commit to user
( SMA) MUHAMMADIYAH PAKEM
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menempuh Ujian Tesis Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
Muhammad Syaifulloh
S 861008020
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Syaifulloh
Nim : S 861008020
Program Studi : Pendidikan Sejarah
Judul Tesis : Pembelajaran Sejarah Lokal di Sekolah Menengah Atas
( SMA ) Muhammadiyah Pakem
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya susun ini benar-benar
merupakan hasil karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan-ringkasan
yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya. Apabila di kemudian hari terbukti
atau dapat dibuktikan tesis ini hasil jiplakan atau karya orang lain, maka gelar dan
ijasah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan,
commit to user
v
Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya.
Kekuatan itu ada di aqidah dan jama‟ah maka jangan disepelekan.
commit to user
vi
Ayah ibu dan keluarga saya yang ada di Yogyakarta yang telah menanamkan
jiwa seorang anak agar selalu ingat kepada Yang Maha segalanya.
Untuk my lovely wife yang telah dengan ikhlas terus-menerus memberikan
support.
Untuk teman-teman saya yang sangat baik dan tidak pernah bisa saya lupakan
yang telah memberikan kejernihan hati dikala kotor dan menampakkan
kebersihan kata dan sikap kepada saya. Khusus buat Renold Hasan, pak Bas,
Wayan, pak Yuver, bu Ani, bu Titi, Pak Agus ,Pak Heri, dan teman-teman 1
kelas pascasarjana UNS yang sangat saya cintai yang benarbenar membuat saya
sangat cinta kepada mereka.
Untuk semuanya yang tidak bisa saya sebut satu per satu dalam memberikan
commit to user
vii
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Disadari bahwa penulisan tesis sebagai satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setulusya atas bantuan dan bimbingan serta
perngorbanan kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Ph.D. selakuDirektur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
dan Dra. Sutiyah, M.Pd, M.Hum selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan
Sejarah yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan motivasi untuk
menyelesaikan studi di Pascasarjana ini.
4. Prof. Djoko Suryo selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan,
dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis
commit to user
viii
kesabarannya telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan
yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis ini.
6. Kedua orang tua pahlawanku Bapak Suwarno dan Ibu Sukatinem. adik-adiku
tercinta Rahma dan Arif yang penuh perhatian serta doa-doanya selalu
menjadi semangat dalam penyelesaian tesis menjadi lancar.
7. Teman-teman studi yang saling mendukung dalam suka maupun duka selama
bersama-sama menempuh studi, serta berbagai pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga bantuan dan dorongan semangat serta
amal baik dari semua pihak yang telah diberikan kepada peneliti dapat menjadi
amal ibadah dan amal kebaikan, serta mendapat imbalan pahala dari Tuhan Yang
Maha Kasih. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat banyak kekurangan
dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan penulis
terima dengan senang hati.
Surakarta,
commit to user
ix
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TESIS ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 3
C.Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ... 4
BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ... 5
A. Kajian Teori ... 5
1. Pembelajaran ... 5
commit to user
x
4. Pembelajaran Sejarah Lokal ... 19
B. Penelitian yang Relevan ... 23
C. Kerangka Berpikir ... 24
BAB III : METODE PENELITIAN ... 27
A.Tempat dan Waktu Penelitan ... 27
B.Bentuk dan Strategi Penelitian ... 28
C.Sumber Data ... 29
D.Teknik Pengumpulan Data ... 30
E.Teknik Cuplikan (sampling) ... 30
F. Validitas Data ... 31
G.Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Hasil Penelitian ... 34
1. Deskripsi Latar ... 34
2. Profil Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem .. 37
B. Sajian Data ... 48
1. Materi Sejarah Lokal ... 48
2. Pembelajaran Sejarah Lokal di SMA Muhammadiyah Pakem ... 53
C. Pokok Temuan ... 57
1. Materi Sejarah Lokal ... 57
commit to user
xi
1. Materi Sejarah Lokal ... 63
2. Pembelajaran Sejarah Lokal di SMA Muhammadiyah Pakem ... 67
BAB V : PENUTUP ... 91
A. Simpulan ... 91
B. Implikasi ... 93
C. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
commit to user
xii
1. Table 1. Jadwal Penelitian ... 28
2. Profil 2. Siswa SMA Muhammadiyah Pakem ... 46
3. Table 3. Profil Guru SMA Muhammadiyah Pakem ……….. 46
4. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Akhir Guru dan Staf Di SMA
commit to user
xiii
1. Gambar Kerangka Berfikir ……… 26
commit to user
xiv
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ……… ... 99
Lampiran 2 Jadwal Penelitian ... ...……… 100
Lampiran 3 Pedoman Wawancara ……… ... 101
Lampiran 4 Daftar Informan ……… ... 103
Lampiran 5 Catatan Lapangan ……… ... 104
Lampiran 6 Foto Dokumentasi Pembelajaran Sejarah Lokal Di SMA Muhammadiyah Pakem ……… ... 115
Lampran 7 Silabus ………... 124
commit to user
xv
Muhammad Syaifulloh (2012). Pembelajaran Sejarah Lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem. Tesis: Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan materi sejarah lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem. (2) Mendeskripsikan pembelajaran sejarah lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif studi kasus tunggal bersifat terpancang, karena fokus penelitian ini telah dirumuskan sebelum penelitian dilaksanakan dan variabel-variabelnya sudah ditentukan, sudah terarah pada batasan dan fokusnya pada pembelajaran sejarah lokal.
Lokasi penelitian di Sekolah Menengah atas (SMA) Muhammadiyah Pakem, sedangkan subyek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru sejarah, dan peserta didik. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Teknik cuplikan menggunakan purposive sampling. Untuk menguji validitas data menggunakan trianggulasi sumber dan triangulasi metode serta analisis data menggunakan analisis model interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Materi sejarah lokal di SMA Muhammadiyah Pakem mengacu kepada kajian materi sejarah lokal dalam kerangka pendidikan living history. (2) Pembelajaran sejarah lokal di SMA Muhammadiyah Pakem berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menitikberatkan pada otonomi dan kreatifitas guru dalam mengembangkan potensi siswa melalui pendidikan berbasis masalah dan berbasis nilai dalam rangka mewujudkan kesadaran sejarah.
commit to user
xvi
Muhammad Syaifulloh (2012). Learning Local History in Muhammadiyah Pakem High School (SMA). Thesis: Graduate School of Education Studies Program History March Eleven University of Surakarta.
The purpose of this study were: (1) Describe the materials of local history in Muhammadiyah Pakem high school (SMA). (2) Describes the teaching of local history in Muhammadiyah Pakem high school (SMA).
This study uses a descriptive qualitative research approach is rooted single case study, because the focus of this study have been formulated before the research is conducted and the variables have been determined, it is focused on the scope and focus on learning the local history.
Research sites in Muhammadiyah Pakem High School (SMA), while the study subjects were school principals, vice principals, teachers of history, and learners. Data was collected through interviews, observation, and study the document. Samples using a purposive sampling technique. To test the validity of using triangulation of data sources and triangulation of methods and data analysis using an interactive model analysis.
