• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Sensitivitas Streptococcus viridans Hasil Isolasi dari Gigi Karies terhadap Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau 35% (Piper betle Linn.), Klorheksidin 0,2%, dan Povidon-Iodin 1% Secara in Vitro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Sensitivitas Streptococcus viridans Hasil Isolasi dari Gigi Karies terhadap Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau 35% (Piper betle Linn.), Klorheksidin 0,2%, dan Povidon-Iodin 1% Secara in Vitro."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

iv

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

UJI SENSITIVITAS Streptococcus viridans HASIL ISOLASI DARI GIGI KARIES TERHADAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU 35% (Piper betle Linn), KLORHEKSIDIN 0,2%, DAN POVIDON-IODIN 1%

SECARA IN VITRO

Jumriani, 2015 Pembimbing I : Fanny Rahardja, dr., M.Si.

Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak.

Latar Belakang: karies merupakan penyakit yang disebabkan oleh demineralisasi progresif menyebabkan destruksi jaringan keras gigi. Golongan Streptococcus

viridans dikenal sebagai bakteri penyebab utama. Sebagai terapi kuratif maupun

preventif, klorheksidin dan povidon-iodin biasa ditambahkan ke dalam produk pembersih mulut sebagai agen antimikroba. Sebagai altenatif lain, penggunaan bahan herbal juga sering dilakukan seperti daun sirih dimana fenol, salah satu kandungannya, bersifat antiseptik.

Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas Streptococcus

viridans terhadap ekstrak etanol daun sirih hijau (EEDS) 35%, klorheksidin 0,2%,

dan povidon-iodin 1% secara in vitro.

Metode: penelitian ini menggunakan metode difusi cakram pada Mueller Hinton

Agar yang sudah diinokulasikan S. viridans. Diameter zona inhibisi yang

terbentuk diukur menggunakan jangka sorong. Analisis data menggunakan

ANOVA satu arah dilanjutkan uji tukey HSD dengan data dinyatakan berbeda

nyata bila p<0,05.

Hasil: rerata diameter zona inhibisi EEDS 35% adalah 15,87 mm, membuktikan

Streptococcus viridans lebih sensitif terhadap EEDS 35% dibandingkan terhadap

klorheksidin 0,2% dan povidon-iodin 1% yaitu 14,53 mm dan 10,23 mm. Namun jika dibandingkan terhadap eirtromisin dengan zona inhibisi 25,65 mm, efektivitas EEDS 35% masih lebih rendah.

Simpulan: terdapat perbedaan sensitivitas Streptococcus viridans terhadap EEDS 35%, klorheksidin 0,2%, dan povidon-iodin 1%.

(2)

v

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

SENSITIVITY DIFFERENCE OF Streptococcus viridans SELECTED FROM CARIOUS TEETH on 35% ETHANOLIC EXTRACT OF BETEL LEAF (Piper

betle Linn), 0,2% CHLORHEXIDINE, AND 1% POVIDONE IODINE IN VITRO

Jumriani, 2015 1st Tutor : Fanny Rahardja, dr., M.Si.

2ndTutor : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak.

Introduction: Dental caries is a disease caused by progressive demineralization which leads to the destruction of hard dental tissue. Streptococcus viridans group is considered to be the main cause. Chemical approaches used for the management or prevention of caries include use of antimicrobial agents like chlorhexidine and povidone iodine in combination with mouthwash daily. As an alternative, there are widely used traditional medicines. One of them is the use of betel leaf which contains phenol as the antibacterial agent.

Objectives: this research was aimed to observe the sensitivity difference of Streptococcus viridans on 35% ethanolic extract of betel leaf, 0,2% chlorhexidine, and 1% povidone iodine iv vitro.

Methods: the sensitivity was studied by disc diffusion method on Mueller Hinton Agar. Inhibition zone measurement performed with caliper then processing the data using statistical analysis methods ane way ANOVA and tukey HSD table with the data is significantly different when p<0.05.

Results: the mean of the inhibition zone of the 35% ethanolic extract of betel leaf was 15,87 mm, proven Streptococcus viridans was more sensitive to it than to 0,2% chlorhexidine and 1% povidone iodine, 14,53 mm and 10,23 mm. But comparing to erythromycin with 25,65 mm in diameter zone, it had still the lower effect.

