• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan dan Keterlibatan Pemerintahan Daerah Dalam Pengaturan dan Pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan dan Keterlibatan Pemerintahan Daerah Dalam Pengaturan dan Pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility)."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

vi

Universitas Kristen Maranatha TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN DAN KETERLIBATAN

PEMERINTAHAN DAERAH DALAM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN

CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)

ABSTRAK

Corporate Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Perusahaan berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya. Dalam perkembangannya beberapa daerah dari tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota membuat suatu Peraturan Daerah yang mengatur mengenai CSR Perseroan Terbatas. hal tersebut menimbulkan permasalahan terkait kewenangan yang dimiliki oleh pemerintahan daerah untuk membuat Peraturan Daerah yang mengatur CSR serta keterlibatan pemerintahan daerah dalam mengatur dan melaksanakan CSR agar tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan menggunakan cara berpikir deduktif dan kriterium kebenaran koheren. Metode penelitian yuridis-normatif ini menggunakan pendekatan statute approach dan historical approach. Sifat Penelitian ini adalah Preskriptif menggambarkan ilmu hukum itu sendiri yang mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Metode ini ditujukan untuk meneliti undang-undang dan peraturan pemerintah yang berelevansi dan berkorelasi dengan CSR serta menemukan landasan yuridis dan filosofis pembentukan Peraturan Daerah Tentang CSR.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Pemerintahan daerah memiliki kewenangan untuk mengatur CSR perseroan terbatas, dilandasi oleh tujuan Negara modern yaitu

walfare state, desentralisasi, asas otonomi daerah, asas Good governance, urusan pilihan

daerah yang diamanatkan didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, serta prinsip-prinsip dari CSR yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Pemerintahan Daerah memiliki peran dalam pengaturan dan pelaksanaan CSR yaitu menjalankan amanat peraturan perundang-undangan berkaitan dengan CSR, merekomendasi anggaran yang dikeluarkan oleh Perseroan Terbatas, menetapkan bahwa anggaran dana CSR disisihkan dari laba setelah pajak, membuat panduan pembagian dan pelaksanaan CSR, membangun sinergisitas dengan perseroan terbatas, pemerintahan daerah bersifat informatif.

(2)

vii

Universitas Kristen Maranatha The term Corporate Social Responsibility (CSR) as based on Article 1, paragraph (3) of Law Number 40 of 2007 concerning Limited Companies refers to the commitment of a given company or partnership to play a role in the continuing economic development in order to increase the quality of life and the environment that may benefit both the company itself, the local community, and society at large. In the development of this particular role, several regions, ranging from the Provincial level to that of the Regency or Municipality have drawn up Regional Regulations to serve as guidelines for the CSR of Limited Companies. The latter has caused considerable problems related to the actual competence and ensuing authority on the part of the regional authorities in establishing the Regional Regulations to guide CSR, and others related to the involvement of these authorities in regulating and implementing CSR to keep these regulations from violating the regulations of the prevalent legislation.

The research method used can be classified as juridical-normative, making use of a deductive thought process and coherent criteria of truth as tools of verification. This method of research employs the statute approach and the historical approach. The nature of this research study is prescriptive, describing jurisprudence or legal science itself, making an in-depth study of legal purpose, values of justice, the validity of legal regulations, and various legal concepts and norms involved. This method aims at conducting research by carefully examining the governmental laws and regulations relevant and correlating to CSR, in addition to arriving at a legal and philosophical base in the establishment of the regional regulations concerning CSR.

The outcome of this research study indicates that the local government indeed has the competence and authority to regulate the CSR of Limited Companies, based on the aims of a modern state, namely the welfare state, and on the purposes of decentralization, the principles underlying regional autonomy, the principles of good governance, the matter of selecting the right division of regional administration as laid down in Law Number 32 of 2004 concerning Local Government, and Governmental Regulation Number 38 of 2007 concerning Division of Administrative Tasks among the National Government, Provincial Government and the regional authorities in charge of Regencies and Municipalities, as well as the various principles governing CSR aimed at promoting society’s welfare. The Regional Government has a role to play in regulating and implementing CSR, namely by providing instructions concerning these legislative regulations related to CSR, by recommending a budget to be issued by the Limited Companies involved, by ensuring that the funding for the CSR budget is being set aside for the profit gained after tax reduction, by setting guidelines for the division of tasks and implementation of CSR, and finally by developing synergy between the limited companies and the local government in truly informative ways.

(3)

xi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ………... i

Halaman Pernyataan Keaslian ……….. ii

Halaman Persetujuan Skripsi ……… iii

Halaman Pengesahan Pembimbing……… Halaman Persetujuan Panitia Sidang ………. Iv v Abstrak ……….. vi

Abstract ………. vii

Kata Pengantar ……….. viii

Daftar Isi ……… xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 9

C. Tujuan Penelitian ……… 10

D. Kegunaan ……… 10

E. Kerangka Pemikiran ……… 11

F. Metode Penelitian ……… 15

G. Sistematika Penulisan ……….. 20

BAB II PERAN SERTA PELAKU USAHA DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)……… 24 A. Kewajiban Perusahaan Di Bidang Sumber Daya Alam Untuk Masyarakat ………... 24 B. Pembangunan Perekonomian Melalui CSR (Corporate

Social Responsibility)……….

(4)

xii

Universitas Kristen Maranatha DALAM BERDASARKAN HUKUM POSITIF

INDONESIA……….. 39

A. Pemerintah Daerah Sebagai Penyelenggara Pemerintahan Di daerah Dengan Asas Desentralisasi... 39 B. Kewenangan Pemerintahan Yang Diatur Melalui

Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota…... 43 C. Kewenangan Pemerintahan Daerah Dalam Membentuk

Peraturan Daerah ……… D. Kewenangan Pemerintah Daerah Berdasarkan Peraturan

Daerah Terkait Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility)………

50

60

BAB IV KEWENANGAN DAN PERAN SERTA PEMERINTAH DAERAH DALAM MELAKUKAN CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PERSEROAN TERBATAS

65 A. Pengaturan Tentang CSR (Corporate Social

Responsibility) Perseroan Terbatas Menurut Hukum

Positif Indonesia Dan Kelemahannya ………

65 B. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Mengatur CSR

(Corporate Social Responsibility) Perseroan Terbatas...

