iv
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
UJI SENSITIVITAS Streptococcus viridans HASIL ISOLASI DARI GIGI KARIES TERHADAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU 35% (Piper betle Linn), KLORHEKSIDIN 0,2%, DAN POVIDON-IODIN 1%
SECARA IN VITRO
Jumriani, 2015 Pembimbing I : Fanny Rahardja, dr., M.Si.
Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak.
Latar Belakang: karies merupakan penyakit yang disebabkan oleh demineralisasi progresif menyebabkan destruksi jaringan keras gigi. Golongan Streptococcus
viridans dikenal sebagai bakteri penyebab utama. Sebagai terapi kuratif maupun
preventif, klorheksidin dan povidon-iodin biasa ditambahkan ke dalam produk pembersih mulut sebagai agen antimikroba. Sebagai altenatif lain, penggunaan bahan herbal juga sering dilakukan seperti daun sirih dimana fenol, salah satu kandungannya, bersifat antiseptik.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas Streptococcus
viridans terhadap ekstrak etanol daun sirih hijau (EEDS) 35%, klorheksidin 0,2%,
dan povidon-iodin 1% secara in vitro.
Metode: penelitian ini menggunakan metode difusi cakram pada Mueller Hinton
Agar yang sudah diinokulasikan S. viridans. Diameter zona inhibisi yang
terbentuk diukur menggunakan jangka sorong. Analisis data menggunakan
ANOVA satu arah dilanjutkan uji tukey HSD dengan data dinyatakan berbeda
nyata bila p<0,05.
Hasil: rerata diameter zona inhibisi EEDS 35% adalah 15,87 mm, membuktikan
Streptococcus viridans lebih sensitif terhadap EEDS 35% dibandingkan terhadap
klorheksidin 0,2% dan povidon-iodin 1% yaitu 14,53 mm dan 10,23 mm. Namun jika dibandingkan terhadap eirtromisin dengan zona inhibisi 25,65 mm, efektivitas EEDS 35% masih lebih rendah.
Simpulan: terdapat perbedaan sensitivitas Streptococcus viridans terhadap EEDS 35%, klorheksidin 0,2%, dan povidon-iodin 1%.
v
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
SENSITIVITY DIFFERENCE OF Streptococcus viridans SELECTED FROM CARIOUS TEETH on 35% ETHANOLIC EXTRACT OF BETEL LEAF (Piper
betle Linn), 0,2% CHLORHEXIDINE, AND 1% POVIDONE IODINE IN VITRO
Jumriani, 2015 1st Tutor : Fanny Rahardja, dr., M.Si.
2ndTutor : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak.
Introduction: Dental caries is a disease caused by progressive demineralization which leads to the destruction of hard dental tissue. Streptococcus viridans group is considered to be the main cause. Chemical approaches used for the management or prevention of caries include use of antimicrobial agents like chlorhexidine and povidone iodine in combination with mouthwash daily. As an alternative, there are widely used traditional medicines. One of them is the use of betel leaf which contains phenol as the antibacterial agent.
Objectives: this research was aimed to observe the sensitivity difference of Streptococcus viridans on 35% ethanolic extract of betel leaf, 0,2% chlorhexidine, and 1% povidone iodine iv vitro.
Methods: the sensitivity was studied by disc diffusion method on Mueller Hinton Agar. Inhibition zone measurement performed with caliper then processing the data using statistical analysis methods ane way ANOVA and tukey HSD table with the data is significantly different when p<0.05.
Results: the mean of the inhibition zone of the 35% ethanolic extract of betel leaf was 15,87 mm, proven Streptococcus viridans was more sensitive to it than to 0,2% chlorhexidine and 1% povidone iodine, 14,53 mm and 10,23 mm. But comparing to erythromycin with 25,65 mm in diameter zone, it had still the lower effect.
