• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lompio Makalah Geologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Lompio Makalah Geologi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

GEOLOGI PANAS BUMI DAERAH LOMPIO, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH

Oleh: Herry Sundhoro

Subdit Panas Bumi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral

Jl. Soekarno – Hatta 444, Bandung – 40254. Tel. 022 – 5222085, Fax 022 – 5211085 Juli 2005

ABSTRAK

Di Lompio, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah terdapat 2 kelompok manifestasi panas bumi berupa mata air panas. Manifestasi ini dinamakan Lompio dan Ombo, muncul pada batuan malihan/ metamorfik berumur Kapur dan gamping terumbu serta aluvium berumur Kuarter.

Mata air panas Lompio muncul pada struktur patahan berarah Utara baratlaut - selatan tenggara (N150-160º E), sedangkan mata air panas Ombo muncul di pinggir pantai pada struktur berarah timurlaut - baratdaya (N 40-60º E). Kehadiran kedua mata air panas tersebut mengindikasikan bahwa di keda;aman daerah Lompio terdapat potensi sumberdaya/ cadangan panas bumi.

PENDAHULUAN

Berdasarkan kajian literatur menunjukkan terdapat pemunculan mata air panas di Lampio, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah yang muncul pada batuan malihan/ metamorfik, gamping dan aluvium. Mata air panas itu mengindikasikan terdapatnya potensi energi panas bumi di kedalaman.

Dalam rangka pengupayaan dan pemanfaatan energi panas bumi di daerah ini perlu dilakukan survei panas bumi terpadu dengan metoda geologi, geokimia dan geofisika untuk mengetahui besarnya potensi cadangan panas bumi di Lampio yang mungkin bisa dikembangkan untuk pemanfaatan energi alternatif bersifat ramah lingkungan, dapat diperbaharui dan relatif murah, serta sumbernya berasal dari kedalaman bumi Kabupaten Donggala.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyelidikan adalah untuk melokalisir pemunculan manifestasi panas bumi dan karasteristik geologi yang berkaitan dengan pemunculan manifestasi panas di permukan.

Tujuannya adalah untuk mengetahui luas perangkap daerah prospek dari struktur geologi, sistim panas bumi ( batuan penudung/ cap-rock/clay-cap, batuan reservoar/ reservoir-rock, batuan konduksi panas/ conductive-rock dan sumber panas/ heat-source) dan model panas bumi tentative daerah Lompio.

LOKASI

Secara administratif daerah selidikan berada di Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Luas daerah survei ± 18 x 15 km2 yang berada diantara koordinat

UTM 9965.000 - 9983.000 mS dan 808.000 – 826.000 mT(Gambar 1).

METODA PENYELIDIKAN

Penyelidikan lapangan dilakukan dengan cara lintasan peta, memakai kompas dan mendiskripsi batuan secara megaskopis. Gejala geologi dan manifestasi panas dirangkum dalam buku catatan lapangan dan diplotkan ke peta kerja. Pengamatan dan pengukuran data di setiap titik di ikatkan pada GPS (Global Positioning System).

Interpretasi citra (image) Landsat dilakukan untuk memberi dukungan di dalam percepatan, kemudahan dan ketelitian pada saat pemetaan objek geologi di lapangan. Interpretasi tersebut meliputi lokasi, pola aliran sungai, distribusi batuan dan struktur geologi.

Data-data geologi sebagai data olahan berupa keadaan singkapan, kondisi batuan, sebarannya, struktur sesar/kekar, bentang alam, lokasi dan jenis pemunculan manifestasi panas bumi dan suhu air panas. Pengambilan batuan yang selektif untuk analisis petrografi dilakukan sesuai jumlah satuan batuan yang ada di daerah penyelidikan. Analisis umur batuan melihan/metamorfik, granit - granit biotit dan retas diorit diambil dari referensi yang telah dipublikasikan, sedangkan analisis umur batuan kubah granit (granit biotit-muskovit) dilakukan dengan metoda fision-track.

MANIFESTASI PANAS BUMI

(2)

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 bersuhu tertinggi terdapat juga alterasi ringan bertipe argilit (kaolin dan monmorilonit). Mata air panas Ombo muncul pada pasir pantai (aluvium) dan batu gamping terumbu dengan suhu antara 52- 60 0 C.