84 C. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan CSR

(Corporate Social Responsibility) Perseroan Terbatas……

97

(5)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

B. Saran ………... 111

(6)

119

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Curriculum Vitae

Data Pribadi / Personal Details

Nama / Name : Finalia

Alamat / Address : Jl. Surya Sumantri No 68 A Bandung

Nomor Telepon / Phone : 085316765154

Email : yfinalia@yahoo.com

Jenis Kelamin / Gender : Perempuan

Tempat,Tanggal Kelahiran : Muntok, 6 April 1992

(7)

120

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan

Educational and Professional Qualification

Jenjang Pendidikan :

Education Information

2010-sekarang Universitas Kristen maranatha-Bandung (jurusan Hukum)

2006-2009 SMA N 1 Muntok-Bangka Barat

2003-2006 SMP N 1 Muntok-Bangka Barat

1997-2003 SD Muhammadiyah Muntok-Bangka Barat

1996-1997 TK aisyiah Muntok-Bangka Barat

Pendidikan Non Formal / Training – Seminar/perlombaan

1. Workshop Jurnalistik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Dinas Pendidikan, pada tanggal 23 Juni 2007.

2. Peserta Pelatihan Apresiasi Drama Melalui Kegiatan Bengkel Sastra Bagi Guru dan Siswa SMA Se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang diselenggarakan di Pangkalpinang pada tnggal 7- 10 November 2007.

(8)

4. Festival Seni Musik Tradisional Tingkat Pelajar SMP/SMA se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2006.

5. Seminar Ketatanegaraan Dalam Konstitusi yang diselenggarakan oleh: Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha, Jumat-Sabtu, 29-30 April 2011.

6. Seminar Nasional Problematika Hukum Dalam Implementasi Bisnis Dan Investasi (perspektif Multidimensi), yang diselenggarakan pada 24 November 2011.

7. Peserta Welcome To Maranatha 2010, yang diselenggarakan di Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 1 Agustus-7 November 2010. 8. Lomba Debat Mahkamah Konstitusi Perguruan Tinggi se-Indonesia

Regional III, Bandung, 18-20 Mei 2011.

9. Lomba Debat Hukum Nasional Kartohadiprojo II Universitas Parahiyangan, 2011.

10.Lomba Debat Hukum Nasional Mochtar Kusumaatmadja, Universitas Padjajaran, 2011.

11.Lomba Debat Hukum Nasional Brawijaya law fair, 2011.

12.Lomba Debat Hukum Nasional Mochtar Riady’s Universitas Pelita Harapan, 2012

13.Lomba Debat Nasional Kartohadiprojo III Universitas Parahiyangan, 2012.

(9)

122

15.Lomba Debat Hukum Nasional Universitas Indonesia tahun 2012

16.Lomba Debat Mahkamah Konstitusi Perguruan Tinggi se-Indonesia Regional III, Bandung tahun 2012

17.Public lecture maranatha Christian university 25th&26th July 2012, Speaker : Dr. Augusto Zimmermann & Dr. Darrell Furgason.

18.Delegation at international seminar programs which organized by Formah PK, Law Faculty of Brawijaya University with theme “Reform of human right enforcement in Indonesia with better and justice law change spirit thorugh rule of law theory for the national aspiration, October,1st 2012. 19.Lomba Debat Nasional Kartohadiprojo IV Universitas Parahiyangan, 2013 20.International Conference on Environment and Health “Integrating

Research Community Outreach And Service Learning” , may 22nd- 23rd 2013, in cooperation between United Board For Christian Higher Education In Asia- Soegijapranata Catholic University.

21.Seminar Nasional “Tambang Timah Untuk Kemakmuran Masyarakat”, kamis 20 Juni 2013, Gedung GBHN, Nusantara V, MPR RI Senayan. 22.Kompetisi Esai dan Karya Tulis Mahasiswa Nasional 2013 (Kertas

Nasional 2013) oleh Lembaga Penalaran dan Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

(10)

24.Kompetisi Esai Law Research institute Conference oleh Padjajaran Law Research and Debat Society Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung, Sabtu 30 November 2013.

Penghargaan yang Diperoleh:

1. Juara ketiga pemeran wanita terbaik dalam ajang Pelatihan Apresiasi Drama Melalui Kegiatan Bengkel Sastra Bagi Guru dan Siswa SMA Se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang diselenggarakan di Pangkalpinang pada tnggal 7- 10 November 2007;

2. Juara Kedua pemeran wanita terbaik dalam ajang Festival Teater Kabupaten Bangka Barat Tahun 2007 yang diselenggarakan Dinas Perhubungan Kebudayaan Dan Pariwisata kabupaten Bangka Barat;

3. Juara Kedua dalam ajang Lomba Debat Hukum Nasional Brawijaya law fair, 2011;

4. Juara Ketiga dalam ajang Lomba Debat Hukum Nasional Mochtar Riady’s Universitas Pelita Harapan, 2012;

5. Juara Ketiga dalam ajang Lomba Debat Nasional Kartohadiprojo III Universitas Parahiyangan, 2012;

6. juara Ketiga dalam ajang Lomba Debat Internal “Piala Dekan” Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha Tahun 2012.

(11)

124

cooperation between United Board For Christian Higher Education In Asia- Soegijapranata Catholic University.

8. Juara ketiga karya tulis dalam ajang kompetisi esai dan karya tulis mahasiswa nasional 2013 (Kertas Nasional 2013) di Universitas Hassanudin Makassar.

9. Juara 1 Lomba Debat Mahasiswa Aspirasi Untuk Negri BNI-TVONE Se-Jawa Barat Tanggal 16 September 2013

10.Finalis 8 besar Lomba Debat Mahasiswa Aspirasi Untuk Negri BNI-TVONE Se-Nasional, Jakarta 14-16 Oktober, 18-22 November.