Conclusion: there was a sensitivity difference of Streptococcus viridans on 35% betel leaf extract, 0,2% chlorhexidine, and 1% povidone iodine.
vii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 3
1.3Maksud Penelitian ... 4
1.4Tujuan Penelitian ... 4
1.5Manfaat Penelitian ... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis ... 4
1.5.2 Manfaat Praktik ... 4
1.6Kerangka Pemikiran ... 5
viii
2.2Streptococcus viridans ... 16
2.2.1 Struktur dan Morfologi ... 16
2.2.2 Klasifikasi Streptococcus viridans ... 19
2.2.2.1Streptococcus acidominus ... 19
2.2.2.2Streptococcus mutans ... 19
2.2.2.3Streptococcus salivarius... 21
2.2.2.4Streptococcus sanguinis ... 21
2.2.2.5Streptococcus mitior... 21
2.2.2.6Streptococcus milleri ... 21
2.2.2.7Streptococcus morbillorum ... 22
2.3Obat Kumur ... 22
2.3.1 Komposisi yang Terkandung di Dalam Obat Kumur ... 22
2.3.2 Penggunaan Klorheksidin Dalam Obat Kumur ... 23
2.3.2.1Peranan Klorheksidin Dalam Menghambat Plak ... 24
2.3.2.2Mekanisme Kerja Klorheksidin (CHX) Terhadap Bakteri ... 25
ix
Universitas Kristen Maranatha
2.3.4.6Efek Ekstrak Daun Sirih Terhadap S. viridans ... 32
2.3.5 Metode Pengujian Antimikroba Secara In Vitro (Disc Diffusion) ... 33
2.3.6 Mekanisme Kerja Antibiotik ... 35
2.3.7 Eritromisin ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Bahan dan Alat Penelitian ... 37
3.1.1 Bahan Penelitian ... 37
3.1.2 Alat Penelitian ... 38
3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
3.2Metode Penelitian ... 39
3.2.1 Disain Penelitian ... 39
3.2.2 Variabel Penelitian ... 39
3.2.2.1Definisi Konsepsional Variabel ... 39
3.2.2.2Definisi Operasional Variabel ... 40
3.3Prosedur Kerja ... 40
3.3.1 Pengambilan dan Identifikasi Sampel Bakteri Uji ... 40
3.3.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih (EEDS) ... 41
3.3.3 Tahap Persiapan ... 41
3.3.4 Hari Pengerjaan ... 42
3.3.5 Hari Pembacaan Hasil ... 44
3.4Alur Penelitian ... 44
3.5Analisis Data ... 44
3.6Aspek Etik Penelitian ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 4.1Hasil Peneltiian ... 46
4.1.1 Identifikasi Mikroorganisme ... 46
x
Universitas Kristen Maranatha
4.1.1.2Pengamatan Mikroskopis Koloni Bakteri ... 46
4.1.2 Hasil Uji Pendahuluan ... 46
4.1.3 Hasil Uji Sensitivitas Antimikroba ... 47
4.1.4 Uji Kebermaknaan Bahan Uji ... 48
4.2Pembahasan ... 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 5.1Simpulan ... 52
5.2Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
LAMPIRAN
xi
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesies Streptococcus viridans ... 19
Tabel 2.2 Kandungan nutrisi daun sirih ... 32
Tabel 2.3 Kandungan kimia sirih ... 32
Tabel 2.4 Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri ... 34
Tabel 4.1 Hambatan pertumbuhan Streptococcus viridans... 47
Tabel 4.2 Hasil Uji ANOVA ... 48
xii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gigi normal dan jenis karies... 13
Gambar 2.2 Hasil pewarnaan gram Streptococcus viridans ... 17
Gambar 2.3 Streptococcus viridans pada agar darah ... 17
Gambar 2.4 Perbedaan dinding bakteri Gram-positif dan Gram-negatif ... 18
Gambar 2.5 Struktur senyawa klorheksidin ... 24
Gambar 2.6 Mekanisme kerja klorheksidin ... 26
Gambar 2.7 Struktur senyawa povidon-iodin ... 27
Gambar 2.8 Tanaman sirih ... 29
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Karies gigi (gigi berlubang) merupakan penyakit dengan urutan tertinggi dari