GEOLOGI REGIONAL

Geologi regional daerah penyelidikan diambil dari beberapa referensi diantaranya:

Menurut Bemmelen (1949) bahwa di daerah Sulawesi bagian tengah dijumpai 3 buah struktur utama berarah utara-selatan. Daerah ini dapat dipisahkan kedalam 3 zona.

• Zona timur dikenal Kolonodale zone ditandai oleh batuan beku basa dan ultrabasa (ophiolit), batu gamping berumur Mesozoikum dan rijang yang kaya radiolaria.

• Zona Poso dicirikan oleh batuan malihan (metamorfik) jenis skis kaya mineral muskovit.

• Zona barat tersingkap batuan granodiorit masif, skis kristalin yang kaya mineral biotit, batuan vulkanik berumur Tersier, tufa berumur Plio-Plistosen dan endapan aluvium.

Menurut T.O. Simanjuntak dkk (1973), fisiografi daerah Palu terdiri dari pematang timur dan pematang barat. Keduanya berarah utara - selatan dan dipisahkan oleh Lembah Palu (Fossa Sarasina). Pematang barat di dekat Palu hingga lebih dari 2000 m tingginya, tetapi di Donggala menurun hingga mukalaut. Pematang timur dengan tinggi puncak dari 400 - 1900 m dan menghubungkan pegunungan di Sulawesi Tengah dengan lengan utara.

Struktur daerah ini didominasi oleh lajur sesar Palu yang berarah utara baratlaut. Bentuknya sekarang menyerupai terban yang dibatasi oleh sesar-sesar aktif, diantaranya bermataair panas di sepanjang kenampakannya pada permukaan. Sesar-sesar dan kelurusan lainnya yang setengah sejajar dengan arah lajur Palu terdapat di pematang timur. Banyak sesar dan kelurusan lainnya yang kurang penting lebih kurang tegak lurus pada arah ini, sebagaimana terlihat di seluruh daerah. Sesar naik berkemiringan ke timur dalam kompleks batuan metamorf dan dalam Formasi Tinombo menunjukkan akan sifat pemampatan pada beberapa sesar yang lebih tua. Sesar termuda yang tercatat terjadi pada tahun 1968 di dekat Tambo, timbul setelah ada gempabumi, berupa sesar normal berarah baratlaut yang permukaan tanahnya turun 5 m. Pada bagian yang menurun, daerah pantai seluas kira-kira 5 km2 masuk ke dalam laut.

(3)

yang diuraikan di atas juga menerobos endapan ini.

Batuan Molasa Celebes Sarasin dan Sarasin (1901) terdapat pada ketinggian lebih rendah pada sisi - sisi kedua pematang, menindih secara tidak selaras Formasi Tinombo dan Kompleks Batuan Metamorf. Molasa ini mengandung rombakan yang berasal dari formasi-formasi lebih tua dan terdiri dari konglomerat, batupasir, batulumpur, batugamping-koral serta napal yang semuanya hanya mengeras lemah. Didekat Kompleks Batuan Metamorf pada bagian barat pematang timur endapan itu terutama terdiri dari bongkah - bongkah kasar dan agaknya diendapkan didekat sesar. Batuan-batuan itu ke arah laut beralih - alih jadi batuan klastika berbutir lebih halus. Di dekat Donggala sebelah utara Enu dan sebelah barat Labea batuannya terutama terdiri dari batugamping dan napal dan mengandung Operculina sp., Cycloclypeus sp., Rotalia sp., Orbulina universa, Amphistegina sp., Miliolidae, Globigerina, foraminifera pasiran, ganggang gampingan, pelesipoda dan gastoproda. Sebuah contoh dari tenggara Laebago selain fosil - fosil tersebut juga mengandung Miogypsina sp. dan Lepidocyclina sp, yang menunjukkan umur Miosen (Kadar, Dit. Geol). Foram tambahan yang dikenali oleh Socal meliputi Planorbulina sp., Solenomeris sp., Textularia sp., Acervulina sp., Spiroclypeus? sp., Reussella sp., Lethoporella, Lithophyllum dan Amphiroa. Socal mengirakan bahwa fauna - fauna tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah dan pengendapan di dalam laut dangkal. Pada kedua sisi Teluk Palu dan kemungkinan juga di tempat lain endapan sungai Kuarter juga dimasukkan ke dalam satuan ini.

