• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat - Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba) di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat - Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba) di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan satu atau lebih pekerjaan dalam aktivitasnya sehari-hari sehingga kelangsungan hidupnya akan terus berjalan. Pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pekerja guna mendapatkan hal berupa gaji maupun upah. Pekerjaan tidaklah sama dengan bekerja. Honour dan Mainwaring (1982 : 187) dijelaskan bahwa pekerjaan ditandai dengan adanya suatu tugas yang memiliki aktivitas atau sifat usaha di dalamnya. Setiap pekerjaan dilakukan oleh pekerja. Pekerja adalah tiap orang yang melakukan pekerjaan, baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja (Toha dan Pramono, 1987: 7).

(2)

sosio-ekonomis yang lebih rendah cenderung mementingkan makna ekstrinsik seperti upah dan kontak sosial, sedangkan mereka dalam kelompok yang lebih tinggi mencari makna intrinsik misalnya prestasi ataupun pencapaian.

Dalam semua masyarakat ada beberapa jenis pekerjaan yang dilakukan untuk kelangsungan hidup mereka. Namun berbagai masyarakat, memiliki cara yang berbeda dalam mengalokasikan pekerjaan kepada orang-orang, serta berbeda pula tingkat nilai dan kepercayaannya yang diberikan untuk setiap pekerjaan yang ada. Masing-masing individu memiliki kepercayaan dan harapan tertentu mengenai pekerjaan, terutama yang berhubungan dengan peranan pekerjaan mereka.

2.2 Hubungan Pekerjaan dan Status Sosial

(3)

menandakan perbedaan kelompok berdasarkan kehormatan dan kedudukan mereka di tengah- tengah masyarakat.

Untuk mengukur status seseorang menurut Pitirim Sorokin (dalam Narwoko dan Bagong, 2011 :156) disebutkan yaitu

1. Jabatan atau pekerjaan

2. Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan

3. Kekayaan

4. Politis 5. Keturunan 6. Agama

Status pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu status sosial yang bersifat objektif dan subjektif. Status yang bersifat objektif yaitu status yang diperoleh atas usaha sendiri dangan hak dan kewajiban yang terlepas dari individu dan status yang bersifat subjektif adalah status yang menunjukkan hasil dari penilaian orang lain dan tidak bersifat konsisten. Mengutip dari Soekanto (2006) dijelaskan bahwa masyarakat pada umumnya mengembangkan tiga macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status.

Adapun pengertian dari masing-masing jenis status sebagaimana yang disebutkan dalam Soekanto (2006 : 211) yaitu ascribed status yaitu status seseorang dalam masyarakat yang diperoleh atas dasar kelahiran, achieved status adalah status yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung kemampuan masing-masing dalam mengejar tujuannya. Assigned

Status adalah status yang diberikan oleh seseorang yang berkedudukan tinggi

kepada seseorang yang telah berjasa dalam masyarakat.

(4)

antara manager dan tenaga administratif, antara rektor dan dosen, antara kepala sekolah dan guru, serta berbagai klasifikasi lainnya. Pekerjaan merupakan salah satu ukuran yang menentukan status sosial seseorang. Selain itu jabatan dalam pekerjaan juga menentukan status sosial masyarakat tersebut.

Parker, dkk (1992) mengatakan bahwa suatu jabatan menunjukan suatu perluasan kewajiban yang dijalankan dalam suatu organisasi kerja, sehingga seseorang akan menjalankan dari suatu peran di dalam peran-peran lainnya. Semakin tinggi status pekerjaan, maka akan semakin banyak dan spesifik elemen-elemen pekerjaan yang ada di dalamnya. Sebagai perbandingannya, hanya ada sedikit persyaratan untuk menduduki jabatan sebagai pesuruh, karena peranan yang dijalankannya sangat terbatas. Namun, untuk menjadi seorang manager diperlukan persyaratan yang lebih banyak karena peran yang dijalankannya lebih banyak (Parker, dkk, 1992 :216).

Salah satu pekerjaan yang saat ini dilakoni oleh masyarakat yaitu pekerjaan sebagai pengasuh anak. Pekerjaan sebagai pengasuh anak merupakan pekerjaan dengan status sosial objektif. Dimana status yang diperoleh melalui pekerjaan tersebut diperoleh atas dasar upaya sendiri. Pekerjaan sebagai pengasuh anak juga merupakan bentuk dari achieved status dalam masyarakat karena pekerjaan tersebut diperoleh atas dasar usaha dari individu yang bekerja sebagai pengasuh anak tersebut.

