan dari 1 sampai 50

a. Tulislah bilangan 1 sampai 10

b. Tulislah bilangan 11 sampai 20

c. Tulislah bilangan 21 sampai 30

d. Tulislah bilangan 31 sampai 40

e. Tulislah bilangan 41 sampai 50

2. Tulislah bilangan dari 51 sampai 100

a. Tulislah bilangan 51 sampai 60

(30)

c. Tulislah bilangan 71 sampai 80

d. Tulislah bilangan 81 sampai 90

e. Tulislah bilangan 91 sampai 100

3. Urutkan bilangan dibawah ini dari yang terkecil sampai yang terbesar!

a. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

7 20 11 25 12 26 43 49 50 35

b. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

10 15 19 21 14 44 27 42 36 34

c. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

16 1 5 9 22 45 37 28 33 41

d. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

13 18 23 2 4 38 32 40 29 46

e. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

17 3 24 6 8 31 39 48 47 30

Kolom isian untuk mengurutkan bilangan pada soal di atas!

a. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

b. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

(31)

d. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

e. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!

4. Isilah bilangan pada kotak kosong di bawah ini dengan angka yang sesuai urutannya!

a. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

72 75

b. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

77 79

c. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

81 83

d. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

87 89

e. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

91 93

f. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!

97 100

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin

timbul dan akan diamati. Observasi sebagai alat pengumpul data banyak

digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya

suatu kegiatan yang dapat diamati. Pendapat Sutrisno Hadi dalam Sugiyono

(2011: 203) mengemukakan bahwa „observasi merupakan suatu proses yang

(32)

psikhologis, dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan

dan ingatan.

Tabel 3.3

Pedoman Observasi Pengamatan Pelaksanaan Tindakan Prilaku Siswa

No. Perilaku Siswa yang

1. Bertanya kepada guru tentang materi bilangan

(33)

Tabel 3.4

Pedoman Observasi Pengamatan Pelaksanaan Tindakan Prilaku Guru

(34)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengolah dan menginterpretasikan data

dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan

fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan

penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan

informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data pada tiap

siklus, cara yang dilakukan adalah berdiskusi dengan guru observer mengenai

proses pembelajaran yang diamati dari kegiatan mengajar dan membahas

masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama guru observer.

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan cara

mengumpulkan data berasal dari tes yang dilakukan pada akhir siklus. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam

pembelajaran, data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menganalisis data hasil tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang diperoleh

pada akhir siklus, selanjutnya dilakukan analisis terhadap data hasil tes

siswa tersebut dengan cara melihat persentase setiap skor total yang

diperoleh siswa dan dihitung dengan menggunakan rumus:

a. NA= skor x 100 = Skor ideal ...

Keterangan:

(35)

Skor ideal = Jumlah soal keseluruhan

NA = Nilai akhir

b. Menghitung rata-rata siswa dengan rumus:

Nilai rata-rata siswa =

Keterangan:

∑ nilai = Jumlah nilai siswa

n = Jumlah siswa

2. Menganalisis data hasil observasi

Menganalisis data hasil observasi dilakukan dengan

mengelompokkan pernyataan ya dan pernyataan tidak. Kemudian

menghitung persentasenya dengan rumus:

100%

f

P

X

n

KET: P = presentasi jawaban

f = jumlah jenis komentar

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media papan angka dapat

meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada siswa

tunarungu kelas II SDLB di SLB Negeri Subang. Hal ini terbukti dengan hasil

tes akhir siswa tunarungu kelas II pada setiap siklusnya mengalami peningkaan,

karena pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 57,5, siklus II diperoleh nilai

rata-rata 72,5 dan siklus III diperoleh nilai rata-rata 82,5. Dari siklus I ke siklus

II ada peningkatan nilai rata-rata 15, dari siklus II ke siklus III ada peningkatan

10, dan dari siklus I ke siklus III ada peningkatan 25. berdasarkan nilai

perolehan setiap siswa berinisial LW dengan nila 85 dan AM dengan nilai 80,

sehingga sudah melebihi kriteria ketuntasan minimal dari 75.

