SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh:
Ecep Sopiyan NIM: 1008955
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
MENGURUTKAN BILANGAN ASLI SAMPAI 100 PADA ANAK
TUNARUNGU KELAS II SDLB DI SLB NEGERI SUBANG” beserta seluruh
isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila dikemudian hari ditemukan adanya
pelanggaran atas etika keilmuan dalam penulisan ini, atau ada klaim terhadap
keaslian karya saya ini.
Bandung, Maret 2014
Yang membuat pernyataan,
Ecep Sopiyan
PENGGUNAAN MEDIA PAPAN ANGKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BILANGAN ASLI SAMPAI 100 PADA
ANAK TUNARUNGU KELAS II SDLB DI SLB NEGERI SUBANG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing 1
Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP 195904141985031005
Pembimbing II
dr. Riksma Nurahmi Rinalti A., M.Pd. NIP 197511182005012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Sasaran Tindakan ... 8
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Hipotesis Tindakan ... 8
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN TEORI ... 11
A. Konsep Dasar Ketunarunguan ... 11
1. Pengertian Tunarungu ... 11
2. Klasifikasi Ketunarunguan ... 13
3. Perkembangan Intelegensi Anak Tunarungu... 14
5. Media Papan Angka ... 22
6. Bilangan... 25
B. Kerangka Berpikir... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32
A. Metode Penelitian ... 32
B. Seting Penelitian dan Subjek Penelitian... 33
C. Siklus Tindakan ... 35
D. Variabel Penelitian ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Instrumen Penelitian ... 44
G. Teknik Analisis Data... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Hasil Penelitian ... 52
1. Perolehan Data Hasil Obervasi ... 53
2. Perolehan Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa ... 63
B. Pembahasan ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 76
ABSTRAK
PENGGUNAAN MEDIA PAPAN ANGKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BILANGAN ASLI SAMPAI 100 PADA
ANAK TUNARUNGU KELAS II SDLB DI SLB NEGERI SUBANG
Oleh: Ecep Sopiyan 1008955
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003 pasal (3) bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Undang-Undang Pendidikan Nasional tersebut mengisyaratkan adanya
upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan siswa agar mereka lebih
berilmu, cakap, kreatif, bertanggung jawab dan tidak menutup kemungkinan
berlaku bagi siswa yang mengalami berkebutuhan khusus.
Penyelenggara pendidikan khusus merupakan salah satu upaya untuk
memperoleh pendidikan yang disesuikan dengan kebutuhan pada diri
masing-masing individu, sehingga dapat meningkatkan potensi anak
berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah mereka yang
mempunyai kebutuhan baik yang permanen maupun temporer, yang
disebabkan kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, maupun kondisi
yang lainnya, sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus. Pendidikan
khusus ini telah dijelaskan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengembangkan sikap dan
keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, apabila peran dari
beberapa pihak untuk memfasilitasi dalam pengembangan potensinya
terwujud secara aktif dalam memperolah pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
“Anak tunarungu adalah anak yang karena beberapa hal menjadikan
pendengarannya mendapat gangguan atau mengalami kerusakan sehingga
sangat mengganggu aktifitas kehidupannya” (Edja Sadja’ah, 2003: 41). Anak
dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu
mendengar suara, tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan sesorang tidak dapat menangkap berbagai
rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya yang disebabkan
kerusakan dan ketidakberfungsian organ pendengaran sebagian atau
keseluruhan, sehingga menghambat proses informasi bahasa baik
menggunakan atau tidak menggunakan alat bantu dengar. “Bahasa yaitu
kata-kata secara lisan yang di mengerti oleh kelompoknya (komunikan)
tertentu dan atas persetujuan bersama” (Edja Sadja’ah, 2003: 16).
