i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE JIGSAW
TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD N PROGOWATI
PADA MATA PELAJARAN PKN
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh : Ulfah Khumayasari
NIM 13108241151
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
ii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE JIGSAW
TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD N PROGOWATI
PADA MATA PELAJARAN PKN model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw terhadap kemampuan kerjasamasiswa kelas IV SD N Progowati, 2) mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa kelas IV SD N Progowati pada mata pelajaran PKn, dan 3) mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw terhadap kemampuan kerjasama dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Progowati pada mata pelajaran PKn.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain eksperimen semu. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Nonequivalent Pretest Posttest Control Group Design. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas IVA (kelas eksperimen) dan kelas IVB (kelas kontrol). Jumlah sampel sebanyak 41 siswa diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes, kuesioner dan observasi. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney, uji t dan uji Multivariate Analysis of Variance (MANOVA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata posttest siswa kelompok eksperimen adalah 82,75, sedangkan nilai rata-rata posttest kelas kontrol adalah 69,76 dan nilai gain kelas eksperimen sebesar 0,621 sedangkan nilai gain kelas kontrol sebesar 0,52. Nilai rata-rata kuesioner akhir kelas eksperimen sebesar 99,6, sedangkan nilai rata-rata kuesioner akhir kelas kontrol sebesar 77,38 dan nilai gain kelas eksperimen sebesar 0,517 sedangkan nilai gain kelas kontrol sebesar 0,017. Berdasarkan presentase skala likert 1-4, kemampuan kerjasama siswa kelas eksperimen masuk dalam kategori sangat baik, sedangkan untuk kelas kontrol masuk dalam kategori baik. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis MANOVA, didapatkan nilai signifikansi 0,006 < 0,05 untuk variabel prestasi belajar dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 untuk variabel kemampuan kerjasama.
iii
THE EFFECTS OF COOPERATIVE LEARNING JIGSAW TYPE TOWARD COOPERATION ABILITY AND LEARNING ACHIEVEMENT
OF FOUR GRADE STUDENT AT SD N PROGOWATI ON PKN SUBJECTS Progowati on Pendidikan Kewarganegaraan subjects, 2) determining the effect of cooperative teaching models type Jigsaw on learning achievement of 4th grade students on SD N Progowati on Pendidikan Kewarganegaraan subjects, and 3) determining the effect of cooperative teaching models type Jigsaw on the ability of cooperation and learning achievement of 4th grade students on SD N Progowati on Pendidikan Kewarganegaraan subjects,
This kind of the research was experimental research with quasi experiment design used Nonequivalent Pretest Posttest Control Group Design. The subjects of this research were 4th grade students class A as experimental class and 4th grade students class B as control class. The samples of this research were 41 student that taken usingpurposive sampling technique. Data were collected by test, questionnaires and observations. Data were analyzed with Mann-Whitney test and t test.
The result of this research shows that the mean score of posttest of experimental class was 82,75, while the mean of posttest of control class was 69,76 and experimental class gain value was 0,621 while the control class gain value was 0,52.The average value of the final questionnaireexperimental class was 99.6, while the mean score of thefinal questionnaire control class was 77.38 and the gain value of experimental class was 0.517 while the control class was 0.017. Based on the percentage of Likert scale 1-4, the ability to cooperate of experimental class students in criteriais categoried very good, while the control class is categorized good. Based on the results of MANOVA analysis, obtained a significance value 0.006 < 0,05 for learning achievement variable and significance values 0.000 < 0,05 for the ability of cooperation variabel.
iv
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
viii MOTTO
“Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia menyelesaikannya dengan
baik” ( HR. Thabrani )
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (Terjemahan Qur’an Surat Al- insyirah: 6)
“Setiap orang memiliki waktu masing-masing yang tidak bisa dipercepat maupun diperlambat. Kesabaran dan ketekunan adalah teman terbaik untuk menunggu
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidaayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE JIGSAW TERHADAP
KEMAMPUAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV
SD N PROGOWATI PADA MATA PELAJARAN PKN” ini dengan lancar.
Tugas akhir skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih. Pernyataan terima kasih yang sedalam- dalamnya dan penghargaan yang setinggi- tingginya penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkaan waktu, tenaga, dan pikiran guna memberi motivasi, saran, dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan lancar.
2. Bapak Drs. Suparlan, M. Pd. I. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan rekomendasi dalam penyusunan tugas akhir skripsi.
x
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.
8. Pipit Cony Saputri, Adi Teguh Yuana, Nikita Mulyawati dan Willi Septianto yang telah mendukung dan membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.
9. Teman-teman PGSD 2013 kelas B yang telah memberi dukungan dalam proses penyelesaian skripsi.
10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusun skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapat balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca atau pihak yang membutuhkannya.
