• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN GESTURE (GERAK ISYARAT) DALAM PENGAJARAN VERBA (DOUSHI) DI KELAS XI SMAN 1 LEMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN GESTURE (GERAK ISYARAT) DALAM PENGAJARAN VERBA (DOUSHI) DI KELAS XI SMAN 1 LEMBANG."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN GESTURE (GERAK ISYARAT) DALAM PENGAJARAN VERBA (DOUSHI) DI KELAS XI

SMAN 1 LEMBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa Jepang

Disusun Oleh : DIAN ANGELLA

0902462

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

(2)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN GESTURE (GERAK ISYARAT) DALAM PENGAJARAN VERBA (DOUSHI) DI KELAS XI

SMAN 1 LEMBANG

Oleh Dian Angella

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Dian Angella 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Efektivitas Penggunaan Gesture (Gerak Isyarat) dalam Pengajaran Verba

(Doushi) di Kelas XI SMAN 1 Lembang

Nama : Dian Angella

NIM : 0902462

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Mulyana Adimihardja, M. Ed Drs. H. Sudjianto, M. Hum NIP. 194906301980031001 NIP. 195906051985031004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI

(4)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN GESTURE (GERAK ISYARAT) DALAM PENGAJARAN VERBA (DOUSHI) DI KELAS XI SMAN 1 LEMBANG

Dian Angella 0902462

ABSTRAK

Salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang harus dikuasai oleh pembelajar adalah verba (doushi). Namun, saat proses pembelajarannya banyak siswa yang mengalami kesulitan. Maka salah satu cara untuk mengatasi kesulitan tersebut yaitu dengan menggunakan teknik pengajaran yang tepat yaitu dengan menggunakan gesture. Oleh karena itu, guna meningkatkan kemampuan verba siswa tersebut, penulis melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Penggunaan Gesture (Gerak Isyarat) dalam Pengajaran Verba (Doushi) di Kelas XI SMAN 1 Lembang”. Berdasarkan hasil analisis data, nilai rata-rata postest siswa kelas kontrol adalah sebesar 63,75 dan nilai rata-rata postest siswa kelas eksperimen adalah sebesar 84,3. Hal ini ditunjukan dengan nilai (4,72) nilai (2,71). Dengan demikian, hipotesis kerja (Hk) diterima dan penggunaan gesture efektif dalam pengajaran verba (doushi). Serta dari hasil angket yang menyatakan bahwa hampir seluruh siswa menyukai penggunaan gesture dalam pengajaran verba.

(5)

EFFECTIVENESS OF GESTURE (BODY LANGUAGE) IN TEACHING VERB (DOUSHI) CLASS XI AT SENIOR HIGH SCHOOL 1 LEMBANG

DIAN ANGELLA

Japanese Language of Education

Faculty of Language and Art of Education

ABSTRACT

One of word class in Japanese language that must be have by student is verb (doushi). However, during the process of learning a lot of students have difficulty. The one way to over come this difficulties by using appropriate learning techniques by using gesture. So that, to increasing a student skill in learning verb, the writer doing a research about

“Effectiveness of Gesture in Teaching Verb (Doushi) Class XI at Senior High School 1 Lembang”. Based on analysis of data, mean of postest student of control class that didn’t give a treatment is 63,75 and mean of

postest student of experiment class that give a treatment is 84,3. This results showed by the (4,72) > (2,71). The conclusion that have a different significantly between the result of postest experiment class and control class so the work hypotheses accepted and gesture is effective in teaching verb. And the result of questionnaire almost all of student like a gesture in teaching verb.

(6)

DAFTAR ISI

1.4 Definisi Operasional...... 6

1.5 Anggapan Dasar dan Hipotesis... 7

1.6 Metode Penelitian... 7

1.7 Sistematika Penulisan... 10

BAB II LANDASAN TEORITIS... 11

2.1 Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran... 11

2.2 Hasil Belajar... 12

2.3 Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran... 13

2.4 Gesture... 14

2.5 Kelas Kata dalam Bahasa Jepang... 18

BAB III METODE PENELITIAN... 26

3.1 Metode Penelitian ......…………...………...26

3.2 Populasi dan Sampel... 28

3.3 Instrumen Penelitian... 28

3.4 Teknik Pengolahan Data... 29

3.5 Analisis Butir Soal, Validitas dan Reabilitas Instrumen... 33

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 36

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...………... 46

4.1 Dekskripsi Data Postest…………...……...46

4.2 Pengolahan Data Postest... 47

4.3 Pengolahan Data Angket... 51

(7)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...………... 62

5.1 Simpulan......…………...62

5.2 Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA... 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN : A. SURAT KEPUTUSAN PENGESAHAN JUDUL DAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI... 67

B. SURAT IZIN PENELITIAN... 69

C. SURAT KETERANGAN PENELITIAN... 70

D. EXPERT JUDGEMENT... 71

E. INSTRUMEN TES... 72

F. KUNCI JAWABAN INSTRUMEN TES... 73

G. INSTRUMEN ANGKET... 74

H. ANALISIS BUTIR SOAL, VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN TES... 77

I. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN... 89

J. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL... 131

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Jepang merupakan mata pelajaran pilihan (muatan lokal) di

sekolah yang berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang sekarang ini sudah

banyak masuk ke sekolah-sekolah. “Penyelenggaraan pendidikan bahasa

Jepang di Indonesia sudah dimulai sebelum zaman pendudukan Jepang, tetapi

penyelenggaraan secara formal di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi

dimulai tahun 60-an...” (Sutedi, 2009:13).

