• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak tutur percakapan guru dengan siswa kelas x sma negeri 2 Boyolali JURNAL. JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tindak tutur percakapan guru dengan siswa kelas x sma negeri 2 Boyolali JURNAL. JURNAL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TINDAK TUTUR PERCAKAPAN GURU DENGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BOYOLALI

Abdullah Fauzan, Muhammad Rohmadi, Purwadi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FKIP Universitas Sebelas Maret Email : embunsorehari@gmail.com

Abstract

Abdullah Fauzan. SPEECH ACT BETWEEN TEACHER AND STUDENTS AT THE TENTH GRADE OF SMA NEGERI 2 BOYOLALI. Thesis, Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University Surakarta, August 2015. This research are explaining and describing the types of speech acts used between teacher and students in learning Indonesian at the tenth grade of SMA Negeri 2 Boyolali, the intentions of the speech act between teacher and students in learning Indonesian at the tenth grade of SMA Negeri 2 Boyolali, the functions of the speech act between teacher and students in learning Indonesian at the tenth grade of SMA Negeri 2 Boyolali. This study was descriptive qualitative, a research that aims to describe or represent the reality based concepts, categories, and not based on numeral. The result of the research indicates the speech act between teacher and students in learning Indonesian at the tenth grade of SMA Negeri 2 Boyolali that are found in Indonesian language learning in the classroom include locution, illocution, and per locution.

Keywords: Speech act, types of speech acts, the intentions of speech act, the

function of speech act

Abstrak

Abdullah Fauzan. TINDAK TUTUR PERCAKAPAN GURU DENGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BOYOLALI. Penelitian ini menjelaskan dan mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Boyolali, maksud yang terkandung dalam tindak tutur guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Boyolali, fungsi tindak tutur guru dengan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan kenyataan yang ada berdasarkan konsep, kategori, dan tidak berdasarkan angka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur guru dengan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri Boyolali yang ditemukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas meliputi tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

(2)

commit to user

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia karena

manusia tidak pernah terlepas dari pemakaian bahasa. Para ahli bahasa biasanya

memberikan batasan tentang bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang

bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk

berinteraksi serta mengidentifikasikan diri. Sebagai makhluk sosial, manusia

memerlukan alat untuk berkomunikasi terhadap sesama, yaitu bahasa. Bahasa

bukan merupakan satu-satunya alat komunikasi manusia. Manusia mengenal juga

isyarat, simbol, kode, maupun bunyi yang semuanya akan bermakna jika sudah

diterjemahkan dalam bahasa manusia

Dalam kehidupan masyarakat, manusia selalu melakukan interaksi atau

hubungan dengan sesamanya menggunakan bahasa. Bahasa dan manusia adalah

dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dalam pengertian keduanya saling

berhubungan erat. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia

karena dengan bahasa manusia dapat menyampaikan apa yang ada dalam pikiran

atau gagasannya. Agar komunikasi berlangsung dengan baik, manusia harus

menguasai beberapa keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terdapat

empat macam, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Setiap keterampilan bahasa mempunyai hubungan yang erat dengan konsep

berpikir yang mendasari bahasa.

Kalimat bahasa sebagai lambang makna dalam bahasa lisan lambang itu

diwujudkan dalam bentuk tindak ujar dan dalam bahasa tulis wujud simbol tulisan

dan keduanya memiliki tempat masing- masing. Baik bahasa lisan maupun tulis

digunakan manusia untuk berkomunikasi. Selain itu, Finocchiaro (dalam Leech,

1994 :2 ) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol vokal yang arbitrar yang

memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain

(3)

commit to user

Austin (dalam Leech 1993:316) mengemukakan tiga jenis tindakan yaitu,

tindak lokusi (locutionary act), ilokusi (ilocutionary act), dan perlokusi

(perlocutionary act).