Yogyakarta, 2 Juni 2017 Penulis
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ... v
HALAMAN PENGESAHAN ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
HALAMAN MOTTO ... viii
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Penegasan Istilah ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar ... 10
1. Belajar ... 10
2. Prestasi Belajar ... 11
3. Prestasi Belajar PKn ... 16
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 17
B. Kemampuan Kerjasama ... 18
xii
2. Syarat-syarat terjadinya Kerjasama ... 21
3. Indikator Kerjasama ... 24
C. Model Pembelajaran Cooperative ... 27
1. Model Pembelajaran ... 27
D. Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 42
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 42
2. Langkah-langkah Pembelajaran Ekspositori ... 43
3. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Ekspositori ... 45
E. Pendidikan Kewarganegaraan ... 46
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 46
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 47
F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 48
G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 51
H. Kerangka Berpikir ... 52
I. Hipotesis ... 55
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 56
B. Variabel Penelitian ... 58
C. Populasi dan Sampel ... 58
D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 59
E. Teknik Pengumpulan Data ... 60
F. Prosedur Penelitian ... 61
G. Instrumen Penelitian ... 64
H. Pengujian Instrumen ... 72
1. Uji Validitas ... 72
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 89
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 89
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 91
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 97
1. Analisis Data Hasil Pretest ... 97
2. Analisis Data Hasil Posttest ... 101
3. Analisis Uji Gain Data Pretest dan Posttest ... 106
4. Analisis Data Kuesioner Awal ... 107
5. Analisis Data Kuesioner Akhir ... 113
6. Analisis Uji Gain Hasil Kuesioner ... 118
7. Analisis Gain Indikator Kemampuan Kerjasama ... 119
8. Analisis Hasil Observasi Kerjasama ... 122
C. Pengujian Hipotesis ... 124
1. Pengujian Hipotesis Kemampuan Kerjasama ... 124
2. Pengujian Hipotesis Prestasi Belajar ... 125
3. Pengujian Hipotesis Kemampuan Kerjasama dan Prestasi Belajar ... 126
D. Pembahasan ... 129
1. Pengaruh Jigsaw terhadap Kemampuan Kerjasama ... 129
2. Pengaruh Jigsaw terhadap Prestasi Belajar ... 131
3. Pengaruh Jigsaw terhadap Kemampuan Kerjasama dan Prestasi Belajar ... 133
xiv BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 135 B. Saran ... 136
xv
Tabel 15 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol ... 93
Tabel 16 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol ... 93
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Kuesioner Awal Kelas Kontrol ... 94
Tabel 18 Distribusi Frekuensi Kuesioner Akhir Kelas Kontrol ... 94
Tabel 19 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen ... 95
Tabel 20 Distribusi Frekuensi Postest Kelas Eksperimen ... 96
Tabel 21 Distribusi Frekuensi Kuesiner Awal Kelas Eksperimen ... 96
Tabel 22 Distribusi Frekuensi Kuesiner Akhir Kelas Eksperimen .... 97
Tabel 23 Nilai Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 97
Tabel 24 Nilai Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 98
Tabel 25 Deskripsi Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 98
Tabel 26 Hasil Uji Normalitas Data Pretest ... 99
Tabel 27 Hasil Uji Beda Pretest ... 101
xvi
Tabel 29 Nilai Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 102
Tabel 30 Deskripsi Data Posttest Kelas Ekesperimen dan Kontrol . 103 Tabel 31 Hasil Uji Normalitas Data Posttest ... 104
Tabel 32 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest ... 105
Tabel 33 Hasil Uji Beda Data Posttest ... 106
Tabel 34 Hasil Analisis Gain ... 107
Tabel 35 Hasil Kuesioner Kelas Kontrol ... 108
Tabel 36 Hasil Kuesioner Kelas Eksperimen ... 109
Tabel 37 Deskripsi Data Hasil Kuesioner Awal ... 110
Tabel 38 Hasil Uji Normalitas Data Kuesioner Awal ... 111
Tabel 39 Hasil Uji Beda Data Kuesioner Awal ... 112
Tabel 40 Hasil Kuesioner Akhir Kelas Kontrol ... 113
Tabel 41 Hasil Kuesioner Akhir Kelas Eksperimen ... 114
Tabel 42 Deskripsi Data Hasil Kuesioner Akhir ... 115
Tabel 43 Hasil Uji Normalitas Data Kuesioner Akhir ... 116
Tabel 44 Hasil Uji Homogenitas data Hasil Kuesioner Akhir ... 117
Tabel 45 Hasil Uji Beda Data Hasil Kuesioner ... 117
Tabel 46 Hasil Analisis Gain ... 118
Tabel 47 Hasil Analisis Gain Indikator Kuesioner Kerjasama ... 120
Tabel 48 Kriteria Skala Likert ... 121
Tabel 49 Hasil Kuesioner Kerjasama Berdasarkan Kriteria Skala Likert ... 121
Tabel 50 Perolehan Skor Observasi Kerjasama ... 123
Tabel 51 Hasil Uji Box’s Tests of Equality of Variance Matrices ... 127
Tabel 52 Hasil Uji Multivariate Tests ... 128
xvii
DAFTAR DIAGRAM
xviii
xix
Lampiran 37 Lembar Observasi Kerjasama Kelas Eksperimen Observer 1 ... 272
Lampiran 38 Lembar Observasi Kerjasama Kelas Eksperimen Observer 2 ... 276
Lampiran 39 Lembar Observasi Kerjasama Kelas Kontrol Observer 1 ... 280
Lampiran 40 Lembar Observasi Kerjasama Kelas Eksperimen Observer 2 ... 284
Lampiran 41 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Jigsaw Observer 1 ... 288
Lampiran 42 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Jigsaw Observer 2 ... 292
Lampiran 43 Surat Izin Penelitian ... 296
Lampiran 44 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 299
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,
dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran
ini akan membantu peserta didik dalam memahami dirinya sebagai warga negara
yang mampu berperilaku sesuai dengan kewajibannya sebagai warga negara yang
baik.
Tujuan dari mata pelajaran PKn yang tercantum dalam KTSP
(Depdiknas, 2006) adalah agar peserta didik mampu : 1) berpikir secara kritis,
rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, 2) berpartisipasi
secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi, 3) berkembang
secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, 4)
berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan pembelajaran merupakan tolok ukur keberhasilan proses
pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang
2
sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto,
2010:17). Lebih lanjut, Uno (2006: 2) menjelaskan bahwa pembelajaran memiliki
hakikat perencanaan atau perancangan (sebagai) upaya untuk membelajarkan
siswa. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran merupakan
kegiatan yang direncanakan guru untuk membantu siswa dalam mengalami proses
belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran sudah
tercapai. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru membutuhkan suatu
strategi pembelajaran yang tepat menggunakan berbagai model dan metode
pembelajaran. Sujarwo (2011: 100) menjelaskan bahwa model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan sejumlah komponen
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendapat lain menyatakan
bahwa metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan
dilaksanakan (Suyono dan Hariyanto, 2011: 19).
Proses pencapaian tujuan melalui kegiatan pembelajaran tersebut
dipengaruhi oleh beberapa komponen. Sujarwo (2011: 5) menjelaskan bahwa
komponen tersebut secara sistematik terdiri atas : 1) tujuan pembelajaran, 2)
peserta didik, 3) pendidik, 4) perencanaan pembelajaran sebagai suatu segmen
kurikulum, 5) strategi pembelajaran, 6) media pembelajaran dan 7) evaluasi
pembelajaran. Masing-masing komponen tersebut memiliki peran dalam
3
Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh proses belajar
yang dialami oleh peserta didik. Apabila peserta didik mampu memahami apa
yang disampaikan oleh guru selama mengikuti kegiatan pembelajaran, tentu
mereka akan berhasil dalam proses belajar mereka. Oleh karena itu, peran guru
dalam memfasilitasi peserta didik agar dapat memahami materi yang disampaikan
sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SD N Progowati,
diperoleh informasi bahwa metode pembelajaran yang diterapkan guru di SD N
Progowati masih konvensional. Guru belum menerapkan model-model
pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa. Selain itu, sebagian besar
guru belum memanfaatkan berbagai media dan fasilitas sekolah dalam proses
pembelajaran.
