• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode sorogan dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode sorogan dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE SOROGAN DIPADU DENGAN

TEAM TEACHING PADA MODEL PEMBELAJARAN

LANGSUNG SEBAGAI ALTERNATIF DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

SKRIPSI

Oleh:

LESTARI NINGSIH NIM D94213111

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PMIPA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

PENERAPAN METODE SOROGAN DIPADU DENGAN TEAM TEACHING PADA MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG SEBAGAI ALTERNATIF

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Oleh:

LESTARI NINGSIH ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana kemampuan guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran, bagaimana respon guru dan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran, apa saja kendala yang dialami saat pelaksanaan pembelajaran, dan upaya untuk mengatasi kendala saat pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika.

Untuk menjawab pertanyaan diatas peneliti membuat perangkat pembelajaran berupa RPP beserta LKS yang disesuakan dengan materi yang disepakati yaitu sub bab aturan sinus dan cosinus. Adapun instrumen pada penelitian ini adalah: (1) Lembar observasi kemampuan guru dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran dengan mengacu pada RPP yang telah dibuat dan disepakati, (2) Lembar angket respon guru dan siswa untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, (3) Lembar tes ketuntasan hasil belajar siswa untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran, dan (4) Pedoman wawancara kepada guru dan siswa yang digunakan untuk mengetahui kendala yang dialami saat pelaksanaan pembelajaran serta upaya yang ditawarkan sebagai solusi mengatasi kendala yang dialami saat pelaksanaan pembelajaran menggunkan metode sorogan dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung.

Kesimpulan dari rangkaian kegiatan diatas diperoleh dengan data yang telah dikumpulkan peneliti yaitu: (1) Kemampuan guru dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran secara umum masuk dalam kategori baik dengan skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,675; (2) respon guru dan siswa setelah mengikuti pembelajaran dikategorikan baik dengan mendapatkan persentase rata-rata masing-masing adalah 71,112% dan 78,223%; (3) ketuntasan hasil belajar siswa dikategorikan tuntas dengan presentase klasikal 76,67%; (4) ada 3 kendala yang dialami yaitu: (a) pengondisian siswa saat pelaksanaan metode sorogan, (b) pembagian waktu saat metode sorogan, dan (c) terbatasnya waktu dalam pelaksanaan metode sorogan, dan (5) upaya yang ditawarkan adalah: (a) memberikan tugas kepada siswa sembari menunggu giliran maju, (b) mendahuluan siswa yang dirasa kemampuan pemahamannya kurang dan menyesuaikan waktu untuk masing-masing siswa, dan (c) membagi 30 siswa dalam dua kelompok, dimana kelompok pertama (15 siswa) menngikuti metode sorogan pada pertemuan pertama dan kelompok kedua (15 siswa) pada pertemuan kedua.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……….... iv

KATA PENGANTAR ... v

PERSEMBAHAN... vii

MOTTO ………...…… viii

ABSTRAK ………..…. ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Sorogan ... 8

B. Pelaksanaan Metone Sorogan... 8

C. Pengertian Metode Team Teaching ... 9

D.Pelaksanaan Metode Team Teaching ... 10

E. Pengertian Model Pembelajaran ... 11

F. Model Pembelajaran Langsung ... 12

G.Metode Sorogan Dipadu dengan Team Teaching pada Model Pembelajaran Langsung ... 17

H. Pembelajaran Matematika ... 24

I. Alternatif dalam Pembelajaran Matematika ... 26

J. Penerapan Metode Sorogan Dipadu dengan Team Teaching pada Model Pembelajaran Langsung Sebagai Alternatif dalam Pembelajaran Matematika ... 27

K.Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Perencanaan Pembelajaran ... 28

(10)

M.Pengertian Ketuntasan Hasil Belajar ... 30

N.Pengertian Kendala dan Upaya untuk Mengatasinya.. 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

C. Rancangan Penilian... 32

D.Prosedur Penelitian ... 33

E. Perangkat Pembelajaran ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G.Instrumen Penelitian ... 38

H.Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Perencanaan Pembelajaran ... 45

B. Data Angket Respon Guru dan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 49

C. Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 56

D.Data Hasil Wawancara ... 58

E. Kendala yang Dialami Saat Pelaksanaan Pembelajaran dan Upaya untuk Mengatasinya ... 69

BAB V PEMBAHASAN A. Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Perencanaan Pembelajaran ... 72

B. Respon Guru dan Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran……….. 73

C. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa... 74

D.Kendala Saat Pelaksanaan Pembelajaran ... 74

E. Upaya untuk Mengatasi Kendala yang Dialami ... 75

BAB VI PENUTUP A. Simpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak zaman penjajah, Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Eksistensi pondok pesantren telah lama mendapat pengakuan masyarakat, karena pondok pesantren ikut terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak hanya dalam segi moril namun ikut pula memberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik di pesantren disebut santri yang umumnya menetap di pesantren. Tempat di mana para santri menetap di lingkungan pesantren disebut dengan istilah pondok. Dari sinilah timbul istilah Pondok Pesantren1.