Tulisan Yang Pernah Dibuat:

1. Mengembalikan Sumber Daya Alam Kepada Masyarakat (Studi Kasus Bangka) Oleh Finalia dan Magdalena Zebua, Jurnal Hukum Dan Investasi (Dialogia) Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha Bandung, Vol. 3 No 1 November 2011.

2. Execution Of The Mediation Agreement Out Of Court On The Environmental Conflict oleh Hassanain Haykal dan finalia, dalam acara Call For Paper International Conference On Environment And Health di UNIKA Soegijapranata.

(12)

Diredja dalam kompetisi esai dan karya tulis mahasiswa nasional 2013 (Kertas Nasional 2013) di Universitas Hassanudin Makassar

Pengalaman Organisasi

Organization Experience

2003-2006 Osis SMP Negeri 1 Muntok-Bangka Barat

2006-2009 Osis SMA Negeri 1 Muntok-Bangka Barat

2011-sekarang Tim Debat Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha

2011-2012 Ketua Humas Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Bangka di Bandung (ISBA)

2011-2012 Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas hukum Universitas Kristen Maranatha Tahun 2011-2012

2012-sekarang Volunteer Komunitas Sekolah Inspirasi

(13)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan Negara Republik Indonesia salah satunya yang tertuang dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 Alinea ke-4 adalah untuk mensejahterakan kehidupan umum. Untuk mensejahterakan kehidupan umum maka dibutuhkan suatu modal. Modal tersebut diantaranya adalah sumber daya alam yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Sumber daya alam yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia telah diamanatkan pemanfaatannya menurut Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”, maka jelas yang diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut bahwa kekayaan alam yang ada di Negara Republik Indonesia adalah modal untuk mencapai tujuan Negara yaitu mensejahterakan kehidupan umum seperti yang terkandung dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 Alinea ke-4.

(14)

Universitas Kristen Maranatha badan usaha yang dapat melakukan pengelolaan sumber daya alam berupa mineral dan batubara adalah badan usaha berbadan hukum1. Serta Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi bahwa badan usaha yang dapat melakukan pengelolaan sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi adalah perusahaan berbadan hukum2. Salah satu perusahaan yang berbadan hukum adalah perseroan terbatas hal ini dapat terlihat dari Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas yaitu “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi dasar aturan pengelolaan sumber daya alam maka perusahaan yang menjadi perpanjang-tanganan Negara dalam mengelola sumber daya alam tersebut harus berperan aktif dan berkontribusi penuh dalam mencapai tujuan Negara sebagaimana yang telah diamanatkan. Peran aktif dan berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat tersebut telah dibuat suatu sistem salah satunya yang dinamakan Corporate Social Responsibility yang tercantum dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) dapat

dikatakan merupakan suatu peran aktif dan kontribusi perusahaan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, karena berdasarkan karakteristiknya,

1 Pasal 1 ayat 23 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Mineral Dan Batubara

(15)

3

Universitas Kristen Maranatha Menurut Erman Rajagukguk dalam pengertian yang sempit “CSR bertujuan untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan”3. Hal ini didukung pula oleh (A+CSR INDONESIA)4 yaitu untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Sebagai salah satu sistem untuk mensejahterakan masyarakat, CSR kerap sekali menjadi perdebatan, baik dikalangan perusahaan yang memiliki tanggung jawab tersebut, pemerintah daerah dimana perusahaan tersebut berada, dan masyarakat yang mengharapkan manfaat dari CSR tersebut. Perdebatan tersebut terjadi karena dari tiga komponen diatas yaitu perusahaan, pemerintah daerah, serta masyarakat masing-masing memiliki sudut pandang, kepentingan dan harapan yang berbeda-beda pula terhadap implementasi dari CSR itu. Dari sudut pandang, kepentingan dan harapan yang berbeda-beda tersebut, agar tidak terjadi konflik diantara para pihak maka dibutuhkan suatu kejelasan/kepastian dalam pengaturan CSR ini.

Pengaturan mengenai CSR di Indonesia diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU PT) yang menyatakan bahwa:

“ (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2)Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai

3

Erman Rajagukguk, “Konsep dan Perkembangan Pemikiran Tentang Tanggung Jawab

Perusahaan”. Disampaikan dalam Workshop Tanggung Jawab Perusahaan yang

diselenggarakan di Yogyakarta 6-8 Mei 2008.

(16)

Universitas Kristen Maranatha biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3)Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.”

Pasal diatas telah menjelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usaha dibidang ataupun berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang pendanaannya diambil dari biaya perseroan, dan apabila perseroan tidak melaksanakan kewajiban tersebut maka akan dikenakan sanksi, “dengan adanya sanksi maka CSR tersebut merupakan suatu kewajiban yang dipaksakan oleh Negara Republik Indonesia bukan lagi bersifat moral karena didasarkan atas perintah dari undang-undang”5. Akan tetapi pada kenyataannya mengenai sanksi bagi perusahaan yang tidak melakukan CSR sejauh ini baik dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas belum ada pengaturan yang jelas.

Berdasarkan Pasal 74 ayat (4) Undang-Undang Perseroan Terbatas, ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Adapun esensi yang diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 diantaranya adalah:

“ (1) Tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang.

5

(17)

5

Universitas Kristen Maranatha (2) Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dilakukan di dalam

ataupun di luar lingkungan Perseroan.

(3) Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan yang memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya.

(4) Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan disusun dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(5) Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan wajib dimuat dalam laporan tahunan Perseroan untuk dipertanggungjawabkan kepada RUPS.

(6) Penegasan pengaturan pengenaan sanksi Perseroan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

(7) Perseroan yang telah berperan dan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat diberikan penghargaan oleh instansi yang berwenang.”

