• Tidak ada hasil yang ditemukan

Values of Children Dimensi Positif dan Negatif Anak Perempuan pada Ayah Berlatarbelakang Budaya Batak Toba di Gereja "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Values of Children Dimensi Positif dan Negatif Anak Perempuan pada Ayah Berlatarbelakang Budaya Batak Toba di Gereja "X" Bandung."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai values of children dimensi positif dan negatif. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survey.

Alat ukur berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori values of children (Arnold, 1975) dan terdiri atas 48 item yang diterima. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,733 yang berarti alat ukur dinyatakan reliabel.

Simpulan yang diperoleh adalah ayah berlatarbelakang budaya Batak Toba memaknai anak perempuan melalui aspek kebermanfaatan secara tanggung jawab ayah terhadap anak perempuan (Self Enrichment and Development) yaitu 100% (18 orang) dan beban dalam hal emosi (Emotional Cost) yaitu 89%.

(2)

iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This research was conducted with the aim to determine the values of the children an idea of positive and negative dimensions. The selection of the sample by using purposive sampling and sample in this study is 18 people. This is a descriptive study using survey method.

Measuring devices in the form of a questionnaire prepared by the researchers based on the theory of values of children (Arnold, 1975) and consists of 48 items that are accepted. Test reliability was obtained for 0.733 which means the otherwise reliable measuring tool.

The conclusion is the father of Toba Batak cultural backgrounds interpret girls through aspects responsibility usefulness as a father to his daughter (Self Enrichment and Development) is 100% (18 people) and load in terms of emotion (Emotional Cost) is 89% (16 people )

(3)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN………... i

ABSTRAK……… ii

KATA PENGANTAR………... Iv DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR SKEMA DAN BAGAN……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang Masalah……… 1

1.2. Identifikasi Masalah……….. 4

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian……….. 5

1.3.1. Maksud Penelitian………. 5

1.3.2. Tujuan Penelitian………... 5

1.4. Kegunaan Penelitian………. 5

1.4.1. Kegunaan Teoretis………. 5

1.4.2. Kegunaan Praktis………... 5

1.5. Kerangka Pemikiran……….. 6

1.6. Asumsi……….. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….. 14

2.1.Values of children………. 14

(4)

vii Universitas Kristen Maranatha 2.1.2. Kategori-kategori yang Merefleksikan Kebutuhan dan

Fungsi yang Diperoleh dengan Memiliki Anak……….. 15

2.1.3. Dimensi Values of children………... 17

2.2. Keluarga………. 19

2.2.1. Pengertian Keluarga……….. 19

2.2.2. Tahapan Keluarga………. 20

2.2.3. Peran Keluarga……….. 21

2.3. Budaya Batak………. 22

2.3.1. Sistem Kekerabatan Suku Batak…...……… 23

2.3.2. Perkawinan………..……….. 25

2.3.3. Pembagian Harta Warisan ………... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 27

3.1. Rancangan Penelitian………. 27

3.2. Skema Prosedur Penelitian……… 27

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 28

3.3.1. Variabel Penelitian……… 28

3.3.2. Definisi Konseptual……….. 28

3.3.3. Definisi Operasional………. 28

3.4. Alat Ukur Dimensi Positif dan Negatif..………... 30

3.4.1. Dimensi Positive General Values………. 30

3.4.2. Dimensi Negative General Values……… 31

3.5. Alat Ukur………... 32

(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

3.6. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……….. 34

3.6.1. Validitas Alat Ukur……….. 34

3.6.2. Reliabilitas Alat Ukur……….. 35

3.7. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel……… 35

3.7.1. Populasi Sasaran………... 35

3.7.2. Karakteristik Populasi………... 35

3.7.3. Teknik Penarikan Sampel………. 36

3.7.4. Teknik Analisis Data………. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 37

4.1. Data Demografis………... 37

4.2. Hasil………. 38

4.3. Pembahasan……….. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 59

5.1. Kesimpulan………... 59

5.2. Saran……….. 59

5.2.1. Saran Teoretis………... 59

5.2.2. Saran Praktis………. 60

DAFTAR PUSTAKA……….. 61

(6)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.4.1 Kisi-kisi alat ukur dimensi positif general values……….. 34

Tabel 3.4.2 Kisi-kisi alat ukur dimensi negative general values………….. 35

Tabel 3.5 Tabel norma mutlak per aspek………... 37

Tabel 4.1 Tabel data demografis……… 40

Tabel 4.2 Tabel aspek positive general values……….. 41

Tabel 4.3 Tabel aspek negative general values………. 42

Tabel 4.4 Tabel tabulasi silang antara aspek positive general values dengan faktor yang memengaruhi……….. 43