Salah satu kekhasan pada Pondok pesantren adalah metode pembelajarannya. Di Pondok pesantren memiliki beberapa metode pembelajaran yang unik dan tentunya hanya dapat kita jumpai di lingkungan Pondok Pesantren tersebut. Salah satunya adalah metode pembelajaran sorogan.

Merode sorogan disebut juga sebagai cara mengajar perindividu yaitu setiap santri mendapat kesempatan tersendiri untuk memperoleh pembelajaran secara langsung dari Kiyai atau Ustazd.2 Metode sorogan ini biasanya di samping di pesantren

juga dilangsungkan di langgar, masjid atau terkadang malah di rumah-rumah. Penyampaian pembelajaran kepada santri secara bergilir ini biasanya dipraktekkan pada santri yang jumlahnya sedikit3.

1 Kementrian Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Kementrian

Agama RI, 2003), 1.

2Fa’uti Subhan, Membangun Sekolah Unggulan Dalam Sistem Pesantren. (Surabaya:

Alpha, 2006), 8.

3 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

(12)

2

Ada beberapa kelebihan yang dimiliki metode sorogan ini, salah satunya adalah dengan cara santri menghadap Kiyai atau Uztadz secara individual untuk menerima pelajaran secara langsung maka kemampuan santri dapat terkontrol oleh Kiyai atau Uztadz tersebut sehingga memungkinkan Kiyai atau Uztadz mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid/santri dalam menguasai pelajaran4.

Selain itu metode sorogan ini juga merupakan metode pembelajaran yang sangat bermakna karena santri akan merasakan hubungan yang khusus ketika berlangsung kegiatan pembelajaran di hadapan kiyai. Mereka tidak saja senantiasa dapat bimbingan dan diarahkan tetapi dapat dievaluasi perkembangan kemampuanya5.

Meskipun Metode sorogan ini memiliki kelebihan, namun tentunya metode ini juga memiliki kekurangan, salah satu kekurangan dari metode ini adalah penerapan metode sorogan memerlukan lebih banyak waktu dibandingkan metode-metode lainnya, atau bisa diartikan bahwa menggunakan metode sorogan ini akan memerlukan waktu yang panjang dalam proses pembelajaran. Dalam artian, karena metode sorogan ini merupakan pembelajaran perindividu, maka setiap siswa memiliki giliran untuk menghadap ke guru secara satu-satu, sehingga dengan adanya hal tersebut tentunya akan memakan banyak waktu.

Karena penerapan metode sorogan ini memerlukan banyak waktu, maka belum ada sekolah formal yang mengadopsi metode sorogan ini dalam pembelajaran di kelas formal khususnya pada pembelajaran matematika.

Dengan adanya fakta tersebut, peneliti tertarik untuk menerapkan metode sorogan tersebut dalam pembelajan matematika di sekolah formal seperti halnya sekolah negeri yang sama sekali belum mengenal metode sorogan sebelumnya. Penerapan ini bertujuan untuk mengenalkan metode sorogan di lingkungn sekolah negeri bahwasannya metode asal pesantren juga bisa diterapkan dalam pembelajaran sekolah formal. Selain itu penerapan yang akan dilaksanakan juga bertujuan untuk

4 Kementrian Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Kementrian

Agama RI, 2003), 38

(13)

3

menjadikan metode sorogan ini sebagai alternatif baru dalam pembelajaran bagi siswa maupun guru di sekolah negeri, khususnya pada pembelajaran matematika.

Sebelum penerapan metode sorogan dalam pembelajaran matematika di sekolah, perlu adanya solusi untuk mengatasi kelemahan dari metode sorogan itu sendiri. Seperti halnya yang sudah diulas di atas bahwa kelemahan dari metode sorogan ini adalah masalah waktu, yaitu memerlukan waktu yang panjang dalam pelaksanaannya. Maka dari itu untuk mengatasi hal tersebut peneliti mencoba meadukan metode sorogan ini dengan metode lain yang bisa mengatasi kelemahan dari metode sorogan, yaitu dengan metode team teaching.