The results showed (1) local history material in SMA Muhammadiyah Pakem refers to the study of local history materials in terms of living history education. (2) Learning local history in SMA Muhammadiyah Pakem guided by the Education Unit Level Curriculum that focuses on teacher autonomy and creativity in developing students' potential through education-based and value-based issues in order to realize a sense of history.
commit to user
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar sejarah pada dasarnya adalah belajar tentang kehidupan
masyarakat. Berbagai aspek kehidupan dapat dipelajari dalam sejarah.
Pembelajaran sejarah di sekolah sebaiknya lebih mudah dipahami siswa. Dalam
pembelajaran sejarah hendaknya siswa dapat melihat langsung kehidupan yang
nyata. Sejarah lokal dalam konteks pembelajaran di sekolah tidak hanya sebatas
sejarah yang dibatasi oleh lingkup ruang yang bersifat administratif belaka,
seperti sejarah provinsi, sejarah kabupaten, sejarah kecamatan, dan sejarah desa.
Bertolak dari sejarah lokal inilah siswa dapat menyadari akan kekayaan tema
kehidupan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga siswa
akan lebih bisa memahami dan memaknai peristiwa sejarah.
Kehidupan manusia berdasarkan dimensi sejarah selalu berkaitan dengan
waktu masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Keadaan masa
sekarang adalah kenyataan hasil masa lampau untuk menentukan masa yang akan
datang. Kemampuan manusia untuk memainkan perannya pada masa kini dalam
rangka mewujudkan masa depan yang dicita-citakan sangat ditentukan
pemahaman jiwa dan semangat masa lampau dengan baik. Sukaryanto (2007: 5)
mengatakan sejarah merupakan peristiwa yang dilakukan manusia pada masa
lampau (the past human event), terjadi hanya sekali (einmalig) dan tidak terulang
kembali menjadi sejarah yang harus diketahui manusia pada masa berikutnya.
commit to user masa lampau.
Eksistensi bangsa termasuk bangsa Indonesia mutlak harus dipertahankan
dalam kehidupan masyarakat bangsa dunia. Pembangunan karakter bangsa
(national character building) menjadi alternatif dalam mewujudkan generasi
bangsa yang memahami jati diri bangsanya secara komprehensif. Salah satu upaya
pembangunan karakter bangsa dapat dilakukan melalui pendidikan sejarah yang
mulai diberikan sejak pendidikan dasar. Pendidikan sejarah lokal diharapkan
dapat memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai
periode dalam upaya pembentukan sikap dan perilaku siswa.
Pemahaman sejarah perlu dimiliki setiap orang sejak dini agar mengetahui
dan memahami makna dari peristiwa masa lampau sehingga dapat digunakan
sebagai landasan sikap dalam menghadapi kenyataan pada masa sekarang serta
menentukan masa yang akan datang. Artinya sejarah lokal perlu dipelajari sejak
dini oleh setiap individu, Keterkaitan individu dengan masyarakat atau bangsanya
memerlukan terbentuknya kesadaran pentingnya sejarah terhadap persoalan
kehidupan bersama seperti nasionalisme, persatuan, solidaritas dan integritas
nasional.
Terwujudnya cita-cita suatu masyarakat atau bangsa sangat ditentukan
oleh generasi penerus yang mampu memahami sejarah masyarakat atau
bangsanya. Pemahaman sejarah yang sangat penting ini sekarang ini banyak
diimplentasikan melalui jalur pendidikan yakni pendidikan sejarah, akan tetapi
commit to user
lingkungan sejarah lokal, bagi sejarah lokal lingkungan provinsi sebenarnya
cukup banyak namun mereka kurang terampil untuk mendesain dari beberapa
buku sumber, dan guru kurang percaya diri untuk merumuskan materi esensial
sejarah lokal.
Dari gambaran di atas, tidak mengherankan apabila sejarah perlu diberikan
kepada seluruh siswa di sekolah dalam bentuk mata pelajaran sejarah lokal.
Kedudukannya yang penting dan strategis dalam pembangunan watak bangsa
merupakan fungsi yang tidak bisa digantikan oleh mata pelajaran lainnya. Oleh
karena itu, sepanjang seluruh eksponen dan komponen bangsa masih
menginginkan eksistensi sebuah bangsa dan negaranya, upaya-upaya peningkatan
kualitas pembelajaran sejarah dalam hal ini guru menduduki posisi yang penting
dan strategis dalam peningkatan kualitas pembelajaran sejarah lokal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah materi sejarah lokal pada kurikulum di Sekolah Menengah
Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal di Sekolah
commit to user Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan materi sejarah lokal pada kurikulum di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
2. Untuk mendeskripsikan pembelajaran sejarah lokal di Sekolah Menengah
Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek yaitu
aspek praktis dan aspek teoritis.
1. Manfaat praktis,
Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang lebih bernilai
untuk pemerintah Sleman sebagai pembuat kebijakan dalam memecahkan
permasalahan tentang pembelajaran sejarah lokal itu sendiri.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengajar, khususnya dalam hal ini
guru sejarah agar dapat menjadikan sejarah lokal sebagai salah satu cara
menumbuhkan kesadaran siswa terhadap sejarah lokal yang ada di
Kabupaten Sleman.
b. Diharapkan hal ini dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang
lebih lanjut kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis
commit to user 5 BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
yang berlangsung pada diri seseorang. Dalam hal ini, Woolfolk & Nicolich (1984:
159) menjelaskan bahwa “Learning is a change in a person that comes about as a
result of experience”. Belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri seseorang
sebagai hasil pengalaman. Perubahan sebagai hasil kegiatan pembelajaran dapat
mencakup perubahan pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya penerimaannya dan dan lain sebagainya.
Nana Sudjana (2007 : 29) menjelaskan bahwa mengajar merupakan suatu
proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga
dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan
demikian mengajar yang pada dasarnya merupakan suatu proses, yang meliputi
proses mengatur dan mengorganisir lingkungan belajar siswa untuk menumbuhkan
dan memotivasi siswa untuk belajar.
Menurut Winata Putera (1992 : 86), mengajar merupakan suatu aktivitas
profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan-keputusan. Keputusan-keputusan itu,
commit to user
alat dan media apakah yang diperlukan untuk membantu peserta didik membuat suatu
catatan, melakukan praktikum, menyusun makalah diskusi, atau cukup hanya dengan
mendengar ceramah pengajar saja.
Sekolah sebagai sistem tersusun dari komponen konteks, input, proses, output,
dan outcome. Konteks berpengaruh pada input, input berpengaruh pada proses, proses
berpengaruh pada output, serta output berpengaruh pada outcome (Slamet, 2005: 13).
Dalam sebuah sistem, terbentuk sub-sub sistem yang secara sinergis saling
mendukung dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan program dalam hal ini adalah
program pendidikan sejarah.
Proses pembelajaran merupakan proses yang terpenting karena dari sinilah
terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik sehingga dapat dipastikan
bahwa hasil pendidikan sangat tergantung dari perilaku pendidik dan perilaku peserta
didik. Dengan demikian dapat diyakini bahwa perubahan hanya akan terjadi jika
terjadi perubahan perilaku pendidik dan peserta didik. Posisi pengajar dan peserta
didik memiliki posisi strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
(Surakhmad, 2000: 31).
Dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen pembelajaran yang
meliputi; komponen kurikulum, materi/bahan ajar, metode, media (alat
pembelajaran), evaluasi, anak didik/ siswa, dan adanya pendidik/guru. Pelaksanaan
pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak
commit to user
dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan
pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum.