Aluvium dan Endapan pantai terdiri dari kerikil, pasir, lumpur dan batugamping koral terbentuk dalam lingkungan sungai, delta dan laut dangkal merupakan sedimen termuda di daerah ini. Endapan itu boleh jadi seluruhnya berumur Holosen. Di daerah dekat Labean dan Ombo terumbu koral membentuk bukit-bukit rendah.

Telah diamati telah terjadi beberapa generasi intrusi. Yang tertua ialah intrusi andesit dan basalt kecil-kecil di semenanjung Donggala. Intrusi-intrusi mi mungkin adalah saluran - saluran batuan vulkanik di dalam Formasi Tinombo. Formasi Tinombo sendiri menindih kompleks batuan metamorf secara tidak selaras. Di dalamnya terkandung rombakan yang berasal dari batuan metamorf. Endapan

itu terutama terdiri dari serpih, batupasir, konglomerat, batugamping radiolaria dan batuan gunungapi yang diendapkan di lingkungan laut.

Intrusi-intrusi kecil selebar kurang dari 50 m yang umumnya terdiri dari diorit, porfiri diorit, mikrodiorit dan granodiorit menerobos Formasi Tinombo, yakni sebelum endapan molasa dan tersebar luas di seluruh daerah. Semuanya tak terpetakan. Granit dan granodionit yang telah dipetakan tercirikan oleh fenokris felspar kalium sepanjang hingga 8 cm. Penanggalan Kalium/Argon telah dilakukan oleh Gulf Oil Company terhadap dua contoh granodiorit di daerah ini. Intrusi yang tersingkap di antara Palu dan Donggala memberikan penanggalan 31 juta tahun pada analisis K/An dari felspar. Yang lainnya adalah suatu intrusi yang tidak dipetakan, terletak kira-kira 15 km timurlaut dari Donggala, tersingkap di bawah koral Kuanter, memberikan penanggalan 8,6 juta tahun pada analisa K dari biotit (Gambar 2).

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

Geomorfologi

Berdasarkan bentuk bentang alam, pola aliran sungai, tingkat/stadium erosi, jenis batuan dan kemiringan lereng di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 4 satuan morfologi. yaitu: satuan pedataran (SP), satuan perbukitan bergelombang lemah (SL), satuan perbukitan bergelombang sedang (SS) dan satuan perbukitan terjal (ST) (Gambar 3). Pola aliran sungai menunjukkan semi sejajar (sub-pararel) dan setengah membulat (semi- radial) di hulunya dan menjadi setengah menangga (sub-trellis) hingga menangga (trellis) di sungai induk S. Bintanaga, Binanga Wale, Kuala Silia, Kuala Wakoe, Kuala Sisumul, Kuala Werei dan Sungai Binanga Tompe serta Kuala Maleloro. Lembah sungai di arah hulu dominan berbenntuk V yang mencirikan stadium erosi vertikal lebih kuat dibandingkan dengan stadium erosi horizontal, sedang di sungai utama berbentuk agak melebar. Pola aliran sungai di sini sangat dipengaruhi oleh pola struktur patahan yang mengimbas pada bentuk pola aliran sungainya.

Stratigrafi/urutan batuan

(4)

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 Stratigrafi daerah di susun berdasar hubungan relatif antara masing-masing unit batuan yang penamaannya di dasarkan pada pusat erupsi dan genesa pembentukan batuan tersebut. Dari hasil pemetaan lapangan, urutan batuan di daerah Lampio, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari 6 satuan batuan dengan urutan tua ke muda sebagai berikut: Satuan Malihan (Km), Satuan granit Tinjuawo (Tmgt), Satuan granit Sitiau (Tmgs), Satuan diorit (Opd), Satuan Gamping terumbu/koral (Qgt) dan Satuan aluvium (Qa) (Gambar 4). Struktur Geologi di daerah penyelidikan dicerminkan bentuk kelurusan tofografi (pantai, sungai dan bukit), paset segi tiga, dinding patahan (gawir sesar), kekar, off-set batuan, zona hancuran batuan/breksiasi (fractures), cermin sesar (slicen-side), seretan (drag-fault), kontak intrusi (backing-effect), retas-retas/ intrusi kecil, bentuk batolit, bentuk kubah (dome) dan pemunculan mata air panas. Berdasarkan data lapangan di atas dan citra landsat (www.landsat.org, 2001) terdapat 3 arah sesar utama dari tua ke muda adalah: • Sesar berarah utara timurlaut-selatan

