• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh citra merek DBL terhadap keputusan pembelian kaos olahraga basket di DBL Store Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh citra merek DBL terhadap keputusan pembelian kaos olahraga basket di DBL Store Surabaya."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CITRA MEREK DBL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KAOS OLAHRAGA BASKET

DI DBL STORE SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata

Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Siti Aisyah B07213036

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra merek DBL terhadap keputusan pembelian kaos olahraga basket di DBL Store Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala likert, yaitu skala citra merek dan skala keputusan pembelian. Skala citra merek memiliki 18 aitem setelah uji coba dengan nilai reliabilitas 0,974 sedangkan skala keputusan keputusan pembelian memiliki 22 aitem setelah uji coba dengan nilai reliabilitas 0,849. Subyek penelitian berjumlah 50 orang dari jumlah populasi yang tidak dapat di pastikan dengan kisaran angka (kuantitatif) atau disebut dengan populasi tak terhingga melalui teknik pengambilan sampling quota sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara citra merek dengan keputusan pembelian dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dalam tabel model summary, citra merek memberi pengaruh sebesar 45,6%terhadap keputusan pembelian serta dalam tabel correlation, terdapat nilai korelasi 0,675 dan arah korelasinya positif artinya semakin positif citra merek maka semakin tinggi keputusan pembelian. Hasil penelitian tambahan menunjukkan tidak terdapat perbedaan keputusan pembelian ditinjau dari jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, pendapatan, lama penggunaan produk DBL dan jarak tempat tinggal ke DBL Store.

(7)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the effect DBL brand image to purchasing decision basketball T-Shirt at DBL Store Surabaya. This research is survey research used likert of scale which is as a scale of brand image and scale of purchasing decision to collect the data. Scale of brand image has 18 aitems after being tested by reliable score 0,974 whereas scale of purchasing decision has 22 aitems after being tested by reliable 0,849. The subject of research using 50 people from can’t be count by number of population (quantitatvie) or unlimited population throogh qouta sampling tehnique. The result of this research to showed the effect of brand image to purchasing decision by having signification score 0,000 < 0,05. In summary model table, brand image showed that effective effect 45,6% to purchasing decision and the correlation table having the correlational coefisient score 0,675 and the positive correlation it means the brand image is going to positive so purchasing decision is higher. An extra result of the research showing the are no different of purchasing decision viewed from gender, age, educational degree, income, long wear DBL product, and the for addres to DBL Store

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERNYATAAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSETUJUAN………. iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

INTISARI... xiii

ABSTRACT... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1

2. Rumusan Masalah... 10

3. Tujuan Penelitian... 10

4. Manfaat Penelitian... 10

5. Keaslian Penelitian... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. KEPUTUSAN PEMBELIAN 1. Pengertian Keputusan Pembelian... 15

2. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian... 17

3. Tahap - tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian... 24

4. Peran Dalam Proses Pengambilan Keputusan Konsumen... 32

5. Struktur Keputusan Pembelian... 33

B. CITRA MEREK 1. Pengertian Citra Merek... 37

2. Membangun Citra Merek... 39

(9)

5. Kegunaan Citra Merek... 49

C. Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian... 50

D. Landasan Teoritis... 53

E. Hipotesis... 54

BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 55

2. Variabel dan Definisi Operasional... 55

3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling... 57

4. Teknik Pengumpulan Data... 59

5. Validitas dan Reliabilitas... 62

6. Analisis Data... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subyek... 71

2. Pengujian Hipotesis... 75

B. PEMBAHASAN... 85

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan... 93

2. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA... 97

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini fenomena mengenai perilaku konsumen dapat kita lihat

dalam kehidupan sehari – hari, seperti salah satu fenomena perilaku

konsumen yang sering kita lihat adalah perilaku membeli. Perilaku konsumen

dibagi atas perilaku rasional seperti membeli produk sesuai yang dimiliki,

membeli produk sesuai kualitasnya, membeli produk yang benar – benar

dibutuhkan oleh konsumen serta membeli produk yang mampu memberikan

kegunaan optimal. Namun ada juga perilaku konsumen irrasional yakni

perilaku konsumen yang dilakukan dengan tidak berdasarkan pada

pertimbangan yang baik, misalnya membeli karena tertarik pada merek,

membeli karena ada diskon, membeli karena ikut – ikutan (demonstration

effect), membeli karena tertarik iklan produk dan membeli karena ingin

mempertahankan prestise.

Perilaku konsumen adalah perilaku yang erat kaitannnya dengan

proses pengambilan keputusan pembelian, apabila suatu produk atau merek

dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen maka konsumen

tersebut akan melakukan pembelian ulang terhadap produk atau merek dari

perusahaan tersebut. Dalam melakukan pembelian ulang konsumen

mendapatkan informasi tentang preferensi atau keinginan mereka untuk

membuat keputusan akhir, apakah akan membeli atau tidak dan apakah

(11)

2

dan Kanuk (2000) bahwa prilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam

mencari sesuatu, membeli, menggunakan, mengevaluasi, membuang produk,

jasa, dan pemikiran dimana mereka berharap kebutuhan mereka akan

terpuaskan.

Konsumen mempunyai peranan penting, dimana konsumen sebagai

alat ukur dalam menentukan keberhasilan penjualan suatu barang atau jasa

dalam perusahaan (Kotler, 2005). Konsumen berperan untuk mengambil

keputusan dalam pembelian produk. Atribut produk merupakan unsur – unsur

produk yang dipandang penting oleh konsumen, salah satu dari unsur atribut

produk yaitu adanya merek (Tjiptono, 2008).

Konsumen dalam melakukan proses keputusan pembelian tidak

hanya berakhir pada transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh

perilaku pasca pembelian. Dalam tahap ini konsumen akan merasakan

dampak dari keputusan pembelian yaitu kepuasan. Konsumen yang merasa

puas atau tidak puas terhadap suatu merek, tidak terlepas dari persepsi atau

citra yang dirasakan seorang konsumen dari suatu merek (Schiffman dan

Kanuk, 2008).

Seorang konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian sangat

dipengaruhi oleh faktor psikologis sebagai individu. Faktor psikologis

konsumen tersebut dapat meliputi proses persepsi, pembelajaran, motivasi,

nilai budaya dan sikap (Chairy dan Frederica, 2010).

Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk atau

(12)

3

produk atau jasa. Evaluasi dan pemilihan yang digunakan akan menghasilkan

suatu keputusan. Pengambilan keputusan membeli merupakan keputusan

konsumen tentang apa yang hendak dibeli, berapa banyak yang akan dibeli, di

mana akan dilakukan, kapan akan dilakukan dan bagaimana pembelian akan

dilakukan (Loudon & Bitta, 1993).

Pengambilan keputusan pembelian merupakan proses

pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi

dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya (Setiadi,

2003). Pengintegrasian yang dimaksudkan adalah kegiatan untuk

mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan konsumen, agar

tercipta kerjasama yang sesuai dan saling menguntungkan. Perusahaan

memperoleh laba, dan konsumen dapat memenuhi kebutuhannya. Sedangkan

Pengetahuan adalah semua informasi konsumen mengenai berbagai macam

produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang

berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Pengetahuan konsumen

akan mempengaruhi keputusan pembelian. Apa yang dibeli, berapa banyak

yang dibeli, dimana membeli dan kapan membeli akan tergantung kepada

pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut (Engel, 1995).

