• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIA

NANGG

Triwula

KANTOR B

BANDA A

Tim Ekono

Kelompok

AN EK

GROE A

an III – 2

BANK IND

ACEH

omi Mone

k Kajian, S

KONO

ACEH D

2008

DONESIA

eter

Statistik &

OMI R

DARUS

& Survey

REGIO

SSALAM

ONAL

M

(2)

VISI

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

MISI

Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya.

FUNGSI

1. Ekonomi Moneter 2. Perbankan 3. Sistem Pembayaran 4. Manajemen Intern

TUGAS POKOK

1. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya;

2. Melaksanakan kegiatan operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan/non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya;

3. Melaksanakan pengawasan bank dan fungsi-fungsi lain terkait dengan perbankan di wilayah kerjanya;

4. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pemberdayaan sektor riil/UMKM;

5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung fungsi-fungsi utama.

Kalender Publikasi KER

Triwulan I : Mei Triwulan II : Agustus Triwulan III : November Triwulan IV : Februari

Penerbit :

Kelompok Kajian, Statistik dan Survey - Tim Ekonomi Moneter Kantor Bank Indonesia Banda Aceh

Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia Telp : 0651-42981 / Fax : 0651-45247

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Kajian Ekonomi Regional Nanggroe Aceh

Darussalam periode triwulan III/2008 dapat kami hadirkan. Pemahaman

akan kondisi ekonomi daerah saat ini menjadi semakin penting sejalan

berkembangnya otonomi daerah. Dengan kewenangan dan sumber

daya finansial yang semakin besar seperti Nanggroe Aceh Darussalam

ini, daerah dapat menentukan arah sekaligus meningkatkan efektivitas

pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Perencanaan yang matang, didukung dengan data yang akurat dan

analisis yang komprehensif merupakan prasyarat bagi pengambilan

keputusan yang berkualitas dalam pembangunan ekonomi tersebut.

Kajian Ekonomi Regional yang berada dihadapan pembaca ini

yang memaparkan antara lain analisis terhadap perkembangan

makroekonomi daerah, dan perkembangan indikator-indikator yang

terkait dengan tugas pokok Bank Indonesia seperti perkembangan

harga, perbankan, sistem pembayaran, dimaksudkan salah satunya

sebagai bentuk kontribusi Bank Indonesia dalam menghasilkan

pengambilan keputusan pembangunan yang berkualitas sebagaimana

telah dikemukakan sebelumnya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa

Kajian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan

masukan dalam rangka meningkatkan kualitas kajian ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh

pihak yang telah membantu sehingga kajian ini dapat diselesaikan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas bantuan

yang telah diberikan.

Banda Aceh, November 2008 BANK INDONESIA BANDA ACEH

(4)

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 1

Sisi Pengeluaran ... ... 2

a. Konsumsi ... 3

b. Investasi ... 5

c. Ekspor-Impor ... 7

Sisi Penawaran ... ... 9

a. Sektor Pertanian ... 10

b. Sektor Pertambangan & Penggalian ... 11

c. Sektor Industri Pengolahan ... 13

d. Sektor Bangunan ... 13

e. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran ... 14

f. Sektor Pengangkutan & Komunikasi ... 14

g. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 15

h. Sektor Jasa-Jasa ... 16

INBOX 1 : Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perekonomian Aceh INBOX 2 : Prospek Penjualan Kendaraan Bermotor di Aceh BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH... ... 17

2.1 Banda Aceh ... ... 18

2.2 Lhokseumawe ... 22

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ... 25

3.1 Bank Umum Konvensional ... 26

3.2 Bank Umum Syariah ... 29

INBOX 3 : Profil Kredit menurut Sektor Ekonomi di Aceh BAB IV PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 33

RTGS (Real Time Gross Settlement) ... 33

Kliring ... 33

Transaksi Tunai ... 34

BAB V PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 36

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ... 36

DIPA BRR NAD-Nias ... 37

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH ... 39

6.1 Proyeksi Ekonomi ... 39

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Prov. NAD ... 1

Gambar 1.2 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Prov. NAD ... 4

Gambar 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi di NAD ... 4

Gambar 1.4 Konsumsi Bahan Bakar Prov. NAD ... 4

Gambar 1.5 Kredit Investasi Prov. NAD ... 6

Gambar 1.6 Jumlah Komitmen Investasi Prov. NAD ... 6

Gambar 1.7 Penerbitan Tanda Daftar Perusahaan Prov. NAD ... 6

Gambar 1.8 Produksi Tanaman Bahan Makanan Prov. NAD ... 11

Gambar 1.9 Kredit Sektor Pertanian di Prov. NAD ... 11

Gambar 1.10 Produksi Migas di Prov. NAD ... 12

Gambar 2.1 Inflasi Kota Banda Aceh (%) ... 17

Gambar 2.2 Perbandingan Inflasi Tahunan ... 18

Gambar 2.3 Disparitas InflasiTahunan Banda Aceh & Lhokseumawe ... 18

Gambar 2.4 Inflasi Tahunan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa ... 19

Gambar 2.5 Inflasi Bulanan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa ... 21

Gambar 2.6 Inflasi Tahunan Lhokseumawe menurut Kelompok Barang/Jasa ... 22

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Prov. NAD menurut Sisi Pengeluaran ... 2

Tabel 1.2 Ekspor Impor Prov. NAD ... 7

Tabel 1.3 Ekspor Impor Non-migas Prov. NAD ... 7

Tabel 1.4 Share Ekspor Non-migas Prov. NAD ... 8

Tabel 1.5 PDRB Prov. NAD menurut Sisi Penawaran ... 9

Tabel 1.6 PDR Sektor Pertanian Prov. NAD ... 10

Tabel 1.7 PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Prov.NAD ... 12

Tabel 1.8 PDRB Sektor Industri Pengolahan Prov. NAD ... 13

Tabel 1.9 PDRB Sektor Bangunan Prov. NAD ... 13

Tabel 1.10 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Prov. NAD ... 14

Tabel 1.11 PDRB Sektor Pengangkutan & Komunikasi Prov. NAD ... 14

Tabel 1.12 PDRB Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Persh Prov. NAD ... 15

Tabel 1.13 PDRB Sektor Jasa-Jasa Prov. NAD ... 16

Tabel 3.1 Indikator Keuangan Perbankan Aceh ... 25

Tabel 3.2 Indikator Keuangan Bank Umum Konvensional ... 27

Tabel 3.3 Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional ... 27

Tabel 3.4 Kredit Bank Umum Konvensional Menurut Jenis Penggunaan ... 27

Tabel 3.5 Kredit Bank Umum Konvensional Menurut Sektor Ekonomi ... 28

Tabel 3.6 Kredit UMKM Bank Umum Konvensional ... 28

Tabel 3.7 Rincian Kredit Bank Umum Konvensional ... 29

Tabel 3.8 Rincian NPL Kredit UMKM Bank Umum Konvensional ... 29

Tabel 3.9 Indikator Keuangan Bank Umum Syariah ... 30

Tabel 3.10 Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ... 30

Tabel 3.11 Pembiayaan Bank Umum Syariah Menurut Jenis Penggunaan .. 30

Tabel 3.12 Pembiayaan Bank Umum Syariah Menurut Sektor Ekonomi ... 31

Tabel 3.13 Pembiayaan UMKM Bank Umum Syariah ... 31

Tabel 3.14 NPF Pembiayaan Bank Umum Syariah ... 31

Tabel 4.1 Perkembangan Transaksi RTGS Prov. NAD ... 33

Tabel 4.2 Perkembangan Transaksi Kliring di KBI Banda Aceh ... 34

Tabel 4.3 Perkembangan Aliran Uang kartal di KBI Banda Aceh ... 34

Tabel 4.4 Perkembangan Temuan Uang Palsu di KBI Banda Aceh ... 35

Tabel 5.1 Ringkasan APBA 2008 ... 37

Tabel 5.2 Serapan Anggran Belanja NAD ... 37

Tabel 5.3 Realisasi Anggran BRR Nias NAD per Juli 2008 ... 38

Tabel 5.4 DIPA BRR NAD-NIAS untuk Tahun 2008 ... 38

(7)

a. Inflasi dan PDRB

Tw.I Tw.II Tw. III

Indeks Harga Konsumen* :

- Banda Aceh 180.43 200.28 207.26 110.54 112.04

- Lhokseumawe 151.47 157.80 165.43 108.77 111.95

Laju Inflasi Tahunan (yoy,%)

- Banda Aceh 9.54 11.00 9.81 12.26 10.63

- Lhokseumawe 11.47 4.18 6.91 10.46 9.16

PDRB - harga konstan (miliar Rp)** 37,159 36,038 9,091 8,564 8,473

- Pertanian 7,873 8,263 2,038 2,194 2,238

- Pertambangan & Penggalian 9,245 7,244 1,941 1,256 1,090

- Industri Pengolahan 5,302 4,492 1,105 1,105 1,024

- Listrik, Gas & Air Bersih 66 82 20 22 23

- Bangunan 1,885 2,147 503 509 541

- Perdagangan, Hotel & Restoran 5,571 5,666 1,400 1,446 1,486

- Pengangkutan & Komunikasi 1,926 2,136 523 526 541

- Keuangan, Persewaan & Jasa 494 523 109 136 140

- Jasa 4,798 5,484 1,453 1,369 1,391

Pertumbuhan PDRB (yoy, %)** 2.40 -2.21 -5.18 -7.92 -8.70

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)*** 13.70 88.09 10.28 14.37 52.27

Volume Ekspor Nonmigas (ton) 23.17 268.64 14.75 10.78 69.58

Nilai Impor Nonmigas (Juta USD)*** 29.96 25.88 15.74 1.62 0.00

Volume Impor Nonmigas (ton) 381.91 325.57 185.62 19.95 0.00

*) IHK dan inflasi sejak triwulan II-2008 sudah menggunakan tahun dasar 2007 = 100 ** Data PDRB dan pertumbuhan Triwulan III menggunakan angka proyeksi sementara. *** Data ekspor-impor triwulan III merupakan data bulan Juli s/d Agustus 2008

