• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhammad Syaifulloh S 861008020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Muhammad Syaifulloh S 861008020"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

( SMA) MUHAMMADIYAH PAKEM

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menempuh Ujian Tesis Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

Muhammad Syaifulloh

S 861008020

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Syaifulloh

Nim : S 861008020

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Judul Tesis : Pembelajaran Sejarah Lokal di Sekolah Menengah Atas

( SMA ) Muhammadiyah Pakem

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya susun ini benar-benar

merupakan hasil karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan-ringkasan

yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya. Apabila di kemudian hari terbukti

atau dapat dibuktikan tesis ini hasil jiplakan atau karya orang lain, maka gelar dan

ijasah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.

Surakarta,

Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v

Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya.

Kekuatan itu ada di aqidah dan jama‟ah maka jangan disepelekan.

(6)

commit to user

vi

Ayah ibu dan keluarga saya yang ada di Yogyakarta yang telah menanamkan

jiwa seorang anak agar selalu ingat kepada Yang Maha segalanya.

Untuk my lovely wife yang telah dengan ikhlas terus-menerus memberikan

support.

Untuk teman-teman saya yang sangat baik dan tidak pernah bisa saya lupakan

yang telah memberikan kejernihan hati dikala kotor dan menampakkan

kebersihan kata dan sikap kepada saya. Khusus buat Renold Hasan, pak Bas,

Wayan, pak Yuver, bu Ani, bu Titi, Pak Agus ,Pak Heri, dan teman-teman 1

kelas pascasarjana UNS yang sangat saya cintai yang benarbenar membuat saya

sangat cinta kepada mereka.

Untuk semuanya yang tidak bisa saya sebut satu per satu dalam memberikan

(7)

commit to user

vii

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan

bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Disadari bahwa penulisan tesis sebagai satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan yang setulusya atas bantuan dan bimbingan serta

perngorbanan kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Ph.D. selakuDirektur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

dan Dra. Sutiyah, M.Pd, M.Hum selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan

Sejarah yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan motivasi untuk

menyelesaikan studi di Pascasarjana ini.

4. Prof. Djoko Suryo selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan,

dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis

(8)

commit to user

viii

kesabarannya telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan

yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis ini.

6. Kedua orang tua pahlawanku Bapak Suwarno dan Ibu Sukatinem. adik-adiku

tercinta Rahma dan Arif yang penuh perhatian serta doa-doanya selalu

menjadi semangat dalam penyelesaian tesis menjadi lancar.

7. Teman-teman studi yang saling mendukung dalam suka maupun duka selama

bersama-sama menempuh studi, serta berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam

menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga bantuan dan dorongan semangat serta

amal baik dari semua pihak yang telah diberikan kepada peneliti dapat menjadi

amal ibadah dan amal kebaikan, serta mendapat imbalan pahala dari Tuhan Yang

Maha Kasih. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat banyak kekurangan

dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan penulis

terima dengan senang hati.

Surakarta,

(9)

commit to user

ix

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 4

BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ... 5

A. Kajian Teori ... 5

1. Pembelajaran ... 5

(10)

commit to user

x

4. Pembelajaran Sejarah Lokal ... 19

B. Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 24

BAB III : METODE PENELITIAN ... 27

A.Tempat dan Waktu Penelitan ... 27

B.Bentuk dan Strategi Penelitian ... 28

C.Sumber Data ... 29

D.Teknik Pengumpulan Data ... 30

E.Teknik Cuplikan (sampling) ... 30

F. Validitas Data ... 31

G.Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

1. Deskripsi Latar ... 34

2. Profil Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem .. 37

B. Sajian Data ... 48

1. Materi Sejarah Lokal ... 48

2. Pembelajaran Sejarah Lokal di SMA Muhammadiyah Pakem ... 53

C. Pokok Temuan ... 57

1. Materi Sejarah Lokal ... 57

(11)

commit to user

xi

1. Materi Sejarah Lokal ... 63

2. Pembelajaran Sejarah Lokal di SMA Muhammadiyah Pakem ... 67

BAB V : PENUTUP ... 91

A. Simpulan ... 91

B. Implikasi ... 93

C. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(12)

commit to user

xii

1. Table 1. Jadwal Penelitian ... 28

2. Profil 2. Siswa SMA Muhammadiyah Pakem ... 46

3. Table 3. Profil Guru SMA Muhammadiyah Pakem ……….. 46

4. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Akhir Guru dan Staf Di SMA

(13)

commit to user

xiii

1. Gambar Kerangka Berfikir ……… 26

(14)

commit to user

xiv

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ……… ... 99

Lampiran 2 Jadwal Penelitian ... ...……… 100

Lampiran 3 Pedoman Wawancara ……… ... 101

Lampiran 4 Daftar Informan ……… ... 103

Lampiran 5 Catatan Lapangan ……… ... 104

Lampiran 6 Foto Dokumentasi Pembelajaran Sejarah Lokal Di SMA Muhammadiyah Pakem ……… ... 115

Lampran 7 Silabus ………... 124

(15)

commit to user

xv

Muhammad Syaifulloh (2012). Pembelajaran Sejarah Lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem. Tesis: Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan materi sejarah lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem. (2) Mendeskripsikan pembelajaran sejarah lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif studi kasus tunggal bersifat terpancang, karena fokus penelitian ini telah dirumuskan sebelum penelitian dilaksanakan dan variabel-variabelnya sudah ditentukan, sudah terarah pada batasan dan fokusnya pada pembelajaran sejarah lokal.

Lokasi penelitian di Sekolah Menengah atas (SMA) Muhammadiyah Pakem, sedangkan subyek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru sejarah, dan peserta didik. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Teknik cuplikan menggunakan purposive sampling. Untuk menguji validitas data menggunakan trianggulasi sumber dan triangulasi metode serta analisis data menggunakan analisis model interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Materi sejarah lokal di SMA Muhammadiyah Pakem mengacu kepada kajian materi sejarah lokal dalam kerangka pendidikan living history. (2) Pembelajaran sejarah lokal di SMA Muhammadiyah Pakem berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menitikberatkan pada otonomi dan kreatifitas guru dalam mengembangkan potensi siswa melalui pendidikan berbasis masalah dan berbasis nilai dalam rangka mewujudkan kesadaran sejarah.

(16)

commit to user

xvi

Muhammad Syaifulloh (2012). Learning Local History in Muhammadiyah Pakem High School (SMA). Thesis: Graduate School of Education Studies Program History March Eleven University of Surakarta.

The purpose of this study were: (1) Describe the materials of local history in Muhammadiyah Pakem high school (SMA). (2) Describes the teaching of local history in Muhammadiyah Pakem high school (SMA).

This study uses a descriptive qualitative research approach is rooted single case study, because the focus of this study have been formulated before the research is conducted and the variables have been determined, it is focused on the scope and focus on learning the local history.

Research sites in Muhammadiyah Pakem High School (SMA), while the study subjects were school principals, vice principals, teachers of history, and learners. Data was collected through interviews, observation, and study the document. Samples using a purposive sampling technique. To test the validity of using triangulation of data sources and triangulation of methods and data analysis using an interactive model analysis.

The results showed (1) local history material in SMA Muhammadiyah Pakem refers to the study of local history materials in terms of living history education. (2) Learning local history in SMA Muhammadiyah Pakem guided by the Education Unit Level Curriculum that focuses on teacher autonomy and creativity in developing students' potential through education-based and value-based issues in order to realize a sense of history.

(17)

commit to user

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar sejarah pada dasarnya adalah belajar tentang kehidupan

masyarakat. Berbagai aspek kehidupan dapat dipelajari dalam sejarah.