penyakit gigi dan mulut yaitu sebesar 45,68% sehingga merupakan masalah utama
kesehatan gigi dan mulut (Jamil, 2011). Karies adalah penyakit jaringan keras
gigi, yaitu email, dentin, dan sementum disebabkan oleh aktivitas jasad renik
dalam rongga mulut terhadap karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah
adanya proses demineralisasi progresif pada jaringan keras permukaan gigi diikuti
oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd & Bechal, 1991). Karies bila dibiarkan
akan bertambah besar dan dapat mencapai pulpa (rongga dalam gigi yang berisi
jaringan syaraf dan pembuluh darah) dan berisiko terjadi peradangan yang
menyebabkan rasa sakit berdenyut. Infeksi ini dapat menyebabkan kematian
jaringan pulpa dan bisa menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi sehingga
dapat terjadi abses (Dadan, 2015). Selain itu, bakteri flora normal mulut juga bisa
masuk aliran darah melalui gigi yang berlubang dan gusi yang berdarah hingga
terjadi bakteremia (Jawetz, 2007).
Keberadaan bakteri dalam mulut merupakaan suatu hal yang normal. Flora
normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptococcus viridans, Staphylococcus sp, dan Lactobacillus sp. Meskipun sebagai flora normal, dalam keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor
predisposisi seperti kebersihan rongga mulut berkaitan dengan sisa-sisa makanan
akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam (Jawetz, 2007).
Mekanisme terjadinya karies dimulai dengan munculnya plak. Plak adalah
kerak bakteri berupa lapisan tidak berwarna dan lengket, terbentuk di antara
pertemuan gigi dan gusi, terdiri atas endapan gelatin dari polimer-polimer glukosa
(glukan), terutama dihasilkan oleh Streptococcus sp. Golongan Streptococcus
2 Universitas Kristen Maranatha dalam rongga mulut. Enzim Glucosyltransferase yang dihasilkan oleh golongan bakteri ini dapat memfasilitasi pembentukan glukan, sehingga membantu
perlekatan dan agregasi bakteri lain untuk membentuk biofilm plak. Plak yang
tidak dibersihkan secara teratur akan mengalami pematangan dan bisa
berkembang menjadi karies dan merusak struktur gigi.
Struktur gigi yang sudah rusak tidak dapat kembali utuh secara sempurna.
Walaupun demikian, remineralisasi dapat terjadi. Pada stadium yang sangat dini
penyakit ini dapat dihentikan (Kidd & Bechal, 1991; Fotek, 2014). Tindakan
preventif berupa pengontrolan plak memegang peranan penting. Berdasarkan
penelitian dan kepustakaan, penambahan klorheksidin 0,2% dan povidon-iodin
1% ke dalam obat kumur sering dilakukan sebagai tambahan dalam pembersihan
plak secara mekanik. Hal ini disebabkan obat kumur dapat mencapai lebih banyak
permukaan yang tidak terjangkau oleh penyikatan ataupun benang gigi. Namun
terdapat beberapa efek samping dari penggunaan bahan tersebut, di antaranya,
rasa terbakar saat penggunaan, mengubah persepsi rasa sampai 4 jam setelah
berkumur, serta mengubah warna gigi pada pemakaian jangka panjang. Sebagai
tambahan, pada sebagian kasus infeksi, penggunaan antibiotik sangat diperlukan,
tetapi bila berlebihan dapat menyebabkan resistensi. Hal inilah yang mendasari
penulis untuk melakukan penelitian tentang bahan antikariogenik berbahan dasar
herbal yang bisa digunakan sebagai alternatif pencegahan maupun pengontrolan
plak penyebab karies.
