• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penderita Rawat Inap Demam Tifoid di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sakidin Bandung Periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Penderita Rawat Inap Demam Tifoid di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sakidin Bandung Periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2012."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

GAMBARAN PENDERITA RAWAT INAP DEMAM TIFOID DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HASAN SADIKIN BANDUNG

PERIODE 1 JANUARI 2012 – 31 DESEMBER 2012

Ajeng Miranti. 2014. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana,dr., M.H.

Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia.Di Jawa Barat, prevalensi demam tifoid menurut Riset Riskesdas tahun 2009 adalah 2,14 per 1.000. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran penderita demam tifoid yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin

Bandung periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan cara mengumpulkan data penderita demam tifoid yang dirawat inap di RSUP Hasan Sadikin Bandung.

Hasil penilitian menunjukkan bahwa dari 252 kasus, insidensi tertinggi terjadi pada kelompok usia 6-10 tahun pada perempuan.Keluhan terbanyak yang didapatkan pada penderita adalah demam. Manifestasi klinik tersering yang ditemukan adalah typhoid tongue. Pada pemeriksaan darah rutin anemia lebih banyak didapatkan, dan pada pemeriksaan serologis yaitu Uji Tubex dan Uji Widal, keduanya lebih sering didapatkan hasil yang positif. Lama perawatan rata-rata adalah 4,8 hari.

Simpulan hasil penelitian yaitu terdapat 252 kasus, penderita lebih banyak didapatkan perempuan dengan rentang usia 6-10. Keluhan terbanyak adalah demam, manifestasi klinik tersering yang ditemukan adalah typhoid tongue, hasil pemeriksaan darah rutin yang sering ditemukan adalah anemia, sebagian besar Uji Tubex dan Uji Widal yang dilakukan memberikan hasil yang positif dan lama perawatan rata-rata adalah 4,8 hari.

(2)

v

ABSTRACT

A DESCRIPTION OF TYPHOID FEVER PATIENTS AT HASAN

SADIKIN GENERAL HOSPITAL BANDUNG PERIOD

JANUARY 1

ST

2012

DECEMBER 31

ST

2012

Ajeng Miranti. 2014. 1stTutor : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. 2ndTutor:Budi Widyarto Lana,dr., M.H.

Typhoid fever is still an endemic disease in Indonesia. In West Java, the prevalence of typhoid fever was 2.14 per 1,000, or second only to pneumonia. The purpose of this study is to determine the characteristic of typhoid fever patients in HasanSadikin General Hospital period January 1st 2012 – December 31st 2012.

This research is a descriptive survey and the research materials were based on the data of medical record of typhoid fever patients in HasanSadikin General Hospital.

The results showed that there were 252 cases, the highest incidence occurred in the age group of 6-10 years old and the incidence was higher in women.Fever was the most common symptom with typhoid tongue as a major clinical manifestation. In routine blood test anemia was often found.Tubex test and Widal test showed more positive result, and average long of stay was 4.8 days.

The conclusion of this research is that there were 252 cases with the age group of 6-10 years old and women as its highest incidence, fever as the most common symptom, typhoid tongue as a major clinical manifestation, anemia was often found in routine blood test, serological test such as Tubex test and Widal test showed more positive result and average long of stay was 4.8 days.

(3)

viii

1.2IdentifikasiMasalah ... 2

1.3MaksuddanTujuanPenelitian ... 3

1.4ManfaatPenelitian ... 3

1.5MetodologiPenelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DefinisiDemamTifoid ... 4

2.2Etiologi ………... 4

2.3 Epidemiologi ... 5

2.3.1 EpidemiologiDemamTifoiddiDunia ... 5

2.3.2 EpidemiologiDemamTifoiddi Indonesia ... 6

2.4 PatogenesisDemamTifoid ... 7

2.5 SumberPenularan ... 8

(4)

ix

2.5.2 CarrierDemamTifoid ... 8

2.5.3 MakanandanMinuman Yang Terkontaminasi ... 9

2.6Diagnosis DemamTifoid ... 9

2.6.1 GejalaKlinis... 9

2.6.2 PemeriksaanFisik ... 10

2.6.2 PemeriksaanLaboratorium ... 10

2.7 Komplikasi... 13

2.8 Pencegahan ... 14

2.8.1 Pencegahan Primer ... 14

2.8.2 PencegahanSekunder ... 14

2.8.2 PencegahanTersier ... 15

BAB III BAHAN SUBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 BahanPenelitian... 16