Bahasa dapat dikatakan sebagai pusat perhatian, karena pada dasarnya
bahasa menjadi sistem yang dipergunakan akal dan pikiran untuk menangkap,
Anak tunarungu memiliki keunikan dan kekhasan yang menarik untuk
dikenal, dipelajari, dan diteliti. Aspek utama dan yang merupakan
permasalahan sekaligus keunikan dan kekhasan paling mendasar yang dimiliki
anak tunarungu yaitu dalam komunikasi. Hal ini merupakan realita yang terjadi
karena secara lahiriah anak tunarungu mengalami gangguan pada organ
pendengaran yang menyebabkan sulit untuk menangkap, mengolah,
mengekspresikan dan merespon bunyi-bunyi dari lingkungan dengan tepat,
sehingga berpengaruh pada perkembangan bicara. Melalui kemampuan visual,
anak tunarungu dapat melihat dan mengamati segala hal yang terjadi di
lingkungan. Walaupun anak tunarungu dapat melihat, namun informasi yang
ditangkap hanya melalui penglihatan menjadi tidak utuh, terpotong dan
diterima hanya sebagian saja. Akibat dari terbatasnya informasi berupa bunyi/
suara menyebabkan anak tunarungu tidak dapat menginterpretasikan informasi
yang diterimanya secara tepat.
Menurut pendapat Edja Sadja’ah (2003:g16) Anak gangguan pendengaran dijuluki sebagai insan visual, oleh karena keseluruhan kegiatannya banyak ditopang oleh fungsi visualnya. Untuk itu dalam proses pembelajaran penggunaan media maha penting, terutama sekali untuk memahami benda-benda atau proses tentang hal-hal yang konkrit menuju ke hal yang sifatnya abstrak.
Pendapat di atas mengemukakan bahwa anak tunarungu adalah insan
visual, mereka mengalihkan ketidakberfungsian indera pendengarannya
dengan indera penglihatan, sehingga informasi, pengetahuan dan
pengalamannya lebih banyak diperoleh melalui indera penglihatan. Maka akan
lebih baik apabila dalam proses belajarnya, guru memberikan pengalaman
maupun gambar. Salah satu mata pelajaran yang memiliki pokok bahasan
yang bersifat abstrak adalah pelajaran matematika, matematika adalah ilmu
pengetahuan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan kita. Bahkan pada
kenyataanya walupun tanpa kita sadari, banyak sekali kegitan dan bagian dari
hidup kita yang berkaitan dengan matematika. Pelajaran matematika
berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, sehingga pemahamannya
membutuhkan daya nalar yang tinggi, dibutuhkan ketekunan, keuletan,
perhatian dan motivasi yang tinggi untuk dapat memahami materi pelajaran
matematika, sedangkan anak tunarungu merupakan anak-anak yang erat
kaitannya dengan hal konkrit, sehingga terdapat banyak kendala yang dialami
oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika, yang
berdampak prestasi belajar siswa menurun.
Kriteria ketuntasan minimal di SLB Negeri Subang pada pelajaran
matematika yaitu 75, sementara kenyataan di lapangan dari hasil tes pada
pokok bahasan mengurutkan bilangan asli sampai 100, kedua siswa berinisial
LW dan AM mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu LW mendapatkan nilai
50, sedangkan LM mendapatkan nilai 45, setelah dilakukan analisis pada soal
yang mereka kerjakan, kesalahan terjadi karena siswa masih kebingungan
ketika diminta untuk menyebutkan dan menuliskan bilangan secara berurutan,
terutama pada bilangan puluhan, kesalahan yang mereka lakukan ketika
menuliskan bilangan puluhan berderet ke bawah pada bilangan 10,20,...,50,
tetapi seharusnya bilangan dihitung dengan berurutan seperti
siswa tersebut, otomatis siswa tersebut belum memenuhi syarat untuk
melanjutkan materi selanjutnya. Mungkin hal ini juga terjadi karena kurang
adanya media pendukung yang diberikan oleh guru selama proses
pembelajaran berlangsung, sehingga siswa merasa bosan, kurang tertarik dan
tidak termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
Kenyataan di lapangan, banyak guru yang masih memberikan pelajaran
bersifat pasif dan tidak membantu peserta didik tersebut terutama anak
tunarungu, sebagaimana yang dikemukakan oleh I. Abdulhak (2011: 3-4)
bahwa:
Komunikasi pembelajaran yang telah dilakukan pada lembaga-lembaga pendidikan sekolah ataupun luar sekolah masih dirasakan kurang kondusif, kurang merangsang peserta didik untuk belajar, sehinga interaksi pengajar dan peserta didik terjadi dalam suasana monoton.