2007

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

(8)

b. Perbankan & Sistem Pembayaran

Tw.I Tw.II Tw. III A.BANK UMUM :

a. Bank Umum Konvensional

Aset (Rp Juta) 26,120,634 22,267,394 19,822,119 22,775,377 24,813,484

Posisi SBI (Rp Juta) 3,796,051 1,250,000 900,000 850,000 1,134,539

Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 20,849,536 17,615,711 16,276,740 16,280,726 18,447,031

- Giro 10,472,412 7,877,806 6,677,780 7,109,348 7,859,113

- Tabungan 5,253,171 6,157,524 5,862,391 5,577,745 5,671,877

- Deposito 5,123,953 3,580,381 3,736,569 3,593,633 4,916,041

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan Bank Pelapor 4,474,270 6,327,072 6,175,050 7,776,862 8,388,393 Berdasarkan Penggunaan :

- Modal Kerja 535,219 1,947,835 3,408,551 2,565,936 2,817,253

- Konsumsi 2,703,723 3,606,904 6,175,050 4,414,729 4,714,162

- Investasi 1,235,328 772,333 698,311 796,197 856,978

- LDR (%) 21.46 35.92 37.94 47.77 0.00%

- NPL (Rp Juta) 53,200 83,568 123,937 166,464 201,333

- Rasio NPL (%) 1.19 1.32 2.01 2.14 2.40

Kredit UMKM (Rp Juta) 2,946,047 3,903,556 4,092,264 4,753,708 5,109,744 Kredit Mikro (<Rp50 juta) 133,324 177,229 2,226,923 204,772 222,967 - Modal Kerja 32,732 46,963 62,019 67,818 77,028 - Konsumsi 90,567 114,100 111,973 121,026 18,978 - Investasi 10,025 16,166 14,174 15,928 126,961 Kredit Kecil (Rp50 juta < x ≤Rp500 juta) 1,051,006 1,496,001 1,573,756 1,779,108 1,906,234

- Modal Kerja 451,024 690,579 760,980 850,699 925,177

- Konsumsi 537,470 704,588 722,171 825,136 117,152

- Investasi 62,512 100,834 90,605 103,273 863,905

Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤Rp5 miliar) 1,761,717 2,230,326 291,585 2,769,828 2,980,543 - Modal Kerja 559,382 900,431 951,277 1,235,509 1,374,709 - Konsumsi 1,114,173 1,170,046 1,116,204 1,316,088 246,911 - Investasi 88,162 159,849 159,442 218,231 1,358,923 Total Kredit MKM (Rp Juta) 2,946,047 3,903,556 4,092,264 4,753,708 5,109,744 NPL MKM Gross (Rp Juta) 53,200 72,880 123,937 166,464 201,277 PPAP (Rp Juta) 74,142 127,236 139,608 177,567 209,795

Rasio NPL MKM Gross (%) 1.81 1.87 3.03 3.50 3.94

Rasio NPL MKM Nett (%) -0.71 -1.39 -0.38 -0.23 -0.17

(9)

Tw.I Tw.II Tw. III b. Bank Umum Syariah

Aset (Rp Juta) 1,283,302 1,034,107 16,898,426 1,073,817 1,171,675

Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 1,078,556 689,173 6,466,635 608,831 653,978

- Giro 501,538 236,192 141,632 163,361 183,732

- Tabungan 230,178 312,636 82,601 298,786 326,557

- Deposito 346,840 140,345 3,461 146,684 143,689

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan Bank Pelapor 123,765 246,819 166,640 369,670 432864

- Modal Kerja 35,422 86,478 128,648 163,470 187,189

- Investasi 13,488 30,797 0 42,621 45,487

- Konsumsi 74,855 129,544 291,585 163,579 200,188

- FDR (%) 11.48 35.81 2.58 60.72 66.19

- NPF (Rp Juta) 1,561 4,279 69,315 13,013 13,013

- NPF (%) 1.26 1.73 41.60 3.52 3.01

Kredit UMKM (Rp Juta) 123,765 246,819 4,541,155 366,170 432,864

Kredit Mikro (<Rp50 juta) 18,128 26,995 69,698 35,975 38,040

- Modal Kerja 1,911 2,866 8,003 10,880 11,622

- Investasi 956 1,876 2,017 2,160 2,284

- Konsumsi 15,261 22,253 20,840 22,935 24,134

Kredit Kecil (Rp50 juta < x ≤Rp500 juta) 85,197 167,827 191,027 215,951 254,835

- Modal Kerja 25,503 64,430 88,855 93,191 108,106

- Investasi 8,849 14,906 16,729 18,299 20,156

- Konsumsi 50,845 88,491 85,443 104,461 126,573

Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤Rp5 miliar) 20,440 51,997 4,280,430 114,244 139,989

- Modal Kerja 8,008 19,182 30,863 59,399 67,461

- Investasi 3,683 14,015 16,470 18,662 23,047

- Konsumsi 8,749 18,800 22,365 36,183 49,481

Total Kredit MKM (Rp Juta) 123,765 246,819 4,541,155 366,170 432,864

NPL MKM Gross (Rp Juta) 1,561 5,231 69,315 13,013 14,556

PPAP (Rp Juta) 1,690 3,608 16,898,426 6,482 8,852

Rasio NPL MKM Gross (%) 1.26 2.12 1.53 3.55 3.36 Rasio NPL MKM Nett (%) -0.10 0.66 (370.59) 1.78 1.32

(10)

Tw.I Tw.II Tw. III B.BPR

Konvensional :

Aset (Rp Juta) 37,555 53,540 79,379 79,085 97,258

Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 27,107 33,759 53,767 55,204 55,312

- Tabungan 22,322 21,087 40,632 39,909 40,015

- Deposito 4,785 12,672 13,135 15,294 15,297

Kredit (Rp Juta) 26,226 26,352 25,094 25,591 24,894

- Modal Kerja 17,019 18,062 16,869 17,255 16,717

- Konsumsi 7,201 6,842 6,782 6,898 6,745

- Investasi 2,006 1,448 1,443 1,438 1,432

NPL (%) 22.46 23.87 24.49 25.40 24.52

LDR (%) 96.75 78.06 46.67 46.36 45.01

Syariah :

Aset (Rp Juta) 24,233 28,680 29,963 30,863 32,407

Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 16,453 19,664 18,925 18,566 19,114

- Tabungan 11,954 14,886 15,009 14,388 14,391

- Deposito 4,499 4,779 3,916 4,178 4,724

Kredit (Rp Juta) 12,468 15,942 15,571 15,587 16,378

- Modal Kerja 9,179 9,924 9,779 9,813 10,303

- Konsumsi 1,558 3,123 2,953 2,928 3,177

- Investasi 1,730 2,896 2,839 2,846 2,899

NPF (%) 16.94 15.76 14.79 14.74 18.04

FDR (%) 75.78 81.07 82.28 83.95 85.68

C. SISTEM PEMBAYARAN Aliran Kas di KBI Banda Aceh :

- Inflow (miliar Rp) 655 518 303 73 75

- Outflow (miliar Rp) 1,554 2,919 288 525 810

RTGS : 85,545 200,761 42,259 na na

- Dari Aceh (miliar Rp) 21,194 69,206 18,946 na na

- Ke Aceh (miliar Rp) 54,264 115,399 21,167 na na

- Dari - Ke Aceh (miliar Rp) 10,087 16,156 2,146 na na

Jumlah Uang Palsu yang ditemukan (lembar) 72 246 24 39 0

Nominal Kliring (miliar Rp) 1,213 3,615 482 407 451

Volume Kliring (lembar) 52,105 100,046 15,794 15,915 15,641

(11)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Daerah

Sampai dengan triwulan III/2008, ekonomi Aceh masih mengalami

penurunan.Pertumbuhan ekonomi (dengan migas) diproyeksikan turun yakni

sekitar -8,7% (yoy), akibat berkurangnya lifting gas alam di Aceh dan berkurangnya kegiatan rehab-rekon. Bila migas tidak diperhitungkan, maka pertumbuhan diproyeksikan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni sekitar 3,63% (yoy).

Dari sisi pengeluaran, meskipun turun, pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga khususnya konsumsi makanan. Konsumsi tersebut berkaitan dengan adanya bulan puasa dan lebaran. Sementara komponen pengeluaran lainnya relatif menurun. Belanja pemerintah mengalami penurunan dimana realisasi belanja hanya sekitar 14% per oktober. Investasi juga lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Indikasi tersebut terlihat dari belum adanya realisasi komitmen investasi perusahaan berskala besar dan turunnya jumlah perusahaan lokal yang melakukan daftar usaha. Pada komponen net ekspor, meskipun masih tercatat surplus, namun bila dibandingkan tahun lalu terjadi penurunan yang signifikan. Hal ini disebabkan turunnya ekspor LNG sampai -77,7% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut tidak terlepas dari turunnya lifting gas alam di Aceh seiring menipisnya cadangan.

Dari sisi penawaran, turunnya pertumbuhan ekonomi Aceh terjadi pada sektor pertambangan, sektor industri migas, sektor konstruksi

dan sektor jasa-jasa. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, penurunan lifting

gas alam mempengaruhi turunnya PDRB pada sektor pertambangan dan sektor industri migas. Penurunan sektor konstruksi terkait erat dengan berkurangnya proyek-proyek rehab rekon di Aceh seiring mendekati berakhirnya kegiatan BRR NAD-Nias di Aceh. Sementara, penurunan sektor jasa-jasa turun signifikan sebagai pengaruh realisasi belanja pemerintah yang masih rendah yakni sekitar 14% per Oktober 2008.