(5)

sebagai pengasuh anak termasuk dalam stratifikasi tingkat bawah. Sehingga measyarakat streotipe terhadap pekerjaan sebagai pengasuh anak tersebut. Dimana masyarakat mengkategorikan pekerjaan sebagai pengasuh anak sebagai pekerjaan masyarakat kelas bawah dengan status sosial yang rendah.

Dalam masyarakat, semakin tinggi jabatan seseorang dalam pekerjaannya, semakin tinggi pula status sosialnya dalam masyarakat. Serta semakin rendah jabatan seseorang dalam masyarakat semakin rendah pula status sosialnya dalam masyarakat. Antara status sosial dan pekerjaan memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Semakin tinggi pekerjaan dan jabatan seseorang maka akan semakin tinggi pula status sosial orang tersebut dalam masyarakat. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah pekerjaan dan jabatan seseorang, semakin rendah pula status sosialnya.

2.3 Peran Perempuan Dalam Kekerabatan Masyarakat Etnis Batak Toba

(6)

Adapun isi dari falsafah tersebut yaitu somba marhula-hula, manat

mardongan tubu, eIek marboru. Adapun penjelasannya masing-masing yaitu

sebagai berikut :

1. Somba Marhula-hula (hormat kepada Hula-hula). Hula-hula adalah kelompok keluarga pihak marga istri, pihak pemberi istri. Hula-hula ditengarai sebagai sumber berkat. Hula-hula sebagai sumber hagabeon/keturunan.

2. Elek Marboru/lemah lembut tehadap boru/perempuan. Boru adalah keluarga marga laki-laki, pihak penerima wanita. Sikap lemah lembut terhadap boru perlu, dimana tanpa boru mengadakan pesta adalah suatu hal yang tidak mungkin dilakukan.

3. Manat mardongan tubu/sabutuha, teman semarga, kaum kelompok yang satu marga (dongan=teman, sabutuha=satu

perut). Suatu sikap berhati-hati terhadap sesama marga untuk

mencegah salah paham dalam pelaksanaan acara adat.

(dikutip dari : http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED

Underg -raduate-24317-308322052%20Bab%20I.pdf, diakses 11

Februari 2014 pukul 11.16 Wib)

Falsafah inilah yang menjadi landasan bagi masyarakat batak toba dalam tatanan kekerabatan antara sesama yang bersaudara, dengan hula-hula dan boru. Dimana untuk menjaga keseimbangan tersebut harus disadari bahwa semua orang akan pernah menjadi hula-hula, pernah menjadi boru, dan pernah menjadi dongan tubu. Mengutip dari Irianto (2005) dijelaskan bahwa orang batak toba menempatkan dirinya dalam susunan dalihan na tolu tersebut, sehingga mereka dapat mencari kemungkinan adanya hubungan kekerabatan di antara sesamanya.

(7)

Mengutip dari Irianto (2005) dijelaskan bahwa dalam sejarah orang batak toba dapat ditelusuri melalui garis laki-laki, akan tetapi anak perempuan dan istri tidak tercatat di dalamnya. Dalam sistem patrilineal, laki-laki dan perempuan menyandang hak dan kewajiban yang berbeda terhadap marga mereka. Sepanjang hidupnya laki-laki hanya bertanggung jawab atas marga ayahnya. Untuk perempuan sendiri, mereka bertanggung jawab atas dua marga yaitu marga ayahnya dan suaminya. Walaupun demikian, posisi perempuan dalam kekerabatan tersebut tidak jelas, karena meskipun berhubungan dengan keduanya tetapi tidak pernah menjadi anggota penuh dari keduanya.

Perempuan menunjuk kepada salah satu dari dua jenis kelamin. Perempuan batak toba diartikan sebagai perempuan yang merupakan keturunan dari keluarga batak toba, dimana hal ini perempuan tersebut memiliki marga dari suku batak toba. Dalam suku batak toba, dikenal istilah “boru ni raja” yang merupakan konsep priyayi masyarakat batak toba. Istilah ini diberikan kepada perempuan-perempuan keturunan batak toba untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kepada perempuan batak toba agar berperilaku layaknya seorang putri raja, baik dalam hal tutur kata, berpakaian, dan lain sebagainya.

(8)

Perempuan batak toba adalah perempuan yang dikenal pekerja keras dan tangguh. Peran perempuan batak toba dalam hal ekonomi keluarga yaitu dimana perempuan batak toba terjun ke dalam ruang publik untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya. Mulai dari pekerjaan masyarakat kelas atas seperti dokter, pengacara, dosen, dan sebagainya hingga pekerjaan masyarakat kelas bawah yaitu pembantu rumah tangga, buruh pabrik, hingga pengasuh anak. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, perempuan batak toba banyak yang berperan ganda dengan bekerja di ruang publik dan ruang domestik.