Conclusion: there was a sensitivity difference of Streptococcus viridans on 35% betel leaf extract, 0,2% chlorhexidine, and 1% povidone iodine.

(3)

vii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 3

1.3Maksud Penelitian ... 4

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.5.2 Manfaat Praktik ... 4

1.6Kerangka Pemikiran ... 5

(4)

viii

2.2Streptococcus viridans ... 16

2.2.1 Struktur dan Morfologi ... 16

2.2.2 Klasifikasi Streptococcus viridans ... 19

2.2.2.1Streptococcus acidominus ... 19

2.2.2.2Streptococcus mutans ... 19

2.2.2.3Streptococcus salivarius... 21

2.2.2.4Streptococcus sanguinis ... 21

2.2.2.5Streptococcus mitior... 21

2.2.2.6Streptococcus milleri ... 21

2.2.2.7Streptococcus morbillorum ... 22

2.3Obat Kumur ... 22

2.3.1 Komposisi yang Terkandung di Dalam Obat Kumur ... 22

2.3.2 Penggunaan Klorheksidin Dalam Obat Kumur ... 23

2.3.2.1Peranan Klorheksidin Dalam Menghambat Plak ... 24

2.3.2.2Mekanisme Kerja Klorheksidin (CHX) Terhadap Bakteri ... 25

(5)

ix

Universitas Kristen Maranatha

2.3.4.6Efek Ekstrak Daun Sirih Terhadap S. viridans ... 32

2.3.5 Metode Pengujian Antimikroba Secara In Vitro (Disc Diffusion) ... 33

2.3.6 Mekanisme Kerja Antibiotik ... 35

2.3.7 Eritromisin ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Bahan dan Alat Penelitian ... 37

3.1.1 Bahan Penelitian ... 37

3.1.2 Alat Penelitian ... 38

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

3.2Metode Penelitian ... 39

3.2.1 Disain Penelitian ... 39

3.2.2 Variabel Penelitian ... 39

3.2.2.1Definisi Konsepsional Variabel ... 39

3.2.2.2Definisi Operasional Variabel ... 40

3.3Prosedur Kerja ... 40

3.3.1 Pengambilan dan Identifikasi Sampel Bakteri Uji ... 40

3.3.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih (EEDS) ... 41

3.3.3 Tahap Persiapan ... 41

3.3.4 Hari Pengerjaan ... 42

3.3.5 Hari Pembacaan Hasil ... 44

3.4Alur Penelitian ... 44

3.5Analisis Data ... 44

3.6Aspek Etik Penelitian ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 4.1Hasil Peneltiian ... 46

4.1.1 Identifikasi Mikroorganisme ... 46

(6)

x

Universitas Kristen Maranatha

4.1.1.2Pengamatan Mikroskopis Koloni Bakteri ... 46

4.1.2 Hasil Uji Pendahuluan ... 46

4.1.3 Hasil Uji Sensitivitas Antimikroba ... 47

4.1.4 Uji Kebermaknaan Bahan Uji ... 48

4.2Pembahasan ... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 5.1Simpulan ... 52

5.2Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN

(7)

xi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Spesies Streptococcus viridans ... 19

Tabel 2.2 Kandungan nutrisi daun sirih ... 32

Tabel 2.3 Kandungan kimia sirih ... 32

Tabel 2.4 Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri ... 34

Tabel 4.1 Hambatan pertumbuhan Streptococcus viridans... 47

Tabel 4.2 Hasil Uji ANOVA ... 48

(8)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gigi normal dan jenis karies... 13