Dari Peraturan Pemerintah diatas terlihat jelas bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 merupakan penjabaran dari pengaturan CSR yang terdapat didalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Mengatur secara jelas mengenai subyek hukum mana yang wajib melakukan CSR, adapun pihak yang wajib melakukan CSR berdasarkan peraturan pemerintah tersebut adalah setiap perseroan. Selain itu diatur pula mengenai pengalokasian dana CSR yang mana CSR tidak hanya diperuntukan untuk diluar perseroan tetapi juga diperuntukan untuk didalam perseroan. Penegasan bahwa pelaksanaan CSR dilakukan oleh perseroan. Penegasan sanksi, meskipun tidak diatur secara jelas sanksi seperti apa yang akan diberikan kepada perseroan yang tidak melaksanakan CSR. Serta menjelaskan peran pemerintah dalam CSR perseroan.

(18)

Universitas Kristen Maranatha Terbatas, khususnya berkaitan dengan kewenangan daerah. Ketidakjelasan tersebut memunculkan keinginan baik dari pemerintahan tingkat Provinsi hingga Kabupaten/Kota untuk membuat suatu Peraturan Daerah Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan. Adapun Provinsi atau Kabupaten/Kota yang telah mensahkan Peraturan Daerah tentang CSR adalah Provinsi Jawa Timur, Provinsi Riau, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kendal, dan lain-lain telah mensahkan Peraturan Daerah tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

Peraturan Daerah tersebut menimbulkan berbagai macam permasalahan dan pertanyaan. Permasalahan mengenai “ketidakjelasan payung hukum yang mengamanatkan untuk adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang CSR baik dari Undang-undang maupun Peraturan Pemerintah yang baru saja disahkan”6. Selain itu kewenangan dan keterlibatan Pemerintahan Daerah dalam Pengaturan CSR. Serta “materi muatan Peraturan Daerah tentang CSR agar tidak bertentangan dengan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang mengatur dan mengamanatkan CSR”7.

Melihat permasalahan di atas bahwa adanya ketidakjelasan mengenai payung hukum yang mengamanatkan adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang CSR dan dalam hal apa saja Pemerintah daerah dapat terlibat untuk mengatur CSR agar tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip CSR,

6

Rahmatullah, CSR dan Kepentingan Pemerintah Daerah, Proceding Simposium Nasional Otonomi Daerah LAB-ANE FISIP Untirta, 2011, hlm 197.

7 Fadli. Moh. Noch, “Euphoria Peraturan Daerah Corporate Social Responsibility (CSR)”, 2010.

(19)

7

Universitas Kristen Maranatha undang dan peraturan pemerintah. Maka diperlukan penelitian untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut. Jika permasalahan diatas tidak dicarikan solusinya maka akan terjadi ketidakpastian hukum, sehingga apabila terjadi ketidakpastian hukum hal ini bertentangan dengan tujuan hukum. Menurut Gustav Radbruch mengatakan tujuan hukum pada umumnya terdiri dari tiga nilai dasar, antara lain keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Maka dalam mewujudkan tiga nilai dasar tersebut peneliti merasa sangat penting untuk mencari solusi tentang kewenangan dan keterlibatan Pemerintah Daerah dalam pengaturan dan pelaksanaan program CSR perseroan.

Penulis tertarik membahas mengenai kewenangan dan keterlibatan Pemerintah Daerah dalam pengaturan dan pelaksanaan program CSR perseroan karena sangat berelevansi dan berkorelasi dengan bidang kajian ilmu yang ditelaah yaitu hukum bisnis dan investasi dan sudut pandang penganalisisan yang menggunakan teori-teori hukum perusahaan dan pemerintah daerah merupakan implementasi dari mata kuliah tersebut.

(20)

Universitas Kristen Maranatha Pemerintah Daerah menerbitkan Peraturan Daerah karena belum optimalnya perusahaan dalam menjalankan aktivitas CSR”8.

Berangkat dari wacana-wacana keterlibatan stakeholder dalam hal ini Pemerintah Daerah maka timbul permasalahan seperti yang tadi telah disebutkan diatas yaitu bagaimana sudut pandang hukum memandang keterlibatan serta peran pemerintah daerah dalam CSR yang menjadi kewajiban perseroan tersebut, apakah pemerintah daerah berhak untuk terlibat dalam implementasi CSR baik dari regulasi berupa Peraturan Daerah atau turut serta dalam pengalokasian dana dan pelaksanaan CSR itu sendiri.

Diharapkan dengan adanya penelitian ini tindakan pemerintah daerah yang terlibat dalam implementasi CSR serta regulasi yang akan dibuat untuk keberlangsungan CSR itu sendiri dapat sejalan dengan aturan hukum yang ada dan tidak bertentangan, serta mampu menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan dari CSR itu dan mewujudkan tujuan hukum untuk menciptakan kepastian hukum terhadap tiga komponen yang disebutkan diatas.

Apabila permasalahan dalam aspek legal atau tidak legalnya keterlibatan dan peran pemerintah dalam CSR suatu perseroan baik dalam hal implementasi dan regulasi ini tidak dicarikan solusinya berupa landasan yuridis yang melandasi hal itu, maka akan terjadi kekosongan hukum yang mana hal itu tidak sejalan dengan konsep Negara Hukum yang telah diamanatkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945 bahwa Indonesia adalah Negara Hukum yang mana segala sesuatu harus berdasarkan hukum atau

8 Rahmatullah, CSR dan Kepentingan Pemerintah Daerah, Proceding Simposium Nasional

(21)

9

Universitas Kristen Maranatha Rechstaat. Maka berdasarkan hal tersebut kiranya penelitian mengenai “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN DAN KETERLIBATAN PEMERINTAHAN DAERAH DALAM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)” mutlak harus dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Untuk membatasi sudut pembahasan terhadap masalah CSR yang luas seperti terurai diatas, maka materi ini dikhususkan pada pembahasan mengenai Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan dan Keterlibatan Pemerintah Daerah Dalam Pengaturan dan Pelaksanaan Program CSR. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana ruang lingkup dan peran Pemerintahan Daerah menurut hukum positif di Indonesia terkait pelaksanaan CSR?”