Tumbuhan yang biasa dipakai salah satunya adalah daun sirih. Sirih hijau telah
diakui memiliki efek farmakologis yaitu sebagai antimikroba, antioksidan,
antimutagenik, antikarsinogenik, dan antiinflamasi. Jenis herbal ini dapat
dijadikan alternatif sebagai antiseptik di samping aman (tidak ada efek samping),
juga mudah terdegradasi (terurai), murah, serta mudah diperoleh. Kandungan
daun sirih hijau adalah minyak atsiri yang terdiri atas senyawa fenol dan beberapa
derivatnya eugenol dan kavikol yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri
sehingga bakteri ridak dapat bertahan hidup. Senyawa eugenol bersifat bakterisid
3 Universitas Kristen Maranatha 2010). Senyawa kavikol selain memberi bau khas pada sirih juga memiliki sifat
bakterisidal lima kali lipat dari senyawa fenol lainnya.
Khasiat ekstrak daun sirih hijau sebagai antibakteri telah dibuktikan oleh Lidya
Pratiwi (2010) menunjukkan ekstrak etanol 70% sirih hijau pada konsentrasi 20%
dapat mempengaruhi pertumbuhan Streptococcus viridans dengan konsentrasi hambat minimum lebih dari 15%. Menurut Maharani (2011), ekstrak sirih hijau
35% memiliki efek antibakteri yang lebih kuat jika dibandingkan dengan
povidon-iodin 10%.
Berdasarkan hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
sensitivitas Streptococcus viridans terhadap ekstrak etanol daun sirih 35%, klorheksidin 0,2%, dan povidon-iodin 1% sebagai bahan dasar yang sering
digunakan di dalam produk pembersih mulut seperti obat kumur. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat membuat pembaca lebih selektif memilih produk
yang ada di pasaran terkait kandungan ketiga bahan yang diteliti hubungannya
dengan meningkatkan higiene mulut guna mencegah timbulnya karies maupun
perburukannya.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, dapat diidentifikasikan masalah yang
timbul dan patut diteliti, yaitu:
4 Universitas Kristen Maranatha 1.3Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini untuk membandingkan efektivitas antibakteri berbahan
dasar kimia dan herbal yang dapat digunakan sebagai alternatif pencegahan karies.
1.4Tujuan Penelitian
Mengamati sensitivitas Streptococcus viridans terhadap EEDS 35%,
klorheksidin 0,2% dan povidon-iodin 1% secara IN VITRO.
1.5Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat teoritis
Memberikan informasi ilmiah mengenai sensitivitas Streptococcus
viridans terhadap EEDS 35%, klorheksidin 0,2%, dan povidon-iodin 1%
sebagai bahan antikariogenik.
Memberi infomasi bagi pengembangan ilmu kedokteran dan penelitian
selanjutnya tentang daun sirih, klorheksidin, dan povidon-iodin.
1.5.2 Manfaat praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penggunaan
produk-produk pembersih mulut berbahan dasar EEDS, klorheksidin, dan
povidon-iodin sebagai salah satu usaha pencegahan dan pengobatan penyakit
5 Universitas Kristen Maranatha 1.6 Kerangka Pemikiran
Karies gigi merupakan proses demineralisasi progresif disebabkan oleh suatu
interaksi antara mikroorganisme, saliva, makanan dan email (Houwink &
Winchel, 2000). Salah satu bakteri yang terkait dalam pembentukan karies adalah
Streptococcus viridans (Bartlett et al, 2012).