Perkembangan Inflasi Daerah

Pada triwulan III/2008, inflasi di Aceh menunjukkan penurunan

dibandingkan triwulan II/2008.Inflasi tahunan kota Banda Aceh turun dari

12,26% menjadi 10,63% (yoy). Sementara, Lhokseumawe turun dari 10,46% menjadi 9,16% (grafik 2.1). Penurunan inflasi tersebut dipengaruhi oleh berkurangnya dampak inflasi kenaikan harga BBM dan turunnya harga komoditi ikan segar dan bumbu-bumbuan. Selain itu, level harga di Aceh yang relatif tinggi dibandingkan rata-rata nasional sehingga ruang gerak bagi kenaikan harga semakin kecil dibandingkan daerah lain.

Disparitas inflasi antara Banda Aceh dan Lhokseumawe juga semakin

mengecil. Hal tersebut dipengaruhi oleh berkurangnya kegiatan rehab-rekon

yang selama ini berpusat di Banda Aceh, sehingga tekanan inflasi akibat kegiatan tersebut semakin mengecil di Banda Aceh.

Menurut kelompok barang/jasa, kelompok yang mengalami inflasi yang

(12)

permintaan pada bulan puasa dan lebaran di bulan September lalu. Sedangkan inflasi pada kelompok kesehatan disebabkan oleh tingginya permintaan akan kebutuhan perawatan badan seperti salon, klinik kecantikan dan sejenisnya sementara jumlahnya masih terbatas.

Di Lhokseumawe, kelompok barang/jasa yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar. Hal tersebut berbeda dengan inflasi kelompok tersebut di Banda Aceh.

Kenaikan salah satu komoditi pada kelompok tersebut yakni harga sewa kontrak rumah di Banda Aceh sudah mencapai puncaknya terlebih dahulu pada masa awal rehab-rekon. Dengan berkurangnya kegiatan rehab-rekon, menyebabkan ruang gerak naiknya harga sewa tersebut semakin mengecil.

Perkembangan Perbankan Daerah

Kinerja perbankan Aceh pada triwulan ini menunjukkan peningkatan. Indikator keuangan Bank rata-rata mengalami kenaikan. Aset mengalami peningkatan disetiap jenis bank kecuali BPR Konvensional. Aset mengalami peningkatan sekitar 9% (qtq) selama triwulan III/2008 menjadi Rp26,11 triliun. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada triwulan III/2008, DPK tumbuh sekitar 11,6% (qtq) menjadi Rp18,93 triliun. Seiring dengan hal tersebut, penyaluran kredit juga mengalami pertumbuhan sekitar 8,2% (qtq) menjadi Rp8,86 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih pesat dibandingkan pertumbuhan kredit menyebabkan Loan to Deposit Ratio Perbankan Aceh turun dari 48,3% menjadi 46,8%. Seiring dengan pertumbuhan kredit, rasio Non Performing Loans (NPL) perbankan Aceh juga mengalami peningkatan meskipun masih dalam batas aman (dibawah 5%). Rasio NPL naik dari 2,30% menjadi 2,45%. Kinerja Bank Umum Konvensional yang mendominasi aset perbankan

Aceh, menunjukkan peningkatan. Pangsa aset Bank Umum Konvensional

terhadap total aset perbankan Aceh mencapai 95%. Selama triwulan III/2008, aset tersebut tumbuh sekitar 8,9% menjadi Rp24,8 triliun. Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan DPK sekitar 11,8% menjadi Rp18,2 triliun. Seiring dengan hal tersebut, penyaluran kredit juga tumbuh sekitar 7,9% menjadi Rp8,39%. Pertumbuhan DPK yang lebih cepat daripada kredit menyebabkan turunnya LDR dari 47,8% menjadi 46,1%. Dengan adanya peningkatan kredit juga telah mendorong peningkatan rasio NPL dari 2,14% menjadi 2,40%.

Sama seperti halnya Bank Umum Konvensional, kinerja Bank Umum

Syariah juga mengalami peningkatan. Aset mengalami pertumbuhan lebih

(13)

Perkembangan Sistem Pembayaran

Nilai transaksi non tunai khususnya kliring pada triwulan III-2008

mengalami peningkatan secara nominal. Transaksi kliring selama triwulan

III tercatat sebesar Rp451,4 miliar atau sebanyak 15.641 warkat. Sementara itu kasus penarikan cek/bilyet giro kosong meningkat dari 469 warkat menjadi 587 lembar warkat dengan nilai Rp14,6 miliar atau 3,2% dari total nilai transaksi kliring. Hal tersebut perlu mendapat perhatian bersama, karena peningkatan tersebut mengindikasikan meningkatnya moral hazard di masyarakat.

Sementara itu net-outflow uang tunai di BI Banda Aceh mengalami peningkatan yang signifikan seiring meningkatnya kebutuhan uang

tunai pada bulan puasa dan lebaran september lalu. Net-outflow

mengalami peningkatan dari triwulan lalu yang sebesar Rp451,6 miliar menjadi Rp735,2 miliar di triwulan III/2008. Jumlah uang tunai yang ditarik perbankan (outflow) di wilayah kerja BI Banda Aceh mencapai Rp810,2 miliar selama triwulan III/2008. Sementara jumlah setoran uang tunai dari perbankan ke BI Banda Aceh hanya sebesar Rp75,1 miliar. Sementara itu, temuan uang palsu di BI Banda Aceh selama triwulan III/2008 nihil.

Perkembangan Keuangan Daerah

Stimulus perekonomian dari belanja pemerintah pada triwulan III/2008

diperkirakan masih rendah. Pada Oktober, realisasi APBD Provinsi NAD

2008 baru mencapai 14% atau sekitar Rp1,2 triliun dari pagu yang sekitar RP8,52 triliun. Sementara pengeluaran pemerintah pusat dari kantor BRR NAD-Nias sampai Juli 2008, baru terealisasi sekitar 32,47% (Rp3,52 triliun) dari total anggaran Rp10,88 triliun. Hal ini berdampak pada rendahnya pertumbuhan ekonomi dan berpotensi menjadi beban moneter apabila dana menganggur tersebut masuk pada instrumen SBI (Sertifikat Bank Indonesia).

Proyeksi Ekonomi dan Inflasi Daerah

Pertumbuhan ekonomi Aceh tahun 2008 diproyeksikan lebih rendah

dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan diperkirakan pada kisaran 7 s/d

-5% (yoy), sedangkan pertumbuhan tanpa migas diperkirakan berkisar 3 s/d 4% (yoy). Untuk mencapai tersebut, peran pemerintah sangat signifikan dalam menjaga pertumbuhan dengan merealisasikan belanja sesegera mungkin. Selain berpengaruh pada pertumbuhan secara umum, realisasi belanja pemerintah tersebut sangat diharapkan masyarakat khususnya pada proyek-proyek pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya. Inflasi akhir tahun 2008 diperkirakan tidak berbeda dengan tahun 2007

lalu. Proyeksi inflasi kota Banda Aceh akan berkisar pada 10 s/d 12% (yoy)

(14)

BAB I

Pe r k e m ba n ga n Ek on om i M a k r o Re gion a l

Sampai dengan triwulan III-2008, pertumbuhan ekonomi Aceh masih

melambat seiring penurunan lifting gas dan kegiatan rehab-rekon

yang sebentar lagi berakhir. Pertumbuhan diproyeksikan terus menurun

yakni sekitar -8,7% (yoy), akibat berkurangnya lifting gas di Aceh karena

cadangan gas alam semakin menipis. Bila migas tidak diperhitungkan

pertumbuhan triwulan III diproyeksikan lebih baik dibanding triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan tanpa migas diperkirakan mencapai 3,63% (yoy),

sedangkan triwulan sebelumnya hanya 2,18%.

Gambar 1.1

Pertumbuhan PDRB Prov. NAD (%)

Sumber : BPS Prov. NAD

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh naiknya

konsumsi rumah tangga pada bulan puasa lalu, sementara komponen

pengeluaran lainnya belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Komitmen investasi dalam skala besar belum juga terealisasi. Tampaknya

investor masih bersikap wait and see terhadap perkembangan politik dan keamanan di Aceh khususnya Pemilihan Umum tahun 2009 nanti. Realisasi

anggaran pemerintah juga masih rendah yakni sekitar 14% akibat

keterlambatan pengesahaan rancangan Anggaran tahun 2008. Sementara

belanja pemerintah untuk rehab-rekon juga akan semakin berkurang 3.6 20.1

-10.1 -8.7

5.5

1.6

-5.2 -9.6

-10.7

-2.2

-7.9 2.2 4.1 7.5 7.7

1.2 3.7

8.0

1.8 -0.4

-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Q1-08 Q2-08 Q3-08*

Pertumbuhan (%,yoy)

(15)

2

mendekati berakhirnya kerja Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh pada

Juni 2009 nanti. Kinerja ekspor belum menunjukkan peningkatan signifikan,

diperparah dengan ancaman resesi dunia akibat krisis keuangan Amerika

Serikat yang diperkirakan banyak kalangan masih akan berlangsung satu

sampai dua tahun kedepan.

Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Aceh masih didorong oleh sektor

pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Sektor konstruksi

yang sempat booming kembali melambat. Meskipun kegiatan rehab-rekon

terus berkurang, namun pertumbuhan sektor konstruksi khususnya properti

masih ditopang oleh maraknya pembangunan perumahan dan pertokoan

yang dilakukan oleh masyarakat.