Melihat hal tersebut seyogyanya seorang pendidik dituntut untuk
memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa
tunarungu. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan selama pelaksanaan
penelitian, peneliti melihat proses pembelajaran matematika yang diberikan
guru masih kurang menarik dan membuat siswa pasif, karena siswa hanya
diam dan mendengarkan saja, sehingga yang terjadi pembelajaran matematika
pun kurang menarik minat belajar siswa serta menyebabkan hasil
pembelajaran yang diperoleh siswa rendah dan tidak bertahan lama di dalam
ingatan siswa.
Seorang guru pendidik khusus sebelum menyajikan pembelajaran harus
memperhatikan faktor perkembangan mental berfikir anak, sebagaimana kita
menggunakan pemahaman abstrak, sehingga tidak mudah dimengerti oleh
siswa, berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Piaget dalam Edja
Sadja’ah (2003: 8) “Tahapan operasional konkrit pada usia 7-11 tahun mulai
dapat menstruktur masa kini dan dapat berpikir logismatematis”. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan benda-benda konkrit yang
mudah didapat, sehingga benda-benda konkrit tersebut dapat membantu
dalam pemahaman konsep-konsep yang abstrak.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong
pada upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi
dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan
alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan
bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat-alat yang murah dan
efisien meskipun sederhana, tetapi merupakan keharusan dalam upaya
mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Guru juga dituntut untuk dapat
mengembangkan keterampilan untuk dapat membuat media sederhana yang
akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia.
Media pembelajaran sekarang ini banyak jenisnya dan tidak ada satu
media pun yang paling baik dibandingkan dengan media yang lain. Setiap
media memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu,
guru perlu mengenal berbagai jenis media dengan karakteristik
masing-masing. Dengan demikian, guru dapat memilih dan menggunakannya
disusun.
Media pembelajaran saat ini sangat berkembang pesat akan tetapi
penggunaan media modern di daerah belum tentu efektif karena tidak
tersedianya sarana pendukung media tersebut, justru media yang sederhana
sangat dapat membantu siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat
digunakan dalam membantu siswa mengurutkan bilangan dengan media
papan angka. Papan angka ini dibuat secara sederhana dan berisikan
balok-balok kecil yang di depannya ditulis dengan lambang bilangan, adapun
tujuan penggunaan media ini diharapkan menjadi salah satu media
pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa yang terbukti ketika
peneliti mulai mengenalkan media papan angka, siswa merasa senang,
mudah-mudahan bermodalkan sesuatu yang mereka senangi, mereka dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik dan dapat mengurutkan bilangan dengan
benar.
Melihat kesulitan-kesulitan yang dikemukakan di atas hendaknya harus
diatasi, salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran, karena
media pembelajaran merupakan salah satu wahana penyalur pesan atau
informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan
kata lain, pada saat kegiatan belajar berlangsung bahan belajar yang diterima
siswa diperoleh melalui media, sehingga usaha untuk mencapai tujuan,
diperlukan proses pembelajaran yang diarahkan pada kegiatan yang
mendorong siswa belajar secara aktif dan serius, serta siswa mau belajar
nalarnya.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka diadakan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Media Papan Angka
Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100
Pada Anak Tunarungu Kelas II SDLB Di SLB Negeri Subang”.