Pembelajaran sejarah di sekolah sebaiknya lebih mudah dipahami siswa. Dalam

pembelajaran sejarah hendaknya siswa dapat melihat langsung kehidupan yang

nyata. Sejarah lokal dalam konteks pembelajaran di sekolah tidak hanya sebatas

sejarah yang dibatasi oleh lingkup ruang yang bersifat administratif belaka,

seperti sejarah provinsi, sejarah kabupaten, sejarah kecamatan, dan sejarah desa.

Bertolak dari sejarah lokal inilah siswa dapat menyadari akan kekayaan tema

kehidupan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga siswa

akan lebih bisa memahami dan memaknai peristiwa sejarah.

Kehidupan manusia berdasarkan dimensi sejarah selalu berkaitan dengan

waktu masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Keadaan masa

sekarang adalah kenyataan hasil masa lampau untuk menentukan masa yang akan

datang. Kemampuan manusia untuk memainkan perannya pada masa kini dalam

rangka mewujudkan masa depan yang dicita-citakan sangat ditentukan

pemahaman jiwa dan semangat masa lampau dengan baik. Sukaryanto (2007: 5)

mengatakan sejarah merupakan peristiwa yang dilakukan manusia pada masa

lampau (the past human event), terjadi hanya sekali (einmalig) dan tidak terulang

kembali menjadi sejarah yang harus diketahui manusia pada masa berikutnya.

(18)

commit to user masa lampau.

Eksistensi bangsa termasuk bangsa Indonesia mutlak harus dipertahankan

dalam kehidupan masyarakat bangsa dunia. Pembangunan karakter bangsa

(national character building) menjadi alternatif dalam mewujudkan generasi

bangsa yang memahami jati diri bangsanya secara komprehensif. Salah satu upaya

pembangunan karakter bangsa dapat dilakukan melalui pendidikan sejarah yang

mulai diberikan sejak pendidikan dasar. Pendidikan sejarah lokal diharapkan

dapat memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai

periode dalam upaya pembentukan sikap dan perilaku siswa.

Pemahaman sejarah perlu dimiliki setiap orang sejak dini agar mengetahui

dan memahami makna dari peristiwa masa lampau sehingga dapat digunakan

sebagai landasan sikap dalam menghadapi kenyataan pada masa sekarang serta

menentukan masa yang akan datang. Artinya sejarah lokal perlu dipelajari sejak

dini oleh setiap individu, Keterkaitan individu dengan masyarakat atau bangsanya

memerlukan terbentuknya kesadaran pentingnya sejarah terhadap persoalan

kehidupan bersama seperti nasionalisme, persatuan, solidaritas dan integritas

nasional.

Terwujudnya cita-cita suatu masyarakat atau bangsa sangat ditentukan

oleh generasi penerus yang mampu memahami sejarah masyarakat atau

bangsanya. Pemahaman sejarah yang sangat penting ini sekarang ini banyak

diimplentasikan melalui jalur pendidikan yakni pendidikan sejarah, akan tetapi

(19)

commit to user

lingkungan sejarah lokal, bagi sejarah lokal lingkungan provinsi sebenarnya

cukup banyak namun mereka kurang terampil untuk mendesain dari beberapa

buku sumber, dan guru kurang percaya diri untuk merumuskan materi esensial

sejarah lokal.

Dari gambaran di atas, tidak mengherankan apabila sejarah perlu diberikan

kepada seluruh siswa di sekolah dalam bentuk mata pelajaran sejarah lokal.

Kedudukannya yang penting dan strategis dalam pembangunan watak bangsa

merupakan fungsi yang tidak bisa digantikan oleh mata pelajaran lainnya. Oleh

karena itu, sepanjang seluruh eksponen dan komponen bangsa masih

menginginkan eksistensi sebuah bangsa dan negaranya, upaya-upaya peningkatan

kualitas pembelajaran sejarah dalam hal ini guru menduduki posisi yang penting

dan strategis dalam peningkatan kualitas pembelajaran sejarah lokal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah materi sejarah lokal pada kurikulum di Sekolah Menengah

Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal di Sekolah

(20)

commit to user Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan materi sejarah lokal pada kurikulum di Sekolah

Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.

2. Untuk mendeskripsikan pembelajaran sejarah lokal di Sekolah Menengah

Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek yaitu

aspek praktis dan aspek teoritis.

1. Manfaat praktis,

Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang lebih bernilai

untuk pemerintah Sleman sebagai pembuat kebijakan dalam memecahkan

permasalahan tentang pembelajaran sejarah lokal itu sendiri.

2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengajar, khususnya dalam hal ini

guru sejarah agar dapat menjadikan sejarah lokal sebagai salah satu cara

menumbuhkan kesadaran siswa terhadap sejarah lokal yang ada di

Kabupaten Sleman.

b. Diharapkan hal ini dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang

lebih lanjut kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis

(21)

commit to user 5 BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

yang berlangsung pada diri seseorang. Dalam hal ini, Woolfolk & Nicolich (1984:

159) menjelaskan bahwa “Learning is a change in a person that comes about as a

result of experience”. Belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri seseorang

sebagai hasil pengalaman. Perubahan sebagai hasil kegiatan pembelajaran dapat

mencakup perubahan pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya

reaksinya, daya penerimaannya dan dan lain sebagainya.

Nana Sudjana (2007 : 29) menjelaskan bahwa mengajar merupakan suatu

proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga

dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan

demikian mengajar yang pada dasarnya merupakan suatu proses, yang meliputi

proses mengatur dan mengorganisir lingkungan belajar siswa untuk menumbuhkan

dan memotivasi siswa untuk belajar.

Menurut Winata Putera (1992 : 86), mengajar merupakan suatu aktivitas

profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan mencakup hal-hal yang

berkaitan dengan pengambilan keputusan-keputusan. Keputusan-keputusan itu,

(22)

commit to user

alat dan media apakah yang diperlukan untuk membantu peserta didik membuat suatu

catatan, melakukan praktikum, menyusun makalah diskusi, atau cukup hanya dengan

mendengar ceramah pengajar saja.

Sekolah sebagai sistem tersusun dari komponen konteks, input, proses, output,

dan outcome. Konteks berpengaruh pada input, input berpengaruh pada proses, proses

berpengaruh pada output, serta output berpengaruh pada outcome (Slamet, 2005: 13).

Dalam sebuah sistem, terbentuk sub-sub sistem yang secara sinergis saling

mendukung dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan program dalam hal ini adalah

program pendidikan sejarah.

Proses pembelajaran merupakan proses yang terpenting karena dari sinilah

terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik sehingga dapat dipastikan

bahwa hasil pendidikan sangat tergantung dari perilaku pendidik dan perilaku peserta

didik. Dengan demikian dapat diyakini bahwa perubahan hanya akan terjadi jika

terjadi perubahan perilaku pendidik dan peserta didik. Posisi pengajar dan peserta

didik memiliki posisi strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

(Surakhmad, 2000: 31).

Dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen pembelajaran yang

meliputi; komponen kurikulum, materi/bahan ajar, metode, media (alat

pembelajaran), evaluasi, anak didik/ siswa, dan adanya pendidik/guru. Pelaksanaan

pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak

(23)

commit to user

dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan

pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum.