(7)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(8)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap orangtua memiliki harapan tertentu terhadap masa depan anaknya yang diharapkan dapat dicapai oleh anak-anak mereka. Para orangtua menginginkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat menjalankan tugas-tugas perkembangannya dengan baik pula. Anak merupakan buah cinta kasih sekaligus generasi penerus orangtua yang membutuhkan arahan dan bimbingan dari orangtua. Pada kenyataannya, keberadaan anak di dalam keluarga memiliki banyak fungsi dan dapat memenuhi kebutuhan orangtua (Arnold, 1975). Seringkali sebuah pernikahan dianggap semakin lengkap dan berarti dengan hadirnya seorang anak di dalam suatu keluarga. Anak dapat dinilai sebagai sebuah pembuktian bahwa suami atau istri memiliki kesuburan biologis, hadirnya anak dapat membantu menaikkan harga diri orangtua baik di lingkungan keluarga besar maupun di lingkungan masyarakat. Setiap orangtua dapat memiliki berbagai pandangan yang berkaitan dengan alasan mengapa ingin memiliki anak.

(10)

2

Universitas Kristen Maranatha mertua. Akan tetapi anak dapat pula dianggap sebagai beban dalam pemenuhan kebutuhan keluarga karena hadirnya anak dapat meningkatkan pengeluaran keluarga (Rahayu, Skripsi, 2012)

Indonesia adalah negara yang memiliki beragam suku, bahasa dan budaya. Salah satunya di budaya batak. Budaya batak adalah salah satu budaya unik Indonesia. Sistem keluarga Batak yang patrilineal menjadi hal penting bagi masyarakat Batak. Didalam keluarga Batak memiliki turunan – turunan, marga dan kelompok–kelompok suku. Keseluruhannya diambil dari garis keturunan laki–laki. Oleh karena itu keluarga dapat dikatakan punah jika tidak dapat melahirkan anak laki–laki. Laki–laki yang nantinya akan membentuk kelompok kekerabatan dan perempuan membentuk kelompok besan, karena perempuan harus menikah dengan laki–laki yang berasal dari kelompok patrilineal yang lain (Vergouwen, 1986).

Selain itu ada pandangan bahwa rumah tangga yang tidak memiliki anak laki–laki dalam keluarganya seperti pohon yang tanpa akar, karena anak laki–laki dipandang berkewajiban mengurus dan meneruskan kelangsungan hidup keluarganya (Nurelide, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Nurlide (2007) mengungkapkan bahwa bagi masyarakat Batak Toba yang masih menganut sistem kekeluargaan patrilineal memandang anak laki–laki memiliki arti penting dalam keluarga karena nantinya akan meneruskan kelangsungan hidup keluarga.

https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/viewFile/215/191

Gereja “X” merupakan salah satu gereja yang ada di kota Bandung. Gereja

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha suku tertentu. Gereja “X” adalah gereja yang jemaatnya berasal dari berbagai

(12)

4

Universitas Kristen Maranatha memunyai keturunan. Selain itu mereka juga merasa lebih cepat lelah karena mereka terus memikirkan anak perempuan mereka yang belum menikah.

Meskipun makna anak laki-laki sangat penting dalam kehidupan keluarga Batak, bukan berarti bahwa anak perempuan menjadi tidak penting. Hal tersebut dikarenakan telah terjadi pemahaman nilai-nilai ajaran agama Kristiani yang mengatakan bahwa pada dasarnya anak laki–laki dan anak perempuan sama. Seperti yang tertulis dalam kitab Kejadian 1:27-30 : “Laki-laki dan perempuan diciptakan segambar dengan Allah dan diberi misi yang sama.”

Adanya perbedaan antara anak laki–laki dan perempuan dalam budaya Batak Toba, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai nilai positif (positif general values) dan nilai negatif (negative general values) anak perempuan pada ayah yang berlatar belakang budaya Batak Toba supaya tidak lagi terjadi perbedaan perlakuan jenis kelamin dimasa yang akan datang.