B.Saran

1.Bagi Siswa

Diharapkan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik,

sehingga siswa dapat memahami materi dan mampu mengurutkan bilangan

asli sampai 100. Apabila anak sudah dapat mengurutkan bilangan dengan

baik, juga sebagai salah satu syarat dalam melanjutkan materi selanjutnya

(37)

2.Bagi Guru

Pengembangan inovasi pembelajaran yang lebih baik oleh guru sangat

dibutuhkan guna meningkatkan minat dan kemampuan siswa, salah satunya

dengan penggunakan media papan angka pada materi mengurutkan bilangan

asli sampai 100, sehingga dengan bantuan media tersebut, siswa dapat

mengurutkan bilangan dengan baik dan benar.

.

3.Bagi Sekolah

Pemberian motivasi terhadap guru, serta fasilitas yang relevan dengan

pembelajaran sangat dibutuhkan agar guru tidak ragu-ragu untuk membuat

seting dan memfasilitasi siswa dalam belajar baik itu media pembelajaran

maupun pendekatan pembelajaran, sehingga mutu pendidikan akan jauh

lebih baik, salah satunya penggunaan media papan angka dapat digunakan

oleh guru dalam proses pembelajaran terutama pada materi mengurutkan

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. (2011). Komunikasi Pembelajaran. Pendekatan Kompergen dalam

Peningkatan Kualitas dan Evektifitas Pembelajaran. Bandung: UPI

Depdiknas.

Anitah, Sri. (2010), Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Arsyad, Azhar. (2011), Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Asrori, Muhammad. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana

Prima.

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB-B. Jakarta:

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Kemmis and Taggart, Mc. (1997). The Action Research Planner. Dekan

University.

Mulyasa, E. (2011). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sadiman, Arief S., Rahardjo R., Haryono A., dan Rahardjito. (2009). Media

Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Sadja’ah, Edja. (2003). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Mendengar. Bandung: San Grafika.

Somantri, S. (2006 ). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet.

Susilo, Herawati., Chotimah, Husnul., Sari, Dwita S. (2008). Penelitian Tindakan

Kelas. Malang: Bayumedia Publishing.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Kamus Besar Bahasa

(39)

UUD. (2006).Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sisdiknas. Bandung : Citra Umbara.

Gambar

Tabel 3. 1
Tabel 3. 2
Tabel 3.3
Tabel 3.4      Pedoman Observasi Pengamatan Pelaksanaan Tindakan Prilaku Guru

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara kepuasan kerja dan resiliensi dengan organizational citizenship behavior (OCB) pada karyawan kantor pusat pt.. Jurnal psikologi

Dan didapatkan hasil dengan skala likert adalah 133,25 dengan kategori cukup puas dan dengan regresi berganda dapat disimpulkan bahwa penggunaan kartu seluler oleh konsumen

jawaban yang sesungguhnya, tanpa mendiskusikan jawaban dengan orang lain. Saya

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kepercayaan konsumen terhadap saran, pendapat, dan rekomendasi yang diberikan oleh kelompok referensi sebagai

Salah satu contoh lokasi yang perlu dikembangkan Bandar udara Adisutjipto di Yogyakarta, karena pada daerah tersebut merupakan salah satu kota pariwisata yang dikunjungi oleh

Teori ini lebih menekankan pada aspek kepribadian seperti intelektualisasi, emosi, keadaan fisik (usia, tinggi dan berat badan) dan sifat-sifat pribadi lainnya. Teori ini memusatkan

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisaional Terhadap Keinginan Untuk Keluar (Intensi Keluar) dari Suatu Organisasi pada Perawat Di RSI Hidayatullah

Pantai Pasir Putih Parbaba yang berada di Danau Toba dapat dijadikan sebagai pilihan yang tepat untuk dikunjungi karena memiliki potensi sumberdaya untuk dijadikan wisata