Metode team teaching ini merupakan metode pembelajaran yang dilakukan oleh lebih dari satu guru dengan pembagian peran dan tanggungjawab masing-masing6. Oleh sebab itu penggunaan

metode team teaching ini dirasa bisa mengatasi kelemahan dari metode sorogan yang memerlukan waktu panjang tadi. Dengan adanya beberapa guru, maka pelaksanaan metode sorogan akan lebih mudah dan tidak lagi memerlukan waktu yang panjang.

Setelah menemukan solusi dari kelemahan metode sorogan, peneliti juga memilih model pembelajaran yang dianggap sesuai dalam penggunaan metode sorogan dan team teaching tadi, yaitu model pembelajaran langsung atau sering dikenal dengan direct instruction. Model pembelajaran langsung ini merupakan metode yang memiliki karakteristik mirip dengan metode sorogan dan team teaching tadi, yaitu berpusat pada guru dengan cara pembelajaran yang deduktif. Sehingga dengan adanya hal tersebut peneliti memilih model langsung ini sebagai model yang akan melengkapi dalam penerapan metode sorogan dan metode team teaching tadi.

Berdasarkan ulasan diatas maka peneliti akan melakukan penelitian yang diberi judul “ Penerapan Metode Sorogan Dipadu dengan Team Teaching pada Model Pembelajaran Langsung Sebagai Alternatif dalam Pembelajaran Matematika”.

6Arief Hari Sutopo, Skripsi: “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran TeamTeaching

(14)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis memfokuskan pada permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan guru dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika? 2. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap penerapan metode

sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model

pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika?

3. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika?

4. Apa saja kendala yang dialami saat penerapan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika? 5. Bagaimana upaya dalam mengatasi kendala penerapan metode

sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model

pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model

pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika.

2. Untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap penerapan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika.

(15)

5

dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika. 4. Untuk mengetahui kendala yang dialami saat penerapan metode

sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model

pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika.

5. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi kendala penerapan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Siswa : Sebagai sarana yang dapat membantu siswa dalam memahami materi aturan sinus dan cosinus, khususnya pada siswa yang dijadikan sebagai subjek.

2. Guru: Khususnya guru matematika sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar.

3. Mahasiswa: Dapat menjadi motivator bagi mahasiswa lain untuk mengembangkan penelitian lebih luas sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran matematika di sekolah.

4. Peneliti: Untuk mendapatkan gambaran yang jelas akan fakta dilapangan terutama yang berkaitan dengan penggunaan dua metode yang diterapkan dalam satu model pembelajaran.

E. Batasan Penelitian

Agar permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini tidak melebar pembahasannya maka peneliti memberikan batasan penelitian sebagai berikut :

1. Materi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada materi trigonometri dengan mengambil sub pokok bahasan Aturan Sinus dan Cosinus.

(16)

6

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah – istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka istilah yang perlu didefinisikan adalah sebagai berikut:

1. Penerapan dalam penelitian ini adalah suatu pelaksanaan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung.

2. Metode sorogan merupakan salah satu metode pembelajaran yang ada di pesantren. Metode sorogan dalam penelitian ini berarti metode pembelajaran yang mana guru memberikan pengarahan langsung kepada siswa secara individual dalam latihan terbimbing dan mengecek pemahaman siswa serta memberikan umpan balik.

3. Metode team teaching ialah salah satu metode pengajaran sebuah mata pelajaran yang dilakukan oleh lebih dari seorang guru dalam satu kelas. Dalam penelitian ini, metode team teaching yang digunakan dengan 3 guru matematika yang mana masing-masing guru memiliki tugas yang sudah ditentukan sebelumnya.

4. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif. Model pembelajaran langsung di sini memiliki 5 tahap dalam proses pembelajaran, yaitu : orientasi, presentasi/demonstrasi, latihan terbimbing, mengecek pemahaman siswa/memberikan umpan balik dan latihan mandiri.

5. Alternatif dapat diartikan sebagai pilihan diantara dua atau tiga kemungkinan. Alternatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pilihan baru atau cara baru dalam pembelajaran matematika yang diterapkan disekolah formal yaitu pemilihan metode pembelajaran pesantren yaitu metode sorogan yang dipadu dengan metode team teching pada model pembelajaran langsung.