B. Sasaran Tindakan
Sasaran tindakan pada penelitian yang berjudul “Penggunaan Media
Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli
Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas II SDLB Di SLB Negeri Subang”,
adalah siswa tunarungu kelas II, yang berjumlah dua orang, terdiri dari satu
orang perempuan berinisial LW dan satu orang laki-laki berinisial AM.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Apakah penggunaan media papan angka dapat meningkatkan
kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada siswa tunarungu
kelas II SDLB di SLB Negeri Subang.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu penelitiaan yang
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan ”.
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
penggunaan media papan angka dapat meningkatkan kemampuan
mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada anak tunarungu kelas II SDLB di
SLB Negeri Subang.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan
di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
penggunaan media papan angka dapat meningkatkan kemampuan anak
tunarungu pada pokok bahasan mengurutkan bilangan asli sampai 100
pada anak tunarungu kelas II SDLB di SLB Negeri Subang.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diharapkan penelitian
dapat memberikan manfaat, diantaranya:
a. Bagi Siswa
Membantu siswa tunarungu dalam memahami materi pelajaran
khususnya dalam mengurutkan bilangan asli sampai 100 dengan
harapan dapat meningkatkan prestasi dalam belajar.
b. Bagi Guru
guru dan memfasilitasi siswa dalam memahami berbagai materi
pelajaran yang harus dikuasainya dan pentingnya penggunaan media
papan angka terhadap pemahaman dalam proses pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah dalam penyediaan media
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus terutama anak
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas. PTK merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
memperbaiki kondisi praktek-praktek pembelajaran. Penelitian tindakan kelas
merupakan bentuk penilaian replektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan
pembelajaran. E. Mulyasa (2011: 34) mendefiniskan “sebagai upaya yang
ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah
yang dihadapi dalam pembelajaran”.
Selain itu Rustaman dan Mundilarto dalam Mohammad Asrori (2007: 5)
mendefinisikan bahwa:
Penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan pembelajaran di
kelas, kemudian ditindaklanjuti dengan penerapan suatu tindakan
pembelajaran kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan penerapan
kembali pada siklus-siklus berikutnya, setelah dilaksanakan revisi
berdasarkan temuan saat refleksi. Jenis penelitian yang digunakan adalah
sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi suatu masalah yang ditemukan.
Karena penelitian dilaksanakan dengan seting kelas, maka disebut Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
B. Seting Penelitian dan Subjek Penelitian
1. Seting Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SLB Negeri Subang,
direncanakan dalam kurun waktu minggu ke-satu bulan maret sampai
dengan minggu ke-empat bulan april 2014, pelaksanaannya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian
No.
Kegiatan
Bulan
Ket.
Ke-3 Ke-4
Minggu ke... 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan √
2 Persiapan √
3 Pelaksanaan Tindakan I √
4 Pelaksanaan Tindakan II √
5 Pelaksanaan Tindakan III √
6 Pengolahan Data √ √
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas II SDLB.
objek penelitiannya adalah mata pelajaran Matematika dengan materi
pembelajaran mengurutkan bilangan asli. Adapun nama siswa-siswi
tersebut yaitu:
f. Cepat memahami materi yang diberikan guru,
g. Mampu mengurutkan bilangan dua angka,
h. Mengalami kesulitan menghitung angka
puluhan, seperti 50 ke atas.
2. AM
a. Jenis kelamin laki-laki,
b. Anak tunarungu berat,
c. Komunikasinya cukup dimengerti,
d. Senang bergaul dan selalu ceria,
e. Tidak mau dikalahkan orang lain,
f. Lambat memahami materi yang diberikan guru,
g. Mengalami kesulitan menghitung angka
C. Siklus Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tiga siklus penelitian,
siklus pertama dilakukan identifikasi masalah, rumusan masalah, rencana
tindakan, tindakan, pengamatan atau observasi kemudian refleksi. Hasil
refleksi pada siklus pertama diperbaiki pada siklus berikutnya. Penelitian
tindakan kelas ini hanya dilakukan tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri dari
empat tahapan yaitu persiapan atau perencanaan, tindakan, observasi atau
pengamatan yang kemudian refleksi sebagaimana yang diungkapkan menurut
Kemmis dan Mc Taggart (1997).