1. Tindak Tutur Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini sering disebut sebagai “The Act of Saying Something”. Misalnya, Windi mengerjakan tesis. Kalimat tersebut diutarakan oleh penuturnya

semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk

melakukan sesuatu, apabila untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak

lokusi merupakan tindakan yang paling mudah diidentifikasi karena dalam

pengidentifikasian tindak lokusi tidak memperhitungkan konteks tuturannya.

Tindak tutur lokusi adalah yang mengaitkan suatu topik dengan

sesuatu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa dengan hubungan pokok

dengan predikat atau topik dan penjelasan (Setiawan 2012 :47). Oleh

Gunarwan (dalam Sulistyo, 2013 :7) tindak tutur lokusi adalah tindak tutur

yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Lokusi semata-mata

merupakan tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan

sesuatu dengan kata dan makna kalimat sesuai dengan makna kata itu dalam

kamus dan kaidah sintaksisnya. Dijelaskan oleh Sulistyo (2013 :7) bahwa

tindak tutur lokusi adalah tuturan yang disampaikan kepada mitra tutur atau

tindak tutur yang mengacu ke tindakan mengucapkan tuturan yang secara semantik mempunyai makna. Contoh tuturan lokusi yakni “Saya sedih”. Kalimat tersebut jika disampaikan kepada teman senasib, meskipun tidak

dijelaskan secara detail, maksud dari tuturan tersebut adalah mereka akan

menyadarinya karena rasa sedih tersebut disebabkan oleh masa studinya yang

bertahun-tahun belum lulus dan fungi dari tindak tutur tersebut adalah

mengungkapkan kesedihan.

2. Tindak Tutur Ilokusi

Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan

atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu.

(4)

commit to user

ilokusi adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan dan

sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang

mewujudkan suatu ungkapan (Setiawan, 2012:48). Menurut Sulistyo (2013:7)

tindak tutur ilokusi adalah tuturan yang ingin disampaikan kepada mitra tutur

atau tindak tutur yang mengacu ke tindakan mengeluarkan tuturan yang di

samping mempunyai makna semantik juga mempunyai daya (force) tuturan

atau maksud tuturan (di dalam arti untuk apa tuturan itu di ungkapkan).

Oka (dalam Sulistyo, 2013:13) mengklasifikassikan tindak tutur

ilokusi menjadi lima kategori yakni (1) asertif (Assertives), (2) direktif

(directives), (3) komisif (commissives), (4) ekspresif (expressive), dan (5)

deklarasi (declaration). Kelima klasifikasi tindakan ilokusi tersebut

penjelasannya sebagai berikut.

a. Asertif (Assertives)

Tindakan ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi yang

diungkapkan. Contoh tindakan ini yakni menyatakan, mengusulkan,

membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan. Berikut

ini adalah contoh tindak ilokusi asertif (menyatakan).

“Pada awal 2013 saya harus mulai bekerja untuk

menyelesaikan tugas akademik”.

Tuturan ini sebagai pernyataan seorang mahasiswa dalam

penyelesaian studinya. Maksud dari tuturan di atas adalah sebagai

mahasiswa tersebut akan berusaha menyelesaikan tugas akademiknya,

sedangkan fungsinya adalah sebagai motivasi terhadap diri sendiri.

b. Direktif (Directives)

Tindakan ilokusi ini bertujuan untuk menghasilkan suatu efek

berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur. Contoh tindak ilokusi

direktif yakni memesan, memerintah, memohon, menuntut, dan

menasihati. Berikut ini adalah contoh tindak tutur direktif (menasihati).

(5)

commit to user

Tuturan ini berupa sebuah nasihat seorang ibu kepada anaknya.

Maksud dari tuturan tersebut adalah agar anaknya menjadi lebih baik,

sedangkan fungsinya adalah sebagai nasihat seorang ibu kapada anaknya.

c. Komisif (Commissive)

Pada tindakan ilokusi ini penutur terikat pada suatu tindakan di

masa depan. Contohnya, menjanjikan, menawarkan, dan berkaul. Berikut

ini adalah contoh tindak ilokusi komisif (menjanjikan).