1.1 SISI PENGELUARAN

Pertumbuhan komponen pengeluaran pada triwulan III-2008

diproyeksikan masih negatif. Hal tersebut terutama disebabkan oleh terus

menurunnya lifting gas dan berkurangnya kegiatan rehab-rekon. Tingkat

konsumsi rumah tangga relatif masih terjaga dibandingkan tahun lalu, dengan

sedikit penurunan. Sementara komponen pengeluaran lainnya yaitu

konsumsi/belanja pemerintah, investasi, dan net ekspor dibandingkan tahun

sebelumnya mengalami penurunan yang lebih tajam. Pertumbuhan

konsumsi/belanja pemerintah tercatat negatif sebesar -7,8% (yoy), sedangkan

pertumbuhan investasi dan net ekspor masing-masing sebesar -5,4% (yoy)

dan sebesar -5,18% (yoy).

Tabel 1.1

Pertumbuhan & Share PDRB Prov. NAD menurut Sisi Pengeluaran (%)

2003 2004 2005 2006 2007 Q1-08 Q2-08 Q3-08 2007 Q3-08

Konsumsi 15.5 13.1 35.4 -14.5 7.2 6.5 -4.0 -3.3 50.3 50.7

Rumah Tangga 6.9 1.6 35.8 -18.0 9.8 12.4 -1.1 -0.6 31.9 32.9 Pemerintah 40.5 38.8 34.8 -8.8 3.2 -2.3 -8.7 -7.8 18.4 17.8 Investasi 8.8 -27.7 89.0 2.4 1.0 -41.7 -24.2 -31.3 12.8 15.7

PMTB -36.0 2.2 89.7 -6.3 9.4 2.6 6.0 -5.4 13.2 15.4

Perubahan Stok -629.8 -79.3 82.8 79.3 -37.9 -404.7 -161.6 -155.8 -0.4 0.3 Net Ekspor 0.8 -18.0 -55.1 34.2 -16.0 -5.4 -5.4 -5.2 36.9 33.6 Ekspor 2.8 -18.8 -30.4 -13.2 2.3 -4.4 -2.5 -8.9 41.2 40.3 Impor 90.4 -35.7 686.1 -92.0 512.2 0.0 9.1 -23.5 4.3 6.6

PDRB 5.5 -9.6 -10.1 1.6 -2.2 -5.2 -7.9 -8.7 100 100

Sektor Pertumbuhan year on year (%) Share (%)

(16)

Perekonomian Aceh sampai dengan triwulan III, masih ditopang oleh

konsumsi. Total konsumsi rumah tangga maupun pemerintah, mencapai

sekitar 50,7% dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NAD yang

diperkirakan sekitar Rp85,2 triliun. Net ekspor merupakan penyumbang

terbesar kedua yakni sekitar 33,6%, dengan nilai ekspor terbesar berupa gas

alam. Seiring dengan masih cukup dominannya pangsa migas tersebut,

berlanjutnya penurunan lifting gas memberikan dampak yang cukup signifikan

bagi perekonomian Aceh yang berujung pada terus menurunnya

pertumbuhan menjadi negatif. Sementara investasi, yang diharapkan menjadi

penopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan pangsanya masih sangat

rendah yakni sekitar 15,7% disertai dengan pertumbuhan yang negatif.

a. Konsumsi

Konsumsi pada triwulan III/2008 mengalami sedikit penurunan

dibanding triwulan III tahun sebelumnya. Konsumsi diperkirakan turun

sekitar 3,3% (yoy), yang dipicu utamanya oleh konsumsi pemerintah sekitar

-7,8% (yoy). Sementara konsumsi rumah tangga relatif stabil dengan

penurunan hanya sekitar -0,6% (yoy). Turunnya konsumsi pemerintah

disebabkan oleh rendahnya realisasi anggaran pemerintah akibat

keterlambatan pengesahan RAPBD tahun 2008.

Beberapa indikator konsumsi rumah tangga tetap menunjukkan trend

yang meningkat. Konsumsi listrik rumah tangga tiap bulannya sekitar 60

juta kilowathours (kwh) atau tumbuh diatas 10% dibandingkan tahun lalu.

Kredit konsumsi tumbuh cukup signifikan mendekati 40% (yoy), sehingga

sampai dengan Agustus 2008 tercatat sekitar Rp4,8 triliun. Konsumsi Bahan

Bakar Minyak (BBM) juga menunjukkan peningkatan. Pada periode Januari

sampai Agustus 2008, konsumsi premium mencapai 195,2 juta liter atau

tumbuh sekitar 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Konsumsi

minyak tanah mencapai 85 juta liter atau tumbuh sekitar 12%. Sementara,

(17)

4

Gambar 1.2

Konsumsi Listrik Rumah Tangga Prov. NAD

Sumber : PT. PLN Prov. NAD

Gambar 1.3

Kredit Konsumsi Prov. NAD

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Gambar 1.4

Konsumsi Bahan Bakar Prov. NAD

Sumber : PT. Pertamina Prov. NAD -10 20 30 40 50 60 70 80

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 0 1 1 1 2

2006 2007 2008

Juta KWH -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Growth (yoy) -1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2006 2007 2008

Rp Triliun 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Kredit Konsumsi Growth (yoy)

0 5 10 15 20 25 30 35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2005 2006 2007 2008

(j u ta li te r) 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 (j u ta li te r)

(18)

b. Investasi

Investasi di Aceh sampai dengan triwulan III-2008, relatif lebih rendah

dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan pengeluaran investasi yang dilihat

dari PMTB (Perubahan modal tetap bruto) diperkirakan tumbuh negatif

sebesar -5,4% (yoy). Hal ini disebabkan belum terealisirnya komitmen investasi

yang berskala besar. Perkembangan yang kurang menggembirakan tersebut

terlihat pada penurunan jumlah perusaaan (PMA dan PMDN) yang akan

menanamkan modalnya di Aceh dan penurunan investor lokal yang

mendaftarkan perusahaannya, meskipun kredit investasi mengalami

peningkatan.

Menurut data Badan Promosi dan Investasi Daerah perusahaan (PMA dan

PMDN) yang berkomitmen menanamkan modal di Aceh dibanding

tahun 2007 lalu mengalami penurunan dari 14 perusahaan menjadi 6

perusahaan, terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) dari 11 perusahaan

menjadi 5 perusahaan dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dari 3

perusahaan menjadi 1 perusahaan, dengan bidang usaha jasa perdagangan

(ekspor-impor), konstruksi, pertambangan, kehutanan dan assembling

kendaraan.

Selama januari – juni 2008 investor lokal yang mendaftarkan perusahaan di

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. NAD. tercatat 85 Perseroan

Terbatas, 93 Koperasi, 243 CV, dan 610 Perusahaan Perorangan dan 3 BPL,

sementara pendaftaran pada tahun sebelumnya masing-masing 496 PT, 369

koperasi, 3188 CV, 2.225 3 BPL dan 5 Firma.

Pertumbuhan kredit investasi per Agustus 2008 mencapai Rp864,8 miliar,

relatif tinggi sekitar 52,5% dibandingkan tahun lalu (yoy). Meskipun

pertumbuhannya pesat, namun masih relatif kecil untuk mendorong

perekonomian secara keseluruhan. Peruntukan kredit lebih banyak ditujukan

(19)

6

Gambar 1.5

Kredit Investasi Prov. NAD

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Gambar 1.6

Jumlah Komitmen Investasi Prov. NAD

Sumber : Badan Promosi dan Investasi Prov. NAD

Gambar 1.7

Penerbitan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) di Prov. NAD

Sumber : Badan Promosi dan Investasi Prov. NAD * Januari s/d Juni 2008

Rp Triliun 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2006 2007 2008

-10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Kredit Investasi Grow th (yoy)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 1 9 9 0 1 9 9 1 1 9 9 2 1 9 9 3 1 9 9 4 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 * PMDN PMA 94 271 496 85 43 200 369 93 598 1811 3188 243

1 2 5 0

894

2039 2225

610

3 3 7 3

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

2005 2006 2007 2008*

(20)

c. Ekspor Impor

Neraca perdagangan luar negeri Aceh diperkirakan surplus. Berdasarkan

data BPS NAD, pada tahun 2007 Aceh mencatatkan surplus perdagangan

sekitar US$1,82 miliar. Nilai ekspor Aceh tercatat sebesar US$1,85 miliar

sedangkan impor Aceh hanya sekitar US$30,6 juta. Besarnya nilai ekspor Aceh

didominasi oleh ekspor migas yakni LNG dengan negara tujuan ke Jepang dan

Korea yang mencapai diatas US$1,5 miliar.

Tabel 1.2

Ekspor-Impor Prov.NAD (US$)

Tahun Ekspor Impor Net-Ekspor

2000 1,806,083,419 70,319,351 1,735,764,068 2001 666,738,727 120,368,111 546,370,616 2002 1,571,114,161 23,850,595 1,547,263,566 2003 1,440,808,126 51,532,588 1,389,275,538 2004 1,812,364,338 52,998,643 1,759,365,695 2005 2,072,415,260 18,413,989 2,054,001,271 2006 2,032,790,547 36,212,118 1,996,578,429 2007 1,854,234,711 30,648,443 1,823,586,268 Sumber : BPS Prov. NAD

Perdagangan luar negeri non-migas Aceh juga diperkirakan surplus.

Menurut data Dirjen Bea Cukai, surplus perdagangan Aceh selama periode

Januari sampai Agustus 2008 tercatat sebesar US$59,6 juta. Nilai ekspor

tercatat sekitar US$76,9 juta sementara impor sekitar US$17,3 juta. Surplus

tersebut didukung oleh ekspor pupuk urea dari PT. Pupuk Iskandar Muda

dengan tujuan Malaysia, Thailand dan Philipina melalui pelabuhan

Lhokseumawe yang bernilai relatif besar yakni sekitar US$53,6 juta atau 70%

dari total ekspor non-migas Aceh.