3.2 MetodedanRancanganPenelitian ... 16

3.3PopulasidanSampel ... 16

3.8DefinisiOperasional... 17

3.9LokasidanWaktuPenelitian ... 19

3.10RencanaPenelitian ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Data ... 20

(5)

x BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan ... 30

5.2. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN ... 34

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 InterpretasihasilujiTubex ... 12

Tabel 4.1 Distribusipenyebarandemamtifoidberdasarkanusiadi

Gambar 2.2 Distribusi global demamtifoid ... 6

(7)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Sekunder Dari Data

RekamMedikPasienRawatInapDemamTifoiddiRumahSakitUmu

mPusatHasanSadikin Bandung Periode 1 Januari 2012 – 31

Desember 2012 ... 34

(8)

xiii

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

41

LAMPIRAN 2

(17)

42

LAMPIRAN 3

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid (typhoid fever atautifus abdominalis) adalah salah satu

penyakit infeksi sistemik menular yang erat hubungannya dengan lingkungan.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi.Demam tifoid

banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat. Penyakit ini sangat erat

kaitannya dengan kualitas yang kurang memadai dari higiene pribadi dan sanitasi

lingkungan serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

Demam tifoid merupakan salah satu penyebab utama penyakit dan kematian pada

daerah dengan populasi berlebih dan tidak bersih di Amerika Serikat dan Eropa

pada abad ke-19.Penyediaan air bersih dan sistem saluran air yang baik

menunjukkan berkurangnya insidensi demam tifoid pada daerah-daerah ini secara

signifikan. Saat ini sebagian besar insidensi penyakit demam tifoid terdapat pada

negara-negaraberkembang dengan tingkat higienitas yang kurang memadai(Osler,

1912).

Salmonella typhi telah menjadi faktor patogen mayor pada manusia selama ribuan

tahun, dan berkembang di daerah dengan kepadatan penduduk berlebih dan

sanitasi yang kurang. Nama Salmonella typhi berasal dari bahasa Yunani kuno

typhos, sebuah kabut atau awan halus yang dipercaya sebagai penyebab penyakit

dan kegilaan(Brusch & Garvey, 2011).

Salmonella typhi tidak memiliki vektor nonmanusia, cara penularannya yaitu

lewat transmisi oral melalui makanan atau air yang terkontaminasi bakteri

tersebut. (Brusch & Garvey, Typhoid Fever, 2011)Menurut World Health

Organization (WHO) pada tahun 2004 S. typhidiperkirakan menginfeksi 21,7 juta

orang dan menyebabkan 217.000 kematian di seluruh dunia. Insidensi tinggi

demam tifoid (>100 kasus/100.000 populasi/tahun) ditemukan di Asia Selatan,

Asia Tenggara, dan Afrika Selatan, sebanyak 80% kasus berasal dari area kumuh

(19)

2

Vietnam.(Crump, Luby, & Mintz, 2008)Insidensi demam tifoid di Indonesia pada

usia masing-masing adalah 0–1, 2-4, 5-15, dan rata-rata adalah 0,0/100.000,

148,7/100.000, 180,3/100.000, dan 81,7/100.000 kasus(Ochiai, 2008). Di Jawa

Barat, prevalensi demam tifoid menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2009 adalah 2,14 per 1.000 atau menempati urutan kedua setelah pneumonia. Di

Indonesia, demam tifoid merupakan penyakit yang sangat populer baik di

kalangan petugas medis bahkan di masyarakat awam.

Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia, dan termasuk

ke dalam penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang nomor 6

Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit

yang mudah menular dan menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan

wabah. Perbedaan insidensi di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air

bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan

sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan (Widodo, 2009).

Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian tentang

bagaimana gambaran penderita demam tifoid yang dirawat inap di Rumah Sakit

Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2012 – 31 Desember

2012.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Berapa angka kejadian penderita demam tifoid yang dirawat inap di

RSUP Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2012 – 31 Desember

2012.

(20)

3

4. Bagaimana gambaran penderita demam tifoid yang dirawat inap di

RSUPHasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2012 – 31 Desember

2012 berdasarkan keluhan yang tertulis dalam rekam medik.

5. Bagaimana gambaran penderita demam tifoidyang dirawat inap di

RSUP Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2012 – 31 Desember

2012 berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

6. Berapa rata-rata lama rawatan penderita demam tifoid yang dirawat

inap di RSUP Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2012 – 31

Desember 2012.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran penderita demam tifoid di Rumah Sakit Umum

Pusat Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademis penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penderita

demam tifoidberdasarkan usia, jenis kelamin, keluhan utama, tempat tinggal,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium di Rumah Sakit Umum Pusat

Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012.

Manfaat praktis penelitian ini adalahsebagai referensi untuk peneliti lain yang

ingin mengadakan penelitian tentang demam tifoid lebih lanjut.

1.5Metodologi Penelitian

Metode penelitian dilakukan secara survei deskriptif dengan data retrospektif

menggunakan rancangan cross sectional dari data rekam medik penderita demam

tifoid yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin

(21)

30

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan penelitian pada pasien rawat inap demam tifoid di Rumah Sakit Umum

Pusat Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012

didapatkan 252 pasien dengan:

1. Gambaran pasien rawat inap demam tifoid berdasarkan identitas pasien

menunjukkan bahwa kelompok usia 6-10 tahun memiliki angka kejadian

tertinggi, yaitu sebesar 24,2%.

2. Perempuan merupakan jenis kelamin dengan insidensi tertinggi, yaitu

dengan persentase 50,4%.

3. Keluhan utama yang paling sering didapatkan pada pasien yang dirawat

inap yaitu demam, mual dan muntah dengan masing-masing persentase

sebesar 100%, 43,2% dan 36,1%.

4. Typhoid tongue atau lidah tifoid adalah manifestasi klinis yang paling

umum ditemukan pada pasien rawat inap dengan persentase 26,2%.

5. Dari pemeriksaan darah rutin, anemia paling sering ditemukan dengan

persentase 33,7%.

6. Dari 93 pasien yang diperiksa uji Tubex, 90,3% di antaranya menunjukkan

hasil positif. Dari 107 pasien yang diperiksa uji Widal, 80,4% di antaranya

menunjukkan hasil yang reaktif.

7. Lama perawatan rata-rata adalah 4,8 hari.

5.2 Saran

1. Tenaga paramedik dan staf rekam medik di RSUP Hasan Sadikin agar

mencatat data penderita demam tifoid dengan lebih lengkap dan lebih baik

(22)

31

2. Dalam penulisan data rekam medik sebaiknya lebih dijabarkan dengan

spesifik agar memudahkan untuk diolah.

3. Perlu diberikan edukasi pada masyarakat tentang pentingnya menjaga

higiene agar terhindar dari penyakit demam tifoid.

4. Penelitian lebih lanjut menggunakan metode statistika analisis agar

(23)

32

DAFTAR PUSTAKA

Ashraf M. Dewan, R. C. 2013. Typhoid Fever and Its Association with Environmental Factors in the Dhaka Metropolitan Area of Bangladesh: A Spatial and Time-Series Approach. PLOS Neglected Tropical Disease.

Ayu, N. 2010. Karakteristik Tersangka Demam Tifoid Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Periode Tahun 2010. Syifa Medika.

Brusch, J. L., & Garvey, T. 2011. Typhoid Fever. Diunduh30/1/2013, dari Medscape: emedicine.medscape.com/article/231135-overview

Crump, J. A., Luby, S. P., & Mintz, E. D. 2008. The Global Burden of Typhoid Fever. Bulletin of the World Health Organization.

Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. 330-333

Darmowandrowo. 2004. Demam Tifoid. Retrieved from CDC:

http://www.cdc.gov/travelfdiseases/typhoid.htm

Hartono, A. 2003. Penyakit Bawaan Makanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 10& 86

Hasibulani, S. 2010. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Sri Pamela PTPN 3 Tebing Tinggi Tahun 2010.