baratdaya (N 30-40º E). Sesar normal tertua ini di namakan sesar Sibera dengan kemiringan > 70° barat.

• Sesar berarah utara baratlaut-selatan tenggara (N 345-350º E). Sesar normal generasi kedua dinamakan sesar Mapane, berkemiringan > 80º ke timur. Awalnya sesar ini hanya 1 buah, namun menjadi 3 sesar yang terpisah-pisah akibat tergeserkan (off-set) oleh sesar mendatar yang lebih muda. Ke 3 sesar itu dinamakan sesar Mapane, sesar Sitiau dan sesar Maleloro.

• Sesar termuda sedikitnya ada 7 sesar geser jurus (strict-sleep fault) berarah baratlaut-tenggara (N 320-330º E) berkemiringan > 80°.

Sesar itu antara lain Salapane, Lampio, Tompe, Sipi, Boya, Bulu Tinjuawo.

Selain sesar-sesar diatas terdapat juga kelurusan-kelurusan diduga merupakan sesar lebih kecil berarah utara baratlaut-selatan tenggara dan sesar baratlaut-tenggara (Lende 1 dan Lende 2) (Gambar 4).

TATA GUNA LAHAN

Untuk eksplorasi dan eksploitasi panasbumi sangat diperlukan data “ Wilayah Tata Guna Lahan” berupa wilayah status penggunaan dan pemanfaatan lahan yang diterbitkan instansi Departem Kehutanan, tahun 1976.

Tata guna lahan di daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Provinsi Sultengah terdiri dari 3 wilayah tata guna, yaitu: Hutan Produksi Konversi (HPK), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Lahan Untuk Pemanfaatan lain/ lahan Bebas (Gambar 5).

Pengetahuan status “Tata Guna Lahan” ini sangat penting untuk mengantisipasi resiko di dalam pemanfaatan lahan yang berpotensi menimbulkan kerawanan materil atau immateril. Pengantisipasian diantaranya dengan cara pengurusan perijinan dalam pemanfaatannya dan sosialisasi kepada masyarakat lokal.

• Hutan Produksi Konversi (HPK), yaitu: Hutan yang dirancang dengan izin (IPK) untuk pembukaan lahan dan konversi permanen menjadi bentuk tata guna lainnya, khususnya industri kayu atau perkebunan. IPK adalah izin untuk membuka lahan guna kepentingan. • Hutan Produksi Terbatas (HPT), yaitu: Hutan

yang dialokasikan untuk produksi kayu dengan intensitas rendah. Hutan produksi terbatas ini umumnya berada di wilayah pegunungan lereng - lereng yang curam mempersulit kegiatan pembalakan.

• Lahan Bebas (LB), yaitu lahan diluar wilayah lahan HPK dan HPT. Lahan Bebas merupakan wilayah tata guna lahan yang secara bebas bisa dimanfaatkan untuk segala bentuk kepentingan masyarakat.

GEOHIDROLOGI

Secara garis besar wilayah air tanah di daerah penyelidikan di bagi menjadi 3 (Gambar 6). • Daerah tangkapan air tanah (re-charge) yang

berada pada satuan morfologi perbukitan terjal, perbukitan bergelombang sedang dan perbukitan bergelombang lemah memanjang arah utara-selatan dan terletak di timur dan tengah daerah dengan ketinggian mencapai hingga 1000 m dpl. Daerah tersebut mencapai luas ± 65 % dari luas daerah penyelidikan. Air hujan sebagian meresap di daerah itu, selanjutnya air yang meresap tadi akan muncul di dataran Sibera-Lompio-Ombo berupa mata air dingin dan mata air panas, sedangkan sebagian lagi mengalir di permukaan sungai- sungai besar dan kecil di daerah penyelidikan.