Bagan 3.1 Alur Penelitian
Penjelasan Alur.
1. Identifikasi Masalah.
Tahap identifikasi masalah, meliputi: Identifikasi
Masalah
Rumusan Masalah
Rencana Tindakan Tindakan
Refleksi Observasi/
b. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki pada proses
pembelajran matematika.
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh penggunaan media papan angka terhadap
anak tunarungu kelas II SDLB dalam mengurutkan bilangan asli sampai
100?
3. Rencana Tindakan
Sebelum pelaksanaan penelitian dilaksanakan maka terlebih
dahulu dilakukan persiapan input instrumental berupa:
a. Materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa yaitu materi
bilangan, dimana siswa diminta mengurutkan bilangan asli sampai
100,
b. Media pembelajaran. Media yang digunakan dalam meningkatkan
kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 menggunakan
media papan angka,
c. Metode pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode ceramah
sebagai metode pembuka dalam menjelaskan materi kemudian
demonstrasi menggunakan media papan angka yang kemudian
pemberian tugas dimana siswa berlatih secara mandiri mengurutkan
bilangan pada papan angka,
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditentukan,
e. Kelas. Pembelajaran ini dilakukan di dalam kelas sehingga harus ada
persiapan yang cukup diantaranya ruang yang tidak bising, tidak
memantulkan suara, dan menyesuaikan posisi duduk anak,
f. Pengelolaan siswa sangatlah penting agar pembelajaran lebih efektif
dan efisien, siswa termotivasi untuk belajar, sehingga pembelajaran
akan lebih bermakna.
4. Pelaksanaan Tindakan
Prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media
papan angka dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan
asli sampai 100 disajikan dengan beberapa tindakan yang dapat
dilakukan, diantaranya sebagai berikut:
a. Mengkondisikan siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran
dengan cara membiasakan duduk rapih dan berdo‟a terlebih dahulu
dengan membaca basmalah,
b. Memotivasi siswa untuk dapat memulai pembelajaran dengan
semangat,
c. Memberikan materi pembelajaran kepada siswa melalui demontrasi
mengurutkan bilangan,
d. Memperlihatkan media yang akan digunakan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan asli sampai 100,
f. Bersama-sama menyelesaikan mengurutkan bilangan dan secara
mandiri bergantian,
g. Pembahasan soal-soal yang telah dikerjakan,
h. Evalusi berupa soal tes tulis,
i. Melakukan perbandingan skor,
j. Memberikan motivasi kepada siswa yang belum mencapai kriteria
penilaian yang telah ditetapkan.
5. Pengamatan/ Observasi
Pengamatan/ observasi yaitu suatu kegiatan memperhatikan secara
seksama, mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan, melihat berbagai
fenomena terjadi selama pelaksanaan tindakan guna dianalisis lebih
lanjut. Pengamat mencatat, menganalisis, mengkaji dan menafsirkan
perilaku guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan suatu format atau mencatatnya langsung pada kertas yang
telah disediakan. Catatan lapangan digunakan untuk mengobservasi
siswa baik dari lembar kerja maupun hasil tes. Berdasarkan pengamatan
diharapkan dapat ditemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan guru
sebagai pengelola pembelajaran. Meskipun pada dasarnya bukan berarti
guru adalah sumber data akan tetapi pelaksana penelitian atau guru
merupakan faktor utama dalam proses pengumpulan data yang
berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan pembelajaran.