1.2 Identifikasi Masalah

(13)

5

Universitas Kristen Maranatha

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Untuk memeroleh gambaran mengenai values of children dimensi positif (positif general values) dan negatif (negative general values) anak perempuan pada ayah berlatarbelakang budaya Batak Toba di gereja “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui values of children anak perempuan pada ayah berlatarbelakang budaya Batak Toba di gereja “X” Bandung yang diukur melalui dimensi kebermanfaatan dan beban.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di bidang Psikologi Sosial Budaya mengenai values of children.

 Dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak-pihak yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan values of children.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi kepada para ayah berlatar belakang budaya Batak

Toba di gereja “X” Bandung mengenai values of children dimensi positif

(14)

6

Universitas Kristen Maranatha perempuan, yang berguna untuk pemahaman diri yang selanjutnya diharapkan dapat menumbuhkan rasa empati kepada anak perempuan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Anak-anak dapat menambah keaktifan yang cukup untuk rumah tangga, dan mereka memiliki respon yang baru untuk kebahagiaan dan kekesalan hidup. Anak-anak memberikan rasa bahwa sesuatu yang baru dan berbeda yang terjadi, dapat membantu untuk meringankan kebosanan hidup sehari-hari (Lamanna, Mary Ann and Riedmann, Agnes. Marriages and Families). Anak–anak juga dapat dinilai berbeda – beda oleh orangtua mereka. Karena itu, makna anak dapat dilihat melalui values of children.

Values of Children merujuk pada hypothetical net worth dari seorang anak. Hal yang diukur adalah bagaimana persepsi orangtua terhadap kepuasan yang diperoleh dan biaya yang harus dikeluarkan dengan memiliki anak. Hal ini dianggap berkaitan langsung dengan kebutuhan, sikap, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh orangtua.

(15)

7

Universitas Kristen Maranatha Ayah yang memandang anaknya perempuannya sebagai Emotional Benefit, akan merasakan kebahagiaan dan kesenangan. Keberadaan anak perempuan dalam keluarga mampu mengusir rasa kesendirian dan kebosanan ayah. Di keluarga berlatarbelakang budaya Batak Toba, kehadiran anak perempuan dapat membuat ayah merasa bahagia serta mengusir rasa kesendirian dan bosan ayah.

Ayah yang memandang anak perempuannya sebagai Economic Benefits, anak perempuan dimaknai sebagai orang yang kelak mampu membantu ayah dalam mengurus rumah, membantu mengurus usaha ayah membantu menjaga dan mengurus saudara kandungnya serta menjadi jaminan untuk mengurus dan menjaga ayah baik secara ekonomi, fisik, dan psikis di masa tua. Ini artinya anak perempuan dipandang sebagai komoditas ayahnya. Di keluarga berlatar belakang budaya Batak Toba, kehadiran anak perempuan dapat membantu ayah dalam mengurus rumah tangga, menjaga adik–adiknya dan dapat merawat ayah ketika sudah lanjut usia.

(16)

8

Universitas Kristen Maranatha anaknya dengan baik agar anaknya dapat berkembang dengan baik pula. Dengan begitu, ayah merasa mampu mendidik dan membesarkan anaknya dengan baik.

Ayah yang memandang anak perempuannya sebagai Identification with children, maka ayah merasa bahwa anak perempuannya adalah cerminan dari dirinya atau melihat anak perempuan seperti dirinya sendiri. Dengan kehadiran anak perempuan, ayah merasakan kebahagiaan melihat pertumbuhan dan perkembangan anak; ayah merasa bangga saat anaknya mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik. Di keluarga berlatarbelakang budaya Batak Toba kehadiran anak perempuan membuat ayah merasa bangga karena anak memiliki prestasi di sekolah dan kemampuan seperti ayahnya. Ayah juga merasa bangga karena anaknya dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik.

Ayah yang memandang anak perempuannya sebagai Family cohesiveness and continuity, akan memaknai kehadiran anak perempuan secara positif sebagai pengikat antara suami dan istri, kesempurnaan pernikahan, pelengkap kehidupan keluarga. Di keluarga berlatar belakang budaya Batak Toba kehadiran anak perempuan dapat membuat hubungan ayah dan ibu semakin erat dan romantis.

Negative General Values adalah suatu beban yang dirasakan oleh ayah mengenai kehadiran anak di tengah-tengah keluarga. Dimensi ini terdiri atas aspek-aspek Emotional Costs, Economic Costs, Restrictions or Opportunity Costs, Physical Demands, Family Costs.