Menurut Rasyad (2003: 124-125), kegiatan belajar melibatkan beberapa
komponen atau unsur berikut; (1) Peserta didik yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang
dibutuhkannya untuk mencapai tujuan, (2) Guru yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang berprofesi pengolah kegiatan belajar-mengajar dan seperangkat peranan
lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif
melalui transformasi, (3) Tujuan adalah pernyataan tentang perubahan perilaku dan
tingkah laku yang diinginkan terjadi pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan
belajar-mengajar, (4) Isi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip,
konsep, dan pesan-pesan pendidikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, (5)
Metode/pendekatan belajar adalah berbagai cara yang teratur dan sistematis yang
dilakukan dan ditempuh guru dalam memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mendapat isi pelajaran yang mereka butuhkan, (6) Media adalah seperangkat
peralatan pendidikan dan pengajaran yang digunakan untuk membantu penyajian isi
dan materi pelajaran kepada peserta didik agar mereka dapat mencapai tujuan, (7)
Evaluasi adalah seperangkat alat penilaian yang digunakan untuk menilai proses
pembelajaran dan hasilnya.
Kurikulum sebagai salah satu komponen pembelajaran dan rancangan
pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek
commit to user
dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum
tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan
Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standa r pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada,
yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran
tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas
tidaknya sebuah subject matter), yaitu: (1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, (2) Berorientasi pada hasil
belajar (learning outcomes) dan keberagaman, (3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, (4) Sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif, (5)
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
commit to user
Sebagaimana kita ketahui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dikembangkan dengan mengacu kepada sejumlah aturan perundangan mulai dari UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi,
Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permendiknas No.
24/2006 dan No. 6/2007 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23/2006.
Sementara dilihat dari aspek politis, lahirnya KTSP didorong oleh adanya keinginan
untuk memberi kebebasan kepada masing-masing wilayah bahkan sekolah untuk
mengembangkan kurikulumnya sendiri yang sesuai (relevan) dengan potensi,
perkembangan, dan kebutuhan siswa dan lingkungannya.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan (PP No. 19/2005). Artinya KTSP yang disusun
oleh suatu sekolah bisa berbeda dengan KTSP sekolah lain, karena masing-masing
sekolah memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, KTSP bisa juga disebut
sebagai kurikulum lokal. Hal ini juga ditunjukkan oleh prinsip-prinsip yang
ditetapkan dalam pengembangan KTSP, yang diantaranya berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya; Beragam dan
terpadu; Relevan dengan kebutuhan kehidupan; dan Seimbang antara kepentingan
nasional dan kepentingan daerah. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
commit to user
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu,
maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah
telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam
bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Kata kurikulum ini memiliki banyak definisi, mulai dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks; ada definisi yang merujuk pada sebuah
dokumen ada juga yang mengarah pada aktivitas. Pengertian senada disampaikan
oleh Robert Zais dalam Syaodih Sukmadinata Pengembangan Kurikulum ( 1997)
mengatakan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang
harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau untuk
memperoleh ijazah. Kedua definisi ini menekankan pada daftar mata pelajaran. Jadi
apa yang disebut dengan kurikulum itu adalah deretan nama mata pelajaran bagi
siswa kelas tertentu dan sekolah tertentu.
William B. Ragan, Beauchamp, dan Harold B. Alberti Cs dalam Syaodih
Sukmadinata Pengembangan Kurikulum ( 1997) mendefinisikan kurikulum
menekankan pada aspek pengalaman dan kegiatan belajar siswa. Jadi yang mereka
sebut kurikulum adalah semua pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan
oleh (guru) sekolah dan dialami siswa, baik itu yang dilaksanakan di kelas, di
commit to user
kegiatan belajar yang dialami siswa ini tidak secara langsung berhubungan dengan
suatu mata pelajaran tertentu, seperti kegiatan berkemah, pramuka, kelompok ilmiah
remaja, dll.
Dengan demikian kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu kurikulum
sebagai sebuah dokumen yang berisi rencana pengalaman-pengalaman belajar yang
akan dipelajari dan dikuasai oleh para siswa dalam rentang waktu tertentu atau
disebut dengan kurikulum tertulis (written curriculum), dan kurikulum sebagai
pengalaman dan kegiatan belajar yang dialami siswa secara nyata atau yang disebut
dengan kurikulum nyata (real curriculum). Untuk mengembangkan kurikulum nyata
diperlukan sejumlah faktor pendukung mulai dari bahan ajar, sarana prasarana,
media/sumber belajar, metode, dan sistem evaluasi.
Hal lain yang menjadi pokok dalam pembelajaran adalah materi pelajaran.
Materi merupakan salah satu komponen pembelajaran yang perlu diperhatikan secara
serius. Keseriusan dalam pemilihan dan penyusunan materi sangat menentukan dalam
keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi.
Mengenai seleksi materi, agar penjabaran dan penyesuian kemampuan dasar
tidak meluas dan melebar, maka perlu memperhatikan kriteria untuk menyeleksi
materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut menurut Rasyad (2003: 17), antara lain
; (1) Sahih (valid), materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar
telah teruji kebenarannya, (2) Tingkat kepentingan dalam memilih, yaitu sejauh mana
materi itu penting untuk dipelajari dan penting untuk siapa, dimana dan mengapa
commit to user
non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa materi
yang di ajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang
akan di kembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan berikutnya. Sedangkan
bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarakan
dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari, (4) Layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitannya
(tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakan terhadap
pemanfatan bahan ajar dan kondisi setempat, (5) Menarik minat dan dapat
memotivasi siswa untuk memepelajarinya lebih lanjut,(6) Alokasi waktu, penentuan
besarnya alokasi waktu ini tergantung kepada keluasan dan kedalaman materi serta
tingkat kepentingannya dengan kedalaman dan kebutuhan setempat,(7) Sarana dan
sumber belajar.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang
akan diajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan tentangkompetensi dasar
yang harus dikuasai peserta didik. Dengan mangacu pada kompetensi dasar, sehingga
akan mengetahui apakah materi yang harus diajarkan berupa fakta, konsep, prinsip,
prosedur, aspek sikap, atau keterampilan motorik.
2. Pembelajaran Sejarah
Arti penting mempelajari sejarah adalah peristiwa sejarah menyimpan
pengalaman berharga yang dapat memberikan kearifan dengan mengambil hikmah
commit to user
gambaran nyata tentang perjalanan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun
kelompok dalam menunjukkan adanya suatu perubahan sebagai hasil aktivitas sosial,
politik, ekonomi dan kebudayaan (Isjoni, 2007: 32).
Menurut Bettelheim (Nash, 1996:2) mempelajari sejarah adalah “rich food for their imagination, a sense of history, how the present situation come about”. Sejarah
akan memperluas pengalaman siswa, seperti dikatakan oleh Phenix (Nash, 1996:2) “a
sense of personal involvement in exemplary lives and significant events, an
appreciation of values and vision of greatness”. Sejarah menghubungkan siswa
dengan “akarnya”, dan mengembangkan rasa memiliki (a sense of personal
belonging). Agar dapat mencapai apa yang dikemukakan baik oleh Bettelheim maupun Phenix, maka pembelajaran sejarah harus kaya dengan sumber/resource, agar
siswa dapat mengembangkan imajinasinya. Persoalan-persoalan yang muncul sebagai
akibat dari perbedaan persepsi antar penulis akan memaksa siswa untuk berpikir lebih
tajam, sensitif, dan berupaya mengembangkan kemampuan nalarnya.