“Apabila kamu dapat menyelesaikan tugas dengan baik, kamu akan saya beri hadiah yang berharga”.

Tuturan tersebut merupakan tindak ilokusi menjanjikan yang

mempunyai fungsi agar orang yang diberi janji lebih semangat dalam

melakukan sesuatu.

d. Ekspresif (Expressive)

Tindakan ilokusi ini berfungsi untuk mengungkapkan atau

mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat

dalam ilokusi. Misalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan

selamat, member maaf, mengecam, memuji, dan mengucapkan bela

sungkawa. Berikut ini adalah contoh tindakan ilokusi ekspresif (memberi

selamat)

“Selamat Andi, kamu mendapat rangking satu di kelas”.

Tuturan di atas termasuk dalam tindak ekspresif memberi selamat

yang mempunyai maksud turut senang dengan keberhasilan Andi

memperoleh rangking satu di kelasnya dan fungsi dari tuturan tersebut

adalah menyampaikan rasa senang kepada Andi karena keberhasilannya.

e. Deklarasi (Declarations)

Menurut Searle (dalam Sulistyo 2013) ilokusi merupakan tindak

tutur yang sangat khusus misalnya memecat, memberi hukuman, dan

mengangkat pegawai. Berikut ini adalah contoh tindak ilokusi deklarasi

(memecat).

(6)

commit to user

Tuturan di atas termasuk dalam tidak ilokusi direktif memecat yang

mempunyai maksud akan mengurangi jumlah pegawai setelah akhir bulan

dan mempunyai fungsi sebagai peringatan kepada pegawai pada bagian

cetak.

3. Tindak Tutur Perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya

dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut

sebagai The Act of Affecting Something. Sebuah tuturan yang diutarakan

seseorang sering kali mempunyai daya pengaruh (perlucotionary act) atau

efek bagi yang mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa disengaja maupun

tidak disengaja. Tindak tutur perlokusi adalah hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan “situasi dan kondisi” pengucapan kalimat itu (Setyawan, 2012 : 48). Menurut Sulistyo (2013 : 7) tindak tutur perlokusi adalah pesan yang harus diinterpretasikan

oleh mitra tutur atau dengan istilah lain bahwa tindak tutur ini mengacu ke

tindakan mengucapkan tuturan di samping mempunyai makna (semantis),

dan mempunyai daya (yang bertumpu pada maksud tuturan), juga

mempunyai efek kepada si mitra tutur. Austin (dalam Sulistyo, 2013 : 7)

menjelaskan bahwa tindak tutur perlokusi merupakan tuturan yang diucapkan

seseorang penutur yang seringkali memiliki efek atau daya pengaruh

(perlocutionary force). Contoh tindak perlokusi, “Tahun depan masa studimu akan berakhir”. Tuturan tersebut mempunyai maksud memperingatkan mahasiswa bahwa tahun depan masa studinya akan berakhir, sehingga

menimbulkan efek ketakutan jika dirinya akan dikenakan sanksi dikeluarkan

(drop out). Fungsi dari tuturan tersebut adalah sebagai peringatan yang

dituturkan penutur terhadap mitra tutur.

Percakapan sering kita artikan sebagai pertukaran informasi antara satu

pihak dengan pihak lain. Pengertian itu adalah makna umum dari percakapan,

tetapi sesungguhnya percakapan itu memiliki makna yang lebih luas dan spesifik.

Menurut Richardt dalam Antilan Purba (2002:93) percakapan adalah interaksi oral

(7)

commit to user

Antilan Purba (2002:95) percakapan adalah pertukaran pembicaraan yang diawali

dan diinterpretasikan berdasarkan kaidah-kaidah dan norma-norma kerja sama

percakapan yang dipahami secara intuisi dan dibutuhkan secara umum. Memang

cukup sulit memahami pernyataan dari Antilan Purba tersebut. Tetapi dapat kita

gambarkan bahwa maksudnya adalah percakapan bukan hanya sekedar pertukaran

pembicaraan atau topik informasi semata tetapi juga dibutuhkan keahlian atau

kecakapan tertentu agar percakapan itu berjalan efektif.

