• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba) di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba) di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga dikenal sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang beranggotakan ayah, ibu, dan anak. Keluarga didefenisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, hubungan darah atau adopsi yang saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi para anggotanya. Mengutip dari Nunuk, Murniati (2004 : 197) dijelaskan bahwa keluarga merupakan sebuah organisasi, dimana masing-masing anggotanya menempati posisi masing-masing, bersinergi, sehingga roda organisasi itu bisa bergerak. Adapun hubungan yang terjalin antara sesama anggota keluarga dilandasi oleh perasaan kasih sayang, sehingga masing-masing anggota keluarga memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lainnya.

(2)

Pada umumnya, masyarakat mengenal pembagian peran di ruang publik dan di dalam rumah tangga (domestik) yang jelas sebagai anggota keluarga. Dimana ayah berperan sebagai pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga di ruang publik dan peran utama ibu adalah mengurus rumah tangga dan anggota keluarga lainnya dalam ruang domestik. Seiring dengan perkembangan masyarakat, fakta yang tidak dapat dipungkiri yaitu bahwa peran ayah dan ibu telah mengalami pergeseran. Ibu tidak lagi hanya menjalankan peran di domestik tetapi juga menjalankan peran di sektor publik, serta ayah juga tidak hanya bekerja di ruang publik tetapi turut membantu dalam ruang domestik.

Penelitian yang dilakukan Rezeki (2006) mengungkapkan bahwa dalam keluarga dan rumah tangga, wanita sering sekali berperan ganda. Hal ini dicerminkan pertama-tama melalui perannya sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, mengasuh anak, dan sebagainya), suatu pekerjaan produktif yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, karena itu memungkinkan anggota keluarga lainnya untuk memperoleh penghasilan langsung. Kedua adalah sebagai pencari nafkah. Meskipun ada ibu yang berperan sebagai pekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan, seorang ibu tetap dituntut menjadi ibu rumah tangga yang baik di tengah keluarganya.

(dikutip dari : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456 789/51403/BAB%20IITinjauan%20Pustaka_%20I11epl.pdf?sequenc e=4, diakses 22 Oktober 2013 pukul 11.45 Wib).

(3)

juta orang. Angka yang cukup fantastis jika dibandingkan penambahan pada pekerja laki-laki yang hanya berkisar 1,1 juta orang. Peningkatan jumlah pekerja wanita sebagian besar berasal dari wanita yang sebelumnya berstatus mengurus rumah tangga. Banyaknya jumlah perempuan yang bekerja secara signifikan meningkatkan jumlah pekerja di Indonesia” (http://finance.detik.com/index.php

/detik.read/tahun/2008/bulan/01/tgl/ 02 /time/1603/idnews, diakses 24 September

2013 pukul 07.52 Wib).

Peran ibu rumah tangga pada umumnya di ruang domestik meliputi mengurus rumah tangga, memberi perhatian pada suami, serta mengasuh anak. Ibu yang bekerja di luar rumah tentunya memiliki waktu yang kurang untuk mengurus rumah, anak-anak, bahkan suaminya, terutama bagi mereka yang bekerja dalam sektor formal yang memiliki batasan jam kerja. Sehingga pada saat ini, ibu rumah tangga sudah tidak lagi menjalankan perannya di wilayah domestik dengan sepenuhnya, dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja. Salah satu konsekuensi yang timbul sebagai akibat ibu bekerja di ruang publik yaitu masalah pengasuhan anak. Ibu yang bekerja di ruang publik harus menyerahkan sebagian perannya dalam mengasuh anak kepada orang lain. Fenomena ibu bekerja di ruang publik kemudian memunculkan fenomena baru yaitu munculnya para perempuan yang berprofesi sebagai pengasuh anak atau yang lebih dikenal dengan istilah baby sitter. Bahkan saat ini pengasuh anak atau

(4)

Pengasuhan diartikan sebagai sebuah proses interaksi yang berlangsung terus menerus antara orangtua dengan anak yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial, sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi yang tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak dibesarkan (http://repository.usu.ac.id

/bitstream/123456789/34210/3/Chapter%20II.pdf, diakses 8 September 2013

pukul 13.39). Pengasuhan anak pada umumnya berada pada seorang ibu, dimana ibu dalam pengasuhannya selalu memberikan kasih sayang kepada anaknya dan memperhatikan setiap tumbuh kembang anaknya. Ibu merupakan salah satu orang yang pertama kali memperkenalkan, dan menanamkan nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan, pengetahuan, serta nilai-nilai lainnya kepada seorang anak.