Sebagaimana Tamburaka (1999: 25) menjelaskan manfaat mempelajari
sejarah ada 3 hal yaitu (1) Untuk memperoleh pengalaman peristiwa sejarah di masa
lampau baik dari sisi positif maupun negatif untuk dijadikan hikmah agar kesalahan
yang pernah terjadi tidak terulang kembali; (2) Untuk mengetahui hukum sejarah
yang berlaku agar menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya dalam mengatasi
persoalan masa kini dan masa yang datang; dan (3) Menumbuhkan sikap kedewasaan
berpikir, memiliki cara pandang lebih luas untuk bertindak lebih arif bijaksana dalam
commit to user
mengembangkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mengembangkan
pengertian dan penghargaan tentang warisan dan tradisi sejarah yang telah ada
sebagai proses pembelajaran dan pemahaman sejarah bangsanya (Isjoni, 2009: 35).
Pembelajaran sejarah yang memuat pengetahuan tentang peristiwa perjuangan
bangsa di masa lampau merupakan cerminan penerapan nilai tauladan. Fungsi dan
guna pembelajaran sejarah bagi peserta didik adalah (1) Sejarah sebagai pegelaran
dari kehendak Tuhan yang mempunyai nilai vital bahwa orang akan yakin dan sadar
bahwa segala sesuatu pada hakekatnya ada pada-Nya; (2) Dari peristiwa sejarah
diperoleh suatu norma tentang baik dan buruk sehingga mempunyai teachability dan
impact bagi perkembangan jiwa anak untuk membentuk karakter/kepribadian; (3)
Sejarah memperkenalkan hidup nyata tentang nilai sosial, perilaku, sikap dan cita-cita
pelakunya; (4) Sejarah jiwa besar dan pahlawan menanamkan rasa nasionalisme dan
watak yang kuat; (5) Sejarah dalam lingkungan tata tertib intelektual dapat membuka
pintu kebijaksanaan; (6) Sejarah mengembangkan pengertian yang luas tentang
warisan budaya umat manusia; (7) Sejarah memberikan gambaran sosial, ekonomi,
politik dan kebudayaan dari berbagai bangsa di dunia; dan (8) Sejarah mempunyai
fungsi pedagogis sebagai alat atau pedoman yang dalam digunakan untuk
mewujudkan cita-cita pendidikan nasional.
Nilai praktis dan pragmatis dalam pembelajaran sejarah telah mengajarkan
bahwa pelajaran sejarah bukan hanya rentetan peristiwa yang kering tetapi
merupakan sebuah wacana intelektual yang kritis dan rasional. Hal ini mendorong
commit to user
kesadaran atas lingkungan sosial, rasa keakraban (sense of intimacy); (2) Memperkenalkan peserta didik pada makna dari dimensi waktu kehidupan (sense of actuality) dan (3) Rasa hayat sejarah (sense of history). Hal ini mendorong pemahaman bahwa pembelajaran sejarah tidak hanya didominasi perkembangan
sejarah politik tetapi juga mempelajari aspek sejarah sosial budaya yang dapat
menumbuhkan kreatifitas sejarah lokal (Isjoni, 2007: 43). Pembelajaran sejarah dapat
menumbuhkan peserta didik untuk belajar dan problem oriented yang merangsang peserta didik untuk mengenali, mengkaji peristiwa sejarah secara utuh dengan jalan
mengumpulkan, mengorganisir dan mengklasifikasikan data yang luas tersebut dalam
suatu rekonstruksi dan rekstrukturisasi pengetahuan sejarah (Hariyono, 1995:25).
Tahap awal pembelajaran sejarah adalah mengetahui dan menguasai situasi
kondisi awal sebelum melakukan pembelajaran sejarah. Kondisi-kondisi awal dapat
disebutkan sebagai berikut: (1) Dalam teori conditioning mempelajari keadaan kelas; (2) Menurut Rogers Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih
belajar secara terstruktur dan membuat kontrak belajar; (3) Menurut pendekatan
kontekstual Real world learning dan mengutamakan pengalaman nyata; (4) Menurut Taksonomi Bloom menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia di
waktu lampau, baik dalam aspek eksternal maupun internal. Tahap akhir dalam
proses pembelajaran sejarah adalah sebuah perubahan yang lebih baik daripada
kondisi awal. Perubahan sebagai akibat dari proses pembelajaran sejarah dapat
disebutkan sebagai berikut: (1) Menurut Ernes ER. Hilgard menjadi berubah dengan
commit to user
baik, (3) Menurut Gagne agar hasil belajar semakin meningkat, maka peserta didik
dikondisikan atau dibiasakan, (4) Menurut pendekatan kontekstual peserta didik
mampu memecahkan masalah sesuai dengan kondisi yang nyata, (5) Menurut
Taksonomi Bloom menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa
masa lampau bagi situasi masa kini dan dalam perspektifnya dengan situasi yang
akan datang.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah merupakan sebuah proses. Proses
tersebut harus dilakukan secara bertahap atau langkah demi langkah yang berurutan.
Jadi esensi dan substansi mendasar dalam pembelajaran sejarah adalah guru sebagai
fasilitator harus mampu mengembangkan ketrampilan sosial peserta didik secara
maksimal untuk mempelajari sejarah sesuai dengan nilai guna sejarah itu sendiri.
Kontribusi pengetahuan sejarah dalam membina sikap dan kepribadian peserta didik
diawali dengan proses keterlibatan total peserta didik dalam menggali peristiwa
sejarah yang diarahkan secara tepat.
3. Sejarah Lokal
Para ahli sejarah membagi pengertian sejarah atas sejarah sebagai peristiwa,
sebagai cerita, dan sebagai ilmu (Ismaun,1991:18). Sejarah sebagai peristiwa karena
mengungkapkan kehidupan masyarakat di masa lampau. Sesuai dengan konsep
“lokal” bahasanya membicarakan kehidupan masyarakat lokal/setempat masa
commit to user
ruang yaitu seperti lokal dan nasional, regional dan dunia. Disamping itu juga
memuat konsep-konsep lain seperti konsep kausalitas dan pengulangan. Sejarah lokal
adalah peristiwa kehidupan masyarakat manusia yang terjadi pada lokal geografi
tertentu (Ismaun,1991:20).
Menurut FA Sucipto (1973: 3 ) Sejarah lokal Adalah proses perkembangan
keaktifan kemanusiaan di daerah tertentu. Pengertian daerah disini adalah lingkungan
geografis tertentu, yang dari sudut arealnya dapat diperluas dan dipersempit. Dalam
pengertian Sejarah Indonesia, Sejarah lokal berarti sejarah daerah di Indonesia.
Batasan keluasan areal dari apa yang disebut Sejarah lokal adalah sulit ditentukan.
Sejarah Jawa, sejarah Kalimantan dapat disebut sejarah lokal (Ada juga yang
menyebut dengan Sejarah Regional). Jangkauan tersebut dapat dipersempit, misalnya
menjadi Sejarah Jawa Timur, Sejarah Kalimantan Barat, Sejarah Sumatera Barat dan
sebagainya sehingga materi dalam sejarah lokal lebih bersifat mikro historis
( Madjied, 2007:127).