Pengajaran bahasa Jepang umumnya diperuntukan agar pembelajar

mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jepang. Ada dua

tuntutan dalam berkomunikasi, yaitu mampu berkomunikasi secara lisan dan

tulisan. Akan tetapi saat proses pembelajarannya, banyak siswa yang

mengalami kesulitan. Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan tersebut yaitu

dengan menggunakan teknik pengajaran yang tepat. Suyakto (1989:9)

mengemukakan bahwa teknik pengajaran adalah tingkat yang menguraikan

prosedur-prosedur tersendiri dan terperinci tentang cara pengajaran bahasa di

dalam kelas. Teknik pengajaran ini haruslah konsisten dengan metode

pembelajaran dan oleh karena itu harus selaras dan juga serasi dengan

pendekatan pembelajaran.

Maka dari itu, untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar sehingga

dapat meningkatkan minat, aktivitas, dan motivasi siswa diperlukan suatu

teknik pengajaran yang tepat. Salah satunya yaitu dengan menggunakan

gesture. Gerak isyarat atau gesture adalah tanda yang dilakukan dengan

gerakan anggota badan, dan tidak bersifat imperatif... (Chaer, 2003:41). Yang

dimaksud dengan bersifat imperatif yaitu bersifat memerintah atau memberi

komando. Misalnya, seseorang yang memperagakan kegiatan makan, orang

(9)

tangannya, tangan yang satu memperagakan seperti memegang

piring/mangkok dan tangan yang satunya lagi bergerak seperti memasukan

makanan ke dalam mulut. Dalam hal ini, alat yang dapat digunakan untuk

memasukan makanan ke dalam mulut bisa dengan sumpit, sendok dan

lain-lain. Di sini bukan hanya mengunakan gesture, tetapi mimik wajah pun

digunakan. Jadi, gesture adalah gerakan-gerakan anggota badan tertentu yang

memperagakan suatu aktivitas. Gesture tersebut akan digunakan dalam

pengajaran verba (doushi) bahasa Jepang. Doushi adalah salah satu jenis kata

dalam bahasa Jepang yang dengan sendirinya dapat menjadi predikat

(Sudjianto dan Dahidi, 2007:149).

Kelas kata bahasa Jepang dapat diklasifikasikan ke dalam 10 kelompok,

yaitu doushi (verba), i-keiyooshi/keiyooshi (ajektiva-i),

na-keiyooshi/keiyoodoushi (ajektiva-na), meishi (nomina), fukushi (adverbia),

rentaishi (prenomina), setsuzokushi (konjungsi), kandoushi (interjeksi),

jodoushi (verba bantu), joshi (partikel) (Sudjianto dan Dahidi, 2007:15). Dari

10 kelompok kelas kata tersebut, yang akan penulis teliti adalah doushi

(verba). Doushi merupakan jenis kata yang digunakan untuk mengungkapkan

aktivitas, keberadaan atau keaadan sesuatu.

Contoh penggunaan gesture pada pengajaran verba (doushi) dalam

konteks kalimat di antaranya sebagai berikut :

1. watashi wa pan o ...(tabemasu)

2. A san wa koohii o...(nomimasu)

3. B san wa terebi o... (mimasu)

4. C san wa rajio o... (kikimasu)

Pada titik-titik di atas tersebut guru melakukan gesture sesuai dengan

konteks kalimat di depan siswa, guna membantu siswa dalam melengkapi

konteks kalimat tersebut. Kemudian, siswa menjawab secara lisan/tulisan

sesuai dengan apa yang telah diperagakan.

(10)

Dalam hal ini siswa dituntut tidak hanya memiliki kemampuan dalam

aspek berbicara, tetapi dalam aspek menulis, mendengar, dan membaca.

Menurut Sutedi (2009:39), pembelajar bahasa Jepang dituntut untuk

menguasai keempat keterampilan berbahasa mulai dari mendengar (kiku

ginou), berbicara (hanasu ginou), membaca (yomu ginou), dan menulis (kaku

ginou).

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam aspek mendengar dapat dilihat

ketika siswa mendengarkan guru tersebut mengutarakan suatu konteks

kalimat. Dalam aspek berbicara dapat dilihat ketika siswa menjawab secara

lisan konteks kalimat tersebut. Dalam aspek membaca dapat dilihat ketika

siswa tersebut membacakan kembali konteks kalimat tersebut berserta

jawabannya. Dan dalam aspek menulis dapat dilihat ketika siswa menuliskan

konteks kalimat tersebut beserta jawabannya.

Upaya tersebut di atas, agar mempermudah siswa dalam mempelajari

verba (doushi) dan kegiatan belajar mengajar menjadi kegiatan yang menarik,

sehingga pengajaran bahasa Jepang tidak monoton dan tidak mudah

dilupakan.

Dengan dilatar belakangi penjelasan di atas, penulis akan melakukan

penelitian dengan judul “Efektivitas Penggunaan Gesture (Gerak Isyarat)

dalam Pengajaran Verba (Doushi) di Kelas XI SMAN 1 Lembang”.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat kemampuan verba (doushi) siswa kelas XI

SMAN 1 Lembang setelah diberikan latihan dengan menggunakan

gesture?