Dari hasil wawancara dengan wali kelas IV SD N Progowati, diperoleh
informasi bahwa guru belum pernah menggunakan model-model pembelajaran
inovatif dalam kegiatan pembelajaran. Ketika mengajar guru menggunakan
beberapa metode pembelajaran dan memvariasikannya. Metode yang sering
digunakan dalam proses pembelajaran antara lain ceramah, diskusi, dan tanya
jawab. Media yang sering digunakan adalah media gambar. Dari hasil wawancara
tersebut, dapat diketahui bahwa guru belum merancang kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model-model pembelajaran inovatif yang dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SD N Progowati, ditemukan
4
pembelajaran. Saat guru menggunakan metode ceramah, banyak siswa yang
kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Kemudian, saat guru
membuat kelompok dan meminta siswa untuk berdiskusi, hanya beberapa siswa
yang berpartisipasi dalam diskusi kelompok, sedangkan siswa lain ada yang
bermain dengan temannya dan ada juga yang berkelahi. Bahkan ada juga siswa
yang tidak mau berkelompok dengan salah satu siswa. Ketika guru meminta siswa
untuk menyampaikan pendapat, hanya ada beberapa siswa yang mendominasi
untuk menyampaikan pendapat. Jika situasi seperti ini terus dibiarkan maka akan
timbul kesenjangan antar siswa yang akan berdampak pada tingkat pemahaman
siswa dalam belajar. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa siswa
belum memiliki sikap kerjasama yang baik di kelas tersebut. Hal tersebut
menggambarkan bahwa kemampuan kerjasama siswa di kelas tersebut belum
dikembangkan dengan baik.
Selain sikap kerjasama siswa yang masih rendah, ada permasalahan lain yang
ditemukan di kelas tersebut. Berdasarkan hasil rapor siswa kelas IV di SD N
Progowati pada mata pelajaran PKn ditemukan informasi bahwa 50 % dari 22
siswa belum mencapai KKM, 30% dari 22 siswa berada pada batas KKM dan 20
% dari 22 siswa telah melebihi batas KKM. Hal tersebut berdampak pada prestasi
belajar mereka yang masih tergolong rendah. Rendahnya prestasi belajar tersebut
diduga salah satunya karena adanya kesenjangan yang terjadi di kelas tersebut dan
siswa yang memiliki kemampuan lebih belum bisa menerapkan sikap kerjasama
5
Sikap kerjasama yang baik dapat dilatih dan dikembangkan oleh guru
melalui kegiatan pembelajaran. Guru dapat merancang kegiatan pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk lebih banyak berinteraksi dan menyelesaikan
tugas bersama dengan teman-temannya dalam sebuah kelompok. Kegiatan
tersebut dapat dirancang dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang
inovatif. Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa di
dalam kelompok adalah model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, saling membantu dalam
mempelajari materi (Slavin, 2009: 9). Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran
Suprijono (2011: 61) yang menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi,
menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Berdasarkan hasil
penelitian Fajar Ayu Ningsih (2013) diperoleh fakta bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas IV pada mata pelajaran IPS. Selain itu, penelitian Sarvia Trisnawati (2014)
juga menunjukkan fakta bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar
siswa.
Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian yang telah dipaparkan,
maka dalam penelitian ini akan diujicobakan pengaruh model pembelajaran
cooperative tipe Jigsaw terhadap kemampuan kerjasama dan prestasi belajar
6
Dari latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh
Model Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw terhadap Kemampuan Kerjasama
dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD N Progowati pada Mata Pelajaran PKn”.
B.Identifikasi Masalah
Proses pembelajaran di kelas IV pada mata pelajaran PKn masih dilakukan
dengan menggunakan metode konvensional. Selain itu, guru telah menggunakan
media gambar dan sumber belajar yang dimiliki siswa. Namun, masih ditemukan
beberapa masalah. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn masih rendah.
2. Guru belum pernah menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif.
3. Siswa belum bisa bekerjasama dengan baik.
4. Kegiatan pembelajaran yang dirancang guru belum bisa melatih dan
mengembangkan kemampuan kerjasama siswa.
C.Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah dan terbatasnya kemampuan peneliti, maka
permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi pada rendahnya kemampuan
kerjasama siswa, rendahnya prestasi belajar siswa kelas IV di SD N Progowati
siswa pada mata pelajaran PKn dan guru belum pernah menerapkan model
7 D.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw
terhadap kemampuan kerjasama siswa kelas IV SD N Progowati pada mata
pelajaran PKn?.
2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw
terhadap prestasi belajar siswa kelas IV SD N Progowati pada mata pelajaran
PKn?.
3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw
terhadap kemampuan kerjasama dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N
Progowati pada mata pelajaran PKn ?.
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran cooperative tipe
Jigsaw terhadap kemampuan kerjasamasiswa kelas IV SD N Progowati.
2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran cooperative tipe
Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa kelas IV SD N Progowati pada mata
pelajaran PKn.
3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran cooperative tipe
Jigsaw terhadap kemampuan kerjasama dan prestasi belajar siswa kelas IV SD
8 F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis :
Menambah khasanah keilmuan atau wawasan tentang metode
pembelajaran yang tepat dan efektif bagi siswa dan sebagai referensi atau
bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis :
a. Bagi siswa :
Menambah pengalaman belajar siswa dan melatih kemampuan siswa
dalam bekerjasama.
b. Bagi guru :
Memberikan inspirasi bagi guru untuk mengembangkan dan
mengaplikasikan berbagai model dan metode pembelajaran yang lebih
kreatif, inovatif, variatif dan menarik.
c. Bagi sekolah :
Sebagai masukan bagi pengembang sekolah untuk meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan kualitas sekolah.
G.Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap istilah dalam
skripsi ini, maka perlu dikemukakan definisi istilah. Batasan pengertian dari judul
9
1. Prestasi belajar adalah keberhasilan yang dicapai siswa dari segi penguasaan,
pengetahuan, dan keterampilan dengan melihat nilai test yang diperoleh berupa
angka dari 10-100 pada mata pelajaran PKn materi Globalisasi.
2. Kemampuan kerjasama adalah kemampuan siswa dalam bekerja bersama
temannya dalam sebuah kelompok. Kemampuan kerjasama dilihat dari delapan
indikator yang telah dipaparkan dalam penelitian ini.