(5)

meresap kebawah permukaan melalui struktur permeabilitas, rekahan (fracture) dan porositas batuan dan terkumpul menjadi air tanah di daerah pedataran Sibera-Lompio-Ombo. Daerah ini menjadi daerah kantong air (catchment area) sedangkan daerah akumulasi air tanah terletak di bawahnya.

Daerah aliran air permukaan (run-off water), Sistim air tanah daerah selidikan sebagian berupa aliran air permukaan yaitu air hujan yang mengalir di permukaan sungai-sungai besar dan kecil. Aliran air permukaan itu mengalir secara gravitasi dari ketinggian menuju daerah lebih rendah hingga pedataran. Sungai-sungai itu diantaranya S. Maleloro, S. Binanga Tompr, S. Alugasa, S. Lente, Kuala Bintanago, Kuala Wela, Kuala Silla, Kuala Wakoe, Kuala Sisumul, Kuala Wesa, Kuala Tondo, Kuala Ombo dan Kuala Binanga Laode.

Air permukaan di daerah penyelidikan selanjutnya mengalir ke laut Makasar di bagian barat daerah selidikan.

MODEL PANAS BUMI

Penampang model panas bumi tentatif daerah Lompio terlihat dalam Gambar 7.

• Sumber panas (heat source) diduga berupa poket-poket magma di bawah dike/ intrusi G. Sitiau (Tmgs). dan retas-retas batuan andesit-diorit (Tmd).

• Zone reservoar diperkirakan berada pada batuan Tersier (Miosen Tengah-Atas) dan Kapur yang telah terkena tektonik. Daerah ini merupakan daerah berpermeabilitas tinggi dengan tingkat kesarangan yang bagus, kedalamannya di duga ± antara 600-2000 m. • Batuan penudung diduga berupa lempung

penudung yang hanya ada di sekitar daerah patahan/ fraktur.

• Batuan konduktif berup batuan metamorfik berumur Kapur (Km) dan batuan granit Tinjuawo (Tmgt) serta granit Sitiau (Tmgs). Aliran panas dirambatkan secara konduksi dan konveksi melalui batuan maupun fluida panas.

DISKUSI

Potensi energi panas bumi di daerah Lompio terdapat di sekitar pemunculan mata air panas Lompio dan Ombo.

Sistim panas bumi di kedua daerah itu diduga merupakan pemunculan up-flow melalui patahan atau fraktur pada batuan dengan intrusi batolit granit dan retas-retas granit biotit-muskovit serta andesit-diorit.

Mata air panas di Lompio dan Ombo dapat dimanfaatkan untuk parawisata dan juga untuk listrik. Namun di daerah tersebut potensi

fluidanya dominan berpase air panas, sehingga pemanfaatan untuk energi listrik perlu dilakukan ekstrasi yang mengakibatkan budget yang diperlukan akan lebih besar.

KESIMPULAN

Di daerah Lompio hadirnya akumulasi fluida panas di kedalaman terindikasikan oleh batuan ubahan dan mata air panas Lompio dan Ombo. Indikasi menunjukkan bahwa fluida itu keasamannya netral dengan entalphy sedang. Perkiraan adanya lempung penudung/clay-cap di sini diduga berada di atas daerah reservoar di sepanjang patahan dan daerah fraktur di patahan Lompio dan Ombo.

Fluida panas bumi di zona reservoar diduga bersistim 2 fase, yaitu fase air dan fase uap panas ber pH relatif netral. Jumlah fluida fase air panas relatif dominan dibandingkan fluida berfase uap.

Di daerah Lompio terdapat 2 daerah yang berpotensi mengandung sumberdaya energi panas bumi, yaitu daerah Lompio dan Ombo.

PUSTAKA

Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMG, 2004); Data curah hujan Indonesia tahun 2004.

Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. General Geology Of Indonesia And Adjacent Archipelagoes. Government Printing Office. The Hague. Netherlands.

BPS (Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2004); Donggala dalam Angka 2004. Kerjasama BPS dan Bappeda Kabupaten Donggala.