2. Bagaimanakah tingkat kemampuan verba (doushi) siswa kelas XI

SMAN 1 Lembang setelah diberikan latihan tanpa menggunakan

(11)

3. Adakah perbedaan kemampuan verba (doushi) siswa kelas XI

yang diberi latihan dengan menggunakan gesture dan latihan tanpa

menggunakan gesture?

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan gesture dalam

pengajaran verba (doushi)?

1.2.2 Batasan Masalah

Pembatasan penelitian sangat diperlukan agar masalah yang diteliti

lebih terarah. Sebagaimana dikemukakan oleh Surakhmad (1990:36)

bahwa :

Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya, dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut.

Berdasar pada penjelasan di atas, maka batasan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Verba (doushi) yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah verba

yang terdapat dalam Buku Pelajaran Bahasa Jepang “Sakura” Jilid 2

bab 23, 24, 27, 28, 30, 38.

2. Verba (doushi) tersebut dalam bentuk masu.

3. Gesture yang akan digunakan dalam pengajaran verba (doushi).

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan verba (doushi) siswa kelas XI

SMAN 1 Lembang setelah diberikan latihan dengan menggunakan

(12)

2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan verba (doushi) siswa kelas XI

SMAN 1 Lembang setelah diberikan latihan tanpa menggunakan

gesture.

3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan verba (doushi) siswa kelas

XI yang diberi latihan dengan menggunakan gesture dan latihan

tanpa menggunakan gesture.

4. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan gesture

dalam pengajaran verba (doushi).

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

1. Dapat mengetahui tingkat kemampuan siswa kelas XI

SMAN 1 Lembang dalam menguasai verba (doushi) setelah

diberikan latihan dengan menggunakan gesture.

2. Dapat mengetahui tingkat kemampuan siswa kelas XI

SMAN 1 Lembang dalam menguasai verba (doushi) setelah

diberikan latihan tanpa menggunakan gesture.

3. Dapat mengetahui perbedaan yang signifikan antara

kemampuan siswa yang diberikan latihan dengan

menggunakan gesture dan siswa yang diberikan latihan

tanpa menggunakan gesture.

4. Dapat mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan

gesture dalam pengajaran verba (doushi) tersebut.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pembaca diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan

2. Bagi siswa diharapkan dapat memahami dengan mudah

verba (doushi) dan meningkatkan minat siswa dalam belajar

(13)

3. Bagi guru dapat meningkatkan kinerja dalam bidangnya

secara profesional

4. Bagi lembaga dapat meningkatkan kualitas pendidikan

bahasa Jepang

1.4 Definisi Operasional

1. Gerak isyarat atau gesture adalah tanda yang dilakukan dengan gerakan

anggota badan, dan tidak bersifat imperatif... (Chaer, 2003 : 41). Yang

dimaksud dengan bersifat imperatif yaitu bersifat memerintah atau

memberi komando. Dalam penelitian ini penulis menggunakan gesture

yaitu teknik pembelajaran yang digunakan sebagai treatment atau

perlakuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan antara siswa yang

menggunakan teknik pembelajaran ini dan siswa yang tanpa menggunakan

teknik pembelajaran ini. Siswa dengan melihat gesture tersebut agar dapat

mempermudah dalam penguasaan verba (doushi) pada konteks kalimat.

2. Doushi (verba) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama

dengan adjektiva-i dan adjektiva-na menjadi salah satu jenis yoogen. Kelas

kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan

sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan dan dengan sendirinya dapat

menjadi predikat (yoogen) Nomura (Sudjianto dan Dahidi, 2007:149).

Doushi termasuk jiritsugo (tango/kata yang dapat berdiri sendiri dan dapat

menunjukkan arti tertentu), dapat membentuk sebuah bunsetsu (sebagai

satuan kalimat yang lebih besar dari pada tango/kata yang pada akhirnya

membentuk sebuah kalimat (bun)) walau tanpa bantuan kelas kata lain,

dan dapat menjadi predikat bahkan dengan sendirinya memiliki potensi

untuk menjadi sebuah kalimat. Selain itu, verba juga dapat menjadi

keterangan bagi kelas kata lainnya pada sebuah kalimat, dalam bentuk

kamus selalu diakhiri dengan vokal /u/, dan memiliki bentuk perintah

(14)

1.5 Anggapan Dasar dan Hipotesis 1.5.1 Anggapan Dasar

Dalam penelitian ini penulis mengemukakan anggapan dasar yaitu,

kemampuan siswa dalam menguasai verba (doushi) dapat ditingkatkan

dengan latihan menggunakan gesture, karena teknik pembelajaran ini

dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan menguasai

verba (doushi) bahasa Jepang siswa.

1.5.2 Hipotesis

Berdasarkan pada paparan permasalahan di atas, hipotesis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis Kerja (Hk) : Adanya perbedaan yang signifikan antara

kemampuan siswa yang diberikan latihan

dengan menggunakan gesture dan siswa yang

diberikan latihan tanpa menggunakan gesture.

2. Hipotesis Nol (Ho) : Tidak adanya perbedaan yang signifikan

antara kemampuan siswa yang diberikan

Penelitian eksperimental merupakan penelitian murni, karena di

dalamnya kegiatan mengontrol, memanipulasi, dan observasi semuanya

dilakukan (Sutedi, 2009:22). Penelitian eksperimental atau penelitian

uji coba merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam

bidang pengajaran. Tujuan metode ini yaitu untuk menguji efektivitas

dan efisiensi dari suatu teknik pengajaran dan pembelajaran, yang akan

(15)

kelas kontrol. Pada kelas eksperimen pengajaran verba (doushi) dengan

menggunakan gesture, sedangkan pada kelas kontrol tidak.

Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kepustakaan (library research), yaitu suatu bentuk penelitian

dengan tujuan untuk mendapatkan data yang menunjang yang diperoleh

dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku, atau surat kabar

atau literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

1.6.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Manusia yang dijadikan sebagai sumber data disebut populasi

penelitian, kemudian sebagian dari populasi tersebut yang dianggap

bisa mewakili seluruh karakter dari populasi yang ada dapat dipilih

untuk dijadikan subjek penelitian. Subjek penelitian tersebut disebut

sampel. Jadi, sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap

mewakili untuk dijadikan sumber data. Proses penentuan sampel dari

sejumlah populasi yang ada disebut dengan teknik penyampelan (tecnik

sampling) (Sutedi, 2009: 179).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti mengambil

populasinya yaitu seluruh siswa kelas XI di SMAN 1 Lembang.

Sedangkan, untuk sampelnya adalah siswa kelas XI IPA 4 yang

berjumlah 20 orang sebagai kelas eksperimen, dan siswa kelas XI IPA 3

yang berjumlah 20 orang sebagai kelas kontrol. Dan teknik

samplingnya adalah Teknik Random. Teknik ini dikenal dengan teknik

secara acak. Artinya kita bisa memilih sampel dari populasi dengan cara

acak seperti dengan mengundi dan sebagainya.

1.6.3 Instrumen Penelitian

Dalam pengumpulan data perlu adanya instrumen atau alat tertentu

yang sejalan dengan masalah tentang metode penelitian. Instrumen

penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau

(16)

(Sutedi, 2009 : 155). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah yang berbentuk tes dan non tes.

Menurut Sutedi (2009 : 157), tes merupakan alat ukur yang

biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah selesai

satu satuan program pengajaran tertentu.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tulisan. Tes

tulisan berupa bentuk tes objektif yaitu, completion (menyelesaikan

kalimat/isian pendek).

Sedangkan non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket, yaitu salah satu instrumen pengumpulan data penelitian yang

diberikan kepada siswa untuk mendapatkan informasi atau keterangan

siswa. Dalam penelitian ini dengan menggunakan jenis angket tertutup

(siswa dalam memberikan jawabannya), dan menggunakan jenis angket

langsung (informasi yang diperoleh siswa) terhadap penggunaan

gesture pada pengajaran verba (doushi) tersebut.

1.6.4 Teknik Pengolahan Data

Dalam pengolahan data penelitian ini, penulis menggunakan teknik

pengolahan data statistik komparansional dan teknik pengolahan data

angket.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sutedi (2009 : 228) bahwa

statistik komparasional digunakan untuk menguji hipotesis yang

menyatakan ada-tidaknya perbedaan antara dua variabel (atau lebih)

yang sedang diteliti. Disini penulis menggunakan teknik pengolahan

data statistik komparansional untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan

hasil evaluasi antara pengajaran verba (doushi) dengan latihan

menggunakan gesture dan pengajaran verba (doushi) dengan latihan

tanpa menggunakan gesture, dan berapa besar pengaruh penerapan

penggunaan gesture dalam pengajaran verba (doushi).

Dan teknik pengolahan data angket dilakukan dengan cara melihat

(17)

1.7 Sistematika Penulisan

Skripsi yang merupakan laporan hasil penelitian ini yang secara

sistematis dibagi menjadi lima bab. Bab satu berupa pendahuluan, di

dalamnya dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan dan batasan

masalah, tujuan dan manfaat pelitian, definisi operasional, anggapan dasar

dan hipotesis, metode penelitian (metode penelitian, populasi dan sampel

penelitian, instrumen penelitian, teknik pengolahan data), sistematika

penulisan. Pada bab dua dibahas mengenai landasan teoritis di dalamnya di

antaranya dibahas mengenai pengertian pembelajaran dan pengajaran, hasil

belajar, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran, gesture (latar belakang

gesture, pengertian gesture, bentuk-bentuk gesture), kelas kata dalam bahasa

Jepang (pengertian dan ciri-ciri doushi, jenis-jenis doushi, klasifikasi doushi

dalam buku sakura jilid 2, klasifikasi meishi dalam buku sakura jilid 2). Pada

bab tiga akan dibahas mengenai metode penelitian yang mencangkup metode

penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian (instrumen tes, angket),

teknik pengolahan data (tes, angket), analisis butir soal, validitas, dan

reabilitas instrumen (analisis butir soal, uji validitas, uji reabilitas), prosedur

pelaksanaan penelitian. Pada bab empat akan dibahas mengenai analisis data

dan pembahasan yang mencangkup deskripsi data postest, pengolahan data

postest, pengolahan data angket, pembahasan. Sedangkan pada bab terakhir

yaitu bab lima akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi sehubungan

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian

dilaksanakan (method = tata cara). Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode eksperimen. Jenis eksperimen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah eksperimen murni, merupakan eksperimen yang

dilaksanakan pada dua kelompok yang dipilih secara random (secara acak).

Kelompok pertama sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan,

sedangkan kelompok dua sebagai kelas control tidak. Pada kelas eksperimen

pengajaran verba (doushi) dengan menggunakan gesture, sedangkan pada

kelas kontrol tidak. Penelitian dengan prosedur eksperimen murni ditempuh

dengan tahapan berikut :

1. Tahap 1, pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol secara random

(secara acak).