Tabel 1.3

Ekspor-Impor Non-migas Prov.NAD (US$)

Tahun Ekspor Non-migas

Impor Non-migas

Net-Ekspor Non-migas

2000 176,793,051 76,170,958 100,622,093 2001 61,146,904 94,434,652 (33,287,748) 2002 81,131,838 36,421,284 44,710,554 2003 83,761,254 68,237,063 15,524,191 2004 47,770,233 12,842,213 34,928,020 2005 56,895,317 15,998,997 40,896,320 2006 13,697,736 29,960,156 (16,262,420) 2007 88,087,645 25,875,938 62,211,707 Jan-Agustus 2008 76,915,216 17,363,330 59,551,886 Sumber : Dirjen Bea Cukai

(21)

8

Pada triwulan III/2008, ekspor Aceh diperkirakan turun. Menurut data

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NAD, ekspor migas Aceh

diperkirakan turun -77,7% menjadi US$126,5 juta dibandingkan triwulan

sebelumnya (quarter to quarter). Sementara ekspor non-migas meningkat

sekitar 89,5% (qtq) menjadi US$37,8 juta.

Tabel 1.4

Share Ekspor Non-Migas Prov.NAD (US$)

Tahun Ekspor (US$) Ekspor

Non-Migas (US$)

Share non-migas

2000 1,806,083,419 176,793,051 9.8%

2001 666,738,727 61,146,904 9.2% 2002 1,571,114,161 81,131,838 5.2% 2003 1,440,808,126 83,761,254 5.8% 2004 1,812,364,338 47,770,233 2.6% 2005 2,072,415,260 56,895,317 2.7% 2006 2,032,790,547 13,697,736 0.7% 2007 1,854,234,711 88,087,645 4.8%

Sumber : BPS Prov. NAD & Dirjen Bea Cukai, diolah

Ekspor migas Aceh berupa LNG (liquified natural gas) yang diproduksi

oleh PT Arun dan selanjutnya diekspor oleh PT.Pertamina. LNG tersebut

diekspor ke negara Jepang dan Korea melalui Pelabuhan Blang Lancang di

Lhokseumawe. Volume ekspor LNG ke Jepang pada triwulan III/2008

mencapai sekitar 116,1 juta kilogram, dengan nilai US$68,5 juta. Sementara

volume ekspor ke Korea sekitar 59 juta kilogram senilai US$58 juta.

Ekspor non-migas Aceh terdiri atas komoditi kopi arabica, pupuk

magnesium, pupuk urea, kertas, damar dan magnesium carbonat

alam1

. Kopi arabica yang diekspor mencapai sekitar US$5,8 juta pada triwulan

III/2008 dengan tujuan terbesar ke Amerika Serikat (US$4,4 juta), diikuti oleh

Canada (US$0,7 juta), Mexico (US$0,3 juta), Australia (US$0,1 juta), dan

dibawah US$100 ribu diekspor ke New Zeeland, Afrika, Swedia dan Norwegia.

Ekspor pupuk urea senilai US$31,9 juta dikirim ke Thailand, Malaysia dan

1

(22)

Philipina. Sedangkan ekspor kertas dikirim ke Thailand senilai US$17,2 ribu.

Damar diekspor ke Singapore dan India dengan nilai sekitar US$35,2 ribu.

1.2 SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, struktur ekonomi Aceh masih ditopang sektor

pertanian. Pada triwulan III-2008, sektor pertanian menyumbang sekitar 28%

terhadap perekonomian Aceh, diikuti oleh sektor pertambangan dan

penggalian sekitar 17% (tabel 1.5).

Bila dilihat pertumbuhannya, beberapa sektor ekonomi menurun, yaitu

sektor pertambangan, industri pengolahan, bangunan dan jasa-jasa.

Penurunan pada sektor pertambangan dan industri pengolahan dipengaruhi

oleh menipisnya cadangan gas. Sementara penurunan pada sektor bangunan

disebabkan oleh berkurangnya kegiatan rehab-rekon yang dilakukan

pemerintah maupun NGO mendekati masa berakhirnya BRR NAD-Nias pada

pertengahan tahun depan. Sedangkan turunnya sektor jasa-jasa dipengaruhi

oleh rendahnya belanja pemerintah pada tahun 2008, sementara jasa swasta

sendiri diperkirakan tetap tumbuh.

Tabel 1.5

PDRB Prov. NAD menurut Sisi Penawaran (%)

2004 2005 2006 2007 Q1-08 Q2-08 Q3-08* 2007 Q3-08* Pertanian 6.0 (3.9) 1.5 5.0 5.6 3.4 7.6 28 28 Pertambangan & Penggalian (24.1) (22.6) (2.6) (21.6) (35.5) (42.5) (48.6) 22 17 migas (24.4) (23.0) (4.3) (22.6) (37.2) (44.5) (50.7) 21 16 non-migas 7.3 0.8 78.8 2.0 1.0 0.1 (0.8) 1 1 Industri Pengolahan (17.8) (22.3) (13.2) (10.1) (4.8) (2.5) (0.7) 11 12 migas (11.6) (26.2) (17.3) (16.7) (7.4) (4.5) (2.1) 8 10 non migas (37.3) (5.1) 1.1 8.6 1.4 1.6 1.9 2 3 Listrik, Gas & Air 19.5 (2.0) 12.1 23.7 20.4 10.3 8.7 0 0 Bangunan 0.9 (16.1) 48.4 13.9 2.6 (1.8) (3.1) 7 8 Perdagangan (2.7) 6.6 7.4 1.7 5.0 3.5 5.4 13 13 Transportasi & Komunikasi 3.7 14.4 11.0 11.0 0.3 (0.5) 2.8 8 9 Keuangan dan Perbankan 19.4 (9.5) 11.8 6.0 23.9 8.1 6.4 2 2 Jasa-jasa 20.1 9.7 4.4 14.3 2.2 1.0 (0.6) 10 10

PDRB (9.6) (10.1) 1.6 (2.2) (5.2) (7.9) (8.7) 100 100

PDRB tanpa migas 1.8 1.2 7.7 7.5 4.1 2.2 3.6 71 74 Share (%) Pertumbuhan year on year (%)

Sektor

(23)

10

a. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada triwulan III-2008 diperkirakan meningkat

pertumbuhannya dibanding triwulan sebelumnya. PDRB sektor pertanian

tumbuh sekitar 7,6% (yoy) yang didorong oleh semua sub-sektor seperti

tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kecuali perikanan dan

kehutanan yang diproyeksikan menurun.

Sumbangan terbesar sektor pertanian berasal dari sub-sektor tanaman

bahan makanan. Produksi padi, jagung dan tanaman bahan makanan

lainnya menyumbang 12% terhadap total PDRB Aceh atau sekitar 43,9% dari

sektor pertanian. Tanaman perkebunan menyumbang sekitar 6%, peternakan

3%,kehutanan 2% dan perikanan 4%.

Tabel 1.6

PDRB Sektor Pertanian Prov. NAD (%)

Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q1-08 Q2-08 Q3-08

a. Tanaman Bahan Makanan 14.1 6.4 17.4 13 13 12

b. Tanaman Perkebunan 8.0 6.4 1.9 6 6 6

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 7.0 2.7 18.6 3 3 3

d. Kehutanan -3.7 -4.0 -3.7 2 2 2

e. Perikanan -14.8 -5.5 -12.5 4 4 4

Total 5.6 3.4 7.6 29 28 28

share(%) Sektor Pertanian Pertumbuhan year on year (%)

Sumber : BPS Prov. NAD * angka proyeksi BI

Produksi tanaman bahan makanan pada triwulan III/2008 diperkirakan

tumbuh pesat, yakni sekitar 17,4% dibandingkan triwulan sama tahun

lalu. Berdasarkan data BPS NAD dan Angka Ramalan II-2008, produksi padi

pada tahun 2008 diproyeksikan meningkat sekitar 0,4% (yoy) mencapai 1,54

juta ton gabah kering giling dibandingkan tahun 2007. Produksi jagung

diperkirakan sedikit turun sedangkan produksi kedelai diramalkan meningkat

(24)

Gambar 1.8

Produksi Tanaman Bahan Makanan Prov. NAD

Penyaluran kredit pertanian juga menunjukkan peningkatan. Sampai

dengan September 2008, kredit yang disalurkan pada sektor pertanian

mencapai Rp 218,3 miliar atau meningkat 29,9% (yoy) dibandingkan tahun

lalu. Hal ini menunjukkan prospek membaik pada sektor pertanian.

Gambar 1.9

Kredit Sektor Pertanian di Prov. NAD

Sumber : LBU Prov. NAD

b. Sektor Pertambangan & Penggalian

Sektor yang sempat menjadi penyumbang terbesar PDRB Aceh pada

triwulan ini mengalami penurunan melanjutkan trend sebelumnya.

Sektor pertambangan & penggalian yang didominasi oleh pertambangan 1,150,000

1,200,000 1,250,000 1,300,000 1,350,000 1,400,000 1,450,000 1,500,000 1,550,000 1,600,000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*

-20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000

Padi Jagung (axis kanan) Kedelai (axis kanan)

*) Perkiraan berdasarkan Angka Ramalan II Tahun 2008 Sumber : BPS NAD, diolah

-50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2006 2007 2008

-100% -50% 0% 50% 100% 150% 200%

(25)

12

migas diperkirakan menurun drastis sebesar -50,7% (yoy). Penurunan tersebut

menjadi penyebab turunnya PDRB Aceh.