Menurut Gibbons dan Banghart (1967), Streptococcus kariogenik memegang
peranan utama dalam proses karies gigi melalui jalur memfermentasi karbohidrat
seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, dan maltosa. Hal ini berkaitan dengan
akumulasi plak. Proses pembentukan plak diawali oleh deposisi pelikel (lapisan
glikoprotein dari saliva) pada permukaan gigi. Pelikel berfungsi melindungi
permukaan gigi dari difusi ion asam ke gigi, namun di sisi lain juga menyebabkan
adhesi dari bakteri yang ada di mulut mengakibatkan kolonisasi membentuk
polisakarida intraseluler dan ekstraseluler yang berperan dalam perlekatan,
pembentukan, dan resistensi plak. Polisakarida ekstraseluler akan membentuk
substansi yang lengket yang mengikat plak menjadi satu kesatuan dan menjaga
perlekatannya ke permukaan gigi. Sementara polisakarida intraseluler akan
menyediakan nutrisi secara terus-menerus bagi bakteri di dalam plak. Produksi
asam yang terbentuk dari aktivitas plak berperan dalam mengawali pembentukan
karies.
Pada hakikatnya, proses karies gigi berjalan lambat sehingga faktor-faktor
yang mendukung bisa dikontrol. Salah satu cara pencegahannya adalah mencegah
pembentukan plak atau pembersihan plak secara teratur. Saat ini kontrol plak
dilengkapi dengan penambahan jenis bahan aktif yang mengandung bahan dasar
sintetik maupun bahan alami sebagai bahan antibakteri. Bahan antibakteri tersebut
tersedia dalam bentuk pasta gigi dan obat kumur. Klorheksidin dan povidon-iodin
termasuk yang sering digunakan (Prijantojo, 1992).
Klorheksidin bersifat bakterisidal terhadap kuman Gram-positif maupaun
Gram-negatif. Mekanisme penghambatan plak oleh klorheksidin adalah sebagai
berikut: (a) mengikat kelompok asam anionic dari glikoprotein saliva sehingga
6 Universitas Kristen Maranatha mengikat plasma polisakarida yang menyelubungi bakteri atau langsung berikatan
dengan dinding sel bakteri. Ikatan dengan lapisan polisakarida yang
menyelubungi bakteri akan menghambat adsorbsi bakteri ke permukaan gigi atau
pelikel. Sebaliknya ikatan klorheksidin langsung dengan sel bakteri menyebabkan
pecahnya membran sitoplasma bakteri; (c) mengendapkan faktor-faktor aglutinasi
asam dalam saliva dan menggantikan kalsium yang berperan merekatkan bakteri
membentuk massa plak. Meskipun klorheksidin dinilai efektif sebagai antiplak,
tetapi bahan ini mempunyai kelemahan berupa perubahan warna pada permukaan
gigi maupun mukosa serta gangguan pengecapan secara temporer. Oleh sebab itu,
penggunaannya hanya diindikasikan untuk jangka waktu pendek (sampai 2
minggu) (Fauza, 2015).
Iodin yang dilepaskan dari povidon-iodin bekerja sebagai antiseptik
berspektrum luas (Ganiswara, 1995). Mekanisme kerja povidon-iodin yaitu
bereaksi kuat dengan ikatan ganda asam lemak tak jenuh pada dinding sel dan
membran organel. Setelah bereaksi dengan dinding sel, akan terbentuk pori
sementara atau permanen yang menyebabkan hilangnya material sitoplasmik dan
ada aktivitas enzim yang berikatan secara langsung dengan iodin. Povidon-iodin
dapat menyebabkan koagulasi bahan inti sel tanpa menghancurkan dinding sel.
Hal ini akan menyebabkan protein dan DNA sel rusak. Efek povidon-iodin
terhadap bakteri rongga mulut sangat cepat. Namun bila dibandingkan dengan
klorheksidin, povidon-iodin hanya sedikit mempunyai sifat antiplak.
Povidon-iodin tidak dianjurkan untuk pemakaian perawatan kebersihan mulut dalam
jangka waktu lama karena tidak dapat menurunkan terjadinya penumpukan plak
sehingga radang gusi akan terus berlangsung. Selain itu, povidon-iodin juga
memiliki efek samping yaitu disfungsi ginjal dan tiroid karena iodin diabsorbsi
secara sistemik (Noronha & Almeida, 2000).