(17)

9

Universitas Kristen Maranatha mencemaskan perilaku anak di sekolah; ayah merasa terganggu dengan keributan yang dibuat anak di rumah. Di keluarga berlatarbelakang budaya Batak Toba kehadiran anak perempuan membuat ayah merasa cemas karena anak perempuannya tidak dapat menjaga dirinya sendiri dengan baik. Begitu juga dengan keributan yang anak buat di rumah membuat ayah merasa terganggu.

Ayah yang memandang anak perempuannya sebagai Economic costs maka kehadiran anak di tengah keluarga dipandang sebagai beban ekonomi keluarga. Ayah merasa terbeban karena harus mengeluarkan biaya yang besar untuk pengasuhan dan pendidikan anak perempuan. Anak perempuan dipandang sebagai beban ekonomi bagi keluarganya. Di keluarga berlatarbelakang budaya Batak Toba kehadiran anak perempuan membuat ayah merasa terbebani karena harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk keperluan anak perempuannya. Uang yang dikeluarkan ayah terkadang melebihi pendapatan yang diperoleh ayahnya.

(18)

10

Universitas Kristen Maranatha Ayah yang memandang anak perempuannya sebagai physical demands maka kehadiran anak perempuan dipandang sebagai sumber penyebab kelelahan fisik ayah. Ayah harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga merasakan kelelahan dan terbatasnya waktu tidur karena harus mengurus dan merawat anak perempuannya. Misalnya ayah harus bangun lebih awal untuk mempersiapkan kebutuhan anaknya, mengantar anaknya ke sekolah, dan baru bisa tidur malam hari bila anaknya sudah tidur. Di keluarga berlatar belakangbudaya Batak Toba ayah merasa lelah dengan kehadiran anak perempuan karena harus menyiapkan semua keperluan anak perempuannya.

Ayah yang memandang anak perempuannya sebagai family costs maka kehadiran anak dipandang sebagai alasan perselisihan yang terjadi pada pasangan suami istri. Suami dan istri seringkali bertengkar karena ada perbedaan penerapan pola pengasuhan anak. Selain itu, kehadiran anak merebut perhatian pasangannya serta berkurangnya waktu bagi pasangan untuk bersama. Misalnya suami kecewa karena istri lebih mementingkan mengurus kebutuhan anak daripada mengurus kebutuhan suami. Di keluarga berlatarbelakang budaya Batak Toba kehadiran anak perempuan membuat ayah merasa tersaingi karena waktu ibu lebih banyak dihabiskan untuk mengurusi anak. Ayah juga sering bertengkar dengan ibu karena ibu terlalu memanjakan anaknya.

(19)

11

Universitas Kristen Maranatha belakang pendidikan yang rendah cenderung akan memandang anak sebagai komoditas keluarga (Economic Benefits). Apabila latar belakang pendidikan orangtua tinggi akan memandang anak sebagai cerminan yang memiliki kemampuan seperti dirinya (Identification with Children), sehingga anak disekolahkan sampai tingkat yang sama dengan orangtua atau melebihi tingkat pendidikan orangtuanya.

Usia orangtua saat menikah memberikan pengaruh terhadap makna anak. Orangtua yang masih muda belum memiliki banyak tabungan untuk mempersiapkan kelahiran anak sehingga anak dipandang sebagai sumber pengeluaran keluarga (Economic Costs). Di samping itu anak dipandang sebagai penghalang kebebasan orangtua dalam mengikuti kegiatan adat apalagi ketika anaknya masih kecil. (Restriction or Opportunity Costs). Pada orangtua yang menikah di usia yang lebih tua merasakan bahwa kehadiran anak dapat menjamin masa tua ketika dirinya sudah tidak mampu bekerja (Economic Benefits), selain itu kehadiran anak dapat membuat orangtua semakin dewasa karena orangtua memiliki rasa bertanggungjawab untuk membesarkan anaknya (Self-enrichment and Development).

(20)

12

Universitas Kristen Maranatha Dalam skema dapat dilihat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Skema 1.1 Kerangka Pikir

1.6 Asumsi

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka peneliti merumuskan asumsi sebagai berikut :

- Values of children dimensi positif dan negatif anak perempuan pada ayah berlatarbelakang budaya Batak Toba mengenai anak perempuan berbeda– beda.