Telah banyak batasan tentang rumusan sejarah lokal dilontarkan oleh para
ahli, tetapi belum diketemukan kesepakatan secara bulat/ memuaskan. Beberapa
definisi tersebut antara lain : Sejarah Lokal sebagai suatu bentuk penulisan sejarah
dalam lingkup yang terbatas, yang meliputi suatu lokalitas tertentu( pedoman
penulisan sejarah lokal). Wasino ( 2009:2 ) Sejarah lokal adalah kisah masa lampau
dari kelompok masyarakat tertentu yang berada pada geografis terbatas sehingga
sejarah lokal dikatakan sebagai suatu peristiwa yang hanya terjadi dalam lokasi yang
commit to user
dalam Widja ( 1985:12-13) Sejarah lokal adalah sejarah yang menyangkut sebuah
desa/beberapa desa, sebuah kota kecil/sedang (pelabuhan besar/ibu kota tidak
termasuk). Sebagaimana juga I Gede Widja (1989: 28 ) mengungkapkan Sejarah
lokal adalah studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu
lingkungan sekitar (neighnorhood) tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Dari sejumlah rumusan tersebut dapat ditarik suatu ”benang merah” bahwa
yang menjadi pokok perhatian adalah ruang lingkup geografis/tempat/unit spatial
yang terbatas, meliputi suatu lokalitas tertentu beserta kehidupan masyarakat. Bahwa
lingkungan tersebut adalah suatu unit kesadaran historis, dalam artian bahwa daerah/
wilayah tertentu ini masing-masing pada dirinya dan pada bagiannya merupakan
pusat terjadinya sejarah. Setiap daerah etnis kultural memiliki kesatuan historis serta
konsep tentang kelampauan yang khas.
Lingkup terbatas yang dimaksudkan ini terutama dihubungkan dengan unsur
wilayah, dan komunitas yang ada di dalamnya, bukan kepada masalah waktu (lingkup
temporal) maupun peristiwa (tema) tertentu dari masa lampaunya. Selanjutnya yang
sangat menarik adalah apa yang diungkapkan dalam buku Sejarah lokal di Indonesia
karya Taufik Abdullah bahwa batasan tentang kelokalan adalah menurut kesepakatan
penulis dengan apa yang akan ditulisnya. Hal ini hendaknya dipandang sebagai satu
bentuk pertanggungjawaban secara akademik dari si penulis/peneliti itu sendiri.
Penulislah yang menentukan bahwa yang ditulis termasuk dalam studi sejarah lokal,
commit to user
Dengan demikian ruang lingkup sejarah lokal adalah keseluruhan lingkungan
sekitar baik yang menyangkut kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan,kota kecil,
kabupaten atau kesatuan lokalitas lainnya beserta institusi sosial budaya yang berada
di dalamnya seperti keluarga, pola pemukiman, lembaga pemerintah setempat,
perkumpulan kesenian, dll. Oleh karenanya dalam kajian sejarah lokal berbagai aspek
dari kehidupan masa lampau masyarakat setempat dapat diselidiki apa itu aspek
politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Namun perlu digarisbawahi
kalau problem-problem pokok haruslah bertitik tolak dari realitas lokal itu sendiri. Ini
berarti seleksi peristiwa ditentukan oleh tingkat pentingnya dalam perkembangan
masyarakat setempat atau lingkungan yang dibicarakan, bukan dari kenyataan yang
berada di luarnya.( http:www.//file.upi.edu/Direktori/FPIPS/diunduh tanggal 12 mei
2011.)
4. Pembelajaran Sejarah Lokal
Pembelajaran sejarah di sekolah bertujuan membangun kepribadian dan
sikap mental peserta didik, membangkitkan keinsafan akan suatu dimensi
fundamental dalam eksistensi umat manusia (kontinuitas gerakan dan peralihan terus
menerus dari yang lalu kearah masa depan), mengantarkan manusia ke kejujuran dan
kebijaksanaan pada peserta didik, dan menanamkan cinta bangsa dan sikap
kemanusiaan (Meulen, 1987: 82-84). Arti terpenting pelajaran sejarah adalah dapat
commit to user
Yang dimaksud dengan pembelajaran sejarah lokal ialah bagian dari proses
belajar di lingkungan pendidikan formal, sasaran utamanya tentunya adalah
keberhasilan proses itu sendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Berbeda dari studi sejarah lokal yang lebih ditekankan pada pencapaian
pengetahuan tentang peristiwa sejarah yang dijadikan sasaran studi yakni sejarah dari
suatu lokalitas tertentu. Untuk itu pembelajaran sejarah lokal di sekolah-sekolah
hendaknya dipandang sebagai salah satu alternatif yang mungkin dapat dipilih dan
diterapkan dengan membawa siswa pada apa yang sering disebut Living History, yaitu sejarah dari lingkungan sekitar dirinya.
Dasar utama dari pilihan mengapa harus sejarah lokal sebagai alternatif ialah
kemungkinan pengembangan wawasan dalam pembelajaran sejarah. Diharapkan
murid bisa lebih bergairah dalam mengikuti pelajaran dan mendapatkan manfaat lebih
besar dari proses pembelajarannya. Pendekatan ataupun metode pembelajaran sangat
beragam dan masing-masing punya kelebihan sekaligus kelemahan, oleh karenanya
pilihan suatu pendekatan pembelajaran akan sangat tergantung pada tujuan atau
sasaran yang hendak dicapai.
Melalui pembelajaran sejarah lokal siswa diajak mendekatkan diri pada situasi
nyata dari lingkungan terdekatnya. Berikutnya membawa siswa secara langsung
mengenal serta mengayati lingkungan masyarakat, di mana mereka adalah merupakan
bagian dari padanya. Tidak salah bila dikatakan bahwa pembelajaran sejarah lokal
mampu menerobos batas antara ”dunia sekolah” dengan ”dunia nyata” di luar
contoh-commit to user
contoh dan pengalaman-pengalaman dari berbagai tingkat perkembangan lingkungan
masyarakatnya, termasuk situasi masa kininya. Mereka juga akan lebih terdorong
mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus seperti perihal observasi, teknik
bertanya atau melakukan wawancara, menyeleksi sumber, mencari fakta, dll. Selama
ini yang nyaring terdengar adalah pelajaran sejarah membosankan, penuh hafalan
fakta-fakta, sehingga tidak menarik. Di samping adanya anggapan yang menyebutkan
bahwa melalui pembelajaran sejarah siswa dipaksa untuk mengungkapkan masa lalu.
Padahal dengan belajar sejarah dapat diambil nilai-nilai kehidupan yang menuntun
orang untuk menjalani kehidupan masa kini dan masa datang menjadi lebih baik.
Kochar ( 2008:13 )
Meskipun pembelajaran sejarah lokal sangat mendukung usaha
pengembangan kurikulum muatan lokal yang mengakrabkan siswa dengan
lingkungan sekitarnya, sehingga juga tentunya akan mengakomodir kebutuhan
daerah, namun keunggulan/ kelebihan tersebut di atas bukannya tanpa kendala yang
sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan dari pendekatan pengajaran ini.