Menurut Engel (1995) pengambilan keputusan pembelian

merupakan sebuah proses yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengenalan

kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif sebelum pembelian,

pembelian, konsumsi, dan evaluasi alternatif sesudah pembelian. Proses

(13)

4

bijaksana yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Berkowitz (2002) juga

mengemukakan bahwa proses keputusan pembelian merupakan tahap-tahap

yang dilalui pembeli dalam menentukan pilihan tentang produk dan jasa yang

hendak dibeli. Proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari

tahap-tahap pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian

dan perilaku purna pembelian (Nugroho, 2003).

PT. DBL Indonesia adalah sebuah perusahaan yang mengorganisir

kompetisi liga bola basket tingkat pelajar SMP dan SMA terbesar di

Indonesia. Liga ini dimulai pada tahun 2004 di Surabaya masih di bawah

naungan Deteksi (sekarang Zetizen). PT DBL Indonesia adalah anggota dari

Jawa Pos Group, jaringan media terbesar Indonesia, yang terdiri dari lebih

dari 200 surat kabar dan stasiun televisi di seluruh nusantara yang berlokasi di

gedung Graha Pena Lt. 04 Jl. A.Yani.

PT DBL Indonesia tumbuh dengan bertahap dan terus berkembang

dengan pesatnya. Liga bola basket yang di selenggarakan oleh PT. DBL

Indonesia dari tahun pertahun semakin meningkat, baik pemain maupun

penontonnya. Basket menjadi salah satu olahraga yang di gemari oleh para

pelajar sehingga hal ini pun merambah di beberapa propinsi dan kota di

Indonesia. Sejalan dengan berkembangnya para penggemar olahraga basket

tersebut, maka PT DBL membuka toko basket di Surabaya pada tahun 2014.

(14)

5

Tabel 1

Perkembangan Liga Basket 2004 – 2014

Tahun Tim Peserta Penonton

2004 96 2.788 20.000

2005 203 3.696 35.000

2006 205 4.000 45.000

2007 220 4.359 55.000

2008 631 13.221 212.341

2009 861 18.739 402.059

2010 1.087 24.404 555.179

2011 1.212 26.556 611.694

2012 1.153 24.554 616.052

2013 1.189 26.977 649.722

2014 1.028 15.520 613.642

Dengan bertambahnya peserta maupun penonton basket dari awal

berdirinya PT. DBL Indonesia maka menjadi peluang yang besar untuk PT.

DBL Indonesia untuk memiliki merek atau brand sendiri dengan nama DBL

yang ada pada produk yang diproduksinya. DBL Store menjadi toko basket

terbesar di Indonesia dalam hal ukuran dan produk yang dijual. DBL Store

memiliki ruang 365 meter persegi di dalam DBL Arena yang merupakan

arena basket terbaik di Indonesia. Terletak dekat dengan pusat kota dan

bandara, sangat mudah untuk menemukan DBL Store. Sekarang DBL Store

telah menjadi toko resmi merek-merek terkenal seperti Under Armor, Nike,

Adidas, dan Li-Ning. (www.dblindonesia.com).

Meskipun di DBL Store menjual produk – produk rmerek DBL yang

di produksi oleh PT. DBL Indonesia sendiri, namun fakta dilapangan justru

menemukan tidak sedikit konsumen yang datang untuk membeli produk –

produk dengan merek lain yang dijual di DBL Store seperti sepatu merek

(15)

6

menjadi tantangan tersendiri bagi PT. DBL Indonesia untuk lebih menjadikan

merek DBL menjadi merek yang menarik daya beli konsumen yang datang

digerai DBL Store Surabaya.

Dari survey awal yang telah dilakukan kepada 20 orang konsumen di

DBL Store Surabaya, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa 10

konsumen melakukan pembelian produk DBL dengan alasan mereka para

pemain basketball. Selain alasan tersebut, konsumen juga memberikan alasan

karena kualitas dan bahan dari produk DBL yang tidak di jual di toko

manapun. Mengenai harga yang relatif tidak murah tersebut tidak menjadi

suatu permasalahan bagi para konsumen. Sebagian dari mereka juga

mengatakan bahwa desain model yang di produksi dengan merek DBL

tersebut tidak didapati di toko lain dengan merek yang berbeda. (Data Survey

awal, 09 Desember 2016)

Citra merek menurut Loudon dan Bitta (1993), ialah persepsi

konsumen terhadap karakteristik suatu merek berdasarkan hasil pengalaman

dan pengetahuan atau kepercayaannya. Suryani (2008), menuturkan citra

suatu merek yang ada didalam benak konsumen timbul karena proses persepsi

yang pada hakikatnya merupakan proses psikologis yang dimulai dari adanya

aktivitas memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan sehingga

konsumen dapat memberikan makna atau nilai atas suatu produk. Konsumen

yang telah memiliki pencitraan positif terhadap suatu merek kemungkinan

besar akan mempengaruhi pembelian karena citra dari merek tersebut

(16)

7

memiliki kinerja, kualitas dan kredibilitas yang unggul dibanding merek lain

dalam kategori produk yang sama. Keyakinan yang tertanam dalam diri

konsumen yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh citra merek ini

dapat secara konsisten meningkatkan sikap relatif individu terhadap suatu

merek tertentu apabila secara kumulatif konsumen selalu mendapatkan

pengalaman positif selama mengkonsumsi produk atau jasa dari merek

tersebut (Rahmah. 2007).

Penciptaan suatu merek merupakan salah satu strategi pemasaran

yang penting dan perlu ditangani dengan serius. Sebab citra merek dapat

menciptakan sebuah hubungan sentimen antara konsumen dengan merek

yang berupa kepercayaan maupun rasa suka (Nicolino, 2004). Oleh karena itu

citra merek yang dibangun haruslah citra yang positif sesuai dengan harapan

konsumen. Sebab citra yang positif cenderung diterima oleh konsumen.

Selain itu Seock (2003) mengatakan bahwa semakin positif sikap seseorang

terhadap suatu toko atau merek, maka semakin tinggi pula intensi membeli

konsumen.

Masing – masing perusahaan harus memiliki strategi untuk

memenangkan konsumen dan dapat bertahan di tengah ketatnya persaingan.

Menurut Fandy Tjiptono (2007) mayoritas konsumen ritel

mempertimbangkan faktor seperti citra merek, lokasi toko, layanan, nilai

(value), kualitas dan lebih sensitif terhadap harga. Konsumen cenderung

menjadikan citra merek sebagai acuan sebelum melakukan pembelian suatu

(17)

8

yang menarik sekaligus menggambarkan manfaat produk yang sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga dengan demikian konsumen

memiliki citra yang positif terhadap merek. Harga merupakan salah satu

variabel yang sangat penting sehubungan dengan bisnis retail yang semakin

ketat. Harga produk yang murah dan terjangkau dengan daya beli konsumen

akan mempengaruhi keputusan konsumen tersebut.

Menurut Kotler dan Keller (2007) citra merek adalah persepsi dan

keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi

yang terjadi dalam memori konsumen. Sedangkan menurut Fandy (2005)

brand image merupakan deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen

tentang merek tertentu”. Sedangkan asosiasi merupakan atribut yang ada

didalam merek itu dan memiliki suatu tingkat kekuatan.