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan CSR menurut hukum positif di Indonesia?

2. Bagaimana ruang lingkup kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengatur CSR?

(22)

Universitas Kristen Maranatha C. Tujuan Pembahasan dan Sasaran

1. Membahas dan mengkaji tentang CSR dari dasar filosofis Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan peraturan yang berada dibawahnya.

2. Membahas dan mengkaji ruang lingkup kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengatur CSR dengan melihat aturan hukum yang berkaitan dengan Pemerintahan Daerah.

3. Membahas dan mengkaji peran Pemerintah Daerah dalam proses pelaksanaan CSR.

D. Kegunaan

1. Kegunaan akademisi, penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat: a) Secara teoritis diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengemban

ilmu hukum khususnya didalam bidang Perusahaan dan Hukum Pemerintah Daerah.

b) Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum terutama yang berkaitan dengan CSR.

2. Kegunaan Praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam praktik antara lain:

a) Sebagai sumber informasi bagi akademisi, pengamat, masyarakat, pembuat peraturan daerah dalam membuat peraturan daerah tentang CSR.

(23)

11

Universitas Kristen Maranatha perusahaan untuk melibatkan pemerintah daerah dalam implementasi CSR.

c) Sebagai wacana yang luas yang dapat dibaca oleh mahasiswa hukum khususnya atau juga masyarakat luas pada umumnya.

E. Kerangka Pemikiran

Bahwa kesejahteraan dan kemakmuran merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh Negara Republik Indonesia sesuai amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 alinea ke-4. Menurut Franz Magnis Suseno:

“ Tujuan Negara untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum, apabila kita bertolak dari tugas negara untuk mendukung dan melengkapkan usaha masyarakat untuk membangun suatu kehidupan yang sejahtera, di mana masyarakat dapat hidup dengan sebaik dan seadil mungkin. Kesejahteraan umum adalah kesejahteraan yang menunjang tercapainya kesejahteraan anggota-anggota masyarakat. Dengan demikian kesejahteraan umum dirumuskan sebagai jumlah syarat dan kondisi yang perlu tersedia agar para anggota masyarakat dapat sejahtera. Kesejahteraan umum dapat dirumuskan sebagai “keseluruhan prasyarat-prasyarat sosial yang memungkinkan atau mempermudah manusia untuk mengembangkan semua nilainya”, atau sebagai “jumlah semua kondisi kehidupan sosial yang diperlukan agar masing-masing individu, keluarga-keluarga, dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mencapai keutuhan atau perkembangan mereka dengan lebih utuh dan cepat”. Dalam mewujudkan kesejahteraan sosial yang diciptakan oleh Negara adalah prasyarat-prasayarat obyektif yang perlu tersedia agar kesejahteraan masing-masing anggota masyarakat dapat terwujud. Negara bertugas untuk menciptakan prasarana-prasarana yang diperlukan masyarakat agar dapat sejahtera, tetapi yang tidak dapat dijamin oleh masyarakat itu sendiri”9.

Seperti yang disebutkan diatas bahwa tujuan negara adalah untuk mensejahterakan umum dan dalam mewujudkan kesejahteraan umum tersebut Negara perlu menciptakan prasyarat-prasyarat sosial dan prasarana-prasarana yang diperlukan agar dapat sejahtera tetapi yang tidak dapat dijamin oleh

9 Franz Magnis-Suseno, Etika Politik Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta,

(24)

Universitas Kristen Maranatha masyarakat itu sendiri, sebagai contoh infrastruktur yang memadai, kebutuhan yang tercukupi dari sandang, pangan, dan papan, pendidikan yang terjamin, prasarana-prasarana yang mengakomodir usaha-usaha masyarakat agar mampu bertumbuh dan maju.

Dalam pemenuhan prasyarat-prasyarat sosial dan prasarana-prasarana umum tersebut dibutuhkan suatu cara dan modal agar hal itu dapat terealisasikan. Sejauh ini kesejahteraan telah dibangun oleh Pemerintahan sebagai keterwakilan Negara untuk mewujudkan tujuan negara tersebut dengan membangun perusahaan-perusahaan, industri dan aturan hukum yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia yang diharapkan dari kesemua elemen tersebut mampu mencapai tujuan negara untuk mensejahterakan umum dan hal itu merupakan cara Negara untuk mencapai tujuannya. Sebagai salah satu contoh cara Negara untuk mewujudkan tujuan negara untuk mensejahterakan masyarakat adalah dengan dibuatnya aturan hukum yang mengatur perusahaan yang mengelola sumber daya alam untuk melakukan CSR.

(25)

13

Universitas Kristen Maranatha tersebut jelas sekali bahwa Perseroan yang mengelola sumber daya alam yang diwajibkan untuk melakukan CSR harus berperan serta dalam pembangunan berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan untuk masyarakat.

Namun pengaturan tentang CSR yang diatur didalam Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tidak rinci dan tidak lengkap, seperti adanya ketentuan sanksi dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas akan tetapi tidak diatur secara eksplisit sanksi yang diberikan kepada Perseroan atau pelaku usaha yang bergerak dibidang sumber daya alam yang tidak melakukan CSR, Mekanisme pelaksanaan CSR, serta pendistribusian CSR itu sendiri tidak diatur secara rinci didalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas yang mengamanatkan CSR tersebut. Dari ketidakjelasan tersebut dimungkinkan akan menghambat peran serta perseroan melalui program CSR nya untuk terlibat dalam peningkatan kualitas kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk turut serta dapat mensejahterakan masyarakat.