Percakapan merupakan pelatihan organ bicara kita dalam menggunakan

bahasa. Hal ini dapat kita peroleh berdasarkan pengalaman dengan belajar tata

bahasa serta perbendaharaan kata. Dengan belajar bahasa, kita akan lebih

memahami cara pemakaian bahasa dan kosa kata yang kita miliki akan lebih luas

sehingga kita akan lebih mudah mengungkapkan ide atau gagasan yang ada dalam

pikiran kita yang berefek pada efektifnya komunikasi dengan lawan bicara. Oleh

karena itu, studi percakapan perlu kita pahami dengan baik agar kompetensi

percakapan mampu kita praktikkan dengan benar dalam tindak bahasa sehari-hari.

Pengertian percakapan itu sendiri sesungguhnya berkaitan erat dengan

pengertian bahasa. Bahasa diperlukan sebagai media dalam komunikasi verbal.

Kaidah-kaidah bahasa dirumuskan dalam bentuk yang mencirikan elemen bahasa

seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Melalui proses inilah struktur

bahasa ditemukan. Oleh karena itu, struktur bahasa tidak dapat dipisahkan dari

percakapan. Hal inilah yang merujuk bahwa percakapan adalah suatu aktivitas

yang dipelajari untuk memperoleh kompetensi berbahasa.

Menurut Popper (dalam Leech 1993 : 75) fungsi bahasa dalam komunikasi

yang paling menonjol dalam komunikas primitif adalah fungsi informasi

(signaling function), fungsi ekspresif (fungsi bahasa yang bersifat interpersonal

Fungsi bahasa menurut Halliday (dalam Leech);

1. Fungsi idesional : bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan dan

menginterpretasi pengalaman dunia ( fungsi ini dibagi menjadi dua

subfungsi, yaitu subfungsi Eksprensial (experiential) dan subfungsi logikal

(8)

commit to user

2. Fungsi interpersonal : bahsa berfungsi sebagai pengungkapan sikap

penutur dan sebagai pengaruh pada sikap dan perilaku penutur

3. Fungsi tekstual : bahasa berfungsi sebagai alat menyusun sebuah teks (teks

adalah contoh bahasa lisan dan tulisan)

Situasi yang berbeda menuntut adanya jenis-jenis dan derajat sopan santun

yang berbeda pula (Leech 1993:161). Menurut Leech, fungsi ilokusi dapat

diklasifikasikan menjadi empat jenis, sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi

tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan

terhormat.

1. Kompetitif (competitive) : tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial;

misalnya, memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis

2. Menyenangkan (convival) : tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial;

misalnya menawarkan, mengajak, mengundang, menyapa, mengucapkan

terima kassih, dan mengucapkan selamat

3. Bekerja sama (collaborative) : tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan

sosial; misalnya menyatakan, melapor, mengumumkan, dan mengajarkan

4. Bertentangan (conflictive) : tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan

sosial; misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi

Di antara empat jenis ilokusi ini, jenis yang melibatkan sopan santun ialah jenis

pertama (kompetitif) dan kedua (menyenangkan). Sedangkan untuk ketiga dan

keempat lebih mengacu pada paksaan yang tidak mengedepankan nilai kesopanan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMA, tepatnya di SMA Negeri 2 Boyolali.

Tempat tersebut dipilih dengan alasan dapat dijangkau peneliti. Selain itu, dalam

pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Boyolali khususnya kelas X,

ditemukan ujaran-ujaran tindak tutur yang diungkapkan guru sebagaimana

dijelaskan dalam latar belakang masalah. Penelitian ini akan dilakukan kurang

lebih selama sebelas bulan yang dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan

(9)

commit to user

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah tindak tutur, sedangkan

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam, yaitu

peristiwa, dokumen, dan informan. Peristiwa yang dijadikan sumber data dalam

penelitian ini adalah peristiwa yang berkaitan dengan aktivitas pembelajaran yang

dilakukan oleh guru yang terfokuskan pada pola interaksi guru dengan siswa.