3. Model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw adalah salah satu tipe model
pembelajaran yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil
(kelompok asal), kemudian masing-masing siswa diberikan tanggung jawab
untuk mempelajari suatu materi di kelompok ahli. Setelah pembahasan di
kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal dan menyampaikan apa yang
10
kehidupannya melalui pengalaman hidup sehari–hari. Dalam proses belajar
tersebut manusia akan menemukan hal–hal baru yang belum pernah ia temukan
sebelumnya. Hasil dari proses belajar tersebut akan membantu manusia dalam
menjalani kehidupannya dan akan berdampak pula bagi perubahan yang terjadi
dalam dirinya.
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan secara sengaja untuk
mengembangkan kemampuan individu secara optimal (Sujarwo, 2011: 1).
Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Sardiman (2012: 20) yang
menyatakan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai kegiatan
psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya, sedangkan dalam arti sempit
belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Pendapat lain tentang belajar disampaikan oleh Suyono dan Hariyanto
(2011: 9) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses
untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki
perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Lebih lanjut, Sugihartono, dkk
11
laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dari definisi di atas, belajar dalam penelitian ini dimaknai sebagai sebuah
proses yang dilakukan secara sengaja untuk memperoleh pengetahuan,
mengembangkan kemampuan individu, meningkatkan keterampilan dan
memperbaiki tingkah laku melalui pengalaman langsung dengan lingkungan
dengan tujuan untuk menjadi pribadi seutuhnya.
2. Prestasi Belajar
Proses belajar berlangsung sepanjang hayat dan dapat terjadi dimana saja.
Setiap proses yang kita lakukan akan menghasilkan sesuatu sebagai hasil dari
proses itu, begitu pula proses belajar. Proses belajar yang kita lakukan akan
memberikan perubahan dalam kehidupan kita baik dari segi pengetahuan maupun
tingkah laku.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa belajar tentang banyak hal.
Siswa akan memperoleh berbagai pengetahuan yang belum pernah ia ketahui
sebelumnya. Hasil dari proses belajar yang dialami siswa tersebut dapat dilihat
dari hasil belajar mereka. Suprijono (2011 : 7) menyatakan bahwa hasil belajar
adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek
potensi kemanusiaan saja. Dari teori tersebut, dapat diketahui bahwa hasil belajar
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
Dari segi pemerolehan pengetahuan, keberhasilan proses belajar dapat
12
memperoleh pengetahuan dengan baik akan mempunyai prestasi belajar yang
baik, begitupun sebaliknya. Prestasi belajar sebagai hasil dari proses belajar lebih
mengacu pada aspek kognitif siswa. Oleh karena itu, prestasi belajar dapat
menggambarkan seberapa banyak pengetahuan yang telah siswa peroleh selama
proses belajar mereka.
Syah (2003: 213) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil
belajar yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari
pengalaman dan proses belajar siswa. Pendapat lain menyatakan bahwa prestasi
adalah hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu sehingga untuk
mengetahui tingkat prestasi belajar perlu dilakukan evaluasi belajar (Sudjana,
2009: 3).
Prestasi belajar siswa dapat dilihat setelah guru melakukan evaluasi atau
penilaian dalam pembelajaran. Penilaian atau evaluasi tersebut dapat dilakukan
setelah guru melakukan kegiatan pembelajaran. Hal –hal yang dinilai dalam
penilaian atau evaluasi tersebut disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran merupakan dasar untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran dan juga menjadi landasan untuk menentukan materi,
strategi, media, dan evaluasi pembelajaran (Rusman, 2011: 171).
Bloom dan Krathwohl menyatakan bahwa klasifikasi tujuan terdiri dari
tiga domain yaitu (Rusman, 2011: 171):
1) domain kognitif, adalah domain yang menekankan pada aspek intelektual dan
13
a) pengetahuan yang menitikberatkan pada aspek ingatan terhadap materi yang
telah dipelajari mulai dari fakta sampai teori,
b) pemahaman yaitu langkah awal untuk dapat menjelaskan dan menguraikan
sebuah konsep ataupun pengertian,
c) aplikasi yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari ke
dalam situasi nyata, meliputi aturan, metode, konsep, prinsip, hukum dan
teori,
d) analisis yaitu kemampuan dalam merinci bahan menjadi bagian-bagian
supaya strukturnya mudah untuk dimengerti,
e) sintesis yaitu kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu
keseluruhan baru yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan
cara memformulasikan pola dan struktur baru, dan
f) evaluasi yaitu kemampuan dalam mempertimbangkan nilai untuk maksud
tertentu berdasarkan kriteria internal dan eksternal.
2) domain afektif, adalah domain yang menekankan pada sikap, perasaan, emosi,
dan karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat yang
memiliki lima tingkatan yaitu: penerimaan, responding, penilaian,
pengorganisasian, dan karakterisasi, dan
3) domain psikomotorik, adalah domain yang menekankan pada gerakan-gerakan
fisik. Domain ini memiliki enam tingkatan yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan mekanis terpola, respon kompleks, penyesuaian pola gerakan,
14
Klasifikasi tujuan tersebut sesuai dengan klasifikasi hasil belajar yang juga
dikemukakan oleh Benyamin Bloom yang secara garis besar diklasifikasikan
menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. Suyono dan
Hariyanto (2011: 167) menyatakan bahwa pengertian cognitive atau kapabilitas
intelektual semakna dengan pengetahuan, mengetahui, berpikir dan intelek,
sedangkan affective semakna dengan perasaan, emosi dan perilaku, dan
psychomotor semakna dengan aturan dan keterampilan fisik, terampil dan
melakukan.
Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Sudjana (2009: 22) yang
menjelaskan bahwa ketiga ranah tersebut adalah sebagai berikut:
1) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek selanjutnya disebut kognitif tingkat tinggi,
2) ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi, dan
3) ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Lebih lanjut, Sudjana (2009: 23-28) menjelaskan bahwa enam aspek dalam
15
1) pengetahuan: pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan faktual
disamping pengetahuan hafalan atau ingatan seperti rumus, batasan, definisi,
istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota,
2) pemahaman: lebih tinggi tingkatannya daripada pengetahuan, misalnya
menjelaskan dengan kalimat sendiri, memberi contoh dan menggunakan
petunjuk penerapan pada kasus lain,
3) aplikasi: merupakan penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi
khusus,
4) analisis: merupakan usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas susunannya,
5) sintesis: merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam
bentuk menyeluruh, dan
6) evaluasi: merupakan pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi, dan
lain-lain.