Oleh karena itu perlu ada penelitian lebih lanjut agar pengaturannya lebih baik, hal ini berkaitan bahwa Indonesia adalah Negara hukum atau Rechstaat berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga

(26)

Universitas Kristen Maranatha permasalahan serta mewujudkan apa yang menjadi tujuan dari Negara Hukum itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Mochtar Kusumaatmaja dalam bukunya menjelaskan bahwa:

“ Hukum merupakan “sarana Pembaharuan masyarakat” didasarkan kepada anggapan bahwa adanya keteraturan atau ketertiban dalam usaha pembangunan dan pembaharuan itu merupakan suatu yang diinginkan atau dipandang (mutlak) perlu. Anggapan lain yang terkandung dalam konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan adalah bahwa hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum memang bisa berfungsi sebagai alat (pengatur) atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia kearah yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan.” 10

Berdasarkan pendapat Moctar kusumaatmadja, hukum merupakan sarana pembaharuan masyarakat, dimana dapat dikatakan bahwa hukum berfungsi sebagai alat pengatur yang memberikan arah kegiatan manusia, sehingga dengan mengikuti hukum, masyarakat dapat mencapai tujuan yang dikehendakinya.

Hal ini juga didukung oleh pendapat dari Sunaryati Hartono mengatakan bahwa fungsi hukum dalam pembangunan ekonomi adalah:

1. Hukum sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan

Hukum untuk memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat yang ditujukan agar masyarakat dapat memperoleh keadilan sosial.

2. Hukum sebagai sarana pembangunan

Agar sistem ekonomi sesuai dengan yang ideal falsafah Pancasila maka dalam hal pembangunan ekonomi butuh perencanaan. Untuk mengatur perencanaan maka dibutuhkan hukum.

3. Hukum sebagai sarana penegak keadilan

Pembangunan yang berencana bertujuan untuk perubahan masyarakat yang dipercepat, maka fungsi hukum sebagai sarana keadilan baru terpenuhi, apabila tiap-tiap kaidah hukum kita itu memungkinkan terjadi perubahan antar kaidah hukum antar manusia dalam masyarakat. Akan tetapi dalam pada waktu itu tetap memelihara keadilan sekalipun terjadi perubahan dalam pembangunan.

4. Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat

10 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional, Bandung:

(27)

15

Universitas Kristen Maranatha Masyarakat diberi pendidikan melalui hukum untuk mengalami perubahan-perubahan nilai-nilai kesukuan menjadi nilai-nilai yang berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila11.

Seperti yang dikatakan oleh Sunaryati Hartono bahwa fungsi hukum salah satunya yaitu sebagai sarana pembangunan, sehingga dari hal ini jelas sekali bahwa hukum mampu menjadi salah satu metode untuk mewujudkan pembangunan. Oleh karena itu dari kedua pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pentingnya keteraturan dan kepastian hukum tentang CSR agar mampu mewujudkan apa yang telah direncanakan dari CSR itu sendiri.

F. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian senantiasa digunakan cara kerja. Cara kerja adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis, menjawab, dan memecahkan masalah dalam penelitian. Cara kerja inilah yang dikategorikan sebagai metode penelitian. Adapun penelitian ini menggunakan metode yuridis-normatif. Metode penelitian yuridis-normatif digunakan untuk menemukan kebenaran dalam suatu penelitian hukum dilakukan melalui cara berpikir deduktif dan kriterium kebenaran koheren. Kebenaran dalam suatu penelitian sudah dinyatakan dapat dipercaya tanpa harus melalui proses pengujian atau verifikasi. Verifikasi di dalam Metode Yuridis-Normatif dilakukan dengan pengujian cara berpikir (logika) dari hasil penelitian oleh kelompok sejawat sebidang atau peers group. Metode penelitian yuridis-normatif ini menggunakan pendekatan statute approach dan historical approach.

11 Sunaryati Hartono, Hukum Pembangunan Ekonomi Indonesia, Bandung: Binacipta, 1982, hlm.

(28)

Universitas Kristen Maranatha 1. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan statute approach yaitu penelitian hukum yang menelaah semua undang-undang & regulasi yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang ditangani. Bentuk penelitiannya berupa konsistensi dan keseusaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya, undang-undang dengan undang-undang dasar, antara regulasi dengan undang-undang. Menangkap kandungan filosofi yang ada dibalik lahirnya undang-undang tersebut dan menyimpulkan mengenai ada tidaknya benturan filosofis antara undang-undang dengan isu yang dihadapi12. Dalam Penelitian melakukan pendekatan statute approach ini, yang dilakukan adalah meneliti undang-undang dan peraturan pemerintah yang berelevansi dan berkorelasi dengan CSR.

Pendekatan Historis (Historical Approach) ini membantu peneliti untuk memahami filosofi dari aturan hukum dari waktu ke waktu. Di samping itu, melalui pendekatan demikian peneliti juga dapat memahami perubahan dan perkembangan filosofi yang melandasi aturan hukum tersebut13. Dalam penelitian melakukan Pendekatan Historis ini, yang dilakukan adalah mengetahui apakah Peraturan Daerah tentang CSR serta Peraturan Pemerintah Tentang CSR mempunyai dasar Filosofis dari prinsip-prinsip CSR itu sendiri serta bentuk pengamanatan yang terdapat didalam UUD 1945 yang juga menjadi landasan Filosofis munculnya perihal CSR didalam UU PT.

12 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 96.

(29)

17

Universitas Kristen Maranatha 2. Penelitian Statute Approach dan Historical Approach menggunakan data

sekunder, terdiri dari:

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru atau mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai gagasan atau ide. Bahan hukum Primer ini mencakup peraturan perundang-undang antara lain, Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Daerah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

(30)

Universitas Kristen Maranatha 3. Langkah-langkah Penelitian

Langkah penelitian dilakukan melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan menunjuk pada suatu cara memperoleh data yang diperlukan, dengan menelusuri dan menganalisis bahan pustaka dan dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan. Tindakan-tindakan yang termasuk pula dalam langkah penelitian dengan metode penelitan Statute Approach dan Historical Approach antara lain:

a) Penelitian yang berupa inventarisasi peraturan perundang-undangan mengenai atau yang berkaitan dengan isu, baik yang berupa legislation maupun regulation bahkan juga delegated

legislation dan delegated regulation14.

b) Penelitian yang berupa usaha-usaha penemuan asas-asas dan dasar filosofis hukum positif yang berasal dari buku-buku hukum dari waktu ke waktu yang mempunyai relevansi dengan isu yang akan dipecahkan15.