Perempuan batak toba juga berperan sebagai perempuan yang menjadi penjaga dan penjamin terwujudnya nilai-nilai hamoraon, hagabeon, dan

hasangapon melalui cara apapun (Irianto, 2005 : 96). Dimana hamoraon

merupakan nilai untuk memiliki kekayaan, hagabeon merupakan nilai untuk diberkati karena keturunan, serta hasangapon merupakan nilai untuk prestise ataupun penghargaan.

2.4 Pandangan Teori Dramaturgi Pada Ekspresi Peran Individu Dalam

Interaksi Sosialnya

H.Bonner mengatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara dua atau lebih manusia ketika kelakuan individu yang saru mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakukan individu lain, atau sebaliknya (Santosa, 2009 :11). Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia yang terjadi dalam suatu kesatuan.

(9)

dinamis dari status. Tidak ada peranan tanpa status atau status tanpa peranan. Mengutip dari Soekanto (2006 : 213) dijelaskan bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat padanya. Peranan adalah hal yang sangat penting karena perananlah yang mengatur perilaku seseorang. Peranan membuat seseorang akan dapat menyesuaikan perilakunya dengan kelompoknya.

Peranan mencakup tiga hal (dalam Soekanto, 2006), yaitu sebagai berikut : 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi

atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang

penting bagi struktur sosial masyarakat.

Peran dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran yaitu untuk memberi arah dalam sosialisasi, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma, dan pengetahuan, dapat mempersatukan kelompok dalam masyarakat, serta menghidupkan sistem pengendali dan sosial kontrol. Peranan sosial yang ada dalam masyarakat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang. Mengutip dari Narwoko dan Suyanto (2011) dijelaskan bahwa pembagian jenis peranan dibedakan atas klasifikasi peranan sosial berdasarkan pelaksanaanya dan cara memperolehnya.

Klasifikasi peranan sosial dalam Narwoko dan Suyanto (2011 : 160) berdasarkan pelaksanaanya dibedakan atas :

(10)

2. Peranan yang disesuaikan (actual roles) yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaanya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu.

Perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak memiliki peranan sosial. Dimana berdasarkan pelaksanaanya pekerjaan perempuan batak toba sebagai pengasuh anak merupakan expected roles atau peranan yang diharapkan. Dimana sebagai pengasuh anak, masyarakat menghendaki agar profesi tersebut dijalankan sesuai dengan yang telah ditentukan. Perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak haruslah mengikuti aturan yang ada dalam perannya sebagai pengasuh anak serta berprilaku layaknya seorang pengasuh anak.

Selain memiliki peranan sebagai pengasuh anak, perempuan batak toba memiliki peranan lain yaitu sebagai perempuan dari keturunan masyarakat batak toba dengan konsep “boru ni raja” yang melekat dalam dirinya. Peranan sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” tersebut merupakan kategori actual roles atau peranan yang disesuaikan. Dimana perempuan batak toba dapat melaksanakan perananya sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” secara lebih luwes dan dapat disesuaikan. Dimana sebagai “boru batak”, peran yang akan dijalaninya selalui disesuaikan dengan kondisi yang ada. Dimana “boru batak” tersebut bias berperan sebagai hula-hula, sebagai boru, sebagai parsonduk bolon (istri), dan yang lainnya. Selain itu status sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” tersebut dapat disesuaikan dengan peranan-peranan lainnya yang ada dalam diri perempuan batak toba pekerja pengasuh anak tersebut.

(11)

Klasifikasi peranan berdasarkan cara memperolehnya dalam Narwoko dan Suyanto (2011:160) yaitu :

1. Peranan bawaan yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis dan bukan karena adanya usaha.

2. Peranan pilihan yaitu peranan yang diperoleh atas dasar keputusannya sendiri.

Peranan sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” merupakan peranan bawaan. Dimana perempuan keturunan masyarakat batak toba akan mendapatkan peranan sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” secara otomatis ketika perempuan tersebut lahir tanpa adanya usaha darinya. Perempuan batak toba tersebut akan menjalankan segala peranan yang dimiliki “boru batak” dan “boru ni raja” tersebut. Namun, peran sebagai pengasuh anak yang dimiliki perempuan batak toba pekerja pengasuh anak merupakan peranan pilihan. Dimana peran sebagai pengasuh anak tersebut merupakan peran yang diperoleh atas dasar keinginan dan keputusannya sendiri. Perempuan batak toba pekerja pengasuh anak tidak menjalankan peran sebagai pengasuh anak atas dasar paksaan dari orang lain.