Dalam proses penilaian prestasi belajar, indikator-indikator yang
digunakan lebih ditekankan pada ranah kognitif yaitu yang berkaitan dengan
pemahaman siswa terhadap materi dan pencapaian kompetensi yang telah
ditetapkan. Hasil dari proses penilaian tersebut dinyatakan dalam bentuk angka
atau skor yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan belajar siswa. Kunci
pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang
16
prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan dan
diukur (Syah, 2003: 214).
Dari definisi di atas, prestasi belajar dalam penelitian ini dimaknai sebagai
hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar yang ditandai dengan
penguasaan pengetahuan dan pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil
tersebut lebih ditekankan pada ranah kognitif siswa. Hasil tersebut menunjukkan
adanya perubahan yang terjadi dalam diri siswa yang merupakan akibat dari
proses belajar itu sendiri. Tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang sangat
dipengaruhi oleh berhasil atau tidaknya proses belajar yang telah ia lakukan.
3. Prestasi Belajar PKn
Prestasi belajar PKn yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar siswa yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata
pelajaran PKn materi globalisasi yang ditandai dengan penguasaan materi dan
kompetensi yang telah ditetapkan yaitu : a) siswa dapat menjelaskan pengertian
globalisasi, b) siswa dapat menjelaskan proses terjadinya globalisasi, d) siswa
dapat menyebutkan ciri-ciri globalisasi, d) siswa dapat menunjukkan contoh
sederhana perubahan yang terjadi di masyarakat akibat globalisasi, e) siswa dapat
menunjukkan contoh sederhana perubahan perilaku masyarakat akibat globalisasi,
f) siswa dapat menunjukkan contoh sederhana perubahan gaya hidup masyarakat
akibat globalisasi, g) siswa dapat menjelaskan dampak positif yang terjadi akibat
globalisasi, dan h) siswa dapat menjelaskan dampak negatif yang terjadi akibat
17
Indikator prestasi belajar PKn dalam penelitian ini lebih ditekankan pada
ranah kognitif yaitu yang berhubungan dengan seberapa dalam pemahaman siswa
terhadap materi Globalisasi yang telah dipelajari. Tingkatan kognitif yang
digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada tingkat mengingat/ mengetahui
(C1), mengerti/ memahami (C2), dan menerapkan/ mengaplikasikan (C3) karena
ketiga tingkatan tersebut yang dianggap sesuai untuk anak usia sekolah dasar
terutama kelas IV.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh proses
belajar yang mereka alami. Keberhasilan proses belajar siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Sugihartono, dkk (2013: 76) menyatakan bahwa terdapat dua
faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri individu, meliputi: faktor
jasmaniah dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
ada di luar individu yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat.
Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut sebagai berikut
(Sugihartono, dkk, 2013: 76):
a. Faktor internal terdiri dari:
1) faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh dan
2) faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
18 b. Faktor eksternal terdiri dari:
1) faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga,
perhatian orang tua dan latar belakang kebudayaan,
2) faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi antarsiswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar
pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah, dan
3) faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa di masyarakat, teman bergaul,
bentuk kehidupan di masyarakat dan media masa.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa ada banyak hal yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Secara umum faktor-faktor tersebut
dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua
faktor tersebut sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa, sehingga guru
sebaiknya memahami faktor-faktor tersebut agar dapat membantu siswa dalam
mencapai keberhasilan belajarnya.
B.Kemampuan Kerjasama 1. Pengertian Kerjasama
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial.
Sebagai makhluk individu, manusia dituntut untuk bisa membawa dirinya dan
mengelola dirinya sendiri untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Kemudian,
sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk bisa menjalin interaksi yang baik
dengan manusia lain dalam kehidupannya. Menjalin hubungan dan berinteraksi
19
hidup di dunia ini. Jika tidak, maka manusia akan mengalami banyak gangguan
dalam kejiwaannya. Oleh karena itu, mengembangkan kecerdasan dan
kemampuan sosial merupakan hal yang penting bagi manusia dalam menjalani
kehidupannya di dunia ini. Manusia yang memiliki kecerdasan sosial yang baik
akan memiliki kemampuan sosial yang baik, sehingga ia dapat menjalin hubungan
baik dan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Namun, di masa sekarang ini banyak ditemukan fakta bahwa nilai-nilai
sosial yang seharusnya dimiliki oleh manusia mulai luntur dari kehidupan
manusia itu sendiri. Disinilah dapat dilihat bahwa kecerdasan sosial sangat
penting bagi kehidupan manusia. Seseorang dengan kecerdasan intelektual yang
tinggi belum tentu memiliki kecerdasan sosial yang tinggi pula. Kedua kecerdasan
tersebut memiliki pengaruh tersendiri bagi kehidupan manusia, sehingga
kecerdasan tersebut perlu dipupuk dan dikembangkan sejak dini.
Salah satu kemampuan sosial yang harus dikembangkan bagi siswa
sekolah dasar adalah kemampuan dalam berinteraksi dan bekerjasama dengan
orang lain dalam sebuah kelompok. Kemampuan seseorang untuk melakukan
kerjasama merupakan perwujudan dari adanya interaksi yang baik untuk mencapai
tujuan tertentu. Kemampuan dalam KBBI berasal dari kata mampu yang berarti
bisa atau sanggup melakukan sesuatu. Dengan kemampuan seseorang akan
mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ia hadapi dalam hidupnya dan
terhindar dari kegagalan.
Kerjasama diartikan sebagai suatu aktivitas dalam kelompok kecil dimana
20
menyelesaikan sesuatu (Asma, 2006: 11). Dari pendapat di atas dapat diketahui
bahwa kerjasama dapat terjadi apabila ada dua orang atau lebih yang melakukan
aktivitas secara bersama-sama dan saling membantu dalam menyelesaikan
sesuatu.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Johnson, dkk (2012: 28) yang
menyatakan bahwa kerjasama merupakan upaya umum manusia yang secara
stimultan mempengaruhi berbagai macam keluaran instruksional. Keluaran
tersebut seperti pencapaian, tingkat penalaran yang lebih tinggi, retensi, motivasi,
pentransferan pembelajaran, daya tarik interpersonal, persahabatan,
menghilangkan prasangka, menghargai perbedaan, dukungan sosial, rasa harga
diri, kompetensi sosial, kesehatan psikologis, dan penalaran moral (Johnson, dkk,
2012: 29). Dari pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa kerjasama merupakan
upaya manusia yang menghasilkan berbagai perilaku yang berkaitan dengan
interaksi sosial dan dapat membantu manusia dalam berinteraksi dengan orang
lain.