Gambar 2.2 Hasil pewarnaan gram Streptococcus viridans ... 17

Gambar 2.3 Streptococcus viridans pada agar darah ... 17

Gambar 2.4 Perbedaan dinding bakteri Gram-positif dan Gram-negatif ... 18

Gambar 2.5 Struktur senyawa klorheksidin ... 24

Gambar 2.6 Mekanisme kerja klorheksidin ... 26

Gambar 2.7 Struktur senyawa povidon-iodin ... 27

Gambar 2.8 Tanaman sirih ... 29

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karies gigi (gigi berlubang) merupakan penyakit dengan urutan tertinggi dari

penyakit gigi dan mulut yaitu sebesar 45,68% sehingga merupakan masalah utama

kesehatan gigi dan mulut (Jamil, 2011). Karies adalah penyakit jaringan keras

gigi, yaitu email, dentin, dan sementum disebabkan oleh aktivitas jasad renik

dalam rongga mulut terhadap karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah

adanya proses demineralisasi progresif pada jaringan keras permukaan gigi diikuti

oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd & Bechal, 1991). Karies bila dibiarkan

akan bertambah besar dan dapat mencapai pulpa (rongga dalam gigi yang berisi

jaringan syaraf dan pembuluh darah) dan berisiko terjadi peradangan yang

menyebabkan rasa sakit berdenyut. Infeksi ini dapat menyebabkan kematian

jaringan pulpa dan bisa menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi sehingga

dapat terjadi abses (Dadan, 2015). Selain itu, bakteri flora normal mulut juga bisa

masuk aliran darah melalui gigi yang berlubang dan gusi yang berdarah hingga

terjadi bakteremia (Jawetz, 2007).

Keberadaan bakteri dalam mulut merupakaan suatu hal yang normal. Flora

normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptococcus viridans, Staphylococcus sp, dan Lactobacillus sp. Meskipun sebagai flora normal, dalam keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor

predisposisi seperti kebersihan rongga mulut berkaitan dengan sisa-sisa makanan

akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam (Jawetz, 2007).

Mekanisme terjadinya karies dimulai dengan munculnya plak. Plak adalah

kerak bakteri berupa lapisan tidak berwarna dan lengket, terbentuk di antara

pertemuan gigi dan gusi, terdiri atas endapan gelatin dari polimer-polimer glukosa

(glukan), terutama dihasilkan oleh Streptococcus sp. Golongan Streptococcus

(10)

2 Universitas Kristen Maranatha dalam rongga mulut. Enzim Glucosyltransferase yang dihasilkan oleh golongan bakteri ini dapat memfasilitasi pembentukan glukan, sehingga membantu

perlekatan dan agregasi bakteri lain untuk membentuk biofilm plak. Plak yang

tidak dibersihkan secara teratur akan mengalami pematangan dan bisa

berkembang menjadi karies dan merusak struktur gigi.

Struktur gigi yang sudah rusak tidak dapat kembali utuh secara sempurna.

Walaupun demikian, remineralisasi dapat terjadi. Pada stadium yang sangat dini

penyakit ini dapat dihentikan (Kidd & Bechal, 1991; Fotek, 2014). Tindakan

preventif berupa pengontrolan plak memegang peranan penting. Berdasarkan

penelitian dan kepustakaan, penambahan klorheksidin 0,2% dan povidon-iodin

1% ke dalam obat kumur sering dilakukan sebagai tambahan dalam pembersihan

plak secara mekanik. Hal ini disebabkan obat kumur dapat mencapai lebih banyak

permukaan yang tidak terjangkau oleh penyikatan ataupun benang gigi. Namun

terdapat beberapa efek samping dari penggunaan bahan tersebut, di antaranya,

rasa terbakar saat penggunaan, mengubah persepsi rasa sampai 4 jam setelah

berkumur, serta mengubah warna gigi pada pemakaian jangka panjang. Sebagai

tambahan, pada sebagian kasus infeksi, penggunaan antibiotik sangat diperlukan,

tetapi bila berlebihan dapat menyebabkan resistensi. Hal inilah yang mendasari

penulis untuk melakukan penelitian tentang bahan antikariogenik berbahan dasar

herbal yang bisa digunakan sebagai alternatif pencegahan maupun pengontrolan

plak penyebab karies.