6. Pembelajaran matematika adalah suatu upaya meningkatkan peranan siswa dalam mengkonstruksi konsep-konsep matematika dengan kemampuannya sendiri sedemikian hingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai.

(17)

7

kecakapan dalam melakukan tugas-tugasnya sebagai seorang guru saat melaksanakan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung.

8. Respon adalah suatu tanggapan dari seseorang terhadap rangsangan yang diberikan baik berupa pertanyaan, informasi, pernyataan atau kegiatan yang diberikan, diketahui, dilakukan, dilihat atau didengar oleh seseorang tersebut. Dalam penelitian ini respon yang diambil adalah respon guru dan siswa terhadap penerapan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung.

9. Ketuntasan hasil belajar siswa adalah tingkat tingkat pencapaian pembelajaran yang ditunjukkan oleh penguasaan atau daya serap terhadap materi pembelajaran tertentu.

10.Kendala adalah hambatan yang dialami oleh guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran serta hambatan yang dialami siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Metode Sorogan

Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan Kiyai atau pembantunya (Badal atau asisten Kiyai). Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang Kiyai/Ustadz, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduannya1. Selain itu sorogan juga

merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan peroragan (individual), di bawah bimbingan Kiyai atau Ustadz.

Di Pondok Pesantren, sasaran metode ini adalah kelompok santri pada tingkat rendah yaitu mereka yang baru menguasai pembacaan Al-Qur’an ataupun Kitab Kuning. Melalui metode ini, perkembangan intelektual santri dapat ditangkap Kiayi secara utuh. Beliau dapat memberikan bimbingan secara penuh kejiwaan sehingga dapat memberikan teknan pengajaran kepada santri tertentu atas dasar observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar kapasitas santri. Sebaliknya, penerapan metode sorogan ini menuntut kesabaran dan keuletan pengajar. Santri dituntut memiliki disiplin tinggi. Di samping itu penerapan metode ini membutuhkan waktu yang lama, yang berarti pemborosan waktu, kurang efektif dan efisien.

B. Pelaksanaan Metode Sorogan

Pelaksanaan metode sorogan ini dapat digambarkan sebagai berikut, santri berkumpul di tempat pengajian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan masing-masing santri membawa kitab yang hendak dikaji. Seorang santri yang mendapat giliran menghadap langsung secaara tatapmuka kepada Kiayi. Kemudian ia membuka bagian yang akan dikaji dan meletakkannya diatas meja yang telah tersedia di hadapan Kiayi. Kyai atau Ustadz membaca teks dalam kitab itu baik sambil melihat ataupun tidak jarang secara hafalan dan kemudian memberikan artinya dengan menggunakan

1 Kementrian Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Kementrian

(19)

9

bahasa jawa. Panjang atau pendeknya yang dibaca sangat bervariasi tergantung kemampuan santri. Santri dengan tekun mendengarkan apa yang dibacakan Kyai atau Ustadz dan mencocokkannya dengan kitab yang dibawanya. Selain mendengarkan, santri melakukan pencatatan atas: pertama, bunyi ucapan teks arab dengan memberikan pemberian harokat (syakal) terhadap kata-kata arab yang ada dalam teks kitab. Pensyakalan itu juga sering juga disebut “pendhabitan” (pemastian harokat), meliputi semua huruf yang ada baik huruf awal, tengah maupun akhir. Kedua, menuliskan arti setiap kata yang ada dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah langsung di bawah setiap kata arab, dengan menggunakan huruf “Arab Pegon”2.

Santri kemudian menirukan kembali apa yang dibacakan Kiayi sebagai mana yang telah diucapkan Kiayi sebelumnya. Kegiatan ini biasanya ditugaskan oleh Kiayi untuk diulang pada pengajian selanjutnya sebelum dipindahkan pada pelajaran selanjutnya3.

Kiayi atau Ustadz mendengarkan dengan tekun pula apa yang dibacakan santrinya sambil melakukan koreksi-koreksi seperlunya. Setelah tampilan santri dapat diterima, tidak jarang juga Kiayi memberikan tambahan penjelasan agar apa yang dibaca oleh santri dapat lebih dipahami4.