Menurut Rasyad (2003: 124-125), kegiatan belajar melibatkan beberapa

komponen atau unsur berikut; (1) Peserta didik yaitu seseorang atau sekelompok

orang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang

dibutuhkannya untuk mencapai tujuan, (2) Guru yaitu seseorang atau sekelompok

orang yang berprofesi pengolah kegiatan belajar-mengajar dan seperangkat peranan

lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif

melalui transformasi, (3) Tujuan adalah pernyataan tentang perubahan perilaku dan

tingkah laku yang diinginkan terjadi pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan

belajar-mengajar, (4) Isi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip,

konsep, dan pesan-pesan pendidikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, (5)

Metode/pendekatan belajar adalah berbagai cara yang teratur dan sistematis yang

dilakukan dan ditempuh guru dalam memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

mendapat isi pelajaran yang mereka butuhkan, (6) Media adalah seperangkat

peralatan pendidikan dan pengajaran yang digunakan untuk membantu penyajian isi

dan materi pelajaran kepada peserta didik agar mereka dapat mencapai tujuan, (7)

Evaluasi adalah seperangkat alat penilaian yang digunakan untuk menilai proses

pembelajaran dan hasilnya.

Kurikulum sebagai salah satu komponen pembelajaran dan rancangan

pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek

(24)

commit to user

dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum

tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan

Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan

delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standa r pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.

Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada,

yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran

tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas

tidaknya sebuah subject matter), yaitu: (1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, (2) Berorientasi pada hasil

belajar (learning outcomes) dan keberagaman, (3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, (4) Sumber belajar bukan

hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif, (5)

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau

(25)

commit to user

Sebagaimana kita ketahui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dikembangkan dengan mengacu kepada sejumlah aturan perundangan mulai dari UU

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi,

Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permendiknas No.

24/2006 dan No. 6/2007 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23/2006.

Sementara dilihat dari aspek politis, lahirnya KTSP didorong oleh adanya keinginan

untuk memberi kebebasan kepada masing-masing wilayah bahkan sekolah untuk

mengembangkan kurikulumnya sendiri yang sesuai (relevan) dengan potensi,

perkembangan, dan kebutuhan siswa dan lingkungannya.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di

masing-masing satuan pendidikan (PP No. 19/2005). Artinya KTSP yang disusun

oleh suatu sekolah bisa berbeda dengan KTSP sekolah lain, karena masing-masing

sekolah memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, KTSP bisa juga disebut

sebagai kurikulum lokal. Hal ini juga ditunjukkan oleh prinsip-prinsip yang

ditetapkan dalam pengembangan KTSP, yang diantaranya berpusat pada potensi,

perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya; Beragam dan

terpadu; Relevan dengan kebutuhan kehidupan; dan Seimbang antara kepentingan

nasional dan kepentingan daerah. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan

pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender

(26)

commit to user

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu,

maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah

telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam

bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang

disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.

Kata kurikulum ini memiliki banyak definisi, mulai dari yang paling

sederhana sampai yang paling kompleks; ada definisi yang merujuk pada sebuah

dokumen ada juga yang mengarah pada aktivitas. Pengertian senada disampaikan

oleh Robert Zais dalam Syaodih Sukmadinata Pengembangan Kurikulum ( 1997)

mengatakan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang

harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau untuk

memperoleh ijazah. Kedua definisi ini menekankan pada daftar mata pelajaran. Jadi

apa yang disebut dengan kurikulum itu adalah deretan nama mata pelajaran bagi

siswa kelas tertentu dan sekolah tertentu.

William B. Ragan, Beauchamp, dan Harold B. Alberti Cs dalam Syaodih

Sukmadinata Pengembangan Kurikulum ( 1997) mendefinisikan kurikulum

menekankan pada aspek pengalaman dan kegiatan belajar siswa. Jadi yang mereka

sebut kurikulum adalah semua pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan

oleh (guru) sekolah dan dialami siswa, baik itu yang dilaksanakan di kelas, di

(27)

commit to user

kegiatan belajar yang dialami siswa ini tidak secara langsung berhubungan dengan

suatu mata pelajaran tertentu, seperti kegiatan berkemah, pramuka, kelompok ilmiah

remaja, dll.

Dengan demikian kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu kurikulum

sebagai sebuah dokumen yang berisi rencana pengalaman-pengalaman belajar yang

akan dipelajari dan dikuasai oleh para siswa dalam rentang waktu tertentu atau

disebut dengan kurikulum tertulis (written curriculum), dan kurikulum sebagai

pengalaman dan kegiatan belajar yang dialami siswa secara nyata atau yang disebut

dengan kurikulum nyata (real curriculum). Untuk mengembangkan kurikulum nyata

diperlukan sejumlah faktor pendukung mulai dari bahan ajar, sarana prasarana,

media/sumber belajar, metode, dan sistem evaluasi.

Hal lain yang menjadi pokok dalam pembelajaran adalah materi pelajaran.

Materi merupakan salah satu komponen pembelajaran yang perlu diperhatikan secara

serius. Keseriusan dalam pemilihan dan penyusunan materi sangat menentukan dalam

keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi.

Mengenai seleksi materi, agar penjabaran dan penyesuian kemampuan dasar

tidak meluas dan melebar, maka perlu memperhatikan kriteria untuk menyeleksi

materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut menurut Rasyad (2003: 17), antara lain

; (1) Sahih (valid), materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar

telah teruji kebenarannya, (2) Tingkat kepentingan dalam memilih, yaitu sejauh mana

materi itu penting untuk dipelajari dan penting untuk siapa, dimana dan mengapa

(28)

commit to user

non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa materi

yang di ajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang

akan di kembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan berikutnya. Sedangkan

bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarakan

dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan

dalam kehidupan sehari-hari, (4) Layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitannya

(tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakan terhadap

pemanfatan bahan ajar dan kondisi setempat, (5) Menarik minat dan dapat

memotivasi siswa untuk memepelajarinya lebih lanjut,(6) Alokasi waktu, penentuan

besarnya alokasi waktu ini tergantung kepada keluasan dan kedalaman materi serta

tingkat kepentingannya dengan kedalaman dan kebutuhan setempat,(7) Sarana dan

sumber belajar.

Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang

akan diajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan tentangkompetensi dasar

yang harus dikuasai peserta didik. Dengan mangacu pada kompetensi dasar, sehingga

akan mengetahui apakah materi yang harus diajarkan berupa fakta, konsep, prinsip,

prosedur, aspek sikap, atau keterampilan motorik.

2. Pembelajaran Sejarah

Arti penting mempelajari sejarah adalah peristiwa sejarah menyimpan

pengalaman berharga yang dapat memberikan kearifan dengan mengambil hikmah

(29)

commit to user

gambaran nyata tentang perjalanan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun

kelompok dalam menunjukkan adanya suatu perubahan sebagai hasil aktivitas sosial,

politik, ekonomi dan kebudayaan (Isjoni, 2007: 32).

Menurut Bettelheim (Nash, 1996:2) mempelajari sejarah adalah “rich food for their imagination, a sense of history, how the present situation come about”. Sejarah

akan memperluas pengalaman siswa, seperti dikatakan oleh Phenix (Nash, 1996:2) “a

sense of personal involvement in exemplary lives and significant events, an

appreciation of values and vision of greatness”. Sejarah menghubungkan siswa

dengan “akarnya”, dan mengembangkan rasa memiliki (a sense of personal

belonging). Agar dapat mencapai apa yang dikemukakan baik oleh Bettelheim maupun Phenix, maka pembelajaran sejarah harus kaya dengan sumber/resource, agar

siswa dapat mengembangkan imajinasinya. Persoalan-persoalan yang muncul sebagai

akibat dari perbedaan persepsi antar penulis akan memaksa siswa untuk berpikir lebih

tajam, sensitif, dan berupaya mengembangkan kemampuan nalarnya.