Peristiwa tersebut adalah pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMA Negeri

2 Boyolali. Dokumen berupa catatan maupun rekaman yang disampaikan guru

dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X, sedangkan yang menjadi

informan adalah guru dan siswa yang melakukan proses pembelajaran bahasa

Indonesia tersebut

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jenis-jenis Tindak Tutur Percakapan Guru dengan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA Negeri 2 Boyolali

Jenis atau Bentuk tindak tutur guru yang terdapat dalam pembelajaran

bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Boyolali,sudah mencakup tiga jenis di

atas, yaitu: lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini sering disebut sebagai “The Act of Saying Something”. Misalnya, Windi mengerjakan tesis. Kalimat tersebut diutarakan oleh

penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk

melakukan sesuatu, apabila untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak lokusi

merupakan tindakan yang paling mudah diidentifikasi karena dalam

pengidentifikasian tindak lokusi tidak memperhitungkan konteks tuturannya.

G : Bisa dimulai?

S : (Siswa diam dan bersiap)

G : Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. <TTLBI/X-SMA> S : Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

G : Selamat siang anak-anak. <TTLBI/X-SMA> S : Siang, Pak.

Konteks data di atas merupakan ucapan salam umat Islam yang sudah

lazim digunakan di Indonesia yang isinya mengungkapkan keselamatan dan

(10)

commit to user

ucapan salam yang lebih umum digunakan sebagai bentuk toleransi apabila mitra

bicara bersifat heterogen atau berasal dari agama yang berbeda.

Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau

menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak

ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Tindak tutur ilokusi adalah

pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan dan sebagainya. Ini erat

hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan

(Setiawan, 2012:48). Menurut Sulistyo (2013:7) tindak tutur ilokusi adalah

tuturan yang ingin disampaikan kepada mitra tutur atau tindak tutur yang mengacu

ke tindakan mengeluarkan tuturan yang di samping mempunyai makna semantik

juga mempunyai daya (force) tuturan atau maksud tuturan (di dalam arti untuk apa

tuturan itu di ungkapkan).

S : Siang, Pak.

G :Ciri-ciri guru yang baik sebelum mengajar? <TTIBI/X-SMA> S : Absen dulu.

Pada konteks data di atas guru menanyakan kepada siswa ciri-ciri guru

yang baik melakukan pekerjaan apa sebelum mengajar. Sontak seluruh siswa

menjawabnya dengan jawaban yang sama, yakni absen atau presensi dahulu.

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan

untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of

Affecting Something. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang sering kali

mempunyai daya pengaruh (perlucotionary act) atau efek bagi yang

mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa disengaja maupun tidak disengaja.

Tindak tutur perlokusi adalah hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan “situasi dan kondisi” pengucapan kalimat itu (Budi 2012 : 48). Menurut Sulistyo (2013 : 7) tindak tutur perlokusi adalah pesan yang

harus diinterpretasikan oleh mitra tutur atau denga istilah lain bahwa tindak tutur

ini mengacu ke tindakan mengucapkan tuturan di samping mempunyai makna

(semantis), dan mempunyai daya (yang bertumpu pada maksud tuturan), juga

mempunyai efek kepada si mitra tutur.

(11)

commit to user

kenaikan kelas. Nanti itu juga menjadi pertimbangan ketika kelas 12. <TTPBI/X-SMA>

Pada konteks data (33) Guru bukan semata-mata mengungkapkan nilai

semester satu kelas 10 sebagai pertimbangan nanti di kelas 12, tetapi secara tidak

langsung merupakan imbauan kepada para siswa untuk meningkatkan hasil

belajar mereka sehingga mereka meningkat minat intensitas belajar mereka.