Merek DBL merupakan salah satu merek kaos olahraga basketball

yang tidak di pasarkan di toko-toko atau mall lain, hanya dipasarkan sebatas

di DBL Store di Surabaya. Merek DBL belum banyak dikenal oleh

masyarakat luas. Disamping merek tersebut belum lama di munculkan,

namun pihak dari DBL memang tidak memperjualkan produk mereka di

kalangan pasar luas. Hal tersebut namun tidak menjadi pengaruh yang besar

terhadap perkembangan bisnis yang perusahaan tersebut lakukan. Sejauh ini,

merek tersebut banyak di senangi oleh kalangan remaja tingkat SMP dan

SMA yang gemar bermain basket serta mereka yang mengikuti pelatihan

(DBL academy) yang diadakan oleh PT. DBL Indonesia. Tidak hanya dari

(18)

9

orang yang bukan pemain basket serta orang tua juga banyak menggemari

kaos dengan merek DBL tersebut. Kaos dengan merek DBL tersebut sejauh

ini hanya di pasarkan di DBL store dan dengan penjualan online saja. Namun,

merek–merek tersebut digunakan hampir di 25 kota dan di 22 provinsi di

Indonesia (Doni, HRD PT. DBL Indonesia, 05 Desember 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Vivi Alvionita Moly tahun 2014

Universitas Mulawarman yang berjudul Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas

Produk Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Nokia (Studi Kasus Toko

Mars Cell Klandasan, Balikpapan) mendapatkan hasil penelitian bahwa hasil

penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara citra merek dan

kualitas produk terhadap keputusan pembelian. Hasil ini diperkuat dengan

adanya penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (2013) yang menyatakan

bahwa dari ketiga variable yaitu kualitas produk, citra merek dan dukungan

layanan purna jual memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan

konsumen. Selain itu jurnal yang berjudul “Pengaruh atribut produk terhadap

keputusan pembelian handphone Samsung galaxy series” oleh Susanto dan

Widya (2013) menyatakan bahwa citra merek memberi pengaruh terbesar

dalam keputusan pembelian yaitu sebesar 41,5 persen serta variabel kualitas

produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 32,1 persen.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Aan Nurfitriana, Bagus

wijanarko, aditya Nanda Priyatama dengan judul Hubungan Antara Citra

Merek dan Loyalitas Merek dengan Pengambilan Keputusan Pembelian Body

(19)

10

Surakarta yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

citra merek dan loyalitas merek dengan pengambilan keputusan pembelian

pada mahasiswi Program Studi Psikologi UNS. Hasil penelitian juga

menunjukkan terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara citra

merek dengan pengambilan keputusan pembelian.

Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan diatas, penelitian ini

digunakan untuk melihat Pengaruh Citra Merek DBL terhadap keputusan

pembelian kaos olahraga basket di DBL Store Surabaya.

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : “adakah

pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian”?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh citra merek terhadap keputusan membeli.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik yang bersifat

teoritis maupun yang bersifat praktis.

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi

pengembangan ilmu psikologi industri dan organisasi. Dan memberikan

masukan secara empiris mengenai pengaruh citra merek terhadap

keputusan membeli, serta membuka jalan bagi penelitian selanjutnya.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan penting

(20)

11

perusahaan, khususnya dalam hal pembangunan citra merek. Sehingga

dapat meningkatkan penjualan terhadap merek yang dipasarkan.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Sepanjang penelusuran penulis tentang sumber-sumber yang

berkenaan dengan kajian ilmiah tentang citra merek dan keputusan

pembelian. Dan mengenai penelitian ilmiah berupa jurnal-jurnal yang telah

penulis temukan terdapat beberapa hasil dari jurnal skripsi yang dikerjakan

oleh mahasiswa dan mahasiswi diantaranya :

Vivi Alvionita Moly (2014) dengan judul “Pengaruh Citra Merek

Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Nokia

(Studi Kasus Toko Mars Cell Klandasan, Balikpapan)”. Dalam hasil

karyanya ini, teknik penentuan sampel dengan menggunakan aksidental

sampling dengan menggunakan alat ukur skala keputusan pembeliaan, skala

citra merek dan skala kualitas produk. Hasil penelitian tersebut membuktikan

bahwa terdapat pengaruh antara citra merek dan kualitas produk terhadap

keputusan pembelian, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara citra

merek dengan keputusan pembelian. Sedangkan kualitas produk dengan

keputusan pembelian memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Hasil ini

diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (2013)

yang menyatakan bahwa dari ketiga variable yaitu kualitas produk, citra

merek dan dukungan layanan purna jual memiliki pengaruh yang positif

(21)

12

Selain itu jurnal yang berjudul “Pengaruh atribut produk terhadap

keputusan pembelian handphone Samsung galaxy series” oleh Susanto dan

Widya (2013) menyatakan bahwa citra merek memberi pengaruh terbesar

dalam keputusan pembelian yaitu sebesar 41,5 persen serta variabel kualitas

produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 32,1 persen.

Penelitian Nanda Octaviana (2016) yang berjudul “Pengaruh Citra

Merek dan Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian Gadget Di Toko

Suryaphone Samarinda”.Berdasarkan hasil uji deskriptif dapat disimpulkan

bahwa keputusan pembelian di toko Suryaphone Samarinda termasuk dalam

kategori tinggi, yaitu berjumlah 60 konsumen atau sekitar 75,0%. Hal

tersebut sesuai dengan teori Kotler (2005) yang mengatakan bahwa pemilihan

dari dua atau lebih altenatif dan dianggap sebagai tindakan yang paling tepat

dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan proses pengambilan

keputusan. Penelitian ini didukung oleh konsep keputusan pembelian yang

dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2008) faktor utama yang

mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan pembelian yaitu psikologis,

pribadi, sosial, dan budaya. Selanjutnya hasil uji regresi model bertahap,

terdapat pengaruh antara citra merek dan keputusan pembelian dengan beta =

0,268, t = 2,458 dan, p = 0,016. Artinya, semakin tinggi tingkat citra merek

maka semakin tinggi pula keputusan pembelian. Data yang ditemukan

sebagaimana yang telah dikemukakan dalam hasil uji regresi bertahap

menunjukkan bahwa hipotesis (Ha) dapat diterima, karena variabel

(22)

13

Penelitian lain yang dilakukan oleh Aan Nurfitriana, Bagus

wijanarko, aditya Nanda Priyatama dengan judul “Hubungan Antara Citra

Merek dan Loyalitas Merek dengan Pengambilan Keputusan Pembelian Body

Lotion” menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara citra

merek dan loyalitas merek dengan pengambilan keputusan pembelian pada

mahasiswi Program Studi Psikologi UNS. Hasil penelitian juga menunjukkan

terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara citra merek dengan

pengambilan keputusan pembelian.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian – penelitian sebelumnya

adalah untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen, sama-sama

menggunakan variabel citra merek. Di beberapa penelitian sebelumnya, citra

merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian – penelitian

sebelumnya adalah bahwa di dalam penelitian ini menggunakan merek DBL

sebagai merek yang tidak dipasarkan di mall, mini store maupun distro

sebagai merek kaos olahraga basketball yang bersaing dengan merek-merek

lainnya, namun merek tersebut digunakan di beberapa kota dan provinsi di

Indonesia.