Tumbuhan yang biasa dipakai salah satunya adalah daun sirih. Sirih hijau telah

diakui memiliki efek farmakologis yaitu sebagai antimikroba, antioksidan,

antimutagenik, antikarsinogenik, dan antiinflamasi. Jenis herbal ini dapat

dijadikan alternatif sebagai antiseptik di samping aman (tidak ada efek samping),

juga mudah terdegradasi (terurai), murah, serta mudah diperoleh. Kandungan

daun sirih hijau adalah minyak atsiri yang terdiri atas senyawa fenol dan beberapa

derivatnya eugenol dan kavikol yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri

sehingga bakteri ridak dapat bertahan hidup. Senyawa eugenol bersifat bakterisid

(11)

3 Universitas Kristen Maranatha 2010). Senyawa kavikol selain memberi bau khas pada sirih juga memiliki sifat

bakterisidal lima kali lipat dari senyawa fenol lainnya.

Khasiat ekstrak daun sirih hijau sebagai antibakteri telah dibuktikan oleh Lidya

Pratiwi (2010) menunjukkan ekstrak etanol 70% sirih hijau pada konsentrasi 20%

dapat mempengaruhi pertumbuhan Streptococcus viridans dengan konsentrasi hambat minimum lebih dari 15%. Menurut Maharani (2011), ekstrak sirih hijau

35% memiliki efek antibakteri yang lebih kuat jika dibandingkan dengan

povidon-iodin 10%.

Berdasarkan hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan

sensitivitas Streptococcus viridans terhadap ekstrak etanol daun sirih 35%, klorheksidin 0,2%, dan povidon-iodin 1% sebagai bahan dasar yang sering

digunakan di dalam produk pembersih mulut seperti obat kumur. Hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat membuat pembaca lebih selektif memilih produk

yang ada di pasaran terkait kandungan ketiga bahan yang diteliti hubungannya

dengan meningkatkan higiene mulut guna mencegah timbulnya karies maupun

perburukannya.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, dapat diidentifikasikan masalah yang

timbul dan patut diteliti, yaitu:

(12)

4 Universitas Kristen Maranatha 1.3Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini untuk membandingkan efektivitas antibakteri berbahan

dasar kimia dan herbal yang dapat digunakan sebagai alternatif pencegahan karies.

1.4Tujuan Penelitian

Mengamati sensitivitas Streptococcus viridans terhadap EEDS 35%,

klorheksidin 0,2% dan povidon-iodin 1% secara IN VITRO.

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

 Memberikan informasi ilmiah mengenai sensitivitas Streptococcus

viridans terhadap EEDS 35%, klorheksidin 0,2%, dan povidon-iodin 1%

sebagai bahan antikariogenik.

 Memberi infomasi bagi pengembangan ilmu kedokteran dan penelitian

selanjutnya tentang daun sirih, klorheksidin, dan povidon-iodin.

1.5.2 Manfaat praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penggunaan

produk-produk pembersih mulut berbahan dasar EEDS, klorheksidin, dan

povidon-iodin sebagai salah satu usaha pencegahan dan pengobatan penyakit

(13)

5 Universitas Kristen Maranatha 1.6 Kerangka Pemikiran

Karies gigi merupakan proses demineralisasi progresif disebabkan oleh suatu

interaksi antara mikroorganisme, saliva, makanan dan email (Houwink &

Winchel, 2000). Salah satu bakteri yang terkait dalam pembentukan karies adalah

Streptococcus viridans (Bartlett et al, 2012).

Menurut Gibbons dan Banghart (1967), Streptococcus kariogenik memegang

peranan utama dalam proses karies gigi melalui jalur memfermentasi karbohidrat

seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, dan maltosa. Hal ini berkaitan dengan

akumulasi plak. Proses pembentukan plak diawali oleh deposisi pelikel (lapisan

glikoprotein dari saliva) pada permukaan gigi. Pelikel berfungsi melindungi

permukaan gigi dari difusi ion asam ke gigi, namun di sisi lain juga menyebabkan

adhesi dari bakteri yang ada di mulut mengakibatkan kolonisasi membentuk

polisakarida intraseluler dan ekstraseluler yang berperan dalam perlekatan,

pembentukan, dan resistensi plak. Polisakarida ekstraseluler akan membentuk

substansi yang lengket yang mengikat plak menjadi satu kesatuan dan menjaga

perlekatannya ke permukaan gigi. Sementara polisakarida intraseluler akan

menyediakan nutrisi secara terus-menerus bagi bakteri di dalam plak. Produksi

asam yang terbentuk dari aktivitas plak berperan dalam mengawali pembentukan

karies.