tindakan kelas ini dilakukan dengan cara mengamati kegiatan
pembelajaran yaitu pemberian materi pembelajaran, penggunaan media
papan angka dalam pembelajaran, kemampuan siswa dalam memahami
materi pembelajaran, dan hasil kerja siswa. Pengamat berada di samping
kiri siswa mengamati secara langsung proses pembelajaran. Untuk
mendapatkan gambaran mengenai letak pengamat dapat dilihat pada
bagan di bawah ini:
Bagan 3.2
Kedudukan Pengamat di Kelas
Adapun instrumen yang digunakan untuk mengamati jalannya
pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan pemahaman
penggunaan media papan angka dalam meningkatkan kemampuan
mengurutkan bilangan pada anak tunarungu, pengamat menggunakan
format pengamatan pelaksanaan tindakan yaitu perilaku guru dan
perilaku siswa. Kedua aspek tersebut diamati dengan asumsi bahwa
terdapat korelasi antara keberhasilan pembelajaran dengan penampilan
yang diperlihatkan guru dan siswa. Guru
Siswa 1 Siswa 2
6. Refleksi
Kegiatan refleksi bertujuan untuk mencermati, mengkaji dan
menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah
dilaksanakan yang didasarkan data yang telah terkumpul pada langkah
observasi. Pada tahap refleksi diperoleh data berupa kelebihan-kelebihan
yang ditampilkan selama proses perbaikan dan dapat dijadikan sebagai
modal dasar dan perlu dipertahankan pada siklus berikutnya.
Kekurangan-kekurangan yang diperoleh pada siklus pertama merupakan
salah satu yang harus diperbaiki dan dicari pemecahannya, sehingga
tidak terjadi lagi pada siklus berikutnya.
Bagan 3.3 Alur Kegiatan Refleksi
Mengacu pada bagan di atas, maka kegiatan refleksi pada setiap
siklus dalam penelitian ini mengikuti lima tahapan yaitu: review,
identifikasi masalah, alternatif pemecahan masalah, alternatif tindakan
dan pelaksaan tindakan. Pada tahap review peneliti dan rekan sejawat
merekam kembali peristiwa yang muncul, sebagai acuan dapat melalui Review
Identifikasi Masalah
Fokus Masalah Alternatif
sumber observasi atau catatan lapangan. Setelah proses perekaman
kembali maka tahapan selanjutnya adalah proses identifikasi masalah, di
mana setiap masalah yang telah terditeksi dimunculkan kembali. Apakah
kekurangan atau ketidakberhasilan pembelajaran disebabkan oleh faktor
guru, siswa dan lainnya, semua dapat dilihat dari faktor mana yang lebih
berpengaruh setelah itu maka tahapan selanjutnya dicarikan alternatif
pemecahannya. Alternatif pemecahan masalah yang diteliti dapat
bersumber dari pengalaman, teori, bahkan sesuatu yang direkayasa
berdasarkan pemahaman seseorang.
D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian termasuk penelitian
tindakan kelas. Penelitian ini terdapa dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
Apabila kita melihat judul penelitian “Penggunaan media papan angka
dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100
pada anak tunarungu kelas II SDLB”, maka terdapat dua variabel yaitu:
1. Variable Bebas.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya, juga sebagai timbulnya variabel terikat,
angka, sebagai media pembelajaran anak tunarungu untuk meningkatkan
kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100.
Alasan peneliti menggunakan media papan angka dalam
melakukan perbaikan, karena penggunaan media dalam proses
pembelajaran sangat penting, sebagaimana kita ketahui bahwa
penggunaan media dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat
perhatian siswa dalam belajar. Sehingga penggunaan media diharapkan
dapat memberikan jalan yang mudah dalam pemahaman ketika proses
belajar pada anak tunarungu. Penggunaan media papan angka dalam
prakteknya sangat mudah sekali, siswa cukup menyimpan balok-balok
yang bertuliskan angka-angka satu sampai 100 ke dalam media papan
angka secara berurutan.
2. Variable Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan dalam mengurutkan bilangan asli
sampai 100. Diharapkan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan
dapat meningkat, karena dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu media
papan angka.