Maksud yang Terkandung dalam Tindak Tutur Percakapan Guru dengan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA Negeri 2 Boyolali Nababan (dalam Setiawan, 2012: 10) memakai istilah pragmatik secara lebih luas, yang mengacu pada “aturan- aturan pemakaian bahasa, yaitu pemilihan bentuk bahasa dan penentuan maknanya sehubungan dengan maksud pembicara sesuai dengan konteks dan keadaan”. Warsito (2010) berpendapat bahwa pragmatik adalah cabang linguistic yang mengkaji makna tuturan dengan cara

menghubungkan faktor nonlingual seperti konteks, komunikasi, pengetahuan,

serta situasi pemakaian bahasa dalam rangka penggunaan tuturan oleh penutur dan

lawan tutur.Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa pragmatik merupakan

sebuah ilmu yang mencoba mengkaji bagaimana orang memahami dan

menghasilkan tindak komunikatif atau tindak tutur dalam sebuah situasi tutur

yang konkret; dan situasi yang konkret itu biasanya berupa percakapan juga

menjelaskan bahwa dalam sebuah komunikasi verbal dapat dibedakan dua

maksud atau makna dalam setiap tuturan atau tindak komunikatifnya. Maksud

atau makna yang pertama adalah maksud informatif atau makna kalimat; dan yang

kedua adalah maksud komunikatif atau makna penutur.

Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk

diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa

menyertakan konteks tuturan yang tercantum dalam situasi tutur. Tindak tutur

lokusi diutarakan oleh penuturnya semata mata untuk melakukan sesuatu apalagi

untuk memengaruhi lawan tuturnya. Berikut data maksud yang terkandung dalam

tindak tutur lokusi guru dengan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas

(12)

commit to user

G : Bisa dimulai?

S : (Siswa diam dan bersiap)

G : Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. <TTLBI/X-SMA> S : Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

G : Selamat siang anak-anak. <TTLBI/X-SMA> S : Siang, Pak.

Konteks data di atas merupakan ucapan salam umat Islam yang sudah

lazim digunakan di Indonesia yang isinya mengungkapkan keselamatan dan

keberkahan bagi yang diberi salam. Sama halnya konteks data berikutnya

merupakan ucapan salam yang lebih umum digunakan sebagai bentuk toleransi

apabila mitra bicara bersifat heterogen atau berasal dari agama yang berbeda. Hal

tersebut baermaksud hanyahanya menyatakan sesuatu hal dalam konteks ini

adalah salam.

Tindak ilokusi memiliki maksud atau tujuan untuk menyuruh atau

memerintah lawan tutur. Tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena terlebih

dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di

mana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. Dengan demikian tindak ilokusi

merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur. Berikut data maksud

yang terkandung dalam tindak tutur ilokusi guru dengan siswa dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Boyolali.

S : Siang, Pak.

G :Ciri-ciri guru yang baik sebelum mengajar? <TTIBI/X-SMA> S : Absen dulu.

Pada konteks data di atas guru menanyakan kepada siswa ciri-ciri guru

yang baik melakukan pekerjaan apa sebelum mengajar. Sontak seluruh siswa

menjawabnya dengan jawaban yang sama, yakni absen atau presensi dahulu.

Dilihat dari data tersebut maksud daari tindak tutur tersebut yakni, meminta

respons siswa untuk memberikan jawaban (tindak tutur direktif meminta).

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan

untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of

Affecting Something. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang sering kali

mempunyai daya pengaruh (perlucotionary act) atau efek bagi yang

(13)

commit to user

Berikut data maksud yang terkandung dalam tindak tutur perlokusi guru dengan

siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Boyolali.

G : Saya memutuskan bulan ini merupakan bulan akhir di semester satu, nilai semester satu kelas 10 insyaallah sudah menjadi pertimbangan kenaikan kelas. Nanti itu juga menjadi pertimbangan ketika kelas 12. <TTPBI/X-SMA>

Pada konteks data di atas Guru bukan semata-mata mengungkapkan nilai

semester satu kelas 10 sebagai pertimbangan nanti di kelas 12. Maksud dari

tuturan guru adalah agar siwa meningkatkan belajarnya karena penilaian kenaikan

kelas sudah dimulai dari sekarang.