Tabel 1.7

PDRB Sektor Pertambangan & Penggalian Prov. NAD (%)

Q1-08 Q2-08 Q3-08* Q1-08 Q2-08 Q3-08*

a.Minyak dan gas bumi -37.2 -44.5 -50.7 16 17 16

b.Penggalian 1.0 0.1 -0.8 1 1 1

Total -35.5 -42.5 -48.6 17 18 17

Sektor Pertambangan & Penggalian Pertumbuhan year on year (%) share(%)

Sumber : BPS Prov. NAD * angka proyeksi BI

Penurunan pertambangan migas tersebut disebabkan produksi gas

alam dan kondensat minyak bumi yang semakin menurun. Hal ini tidak

terlepas dari menipisnya cadangan potensial gas alam, dan untuk

meningkatkan produksi perlu dilakukan eksplorasi untuk menemukan ladang

gas baru. Data lifting gas alam di provinsi NAD sampai dengan Juni 2008

tercatat sekitar 132 juta MSCF sedangkan produksi kondensat minyak bumi

tercatat sekitar 1 juta barrel. Bila dibandingkan periode yang sama tahun

2007, produksi gas alam dan kondensat tersebut masing-masing turun sekitar

8% dan 19%. Hal tersebut juga terlihat dari ekspor migas yang juga

menunjukkan trend menurun.

Gambar 1.9

Produksi Migas di Prov. NAD

Sumber : Dirjen Energi dan Sumber Daya Mineral 452

268

508 507

379 322

281

132 602

10

5

9 9

8

5

4 3

1

-100 200 300 400 500 600 700

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 s/d Juni

08 juta MSCF

0 2 4 6 8 10 12 juta barrel Gas Bumi (Juta MSCF)

(26)

c. Sektor Industri Pengolahan

Sampai triwulan III/2008, sektor industri masih mengalami penurunan. PDRB

sektor industri turun sekitar -0,7% (yoy), yang didorong oleh turunnya industri

migas. Sebagaimana kita ketahui, sumbangan industri migas terhadap sektor

industri sangat besar, yakni hampir 80%, atau sekitar 10% terhadap total

PDRB Aceh. Industri migas Aceh yang utamanya adalah industri pengolahan

gas alam menjadi LNG yang dilakukan oleh PT. Arun terus merosot

produksinya akibat bahan baku yang sudah menipis.

Sementara industri non-migas yang utamanya berupa industri pupuk dan

industri makanan, secara perlahan mengalami pertumbuhan meskipun

rendah. Industri pupuk yang dimotori oleh PT. Pupuk Iskandar Muda masih

terus berproduksi meskipun seringkali berhenti karena tidak adanya bahan

baku gas.

Tabel 1.8

PDRB Sektor Industri Pengolahan Prov. NAD (%)

Q1-08 Q2-08 Q3-08* Q1-08 Q2-08 Q3-08*

a. Industri Migas -7.4 -4.5 -2.1 10 10 10

b. Industri Non-Migas 1.4 1.6 1.9 3 3 3

Total -4.8 -2.5 -0.7 12 13 12

Sektor Industri Pertumbuhan year on year (%) share(%)

Sumber : BPS Prov. NAD * angka proyeksi BI

d. Sektor Bangunan

Sampai dengan triwulan III/2008, sektor bangunan diperkirakan mengalami

penurunan. PDRB sektor bangunan diperkirakan turun sekitar -3,1%.

Penurunan tersebut tidak terlepas dari mulai berkurangnya proyek-proyek

bantuan perumahan baik oleh BRR maupun NGO. Meskipun pangsa sektor

bangunan ini tidak sebesar sektor migas (pertambangan dan industri migas

sebesar 26%, bangunan 8%), namun penurunan sektor bangunan

memperdalam turunnya PDRB Aceh secara keseluruhan.

Tabel 1.9

PDRB Sektor Bangunan Prov. NAD (%)

Q1-08 Q2-08 Q3-08* Q1-08 Q2-08 Q3-08*

Bangunan 2.6 -1.8 -3.1 8 8 8

Sektor Pertumbuhan year on year (%) share(%)

(27)

14

e. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pertumbuhan sektor PHR relatif tinggi selama tahun 2008. Pada triwulan

III/2008, pertumbuhannya diperkirakan sekitar 5,4%. Sektor yang

menyumbang sekitar 13,2% terhadap total PDRB, didominasi oleh bidang

perdagangan, sedangkan hotel dan restoran relatif kecil sumbangannya.

Pertumbuhan yang signifikan terjadi pada bidang restoran yang diperkirakan

tumbuh sekitar 9% (yoy), diikuti oleh perdagangan sekitar 5,3% (yoy).

Sementara pertumbuhan sub-sektor hotel diperkirakan menurun. Penurunan

tersebut tidak terlepas dari mulai berakhirnya kegiatan rehab-rekon yang

banyak mendatangkan tamu baik lokal maupun asing yang umumnya bekerja

pada NGO.

Tabel 1.10

PDRB Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Prov. NAD (%)

Q1-08 Q2-08 Q3-08* Q1-08 Q2-08 Q3-08* a. Perdagangan Besar & Eceran 4.8 3.3 5.3 13 13 13

b. Hotel -1.3 -1.9 -1.5 0.1 0.1 0.1

c. Restoran 13.0 9.8 9.0 0.4 0.4 0.4

Total 5.0 3.5 5.4 13.6 13.3 13.2

Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Pertumbuhan year on year (%) share(%)

Sumber : BPS Prov. NAD * angka proyeksi BI

f. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan

peningkatan. Pada triwulan III/2008 diperkirakan sektor ini tumbuh sekitar

2,8%. Pertumbuhan ini tidak terlepas dari pertumbuhan sub-sektor

pengangkutan terkait dengan adanya liburan sekolah dan hari raya lebaran.

Sub-sektor pengangkutan dengan pangsa 8% mengalami peningkatan

pertumbuhan sebesar 1,1% (yoy), sementara sub-sektor komunikasi dengan

pangsa 0,6% mengalami pertumbuhan yang sangat pesat mencapai 11,5%

(yoy). Pertumbuhan komunikasi tersebut dipengaruhi oleh bertambahnya

operator telekomunikasi di Aceh, baik GSM maupun CDMA, sebagaimana

(28)

Tabel 1.11

PDRB Sektor Pengangkutan & Komunikasi Prov. NAD (%)

Q1-08 Q2-08 Q3-08* Q1-08 Q2-08 Q3-08*

a. Pengangkutan -0.4 -2.6 1.1 7.5 7.7 8.0

b. Komunikasi 3.7 10.9 11.5 0.6 0.5 0.6

Total 0.3 -0.5 2.8 8.1 8.2 8.6

Sektor Pengangkutan & Komunikasi

Pertumbuhan year on year (%) share(%)

Sumber : BPS Prov. NAD * angka proyeksi BI

g. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor ini masih menunjukkan pertumbuhannya meskipun melambat. Dengan

pertumbuhan tersebut, pangsanya terhadap PDRB Aceh semakin meningkat

dari 1,9% menjadi 2%. Pertumbuhan sektor ini disokong oleh tumbuhnya

PDRB lembaga pembiayaan baik Bank maupun lembaga keuangan non-bank.

Pertumbuhan lembaga keuangan tersebut menunjukkan adanya peningkatan

kebutuhan akan pembiayaan di Aceh, baik untuk kegiatan konsumtif ataupun

usaha.

Sementara PDRB sewa bangunan menunjukkan penurunan yang cukup

signifikan. Penurunan tersebut tidak terlepas dari mulai berkurangnya NGO

asing-lokal dalam proyek rehab-rekon di Aceh. Sementara itu PDRB jasa

perusahaan menunjukkan pertumbuhan pada triwulan iniseiring

bermunculannya perusahaan-perusahaan di bidang jasa, seperti jasa konsultan

pembangunan, jasa persewaan mesin/peralatan dan jasa lainnya di Aceh.

Tabel 1.12

PDRB Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Prov. NAD (%)

Q1-08 Q2-08 Q3-08* Q1-08 Q2-08 Q3-08*

a. Bank 74.5 22.9 20.0 0.9 1.0 1.1

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 3.5 2.4 7.5 0.1 0.0 0.1

c. Jasa Penunjang Keuangan 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0

d. Sewa Bangunan -5.9 -5.5 -7.9 0.9 0.8 0.8

e. Jasa Perusahaan -3.3 -5.9 2.7 0.0 0.0 0.0

Total 23.9 8.1 6.4 1.9 1.9 2.0

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Pertumbuhan year on year (%) share(%)

(29)

16

h. Sektor Jasa-jasa

Sektor ini diperkirakan sedikit menurun. Penurunan tersebut dipicu oleh

turunnya PDRB jasa pemerintahan umum yang pangsa dominan pada sektor

ini, akibat rendahnya realisasi belanja APBD 2008. Sementara jasa swasta yang

antara lain jasa pendidikan, kesehatan, jasa bengkel dan jasa perorangan

lainnya diperkirakan tetap tumbuh meskipun tidak setinggi triwulan triwulan

sebelumnya.

Tabel 1.13

PDRB Sektor Jasa-Jasa Prov. NAD (%)

Q1-08 Q2-08 Q3-08* Q1-08 Q2-08 Q3-08*

a. Pemerintahan Umum 2.2 0.9 -0.7 8.8 8.3 8.4

b. Swasta 3.9 3.7 2.6 1.5 1.4 1.5

Total 2.2 1.0 -0.6 10.2 9.7 9.8

Sektor Jasa-Jasa Pertumbuhan year on year (%) share(%)

(30)

BAB I I

Pe r k e m ba n ga n I n fla si D a e r a h

Pada triwulan III/2008 (September), inflasi di Aceh mengalami

penurunan dibandingkan triwulan II sebelumnya. Dikota Banda Aceh,

inflasi tahunan turun dari 12,26% menjadi 10,63% (yoy). Sementara,

Lhokseumawe turun dari 10,46% menjadi 9,16% (grafik 2.1). Turunnya inflasi

di Aceh secara umum disebabkan oleh berkurangnya tekanan inflasi akibat

kenaikan harga BBM, disamping level harga di Aceh yang sudah relatif tinggi

dibandingkan rata-rata nasional. Selain itu, penurunan harga ikan segar dan

bumbu-bumbuan selama triwulan III/2008 juga ikut menurunkan laju inflasi.