Kedua variabel di atas akan diperoleh datanya, kemudian dilakukan
pengolahan dan analisis, yang akhirnya dapat memberikan gambaran
tentang hubungan penerapan penggunaan media papan angka terhadap
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penlitian ini adalah tes dan
observasi.
a. Tes
Tes adalah serangkaian atau sekumpulan pertanyaan yang
diberikan kepada anak, atau orang yang di tes dan jawabannya mutlak
benar atau salah. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara
dan atauran-aturan yang sudah ditentukan. Tes yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah tes pada akhir siklus, yaitu siswa mengerjakan
soal-soal dan perintah guru yang berkaitan dengan pembelajaran dengan
materi mengurutkan bilangan pada lembar tugas yang telah disediakan.
Adapun tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur atau mengetahui
kemampuan dasar maupun pencampaian prestasi anak setelah menerima
perbaikan pembelajaran.
b. Observasi
Observasi/ pengamatan adalah proses pengambilan data dalam
penelitian, dimana pengamat melihat situasi penelitan. Pengamatan dan
pencatatan dilakukan terhadap guru dan siswa saat berlangsungnya
pembelajaran. Pada waktu observasi, observer mengamati proses
pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang
terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada guru,
daftar cek dan diisi oleh observer. Tujuan kegiatan ini diharapkan akan
diperoleh gambaran tentang interaksi antara guru dan murid, ketepatan
penggunaan media sesuai dengan yang direncanakan.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah:
1. Tes mengurutkan bilangan
Soal tes mengurutkan bilangan.
1. Tulislah bilangan dari 1 sampai 50
a. Tulislah bilangan 1 sampai 10
b. Tulislah bilangan 11 sampai 20
c. Tulislah bilangan 21 sampai 30
d. Tulislah bilangan 31 sampai 40
e. Tulislah bilangan 41 sampai 50
2. Tulislah bilangan dari 51 sampai 100
a. Tulislah bilangan 51 sampai 60
c. Tulislah bilangan 71 sampai 80
d. Tulislah bilangan 81 sampai 90
e. Tulislah bilangan 91 sampai 100
3. Urutkan bilangan dibawah ini dari yang terkecil sampai yang terbesar!
a. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!
7 20 11 25 12 26 43 49 50 35
b. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!
10 15 19 21 14 44 27 42 36 34
c. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!
16 1 5 9 22 45 37 28 33 41
d. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!
13 18 23 2 4 38 32 40 29 46
e. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!
17 3 24 6 8 31 39 48 47 30
Kolom isian untuk mengurutkan bilangan pada soal di atas!
a. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!
b. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!
d. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!
e. Urutkan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar!
4. Isilah bilangan pada kotak kosong di bawah ini dengan angka yang sesuai urutannya!
a. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!
72 75
b. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!
77 79
c. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!
81 83
d. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!
87 89
e. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!
91 93
f. Isilah bilangan pada kotak kosong dengan angka yang sesuai urutannya!
97 100
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin
timbul dan akan diamati. Observasi sebagai alat pengumpul data banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati. Pendapat Sutrisno Hadi dalam Sugiyono
(2011: 203) mengemukakan bahwa „observasi merupakan suatu proses yang
psikhologis, dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan.
Tabel 3.3
Pedoman Observasi Pengamatan Pelaksanaan Tindakan Prilaku Siswa
No. Perilaku Siswa yang
1. Bertanya kepada guru tentang materi bilangan
Tabel 3.4
Pedoman Observasi Pengamatan Pelaksanaan Tindakan Prilaku Guru
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengolah dan menginterpretasikan data
dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan
fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan
penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan
informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data pada tiap
siklus, cara yang dilakukan adalah berdiskusi dengan guru observer mengenai
proses pembelajaran yang diamati dari kegiatan mengajar dan membahas
masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama guru observer.