Pada hakikatnya, proses karies gigi berjalan lambat sehingga faktor-faktor

yang mendukung bisa dikontrol. Salah satu cara pencegahannya adalah mencegah

pembentukan plak atau pembersihan plak secara teratur. Saat ini kontrol plak

dilengkapi dengan penambahan jenis bahan aktif yang mengandung bahan dasar

sintetik maupun bahan alami sebagai bahan antibakteri. Bahan antibakteri tersebut

tersedia dalam bentuk pasta gigi dan obat kumur. Klorheksidin dan povidon-iodin

termasuk yang sering digunakan (Prijantojo, 1992).

Klorheksidin bersifat bakterisidal terhadap kuman Gram-positif maupaun

Gram-negatif. Mekanisme penghambatan plak oleh klorheksidin adalah sebagai

berikut: (a) mengikat kelompok asam anionic dari glikoprotein saliva sehingga

(14)

6 Universitas Kristen Maranatha mengikat plasma polisakarida yang menyelubungi bakteri atau langsung berikatan

dengan dinding sel bakteri. Ikatan dengan lapisan polisakarida yang

menyelubungi bakteri akan menghambat adsorbsi bakteri ke permukaan gigi atau

pelikel. Sebaliknya ikatan klorheksidin langsung dengan sel bakteri menyebabkan

pecahnya membran sitoplasma bakteri; (c) mengendapkan faktor-faktor aglutinasi

asam dalam saliva dan menggantikan kalsium yang berperan merekatkan bakteri

membentuk massa plak. Meskipun klorheksidin dinilai efektif sebagai antiplak,

tetapi bahan ini mempunyai kelemahan berupa perubahan warna pada permukaan

gigi maupun mukosa serta gangguan pengecapan secara temporer. Oleh sebab itu,

penggunaannya hanya diindikasikan untuk jangka waktu pendek (sampai 2

minggu) (Fauza, 2015).

Iodin yang dilepaskan dari povidon-iodin bekerja sebagai antiseptik

berspektrum luas (Ganiswara, 1995). Mekanisme kerja povidon-iodin yaitu

bereaksi kuat dengan ikatan ganda asam lemak tak jenuh pada dinding sel dan

membran organel. Setelah bereaksi dengan dinding sel, akan terbentuk pori

sementara atau permanen yang menyebabkan hilangnya material sitoplasmik dan

ada aktivitas enzim yang berikatan secara langsung dengan iodin. Povidon-iodin

dapat menyebabkan koagulasi bahan inti sel tanpa menghancurkan dinding sel.

Hal ini akan menyebabkan protein dan DNA sel rusak. Efek povidon-iodin

terhadap bakteri rongga mulut sangat cepat. Namun bila dibandingkan dengan

klorheksidin, povidon-iodin hanya sedikit mempunyai sifat antiplak.

Povidon-iodin tidak dianjurkan untuk pemakaian perawatan kebersihan mulut dalam

jangka waktu lama karena tidak dapat menurunkan terjadinya penumpukan plak

sehingga radang gusi akan terus berlangsung. Selain itu, povidon-iodin juga

memiliki efek samping yaitu disfungsi ginjal dan tiroid karena iodin diabsorbsi

secara sistemik (Noronha & Almeida, 2000).