Orangtua berlatar belakang budaya Batak Toba di gereja “X” Bandung

Faktor-faktor yang memengaruhi :

 Pendidikan

 Tingkat perekonomian  Usia saat menikah

Value of Children mengenai anak perempuan

Positive General Values : - emotional benefits - economic benefits - self-enrichment and

development - identification with

children

- family cohesiveness and continuity

Negative General Values : - emotional costs

- economic costs - restrictions or

(21)

13

Universitas Kristen Maranatha - Values yang dimiliki ayah berlatarbelakang budaya Batak Toba mengenai

(22)

59 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian dari 18 orang ayah yang berlatar belakang budaya Batak Toba di

Gereja “X” Bandung, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

 Ayah berlatarbelakang budaya Batak Toba memaknai anak perempuan melalui aspek kebermanfaatan secara tanggung jawab ayah terhadap anak perempuan (Self Enrichment and Development) dan beban dalam hal emosi (Emotional Cost).

 Ayah dalam memaknai anak perempuannya juga berkaitan dengan faktor-faktor seperti latar belakang pendidikan, penghasilan perbulan dan usia saat menikah.

5.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dungkapkan, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan :

5.2.1. Saran Teoretis

(23)

60

Universitas Kristen Maranatha values) dan nilai negatif (negative general values) anak perempuan pada ayah berlatar belakang budaya Batak Toba.

 Untuk memerbaiki alat ukur yang lebih dapat menjaring nilai positif (positive general values) dan nilai negatif (negative general values) anak perempuan pada ayah berlatar belakang budaya Batak Toba dengan lebih baik terutama pada item-item emotional cost dan economic cost.

Untuk penelitian selanjutnya disarankan juga meneliti dimensi large family values dan small family values. Terutama dimensi large family values. Karena dalam keluarga berlatar belakang budaya Batak Toba yang disebut keluarga bukan hanya yang memiliki hubungan darah tetapi juga memiliki marga yang sama.

5.2.2. Saran Praktis

 Bagi ayah berlatar belakang budaya Batak Toba supaya tidak ada lagi perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan anak perempuan.

(24)

61 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, Fred, Cs,. (1975). The Value of Children, a cross–national study. Introduction and comparative, Volume One, East-West Population. Honolulu, Hawaii : Intitute, East-West.

Atkinson, Rita L, dkk . Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas, Jilid 1 Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia

Santrock, John W. (2004). Life Span Development. 9th edition. New York : The McGraw- Hill Companies.

(25)

62 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Contributor. Sistem Kekerabatan Suku Batak . (Online)

(http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/942/sistem-kekerabatan-suku-batak#.UaNvsqxoaWZ diakses 9 Januari 2014)

User, Super. 2013. Batak Masih Diskriminatif Terhadap Perempuan. (Online) (http://batakmedia.com/opini/item/37-batak-masih-diskriminatif-pada-perempuan.html diakses 9 Januari 2014)

Journal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2 No 2 oleh RN. Aninda (Online)

(https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/viewFile/215/191 diakses 12 Januari 2014)

Psikologi Keluarga (Families Psychology)

(http://www.psychologymania.com/2011/09/psikologi-keluarga-families psychology.html?m=1 diakses 16 Januari 2014)

Rahayu. 2012. Studi Kasus Mengenai Values of Children Pada Ayah Di Dusun

Referensi

Dokumen terkait

Suatu penelitian pada dasarnya memiliki tujuan, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Islam Batak Toba terhadap

Selain itu, bagi pria dewasa madya Batak Toba di gereja ‘X’ di Bandung dapat mengadakan pertemuan dalam rangka menyesuaikan values yang dimilikinya dengan perkembangan

1) Sesuai dengan yang Anda ketahui, apakah keluarga Batak Toba memiliki peran dalam menentukan pasangan anaknya? Mohon Anda jelaskan, peran seperti apa yang

kedudukan anak perempuan dalam hak waris adat Batak Toba yang ada di Semarang. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan penulis membahas

Setiap suku bangsa pasti memiliki ciri khas budaya masing-masing yang biasa disebut dengan budaya lokal, begitu juga dengan suku Batak Toba memiliki budaya lokal

Selain memiliki peranan sebagai pengasuh anak, perempuan batak toba memiliki peranan lain yaitu sebagai perempuan dari keturunan masyarakat batak toba dengan konsep “boru ni

Pada umumnya rumah adat masyarakat Batak Toba yang disebut juga dengan Gorga Sopo Godang, terdapat berbagai jenis ornamen yang diletakkan di berbagai tempat yang memiliki makna

(2) Pola perilaku masyarakat batak Toba dalam menyikapi nilai-nilai yang bersangkutan mengenai prosesi mangulosi ternyata memiliki nilai-nilai yang sangat tinggi,