4. Sifat Penelitian

Penelitian skripsi ini bersifat preskriptif, yaitu dengan menggambarkan ilmu hukum itu sendiri yang mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sifat preskriptif dimana suatu penerapan yang salah akan berpengaruh terhadap sesuatu yang bersifat substansial. Suatu tujuan

14 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 194.

15 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hlm.

(31)

19

Universitas Kristen Maranatha yang benar tetapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang hendak dicapai akan berakibat tidak ada artinya. Mengingat hal tersebut dalam menetapkan standar prosedur atau acara harus juga berpegang kepada sesuatu yang substansial. Dalam hal inilah ilmu hukum yang bersifat preskriptif akan menelaah kemungkinan-kemungkinan dalam menetapkan standard dan cara tersebut. Hasil dari studi tersebut berupa preskripsi-preskripsi16. Sehingga dari penelitan yang bersifat preskriptif ini dapat menemukan standart dan cara agar mencapai dari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum.

5. Teknik Pengumpulan Dan Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum diperoleh dari berbagai sumber. Bahan hukum yang diperoleh keseluruhannya dikumpulkan baik berupa buku, literatur, makalah ataupun jurnal.

Setelah bahan dikumpulkan, digunakan metode deduktif untuk menganalisis bahan-bahan kepustakaan yang telah diperoleh. Dengan menggunakan metode deduktif ini dapat diketahui bagaimana pengaturan CSR perusahaan saat ini yang diatur didalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, bagaimana ruang lingkup kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengatur CSR perusahaan dan bagaimana seharusnya peran serta Pemerintah Daerah dalam proses pelaksanaan CSR.

(32)

Universitas Kristen Maranatha G. Sistematika Penelitian

BAB I :PENDAHULUAN

Pada bagian ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

(33)

21

Universitas Kristen Maranatha tersebut. Dalam sub. D yang berjudul Pelaksanaan CSR di Indonesia akan menjelaskan bagaimana implementasi CSR yang diatur oleh hukum positif di Indonesia.

BAB III :PEMERINTAH DAERAH DAN KEWENANGANNYA BERDASARKAN HUKUM POSITIF INDONESIA

(34)

Universitas Kristen Maranatha BAB IV :KEWENANGAN DAN PERAN SERTA PEMERINTAH

DAERAH DALAM MELAKUKAN CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)

(35)

23

Universitas Kristen Maranatha BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(36)

110

Universitas Kristen Maranatha BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. CSR (Corporate Social Responsibility) dalam perkembangannya bersifat sukarela. Kemudian semenjak aturan CSR dimuat dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menjadikan sifat CSR di Indonesia yang semula sukarela menjadi suatu kewajiban. CSR diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan terbatas. Namun dalam pengamanatan CSR yang terdapat dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas masih terdapat banyak kelemahan. Oleh karena itu beberapa Daerah di Indonesia baik dari tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten/kota membuat peraturan daerah yang mengatur tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk menyempurnakan pengamanatan CSR tersebut.

(37)

111

Universitas Kristen Maranatha Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/kota ,tujuan dari CSR, dan good governance .

3. Peran pemerintahan daerah tidak berbeda dengan peran pemerintahan pusat dalam melakukan pelaksanaan CSR dari yang diamanatkan oleh UUD 1945, UUPT, Peraturan Pemerintah tentang CSR, hingga konsep atau doktrin CSR secara Internasional maupun Nasional. Pemerintahan daerah berperan menetapkan anggaran CSR berasal dari laba setelah pajak dan merekomendasikan berapa besar anggaran yang seharusnya dikeluarkan oleh perseroan terbatas dengan mempertimbangkan potensi resiko dan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing Daerah. Selain itu peran pemerintahan daerah memberikan panduan dalam pembagian dan pelaksanaan CSR agar tepat sasaran sesuai dengan perencanaan daerah dimana perseroan tersebut berada dengan bersinergi dan bersifat informatif terhadap perseroan terbatas yang memiliki kewajiban CSR. Membentuk dan menjadi bagian dari Tim Khusus yang mengawasi dan melakukan evaluasi pelaksanaan CSR.

B. Saran

1. Sudut Akademik

(38)

Universitas Kristen Maranatha tujuan dari Negara yaitu kesejahteraan umum, karena tidak dapat dipungkiri, sumbangan pemikiran mengenai ide-ide sangatlah diperlukan terutama bagi kebijakan-kebijakan peraturan daerah tentang CSR.

2. Sudut Pemerintahan Pusat

Meninjau kembali Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas terutama pasal-pasal yang memberikan batasan bagi pihak luar untuk turut terlibat dalam pelaksanaan CSR serta pasal yang memuat ketentuan bahwa pelaksanaan CSR dilakukan di dalam dan di luar perseroan terbatas karena pelaksanaan CSR untuk di dalam perseroan terbatas akan bertentangan dengan prinsip-prinsip dari CSR itu sendiri dan dimungkinkan akan memunculkan kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan CSR tersebut.

Memuat keterlibatan Pemerintahan Daerah dalam mengatur pelaksanaan CSR didalam Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Pemerintahan Daerah atau CSR.

3. Sudut Pemerintahan Daerah

Menetapkan CSR perseroan terbatas menjadi urusan pilihan pemerintahan daerah dengan mengusulkan kepada pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri, Sehingga pemerintahan daerah berhak untuk mengatur pelaksanaan CSR.

(39)

113

Universitas Kristen Maranatha dari penulis sebagai referensi dalam membuat materi muatan peraturan daerah tentang CSR.

4. Sudut Perusahaan

Perusahaan dalam pelaksanaan CSR diharapkan mampu bersinergi dengan pemerintahan daerah agar pendistribusian CSR mampu tepat sasaran karena pemerintahan daerah yang mengetahui kebutuhan dari daerahnya, hal ini bertujuan agar CSR dapat berjalan sesuai dengan landasan filosofis munculnya CSR serta konsep-konsep CSR untuk mensejahterakan masyarakat.