Pilihan lain sebagai bahan antibakteri dalam obat kumur adalah ekstrak daun

sirih hijau (Piper betle Linn). Pada setiap daun sirih hijau mengandung 4,2% minyak atsiri yang komponen utamanya terdiri dari bethel fenol dan beberapa

derivatnya eugenol allypyrocathecine (26,8-42,5%), cineol (26,8-42,5%) methyl

(15)

7 Universitas Kristen Maranatha karvakrol (2,2-5,6%), alkaloid, flavonoid, triterpenoid atau steroid, saponin,

terpen, fenilpropan, terpinen, diastase 0,8-1,8% dan tannin 1-1,3%. Fenol dan

derivatnya mempunyai daya antibakteri dengan cara menurunkan tegangan

permukaan sel dan denaturasi protein. Fenol bersifat toksik dalam protoplasma

mengakibatkan struktrur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi acak

tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini mengakibatkan

protein berubah sifat. Deret asam amino protein tersebut tetap utuh setelah

berubah sifat, namun aktivitas biologisnya menjadi rusak sehingga protein tidak

dapat melakukan fungsinya. Dengan terdenaturasinya protein sel maka semua

aktivitas metabolisme sel dikatalis oleh enzim sehingga bakteri tidak dapat

bertahan hidup (Nurrokhman, 2006). Kavikol dan kavibetol yang merupakan

turunan dari fenol mempunyai daya antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa.

Terdapat juga senyawa pada daun sirih yang memiliki efek antibakteri antara

lain katekin, tanin, flavonoid, dan saponin. Katekin bekerja dengan cara

mendenaturasi protein bakteri. Tanin menghambat enzim ekstraseluler mikroba,

mengambil alih substrat yang dibutuhkan pada pertumbuhan mikroba, atau

bekerja langsung pada metabolisme dengan cara menghambat fosforilasi oksidasi.

Flavonoid, selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai

anti-inflamasi. Mekanisme kerja saponin adalah berikatan dengan kompleks

polisakarida pada dinding sel, sehingga dapat merusak dinding sel bakteri.

(Heyne, 1987; Pradhan et al, 2013).

1.7 Hipotesis

(16)

52 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data statistik dapat disimpulkan:

- terdapat perbedaan sensitivitas Streptococcus viridans terhadap ekstrak daun sirih 35%, klorheksidin 0,2%, dan povidon-iodin 1%.

5.2Saran

Setelah dilakukan penelitian ini, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya:

1. Melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih, klorheksidin, dan

povidon-iodin secara in-vivo, serta membandingkan efektivitas ketiganya.

2. Melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih, klorheksidin, dan

povidon-iodin terhadap Streptococcus viridans dengan menggunakan metode lain.

3. Melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih, klorheksidin, dan

povidon iodin terhadap bakteri lain terutama bakteri anaerob atau penyebab

penyakit periodontal lainnya.

4. Melakukan uji aktivitas antibakteri bahan-bahan lain yang sering digunakan

(17)

53 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Alcamo, I. E., & Pommerville, J. C. 2007. Alcamo's Laboratory Fundamentals of

Microbiology. Sudbury, Mass: Jones and Bartlett.

American Dental Association. Oral Health Topicz A-Z: Dry Mouth. Dipetik 10 4, 2015, dari ADA: www.ada.org

Anderson, T. 2004. Dental treatment in Medieval England. British Dental Journal , 419-425.

Aronson, J. 2009. Meyler's Side Effects of Antimicrobial Drugs. Elsevier.

Ash, & Nelson. 2003. Wheeler's Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion (8 ed.). Saunders.

Baehni, P. C., & Guggenheim, B. (1996). Potential of diagnostic Microbiology for treatment and prognosis of dental caries and periodontal disease.

University of Geneva and Zurich,, 7(3), 262.

Banting, D. W. The Diagnosis of Root Caries. Dipetik 10 4, 2015, dari National Institute of Dental and Craniofacial Research.

Bartlett, J. G., Auwaerter, P. G., & Pham, P. A. 2012. Johns Hopkins ABX guide:

diagnosis and tretment of infectious disease. Burlington, MA: Jones and

Bartlett Learning.

Bissa, S., & Songara, D. 2007. Tradition in oral hygiene: Chewing of betel (Piper

betle L.) (Vol. 92). Current science.

British Nutrition Foundation. 2004. Dental Health. Dipetik 10 4, 2015, dari www.nutrition.org.uk

Brooks, G. F., Butel, J. S., Morse, S. A., & Jawetz, E. 2001. Jawetz, Melnick &

Adelberg's Medical Microbiology. Appleton & Lange.