Beberapa hal yang perlu digaris bawahi antara lain pertama, adalah masalah sumber
sejarah lokal itu sendiri berikut kemampuan siswa dalam memberikan penilainnya
(analisis sumber). Kedua, adanya dilema antara memenuhi tuntutan kurikulum yang
alokasi waktunya sangat ketat/terbatas dengan proses penelitian hingga penulisan
dalam bentuk laporan yang tentunya membutuhkan waktu yang relatif lama. Seperti
diketahui kegiatan mengembangkan pengajaran sejarah lokal lebih banyak dilakukan
commit to user
pengajaran sejarah lokal sering tidak sinkron ketika siswa menghadapi ujian yang
bersifat nasional, dan sederet kendala lainnya.
Menurut Kochar (2008:17) apa yang semestinya dilakukan oleh guru sebagai
seorang yang memegang kendali selama proses belajar-mengajar di sekolah?
Kemauan serta disiplin kerja yang tinggi dari guru termasuk juga siswanya itulah
kuncinya, jadi memang akhirnya bersumber pada guru itu sendiri. Ada bentuk
pengajaran yang dapat diterapkan dari yang paling mudah sampai paling sulit.
Termudah, guru cukup mengambil contoh-contoh dari kejadian lokal untuk memberi
penjelasan dari materi sejarah nasional yang sedang diajarkan. Cara yang lain dengan
mengajak siswa keluar sekolah melakukan penelitian dengan mengamati secara
langsung sumber-sumber sejarah serta mengumpulakn data sejarah (pergi ke
museum, situs-situs sejarah, atau bahkan wawancara). Terakhir, berupa studi kasus
yang perlu persiapan lebih lama dan bertahap (murid dilibatkan dalam memilih topik,
membuat perencaan kegiatan, melaksanakan rencana tersebut sejak heuristik hingga
tahap historiografi).
Dari ketiga bentuk pembelajaran sejarah lokal di sekolah, yang kedualah yang
relatif mendekati sasaran yakni tidak banyak memakan waktu, tetapi mengajak/
melibatkan siswa melakukan penelitian di luar sekolah meski dengan hal yang
sederhana. Adapun yang menjadi pilihannya proses disini lebih diutamakan daripada
hasil, dan tentunya adalah dalam memotivasi siswa mengembangkan
keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan ketika melakukan studi lapangan, sehingga
commit to user
B. Penelitian yang Relevan
Pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah lokal merupakan sebuah
proses. Proses tersebut harus dilakukan secara bertahap atau langkah demi langkah
yang berurutan. Jadi esensi dan substansi mendasar dalam pembelajaran sejarah lokal
adalah guru sebagai fasilitator harus mampu mengembangkan ketrampilan sosial
peserta didik secara maksimal untuk mempelajari sejarah sesuai dengan nilai guna
sejarah lokal itu sendiri.
Adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan pembelajaran sejarah
lokal ini adalah tesis penelitian Syaiful Amin tahun 2010 tentang Pewarisan Nilai Sejarah Lokal Melalui Pembelajaran Sejarah Jalur Formal dan Informal Pada Siswa SMA di Kudus Kulon. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, penelitianya menyimpulkan (1) Guru telah melakukan Pewarisan nilai dalam
pembelajaran sejarah formal melalui pemanfaatan bangunan bersejarah dan folklore
yang ada disekitar sekolah, namun hasil yang didapat belum maksimal karena
keterbatasan waktu belajar ; (2) Pewarisan nilai pada pembelajaran sejarah jalur
informal terjadi melalui cerita rakyat (folklore) yang diceritakan dalam keluarga dan masyarakat saat acara ritual keagamaan (buka luhur); (3) Kesinambungan pembelajaran sejarah jalur formal dan informal dalam upaya pewarisan nilai terjadi
karena adanya hubungan saling mengisi kelemahan dan saling menguatkan
(interdependency) yang membuat upaya pewarisan nilai sejarah lokal jadi maksimal. Penelitian tersebut menyadari akan arti penting sejarah lokal dalam
commit to user
Dalam hal ini pemerintah, departemen/institusi dan dunia pendidikan perlu untuk
merancang sistem pembelajaran untuk mempertahankan nilai sejarah lokal itu sendiri.
Selanjutnya penelitian dari Suwarno dan Kartono ( FKIP Universitas
Muhammadiyah Purwokerto ) tahun 2008 yang berjudul Pengembangan
Kemampuan Siswa Meneliti Sejarah Lokal Melalui Model Inquiri dengan Studi
Kasus di SMA Negeri 5 Purwokerto, yang menyimpulkan bahwa dengan model
inquiri cukup efektif dalam mengembangkan kemampuan siswa meneliti sejarah lokal
dengan mengacu pada kosep belajar tuntas ( mastery learning).
Penelitian oleh Supardi (FIS Universitas Negeri Yogyakarta) tahun 2007
tentang Pendidikan Sejarah Lokal dalam Konteks Multikulturalisme yang
menyimpulkan bahwa multikulturalisme lebih bermakna jika diterapkan pada
pembelajaran sejarah lokal, dan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) semakin memberikan ruang pada guru untuk memasukkan kajian sejarah lokal
dalam mewujudkan perasaan dan kesadaran multikulturalisme.
C. Kerangka Berpikir
Sejarah Lokal sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang
terbatas, yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Sejarah lokal adalah kisahmasa
lampau dari kelompok masyarakat tertentu yang berada pada geografis terbatas.
Sejarah lokal dikatakan sebagai suatu peristiwa yang hanya terjadi dalam lokasi yang
kecil, baik pada desa atau kota-kotatertentu. Sejarah lokal adalah sejarah yang
menyangkut sebuah desa/ beberapa desa, sebuah kota kecil/ sedang (pelabuhan besar/
commit to user
Sejarah sebagai disiplin ilmu yang didalamnya terdapat sejarah lokal
hendaknya dipahami oleh guru dalam mengkaji suatu tema, topik, atau permasalahan
agar tidak meninggalkan ciri khas dan tujuan dari belajar sejarah. Pembelajaran
sejarah lokal tentunya selaras dengan konsep perencanaan, pelaksanaan serta
penilaian yang mengacu kepada sistem pembelajaran dan tujuannya.
Pembelajaran sejarah lokal di setiap sekolah memiliki proporsi yang berbeda,
tetapi esensinya sama. Mengenalkan anak didik dengan sejarah yang ada di
sekitarnya. Proporsi pembelajaran sejarah lokal di sekolah bisa dikatakan dalam tiga
pertemuan dimmana hanya menggunakan satu pertemuan untuk menyisipkan sejarah
lokal dalam pelajarannya. Dari pembelajaran sejarah lokal siswa akan mendapatkan
banyak contoh-contoh dan pengalaman-pengalaman dari berbagai tingkat
perkembangan lingkungan masyarakatnya, termasuk situasi masa kininya. Mereka
siswa juga akan lebih terdorong mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus
seperti perihal observasi, teknik bertanya atau melakukan wawancara, menyeleksi
sumber, mencari fakta, dll.
Kerangka pikir yang telah diuraikan di atas dapat digambar dalam bentuk
commit to user
Gambar 1. Kerangka Berpikir Pembelajaran
Sejarah Lokal
Guru Siswa
commit to user 27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penentuan lokasi dalam penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas
(SMA) Muhammadiyah Pakem didasarkan atas pertimbangan sebagia berikut:
1. Banyak sejarah lokal di Yogyakarta yang menjadi saksi perjuangan bangsa
yang mengandung nilai historis.