Hassan, R. 2005. BukuKuliahIlmuKesehatanAnak 2.Edisi 11. Jakarta: PercetakanInfomedika. 592-600

Hosoglu. 2004. Risk factors for enteric perforation in patients with typhoid fever. American Journal of Epidemiology.

Ibrahim, S. 2003. Klinik Keluarga Terapi Demam. Jakarta: Progres.

Islam, S. 2011. Clinical Presentation of Typhoid Fever. Ibrahim Cardiac Medical Journal.

Juwono, R. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit FKUI. 32-38

Kandun. 2000. Manual Pemberantasan Menular. Jakarta: CV Infomedika. 563-564

Karen H. Keddy, A. S. 2011. Sensitivity and specificity of typhoid fever rapid antibody tests for laboratory diagnosis at two sub-Saharan African sites. World Health Organization.

(24)

33

Martiwi, et al. 2008. Isu Kesehatan Gender. Makalah Ilmu Sosial dan Masalah Kesehatan. FIK-UI, Jakarta.

Muchayat, S. 2006. Hubungan Dot Enzyme Immunoassay Terhadap Biakan Empedu dan Uji Widal Pada Tersangka Penderita Demam Tifoid. Jurnal Kedokteran Yarsi, 14.

Nainggolan, R. 2010. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar Tahun 2010.

Ochiai, L. R. 2008. A Study of Typhoid Fever in Five Asian Countries: Disease Burden and Implications for Controls. Bulletin of the World Health Organization.

Olsen SJ et al. 2004.Evaluation of rapid diagnostic tests for typhoid fever.Journal of Clinical Microbiology.1885-1889.

Osler, W. 1912. The Principles and Practice of Medicine: Designed for the Use of Practiocioners and Students of Medicine 8 ed.. New York: D. Appleton.

Phutucheary, Y. Y. 2007. Typhoid fever in children: a retrospective study of 54 cases from Malaysia. NCBI, PubMed.

Pollack, D. V. 2003. Salmonella typhi. Diunduh dari

http://web.uconn.edu/mcbstaff/graf/Student%20presentations/Salmonellatyphi/Sal monellatyphi.html

Rachmajati, A. 2011. Perbandingan Tingkat Akurasi Antara Tes Widal Dengan Tes Tubex Pada Anak Dengan Demam Tifoid di Semarang.

Rampengan, T. L. 1999. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta: EGC.

Sjoekoer, M. 2003. Bakteriologi Medik. Malang: Penerbit Bayumedia.

Soedarto. 2002. Sinopsis Klinis. Surabaya: Airlangga University Press.

Su, C. C. 2004. Changing characteristics of typhoid fever in Taiwan.

Tumbelaka, A. 2003. Tatalaksana Demam Tifoid Pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia FKUI.

Widodo, D. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Vol. III. Jakarta: InternaPublishing. 2797-2806

Referensi

Dokumen terkait

Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kode

Therefore, this term paper aims to discuss social deixis and handshake that I mention in the previous paragraph, find the potential solution and solve the problem.. Identification

 Data warehouse yang dirancang adalah hasil dari extract, transfer dan load dari system transaksional yang sudah berjalan saat ini, dimana data sumber akan

HTML merupakan sebuah bahasa markup karena dalam pembuatannya, setiap informasi yang ingin ditampilkan pada halaman website, penulisannya harus diawali dan

Konsultasi format data yang harus diisi dalam sistem informasi dengan pegawai yang bertugas pada rekapitulasi persediaan aset lancar di Sub Bagian Keuangan dan Aset

Pada minuman rosela berkarbonasi yang disimpan pada refrigerator penurunan niai rata-rata mutu warna lebih kecil dibandingkan dengan yang lain dengan nilai slope -0.030,

Pengadaan ini dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik ( SPSE ) pada alamat website LPSE :

Pembuatan media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Keruskaan Lahan DAS Bodri Hilir Kabupaten Kendal ini dilakukan dengan teknik naratif dan dikombinasikan dengan interview