Sebagaimana Tamburaka (1999: 25) menjelaskan manfaat mempelajari

sejarah ada 3 hal yaitu (1) Untuk memperoleh pengalaman peristiwa sejarah di masa

lampau baik dari sisi positif maupun negatif untuk dijadikan hikmah agar kesalahan

yang pernah terjadi tidak terulang kembali; (2) Untuk mengetahui hukum sejarah

yang berlaku agar menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya dalam mengatasi

persoalan masa kini dan masa yang datang; dan (3) Menumbuhkan sikap kedewasaan

berpikir, memiliki cara pandang lebih luas untuk bertindak lebih arif bijaksana dalam

(30)

commit to user

mengembangkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mengembangkan

pengertian dan penghargaan tentang warisan dan tradisi sejarah yang telah ada

sebagai proses pembelajaran dan pemahaman sejarah bangsanya (Isjoni, 2009: 35).

Pembelajaran sejarah yang memuat pengetahuan tentang peristiwa perjuangan

bangsa di masa lampau merupakan cerminan penerapan nilai tauladan. Fungsi dan

guna pembelajaran sejarah bagi peserta didik adalah (1) Sejarah sebagai pegelaran

dari kehendak Tuhan yang mempunyai nilai vital bahwa orang akan yakin dan sadar

bahwa segala sesuatu pada hakekatnya ada pada-Nya; (2) Dari peristiwa sejarah

diperoleh suatu norma tentang baik dan buruk sehingga mempunyai teachability dan

impact bagi perkembangan jiwa anak untuk membentuk karakter/kepribadian; (3)

Sejarah memperkenalkan hidup nyata tentang nilai sosial, perilaku, sikap dan cita-cita

pelakunya; (4) Sejarah jiwa besar dan pahlawan menanamkan rasa nasionalisme dan

watak yang kuat; (5) Sejarah dalam lingkungan tata tertib intelektual dapat membuka

pintu kebijaksanaan; (6) Sejarah mengembangkan pengertian yang luas tentang

warisan budaya umat manusia; (7) Sejarah memberikan gambaran sosial, ekonomi,

politik dan kebudayaan dari berbagai bangsa di dunia; dan (8) Sejarah mempunyai

fungsi pedagogis sebagai alat atau pedoman yang dalam digunakan untuk

mewujudkan cita-cita pendidikan nasional.

Nilai praktis dan pragmatis dalam pembelajaran sejarah telah mengajarkan

bahwa pelajaran sejarah bukan hanya rentetan peristiwa yang kering tetapi

merupakan sebuah wacana intelektual yang kritis dan rasional. Hal ini mendorong

(31)

commit to user

kesadaran atas lingkungan sosial, rasa keakraban (sense of intimacy); (2) Memperkenalkan peserta didik pada makna dari dimensi waktu kehidupan (sense of actuality) dan (3) Rasa hayat sejarah (sense of history). Hal ini mendorong pemahaman bahwa pembelajaran sejarah tidak hanya didominasi perkembangan

sejarah politik tetapi juga mempelajari aspek sejarah sosial budaya yang dapat

menumbuhkan kreatifitas sejarah lokal (Isjoni, 2007: 43). Pembelajaran sejarah dapat

menumbuhkan peserta didik untuk belajar dan problem oriented yang merangsang peserta didik untuk mengenali, mengkaji peristiwa sejarah secara utuh dengan jalan

mengumpulkan, mengorganisir dan mengklasifikasikan data yang luas tersebut dalam

suatu rekonstruksi dan rekstrukturisasi pengetahuan sejarah (Hariyono, 1995:25).

Tahap awal pembelajaran sejarah adalah mengetahui dan menguasai situasi

kondisi awal sebelum melakukan pembelajaran sejarah. Kondisi-kondisi awal dapat

disebutkan sebagai berikut: (1) Dalam teori conditioning mempelajari keadaan kelas; (2) Menurut Rogers Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih

belajar secara terstruktur dan membuat kontrak belajar; (3) Menurut pendekatan

kontekstual Real world learning dan mengutamakan pengalaman nyata; (4) Menurut Taksonomi Bloom menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia di

waktu lampau, baik dalam aspek eksternal maupun internal. Tahap akhir dalam

proses pembelajaran sejarah adalah sebuah perubahan yang lebih baik daripada

kondisi awal. Perubahan sebagai akibat dari proses pembelajaran sejarah dapat

disebutkan sebagai berikut: (1) Menurut Ernes ER. Hilgard menjadi berubah dengan

(32)

commit to user

baik, (3) Menurut Gagne agar hasil belajar semakin meningkat, maka peserta didik

dikondisikan atau dibiasakan, (4) Menurut pendekatan kontekstual peserta didik

mampu memecahkan masalah sesuai dengan kondisi yang nyata, (5) Menurut

Taksonomi Bloom menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa

masa lampau bagi situasi masa kini dan dalam perspektifnya dengan situasi yang

akan datang.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah merupakan sebuah proses. Proses

tersebut harus dilakukan secara bertahap atau langkah demi langkah yang berurutan.

Jadi esensi dan substansi mendasar dalam pembelajaran sejarah adalah guru sebagai

fasilitator harus mampu mengembangkan ketrampilan sosial peserta didik secara

maksimal untuk mempelajari sejarah sesuai dengan nilai guna sejarah itu sendiri.

Kontribusi pengetahuan sejarah dalam membina sikap dan kepribadian peserta didik

diawali dengan proses keterlibatan total peserta didik dalam menggali peristiwa

sejarah yang diarahkan secara tepat.

3. Sejarah Lokal

Para ahli sejarah membagi pengertian sejarah atas sejarah sebagai peristiwa,

sebagai cerita, dan sebagai ilmu (Ismaun,1991:18). Sejarah sebagai peristiwa karena

mengungkapkan kehidupan masyarakat di masa lampau. Sesuai dengan konsep

“lokal” bahasanya membicarakan kehidupan masyarakat lokal/setempat masa

(33)

commit to user

ruang yaitu seperti lokal dan nasional, regional dan dunia. Disamping itu juga

memuat konsep-konsep lain seperti konsep kausalitas dan pengulangan. Sejarah lokal

adalah peristiwa kehidupan masyarakat manusia yang terjadi pada lokal geografi

tertentu (Ismaun,1991:20).

Menurut FA Sucipto (1973: 3 ) Sejarah lokal Adalah proses perkembangan

keaktifan kemanusiaan di daerah tertentu. Pengertian daerah disini adalah lingkungan

geografis tertentu, yang dari sudut arealnya dapat diperluas dan dipersempit. Dalam

pengertian Sejarah Indonesia, Sejarah lokal berarti sejarah daerah di Indonesia.

Batasan keluasan areal dari apa yang disebut Sejarah lokal adalah sulit ditentukan.

Sejarah Jawa, sejarah Kalimantan dapat disebut sejarah lokal (Ada juga yang

menyebut dengan Sejarah Regional). Jangkauan tersebut dapat dipersempit, misalnya

menjadi Sejarah Jawa Timur, Sejarah Kalimantan Barat, Sejarah Sumatera Barat dan

sebagainya sehingga materi dalam sejarah lokal lebih bersifat mikro historis

( Madjied, 2007:127).