Pilihan lain sebagai bahan antibakteri dalam obat kumur adalah ekstrak daun
sirih hijau (Piper betle Linn). Pada setiap daun sirih hijau mengandung 4,2% minyak atsiri yang komponen utamanya terdiri dari bethel fenol dan beberapa
derivatnya eugenol allypyrocathecine (26,8-42,5%), cineol (26,8-42,5%) methyl
7 Universitas Kristen Maranatha karvakrol (2,2-5,6%), alkaloid, flavonoid, triterpenoid atau steroid, saponin,
terpen, fenilpropan, terpinen, diastase 0,8-1,8% dan tannin 1-1,3%. Fenol dan
derivatnya mempunyai daya antibakteri dengan cara menurunkan tegangan
permukaan sel dan denaturasi protein. Fenol bersifat toksik dalam protoplasma
mengakibatkan struktrur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi acak
tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini mengakibatkan
protein berubah sifat. Deret asam amino protein tersebut tetap utuh setelah
berubah sifat, namun aktivitas biologisnya menjadi rusak sehingga protein tidak
dapat melakukan fungsinya. Dengan terdenaturasinya protein sel maka semua
aktivitas metabolisme sel dikatalis oleh enzim sehingga bakteri tidak dapat
bertahan hidup (Nurrokhman, 2006). Kavikol dan kavibetol yang merupakan
turunan dari fenol mempunyai daya antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa.
Terdapat juga senyawa pada daun sirih yang memiliki efek antibakteri antara
lain katekin, tanin, flavonoid, dan saponin. Katekin bekerja dengan cara
mendenaturasi protein bakteri. Tanin menghambat enzim ekstraseluler mikroba,
mengambil alih substrat yang dibutuhkan pada pertumbuhan mikroba, atau
bekerja langsung pada metabolisme dengan cara menghambat fosforilasi oksidasi.
Flavonoid, selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai
anti-inflamasi. Mekanisme kerja saponin adalah berikatan dengan kompleks
polisakarida pada dinding sel, sehingga dapat merusak dinding sel bakteri.
(Heyne, 1987; Pradhan et al, 2013).
1.7 Hipotesis
52 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data statistik dapat disimpulkan:
- terdapat perbedaan sensitivitas Streptococcus viridans terhadap ekstrak daun sirih 35%, klorheksidin 0,2%, dan povidon-iodin 1%.
5.2Saran
Setelah dilakukan penelitian ini, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya:
1. Melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih, klorheksidin, dan
povidon-iodin secara in-vivo, serta membandingkan efektivitas ketiganya.
2. Melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih, klorheksidin, dan
povidon-iodin terhadap Streptococcus viridans dengan menggunakan metode lain.
3. Melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih, klorheksidin, dan
povidon iodin terhadap bakteri lain terutama bakteri anaerob atau penyebab
penyakit periodontal lainnya.
4. Melakukan uji aktivitas antibakteri bahan-bahan lain yang sering digunakan
53 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Alcamo, I. E., & Pommerville, J. C. 2007. Alcamo's Laboratory Fundamentals of
Microbiology. Sudbury, Mass: Jones and Bartlett.
American Dental Association. Oral Health Topicz A-Z: Dry Mouth. Dipetik 10 4, 2015, dari ADA: www.ada.org
Anderson, T. 2004. Dental treatment in Medieval England. British Dental Journal , 419-425.
Aronson, J. 2009. Meyler's Side Effects of Antimicrobial Drugs. Elsevier.
Ash, & Nelson. 2003. Wheeler's Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion (8 ed.). Saunders.
Baehni, P. C., & Guggenheim, B. (1996). Potential of diagnostic Microbiology for treatment and prognosis of dental caries and periodontal disease.