Metode pembelajaran ini termasuk metode pembelajaran yang sangat bermakna karena santri akan merasakan hubungan yang khusus ketika berlangsungnya kegiatan pembacaan kitab dihadapan Kiayi atau Ustadz. Mereka senantiasa dapat dibimbing dan diarahkan cara membacanya serta dapat dievaluasi perkembangan kemampuannya.

C. Pengertian Metode Team Teaching

Team teaching berasal dari kata team dan teaching. Team berarti suatu kelompok yang beranggotakan beberapa orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Sedangkan teaching berasal dari kata teach yang ditambah akhiran –ing yang berarti pengajaran. Dengan demikian , team teaching diartikan sebagai metode pembelajaran dengan cara menyajikan

2 Kementrian Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Kementrian

Agama RI, 2003), 38.

(20)

10

bahan pelajaran yang dilakukan bersama oleh dua orang atau lebih kepada sekelompok siswa untuk mencapai tujuan pengajaran5.

Definisi dari team teaching juga diungkapkan oleh Murtiningsih yang menyatakan bahwa: “ metode team teaching adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas”6.

Pendapat lain mengenai team teaching juga diungkapkan oleh Ahmadi dan Prasetya yang menyatakan bahwa team teaching (pengajaran beregu) adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa orang. Tim pengajar atau guru yang menyajikan bahan pengajaran yang berbeda dengan tujuan yang sama. Para guru tersebut bersama-sama menyiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Pelaksanaanya bisa dilaksanakan secara bergilir dengan metode ceramah atau bersama-sama dengan metode diskusi7.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian team teaching di atas, maka dapat ditarik kesimpulan dari pengertian team teaching adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan oleh lebih dari satu guru (dua atau lebih) untuk mengajar dengan tujuan pembelajaran yang telah disepakati bersama dan perencanaan, pelaksanaan serta pengevaluasiannya dilakukan secara bersama. Selain itu masing-masing dari pengajar tersebut juga mempunyai tugasnya masing-masing.

D. Pelaksanaan Metode Team Teaching

Secara garis besar, pelaksanaan metode team teaching terbagi menjadi dua, yaitu semi team teaching dan team teaching penuh. Sesuai yang dijelaskan oleh Soewalni S, semi team teaching yaitu sejumlah guru mengajar mata pelajaran yang sama di kelas yang berbeda. Perencanaan materi dan metode disepakati dan dirumuskan secara bersama. Bentuk semi team teaching yang kedua yaitu satu

5 Lily Nurkhafifah, Skripsi: “Model Team Teaching Dalam Pembelajaran Fiqih”,

(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2009), 9.

6 Martiningsih. http://martiningsih.blogspot.com/2007/12/team-teaching.html. Team

Teaching. 2007. (17 November 2016).

7Arief Hari Sutopo, Skripsi: “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran TeamTeaching

(21)

11

mata pelajaran yang disajikan oleh sejumlah guru secara bergantian dengan pembagian tugas, materi dan evaluasi oleh guru masing-masing. Bentuk ketiga dari semi team teaching yaitu satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru dengan mendesain siswa secara berkelompok.8

Jenis yang kedua adalah team teaching penuh, yaitu satu tim pengajar yang terdiri dari dua orang guru atau lebih, didalam waktu dan kelas yang sama, dan dengan pembelajaran mata pelajaran/materi tertentu. Dalam jenis team teaching penuh ini, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara bersama dan sepakat9.

Untuk penerapan metode team teaching yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan team teaching penuh, dimana nantinya ada tiga guru yang mengajar di satu kelas yang sama dengan materi yang sama pula dan dalam satu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

E. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melakukan aktivitas pembelajaran10. Joyce dan Weil berpendapat bahwa model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain11.

Dalam suatu model pembelajaran bukan hanya terfokus pada apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, sistem sosial yang diharapkan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu pemilihan

8 Khoiruddin, Skripsi: “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dengan Metode Sorogan Dan Team Teaching Pada Materi Bilangan Di Kelas Vii B Mts Nurul Jadid Sidayu Gresik” (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), 21.

9 Ibid.

10 Trianto Ibnu Badar Al-Tabani, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif

(Jakarta: Prenada Media Group,2011), 23.

11 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:

(22)

12

model pembelajaran sangatlah penting guna tercapainya iklim pembelajaran aktif yang bermakna guna mencapai tujuan dalam pembelajaran tersebut12.

F. Model Pembelajaran Langsung

1. Pengertian Model Pembelajaran Langssung

Dalam terjemahan bahasa Indonesia, direct instruction adalah pembelajaran langsung. Dalam pendidikan, model ini sering disebut dengan Model Pembelajaran Langsung (MPL)13.