Cate, A. R. 1998. Oral Histology: development, structure, and function (5 ed.). Clarke, J. K. 1924. On the Bacterial Factor in the Ætiology of Dental Caries.

British Journal of Experimental Pathology, 4 (3), 141-147.

Dadan, S. (2015, 3 15). Pencegahan dan Pengobatan Karies Gigi. Dipetik 10 4, 2015, dari radartasikmalaya.com: http://www.radartasikmalaya.com/prev /index.php/kesehatan/2015/pencegahan-dan-pengobatan-karies-gigi.html

Dalimartha, S., & Adrian, F. 2011. Khasiat Buah dan Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Decker, R. T., & Loveren, C. v. 2015. Sugars and dental caries. The American

Journal of Clinical Nutrition, 1-4.

(18)

54 Universitas Kristen Maranatha Devi, KP., Nisa, SA., Sakhtivel, R. 2010. Eugenol (an essential oil of clove) acts

as an antibacterial agent against Salmonella typhi by disrupting the cellular membran. Journal of ethnopharmacology.

Erdiyawati, N. 2000. Pengaruh Antiseptik Betadin Kumur dan Listerin terhadap Bakteri Rongga Mulut sebagai Pengganti Air pada Pencampuran Alginat. Skripsi.

Bailey & Scott's Diagnostic Microbiology. Toronto: St.Louis.

Fotek, I. 2014. Dental Cavities. Dipetik 10 4, 2015, dari MedlinePlus: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001055.htm

Freeman, B. A. 1985. Burrows Textbook of Microbiology (2nd ed.). Philadelphia: Saunders.

Ganiswara, S. G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK UI.

Gerabek, W. E. 1999. "The tooth-worm: historical aspects of a popular medical belief". Clinical Oral Investigations. US National Library of Medicine.

National Institutes of Health, 3(1), 1-6.

Greenwood. 1995. Antibiotic susceptibility (sensitivity) test, antimicrobial and

chemotherapy. USA: Mc Graw Hill Company.

Gibbons , R. J., & Banghart, S. B. (1967). Arch. Oral Bil.

Harley, J. P. 2007. Laboratory Exercises in Microbiology. McGraw-Hill Higher Education.

Health Promotion Board. Health Promotion Board: Dental Caries. Dipetik 10 4, 2015, dari hpb.gov.sg: www.hpv.gov.sg

Holloway, P. J. 1983. The role of sugar in the etiology of dental caries. Journal of

Dentistry, 11, 189-213.

(19)

55 Universitas Kristen Maranatha daun sirih terhadap beberapa bakteri gram positif . Skripsi. Jurusan Farmasi FKIK UIN Jakarta.

Kacker, A. (2013, 3 22). Ludwig's Angina. Dipetik 10 4, 2015, dari MedlinePlus: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001047

Kidd, E. A. 2005. Essentials of dental caries (3 ed.). New York: Oxford University Press.

Kidd, E. A., & Bechal, S. J. 1991. Dasar-Dasar Kares Penyakit dan

Penanggulangannya (1 ed.). Jakarta: EGC.

Kimball, J. W. (1999). Biologi (5th ed.). Jakarta: Erlangga.

Kleinberg, I. 2002. A mixed-bacteria ecological approach to understanding the role of the oral bacteria in dental caries causation: an alternative to stretococcus mutans and the specific-plaque hypothesis. SAGE journals, 13(2), 108-125.

Maharani, L. A. 2011. Sensitivity difference of Streptococcus viridans on 35% Piper betle linn extract and 10% povidone iodine towards recurrent apthous stomatitis. Media Dental Journal, 44(23).

Mahon, C. R., & Manuselis, G. 2000. Textbook of Diagnostic Microbiology (2nd ed.). Philadelphia: Saunders.

Marsh, P., & Martin, M. V. (1999). Oral Microbiology (4th ed.). Oxford, Wright. Michalek, Z. M., & McGhee, J. (1985). Oral Streptococci with Emphasis on

Streptococcus mutans. Philadelphia: Harper B Row.