University of Geneva and Zurich,, 7(3), 262.
Banting, D. W. The Diagnosis of Root Caries. Dipetik 10 4, 2015, dari National Institute of Dental and Craniofacial Research.
Bartlett, J. G., Auwaerter, P. G., & Pham, P. A. 2012. Johns Hopkins ABX guide:
diagnosis and tretment of infectious disease. Burlington, MA: Jones and
Bartlett Learning.
Bissa, S., & Songara, D. 2007. Tradition in oral hygiene: Chewing of betel (Piper
betle L.) (Vol. 92). Current science.
British Nutrition Foundation. 2004. Dental Health. Dipetik 10 4, 2015, dari www.nutrition.org.uk
Brooks, G. F., Butel, J. S., Morse, S. A., & Jawetz, E. 2001. Jawetz, Melnick &
Adelberg's Medical Microbiology. Appleton & Lange.
Cate, A. R. 1998. Oral Histology: development, structure, and function (5 ed.). Clarke, J. K. 1924. On the Bacterial Factor in the Ætiology of Dental Caries.
British Journal of Experimental Pathology, 4 (3), 141-147.
Dadan, S. (2015, 3 15). Pencegahan dan Pengobatan Karies Gigi. Dipetik 10 4, 2015, dari radartasikmalaya.com: http://www.radartasikmalaya.com/prev /index.php/kesehatan/2015/pencegahan-dan-pengobatan-karies-gigi.html
Dalimartha, S., & Adrian, F. 2011. Khasiat Buah dan Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Decker, R. T., & Loveren, C. v. 2015. Sugars and dental caries. The American
Journal of Clinical Nutrition, 1-4.
54 Universitas Kristen Maranatha Devi, KP., Nisa, SA., Sakhtivel, R. 2010. Eugenol (an essential oil of clove) acts
as an antibacterial agent against Salmonella typhi by disrupting the cellular membran. Journal of ethnopharmacology.
Erdiyawati, N. 2000. Pengaruh Antiseptik Betadin Kumur dan Listerin terhadap Bakteri Rongga Mulut sebagai Pengganti Air pada Pencampuran Alginat. Skripsi.
Bailey & Scott's Diagnostic Microbiology. Toronto: St.Louis.
Fotek, I. 2014. Dental Cavities. Dipetik 10 4, 2015, dari MedlinePlus: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001055.htm
Freeman, B. A. 1985. Burrows Textbook of Microbiology (2nd ed.). Philadelphia: Saunders.
Ganiswara, S. G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK UI.
Gerabek, W. E. 1999. "The tooth-worm: historical aspects of a popular medical belief". Clinical Oral Investigations. US National Library of Medicine.
National Institutes of Health, 3(1), 1-6.
Greenwood. 1995. Antibiotic susceptibility (sensitivity) test, antimicrobial and
chemotherapy. USA: Mc Graw Hill Company.
Gibbons , R. J., & Banghart, S. B. (1967). Arch. Oral Bil.
Harley, J. P. 2007. Laboratory Exercises in Microbiology. McGraw-Hill Higher Education.
Health Promotion Board. Health Promotion Board: Dental Caries. Dipetik 10 4, 2015, dari hpb.gov.sg: www.hpv.gov.sg
Holloway, P. J. 1983. The role of sugar in the etiology of dental caries. Journal of
Dentistry, 11, 189-213.
55 Universitas Kristen Maranatha daun sirih terhadap beberapa bakteri gram positif . Skripsi. Jurusan Farmasi FKIK UIN Jakarta.
Kacker, A. (2013, 3 22). Ludwig's Angina. Dipetik 10 4, 2015, dari MedlinePlus: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001047
Kidd, E. A. 2005. Essentials of dental caries (3 ed.). New York: Oxford University Press.
Kidd, E. A., & Bechal, S. J. 1991. Dasar-Dasar Kares Penyakit dan
Penanggulangannya (1 ed.). Jakarta: EGC.