Fungsi Tindak Tutur Guru terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia Kelas X SMA Negeri 2 Boyolali

Fungsi tindak tutur bahasa guru dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu fungsi

sosial dan fungsi edukasional. Fungsi sosial tindak tutur bahasa guru adalah

kegunaan tindak tutur bahasa guru dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan

sosial, sedangkan fungsi edukatif tindak tuturan bahasa guru adalah kegunaan

tindak tutur bahasa guru dalam hubungan dengan bidang pembelajarannya. Fungsi

sosial tindak tutur bahasa Guru, sejalan dengan yang dinyatakan oleh Leech

(1993), fungsi sosial tindak tutur bahasa dapat dikelompokkan ke dalam empat

kategori, (1) fungsi kompetitif, (2) fungsi convivial, (3) fungsi kolaboratif, (4)

fungsi konfliktif.

Fungsi kompetitif

Dalam fungsi ini, maksud penutur adalah membuka persaingan sebagai

tujuan sosial. Fungsi ini terdapat antara lain dalam bentuk tindak tutur

memerintah, sebagaimana tampak pada tuturan

G : Okeee, hari ini saya akan mencoba juga membaca puisi, dikeraskan di depan panggung, disoting dibuat penelitian, luarbiasa sekali. Biar pembacaannya nanti enak, nanti saya minta bantuan anda mengiringi lagunya. <TTIBI/X-SMA>

S : Serentak siswa bertepuk tangan G : Kita coba dulu ya. <TTIBI/X-SMA>

(14)

commit to user

…Siswa berlatih dipandu guru untuk membaca satu larik puisi dengan nada atau irama …

G : Suarane rodo digatukne (suaranya yang agak pas). <TTIBI/X-SMA> S : Iya Pak

Pada konteks di atas fungsi ini terdapat bentuk tindak tutur memerintah

ketika guru mencoba menyuruh siswa untuk mencocokkan suara backing

vokalnya antara siswa satu dengan siswa yang lainnya.

Fungsi Konvivial (menyenangkan)

Dalam fungsi ini, maksud penutur sejalan dengan tujuan sosial, misalnya

penutur memuji, sebagaimana yang contohnya pada

G : Sekarang yang akhirnya naik ya. <TTPBI/X-SMA> S : Semuuut…..

S : Horeeeeeeeee (sambil tepuk tangan).

G : Lumayaaaaan. Kita pelajari dulu apa yang disebut prosedur komplek itu. <TTIBI/X-SMA>

Pada konteks data di atas guru memuji siswa yang sudah mulai bisa

menyanyikan lagu backing vocal secara bersama dengan mengutarakan kata “lumayaaaan”. Dalam percakapan tersebut, guru dengan memberikan pujian bermaksud menyenangkan siswanya, sementara menyenangkan orang lain sejalan

dengan tujuan sosial. Dengan demikian, dampaknya dapat diprediksi bahwa siswa

yang dipuji akan merasa dihargai dan diapresiasi terhadap kegiatan belajarnya

sehingga menimbul perasaan senang dan merasa puas.

Fungsi Kolaboratif (kerja sama)

Dalam fungsi ini maksud penutur tidak menghiraukan tujuan sosial,

misalnya penutur menanyakan sesuatu, sebagaimana tampak pada tuturan pada

unit berikut.

G : Bolehkah sholat dibolak balik urutannya?. <TTIBI/X-SMA> S : tidak boleh

G : Iya, Tidak boleh. Oh iya, sebelum sholat kita ngapain? S : Wudhu.

G : Wudhu itu dibuat prosedur kompleks kira-kira bisa tidak? <TTIBI/X-SMA>

(15)

commit to user

G : Bolehkah wudhu kaki kita yang dicuci lebih dulu? Kemudian bokong kita? <TTIBI/X-SMA>

Pada konteks data di atas guru bertanya kepada siswa apakah sholat bisa

diaplikasikan ke dalam prosedur komplek atau tidak. Sekalipun maksud penutur

tidak menghiraukan tujuan sosial, penutur tetap terikat oleh keharusan bahasa,

yaitu tidak boleh menyatakan hal-hal yang tidak sejalan dengan tujuan-tujuan

sosial.