Hoghughi (2004) menyebutkan bahwa pengasuhan mencakup beragam aktivitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan menurut Hoghughi tidak menekankan pada siapa pelakunya namun lebih menekankan pada aktivitas dari perkembangan dan pendidikan anak (http://repository.usu.ac.id/bitstream/

123456789/34210/3/Chapter%20II.pdf, diakses 22 Oktober 2013 pukul 11.21

(5)

saat orang tua dari anak yang diasuhnya tersebut tidak ada. Peran ibu yang digantikan oleh pengasuh anak adalah :

1. Membimbing tahapan pertumbuhan anak 2. Merawat dan melindungi anak

3. Memberikan perhatian, waktu, dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial.

(dikutip dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/342

10/3/Chapter%20II.pdf, diakses 8 September 2013 pukul 13.39 Wib)

Dahulu, masyarakat belum mengenal pekerjaan sebagai pengasuh anak. Namun, akibat lapangan perkerjaan yang tersedia terbatas dan tidak adanya skill yang dimiliki, serta adanya permintaan yang tinggi dari masyarakat terhadap jasa pengasuh anak membuat anggota masyarakat melakoni pekerjaan tersebut. Pengasuh anak umumnya adalah seorang perempuan, walaupun tidak dipungkiri pada masa sekarang ini sudah ada laki-laki yang juga bekerja sebagai pengasuh anak. Namun, masyarakat pada umumnya lebih sering menggunakan jasa perempuan pengasuh anak dibandingkan dengan laki-laki. Para perempuan yang bekerja sebagai pengasuh anak tersebut biasanya berasal dari yayasan penyalur

baby sitter maupun yang berasal dari desa. Pengasuh anak adalah masyarakat

pendatang yang berusaha dan berjuang di kota untuk mencari nafkah untuk keluarga mereka.

(6)

masyarakat dengan status sosial yang rendah sehingga gilirannya seorang pengasuh anak acap kali mendapat upah yang sangat rendah.

Pada perkembangannya, pekerjaan sebagai pengasuh anak telah banyak dilakoni oleh masyarakat. Dari pengasuh anak yang tidak memiliki skill ataupun keahlian hingga yang memiliki skill dan terlatih. Saat ini telah terdapat yayasan yang melatih para pengasuh anak tersebut agar memiliki skill yang baik dalam mengasuh anak. Para yayasan ini memberikan pelatihan-pelatihan yang membantu dan membimbing para pengasuh anak agar dapat mengasuh anak dengan lebih baik lagi. Walaupun, tidak dapat dipungkiri bahwa pengasuh anak yang tidak memiliki skill lebih dominan pada saat ini dalam masyarakat.

(7)

Unsur sistem pelapisan dalam masyarakat yaitu status dan peran. Status sosial merupakan posisi seseorang dalam masyarakat secara umum sehubungan dengan orang lain. Serta peran merupakan aspek dinamis dari status, dimana seseorang menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan statusnya. Status merupakan hal yang menandakan perbedaan kelompok berdasarkan kehormatan dan kedudukan dalam masyarakat (Soekanto, 2006 : 210). Dimana pekerjaan pada umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan juga untuk menaikkan status sosial individu dalam masyarakat. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, pekerjaan yang tadinya dilakoni untuk menaikkan status sosial dalam masyarakat seperti guru, dokter, polisi, dan lain sebagainya, telah mengalami pergeseran. Pekerjaan yang terdapat dalam masyarakat semakin hari semakin beragam. Dimana pengasuh anak merupakan salah satu jenis pekerjaan yang saat ini tengah dilakoni oleh anggota masyarakat. Bekerja sebagai pengasuh anak tidaklah menaikan status sosial seseorang menjadi naik tetapi menurunkan status sosialnnya dalam masyarakat menjadi lebih rendah.

Dalam masyarakat batak toba, anggota masyarakatnya mengenal istilah “anak ni raja” dan “boru ni raja”.

Dalam filosofi batak “anak ni raja” dan “boru ni raja” merupakan sebuah penghormatan. Konsep sebutan boru ni raja dan anak ni raja adalah sebuah kehormatan yang meliputi banyak aspek seperti kepatutan, moral, etika, sensitifitas, tradisi dan adat istidat yang saling tolong menolong tanpa pamrih dan tanpa imbalan atau suka membantu. Konsep raja dalam filosofi orang batak memiliki makna yang luas, mencakup teritori adat, darah dan keseharian keluarga batak. Konsep “boru raja” dalam filosofi batak mengajarkan setiap perempuan batak untuk memahami nilai-nilai kehormatan baik dari cara bepakaian, cara berbicara, cara duduk, dan cara bergaul harus berperilaku seperti boru ni raja atau putri raja.