2. Masih banyak sejarah lokal yang ada di Yogyakarta yang belum
dimaksimalakan sebagai materi belajar oleh guru pada umumnya dan bagi
guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem pada
khususnya.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti memfokuskan penelitian
Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
2. Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan selama 6 bulan yang diawali dengan persiapan awal
sampai penyusunan laporan akhir, dan waktu penelitian yakni pada semester ganjil
tahun ajaran 2011/2012.
commit to user
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang
membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara deskriptif analisis
commit to user
infomasi tentang keadaan atau realita yang sedang berlangsung dengan
menggambarkan sifat dari keadaan saat penelitian dilakukan, serta memeriksa dari
suatu gejala tertentu secara alamiah (William dan lexy Moleong, 2004: 16-17).
Peneliti menggunakan cara pendekatan pola pikir dan analisis keterkaitan
antar variabel pokok yang saling terkait dalam proses pembelajaran sejarah lokal
sebagai satu cara menumbuhkan pemahaman pada siswa diSekolah Menengah Atas
(SMA) Muhammadiyah Pakem. Tujuanya untuk mengetahui efektivitas pencapaian
tujuan, hasil, atau dampak suatu kegiatan mengenai proses pelaksanaan yang telah
direncanakan (Sutopo, 2006: 142).
Sedangkan strategi penelitiannya berupa studi kasus karena lokasi
penelitiannya hanya pada satu sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas ( SMA )
Muhammadiyah Pakem. Selain itu, karena permasalahan dan fokus penelitian sudah
ditentukan dalam proposal sebelum peneliti terjun dan menggali permasalahan di
lapangan, maka jenis strategi penelitian kasus ini secara lebih khusus bisa disebut
sebagai studi kasus terpancang ( embedded case study research ) (Yin, 2008: 33). C. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Informan yaitu siswa, guru mata pelajaran sejarah dan seluruh elemen yang
ada di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
2. Tempat dan peristiwa pembelajaran sejarah lokal yaitu di dalam kelas dan di
commit to user
3. Dokumen berupa kurikulum, silabus, dan RPP yang berada di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan lebih menyerupai suatu bentuk dialog antara peneliti dan narasumber dilakukan dalam suasana
santai. Agar wawancara mendalam lebih terarah maka dipersiapkan pedoman
wawancara (interview guide) yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang garis- besar pemahaman sejarah lokal itu sendiri.
2. Mengkaji dokumen dan arsip (content analysis) tentang sejarah lokal yang akan dijadikan materi pembelajaran sejarah lokal dalam penelitian.
3. Observasi langsung yang bersifat partisipasi pasif dimana peneliti dapat
mengamati narasumber khususnya guru dan siswa Sekolah Menengah Atas
(SMA) Muhammadiyah Pakem. Observasi ini dilakukan untuk mengamati
berbagai situasi guru dan siswa saat proses pembelajaran sejarah. (Sutopo,
2006: 66-83).
E. Teknik Cuplikan ( sampling )
Dalam penelitian kuailitatif, teknik cuplikan yang digunakan adalah teknik cuplikan
yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis
lain-commit to user
lain. Oleh karena itu cuplikan yang akan digunakan lebih bersifat purposive sampling,
atau lebih tepat disebut sebagai cuplikan dengan criterion-based selection ( Goetz & LeCompte, 1984). Dalam hal ini peneliti memilih informan yang dipandang paling
tahu, sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data ( Patton, 1980). Cuplikan
semacam ini lebih cenderung sebagai internal sampling ( Bogdan & Biklen,1982) yang memberi kesempatan bahwa keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai
suatu pikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa
akan bicara, kapan perlu melakukan observasi yang tepat (time sampling), dan juga berapa jumlah serta macam dokumen yang perlu ditelaah.
F. Validitas Data
Validitas data yang dikembangkan dalam penelitian adalah teknik trianggulasi
sumber dan trianggulasi metode. Trianggulasi data (sumber) menjadi pilihan karena
dapat memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda, sedangkan trianggulasi metode
dilakukan untuk lebih memantapkan hasil pengumpulan data yang kemudian hasilnya
ditarik simpulan data yang lebih kuat validitasnya. Jadi antara trianggulasi data
(sumber) dengan trianggulasi metode nanti diharapkan ada kesesuaian dalam
commit to user G. Teknik Analisis Data
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif-kualitatif dengan tehnik analisis
interaktif (Miles dan Huberman, 1984: 22-23). Adapun alasan penelitian kualitatif di
atas dimaksudkan untuk lebih mementingkan proses pengumpulan data beragam dan
disusun sebagai kekhususan untuk dikelompokkan bersama melalui proses
pengumpulan data secara teliti serta saling berkaitan (bottom up grounded theory) (Sutopo, 2006: 41). Analisis ini dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan di
lapangan yang disusun secara lentur dan terbuka (Sutopo, 2006: 42)
Teknik analisis interaktif ini memiliki tiga komponen analisis yaitu reduksi
data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi yang digambarkan pada
gambar di bawah ini :
Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006: 120)
Selanjutnya analisis penelitian hanya bergerak di antara tiga komponen
analisis tersebut. Penyajian data sebagai alur penting dari kegiatan analisis interaktif
digunakan untuk melihat hasil data kuesioner sebagai langkah awal penelitian.
Pengumpulan Data
(1) Reduksi data
(3) Penarikan Simpulan/Verifikasi
commit to user
Sedangkan hasil observasi dan wawancara digunakan untuk menentukan proses
analisis pemahaman pembelajaran secara sistematis dan objektif didukung proses
analisis yang didapat dari sumber arsip dan dokumen yang didapat melalui metode
kritik sumber intern dan ekstern. Analisis ketiga yang penting adalah menarik
simpulan atau verifikasi. Peneliti memberi simpulan secara longgar, tetap terbuka dan
skeptis. Model analisis ini memiliki kekuatan pada proses analisisnya yang dilakukan
berulang- ulang, sehingga pada tahap ini diperoleh simpulan yang sesuai dengan
commit to user
34
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Latar
Pakem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Pakem berada di sebelah Utara dari
Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibu Kota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan
(Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 14 Km. Lokasi ibu kota kecamatan Pakem
berada di 77.66708„ LS dan 110.42011„ BT. Kecamatan Pakem mempunyai luas
wilayah 4.384,04 Ha. Alamat Kantor Kecamatan Pakem di Jl. Cangkringan No.3
Pakem, Sleman. Kecamatan Pakem dihuni oleh 8.926 KK. Jumlah keseluruhan
penduduk Kecamatan Pakem adalah 32.561 0rang dengan jumlah penduduk
laki-laki 15.847 orang dan penduduk perempuan 16.714 orang dengan kepadatan
penduduk mencapai 1.551 jiwa/Km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan
Pakem adalah Petani (data monografi kecamatan pakem 2010).