Fungsi Konfliktif

Dalam fungsi ini maksud penutur bertentangan dengan tujuan sosial. Hal

itu berarti bahwa penutur jelas-jelas bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya

penutur memarahi petuturnya. Terlihat pada contoh berikut:

G : Yo ojo banter-banter (jangan keras-keras)! Coba lagi! <TTIBI/X-SMA>

S : Semuuut……

S : Susah pak, nadanya sulit

G : Astagfirulloooh, mosok angel (masak sulit). Semuuuutttt rodo munggah sitik (agak naik sedikit), teruuus kesumpelaaaan turuuun leng e. <TTIBI/X-SMA>

S : Susah beneran yo Pak.

Pada konteks data di atas guru memarahi siswa yang masih tidak bisa pas

dalam bernyanyi. Walaupun dalam konteks marah, guru tetap tidak menggunakan

kata yang kasar sehingga dapat menyakiti perasaan siswa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada

pembahasan di atas peneliti dapat mengambil beberapa simpulan bahwa Pola Tindak

Tutur Guru terhadap siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri

Boyolali yang ditemukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas meliputi

tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Maksud tindak tutur guru terhadap siswa

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri Boyolali tergantung jenisnya,

yakni maksud tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah

tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena

(16)

commit to user

tuturan yang tercantum dalam situasi tutur. Tindak tutur ilokusi sulit diidentifikasi

karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur,

kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi, serta faktor lain yang mempengaruhi.

Dengan demikian tindak ilokusi merupakan bagian utama untuk memahami tindak

tutur. Tindak tutur perlokusi yang diutarakan seseorang sering kali mempunyai daya

pengaruh atau efek bagi yang mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa disengaja maupun

tidak disengaja.

Fungsi Tindak Tutur Guru terhadap siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

kelas X SMA Negeri Boyolali yang diujarkan guru sangat bervariasi heterogen.

Tindak tutur memiliki fungsi sosial dan fungsi edukatif. Fungsi sosial tindak tutur

bahasa dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, (1) fungsi kompetitif, (2)

(17)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Leech, G. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik (edisi terjemahan oleh M.D.D. Oka). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press

Purwo, B.K. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius.

Setiawan, B. 2012. Pragmatik: Sebuah Pengantar. Salatiga: Widya Sari Press. Sulistyo, Edy Tri. 2013. Pragmatik : Suatu Kajian Awal. Surakarta: Sebelas Maret

University press.

Referensi

Dokumen terkait

Representasi, yang besarannya disesuaikan dengan yang diterima oleh Sekretaris Daerah. pimpinan dalam melakukan perjalanan dinas luar daerah diberikan.

Sulalah, M.Ag Nurul Yaqien, M.Pd Abdul Ghofur, M.Ag Abdul Ghofur, M.Ag Muhammad Tulus, M.Pdl Muhammad Tulus, M.Pdl Dwi Masda Widada, M.Pd Ahmad Abtokhi, M.Pd Ahmad Abtokhi, M.Pd

16 Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Penjelasan,.... “Takutlah akan kemurkaan Allah kepadamu bila engkau tidak bersabar, dan janganlah panik agar engkau mendapatkan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) dengan judul

DBY adalah gen utama yang terletak di regio AZFa yang mungkin memiliki peran dalam infertilitas karena lokasinya dalam testis dan berperan dalam perkembangan

Puskesmas Sentosa Baru, merupakan salah satu puskesmas dari 39 Puskesmas di Kota Medan yang memiliki kasus gizi buruk dan kurang pada balita masih tinggi. Pengukuran

[r]

demikiaa saat masyarakat diselimuti oleh sinrasi ketidakadilan, pelanggaran hak asasi maausia dan penindasan maka Geteia pedu tampil membantu dan mendidik masyarakat supaya