Telah banyak batasan tentang rumusan sejarah lokal dilontarkan oleh para

ahli, tetapi belum diketemukan kesepakatan secara bulat/ memuaskan. Beberapa

definisi tersebut antara lain : Sejarah Lokal sebagai suatu bentuk penulisan sejarah

dalam lingkup yang terbatas, yang meliputi suatu lokalitas tertentu( pedoman

penulisan sejarah lokal). Wasino ( 2009:2 ) Sejarah lokal adalah kisah masa lampau

dari kelompok masyarakat tertentu yang berada pada geografis terbatas sehingga

sejarah lokal dikatakan sebagai suatu peristiwa yang hanya terjadi dalam lokasi yang

(34)

commit to user

dalam Widja ( 1985:12-13) Sejarah lokal adalah sejarah yang menyangkut sebuah

desa/beberapa desa, sebuah kota kecil/sedang (pelabuhan besar/ibu kota tidak

termasuk). Sebagaimana juga I Gede Widja (1989: 28 ) mengungkapkan Sejarah

lokal adalah studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu

lingkungan sekitar (neighnorhood) tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

Dari sejumlah rumusan tersebut dapat ditarik suatu ”benang merah” bahwa

yang menjadi pokok perhatian adalah ruang lingkup geografis/tempat/unit spatial

yang terbatas, meliputi suatu lokalitas tertentu beserta kehidupan masyarakat. Bahwa

lingkungan tersebut adalah suatu unit kesadaran historis, dalam artian bahwa daerah/

wilayah tertentu ini masing-masing pada dirinya dan pada bagiannya merupakan

pusat terjadinya sejarah. Setiap daerah etnis kultural memiliki kesatuan historis serta

konsep tentang kelampauan yang khas.

Lingkup terbatas yang dimaksudkan ini terutama dihubungkan dengan unsur

wilayah, dan komunitas yang ada di dalamnya, bukan kepada masalah waktu (lingkup

temporal) maupun peristiwa (tema) tertentu dari masa lampaunya. Selanjutnya yang

sangat menarik adalah apa yang diungkapkan dalam buku Sejarah lokal di Indonesia

karya Taufik Abdullah bahwa batasan tentang kelokalan adalah menurut kesepakatan

penulis dengan apa yang akan ditulisnya. Hal ini hendaknya dipandang sebagai satu

bentuk pertanggungjawaban secara akademik dari si penulis/peneliti itu sendiri.

Penulislah yang menentukan bahwa yang ditulis termasuk dalam studi sejarah lokal,

(35)

commit to user

Dengan demikian ruang lingkup sejarah lokal adalah keseluruhan lingkungan

sekitar baik yang menyangkut kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan,kota kecil,

kabupaten atau kesatuan lokalitas lainnya beserta institusi sosial budaya yang berada

di dalamnya seperti keluarga, pola pemukiman, lembaga pemerintah setempat,

perkumpulan kesenian, dll. Oleh karenanya dalam kajian sejarah lokal berbagai aspek

dari kehidupan masa lampau masyarakat setempat dapat diselidiki apa itu aspek

politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Namun perlu digarisbawahi

kalau problem-problem pokok haruslah bertitik tolak dari realitas lokal itu sendiri. Ini

berarti seleksi peristiwa ditentukan oleh tingkat pentingnya dalam perkembangan

masyarakat setempat atau lingkungan yang dibicarakan, bukan dari kenyataan yang

berada di luarnya.( http:www.//file.upi.edu/Direktori/FPIPS/diunduh tanggal 12 mei

2011.)

4. Pembelajaran Sejarah Lokal

Pembelajaran sejarah di sekolah bertujuan membangun kepribadian dan

sikap mental peserta didik, membangkitkan keinsafan akan suatu dimensi

fundamental dalam eksistensi umat manusia (kontinuitas gerakan dan peralihan terus

menerus dari yang lalu kearah masa depan), mengantarkan manusia ke kejujuran dan

kebijaksanaan pada peserta didik, dan menanamkan cinta bangsa dan sikap

kemanusiaan (Meulen, 1987: 82-84). Arti terpenting pelajaran sejarah adalah dapat

(36)

commit to user

Yang dimaksud dengan pembelajaran sejarah lokal ialah bagian dari proses

belajar di lingkungan pendidikan formal, sasaran utamanya tentunya adalah

keberhasilan proses itu sendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

kurikulum. Berbeda dari studi sejarah lokal yang lebih ditekankan pada pencapaian

pengetahuan tentang peristiwa sejarah yang dijadikan sasaran studi yakni sejarah dari

suatu lokalitas tertentu. Untuk itu pembelajaran sejarah lokal di sekolah-sekolah

hendaknya dipandang sebagai salah satu alternatif yang mungkin dapat dipilih dan

diterapkan dengan membawa siswa pada apa yang sering disebut Living History, yaitu sejarah dari lingkungan sekitar dirinya.

Dasar utama dari pilihan mengapa harus sejarah lokal sebagai alternatif ialah

kemungkinan pengembangan wawasan dalam pembelajaran sejarah. Diharapkan

murid bisa lebih bergairah dalam mengikuti pelajaran dan mendapatkan manfaat lebih

besar dari proses pembelajarannya. Pendekatan ataupun metode pembelajaran sangat

beragam dan masing-masing punya kelebihan sekaligus kelemahan, oleh karenanya

pilihan suatu pendekatan pembelajaran akan sangat tergantung pada tujuan atau

sasaran yang hendak dicapai.

Melalui pembelajaran sejarah lokal siswa diajak mendekatkan diri pada situasi

nyata dari lingkungan terdekatnya. Berikutnya membawa siswa secara langsung

mengenal serta mengayati lingkungan masyarakat, di mana mereka adalah merupakan

bagian dari padanya. Tidak salah bila dikatakan bahwa pembelajaran sejarah lokal

mampu menerobos batas antara ”dunia sekolah” dengan ”dunia nyata” di luar

(37)

contoh-commit to user

contoh dan pengalaman-pengalaman dari berbagai tingkat perkembangan lingkungan

masyarakatnya, termasuk situasi masa kininya. Mereka juga akan lebih terdorong

mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus seperti perihal observasi, teknik

bertanya atau melakukan wawancara, menyeleksi sumber, mencari fakta, dll. Selama

ini yang nyaring terdengar adalah pelajaran sejarah membosankan, penuh hafalan

fakta-fakta, sehingga tidak menarik. Di samping adanya anggapan yang menyebutkan

bahwa melalui pembelajaran sejarah siswa dipaksa untuk mengungkapkan masa lalu.

Padahal dengan belajar sejarah dapat diambil nilai-nilai kehidupan yang menuntun

orang untuk menjalani kehidupan masa kini dan masa datang menjadi lebih baik.

Kochar ( 2008:13 )

Meskipun pembelajaran sejarah lokal sangat mendukung usaha

pengembangan kurikulum muatan lokal yang mengakrabkan siswa dengan

lingkungan sekitarnya, sehingga juga tentunya akan mengakomodir kebutuhan

daerah, namun keunggulan/ kelebihan tersebut di atas bukannya tanpa kendala yang

sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan dari pendekatan pengajaran ini.

Beberapa hal yang perlu digaris bawahi antara lain pertama, adalah masalah sumber

sejarah lokal itu sendiri berikut kemampuan siswa dalam memberikan penilainnya

(analisis sumber). Kedua, adanya dilema antara memenuhi tuntutan kurikulum yang

alokasi waktunya sangat ketat/terbatas dengan proses penelitian hingga penulisan

dalam bentuk laporan yang tentunya membutuhkan waktu yang relatif lama. Seperti

diketahui kegiatan mengembangkan pengajaran sejarah lokal lebih banyak dilakukan

(38)

commit to user

pengajaran sejarah lokal sering tidak sinkron ketika siswa menghadapi ujian yang

bersifat nasional, dan sederet kendala lainnya.

Menurut Kochar (2008:17) apa yang semestinya dilakukan oleh guru sebagai

seorang yang memegang kendali selama proses belajar-mengajar di sekolah?