Penelitian ini menggunakan merek DBL dikarenakan merek tersebut

tidak banyak dikenal dipasaran khususnya di Surabaya yang memiliki DBL

Store terbesar di Indonesia, belum ada peneliti yang menggunakan merek

yang tidak begitu dikenal sebagai salah satu merek yang dapat mempengaruhi

(23)

14

merek yang terkenal dan dipasarkan di sejumlah toko atau mall. Di dalam

penelitian-penelitian sebelumnya ini, di dapati bahwa citra merek terbukti

dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Penelitian ini ingin

membuktikan apakah merek DBL yang belum banyak dikenal juga dapat

mempengaruhi keputusan pembelian.

Berdasarkan berbagai penelitian dan fakta-fakta empiris di atas,

beberapa penelitian mendapatkan kesimpulan bahwa citra merek dapat

mempengaruhi keputusan membeli, maka dalam penelitian ini, peneliti

tertarik untuk meneliti “Pengaruh Citra Merek DBL Terhadap Keputusan

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI A. KEPUTUSAN PEMBELIAN

1. Pengertian Keputusan Pembelian

Kehidupan manusia tidak lepas dari melakukan jual beli. Sebelum

melakukan pembelian, seseorang biasanya akan melakukan keputusan

pembelian terlebih dahulu terhadap suatu produk. Keputusan pembelian

merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam

pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk

yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian, menurut

Kotler & Amstrong (2001) adalah tahap dalam proses pengambilan

keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli.

Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara

langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang

ditawarkan. Definisi lain keputusan pembelian adalah keputusan pembeli

tentang merek mana yang dibeli. Konsumen dapat membentuk niat untuk

membeli merek yang paling disukai. Keputusan pembelian merupakan

suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup

penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian (Kotler

dan Amstrong, 2008).

Menurut Kotler (2005), “Keputusan pembelian adalah Suatu

tahap dimana konsumen telah memiliki pilihan dan siap untuk melakukan

(25)

16

hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa”. Kotler (2005)

juga menjelaskan yang dimaksud dengan keputusan pembelian adalah

suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari menganalisa atau

pengenalan kebutuhan dan keinginan hingga perilaku setelah pembelian.

Menurut Peter dan Olson (2000) keputusan pembelian adalah

proses mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau

lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Keputusan

pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2000) adalah pemilihan suatu

tindakan dari dua pilihan alternatif atau lebih.

Setiadi (2003), menuturkan pengambilan keputusan yang diambil

oleh konsumen dapat disebut sebagai pemecahan masalah. Dalam proses

pengambilan keputusan, konsumen memiliki sasaran atau perilaku mana

yang ingin dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut. Dengan demikian

hal ini dapat membantu memecahkan masalahnya. Selanjutnya dijelaskan

pemecahan masalah merupakan suatu aliran timbal balik yang

berkesinambungan diantara faktor lingkungan, proses kognitif dan afektif

serta tindakan perilaku. Pada tahap pertama merupakan pemahaman

adanya masalah. Selanjutnya terjadi evaluasi terhadap alternatif yang ada

dan tindakan yang paling sesuai dipilih. Pada tahap selanjutnya,

pembelian dinyatakan dalam tindakan yang pada akhirnya barang yang

telah dipilih atau ditunjuk akan digunakan dan konsumen akan melakukan

(26)

17

Pranoto (2008), juga menjelaskan perilaku pengambilan

keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian produk atau jasa

diawali dengan adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan atau

keinginan dan menyadari adanya masalah selanjutnya, maka konsumen

akan melakukan beberapa tahap yang pada akhirnya sampai pada tahap

evaluasi pasca pembelian.

Menurut Assauri (2004) Keputusan pembelian merupakan suatu

proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan

apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu

diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.

Dari beberapa pengertian pengambilan keputusan yang telah

dipaparkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keputusan

pembelian adalah suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian

yang akan menentukan dibeli atau tidaknya pembelian tersebut yang

diawali dengan kesadaran atas pemenuhan atau keinginan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Kotler (2005) menyatakan bahwa perilaku pembelian konsumen

dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut :

a. Faktor budaya

Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan

paling dalam. Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting

bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan

(27)

18

agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. Sedangkan kelas sosial

adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen,

yang tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut

nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya

mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti

pekerjaan, pendidikan, dan wilayah tempat tinggal.

b. Faktor sosial

Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh

faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status

sosial masyarakat.

1) Kelompok Acuan

Kelompok acuan seseorang terdiri atas semua kelompok di sekitar

individu yang mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak

langsung terhadap perilaku individu tersebut (Kotler, 2007).

Kelompok acuan mempengaruhi pendirian dan konsep pribadi

seseorang karena individu biasanya berhasrat untuk berperilaku

sama dengan kelompok acuan tersebut (Kotler, 2007)

2) Keluarga

Keluarga sendiri biasanya menjadi sumber orientasi dalam

perilaku. Anak akan cenderung berperilaku sama dengan orang tua

saat mereka melihat perilaku orang tua mereka mendatangkan

(28)

19

3) Peran dan status dalam masyarakat

Peranan adalah kegiatan yang diharapkan untuk dilakukan

mengacu pada orang-orang di sekellilingnya. Sedang status adalah

pengakuan umum masyarakat sesuai dengan peran yang

dijalankan. Setiap individu dan status yang disandangnya akan

mempengaruhi perilakunya (Kotler, 2007).

c. Faktor pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.

Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan,

keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep-diri

pembeli.

1) Usia dan Tahap Siklus Hidup

Individu dalam membeli barang atau jasa biasanya disesuaikan

dengan perubahan usia mereka. Pola konsumsi yang terbentuk

juga berbeda antara individu-individu yang usianya berbeda

(Kotler, 2007).

2) Pekerjaan

Pekerjaan individu tentunya ikut mempengaruhi perilaku

pembelian individu. Penghasilan yang mereka peroleh dari

pekerjaannya itulah yang menjadi determinan penting dalam

(29)

20

3) Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan pola kehidupan seseorang sebagaimana

tercermin dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup akan

sangat mempengaruhi pola tindakan dan perilaku individu (Kotler,

2007).

4) Kepribadian

Kepribadian adalah karakteristik psikologi yang berbeda dari

seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten

dan tetap terhadap lingkungannya (Kotler, 2007).

d. Faktor psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi

utama. Faktor-faktor tersebut terdiri dari motivasi, persepsi,

pembelajaran, serta keyakinan dan sikap. Kebutuhan akan menjadi

motif jika ia didorong hingga mencapai tahap intensitas yang

memadai. Motif adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong

seseorang bertindak. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh

individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi

masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki

arti. Persepsi dapat sangat beragam antara individu satu dengan yang

lain yang mengalami realitas yang sama.

1) Motivasi

Motivasi adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong

(30)

21

waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan

tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak

nyaman. Sedangkan kebutuhan yang lain bersifat psikogenis;

kebutuhan tersebut muncul dari tekanan psikologis seperti

kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan

kelompok (Kotler, 2007).