2. Tahap 2, pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen yaitu mengajarkan

verba (doushi) dengan menggunakan gesture.

3. Tahap 3, pelaksanaan postest di kelas eksperimen.

4. Tahap 4, pelaksanaan penelitian di kelas kontrol yaitu mengajarkan verba

(doushi) tanpa menggunakan gesture .

5. Tahap 5, pelaksanaan postest di kelas kontrol

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain Penelitian

(19)

(http://faridanursyahidah.files.wordpress.com/2012/05/penelitian-eksperimen_farida.pdfposttest-only control group design)

Keterangan :

R : random/ acak

X : treatment/perlakuan kepada siswa (penggunaan gesture dalam

pengajaran verba (doushi))

: postest (untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberikan

treatment dengan penggunaan gesture dalam pengajaran verba

(doushi))

: postest (untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberikan

treatment tanpa menggunakan gesture dalam pengajaran verba

(doushi))

Rumus yang digunakan untuk menghitung efektivitas eksperimen adalah

Keterangan :

=

= mean (nilai rata-rata) variabel X

= mean (nilai rata-rata) variabel Y

= standar error perbedaan mean X dan mean Y � =

(20)

3.2 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa SMA.

Populasinya adalah siswa SMAN 1 Lembang kelas XI. Selanjutnya, diambil

sampel dua kelas dari sembilan kelas yang ada, yaitu kelas XI IPA 4 sebagai

kelas eksperimen dan XI IPA 3 sebagai kelas kontrol .

Adapun alasan peneliti memilih SMAN 1 Lembang sebagai tempat

penelitian di antaranya sebagai berikut :

1. Karena saat pelaksanaan penelitian, penulis sedang menjalani Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 1 Lembang, sehingga untuk

kemudahan dalam pelaksanaan penelitian maka dipilihlah SMAN 1

Lembang sebagai tempat penelitian.

3.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes dan angket.

Data dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan bahasa Jepang siswa,

khususnya dalam verba (doushi) bentuk masu setelah diterapkannya gesture.

3.3.1 Instrumen Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan

untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

http://wiliandalton.blogspot.com/2009/03/pengertian-tes-pengukuran-evaluasi-dan.html

Tes dilakukan satu kali yaitu postest yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran di kelas

eksperimen dan di kelas kontrol.

Postest dalam bentuk soal completion (menyelesaikan

kalimat/isian pendek) dan soal yang diberikan sebanyak 15 butir soal.

Untuk soal postest di kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam

indikator dan jumlah soalnya sama. Dan penilaian hasil tes

(21)

Di bawah ini dapat dilihat bobot nilai tes soal completion

(menyelesaikan kalimat/isian pendek) :

Tabel 3.1 Bobot Nilai Tes Soal Completion Jawaban Nilai

Benar 10

Salah 0

3.3.2 Angket

Instrumen lainnya dalam penelitian ini adalah berupa angket.

Angket merupakan salah satu instrumen pengumpulan data penelitian

yang diberikan kepada siswa yang berupa daftar pertanyaan tertulis

yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau

keterangan dari siswa. Dalam penelitian ini dengan menggunakan

jenis angket tertutup (siswa dalam memberikan jawabannya), dan

menggunakan jenis angket langsung (informasi yang berhubungan

dengan diri siswa) sebanyak 13 pertanyaan.

Angket ini diberikan diakhir seluruh kegiatan pembelajaran untuk

mengetahui sejauh mana tanggapan dan sikap siswa terhadap

pengajaran verba (doushi) dengan menggunakan gesture.

Pengolahan dilakukan dengan melihat presentasi jumlah jawaban

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menjumlahkan setiap jawaban angket

2. Menyusun frekuensi jawaban

3. Membuat tabel frekuensi

4. Menghitung presentase dari setiap jawaban

3.4 Teknik Pengolahan Data

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari nilai

(22)

dan angket yang diberikan kepada sampel penelitian. Setelah data diperoleh,

kemudian dilakukan pengolahan data dengan perincian sebagai berikut :

3.4.1 Tes

Bentuk tes dalam penelitian ini adalah completion (menyelesaikan

kalimat/isian pendek) yang digunakan pada saat postest. Cara

penilaian bentuk completion adalah skor sama dengan jumlah jawaban

yang benar.

Rumus penskorannya adalah sebagai berikut :

Keterangan :

= skor

∑ = jumlah jawaban yang benar

Berikut ini adalah tahap-tahap pengolahan data pada penelitian ini

sebagai berikut :

1. Mencari mean kedua variabel dengan rumus :

2. Mencari standar deviasi dari variabel X dan Y dengan rumus :

(23)

Keterangan :

= standar deviasi variabel X

= standar deviasi variabel Y

∑ = jumlah siswa variabel X (di sini harus dikuadratkan)

∑ = jumlah siswa variabel Y (di sini harus dikuadratkan)

= jumlah siswa variabel X = jumlah siswa variabel Y

3. Mencari standar error mean kedua variabel tersebut dengan rumus :

Keterangan :

= standar error mean variabel X

= standar error mean variabel Y

= standar deviasi variabel X

= standar deviasi variabel Y

= jumlah siswa variabel X = jumlah siswa variabel Y

4. Mencari standar error perbedaan mean X dan mean Y dengan

rumus :

= �

− =

� −

=

(24)

Keterangan :

= standar error mean variabel X dan mean variabel Y

= standar error mean variabel X (di sini harus dikuadratkan)