Kemauan serta disiplin kerja yang tinggi dari guru termasuk juga siswanya itulah

kuncinya, jadi memang akhirnya bersumber pada guru itu sendiri. Ada bentuk

pengajaran yang dapat diterapkan dari yang paling mudah sampai paling sulit.

Termudah, guru cukup mengambil contoh-contoh dari kejadian lokal untuk memberi

penjelasan dari materi sejarah nasional yang sedang diajarkan. Cara yang lain dengan

mengajak siswa keluar sekolah melakukan penelitian dengan mengamati secara

langsung sumber-sumber sejarah serta mengumpulakn data sejarah (pergi ke

museum, situs-situs sejarah, atau bahkan wawancara). Terakhir, berupa studi kasus

yang perlu persiapan lebih lama dan bertahap (murid dilibatkan dalam memilih topik,

membuat perencaan kegiatan, melaksanakan rencana tersebut sejak heuristik hingga

tahap historiografi).

Dari ketiga bentuk pembelajaran sejarah lokal di sekolah, yang kedualah yang

relatif mendekati sasaran yakni tidak banyak memakan waktu, tetapi mengajak/

melibatkan siswa melakukan penelitian di luar sekolah meski dengan hal yang

sederhana. Adapun yang menjadi pilihannya proses disini lebih diutamakan daripada

hasil, dan tentunya adalah dalam memotivasi siswa mengembangkan

keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan ketika melakukan studi lapangan, sehingga

(39)

commit to user

B. Penelitian yang Relevan

Pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah lokal merupakan sebuah

proses. Proses tersebut harus dilakukan secara bertahap atau langkah demi langkah

yang berurutan. Jadi esensi dan substansi mendasar dalam pembelajaran sejarah lokal

adalah guru sebagai fasilitator harus mampu mengembangkan ketrampilan sosial

peserta didik secara maksimal untuk mempelajari sejarah sesuai dengan nilai guna

sejarah lokal itu sendiri.

Adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan pembelajaran sejarah

lokal ini adalah tesis penelitian Syaiful Amin tahun 2010 tentang Pewarisan Nilai Sejarah Lokal Melalui Pembelajaran Sejarah Jalur Formal dan Informal Pada Siswa SMA di Kudus Kulon. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, penelitianya menyimpulkan (1) Guru telah melakukan Pewarisan nilai dalam

pembelajaran sejarah formal melalui pemanfaatan bangunan bersejarah dan folklore

yang ada disekitar sekolah, namun hasil yang didapat belum maksimal karena

keterbatasan waktu belajar ; (2) Pewarisan nilai pada pembelajaran sejarah jalur

informal terjadi melalui cerita rakyat (folklore) yang diceritakan dalam keluarga dan masyarakat saat acara ritual keagamaan (buka luhur); (3) Kesinambungan pembelajaran sejarah jalur formal dan informal dalam upaya pewarisan nilai terjadi

karena adanya hubungan saling mengisi kelemahan dan saling menguatkan

(interdependency) yang membuat upaya pewarisan nilai sejarah lokal jadi maksimal. Penelitian tersebut menyadari akan arti penting sejarah lokal dalam

(40)

commit to user

Dalam hal ini pemerintah, departemen/institusi dan dunia pendidikan perlu untuk

merancang sistem pembelajaran untuk mempertahankan nilai sejarah lokal itu sendiri.

Selanjutnya penelitian dari Suwarno dan Kartono ( FKIP Universitas

Muhammadiyah Purwokerto ) tahun 2008 yang berjudul Pengembangan

Kemampuan Siswa Meneliti Sejarah Lokal Melalui Model Inquiri dengan Studi

Kasus di SMA Negeri 5 Purwokerto, yang menyimpulkan bahwa dengan model

inquiri cukup efektif dalam mengembangkan kemampuan siswa meneliti sejarah lokal

dengan mengacu pada kosep belajar tuntas ( mastery learning).

Penelitian oleh Supardi (FIS Universitas Negeri Yogyakarta) tahun 2007

tentang Pendidikan Sejarah Lokal dalam Konteks Multikulturalisme yang

menyimpulkan bahwa multikulturalisme lebih bermakna jika diterapkan pada

pembelajaran sejarah lokal, dan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK) semakin memberikan ruang pada guru untuk memasukkan kajian sejarah lokal

dalam mewujudkan perasaan dan kesadaran multikulturalisme.

C. Kerangka Berpikir

Sejarah Lokal sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang

terbatas, yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Sejarah lokal adalah kisahmasa

lampau dari kelompok masyarakat tertentu yang berada pada geografis terbatas.

Sejarah lokal dikatakan sebagai suatu peristiwa yang hanya terjadi dalam lokasi yang

kecil, baik pada desa atau kota-kotatertentu. Sejarah lokal adalah sejarah yang

menyangkut sebuah desa/ beberapa desa, sebuah kota kecil/ sedang (pelabuhan besar/

(41)

commit to user

Sejarah sebagai disiplin ilmu yang didalamnya terdapat sejarah lokal

hendaknya dipahami oleh guru dalam mengkaji suatu tema, topik, atau permasalahan

agar tidak meninggalkan ciri khas dan tujuan dari belajar sejarah. Pembelajaran

sejarah lokal tentunya selaras dengan konsep perencanaan, pelaksanaan serta

penilaian yang mengacu kepada sistem pembelajaran dan tujuannya.

Pembelajaran sejarah lokal di setiap sekolah memiliki proporsi yang berbeda,

tetapi esensinya sama. Mengenalkan anak didik dengan sejarah yang ada di

sekitarnya. Proporsi pembelajaran sejarah lokal di sekolah bisa dikatakan dalam tiga

pertemuan dimmana hanya menggunakan satu pertemuan untuk menyisipkan sejarah

lokal dalam pelajarannya. Dari pembelajaran sejarah lokal siswa akan mendapatkan

banyak contoh-contoh dan pengalaman-pengalaman dari berbagai tingkat

perkembangan lingkungan masyarakatnya, termasuk situasi masa kininya. Mereka

siswa juga akan lebih terdorong mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus

seperti perihal observasi, teknik bertanya atau melakukan wawancara, menyeleksi

sumber, mencari fakta, dll.

Kerangka pikir yang telah diuraikan di atas dapat digambar dalam bentuk

(42)

commit to user

Gambar 1. Kerangka Berpikir Pembelajaran

Sejarah Lokal

Guru Siswa

(43)

commit to user 27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penentuan lokasi dalam penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas

(SMA) Muhammadiyah Pakem didasarkan atas pertimbangan sebagia berikut:

1. Banyak sejarah lokal di Yogyakarta yang menjadi saksi perjuangan bangsa

yang mengandung nilai historis.

2. Masih banyak sejarah lokal yang ada di Yogyakarta yang belum

dimaksimalakan sebagai materi belajar oleh guru pada umumnya dan bagi

guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem pada

khususnya.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti memfokuskan penelitian

Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.

2. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan selama 6 bulan yang diawali dengan persiapan awal

sampai penyusunan laporan akhir, dan waktu penelitian yakni pada semester ganjil

tahun ajaran 2011/2012.

(44)

commit to user

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang

membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara deskriptif analisis

(45)

commit to user

infomasi tentang keadaan atau realita yang sedang berlangsung dengan

menggambarkan sifat dari keadaan saat penelitian dilakukan, serta memeriksa dari

suatu gejala tertentu secara alamiah (William dan lexy Moleong, 2004: 16-17).