2) Persepsi

Disamping motivasi mendasari seseorang untuk melakukan

keputusan pembelian maka akan dipengaruhi juga oleh

persepsinya terhadap apa yang diinginkan. Konsumen akan

menampakkan perilakunya setelah melakukan persepsi terhadap

keputusan apa yang akan diambil dalam membeli suatu produk

(Kotler, 2007).

3) Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan

berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima

(mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir)

atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang

diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback

bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan

(31)

22

4) Keyakinan dan Sikap

Keyakinan adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang

mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan

asli, opini, dan iman (Kotler dan Amstrong, 2006). Sedangkan

sikap adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan

kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah

obyek atau ide (Kotler dan Amstrong, 2006).

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud pengambilan

dan keputusan membeli (Engel, 1994) yaitu :

a. Sikap atau pendirian orang lain

Pendirian orang lain dapat mengurangi alternatif yang disukai

seseorang. Hal ini tergantung pada dua hal, antara lain :

1) Intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang

disukai konsumen.

2) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.

b. Faktor situasi yang tidak dapat diantisipasi.

Konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas dasar

faktor-faktor seperti pendapatan keluarga, harga yang diharapkan dan manfaat

produk yang diinginkan.

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995) pengambilan

keputusan pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu berasal dari lingkungan

(32)

23

a. Faktor eksternal

Beberapa faktor dari lingkungan (eksternal) yang mempengaruhi

proses pengambilan keputusan membeli (Engel dkk, 1995) antara

lain :

1) Budaya

Aspek kebudayaan menjadi dasar nilai, keyakinan dan

tindakan konsumen dalam pengambilan keputusan membeli.

Menurut Engel dkk (1995) ada beberapa variasi dalam nilai

budaya yang mempengaruhi keputusan membeli :

a) Other oriented values

Mencerminkan pandangan masyarakat tentang hubungan

antara individu dengan kelompok (keseragaman vs eksentrik)

b) Environment oriented values

Mencerminkan pandangan masyarakat pada lingkungan fisik

yang berkaitan dengan hal–hal yang bersifat ekonomis maupun

teknis

c) Self oriented values

Mencerminkan hal–hal yang obyektif dan pendekatan hidup

dimana anggota masyarakat secara individual menemukan hal–

hal yang menyenangkan.

2) Kelas sosial

Kelas sosial mengacu pada pengelompokan orang yang

(33)

24

3) Demografi

Harrel (1986) mengemukakan bahwa perilaku konsumen

lebih menekankan pada aspek-aspek yang menetap dan mengacu

pada populasi suatu daerah yang bersifat kuantitatif seperti, usia,

pendapatan, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan dan kode

wilayah.

Sementara itu Engel dkk (1995) mengemukakan bahwa

faktor demografi yaitu status sosial ekonomi meliputi pekerjaan,

pendapatan dan kekayaan. Setiap produsen juga

memperhitungkan aspek demografi dalam menghasilkan suatu

produk.

4) Pengaruh kelompok

Kebanyakan perilaku konsumen dipengaruhi oleh

kelompok (Hasbro, dalam Engel dkk, 1995) khususnya

dipengaruhi oleh kelompok referensi, cara berpikir dan nilai yang

dianut kelompok mempengaruhi perilaku individu.

5) Keluarga

Keluarga adalah pusat pembelian yang merefleksikan

kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga yang

bersangkutan (Engel dkk, 1995)

3. Tahap – tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2005), tahapan dalam proses pengambilan

(34)

25

a. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah

atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh

rangsangan internal atau eksternal. Para pemasar perlu

mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan

mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, para pemasar

dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling sering

membangkitkan minat akan kategori yang mampu memicu minat

konsumen.

b. Pencarian informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong

untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya

kedalam dua level rangsangan. Situasi pencarian informasi yang

lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level itu orang

hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level

selanjutnya, orang itu mungkin masuk ke pencarian informasi secara

aktif : mencari bahan bacaan, menelpon teman, dan mengunjungi

toko untuk mempelajari produk tertentu. Sumber informasi

konsumen digolongkan kedalam empat kelompok :

1) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2) Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan,

(35)

26

3) Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat

konsumen.

4) Sumber pengalaman : pengenalan, pengkajian, dan pemakaian

produk.

c. Evaluasi alternatif

Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model

yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses

yang berorientasi kognitif, yaitu model tersebut menganggap

konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar

dan rasional. Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami

proses evaluasi konsumen: pertama, konsumen berusaha memenuhi

kebutuhan. Kedua, konsumen memandang masing - masing produk

sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda

dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan

kebutuhan itu. Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda

dalam memandang berbagai atribut yang dianggap relevan dan

penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut

yang memberikan manfaat yang dicarinya.

d. Keputusan pembelian

Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi

atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen

tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang

(36)

27

pembelian konsumen yaitu, faktor pertama adalah sikap orang lain.

Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai

seseorang akan bergantung pada dua hal :

1) Intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang

disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti

keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain

dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen,

konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya.

2) Faktor kedua adalah faktor sutuasi yang tidak terantisipasi yang

dapat muncul dan mengubah niat pembelian, seperti : harga

yang diharapkan, dan manfaat yang diharapkan.

Tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian di atas

menunjukkan bahwa para konsumen harus melalui seluruh urutan tahap

ketika membeli produk, namun tidak selalu begitu. Para konsumen dapat

[image:36.595.142.515.194.589.2]

melewati atau membalik beberapa tahap.

Gambar 1.Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan (Kotler, 2005)

Keputusan konsumen timbul karena adanya penilaian objektif

atau karena dorongan emosi. Keputusan untuk bertindak adalah hasil dari

serangkaian aktivitas dan rangsangan mental emosional. Proses untuk

(37)

28

Pada dasarnya pengambilan keputusan konsumen terhadap suatu

produk berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan pembeliannya.

Pembelian yang rumit dan mahal mungkin melibatkan banyak peserta

tetapi dalam proses pembelian tertentu. Konsumen harus melewati

beberapa tahap, yang dikenal dengan “model tingkat”. Model ini

menunjukkan bahwa konsumen harus melalui 5 (lima) tahapan – tahapan

dalam proses pembelian dalam sebuah produk. Menurut Kotler & Keller

(2009) tahap – tahap proses keputusan pembelian konsumen yaitu :

a. Pengenalan Masalah (Need Recognition)

Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu

masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau

eksternal. Dengan rangsangan internal, salah satu kebutuhan

maksimum dan menjadi dorongan atau kebutuhan bisa timbul akibat

rangsangan eksternal.

b. Pencarian informasi (Information search)

Ternyata, konsumen sering mencari jumlah informasi yang

terbatas. Survei memperlihatkan untuk barang tahan lama, setengah

dari semua konsumen hanya melihat satu toko, dan hanya 30% yang

melihat lebih dari satu merek peralatan. Keadaan pencarian yang

lebih rendah disebut perhatian tajam. Pada tingkat ini seseorang

hanya menjadi lebih reseptif terhadap informasi tentang sebuah

produk. Pada tingkat berikutnya, seseorang dapat memasuki

(38)

29

melakukan kegiatan online, dan mengunjungi toko untuk

mempelajari produk tersebut. Sumber informasi terdiri dari empat

kelompok, yaitu :

1) Pribadi : Keluarga, teman, tetangga, rekan

2) Komersial : Iklan, situs Web, wiraniaga, penyalur, kemasan,

tampilan

3) Publik : Media massa, organisasi pemeringkat konsumen

4) Eksperimental : Penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.

c. Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternative)

Beberapa konsep yang akan membantu dalam memahami

proses evaluasi. Pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah

kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi

produk. Ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai

sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk

menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan

kebutuhan ini. Konsumen akan memberikan perhatian terbesar pada

atribut yang menghantarkan manfaat yang memenuhi kebutuhan.