Fournier, R.O., 1981. Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal System: Principles and Case Histories”. John Willey & Sons. New York.

Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na-K-Mg – Ca Geo- Indicators. Geochemica Acta 52. pp. 2749-2765.

Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal Ltd. Jakarta.

Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and Geothermal System. Academic Press Inc. Orlando.

(6)

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 Telford, W.M. et al, 1982. Applied

Geophysics. Cambridge University

Press. Cambridge.

Tabel 1. Karakteristik Mata air panas Daerah Lompio, Kab. Donggala-Sulteng

No Lokasi Jenis T ud & T ap Tj. Manamoni, Desa Mausamang, Kec. Alor Timur

Mata air panas dengan bualan gas tidak kontinyu

Mata air panas

Kolam air panas

Mata air panas Kolam air panas

Mata air panas

Mata air panas

30 & 78

Muncul pada skis, jernih, beruap, asin, berbau sedang, ada sinter silika/ sulfat (?), bualan gas tidak kontinu.

Jarak ± 15 m di barat Lampio 1, muncul pada aluvium, jernih, beruap, asin, bau belerang lemah, tidak ada sinter, ber gelembung gas tidak kontinu.

Di utara Lampio 2, pada aluvium, berwarna keruh, bau belerang lemah, beruap tipis, berasa agak asin.

Muncul pada aluvium, berwarna keruh, tidak beruap, berasa asin. Air keruh, tidak beruap, asin, tidak berbau dan ada bualan gas.

Muncul pada aluvium, air keruh, tidak beruap, berasa asin.

2. Ombo 1, Desa Ombo-Kec. Sindue. X= 0809070 mT dan

Mata air panas

(7)

Ombo-Kec.Sirenja X=0809279 mT, Y=9968352 mU

Warna tidak terlihat, berbau, beruap, rasa tidak diketahui, debit susah diukur.

PETA GEOLOGI REGI

LEMBAR PALU, SULA

(Simanjuntak dkk, 1973)

0 5 10

Lokasi penyelidikan

Gambar 1. Peta daerah penyelidikan

Daerah

(8)

Gambar 3. Kenampakan 3 - D satuan morfologi daerah penyelidikan

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

(9)

Gambar 5. Wilayah Tata guna lahan daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

(10)

Gambar 7. Model tentatif sistem panas bumi daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Sulteng

Gambar

Tabel 1.  Karakteristik Mata air panas Daerah Lompio, Kab. Donggala-Sulteng
Gambar 1. Peta daerah penyelidikan
Gambar 3. Kenampakan 3 - D satuan morfologi daerah penyelidikan
Gambar 6. Peta 3-D sistim hidrogeologi daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian ekstrak etanol, fraksi etil asetat dan fraksi air dari daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbii L.) dengan konsentrasi 10 % v/v dapat mempengaruhi kelarutan

Random access memory (RAM) adalah sebuah tipe penyimpanan komputer yang isinya dapat diakses dalam waktu yang tetap tidak memperdulikan letak data tersebut dalam

Reformasi pendidikan melalui islamisasi pengetahuan modern Reformasi pendidikan melalui Islamisasi ilmu pengetahuan modern yang telah disinggung diatas adalah memadukan

Cara pemupukan yang baik adalah dengan menyebarkan secara merata dalam alur-alur atau garitan-garitan dangkal atau dimasukkan ke dalam lubang pupuk (tugal) sejauh

Universitas Trilogi mendesain Prodi PGSD dengan rancangan kurikulum dan program kegiatan perkuliahan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian dalam pengajaran,

berbeda tidak nyata pada variabel tinggi bibit, jumlah daun bibit kakao, luas daun bibit kakao, berat kering bibit kakao dan rasio tajuk akar, tetapi pada variabel

Ketentuan mengenai penggunaan Hibah berupa uang kepada LPMK pada Tahun Anggaran 2015 sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Walikota ini mengikuti ketentuan

Diakses dari laman web: https://tirto.id/partai-mana-juara-belanja-iklan-ditv-c6YV pada tanggal 8 Februari 2018 pukul 18.37 WIB.. PSI Tolak Perda Keagamaan, Ini Kata