Peneliti menggunakan cara pendekatan pola pikir dan analisis keterkaitan

antar variabel pokok yang saling terkait dalam proses pembelajaran sejarah lokal

sebagai satu cara menumbuhkan pemahaman pada siswa diSekolah Menengah Atas

(SMA) Muhammadiyah Pakem. Tujuanya untuk mengetahui efektivitas pencapaian

tujuan, hasil, atau dampak suatu kegiatan mengenai proses pelaksanaan yang telah

direncanakan (Sutopo, 2006: 142).

Sedangkan strategi penelitiannya berupa studi kasus karena lokasi

penelitiannya hanya pada satu sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas ( SMA )

Muhammadiyah Pakem. Selain itu, karena permasalahan dan fokus penelitian sudah

ditentukan dalam proposal sebelum peneliti terjun dan menggali permasalahan di

lapangan, maka jenis strategi penelitian kasus ini secara lebih khusus bisa disebut

sebagai studi kasus terpancang ( embedded case study research ) (Yin, 2008: 33). C. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan yaitu siswa, guru mata pelajaran sejarah dan seluruh elemen yang

ada di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.

2. Tempat dan peristiwa pembelajaran sejarah lokal yaitu di dalam kelas dan di

(46)

commit to user

3. Dokumen berupa kurikulum, silabus, dan RPP yang berada di Sekolah

Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan lebih menyerupai suatu bentuk dialog antara peneliti dan narasumber dilakukan dalam suasana

santai. Agar wawancara mendalam lebih terarah maka dipersiapkan pedoman

wawancara (interview guide) yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang garis- besar pemahaman sejarah lokal itu sendiri.

2. Mengkaji dokumen dan arsip (content analysis) tentang sejarah lokal yang akan dijadikan materi pembelajaran sejarah lokal dalam penelitian.

3. Observasi langsung yang bersifat partisipasi pasif dimana peneliti dapat

mengamati narasumber khususnya guru dan siswa Sekolah Menengah Atas

(SMA) Muhammadiyah Pakem. Observasi ini dilakukan untuk mengamati

berbagai situasi guru dan siswa saat proses pembelajaran sejarah. (Sutopo,

2006: 66-83).

E. Teknik Cuplikan ( sampling )

Dalam penelitian kuailitatif, teknik cuplikan yang digunakan adalah teknik cuplikan

yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis

(47)

lain-commit to user

lain. Oleh karena itu cuplikan yang akan digunakan lebih bersifat purposive sampling,

atau lebih tepat disebut sebagai cuplikan dengan criterion-based selection ( Goetz & LeCompte, 1984). Dalam hal ini peneliti memilih informan yang dipandang paling

tahu, sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan

kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data ( Patton, 1980). Cuplikan

semacam ini lebih cenderung sebagai internal sampling ( Bogdan & Biklen,1982) yang memberi kesempatan bahwa keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai

suatu pikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa

akan bicara, kapan perlu melakukan observasi yang tepat (time sampling), dan juga berapa jumlah serta macam dokumen yang perlu ditelaah.

F. Validitas Data

Validitas data yang dikembangkan dalam penelitian adalah teknik trianggulasi

sumber dan trianggulasi metode. Trianggulasi data (sumber) menjadi pilihan karena

dapat memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda, sedangkan trianggulasi metode

dilakukan untuk lebih memantapkan hasil pengumpulan data yang kemudian hasilnya

ditarik simpulan data yang lebih kuat validitasnya. Jadi antara trianggulasi data

(sumber) dengan trianggulasi metode nanti diharapkan ada kesesuaian dalam

(48)

commit to user G. Teknik Analisis Data

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif-kualitatif dengan tehnik analisis

interaktif (Miles dan Huberman, 1984: 22-23). Adapun alasan penelitian kualitatif di

atas dimaksudkan untuk lebih mementingkan proses pengumpulan data beragam dan

disusun sebagai kekhususan untuk dikelompokkan bersama melalui proses

pengumpulan data secara teliti serta saling berkaitan (bottom up grounded theory) (Sutopo, 2006: 41). Analisis ini dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan di

lapangan yang disusun secara lentur dan terbuka (Sutopo, 2006: 42)

Teknik analisis interaktif ini memiliki tiga komponen analisis yaitu reduksi

data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi yang digambarkan pada

gambar di bawah ini :

Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006: 120)

Selanjutnya analisis penelitian hanya bergerak di antara tiga komponen

analisis tersebut. Penyajian data sebagai alur penting dari kegiatan analisis interaktif

digunakan untuk melihat hasil data kuesioner sebagai langkah awal penelitian.

Pengumpulan Data

(1) Reduksi data

(3) Penarikan Simpulan/Verifikasi

(49)

commit to user

Sedangkan hasil observasi dan wawancara digunakan untuk menentukan proses

analisis pemahaman pembelajaran secara sistematis dan objektif didukung proses

analisis yang didapat dari sumber arsip dan dokumen yang didapat melalui metode

kritik sumber intern dan ekstern. Analisis ketiga yang penting adalah menarik

simpulan atau verifikasi. Peneliti memberi simpulan secara longgar, tetap terbuka dan

skeptis. Model analisis ini memiliki kekuatan pada proses analisisnya yang dilakukan

berulang- ulang, sehingga pada tahap ini diperoleh simpulan yang sesuai dengan

(50)

commit to user

34

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Latar

Pakem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Pakem berada di sebelah Utara dari

Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibu Kota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan

(Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 14 Km. Lokasi ibu kota kecamatan Pakem

berada di 77.66708„ LS dan 110.42011„ BT. Kecamatan Pakem mempunyai luas

wilayah 4.384,04 Ha. Alamat Kantor Kecamatan Pakem di Jl. Cangkringan No.3

Pakem, Sleman. Kecamatan Pakem dihuni oleh 8.926 KK. Jumlah keseluruhan

penduduk Kecamatan Pakem adalah 32.561 0rang dengan jumlah penduduk

laki-laki 15.847 orang dan penduduk perempuan 16.714 orang dengan kepadatan

penduduk mencapai 1.551 jiwa/Km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan

Pakem adalah Petani (data monografi kecamatan pakem 2010).

Kecamatan Pakem berada di dataran tinggi. Ibu kota Kecamatan berada

pada ketinggian 600 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Pakem beriklim

seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah tropis dengan cuaca sejuk sebagai

ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Pakem adalah 32 °C

dengan suhu terendah 18 °C. Bentangan wilayah di Kecamatan Pakem berupa

(51)

commit to user

memiliki obyek wisata Kaliurang membuat sektor perdagangan, jasa, hotel &

restoran menyumbang 40 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kecamatan Pakem. Sektor ini masih memungkinkan untuk dikembangkan dengan

mulai diperkenalkannya wisata alam jelajah merapi. Sektor lain yang menopang

pertumbuhan ekonomi Kecamatan Pakem adalah sektor Pertanian yang

menyumbang seperempat dari PDRB Kecamatan Pakem. Di samping itu juga

terdapat Rumah Sakit Jiwa Pakem yang sekarang berganti nama menjadi Rumah

Sakit Grhasia Yogyakarta. Oleh masyarakat Yogyakarta, terdapat anekdot

"Sekolah di Pakem" untuk menyebut seseorang yang gila.

Selanjutnya di kawasan ini juga dibuat terkejut dengan adanya penemuan

Candi Kimpulan (padahal lebih tepat Candi Kopatan) di Universitas Islam

Indonesia (UII) menambah bukti bahwa kota Jogja pernah menjadi bagian dari

kerajaan Mataram Kuno. Belum lagi diketahui bentuk utuh dan ukurannya, sejak

ditemukan pada tanggal 11 Desember 2009 lalu, candi ini terus menjadi daya tarik

wisatawan yang tengah berlibur di Jogja. Terutama bertepatan dengan momen

liburan natal 2009 dan tahun baru 2010.