Kecamatan Pakem berada di dataran tinggi. Ibu kota Kecamatan berada
pada ketinggian 600 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Pakem beriklim
seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah tropis dengan cuaca sejuk sebagai
ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Pakem adalah 32 °C
dengan suhu terendah 18 °C. Bentangan wilayah di Kecamatan Pakem berupa
commit to user
memiliki obyek wisata Kaliurang membuat sektor perdagangan, jasa, hotel &
restoran menyumbang 40 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kecamatan Pakem. Sektor ini masih memungkinkan untuk dikembangkan dengan
mulai diperkenalkannya wisata alam jelajah merapi. Sektor lain yang menopang
pertumbuhan ekonomi Kecamatan Pakem adalah sektor Pertanian yang
menyumbang seperempat dari PDRB Kecamatan Pakem. Di samping itu juga
terdapat Rumah Sakit Jiwa Pakem yang sekarang berganti nama menjadi Rumah
Sakit Grhasia Yogyakarta. Oleh masyarakat Yogyakarta, terdapat anekdot
"Sekolah di Pakem" untuk menyebut seseorang yang gila.
Selanjutnya di kawasan ini juga dibuat terkejut dengan adanya penemuan
Candi Kimpulan (padahal lebih tepat Candi Kopatan) di Universitas Islam
Indonesia (UII) menambah bukti bahwa kota Jogja pernah menjadi bagian dari
kerajaan Mataram Kuno. Belum lagi diketahui bentuk utuh dan ukurannya, sejak
ditemukan pada tanggal 11 Desember 2009 lalu, candi ini terus menjadi daya tarik
wisatawan yang tengah berlibur di Jogja. Terutama bertepatan dengan momen
liburan natal 2009 dan tahun baru 2010.
Berikut ini keunikan Candi Kimpulan yang dikutip dari KOMPAS Online:
"Temuan ini mengejutkan para arkeolog karena Lingga-Yoni tak lazim
berada di candi perwara, biasanya hanya di candi induk. ”Terus terang
kami tercengang,” kata Budi Sancoyo, salah satu arkeolog Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta dalam eskavasi tersebut.
commit to user bangunan candi.
Sebelumnya, ditemukan pula Lingga-Yoni bersama arca Ganesha dalam
candi induk. ”Tampaknya banyak aspek pembangunan candi ini yang
berbeda dari pakem candi-candi pada umumnya,” kata Budi.
Sebelumnya, candi yang diduga berasal dari masa Mataram Kuno abad ke-9 atau ke-10 ini juga dinyatakan unik karena struktur bangunannya merupakan kombinasi batu dan kayu. Desain arca Ganesha juga memiliki desain berbeda dengan desain Ganesha di candi lain."
Selanjutnya di kawasan lereng gunung merapi ini juga terdapat desa-desa
wisata yang bertajuk budaya dan memiliki ciri khas sejarah yang masih
terpelihara dengan baik. Seperti hal nya desa Srowolan Purwobinangun Pakem ini
yang dahulunya memiliki sejarah tentang tempat pertemuan pejuang-pejuang
lokal yang menentang Belanda pada tahun 1948. Disekitar desa tersebut juga
adanya pasar tradisional yang notabenenya adalah sektor sentral perekonomian
pada waktu itu.
Dari gambaran di atas, kawasan yang terkenal dengan sebutan kawasan
asri di bawah gunung merapi ini memiliki kelokalan yang perlu untuk digali dan
dikembangkan serta diperkenalkan pada generasi selanjutnya guna pewarisan
lokal dan menumbuhkan kesadaran sejarah lokal yang akhir-akhir ini mulai
dipertanyakan. Salah satu wahana kesinambungan kelokalan tersebut adalah
melalui pembelajaran di Sekolah. Dengan demikian Sekolah mempunyai andil
commit to user
Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara diperoleh
gambaran SMA Muhammadiyah Pakem. Piagam Pendirian Sekolah, sekolah ini
berdiri tahun 1978-1979 dan mendapatkan piagamnya tahun 1988. Nomer Piagam
Pendirian Perguruan Muhammadiyah yakni 4379/II.193/DIY-78/1988 dari PP
Muhammadiyah Majlis Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 23 Rabiul
Akhir 1409 H atau tanggal 3 Desember 1988 M.
Awalnya tahun 1978-1979 masuk sore berlokasi di SPG Muhammadiyah
Pakem yang sekarang sudah tutup dan gedung sekolahnya dipakai SD
Muhammadiyah Pakem, di Tegalsari Pakembinangun. Mulai memiliki gedung
sendiri tahun 1985 berlokasi di Pakemtegal, lokasi yang digunakan sampai
sekarang. Bangunan yang dibuat mula-mula adalah Masjid Sekolah yang dananya
diusahakan oleh kepala sekolah yang pertama, diperjuangkan dan diurus sampai
ke Jakarta. Adapun visi dam misi SMA Muhammadiyah Pakem adalah sebagai
berikut :
Visi :
Visi SMA Muhammadiyah Pakem adalah terwujudnya lulusan yang
menguasai IPTEK dan IMTAK, berakhlak mulia, peduli terhadap keunggulan
local, dan mampu berperan sosial di masyarakat.
Misi :
Misi SMA Muhammadiyah Pakem adalah :
commit to user
sekolah guna menyiapkan lulusan yang berkualitas
c. Meningkatkan penguasaan IPTEK pada siswa, guru, dan karyawan dengan
memberdayakan fasilitas yang dimiliki.
d. Membekali pendidik berbasis keunggulan lokal ( PBKL ) bernuansa
keparawisataan kepada siswa melalui pengintegrasian pada mata pelajaran
terkait, muatan lokal, dan kegiatan pengembangan diri berupa kegiatan
corp dakwah pelajar, olah raga dan rekreasi, seni musik Islami, tata
busana, tata boga dan teknologi informasi dan komunikasi.
Struktur kurikulum SMA Muhammadiyah Pakem meliputi substansi
pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun
dimulai dari kelas X sampai dengan kelas XII yang disusun berdasarkan standar
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. SMA Muhammadiyah
Pakem terdapat pengorganisasian kelas-kelas yang dibagi dalam dua kelompok
yakni pertama, kelas X merupakn program yang umum yang wajib diikuti oleh
seluruh peserta didik, kedua kelas XI dan XII merupakan program penjurusan
yang terdiri atas dua program yakni program Ilmu Pengetahuan Alam, dan
program Ilmu Pengetahuan Sosial.
Suatu lembaga dalam hal ini lembaga pendidikan seperti sekolah harus
mempunyai sistem organisasi dan penataan administrasi yang baik, agar lembaga
tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan digariskan. begitu pula
commit to user
SMA Muhammadiyah Pakem dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah
Kepala Sekolah saat ini dijabat oleh Dra Siwi Indrawati . Kepala Sekolah
di SMA Muhammadiyah Pakem ini merupakan puncak pimpinan yang
bertanggung jawab atas kelancaran administrasi sekolah serta kebijakan kerja
berdasarkan musyawarah dan mufakat bersama. Adapun tugas kepala sekolah
adalah sebagai berikut:
a) Menyusun program kerja sekolah.
b) Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah.
c) Mengevaluasi program tahunan, program semester, dan satuan pengajaran
secara berkesinambungan.
d) Melaksanakan rapat atau diskusi mengenai permasalahan sekolah.
e) Mengevaluasi administrasi ketatausahaan.
f) Mengatur pembagian tugas guru.
g) Mengatur pembagian tugas tata usaha atau karyawan (pegawai).
h) Mengevaluasi pelaksanaan UAS/UAN.
i) Menetapkan kelulusan dalam UAS/UAN dan kenaikan kelas.
j) Menetapkan kebijakan untuk meningkatkan pendidikan terutama dalam
proses belajar mengajar.
2) Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah di SMA Muhammadiyah Pakem terdapat 4 bidang,