(dikutip dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/Chap

(8)

Dalam pandangan masyarakat batak, status sosial “boru ni raja” lebih tinggi daripada status sosial pengasuh anak. Para perempuan batak toba yang selama ini lekat dengan kehormatan seolah-olah meninggalkan hal tersebut, dan menjalankan kehidupannya dengan bekerja sebagai pengasuh anak. Status sosial pengasuh anak yang rendah dalam pandangan masyarakat turut mempengaruhi gaya hidup mereka, baik dari penampilan maupun perilaku mereka. Status sosial pengasuh anak yang dipandang rendah oleh masyarakat, memunculkan streotipe terhadap pengasuh anak. Pengasuh anak dianggap tidak akan dapat berpenampilan layaknya seorang putri raja karena tuntutan pekerjaanya, bahkan ada keluarga yang memperkerjakan seorang pengasuh anak yang mengharuskan untuk menggunakan seragam khusus pengasuh, ditambah lagi seorang pengasuh anak dianggap tidak dapat menjaga setiap tutur kata dan tingkah lakunya karena pengasuh anak selalu dituntut untuk sigap dan cekatan dalam melayani majikannya. Selain itu, pengasuh anak tentu saja tidak akan diperlakukan secara terhormat oleh lingkungan sekitarnya, baik itu oleh keluarga besarnya, teman-temannya, bahkan oleh keluarga yang menjadi majikannya.

(9)

Kota Medan merupakan kota metropolitan, dimana Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan wilayah dari provinsi Sumatera Utara, yang terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Pada awalnya Kota Medan hanya memiliki 11 kecamatan dan 144 kelurahan. Melalui Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991 tentang pembentukan beberapa kecamatan di Sumatera Utara, maka kecamatan yang ada di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kemudian dua wilayah di Kota Medan dimekarkan menjadi wilayah kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1992 tentang pembentukan kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut, kecamatan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21 Kecamatan (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22098/4/Chapter%2 0II.pdf, diakses 7 November 2013 pukul 16.59 Wib).

(10)

salah satu kelurahan yang terdapat di kota Medan yang sebagian besar penduduknya memiliki aktivitas yang padat. Kesibukan tersebut membuat masyarakat yang terdapat di Kelurahan Sei Agul yang menggunakan jasa pengasuh anak.

(11)

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari fenomena sosial yaitu penggunaan jasa pengasuh anak dalam keluarga, bahkan kemudian membuat perempuan batak toba turut berprofesi sebagai pengasuh anak dan seolah-olah meninggalkan konsep yang ada pada masyarakat batak yaitu “boru ni raja”. Konsep “boru ni raja” yaitu bentuk penghormatan dan konsep yang mengajarkan perempuan batak untuk berperilaku layaknya putri raja. Dengan latar belakang sebagai perempuan batak toba dengan konsep “boru ni raja” yang tentu saja memberikan pengaruh dalam dirinya dalam mengekspresikan peran melalui pekerjaannya sebagai pengasuh anak dalam masyarakat. Rencana penelitian ini menjadi menarik dan tergolong baru serta secara logika dapat dirumuskan pernyataan permasalahannya. Rumusan masalah yaitu pertanyaaan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini agar lebih mengarah pada fokus penelitian yaitu :

1. Apakah yang mendorong perempuan dari suku batak toba bekerja sebagai pengasuh anak?

2. Bagaimanakah ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba dalam masyarakat?

1.3 Pembatasan Masalah

(12)

Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian ini fokus untuk meneliti mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui hal yang mendorong perempuan dari suku batak toba bekerja sebagai pengasuh anak.

2. Untuk mengetahui ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba dalam masyarakat.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini yaitu :

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat yang dikaitkan dengan kerangka pemikiran sosiologi khususnya sosiologi ekonomi.

2. Menambah referensi hasil penelitian yang dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian mahasiswa sosiologi berikutnya, serta dapat menambah wawasan ilmiah bagi mahasiswa ilmu sosial dan bagi masyarakat.

1.5.2 Manfaat Praktis

(13)

fenomena sosial dan menjadi bahan rujukan bagi penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial.

2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi instansi pemerintah, mengenai informasi perempuan yang bekerja sebagai pengasuh anak, yang dapat membantu membuat kebijakan-kebijakan yang berkenaan di dalamya.