Melalui pengalaman dan pembelajaran, masyarakat

mendapatkan keyakinan dan sikap. Selanjutnya, keyakinan dan sikap

mempengaruhi perilaku konsumen. Konsumen sampai pada sikap

terhadap berbagai merek melalui prosedur penilaian atribut.

Konsumen mengembangkan sejumlah keyakinan dimana masing –

(39)

30

(expectancy-value model) pembentukan sikap menduga bahwa

konsumen mengevaluasi produk dan jasa dengan menggabungkan

keyakinan merek mereka positif dan negatif berdasarkan arti

pentingnya.

d. Keputusan Pembelian (Purchase behavior)

Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat

membentuk lima sub keputusan : merek, penyalur, kuantitas, waktu

dan metode pembayaran. Jika konsumen membentuk evaluasi merek,

dua faktor umum dapat mengintervensi antara maksud pembelian

dan keputusan pembelian, seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Langkah – langkah Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian (Kotler dan Keller, 2009)

1) Sikap orang lain

Batas dimana sikap seseorang mengurangi prefensi seseorang

untuk sebuah alternatif tergantung pada dua hal : a). Intensitas

sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai

seseorang dan b). Motovasi seseorang untuk mematuhi

Evaluasi alternatif

Niat untuk membeli

Keputusan

pembelian

Faktor situasional

yang tidak

diantisipasi

[image:39.595.138.512.262.555.2]
(40)

31

kehendak orang lain. Semakin intens sikap negatif orang lain

dan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen

semakin besar kemungkinan menyesuaikan niat pembeliannya.

2) Faktor situasional yang tidak diantisipasi

Faktor situasional yang tidak diantisipasi yang mungkin muncul

untuk mengubah niat pembelian. Prefensi dan bahkan niat

pembelian bukan faktor prediksi perilaku pembelian yang dapat

diandalkan sepenuhnya.

e. Perilaku Pasca Pembelian (Post purchase behavior)

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami konflik

dikarenakan melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar

hal – hal menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhadap

informasi yang mendukung keputusannya. Karena itu tugas pemasar

tidak berakhir dengan pembelian. Beberapa perilaku setelah

pembelian, antara lain :

1) Kepuasan pasca pembelian

Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja

anggapan produk. Jika kinerja tidak sesuai harapan, maka

konsumen kecewa, jika memenuhi harapan konsumen puas, jika

melebihi harapan konsumen sangat puas. Perasaan ini

menentukan apakah konsumen membeli produk kembali dan

membicarakan hal – hal menyenangkan atau tidak menyenangkan

(41)

32

2) Tindakan pasca pembelian

Jika konsumen puas, ia mungkin ingin membeli produk itu

kembali. Dipihak lain, konsumen yang kecewa mungkin

mengabaikan atau mengembalikan produk. Konsumen mungkin

mencari informasi yang memastikan nilai produk yang tinggi.

3) Penggunaan dan penyingkiran pasca pembelian.

Pemasar juga mengamati bagaimana pembeli menggunakan dan

menyingkirkan produk. Pendorong kunci frekuensi penjualan

adalah tingkat produksi produk. Semakin cepat pembeli

mengkonsumsi sebuah produk, semakin cepat konsumen kembali

kepasar untuk membelinya lagi.

Dari uraian indikator di atas maka peneliti mengacu pada Kotler

dan Keller (2009) yaitu pengenalan kebutuhan,pencarian informasi,

evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian.

4. Peran Dalam Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Dalam keputusan pembelian umumnya ada lima macam peranan

yang dapat dilakukan seseorang. Kelima peran tersebut meliputi, Kotler

(2005) :

a. Pemrakarsa (Initiator)

Pemrakarsa merupakan orang yang pertama kali menyadari adanya

keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide

(42)

33

b. Pemberi pengaruh (Influencer)

Merupakan orang yang memberi pandangan, nasehat, atau pendapat

sehingga dapat membantu keputusan pembelian.

c. Pengambil keputusan (Decider)

Yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian, apakah jadi

membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara membeli, atau dimana

membelinya.

d. Pembeli (Buyer)

Yaitu orang yang melakukan pembelian secara aktual (nyata)

e. Pemakai (User)

Yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa

yang telah dibeli.

5. Struktur Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian yang diambil oleh pembeli sebenarnya

merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan yang terorganisir. Menurut

Kotler (2000) setiap keputusan pembelian mempunyai struktur sebanyak

tujuh komponen. Komponen – komponen tersebut antara lain :

a) Keputusan tentang jenis produk

Konsumen dapat mengambil keputusan pembelian suatu produk atau

menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini, perusahaan

harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat

membeli suatu produk serta alternative lain yang mereka

(43)

34

b) Keputusan tentang bentuk produk

Konsumen dapat mengambil keputusan pembelian dalam suatu

produk. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu, corak,

dan sebagainya. Dalam hal ini, perusahaan harus melakukan riset

pemasaran untu mengetahui kesukaan konsumen tentang produk

yang bersangkutan agar dapat memaksimalkan daya tarik mereknya.

c) Keputusan tentang merek

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang

akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri.

Dalam hal ini, perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen

harus memilih sebuah merek dalam melakukan pembeliannya, merek

yang sudah dikenal memiliki nama akan memudahkan konsumen

dalam mengambil keputusannya.

d) Keputusan tentang penjualan

Konsumen harus megambil keputusan dimana produk tersebut akan

dibeli. Dalam hal ini produsen, pedagang besar dan pengecer harus

mengetahui bagaimana konsumen menyukai barang tersebut.

e) Keputusan tentang jumlah produk

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak

produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini,

perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan

(44)

35

f) Keputusan tentang waktu pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus

melakukan pembelian. Masalah ini menyangkut tesedianya uang

untuk membeli produk. Oleh karena itu perusahaan harus dapat

mengukur waktu produksi dan kegiatan pemasaran.

g) Keputusan tentang cara pembayaran

Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara

pembayaran produk yang akan dibeli, secara tunai atau kredit.

Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang tentang

penjual dan jumlah pembelinya. Dalam hal ini, perusahaan harus

mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya.