Gambar 2.1

Inflasi Kota Banda Aceh (%)

Sumber : BPS Prov. NAD

Inflasi di NAD relatif lebih rendah dibandingkan nasional. Inflasi

tahunan kedua kota yakni Banda Aceh dan Lhokseumawe berada dibawah

inflasi nasional sebesar 12,14% (yoy). Rendahnya inflasi kota-kota di NAD

tersebut lebih disebabkan harga-harga di NAD sudah cukup tinggi

dibandingkan nasional2

, sehingga ruang gerak bagi kenaikan harga semakin

kecil yang tercermin dari inflasi yang lebih rendah dibandingkan nasional.

2

Inflasi 3 tahun sebelumnya yakni tahun 2005, 2006 dan 2007 untuk kota-kota di NAD termasuk yang tertinggi di Indonesia yakni 41,11%, 9,54%, dan 11% untuk Banda Aceh sedangkan untuk Lhokseumawe sebesar 17,58%, 11,47% dan 4,18%.

10.63

1.36 1.67

-10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2

2006 2007 2008

%

(31)

18

Gambar 2.2

Perbandingan Inflasi Tahunan

Sumber : BPS Prov. NAD

Disparitas (perbedaan) inflasi antara Banda Aceh dan Lhokseumawe

semakin mengecil. Bila pada triwulan II/2008, disparitas inflasi antar dua

kota tersebut sebesar 1,80% maka pada triwulan III/2008 disparitasnya turun

menjadi 1,47%. Hal tersebut mengindikasikan berkurangnya tekanan inflasi

dari faktor transportasi barang dari Medan – Banda Aceh pada rute

Lhokseumawe – Banda Aceh, dengan semakin lancarnya arus transportasi.

Gambar 2.3

Disparitas Inflasi Tahunan Banda Aceh & Lhokseumawe

Sumber : BPS Prov. NAD

2.1 BANDA ACEH

Pada triwulan III/2008, inflasi tahunan yang signifikan (diatas 10%) di

Banda Aceh terjadi pada 4 kelompok yakni kelompok bahan makanan,

kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok kesehatan.Secara

10.63

9.16 10.3

12.14

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2007 2008

%

Banda Aceh Lhokseumaw e Medan Nasional

-1 1 3 5 7 9 11 13 15 17

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2007 2008

%

(32)

umum terjadinya inflasi tinggi pada kelompok tersebut disebabkan oleh

pasokan yang terbatas dan tingginya permintaan terkait dengan hari raya

lebaran.

Dari berbagai kelompok barang/jasa tersebut, kelompok bahan

makanan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar bagi Banda

Aceh. Kebutuhan pokok seperti beras, ikan segar, bumbu-bumbuan masih

sering terkendala sejak pasca tsunami sampai sekarang. Pasokan ikan segar di

Aceh cenderung berfluktuatif karena pengaruh musim. Selain itu, tidak

adanya gudang penyimpanan ikan sementara menyebabkan tidak adanya

buffer bagi harga ikan segar ketika pasokan melimpah. Lain halnya dengan bumbu-bumbuan, supply bumbu-bumbuan untuk Banda Aceh masih

tergantung dari luar yakni dari Takengon (Aceh Tengah) dan Medan. Hal ini

menyebabkan bargaining position Banda Aceh terhadap komoditi tersebut

cukup lemah, karena harga sering ditetapkan sepihak oleh penyalur disamping

kecenderungan alami harga bumbu-bumbuan yang termasuk pada volatile

food.

Gambar 2.4

Inflasi Tahunan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa

Sumber : BPS Prov. NAD

Dari empat kelompok barang/jasa yang mengalami laju kenaikan

harga signifikan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan.

Kenaikan harga pada kelompok ini, dipengaruhi oleh naiknya biaya jasa

perawatan jasmani (salon, spa dan lainnya) sekitar 40% (yoy) selama setahun

ini. Selain itu harga barang-barang yang masuk dalam sub-kelompok

1 4 .8 0 8 .9

6 13

.3 7 1 4 .8 2 4 .9 3 2 .2 3 1 4 .4 0 0 5 10 15 20 25 30 B a h a n M a k a n a n M a k a n a n J a d i. . P e ru m a h a n … S a n d a n g K e s e h a ta n P e n d id ik a n … T ra n s p o r…

(33)

20

peralatan jasmani dan kosmetik juga menunjukkan peningkatan yang

signifikan yakni sekitar 22,01%. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya permintaan

di Banda Aceh mengingat bisnis kecantikan masih sedikit.

Bila dilihat perkembangan inflasi bulanan pada triwulan III/2008, terlihat

lonjakan inflasi tertinggi (1,67%) terjadi pada bulan September bertepatan

dengan bulan Puasa. Pada bulan Juli, inflasi Banda Aceh relatif rendah yakni

0,25% (mtm), selanjutnya pada Agustus mengalami deflasi sekitar -0,56%

(mtm). Rendahnya laju inflasi pada bulan Juli dan deflas pada bulan agustus

menunjukkan dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi mulai berkurang.

Menurut kelompok barang dan jasa, kelompok yang mengalami inflasi

tinggi akibat peningkatan pada bulan puasa antara lain, kelompok bahan

makanan, kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dengan inflasi diatas 1%.

Pada kelompok bahan makanan, kenaikan harga yang signifikan terutama

terjadi pada ikan diawetkan, sayur-sayuran, dan daging. Komoditi yang

memberikan sumbangan inflasi terbesar antara lain daging sapi, udang basah,

ikan rambe, banding dan tomat sayur. Meskipun demikian harga

bumbu-bumbuan mengalami deflasi yang cukup signifikan yakni sekitar -12,64%. Hal

ini disebabkan oleh turunnya harga cabe merah, dan bawang merah.

Pada kelompok makanan jadi, kenaikan harga terjadi pada seluruh sub

kelompok, yakni makanan jadi, minuman tidak beralkohol maupun rokok.

Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi antara lain makanan

ringan, siomay dan martabak.

Pada kelompok sandang kenaikan harga terjadi pada semua jenis sandang,

baik pakaian laki-laki, perempuan, anak maupun aksesoris lainnya. Komoditi

yang memberikan sumbangan inflasi secara dominan antara lain emas

perhiasan, sepatu, kerudung dan mukena.

Pada kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar, semua sub

kelompok mengalami inflasi. Komoditi yang dominan memberikan

sumbangan inflasi antara lain gaji tukang bukan mandor, bahan bakar rumah

(34)

Gambar 2.5

Inflasi Bulanan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa

INFLASI BULANAN 2.26 1.98 -0.76 3.78 2.75 -0.56 1.67 0.25 -0.80 (2.00) (1.00) -1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9

MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 2.44 3.87 0.21 0.24 (0.15) 0.84 0.08 0.43 3.79 (0.50) -0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9

SANDANG

0.98 0.72 0.781.32

2.32 0.64(0.36) (2.26) 3.39 (3.00) (2.00) (1.00) -1.00 2.00 3.00 4.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9

BAHAN MAKANAN 3.02 3.09 (2.71) 8.58 3.92 1.29 (1.83) 0.11 (2.17) (4.00) (2.00) -2.00 4.00 6.00 8.00 10.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1.38 0.74 0.22 0.17 0.71 2.03 0.02 1.36 0.09 -0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9

KESEHATAN -1.29 3.35 2.44 2.19 1.66 0.88 0.96 0.14 -0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 2.40 0.10 0.02 2.41 0.08 0.02 0.17 5.64 (0.83) (2.00) (1.00) -1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA

-0.280.37 0.05(0.00) 0.86 1.02 0.01 1.53 (0.20) -0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80

(35)

22

2.2 LHOKSEUMAWE

Inflasi tahunan di Lhokseumawe tertinggi terutama terjadi pada

kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar. Hal ini berbeda

dengan di Banda Aceh yang mengalami inflasi yang rendah. Perbedaan ini

terkait dengan pengaruh penurunan rehab-rekon yang terjadi di Banda Aceh,

sementara di Lhokseumawe kegiatan tersebut selama ini relatif kecil sehingga

memungkinkan terjadi kenaikan harga seperti saat ini.

Gambar 2.6

Inflasi Tahunan Lhokseumawe menurut Kelompok Barang/Jasa

Sumber : BPS Prov. NAD

Bila dilihat perkembangan bulanannya, inflasi di Lhokseumawe

mengalami peningkatan yang semakin tinggi. Pada bulan Juli, inflasi

tercatat 0,46%, kemudian naik sebesar 1,14% di bulan Agustus, dan pada

bulan september melonjak lagi sebesar 1,92% bertepatan dengan bulan

puasa.

Menurut kelompok barang dan jasa, kelompok yang mengalami inflasi

tinggi pada bulan September antara lain kelompok bahan makanan,

kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan.

Pada kelompok bahan makanan, kenaikan harga yang signifikan terjadi

pada sub kelompok bahan makanan lainnya, ikan diawetkan, daging, ikan

segar, sayur-sayuran, kacang-kacangan dan buah-buhan. Komoditi yang

memberikan sumbangan inflasi terbesar antara lain udang basah, tongkol,

jeruk nipis, daging ayam ras, daging sapi, gula pasir, kangkung, tomat sayur,

9 .9 6 1 5 .4 5 5 .9 0 5 .4 6 1 .2

5 3.30

8 .8 9 0 5 10 15 20 B a h a n Ma k a n a n Ma k a n a n Ja d i.. P e ru ma h a n … S a n d a n g Ke s e h a ta n P e n d id ik a n … T ra n s p o r…

(36)

wortel dan teri. Sama halnya dengan di Banda Aceh, harga bumbu-bumbuan

juga mengalami penurunan, antara lain cabe merah, cabe hijau, cabe rawit.