Lebih lanjut, Saputra dan Rudyantoro (2005: 40) menyatakan bahwa
kerjasama merupakan sifat ketergantungan manusia yang memungkinkan dan
mengharuskan setiap insan/ kelompok sosial untuk selalu berinteraksi dengan
orang lain atau kelompok lain. Dari pendapat tersebut, dapat diketuhi bahwa
setiap manusia tidak akan bisa hidup tanpa bekerjasama dengan orang lain karena
manusia hidup dengan saling bergantung pada manusia lain.
Dari beberapa pendapat di atas, pengertian kemampuan kerjasama dalam
21
dengan temannya di dalam sebuah kelompok sehingga memungkinkan terjadinya
kerjasama dalam kelompok tersebut. Kemampuan kerjasama tersebut muncul
karena adanya interaksi antar anggota kelompok yang mempunyai tujuan yang
sama. Di dalam proses pembelajaran, tujuan tersebut dapat berupa penyelesaian
tugas yang diberikan oleh guru.
Kemampuan bekerjasama dipandang sebagai salah satu kemampuan dasar
yang utama bagi seorang siswa. Seorang siswa harus mampu berinteraksi dan
bekerjasama dalam kelompok dengan baik agar ia tidak mengalami kesulitan
untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain di masa depan. Seseorang
yang mempunyai kemampuan kerjasama yang baik akan dapat bekerjasama
dengan orang lain dimanapun ia berada. Oleh karena itu, guru perlu
mengembangkan kemampuan siswanya dalam bekerjasama sejak dini melalui
proses pembelajaran yang inovatif dan melibatkan siswa secara langsung.
2. Syarat-syarat terjadinya Kerjasama
Kerjasama antara satu orang dengan orang lainnya tidak terjadi begitu saja.
Namun, terjadi karena ada sesuatu hal yang mempengaruhi. Baik itu dari luar
individu maupun dari dalam individu. Pada hakikatnya, manusia di dunia ini tidak
akan bisa hidup tanpa adanya kerjasama dengan manusia lain. Manusia pasti
membutuhkan bantuan dari orang lain dan dari kebutuhan mendasar tersebut,
manusia akan memerlukan kerjasama untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Di
dalam kerjasama terjadi hubungan timbal balik yang memberikan kebermaknaan
22
bahwa dengan hubungan timbal balik ini akan menghilangkan kecurigaan,
prasangka dan praduga. Oleh karena itu, kerjasama menjadi hal yang penting agar
hubungan antar individu dapat berjalan dengan baik.
Soekanto (1990: 72) menyatakan bahwa:
“bentuk kerjasama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja seta balas jasa yang akan diterima”
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kerjasama terjadi apabila
ada tujuan yang sama dan iklim atau suasana yang mendukung terjadinya
kerjasama. Terjadinya kerjasama tidak semata-mata terjadi begitu saja, namun ada
syarat-syarat tertentu yang memungkinkan terjadinya kerjasama. Saputra dan
Rudyantoro (2005: 40), menyatakan bahwa syarat-syarat terjadinya kerjasama
antara lain:
a. Kepentingan yang sama: kerjasama terjadi apabila ada kepentingan yang sama
yang ingin dicapai oleh semua anggota.
b. Keadilan: didasari oleh prinsip keadilan artinya setiap orang yang ikut
bekerjasama memperoleh imbalan yang sesuai dengan kontribusinya dalam
pelaksanaan kerjasama.
c. Saling pengertian: dilandasi oleh keinginan untuk mengerti dan memahami
kepentingan dari orang-orang yang terlibat dalam kerjasama tersebut.
d. Tujuan yang sama: kerjasama akan terbentuk apabila semua orang memiliki
23
e. Saling membantu: kerjasama merupakan dasar keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Hal tersebut akan terjadi bila semua orang dalam kelompok bersedia
untuk saling membantu teman sekelompoknya jika diperlukan.
f. Saling melayani: kesediaan untuk saling melayani menjadi unsur yang
mempercepat terjadinya kerjasama.
g. Tanggung jawab: kerjasama merupakan perwujudan tanggung jawab dari tiap
orang yang terlibat dalam kelompok.
h. Penghargaan: hal yang terpenting dalam kerjasama adalah keinginan untuk
saling menghargai sesama anggota kelompok.
i. Kompromi : kerjasama kelompok adalah gabungan kerja dari tiap orang yang
terlibat dalam kelompok sosial.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan kerjasama
terjadi karena adanya tujuan dan kepentingan yang sama dari pihak-pihak yang
bekerjasama. Di dalam kerjasama juga ada prinsip-prinsip yang mendasar seperti
keadilan, saling pengertian, saling membantu, saling melayani, saling menghargai,
tanggung jawab, dan kompromi. Beberapa hal tersebut merupakan syarat-syarat
yang mempengaruhi terjadinya kerjasama antarindividu. Oleh karena itu, sikap
kerjasama perlu ditanamkan kepada seorang anak sejak kecil, karena di dalam
kerjasama terdapat nilai-nilai penting yang berguna bagi kehidupan anak di masa
24 3. Indikator Kerjasama
Keterampilan kerjasama siswa dapat ditanamkan melalui pembiasaan di
sekolah. Kerjasama antar siswa dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar untuk lebih mudah memahami materi melalui bantuan dari temannya.
Kerjasama antar siswa dapat terjadi secara alami, namun tidak semua siswa dapat
mengembangkan kemampuannya dalam bekerjasama secara langsung. Oleh
karena itu, peranan guru dalam menciptakan suasana yang memungkinkan siswa
untuk bekerjasama sangat dibutuhkan.
Di dalam pembelajaran di sekolah, kerjasama siswa dapat terjadi dalam
sebuah kelompok. Dengan berkelompok, siswa mendapat kesempatan yang lebih
luas untuk mempraktikkan sikap dan perilaku berpartisipasi pada situasi sosial
yang bermakna bagi mereka (Isjoni, 2010: 64). Agar siswa dapat bekerjasama
dengan baik di dalam sebuah kelompok, siswa tersebut membutuhkan beberapa
keterampilan yaitu keterampilan kooperatif. Fungsi keterampilan kooperatif
tersebut adalah untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas (Isjoni, 2010: 65).