= standar error mean variabel Y (di sini harus dikuadratkan)

5. Mencari nilai dengan rumus :

Keterangan :

=

= mean (nilai rata-rata) variabel X

= mean (nilai rata-rata) variabel Y

= standar error perbedaan mean X dan mean Y

6. Memberikan interpretasi terhadap nilai tersebut.

 Hk : Terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y

 Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y

7. Membandingkan nilai dengan nilai t tabel.

 Hk diterima apabila nilai

 Hk ditolak apabila nilai

(25)

3.4.2. Angket

Data hasil angket dalam penelitian ini menggunakan rumus

sebagai berikut :

Keterangan :

P = presentase jawaban

f = frekuensi setiap jawaban dari responden

N = jumlah responden

(Sudjiono, 2001:40-41)

Setelah dihitung dengan menggunakan rumus di atas, kemudian

Permana menafsirkan hasil angket tersebut sebagai berikut :

Tabel 3.2 Tafsiran Analisis Hasil Angket :

Presentase Penjelasan

3.5 Analisis Butir Soal, Validitas dan Reabilitas Instrumen

Instrumen penelitian yang berupa tes sebelum digunakan perlu diuji

kelayakannya, yaitu dengan menggunakan statistik. Uji kelayakan instrumen

berupa analisis butir soal, dan uji validitas serta reabilitasnya.

3.5.1 Analisis Butir Soal

Analisis butir soal mencangkup tingkat kesukaran (TK), daya

pembeda (DP) dengan rumus sebagai berikut :

1. Analisis Tingkat Kesukaran (TK) dengan rumus : P = �

� x 100%

�= �+ ×− � × � �

(26)

Keterangan :

TK = tingkat kesukaran

SkA = jumlah skor jawaban kelompok atas

SkB = jumlah skor jawaban kelompok bawah

n = jumlah siswa kelompok atas atau kelompok bawah

= skor maksimal

= skor minimal

(Sutedi, 2009:216)

Penafsirannya :

Tabel 3.3 Tafsiran Tingkat Kesukaran

Presentase Penjelasan

0,00 – 0,25 Sukar

0,26 – 0,75 Sedang

0,76 – 1,00 Mudah

2. Analisis Daya Pembeda (DP) dengan rumus :

Keterangan :

= daya pembeda

SkA = jumlah skor jawaban kelompok atas

SkB = jumlah skor jawaban kelompok bawah

n = jumlah siswa kelompok atas atau kelompok bawah

= skor maksimal

= skor minimal

(Sutedi, 2009:217)

Penafsirannya :

� = � − �

(27)

Tabel 3.4 Tafsiran Daya Pembeda

Kevalidan suatu alat ukur berkenaan dengan ketepatannya dalam

mengukur apa yang hendak diukurnya (Sutedi, 2009 : 157). Valid

artinya dapat mengukur apa yang hendak diukur dengan baik. Untuk

menguji validitas dari instrumen penelitian ini, penulis telah

mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing. Selain itu, penulis

menggunakan rumus Product Moment.

Untuk menguji reabilitas perangkat tes dalam penelitian ini,

penulis melakukan teknik belah dua dengan menggunakan rumus

Product Moment, yaitu sebagai berikut :

� = ∑ − ∑ ∑

∑ − ∑ ∑ − ∑

� = ∑ − ∑ ∑

(28)

Keterangan :

= angka korelasi variabel X dan variabel Y

= jumlah siswa

∑ = jumlah variabel X dan variabel Y

∑ = jumlah variabel X

∑ = jumlah variabel Y

= jumlah variabel X (di sini harus dikuadratkan) = jumlah variabel Y (di sini harus dikuadratkan)

Dikarenakan angka korelasi dengan teknik belah dua ini tingkat

reabilitasnya hanya berlaku untuk separuh tes, setelah menggunakan

rumus di atas, maka harus dilanjutkan dengan mengunakan rumus

berikut :

Keterangan :

r = angka korelasi

(Sutedi, 2009:222)

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Dalam pengambilan data penelitian dilakukan beberapa tahap yaitu 6 kali

pertemuan di kelas eksperimen dan 6 kali pertemuan di kelas kontrol, sebagai

berikut :

Pada Kelas Eksperimen di Kelas XI IPA 4 :

1. Pertemuan 1-5, tanggal 22 Februari 2013, 1 Maret 2013, 8 Maret 2013, 15

Maret 2013, 22 Maret 2013, diberikan pengajaran verba (doushi) dalam

bentuk masu dengan menggunakan gesture di kelas eksperimen. Pada

kegiatan ini diharapkan siswa dapat memperoleh informasi verba (doushi)

sehari-hari dari melihat gesture.