Selain itu, terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan harga

antara lain, beras, minyak goreng, dan telur ayam ras.

Pada kelompok makanan jadi, kenaikan harga terjadi pada sub kelompok

makanan jadi dan minuman tidak beralkohol, sedangkan sub-kelompok

tembakau dan minuman beralkohol relatif stabil. Komoditas yang dominan

memberikan sumbangan inflasi antara lain ayam goreng, kue basah, ikan

bakar, juice buah dan kopi manis.

Pada kelompok sandang kenaikan harga terjadi pada seluruh sub kelompok.

Sama halnya dengan di Banda Aceh, komoditi yang memberikan sumbangan

inflasi secara dominan adalah emas perhiasan.

Pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan, sub kelompok

yang mengalami inflasi adalah sub-kelompok transpor dan sub-kelompok

sarana dan penunjang transpor. Komoditi yang dominan memberikan

sumbangan inflasi antara lain angkutan dalam kota, angkutan antar kota dan

sepeda motor. Sedangkan sub kelompok komunikasi & pengiriman dan

sub-kelompok jasa keuangan relatif stabil.

Gambar 2.7

Inflasi Bulanan Lhokseumawe menurut Kelompok Barang/Jasa

INFLASI BULANAN 1.89 1.74 1.13 0.98 4.38 1.14 1.92 -0.90 0.46 -2 -1 0 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9

BAHAN MAKANAN

0.18

1.30 1.40 1.11

6.58 1.08 3.15 (0.46) (2.82) (4.00) (2.00) -2.00 4.00 6.00 8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 8.42 4.84 5.34 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK &

(37)

24

SANDANG

2.09

(1.07) 0.37

1.00 1.46

0.97

(1.22) (0.70)

1.29

(1.50) (1.00) (0.50)

-0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA

- 0.14(0.07)

0.16 0.42

(0.06)-0.61 1.89

(0.50) -0.50 1.00 1.50 2.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9

KESEHATAN

0.34

0.58 0.66 0.61 0.80

2.08

0.32 0.72

0.15

-0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN

0.59 0.02 0.04

2.14

0.160.65

1.89 7.28

(1.18) (2.00)

(1.00) -1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

(38)

BAB I I I

Pe r k e m ba n ga n Pe r ba n k a n D a e r a h

Kinerja perbankan Aceh pada triwulan ini menunjukkan peningkatan.

Indikator keuangan Bank rata-rata mengalami kenaikan, kecuali kredit BPR

Konvensional. Aset mengalami peningkatan selama triwulan III/2008 sekitar

9% (qtq) mencapai total Rp26,11 triliun. Pertumbuhan terbesar terjadi pada

pada BPR Konvensional. Peningkatan aset dipicu oleh tumbuhnya Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang sebesar 11,6% (qtq), sehingga posisinya mencapai

Rp18.93 triliun. Pertumbuhan terbesar dalam penghimpunan DPK terjadi pada

Bank Umum Konvensional yang mencapai 11,8%. Hal ini tidak terlepas dari

jumlah jaringan kantor yang mendominasi perbankan di Aceh.

Tabel 3.1.

Indikator Keuangan Perbankan Aceh

Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Nominal %

Asset (Rp Juta) 23,383,721 20,977,203 23,958,257 26,114,823 2,156,566 9.0%

BU-Konvensional 22,267,394 19,822,119 22,775,377 24,813,484 2,038,107 8.9% BU-Syariah 1,034,107 1,045,742 1,073,817 1,171,675 97,858 9.1% BPR-Konvensional 53,540 79,379 78,300 97,258 18,958 24.2%

BPR-Syariah 28,680 29,963 30,763 32,407 1,644 5.3%

DPK (Rp Juta) 18,358,308 16,625,897 16,961,632 18,932,338 1,970,706 11.6%

BU-Konvensional 17,615,711 15,931,519 16,280,726 18,203,934 1,923,208 11.8% BU-Syariah 689,173 621,686 608,831 653,978 45,147 7.4% BPR-Konvensional 33,759 53,767 54,410 55,312 901 1.7% BPR-Syariah 19,664 18,925 17,664 19,114 1,450 8.2% Kredit/Pembiayaan (Rp Juta) 6,619,908 6,510,654 8,188,111 8,862,529 674,418 8.2% BU-Konvensional 6,327,072 6,175,050 7,776,862 8,388,393 611,531 7.9% BU-Syariah 246,819 291,585 369,670 432,864 63,194 17.1% BPR-Konvensional 26,352 25,094 25,718 24,894 (825) -3.2% BPR-Syariah 15,942 15,571 15,860 16,378 518 3.3%

LDR/FDR 36.1% 39.2% 48.3% 46.8%

BU-Konvensional 35.9% 38.8% 47.8% 46.1%

BU-Syariah 35.8% 46.9% 60.7% 66.2%

BPR-Konvensional 78.1% 46.7% 47.3% 45.0%

BPR-Syariah 81.1% 82.3% 89.8% 85.7%

NPL/NPF 1.46% 2.18% 2.30% 2.45%

BU-Konvensional 1.32% 2.01% 2.14% 2.40%

BU-Syariah 1.73% 3.26% 3.52% 3.36%

BPR-Konvensional 23.87% 24.49% 25.66% 31.38%

BPR-Syariah 12.78% 12.17% 15.88% 18.04%

Pertumbuhan (qtq)

URAIAN 2007 2008

(39)

26

Sementara itu, penyaluran kredit selama triwulan III/2008, tumbuh sekitar

8,2% (qtq) mencapai Rp8,86 triliun. Pertumbuhan pemberian kredit terbesar

dilakukan oleh Bank Umum Syariah yang mencapai 17,1% (qtq), meskipun

demikian secara nominal, masih jauh dibawah Bank Umum Konvensional yang

mencapai 94,7% total kredit perbankan Aceh.

Pertumbuhan DPK yang lebih pesat dibandingkan pertumbuhan

kredit/pembiayaan menyebabkan turunnya Loan to Deposit Ratio (LDR).

LDR turun dari 48,3% menjadi sekitar 46,8% pada triwulan III/2008. Bank

yang beroperasi syariah memiliki LDR yang lebih tinggi dibandingkan Bank

yang beroperasi secara konvensional. Menurut urutannya, LDR terbesar

dimiliki oleh BPR Syariah sebesar 85,7% diikuti oleh Bank Umum Syariah

66,2%, Bank Umum Konvensional 46,1% dan BPR Konvensional 45,0%.

Rasio Non Performing Loans (NPL) Perbankan Aceh mengalami

peningkatan meskipun masih dalam batas yang wajar. Rasio NPL

tercatat sebesar 2,45% mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 2,30%. Peningkatan rasio NPL terjadi pada hampir

seluruh Bank kecuali Bank Umum Syariah. Rasio NPL Bank Umum Syariah

(atau disebut NPF/Non Performing Financing) turun dari 3,56% menjadi

3,36%. Sementara itu, rasio NPL BPR baik konvensional maupun syariah masih

belum membaik dengan tingkat NPL masing-masing sebesar 31,38% dan

18,04%.

3.1 Bank Umum Konvensional

Kinerja BU Konvensional meningkat pada triwulan III-2008 ini. Aset

tumbuh 8,95% (qtq) menjadi Rp24,81 triliun. Hal ini didorong oleh

peningkatan DPK sebesar 11,81% (qtq) sehingga mencapai Rp18,2 triliun.

Peningkatan DPK tersebut dipicu oleh melonjaknya simpanan deposito sekitar

36,8% (qtq) atau bertambah sebesar Rp1,32 triliun yang dipengaruhi oleh

kenaikan BI rate yang mendorong peningkatan suku bunga simpanan.

Penyaluran kredit juga mengalami pertumbuhan pesat. Kredit tumbuh

sebesar 7,86% (qtq) dibandingkan triwulan II sebelumnya, sehingga total

(40)

Tabel 3.2

Indikator Keuangan Bank Umum Konvensional

Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Nominal %

Asset 22,267,394 19,822,119 22,775,377 24,813,484 2,038,107 8.95%

DPK 17,615,711 15,931,519 16,280,726 18,203,934 1,923,208 11.81%

Kredit 6,327,072 6,175,050 7,776,862 8,388,393 611,531 7.86%

LDR (%) 35.92% 38.76% 47.77% 46.08%

Pertumbuhan (qtq)

URAIAN 2007 2008

Penghimpunan DPK pada triwulan ini sebagian besar berasal dari

simpanan giro. Dominasi giro pada to

Gambar

Gambar 2.1 Inflasi Kota Banda Aceh (%)
Gambar 2.2 Perbandingan Inflasi Tahunan
Gambar 2.4 Inflasi Tahunan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa
Gambar 2.5 Inflasi Bulanan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konservasi pencegahan merupakan tindakan yang lebih baik untuk dilaksanakan, karena mencegah berarti menghindari kerusakan yang mungkin akan terjadi pada cagar budaya,

 Hollow point, adalah peluru yang memiliki lubang atau cekungan pada hidungnya dengan tujuan agar bentuk peluru tersebut berekspansi melebar saat menghantam target untuk

 1) Melaksanakan Patroli Gabungan TNI/POLRI dan Manggala Agni diwilayah kecamatan Katingan Tengah dengan sasaran pencegahan kebakaran hutan dan lahan di kel. Samba kahayan kec. 

Berdasarkan analisis korelasi sederhana pergeseran kontribusi antara sektor pertanian dengan sektor industry manufaktur dan sektor perdagangan dan jasa selama kurun waktu

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

Model Pembelajaran NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa peran faktor teknologi, faktor aksesibilitas, faktor kredibilitas, dan faktor program amil zakat terhadap

Kesimpulan dari pengabdian masyarakat yang berjudul pendampingan proses produksi keripik singkong yang rendah minyak di Dusun Gumawang, Patuk Kabupaten Gunung