Lugdren menyatakan bahwa keterampilan-keterampilan kooperatif
tersebut adalah sebagai berikut (Isjoni, 2010: 65-67):
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal
Keterampilan tingkat awal ini meliputi: 1) menggunakan kesepakatan yaitu
menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan dalam
kelompok, 2) menghargai kontribusi atau memperhatikan apa yang dilakukan
anggota lain dalam kelompok, 3) mengambil giliran dan berbagi tugas, 4) berada
25
setiap anggota kelompok wajib menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, 6) mendorong partisipasi semua anggota kelompok untuk memberikan
berkontribusi, 7) mengundang orang lain, artinya meminta orang lain untuk
berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas. 8) menyelesaikan tugas tepat waktu,
dan 9) menghormati perbedaan individu,
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah
Keterampilan kooperatif tingkat menengah tersebut meliputi: 1)
menunjukkan penghargaan dan simpati, 2) mengungkapkan ketidaksetujuan
dengan cara yang dapat diterima, 3) mendengarkan dengan arif, 4) bertanya, 5)
membuat ringkasan, 6) menafsirkan, 7) mengorganisir, dan 8) mengurangi
ketegangan, dan
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir
Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi: 1) mengelaborasi, 2)
memeriksa dengan cermat, 3) menanyakan kebenaran, 4) menetapkan tujuan, dan
5) berkompromi.
Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut dapat dilatih dan diajarkan
mulai dari keterampilan tingkat awal. Setelah siswa memiliki keterampilan
kooperatif tingkat awal, ia akan dapat mengembangkan keterampilan kooperatif
lainnya seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, guru perlu
mengembangkan dan melatih keterampilan kooperatif pada siswa sekolah dasar
terutama untuk keterampilan kooperatif tingkat awal.
Sebuah kelompok dapat dikatakan bekerjasama apabila kelompok tersebut
Indikator-26
indikator tersebut dapat digunakan untuk melihat atau mengamati perilaku
kerjasama di dalam sebuah kelompok. Beberapa indikator tersebut menurut
Johnson (2007: 169) antara lain:
a. Tetap fokus pada kerja kelompok.
b. Bekerja bersama kelompok.
c. Mencapai keputusan kelompok.
d. Meyakinkan bahwa setiap solusi dapat dipahami oleh semua anggota
kelompok.
e. Mendengarkan pendapat orang lain.
f. Berbagi kepemimpinan dalam kelompok.
g. Memastikan setiap orang ikut berpartisipasi.
h. Mencatat hasil yang dicapai oleh kelompok.
Berdasarkan indikator kerjasama yang telah diuraikan di atas dan dikaitkan
dengan keterampilan kooperatif yang perlu dikembangkan pada anak usia sekolah
dasar, maka indikator kerjasama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Tetap fokus pada kerja kelompok dan berada di dalam kelompok.
b. Berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas kelompok.
c. Mencapai keputusan kelompok.
d. Meyakinkan bahwa setiap keputusan dapat dipahami oleh semua anggota
kelompok (mau menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum jelas).
e. Mendengarkan pendapat orang lain.
f. Berbagi tugas dan menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
27 h. Mencatat hasil yang dicapai oleh kelompok.
Indikator-indikator kerjasama tersebut dipilih karena dianggap sesuai
dengan karakteristik anak usia sekolah dasar. Selain itu indikator-indikator
tersebut telah menggambarkan karakteristik kerjasama di dalam sebuah kelompok
dan dirasa mudah untuk diamati, sehingga data tentang kemampuan kerjasama
siswa dalam penelitian ini akan lebih mudah untuk diperoleh.
C.Model Pembelajaran Cooperative
1. Model Pembelajaran
Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, artinya suatu keseluruhan
yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi, berinterelasi dan
berinterdependensi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan (Sujarwo, 2011: 5). Komponen-komponen
dalam pembelajaran tersebut akan mempengaruhi keberhasilan suatu proses
pembelajaran. Lebih lanjut, Sujarwo (2011: 5) menyatakan bahwa
komponen-komponen pembelajaran terdiri atas: 1) tujuan pembelajaran, 2) peserta didik, 3)
pendidik, 4) perencanaan sebagai suatu segmen kurikulum, 5) strategi
pembelajaran, 6) media pembelajaran, dan 7) evaluasi pembelajaran.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pembelajaran di
sekolah. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari ketercapaian
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran merupakan
sasaran yang ingin dicapai oleh pendidik yang telah ditetapkan sebelum
28
guru perlu merancang strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Sujarwo (2011: 10) menyatakan bahwa strategi pembelajaran dimaknai
sebagai suatu strategi dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran
sehingga peserta didik dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan yang
diharapkan. Strategi pembelajaran dipilih dengan didasarkan pada tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, strategi
pembelajaran yang telah dibuat diimplementasikan melalui penggunaan berbagai
model dan metode pembelajaran.
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar (Suprijono, 2011: 46). Pendapat tersebut sejalan
dengan pemikiran Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 241) yang menyatakan
bahwa model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk
strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Lebih
lanjut, Majid (2016: 13) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu, model pembelajaran juga
berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.
Dari uraian di atas, definisi model pembelajaran yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematis dalam
29
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
2. Model Pembelajaran Cooperative
Ada banyak sekali model pembelajaran yang dapat digunkan guru dalam
melakukan kegiatan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran tersebut harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai guru. Salah satu
model pembelajaran yang digunakan saat ini adalah model pembelajaran
cooperative. Model pembelajaran cooperative adalah model pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk saling bekerjasama sehingga siswa akan lebih aktif
dan lebih sering berinteraksi dengan temannya.
Slavin (2009: 4) menyatakan bahwa, pembelajaran kooperatif merujuk
pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran.Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Asma
(2006: 12) yang menyatakan bahwa belajar kooperatif mendasarkan pada suatu
ide bahwa siswa bekerjasama dalam kelompok dan sekaligus masing-masing
bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh
anggota kelompok dapat menguasai mata pelajaran dengan baik. Lebih lanjut,
Sujarwo (2011: 101) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling
30
tugas yang dibuat oleh pendidik, sehingga tercipta kesempatan munculnya suatu
aktivitas berupa kerjasama.
Dari uraian di atas, definisi pembelajaran kooperatif yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berinteraksi dan bertukar pengetahuan dengan temannya serta
memungkinkan terjadinya kerjasama antar siswa dalam sebuah kelompok yang
heterogen untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan bersama.
Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif menurut Slavin
(2009: 33) adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep,
kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota
masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Lebih lanjut, Asma (2016:
12) menyatakan bahwa tujuan dari pengembangan pembelajaran cooperative
adalah untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial.
Kedua pendapat di atas sejalan dengan pemikiran Majid (2016: 175) yang
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tujuan,
diantaranya:
1) meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik;
2) agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
perbedaan latar belakang;
3) mengembangkan keterampilan siswa; berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
31
Penggunaan model pembelajaran kooperatif di dalam kelas sangat
dianjurkan karena ada beberapa alasan penting yang mendukung penggunaan
model pembelajaran kooperatif ini. Isjoni (2010: 16) menyatakan bahwa, model
ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit,
tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,
bekerjasama dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat
aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap
kualitas interaksi dan komunikasi dan dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya (Isjoni, 2010: 16).
Pembelajaran cooperative memiliki beberapa karakteristik. Beberapa
karakteristik tersebut menurut Sujarwo (2011: 108) antara lain: 1) peserta didik
bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya,
2) kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah, 3) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda-beda, 4) penghargaan lebih
berorientasi pada kelompok daripada individu.
Dalam menerapkan pembelajaran cooperative, kerjasama merupakan hal
yang paling penting. Oleh sebab itu, penanaman keterampilan kooperatif sangat
perlu dilakukan, antara lain menghargai pendapat orang lain, mendorong
berpartisipasi, berani bertanya, mendorong teman untuk bertanya, mengambil
giliran dan berbagi tugas (Isjoni, 2010: 63). Agar kerjasama antar siswa dapat
32
pembelajaran cooperative yang harus dimunculkan. Komponen-komponen
esensial tersebut menurut Johnson, dkk (2012: 43) antara lain:
1) melihat secara jelas interdependensi positif,
2) interaksi mendukung (tatap muka) yang cukup besar,
3) melihat secara jelas tanggung jawab individual dan tanggung jawab personal untuk mencapai tujuan kelompok,
4) sering menggunakan skil-skil kelompok kecil dan skil interpersonal yang relevan,
5) pemrosesan kelompok yang cukup sering dan teratur terhadap pemfungsian saat ini untuk mengembangkan keefektifan di waktu berikutnya.
Kelima unsur tersebut secara ringkas telah dijelaskan oleh Suprijono
(2011: 58) yaitu:
1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif). 2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). 3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif). 4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota).
5. Group processing (pemrosesan kelompok).
Berdasarkan kelima unsur tersebut, guru perlu melakukan pembagian kerja
yang baik agar penerapan model pembelajaran ini berhasil dan tidak membuat
siswa merasa kebingungan. Selain itu, guru jugaharus mengetahui beberapa sintak
dalam penerapan model pembelajaran ini. Sintak model pembelajaran cooperative
terdiri dari enam fase (Suprijono: 2011: 65) yang digambarkan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 1. Sintak Pembelajaran Cooperative
33 Fase 2: Present information
(menyajikan informasi)
Mempresentasikan informasi kepada
peserta didik secara verbal.
Fase 3: Organize student inti learning teams
(mengorganisir peserta didik ke
dalam tim-tim belajar)
Memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan
membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien.
Fase 4: Assist team work and study
(membantu kerja tim dan belajar)
Membantu tim-tim belajar selam
Fase 6: Provide recognition
(memberikan pengakuan atau
penghargaan)
Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi
individu maupun kelompok.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan dalam penerapannya. Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang
dilakukan oleh para ahli tentang penerapan model pembelajaran cooperative ini
ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan. Seperti yang telah dikemukakan
34
1. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa
menjadi terangsang dan lebih menjadi lebih aktif.
2. Fungsi ingatan siswa menjadi lebih aktif, siwa lebih bersemangat dan berani
mengemukakan pendapat saat berdiskusi.
3. Meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi.
4. Membantu siswa mengaktifkan pengetahuan latar mereka dan belajar dari
pengetahuan latar teman-temannya.
5. Meningkatkan kecakapan individu dan kelompok dalam memecahkan masalah,
meningkatkan komitmen dan menghilangkan prasangka buruk terhadap
temannya.
6. Menimbulkan motivasi sosial siswa karena adanya tuntutan untuk
menyelesaikan tugas.
Kelemahan dari model pembelajaran ini yaitu kontribusi siswa berprestasi
rendah menjadi kurang dan siswa berprestasi tinggi akan merasa kecewa, hal
tersebut disebabkan karena peran anggota kelompok yang pandai akan lebih
dominan. Oleh karena itu, hal yang harus dihindari dalam penerapan model
pembelajaran ini adalah terjadinya pertentangan antara siswa yang berprestasi
tinggi dan siswa yang berprestasi rendah. Selain itu, Asma (2006: 27) menyatakan
bahwa penyelesaian suatu materi dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif akan memakan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Guru juga membutuhkan persiapan yang matang dan
35
baik. Oleh karena itu, dibutuhkan persiapan yang baik dan pengelolaan kelas yang
baik dalam menerapkan model pembelajaran ini.
Ada banyak sekali metode-metode pembelajaran cooperative yang dapat
digunakan oleh guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Slavin (2009: 9)
menyatakan bahwa, metode-metode pembelajaran kooperatif yang dapat
digunakan dalam pembelajaran tim siswa antara lain: 1) Student
Team-Achievement Division (STAD), 2) Team Games-Tournament (TGT), 3) Jigsaw II,
4) Team Accelerated Instruction (TAI), dan 5) Cooperatif Integrated Reading and
Composition (CIRC). Selain itu, ada metode-metode pembelajaran kooperatif
yang lainnya yaitu: 1) Group Investigation (GI), 2) Learning Together (Belajar
Bersama), 3) Complex Instruction (Pengajaran Kompleks), dan 4) Structure
Dyadic Methods (Metode Struktur Berpasangan) (Slavin, 2009: 24).
3. Jigsaw
a. Pengertian Jigsaw
Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran cooperative yang terdiri
dari tim-tim belajar yang heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa dan setiap siswa
bertanggung jawab atas penguasaan materi yang menjadi bagiannya dan harus
mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lainnya.
Syarifuddin (2011) menyatakan bahwa Jigsaw adalah model pembelajaran dengan
menggunakan pengelompokan/ tim kecil yaitu yang terdiri dari empat, enam,