(12)

berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut.

Goffman mengatakan bahwa selama kegiatan rutin, seseorang akan mengetengahkan sosok dirinya sebagaimana yang dituntut oleh status sosialnya. Seorang pelaku cenderung menyembunyikan dan mengeyampingkan kegiatan, fakta-fakta, motif-motif yang tidak sesuai dengan dirinya ( Poloma, 2000 : 233). Masing-masing individu dalam hubungan sosial akan berusaha mengontrol penampilan dirinya dan memainkan perannya disertai dengan adanya perilaku serta adanya gerak-gerik. Dalam teorinya, Erving Goffman menggambarkan bahwa individu merupakan pelaku yang melalui interaksi secara aktif mempengaruhi individu lain (Samanto, 2000: 235).

Mengutip dari Johnson (1990) disebutkan bahwa menurut analisa ini masalah utama yang dihadapi individu dalam berbagai hubungan sosial adalah mengontrol penampilannya, keadaan fisiknya di mana mereka memainkan peran-perannya serta perilaku peran-perannya yang aktual dan gerak-gerik isyarat yang menyertainya. Perhatian individu terhadap pengaturan kesan (impression

management) tidak terbatas pada perilakunya yang nyata saja. Penampilan

(13)

Salah satu analisa Goffman dalam konsep dramaturginya yaitu dimana banyak orang yang bekerja sama dalam melindungi berbagai tuntutan satu sama lain yang berhubungan dengan kenyataan sosial yang sedang mereka lakukan untuk dipentaskan atau identitas yang sedang ditampilkan.

Goffman mengatakan bahwa suatu tim dramaturgi adalah suatu kelompok orang yang saling bekerjasama untuk mementaskan suatu penampilan tertentu. Dinamika dalam interaksi dalam suatu tim dramturgi berbeda dengan interaksi antara tim dramturgi dan audiensnya. Audiens diharapakan untuk menerima hal yang diperankan oleh tim. Sementara hubungan sosial yang terjalin antar tim, ditandai dengan hubungan yang sangat intim yang muncul karena mereka menjaga kerahasian teknik yang digunakan untuk pementasan (Johnson, 1990 : 44).

Mengutip dari Johnson (1990 : 45) dijelasakan bahwa pembedaan antara anggota tim dan audiens, dibedakan atas pentas depan (frontstage) serta pentas belakang (backstage). Pentas depan merupakan bagian atau tempat di mana saja audiens tersebut diharapakan ada. Sementara itu pentas belakang merupakan tempat yang terlarang bagi audiens atau orang lain. Walaupun demikian, pembedaan tersebut bersifat relatif. Dimana pentas belakang mungkin menjadi pentas depan bila ada yang menggangu atau untuk suatu bentuk penampilan yang berbeda.

(14)

anggota suatu tim sering mampu mempertahankan defenisi situasi yang dapat diterima oleh audiens dan melankonkan pentasnya dengan baik, meskipun mereka berinteraksi untuk sesuatu yang berlainan (Johnson, 1990 : 46)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam suku Batak Toba,kemandirian perempuan untuk menjadi orang tua tunggal masih terhalang oleh budaya.Pengaruh budaya Batak yang menempatkan seorang perempuan di posisi

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna anak perempuan pada ayah Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki dengan menggunakan metode fenomenologi dan melibatkan

Penelitian ini berjudul Subordinasi Perempuan dalam Adat Batak Toba (Studi Kasus Terhadap Perempuan sebagai Orangtua Tunggal dalam Filosofi Dalihan Na Tolu Pada Masyarakat

Kenyataan yang konkret dalam masyarakat Batak, yaitujika perempuan tidak memiliki suami karena kematian maupun cerai hidup, perempuan sebagai orangtua tunggal tidak

Namun saat ini ada kecendrungan terjadi perubahan bentuk pemberian harta warisan pada anak laki dan perempuan di masyarakat Batak Toba yang berada di perkotaan, pemberian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembagian teanteanan, kedudukan anak perempuan Batak Toba, peranan Dalihan Na Tolu dalam pembagian teanteanan, nilai-nilai

PERANAN DALIHAN NATOLU SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA.. Permasalahan Yang Sering Timbul dalam Perkawinan Adat

Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pewarisan Anak Perempuan Dalam Adat Batak Toba di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi Adat Batak Toba yang ada di Unit 3 Kecamatan Sungai