(29)

Pada pertemuan ini, saat proses belajar mengajar, siswa diajarkan

materi verba (doushi) sehari-hari dalam bentuk masu. Setelah semua

materi telah disampaikan, kemudian guru mengajarkan verba (doushi)

sehari-hari dalam bentuk masu dengan memberikan terlebih dahulu contoh

suatu konteks kalimat rumpang, kemudian guru tersebut memberikan

petunjuk dengan menggunakan gesture di depan para siswa agar siswa

dapat menyelesaikan konteks kalimat tersebut. Dalam pengajaran verba

(doushi) dengan menggunakan gesture ini terbagi atas empat tahap yaitu,

tahap persiapan, pra kegiatan, kegiatan, pasca kegiatan.

a. Persiapan

Guru mengkondisikan siswa ke dalam situasi belajar yang kondusif

b. Pra kegiatan

Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan

c. Kegiatan

1) Guru memberikan contoh konteks kalimat rumpang, kemudian

diikuti gerakan gesture dengan latihan pengulangan dan latihan

pergantian (kelas – kelompok - perorangan)

2) Guru memberikan contoh konteks kalimat rumpang, kemudian

meminta 1-2 orang siswa untuk melakukan gesture dan siswa yang

lain menjawab konteks kalimat rumpang tersebut dengan latihan

pengulangan dan latihan pergantian (kelas – kelompok - perorangan)

3) Guru memantau dan memastikan siswa melakukan kegiatan

d. Pasca Kegiatan

1) Guru memberikan penguatan atas kegiatan siswa tersebut

2) Siswa dengan bimbingan guru dapat menyimpulkan hasil kegiatan

tersebut

2. Pertemuan 6, tanggal 29 Maret 2013, diberikan pengajaran verba (doushi)

dalam bentuk masu dengan menggunakan gesture. Kemudian, diberikan

(30)

Pada Kelas Kontrol di Kelas XI IPA 3 :

1. Pertemuan 1-5, tanggal 23 Februari 2013, 2 Maret 2013, 9 Maret 2013, 16

Maret 2013, 23 Maret 2013, diberikan pengajaran verba (doushi) dalam

bentuk masu dengan tanpa menggunakan gesture di kelas kontrol. Pada

pertemuan ini, dalam prosedur pelaksanaannya seperti pengajar, jumlah

jam mengajar, banyaknya materi, lama latihan, dan lain-lain dengan forsi

yang sama dengan kelas eksperimen, hanya saja yang membedakannya

adalah pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan (treatment) gesture

dalam pengajaran verba (doushi).

2. Pertemuan 6, tanggal 30 Maret 2013, diberikan pengajaran verba (doushi)

dalam bentuk masu tanpa menggunakan gesture. Kemudian, diberikan

postest di kelas kontrol.

Berikut ini adalah salah satu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

mengenai verba (doushi) bentuk masu :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMAN 1 LEMBANG

Kelas / Program : XI / IPA

Semester : 2 (dua)

Alokasi Waktu : 2 x 45 ( 1 x Pertemuan)

A.Standar Kompetensi

2. Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog

(31)

B. Kompetensi Dasar

2.1 Menyampaikan berbagai informasi secara lisan dengan lafal yang tepat

dalam kalimat sederhana sesuai konteks yang mencerminkan kecakapan

berbahasa yang santun.

C.Indikator

1. Menyampaikan informasi sederhana tentang kegiatan sehari-hari

2. Mengaplikasikan bahasa dengan baik, benar, dan santun

D.Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menyampaikan informasi sederhana tentang kegiatan

sehari-hari melalui gesture

2. Siswa dapat mengaplikasikan bahasa melalui latihan konteks kalimat

rumpang dengan baik, benar, dan santun

E. Materi Pembelajaran

Pembelajaran Kata Kerja (doushi)

F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Pendekatan : Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau

berpusat pada siswa (student centered approach)

Metode Pembelajaran : Metode GTM (Grammar Translation Method)

G.Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal / Pendahuluan (10 menit)

Guru memberikan salam, berdoa (religius), dan mengabsen siswa (disiplin)

a. Apersepsi

Guru menyampaikan apersepsi dengan cara pengajukan pertanyaan yang

(32)

Guru :

- Apa saja kegiatan yang biasa anda lakukan sehari-hari?

b. Motivasi

- Guru memotivasi siswa ke dalam situasi belajar yang kondusif

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

2. Kegiatan Inti (65 menit)

(33)

16 い berbelanja

17 berbicara

18 サッ ― bermain bola

19 パ―テ ― berpesta

20 ン berdansa

ケ―ム

memainkan suatu

permainan

22 tidur

23 bangun tidur

24 い pergi

25 datang

26 え pulang

27 ( ) あい bertemu (dengan teman)

28 berenang

29 berdiri

30 あそ bermain

31 う う い bernyanyi

32 ギ ― memetik gitar

33 う memasak

34 mengambil foto

(Namun, setiap pertemuan hanya belajar 5-6 kosakata)

Latihan Pengulangan

Guru : う

Siswa : う

Kelas – Kelompok – Perorangan

(34)

2) Pola Kalimat

KB (keterangan waktu) KK (bentuk-masu)

Pola kalimat ini digunakan untuk menyatakan kegiatan yang disertai

dengan objek.

Contoh :

Latihan Pengulangan

Guru : あ

Siswa : あ

Kelas – Kelompok – Perorangan

Latihan Pergantian

Diganti dengan あ い

あ , dan lain-lain

Kelas – Kelompok – Perorangan

Latihan Tanya Jawab

Guru : あ

Siswa :

Diganti dengan あ い

あ , dan lain-lain.

(35)

b. Elaborasi (30menit) Kegiatan :

- Guru memberikan contoh konteks kalimat rumpang, seperti :

あ ...

う ...

わ う ...

う ...

Selanjutnya melakukan gesture sebagai petunjuk bagi siswa.

Kelas – Kelompok – Perorangan

- Guru memberikan suatu konteks kalimat, kemudian meminta 1-2

orang siswa untuk memperagakan kata kerja (doushi) di depan kelas,

dan siswa yang lain menyebutkan kata kerja apa yang sesuai dengan

peragaan dari geture tersebut.