Menurut Kotler & Armstrong (2008) ada enam keputusan yang

dilakukan oleh pembeli, yaitu:

a) Pilihan Produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli suatu produk

atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini

perusahaan harus memutuskan perhatiannya kepada orang-orang yang

berminat membeli suatu produk alternatif yang mereka

pertimbangkan.

b) Pilihan Merek

Konsumen harus memutuskan merek mana yang akan dipilih. Setiap

(45)

36

perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah

merek.

c) Pilihan Saluran Distribusi

Konsumen harus mengambil keputusan tentang cara mana yang akan

digunakan untuk melakukan pembelian. Setiap konsumen

berbeda-beda dalam hal menentukan cara yang mana yang paling efektif

dikarenakan faktor lokasi, harga yang murah, persediaan barang yang

lengkap, kenyamanan berbelanja, keluasan tempat dan sebagainya.

d) Waktu Pembelian

Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu berbelanja atau

membeli bisa berbeda-beda, misalnya ada yang berdasarkan waktu

liburan, keperluan bisnis, mengisi waktu luang, seminar, event, dan

sebagainya.

e) Jumlah Pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak

produk yang akan dipesan pada suatu saat.

f) Metode Pembayaran

Konsumen dalam membeli produk pasti harus melakukan suatu

pembayaran. Pada saat pembayaran inilah biasanya konsumen ada

yang melakukan pembayaran secara tunai maupun menggunakan

kartu kredit. Hal ini tergantung dari kesanggupan tamu dalam

(46)

37

B. CITRA MEREK

1. Pengertian Citra Merek

Citra merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi

yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu.

Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran

atau citra tertentu yang dikaitkan kepada suatu merek, sama halnya ketika

kita berfikir tentang orang lain. Asosiasi ini dapat dikonseptualisasi

berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan, dan keunikan (Shimp, 2003).

Menurut Fandi Tjiptono (1997) citra merek (Brand Image) yakni

deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek

tertentu. Menurut (Kotler, 2008) citra merek adalah persepsi dan

keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam

asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen.

Citra merek umumnya didefinisikan segala hal yang terkait

dengan merek yang ada dibenak ingatan konsumen. Citra merek

merepresentasikan keseluruhan persepsi konsumen terhadap merek yang

terbentuk karena informasi dan pengalaman konsumen terhadap suatu

merek (Suryani, 2008).

Citra merek merupakan suatu gambaran atau kesan tentang suatu

merek yang muncul dalam benak konsumen. Penempatan suatu merek

dalam benak konsumen harus dilakukan secara terus – menerus agar citra

merek yang tercipta menjadi semakin positif bagi konsumen. Saat suatu

(47)

38

semakin diingat oleh konsumen dan akan mempengaruhi pembelian

konsumen (Musay, 2013)

Susanto (2007) menyatakan bahwa citra merek itu adalah apa

yang dipersepsikan oleh konsumen mengenai sebuah merek. Dimana hal

ini menyangkut bagaimana seorang konsumen menggambarkan apa yang

mereka pikirkan mengenai sebuah merek dan apa yang mereka rasakan

mengenai merek tersebut ketika mereka memikirkannya (Maja Hribar,

2007). Hal ini sejalan dengan penjelasan Setiadi (2003) mengenai

persepsi yang mengatakan bahwa persepsi merupakan proses dimana

seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi

untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.

Menurut Kotler (2003) citra merek adalah bagaimana suatu merek

mempengaruhi persepsi, pandangan masyarakat atau konsumen terhadap

perusahaan atau produknya. Citra merek adalah persepsi dan keyakinan

yang dipegang oleh konsumen, seperti yang dicerminkan asosiasi yang

tertanam dalam ingatan konsumen (Kotler dan Keller, 2009).

Susanto (2004) mendefinisikan bahwa citra merek adalah nama

atau simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa dan

menimbulkan arti psikologis atau asosiasi dan dibentuk dari informasi

serta pengalaman masa lalu terhadap merek. Wells, dkk dalam Novita dan

Suyasa (2009) mendefinisikan citra merek sebagai gambaran mental yang

(48)

39

elemen identifikasi : kepribadian produk, emosi dan asosiasi yang muncul

dalam bentuk konsumen.

Selain itu, dalam konsep pemasaran, citra merek yang sering

direferensikan sebagai aspek psikologis, yaitu : citra yang dibangun dalam

alam bawah sadar konsumen melalui informasi dan ekspekstasi yang

diharapkan melalui produk atau jasa (Setiawan, 2006). Untuk itulah

pembangunan sebuah citra merek, terutama citra yang positif menjadi

salah satu hal yang penting. Sebab tanpa citra yang kuat dan positif,

sangatlah sulit bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan

mempertahankan yang sudah ada, dan pada saat yang sama meminta

mereka membayar harga yang tinggi (Susanto, 2007).

Berdasarkan penjelasan, maka dapat dijelaskan mengenai

pengertian citra merek yaitu sejumlah pengalaman dan pengetahuan

mengenai suatu produk atau jasa yang tersimpan dalam pikiran

konsumen yang pada akhirnya akan dipersepsikan melalui pandangan

positif atau negatif terhadap produk atau jasa tersebut.

2. Membangun Citra Merek

Melihat betapa pentingnya sebuah citra merek dalam mendukung

kesuksesan pemasaran suatu produk telah membuat para perancang citra

merek berusaha memenuhi hasrat konsumen untuk menjadi bagian dari

kelompok sosial yang lebih besar, dipandang terhormat oleh orang lain,

(49)

40

yang harus dibangun dalam jangka panjang tidak akan sempat terbentuk

jika dalam waktu singkat produk itu rusak atau berkinerja rendah.

Menurut Dewi (2005) citra merek dapat dibangun dengan tiga

cara, yaitu :

a. Berbasis fitur, yaitu : menambahkan fitur produk dengan cara

mencocokkan suatu produk dengan hal – hal yang dianggap paling

menarik dan relevan bagi konsumen, sehingga menjadi pembangkit

asosiasi.

b. Gambaran dari pengguna, yaitu : digunakan jika sebuah merek

menciptakan citra dengan memfokuskan pada siapa yang

menggunakan merek tersebut.

c. Iklan, yaitu : bagaimana citra produk dan makna asosiatif merek

tersebut dikomunikasikan oleh iklan dan media promosi lainnya,

termasuk public relations dan event sponsorship.

Setelah tiga cara ini diterapkan, maka selanjutnya adalah

bagaimana menilai baik tidaknya suatu citra merek. Untuk mengetahui

hal tersebut, ada dua aspek dari citra merek yang harus dijadikan

pertimbangan, yaitu : bagaimana anda ingin dilihat, dan bagaimana anda

terlihat (Roger Griffin, 2006). Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa

citra dari sudut padang konsumen merupakan persepsi mereka mengenai

sesuatu, dalam hal ini merek. Sedangkan dari sudut pandang produsen,

(50)

41

itu yang menjadi tolak ukur baik tidaknya citra suatu merek dapat diukur

melalui identitas merek yang bersangkutan.

3. Faktor Terbentuknya Citra Merek

Menurut Keller (2003), terdapat tiga faktor pendukung

terbentuknya citra merek dalam keterkaitannya dengan asosiasi merek,

yaitu :

a. Favorability of brand Association/keunggulan asosiasi merek.

Salah satu faktor pembentuk brand image adalah keunggulan produk,

dimana produk tersebut unggul dalam persaingan.

b. Strength of brand association/familiarity of brand association/

kekuatan asosiasi merek.