Berikut ini keunikan Candi Kimpulan yang dikutip dari KOMPAS Online:

"Temuan ini mengejutkan para arkeolog karena Lingga-Yoni tak lazim

berada di candi perwara, biasanya hanya di candi induk. ”Terus terang

kami tercengang,” kata Budi Sancoyo, salah satu arkeolog Balai

Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta dalam eskavasi tersebut.

(52)

commit to user bangunan candi.

Sebelumnya, ditemukan pula Lingga-Yoni bersama arca Ganesha dalam

candi induk. ”Tampaknya banyak aspek pembangunan candi ini yang

berbeda dari pakem candi-candi pada umumnya,” kata Budi.

Sebelumnya, candi yang diduga berasal dari masa Mataram Kuno abad ke-9 atau ke-10 ini juga dinyatakan unik karena struktur bangunannya merupakan kombinasi batu dan kayu. Desain arca Ganesha juga memiliki desain berbeda dengan desain Ganesha di candi lain."

Selanjutnya di kawasan lereng gunung merapi ini juga terdapat desa-desa

wisata yang bertajuk budaya dan memiliki ciri khas sejarah yang masih

terpelihara dengan baik. Seperti hal nya desa Srowolan Purwobinangun Pakem ini

yang dahulunya memiliki sejarah tentang tempat pertemuan pejuang-pejuang

lokal yang menentang Belanda pada tahun 1948. Disekitar desa tersebut juga

adanya pasar tradisional yang notabenenya adalah sektor sentral perekonomian

pada waktu itu.

Dari gambaran di atas, kawasan yang terkenal dengan sebutan kawasan

asri di bawah gunung merapi ini memiliki kelokalan yang perlu untuk digali dan

dikembangkan serta diperkenalkan pada generasi selanjutnya guna pewarisan

lokal dan menumbuhkan kesadaran sejarah lokal yang akhir-akhir ini mulai

dipertanyakan. Salah satu wahana kesinambungan kelokalan tersebut adalah

melalui pembelajaran di Sekolah. Dengan demikian Sekolah mempunyai andil

(53)

commit to user

Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara diperoleh

gambaran SMA Muhammadiyah Pakem. Piagam Pendirian Sekolah, sekolah ini

berdiri tahun 1978-1979 dan mendapatkan piagamnya tahun 1988. Nomer Piagam

Pendirian Perguruan Muhammadiyah yakni 4379/II.193/DIY-78/1988 dari PP

Muhammadiyah Majlis Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 23 Rabiul

Akhir 1409 H atau tanggal 3 Desember 1988 M.

Awalnya tahun 1978-1979 masuk sore berlokasi di SPG Muhammadiyah

Pakem yang sekarang sudah tutup dan gedung sekolahnya dipakai SD

Muhammadiyah Pakem, di Tegalsari Pakembinangun. Mulai memiliki gedung

sendiri tahun 1985 berlokasi di Pakemtegal, lokasi yang digunakan sampai

sekarang. Bangunan yang dibuat mula-mula adalah Masjid Sekolah yang dananya

diusahakan oleh kepala sekolah yang pertama, diperjuangkan dan diurus sampai

ke Jakarta. Adapun visi dam misi SMA Muhammadiyah Pakem adalah sebagai

berikut :

Visi :

Visi SMA Muhammadiyah Pakem adalah terwujudnya lulusan yang

menguasai IPTEK dan IMTAK, berakhlak mulia, peduli terhadap keunggulan

local, dan mampu berperan sosial di masyarakat.

Misi :

Misi SMA Muhammadiyah Pakem adalah :

(54)

commit to user

sekolah guna menyiapkan lulusan yang berkualitas

c. Meningkatkan penguasaan IPTEK pada siswa, guru, dan karyawan dengan

memberdayakan fasilitas yang dimiliki.

d. Membekali pendidik berbasis keunggulan lokal ( PBKL ) bernuansa

keparawisataan kepada siswa melalui pengintegrasian pada mata pelajaran

terkait, muatan lokal, dan kegiatan pengembangan diri berupa kegiatan

corp dakwah pelajar, olah raga dan rekreasi, seni musik Islami, tata

busana, tata boga dan teknologi informasi dan komunikasi.

Struktur kurikulum SMA Muhammadiyah Pakem meliputi substansi

pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun

dimulai dari kelas X sampai dengan kelas XII yang disusun berdasarkan standar

kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. SMA Muhammadiyah

Pakem terdapat pengorganisasian kelas-kelas yang dibagi dalam dua kelompok

yakni pertama, kelas X merupakn program yang umum yang wajib diikuti oleh

seluruh peserta didik, kedua kelas XI dan XII merupakan program penjurusan

yang terdiri atas dua program yakni program Ilmu Pengetahuan Alam, dan

program Ilmu Pengetahuan Sosial.

Suatu lembaga dalam hal ini lembaga pendidikan seperti sekolah harus

mempunyai sistem organisasi dan penataan administrasi yang baik, agar lembaga

tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan digariskan. begitu pula

(55)

commit to user

SMA Muhammadiyah Pakem dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Kepala Sekolah

Kepala Sekolah saat ini dijabat oleh Dra Siwi Indrawati . Kepala Sekolah

di SMA Muhammadiyah Pakem ini merupakan puncak pimpinan yang

bertanggung jawab atas kelancaran administrasi sekolah serta kebijakan kerja

berdasarkan musyawarah dan mufakat bersama. Adapun tugas kepala sekolah

adalah sebagai berikut:

a) Menyusun program kerja sekolah.

b) Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah.

c) Mengevaluasi program tahunan, program semester, dan satuan pengajaran

secara berkesinambungan.

d) Melaksanakan rapat atau diskusi mengenai permasalahan sekolah.

e) Mengevaluasi administrasi ketatausahaan.

f) Mengatur pembagian tugas guru.

g) Mengatur pembagian tugas tata usaha atau karyawan (pegawai).

h) Mengevaluasi pelaksanaan UAS/UAN.

i) Menetapkan kelulusan dalam UAS/UAN dan kenaikan kelas.

j) Menetapkan kebijakan untuk meningkatkan pendidikan terutama dalam

proses belajar mengajar.

2) Wakil Kepala Sekolah

Wakil kepala sekolah di SMA Muhammadiyah Pakem terdapat 4 bidang,

Gambar

Tabel 1. Jadwal Penelitian
gambar di bawah ini :
Table 3. Profil Guru SMA Muhammadiyah Pakem
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Akhir Guru dan Staf di SMA Muhammadiyah Pakem

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyusunan dan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Muhammadiyah Kabupaten Kudus.. Jenis penelitian yang digunakan

kurikulum 2013 dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas X SMA. Muhammadiyah

Dari kegiatan observasi yang telah dilaksanakan oleh Mahasiswa PPL dalam mengamati proses pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Pakem, penulis telah menemukan beberapa

6 Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Bidang Studi Sejarah bagi MGMP Sejarah di Kabupaten Magelang, Kegiatan PPM di SMA N 1 Mertoyudan, tanggal 23 Oktober

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah dengan berpedoman pada Standar

(4) Kurikulum bermuatan pendidikan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh penyelenggara satuan pendidikan muadalah dengan berpedoman pacta stan.dar

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran sejarah berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA N 1 IV Nagari Bayang Utara yang terdiri

Kurikulum lokal yang digunakan oleh kedua pondok pesantren tersebut mengantarkan mereka pada kreatifitas pengembangan, Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah telah lebih dulu