5. Sudut masyarakat

(40)

114

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Anton M. Moeliono, dkk, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995.

Bhenyamin hessein, desentralisasi dan Otonomi Daerah , dalam Paradigma Baru Otonomi Daerah, P2p-LIPI, Jakarta, 2001.

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri, Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility),

Refika Aditama, Bandung, 2007.

F.A.M Stroink, Pemahaman Tentang Desentralisasi, diterjemahkan Ateng Syafrudin, Refika Aditama, Bandung, 2006.

Farmer, Richard N & Hogue, W. Dickerson, Corporate Social Responsibility, DC Health and Company, Toronto, 1988 dikutip dari Isa Wahyudi, Busyra

Azheri, Corporate Social Responsibility, In-Trans Publishing, Malang, 2008.

Franz Magnis-Suseno, Etika Politik Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta, 2003.

(41)

115

Universitas Kristen Maranatha Ketetapan-ketetapan MPR RI Sidang Tahunan MPR RI 7-18 Agustus 2000,

Penerbit CV. Eko Jaya, Jakarta, 2000.

Kotler, Philip dan Nancy Lee, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Doing the Most Good for Your Company and Your Cause. New Jersey:

John Wiley & Sons, Inc. 2005.

Kuncoro, A., Corruption and Business Uncertainty in Indonesia, Asean Economic Bulletin,2006.

Lukman Hakim, Filosofi kewenangan Organ Lembaga Daerah, Setara Press, Malang, 2012.

Mohammad Hatta, Penjabaran Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, Mutiara, Jakarta, 1977.

Nicolai P. & Olever, B.K., Bestuursrecht, Amsterdam, 1994.

Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara (I), Sinar Harapan, Jakarta, 1993.

Ni’Matul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa Media, Bandung, 2009. Mochtar Kusumaatmadja. Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum

Nasional, Binacipta, Bandung, 1976.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2008.

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982.

Soehino, Ilmu Negara, liberty, Yogyakarta, 2006.

(42)

Universitas Kristen Maranatha B. Jurnal

Achmad Ferry Kusuma Wardani, Kewenangan Pemerintahan Daerah Dalam Menyalurkan Dana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Kepada

Masyarakat, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, 2013.

Suprapto, KEWENANGAN PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CSR) PADA ERA OTONOMI DAERAH, Jurnal Ilmu

Hukum Jilid 7, Nomor 2, Juli 2012 FH UNPAR ISSN 2085-4757

J.Ronald Mawuntu, ‘Konsep Penguasaan Negara Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 dan Putusan Mahkamah Konstitusi, Vol.XX/No.3/April-Juni/2012

Chairil N. Siregar, Analisis Sosiologis Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility Pada Masyarakat Indonesia, Jurnal Sosioteknologi,

Edisi 12 Tahun 6, Desember 2007.

Susilo Adi, Priyanto. 2008. Implementasi Corporate Social Responsibility Untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. ISSN. 1907-0489

Volume 4, No.2.

C. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945

(43)

117

Universitas Kristen Maranatha Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas

D. Website

http://infocsr.net/read/851/12/10/2011/latofi,-ahli-csr-indonesia:-csr-harus-direncanakan-dengan-baik.html

http://rosadyruslanhumas.blogspot.com/2009/04/penolakan-mk-terhadap-uji-material-uu.html.

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ekonomi_pembangunan/bab_3_teo ri_pertumbuhan_dan_pembangunan_ekonomi.pdf

http://www.csrindonesia.com/data/articles/20110618064947-a.pdf http://www.djpp.kemenkumham.go.id/hukum-bisnis/84-tanggung-jawab- sosial-perusahaan-corporate-social-responsibility-dan-iklim-penanaman-modal.html.

(44)

Universitas Kristen Maranatha E. Lain-lain

Erman Rajagukguk, Workshop tanggung jawab perusahaan “Konsep dan Perkembangan Pemikiran Tentang Tanggung Jawab Perusahaan”,

Yogyakarta 6-8 Mei 2008.

Majalah Bisnis dan CSR, Latofi Enterprise, Jakarta, Oktober 2007.

Rahmatullah, CSR dan Kepentingan Pemerintah Daerah, Proceding Simposium Nasional Otonomi Daerah LAB-ANE FISIP Untirta, 2011. Surat Keputusan Nomor : II4I/Tbk/SK-0000/2009-BI tentang Pedoman

Referensi

Dokumen terkait

c) Duduk dengan kaki kanan lurus dan kaki kiri dilipat dibawah lutut kaki kanan kemudian cium lutut hitung sampai hitungan ke- 10, posisi kaki kanan dan kiri bergantian..

13. Melaksanakan pertemuan berkala dengan kepala seksi di lingkungan bidang pelayanan untuk memantau dan membahas masalah pelayanan.. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas yang ada

Pengujian terbang dilakukan untuk menguji pengiriman paket data dan video streaming dari unit pengiriman menuju stasiun pemantauan.Dari pengujian terbang seperti pada Gambar

Hasil penelitian Pengembangan Modul Praktikum BerbasisMultimedia Interaktif pada Praktikum Elektronika Dasar I Materi Dioda II Mahasiswa Pendidikan Fisika UIN Walisongo

Simpulan dari hasil penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri se Kecamatan Lamongan, secara keseluruhan bahwa tingkat pemahaman guru terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 pada

Sedangkan di Kelurahan Sidorukun Kecamatan Gresik berdasarkan hasil uji Fisher’ Exact Test, dapat diketahui, p = 0,387 dengan mengunakan α = 0,05 yang berarti p =

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih, dan bimbinganNya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Adapun satistik uji ‘t’ yang digunakan yaitu uji dua pihak karena sesuai dengan tujuan penelitian yang dikemukakan sebelumnya yaitu untuk menentukan perbedaan