Setiap merek yang berharga mempunyai jiwa, suatu kepribadian

khusus. Merupakan kewajiban mendasar bagi pemilik merek untuk

dapat mengungkapkan, mensosialisasikan jiwa/ kepribadian tersebut

dalam satu bentuk iklan, ataupun bentuk kegiatan promosi dan

pemasaran lainnya. Hal itulah yang akan terus menerus menjadi

penghubung antara produk/merek dengan konsumen. Dengan

demikian merek tersebut akan cepat dikenal dan akan tetap terjaga

ditengah - tengah maraknya persaingan. Membangun popularitas

sebuah merek menjadi merek yang terkenal tidaklah mudah. Namun

demikian, popularitas adalah salah satu kunci yang dapat membentuk

(51)

42

c. Uniqueness of brand association/keunikan asosiasi merek.

Merupakan keunikan - keunikan yang di miliki oleh produk tersebut.

Menurut David Aaker dalam Freddy Rangkuti (2002) citra merek

terdiri dari dua faktor utama yaitu :

a. Faktor fisik, merupakan karakteristik fisik dari merek tersebut, seperti

desain, kemasan, logo, nama merek, fungsi, dan kegunaan produk dari

merek itu.

b. Faktor psikologis, dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai dan

kepribadian yang dianggap oleh konsumen dapat menggambarkan

produk dari merek tersebut. Citra merek sangat erat kaitannya dengan

apa yang orang pikirkan, rasakan terhadap suatu merek tertentu,

sehingga dalan citra merek faktor psikologis lebih banyak berperan

dibandingkan faktor fisik merek tertentu.

Schiffman dan Kanuk yang diterjemahkan oleh Zoelkifli Kasip

(2006) menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek adalah sebagai

berikut:

a. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang

ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.

b. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau

kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk

yang dikonsumsi.

c. Kegunaan atau manfaat yang terkait dengan fungsi dari suatu produk

(52)

43

d. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani

konsumennya.

e. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi

yang mungkin dialami oleh konsumen.

f. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau

banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk

mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka

panjang.

g. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan,

kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari

produk tertentu.

4. Aspek – Aspek Citra Merek

Menurut Aaker (dalam Andrew dan Ruslim, 2012)

mengungkapkan faktor – faktor yang menjadi tolak ukur citra merek,

sebagai berikut :

a. Product Attributes

Sebuah merek dapat menimbulkan atau memunculkan atribut – atribut

tertentu pada barang atau jasa dalam pikiran konsumen yang

mengingatkan pada karakteristik merek tersebut.

b. Consumer Benefit

Sebuah merek harus bisa memberikan suatu nilai dan manfaat

tersendiri ketika konsumen membeli dan mengkonsumsi produk

(53)

44

c. Brand Personality

Merek yang memiliki seperangkat karakter personal yang akan

diasosiasikan konsumen terhadap merek tertentu.

d. User Imagery

Serangkaian dari karakteristik manusia yang terhimpun dalam suatu

asosiasi dengan ciri-ciri atau tipikal dari konsumen yang

menggunakan atau mengkonsumsi merek tersebut.

e. Organizational Association

Konsumen seringkali menghubungkan produk yang dibeli dengan

kredibilitas perusahaan pembuat produk. Hal ini kemudian

mempengaruhi persepsi terhadap sebuah barang atau jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

f. Brand Customer Relationship

Sebuah merek harus bisa menciptakan hubungan dengan

konsumennya.

Viot (2002), menjelaskan pendekatan citra merek dikembangkan

dari konsep identitas merek yang akan digunakan untuk menjelaskan

akibat dari citra merek dalam penilaian perluasan merek konsumen. Lebih

lanjut dijelaskan aspek citra merek terkait dengan unsur pribadi dan unsur

sosial dari citra merek. Citra merek memiliki empat aspek, yaitu :

a. Kepribadian merek (brand personality)

Kepribadian merek adalah sekumpulan karakteristik manusia yang

(54)

45

Kepribadian merek ini meliputi rasa bangga, keramahan, dan

kompetensi.

b. Nilai Merek (brand value)

Nilai adalah prinsip dasar yang mengatur perilaku merek (brand

behavior) (Kapferer dalam Viot, 2002). Nilai merek ini meliputi

manfaat, sosial, hedonis dan etikal.

c. Hubungan merek-konsumen (brand-consumer relationship)

Hubungan merek-konsumen adalah merek yang dianggap sebagai

sesuatu yang aktif, yang berkontribusi dalam hubungan dua arah

antara individu dan merek (Fournier dalam Viot, 2002). Hubungan

merek-konsumen ini meliputi dominasi merek, pendidikan dan

stimulasi.

d. Citra pengguna (User Image)

Citra pengguna adalah sekumpulan karakteristik manusia yang

dihubungkan dengan ciri khas pengguna dari suatu merek. (Plummer

dalam Viot, 2002). Citra pengguna ini meliputi pemimpin, orientasi

sosial, stabilitas emosi dan dinamis.

Menurut (Ferrinadewi, 2008) terdapat 3 komponen penting

dalam konsep Citra merek :

a. Brand Association

Merupakan tindakan yang dilakukan konsumen untuk membuat suatu

asosiasi berdasarkan pengetahuan dan pengalamaan konsumen akan

(55)

46

pengalaman. Menentukan harga sangat mempengaruhi citra merek

suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen.

b. Brand Values

Merupakan tindakan yang dilakukan konsumen dalam memilih suatu

merek. Dan nilai-nilai tersebut menjadi pedoman dalam memilih suatu

merek.

c. Brand Positioning

Merupakan tindakan yang dilakukan pemasar untuk membuat citra

yang baik dalam suatu pemasaran agar mendapatkan posisi yang jelas

dan baik dimata target pasar.

Menurut (Keller, 1993) mendefinisikan citra merek sebagai

persepsi mengenai sebuah merek sebagaimana direfleksikan oleh

asosiasi merek yang terdapat dalam benak konsumen. Citra merek

terdiri dari komponen-komponen:

a. Attributes (Atribut)

Merupakan pendefinisian deskriptif tentang fitur-fitur yang ada dalam

produk atau jasa.

1) Product related attributes (atribut produ

Gambar

tabel correlation, terdapat nilai korelasi 0,675 dan arah korelasinya
Tabel 1
Gambar 1.Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan (Kotler, 2005)
Gambar 2. Langkah – langkah Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian (Kotler dan Keller, 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mereka tidak dapat mengerti dan tidak dapat menerima bahwa Mesias datang dari suatu keluarga miskin dan yang mengajarkan tentang cinta kasih, perdamaian, kerendahan hati

10/16 Yayasan Al Haya TK Nurul Athfal 1 ABA Pertiwi Masjid Al Hawi.. 1

Sehingga tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis tingkat perkembangan wilayah Kabupaten Purwakarta tahun 2003 hingga 2014; (2) menganalisis perubahan tutupan

Pada hari kedua ret ret , beliau mengingat kan dan menekankan kepada kami – pesert a ret ret , bahwa pada kenyat aannya sekarang ini pola pikir kit a berlawanan dengan realit

Jika hal ini dikaitkan dengan poster sebagai salah satu konten visual maka penting bagi poster untuk memiliki visual yang menarik dan juga syarat akan makna,sehingga

Dengan menggunakan strategi pendekatan yaitu, menggunakan media luar ruang dapat mempermudah strategi pengenalan diri caleg PKB agar lebih dikenal masyarakat dan caleg PKB

Salah satu solusinya adalah dengan sistem outsourcing, dimana dengan sistem ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia (SDM) yang bekerja

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran dan belajar dari