1.6 Defenisi Konsep

Penelitian ini adalah mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat yang berlokasi di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan. Agar penelitian ini tetap pada fokus penelitian dan tidak menimbulkan penafsiran ganda pada kemudian hari maka penelitian ini perlu dibuat defenisi konsep. Adapun yang menjadi defenisi konsep pada penelitian ini yaitu :

1. Pengasuh Anak

Pengasuh anak adalah seseorang yang bekerja pada orang lain yang disebut sebagai majikan, yang tugas utamanya adalah mengasuh anak baik dari segi fisik, emosi, dan sosial. Pengasuh anak yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu perempuan yang bekerja sebagai pengasuh anak yang berasal dari suku batak toba. Dimana perempuan batak toba pekerja pengasuh anak tersebut merupakan pengasuh anak yang berasal dari desa dan bukan berasal dari yayasan penyalur baby sitter

2. Boru ni Raja.

(14)

dimana istilah “boru ni raja” merupakan sebuah penghormatan yang meliputi banyak aspek seperti kepatutan, moral, etika, sensitifitas, tradisi dan adat istidat yang saling tolong menolong tanpa pamrih dan tanpa imbalan atau suka membantu.

Konsep “boru raja” tersebut mengajarkan setiap perempuan batak untuk memahami nilai-nilai kehormatan baik dari cara bepakaian, cara berbicara, cara duduk, dan cara bergaul harus berperilaku seperti boru ni raja atau putri raja (dikutip dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234

56789/Chapter %20I, diakses 23 September 2013 pukul 17.30).

3. Pekerjaan.

Pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pekerja guna mendapatkan hal berupa gaji maupun upah. Pekerjaan tidaklah sama dengan bekerja. Mengutip dari Honour dan Mainwaring (1982 : 187) menjelaskan bahwa pekerjaan ditandai dengan adanya suatu tugas yang memiliki aktivitas atau sifat usaha di dalamnya. Pekerjaan merupakan salah satu identitas seseorang. Dimana sebutan untuk individu yang melakukan pekerjaan adalah pekerja. Pekerja adalah tiap orang yang melakukan pekerjaan, baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja (Toha dan Pramono, 1987: 7). Dimana pekerjaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pekerjaan sebagai pengasuh anak, dan yang menjadi pekerja pengasuh anak dalam penelitian ini adalah perempuan batak toba.

(15)

4. Ekspresi Peran

Ekspresi diartikan sebagai bentuk pengungkapan atau suatu proses dalam menyatakan maupun memperlihatkan maksud, gagasan, dan perasaan. Peran merupakan aspek dinamis dari status. Dimana antara peran dan status akan selalu berkaitan satu dengan yang lainnya. Peran adalah petunjuk bagi individu dalam berperilaku dalam masyarakat. Dalam penelitian ini peran yang dimaksud adalah peran dari perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba. Dimana selain memiliki peran sebagai pengasuh anak, juga terdapat peran sebagai perempuan batak toba dengan konsep “boru ni raja” yang melekat dalam dirinya.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi bertahan hidup etnis Batak Toba di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama adalah dengan melibatkan ibu rumah tangga untuk bekerja di sektor informal

Penelitian tesis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi semakin punahnya nyanyian anak- anak pada masyarakat Batak Toba, menganalisis fungsi dan

Perbedaan pola makan dan status gizi anak etnis cina di SD Sutomo 2 dan anak etnis batak toba di SD Antonius dianalisis menggunakan uji t-independent dan untuk mengetahui

Perbedaan pola makan dan status gizi anak etnis cina di SD Sutomo 2 dan anak etnis batak toba di SD Antonius dianalisis menggunakan uji t-independent dan untuk mengetahui

dari etnis Batak Toba dan SD Sutumo 2 Medan adalah sekolah yang mayoritas anak. didiknya

Penelitian ini berjudul EKSPRESI NILAI BUDAYA DALAM LIRIK LAGU-LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN PENEKANAN PADA HUBUNGAN ANAK DENGAN ORANGTUA.. Anak dalam masyarakat Batak Toba

Salah satu jenis kearifan lokal yang terdapat pada upacara kelahiran anak pada etnik Batak Toba adalah kesetiakawanan sosial.Di daerah penelitian apabila ada salah satu

Perempuan Batak rela melakukan apapun demi suami dan anak–anaknya, apabila suami tidak memiliki pekerjaan maka yang banting tulang di sawah adalah isteri dan bahkan rela untuk bekerja