Kelas – Kelompok – Perorangan

c. Konfirmasi (5 menit)

- Memberikan umpan balik positif dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat

terhadap keberhasilan siswa (menghargai prestasi)

- Siswa dengan bimbingan guru dapat menyimpulkan hasil kegiatan

tersebut (tanggung jawab, kreatif)

3. KegiatanAkhir / Penutup (15menit)

- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

- Guru mengadakan evaluasi secara individual

(36)

H.Buku Sumber

Buku Pelajaran Bahasa Jepang SAKURA Jilid 2 The Japan

Foundation, Jakarta 2009

I. Evaluasi

Bentuk valuasi : Tertulis

Contoh evaluasi :

Terjemahkan ke dalam bahasa Jepang!

1. Saya bertemu dengan teman.

2. Saya bermain di taman

3. Ari berenang di laut

4. Ayah pulang ke rumah

Kunci Jawaban :

1. わ あい

2. わ うえ あそ

3. う

(37)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan terhadap siswa

Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2012/2013 mengenai “Efektivitas Penggunaan Gesture (Gerak Isyarat) dalam Pengajaran Verba (Doushi)”, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemampuan verba (doushi) siswa kelas XI SMAN 1 Lembang setelah

diberikan latihan dengan menggunakan gesture adalah dengan

memperoleh nilai rata-rata postest sebesar 84,3.

2. Kemampuan verba (doushi) siswa kelas XI SMAN 1 Lembang setelah

diberikan latihan tanpa menggunakan gesture adalah dengan memperoleh

nilai rata-rata postest sebesar 63,75.

3. Terdapat perbedaan kemampuan verba (doushi) siswa kelas XI yang

diberi latihan dengan menggunakan gesture dan latihan tanpa

menggunakan gesture yaitu diketahui dari perhitungan sebesar

4,72 lebih tinggi dari dengan pada taraf signifikan 1%

sebesar 2,71 ( = 4,72 2,71) yang berarti bahwa

penggunaan gesture dalam pengajaran verba (doushi) terbukti efektif.

4. Tanggapan siswa (80%) menyukai terhadap penggunaan gesture dalam

pengajaran verba (doushi)

5.2 Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian, terdapat saran yang perlu penulis

sampaikan adalah sebagai berikut :

(38)

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian baru dari

hasil penelitian ini yaitu dengan materi atau sekolah yang berbeda

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. (2003). Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta

Dahlia. (2011). Pengertian Pengajaran. [Online]. Tersedia:

http://diarydahlia.blogspot.com/2011/09/pengertian-pengajaran.html [22

Februari2013]

Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Buku Pelajaran Bahasa Jepang Sakura

Jilid 2. Jakarta: The Japan Foundation.

Feblitan. (2010). Makalah Bahasa Tubuh. [Online]. Tersedia:

http://feblitan.wordpress.com/2010/05/10/makalah-komunikasi-bahasa-tubuh/[23 Februari2013]

Kurniawan, D. (2001). Pembelajaran Terpadu. Bandung: CV. Pustaka Cendekia

Utama.

Liliweri Alo. (1994). Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti.

Nursyahidah, F. (2012). Penelitian Eksperimen. [Online]. Tersedia:

http://faridanursyahidah.files.wordpress.com/2012/05/penelitianeksperimen

_farida.pdfposttest-only control group design [9 Maret 2013]

Poerwadarminta, W. J. S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN

Balai Pustaka.

Rouli, H. (2009). Pembelajaran Kosakata Verba Bahasa Jepang melalui Media

(40)

Sudjianto dan Dahidi, A. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi:

Kesaint Blanc.

Sudjianto. (2010). Metodologi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Jepang.

Bekasi: Kesaint Blanc.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Susanti, D. (2012). Definisi Kelas Kata. [Online]. Tersedia:

http://desisusanti16.blogspot.com/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

[23 Februari2013]

Sutedi, D. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang : Panduan bagi Guru

dan Calon Guru dalam Meneliti Bahasa Jepang dan Pengajarannya.

Bandung: Humaniora.

Widyanti, R. (2012). Mengenai Gesture Orang Jepang. [Online]. Tersedia:

http://renychan18.blogspot.com/2012/09/mengenal-gesture-orang-jepang.html [23 Februari2013]

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran [22 Februari2013]

http://ms.wikipedia.org/wiki/Bahasa_isyarat [23 Februari2013]

(41)

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Bobot Nilai Tes Soal Completion
Tabel 3.2 Tafsiran Analisis Hasil Angket :
Tabel 3.3 Tafsiran Tingkat Kesukaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Marfuatun 2015 Universitas

Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 meter di atas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan dari

Pengaruh Pemberian Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggrek dan Kantong Semar (Paphiopedilum supardi braem dan loeb) Pada Media Khudson secara In vitro.. Penangkaran

Pergeseran penilaian dari kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 yakni penilaian yang semula melalui tes (mengukur kompetensi berdasarkan pengetahuan saja), menuju penilaian

Dari Hasil Observasi Penerapan Prinsip PMR oleh Guru pada siklus I memiliki beberapa gambaran, yaitu: (1) Guru sudah cukup mampu memberi soal-soal pemecahan masalah yang

Pada berkas naskah (bukan CD), gambar dilampirkan pada lembar terpisah setelah tabel dengan nomor, judul dan keterangan yang jelas pada setiap gambar. Gambar

(Seratus enam puluh sembilan juta delapan ratus ribu rupiah). Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan

Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh Potensi.. Jakarta: Penerbit Agro