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan cara
mengumpulkan data berasal dari tes yang dilakukan pada akhir siklus. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam
pembelajaran, data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menganalisis data hasil tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang diperoleh
pada akhir siklus, selanjutnya dilakukan analisis terhadap data hasil tes
siswa tersebut dengan cara melihat persentase setiap skor total yang
diperoleh siswa dan dihitung dengan menggunakan rumus:
a. NA= skor x 100 = Skor ideal ...
Keterangan:
Skor ideal = Jumlah soal keseluruhan
NA = Nilai akhir
b. Menghitung rata-rata siswa dengan rumus:
Nilai rata-rata siswa =
Keterangan:
∑ nilai = Jumlah nilai siswa
n = Jumlah siswa
2. Menganalisis data hasil observasi
Menganalisis data hasil observasi dilakukan dengan
mengelompokkan pernyataan ya dan pernyataan tidak. Kemudian
menghitung persentasenya dengan rumus:
100%
f
P
X
n
KET: P = presentasi jawabanf = jumlah jenis komentar
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media papan angka dapat
meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada siswa
tunarungu kelas II SDLB di SLB Negeri Subang. Hal ini terbukti dengan hasil
tes akhir siswa tunarungu kelas II pada setiap siklusnya mengalami peningkaan,
karena pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 57,5, siklus II diperoleh nilai
rata-rata 72,5 dan siklus III diperoleh nilai rata-rata 82,5. Dari siklus I ke siklus
II ada peningkatan nilai rata-rata 15, dari siklus II ke siklus III ada peningkatan
10, dan dari siklus I ke siklus III ada peningkatan 25. berdasarkan nilai
perolehan setiap siswa berinisial LW dengan nila 85 dan AM dengan nilai 80,
sehingga sudah melebihi kriteria ketuntasan minimal dari 75.
B.Saran
1.Bagi Siswa
Diharapkan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik,
sehingga siswa dapat memahami materi dan mampu mengurutkan bilangan
asli sampai 100. Apabila anak sudah dapat mengurutkan bilangan dengan
baik, juga sebagai salah satu syarat dalam melanjutkan materi selanjutnya
2.Bagi Guru
Pengembangan inovasi pembelajaran yang lebih baik oleh guru sangat
dibutuhkan guna meningkatkan minat dan kemampuan siswa, salah satunya
dengan penggunakan media papan angka pada materi mengurutkan bilangan
asli sampai 100, sehingga dengan bantuan media tersebut, siswa dapat
mengurutkan bilangan dengan baik dan benar.
.
3.Bagi Sekolah
Pemberian motivasi terhadap guru, serta fasilitas yang relevan dengan
pembelajaran sangat dibutuhkan agar guru tidak ragu-ragu untuk membuat
seting dan memfasilitasi siswa dalam belajar baik itu media pembelajaran
maupun pendekatan pembelajaran, sehingga mutu pendidikan akan jauh
lebih baik, salah satunya penggunaan media papan angka dapat digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran terutama pada materi mengurutkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. (2011). Komunikasi Pembelajaran. Pendekatan Kompergen dalam
Peningkatan Kualitas dan Evektifitas Pembelajaran. Bandung: UPI
Depdiknas.
Anitah, Sri. (2010), Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Arsyad, Azhar. (2011), Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Asrori, Muhammad. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana
Prima.
Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB-B. Jakarta:
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Kemmis and Taggart, Mc. (1997). The Action Research Planner. Dekan
University.
Mulyasa, E. (2011). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sadiman, Arief S., Rahardjo R., Haryono A., dan Rahardjito. (2009). Media
Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sadja’ah, Edja. (2003). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Mendengar. Bandung: San Grafika.
Somantri, S. (2006 ). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet.
Susilo, Herawati., Chotimah, Husnul., Sari, Dwita S. (2008). Penelitian Tindakan
Kelas. Malang: Bayumedia Publishing.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Kamus Besar Bahasa
UUD. (2006).Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sisdiknas. Bandung : Citra Umbara.