Kimball, J. W. (1999). Biologi (5th ed.). Jakarta: Erlangga.
Kleinberg, I. 2002. A mixed-bacteria ecological approach to understanding the role of the oral bacteria in dental caries causation: an alternative to stretococcus mutans and the specific-plaque hypothesis. SAGE journals, 13(2), 108-125.
Maharani, L. A. 2011. Sensitivity difference of Streptococcus viridans on 35% Piper betle linn extract and 10% povidone iodine towards recurrent apthous stomatitis. Media Dental Journal, 44(23).
Mahon, C. R., & Manuselis, G. 2000. Textbook of Diagnostic Microbiology (2nd ed.). Philadelphia: Saunders.
Marsh, P., & Martin, M. V. (1999). Oral Microbiology (4th ed.). Oxford, Wright. Michalek, Z. M., & McGhee, J. (1985). Oral Streptococci with Emphasis on
Streptococcus mutans. Philadelphia: Harper B Row.
Mount, G., & Hume, R. Dental Caries. Dipetik 10 4, 2015, dari http://web.archive.org/web/19991010224323/www.dent.ucla.edu/ce/caries /
National Cancer Institute. 2014. Oral Complications of Chemotherapy and
Head/Neck Radiation. Dipetik 10 4, 2015, dari cancer.gov:
New York Unversity Medical Center. Tooth Decay. Dipetik 10 4, 2015, dari New York University Medical Center: www.med.nyu.edu
Noronha, & Almeida. 2000. Local Burn Treatment - Topical Antimicrobial
Agents. Dipetik November 21, 2015, dari medbc.com:
56 Universitas Kristen Maranatha Nurrokhman. 2006. Efek air rebusan daun sirih pada peningkatan kepekaan
Staphylococcus aureus terhadap ampisilin in vitro. Jurnal Kedokteran
Yarsi, 14(1), 24-28.
Oswald, T. T. 1981. Tumbuhan Obat. Jakarta: Bahratara Karya Aksara.
Pradhan, D. 2013. Golden Heart of the Nature: Piper betle L. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry , 1(6), 147-167.
Prijantojo, P. 1992. Penurunan Radang Gingiva karena Pemakaian Larutan 0,2% Klorheksidin Sebagai Obat Kumur. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia, 7(7).
Richards, M. P. 2002. A brief review of the archaeological evidence for Palaeolithic and Neolithic subsistence. European Journal of Clinical
Nutrition, 56(12), 1270-1278.
Rogers, A. H. 2008. Molecular Oral Microbiology. Australia: Caister Academic Press.
Silverstone, L. M. 1983. Remineralization and dental caries: new concepts. Dental
Update, 10, 261-273.
Siswandono, & Soekarjo, B. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press.
Soames, J. V., & Southam, J. C. 1993. Oral Pathology: Dental Caries (2 ed.). Sonis, S. T. 2003. Dental secrets: Questions and Answers Reveal the Secrets to
the Principles and Practice of Dentistry (3 ed.). Hanley & Belfus, Inc.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijawa. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC.
Suddick, R. P., & Harris, N. O. 1990. Historical Perspective of Oral Biology: A Series. Critical Reviews in Oral Biology and Medicine, 1(2), 135-151. Summit, J. B., Robbins, J. W., & S, R. 2001. Fundamental of Operative Dentistry:
A Contemporary Approach. Illinois: Quintessence Publishing Co, Inc.
Tjay, T. H., & Rahadja, K. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: Alex Media Komputindo.
University of Illinois at Chicago. (98). Epidemiology of dental disease. Dipetik 10
57 Universitas Kristen Maranatha Worotitjan, I., Mintjelungan, C. N., & Gunawan, P. 2013. Pengalaman Karies
Gigi serta Pola Makan dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara. Jurna e-GiGi, 1(1), 59-68.