Mount, G., & Hume, R. Dental Caries. Dipetik 10 4, 2015, dari http://web.archive.org/web/19991010224323/www.dent.ucla.edu/ce/caries /

National Cancer Institute. 2014. Oral Complications of Chemotherapy and

Head/Neck Radiation. Dipetik 10 4, 2015, dari cancer.gov:

New York Unversity Medical Center. Tooth Decay. Dipetik 10 4, 2015, dari New York University Medical Center: www.med.nyu.edu

Noronha, & Almeida. 2000. Local Burn Treatment - Topical Antimicrobial

Agents. Dipetik November 21, 2015, dari medbc.com:

(20)

56 Universitas Kristen Maranatha Nurrokhman. 2006. Efek air rebusan daun sirih pada peningkatan kepekaan

Staphylococcus aureus terhadap ampisilin in vitro. Jurnal Kedokteran

Yarsi, 14(1), 24-28.

Oswald, T. T. 1981. Tumbuhan Obat. Jakarta: Bahratara Karya Aksara.

Pradhan, D. 2013. Golden Heart of the Nature: Piper betle L. Journal of

Pharmacognosy and Phytochemistry , 1(6), 147-167.

Prijantojo, P. 1992. Penurunan Radang Gingiva karena Pemakaian Larutan 0,2% Klorheksidin Sebagai Obat Kumur. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas

Indonesia, 7(7).

Richards, M. P. 2002. A brief review of the archaeological evidence for Palaeolithic and Neolithic subsistence. European Journal of Clinical

Nutrition, 56(12), 1270-1278.

Rogers, A. H. 2008. Molecular Oral Microbiology. Australia: Caister Academic Press.

Silverstone, L. M. 1983. Remineralization and dental caries: new concepts. Dental

Update, 10, 261-273.

Siswandono, & Soekarjo, B. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press.

Soames, J. V., & Southam, J. C. 1993. Oral Pathology: Dental Caries (2 ed.). Sonis, S. T. 2003. Dental secrets: Questions and Answers Reveal the Secrets to

the Principles and Practice of Dentistry (3 ed.). Hanley & Belfus, Inc.

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijawa. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC.

Suddick, R. P., & Harris, N. O. 1990. Historical Perspective of Oral Biology: A Series. Critical Reviews in Oral Biology and Medicine, 1(2), 135-151. Summit, J. B., Robbins, J. W., & S, R. 2001. Fundamental of Operative Dentistry:

A Contemporary Approach. Illinois: Quintessence Publishing Co, Inc.

Tjay, T. H., & Rahadja, K. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan

Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: Alex Media Komputindo.

University of Illinois at Chicago. (98). Epidemiology of dental disease. Dipetik 10

(21)

57 Universitas Kristen Maranatha Worotitjan, I., Mintjelungan, C. N., & Gunawan, P. 2013. Pengalaman Karies

Gigi serta Pola Makan dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara. Jurna e-GiGi, 1(1), 59-68.

Gambar

Tabel 2.1 Spesies Streptococcus viridans ............................................................
Gambar 2.1 Gigi normal dan jenis karies.............................................................

Referensi

Dokumen terkait

Lama penyimpanan menggunakan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun

02 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah

Sebagai catatan untuk para wanita tidak diperbolehkan untuk sesering mungkin berziarah kubur, karena hal tersebut akan menghantarkan kepada perbuatan yang

Dinas Kesehatan Kabupaten Seruyan melalui beberapa program yang telah dan sedang dilaksanakan adalah pengembangan program pemberantasan penyakit menular malaria dengan dukungan

Tujuan penulisan ini untuk merancang sistem administrasi pasien rawat jalan yang masih manual menjadi terkomputerisasi, dan juga untuk memberikan solusi yang lebih

Untuk lebih lanjut penulis akan membahas masalah ini dalam sebuah Penulisan Ilmiah yang diberi judul DNA komputer sebagai pengganti chip mikroprosesor silikon yang mampu

Sedangkan tujuan pendidikan yang harus dicapai pada Pasal 13 Ayat 1 adalah &#34;untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk

Berikan contoh nyata yang Anda alami dalam kehidupan profesional sebagai Ketua Program Studi dan/atau Jurusan/Bagian/Departemen S1/Diploma dan bagaimana dampaknya