Model pembelajaran langsung adalah “pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah”14. Pembelajaran langsung merupakan suatu model

pembelajaran yang cocok apabila guru menginginkan siswa-siswanya belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sesuatu. Pengetahuan Prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Menurut Arends “A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion. For our purpose here, the model is labeled the direct intruction model”15. Pendapat lain dikemukakan oleh

Rosdiani, Ia menyatakan bahwa model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas informasi materi ajar16.

12 Khoiruddin, Skripsi: “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dengan Metode Sorogan Dan Team Teaching Pada Materi Bilangan Di Kelas Vii B Mts Nurul Jadid Sidayu Gresik” (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), 8.

13 Sofiyah, Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 13-14

14 Soeparman Kardi, Model Pembelajaran Langsung, (Surabaya: DEPDIKNAS, 1999), 2. 15 Sofiyah, Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 13-14.

16Elpian Sori, Skripsi: “Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Media Video

(23)

13

Dari beberapa pendapat diatas mengenai pengertian dari pembelajaran langsung yang sering dikenal dengan istilah direct instruction, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran langsung adalah model pembelajarana yang dilakukan guru secara langsung dalam mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan secara langsung kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur serta dengan latihan-latihan yang dapat menunjang pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan.

Model pembelajaran langsung ini diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan belajar mengajar untuk guru dan siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh dapat meningkat dengan baik pula.

2. Ciri-ciri dari Pembelajaran Langsung

Menurut Kardi dan Nur, menjelaskan bahwa gambaran umum model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut:17

a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa dan termasuk prosedur penilaian hasil belajar,

b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, dan

c. Sistem pengelolahan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

3. Sintak Model Pembelajaran Langsung

Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil, model pembelajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting. Kelima fase tersebut adalah fase orientasi, fase presentasi atau demonstrasi, fase latihan terbimbing, fase mengecek pemahaman siswa/memberikan umpan balik dan fase latihan mandiri, yang membutuhkan peran berbeda dari pengajar. Berikut ini penjelasan lebih lanjut tentang lima fase pada pembelajaran langsung 18.

17 Soeparman Kardi, Model Pembelajaran Langsung, (Surabaya: DEPDIKNAS, 1999), 3. 18Wawan Setiawan, Eka Fitrajaya dan Tri Mardiyanti, “Penerapan Model Pengajaran

(24)

14

Tabel 2.1.

Lima Fase Model Pembelajaran Langsung

Fase Peran Guru

Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Menjelaskan tujuan

pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran,

pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

Fase 2 Presentasi dan demonstrasi

Demonstrasi dan penyajian informasi dengan benae, tahap demi tahap.

Fase 3 Membimbing pelatihan

Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik.

Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks.

Kelima fase dalam Model Pembelajaran Langsung diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

 Fase 1

a. Menyampaikan Tujuan

(25)

15

isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap19.

b. Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari20.

 Fase 2

a. Presentasi

Hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk meberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar siswa21.

Dalam presentasi ini guru harus menganalisis keterampilan yang komplek menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah22.

b. Demonstrasi

Agar dapat mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan berhasil, guru perlu dengan sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya23.

 Fase 3

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung

19 Trianto Ibnu Badar Al-Tabani, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif

(Jakarta: Prenada Media Group,2011), 99.

20 Ibid.

21Ibid, halaman 100.

22 Sofiyah, Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 19.

23 Trianto Ibnu Badar Al-Tabani, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif

(26)

16

dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep atau keterampilan pada situasi yang baru24.

Menurut Kardi dan Nur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan25 :

 Menguasai siswa melakukan latihan singkat dan bermakna;

 Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep/keerampilan yang dipelajari;

 Hati-hati terhadap pelatihan yang berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan terus menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa; dan

 Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.

 Fase 4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik merupakan tahap yang sering disebut sebagai tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa, dan guru memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan aspek penting dalam pengajaran langsung, karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa. Guru dapat mengguakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik, missal umpan balik secara lisan, tes, dan komentar tertulis. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tidak mungkin dapat memperbaiki kekurangannya, dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap26.

 Fase 5

Fase kelima ini adalah fase latihan mandiri siswa. Pada tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan siswa secara pribadi yang dilakukan di rumah atau di luar jam pelajaran. Menurut Kardi dan Nur, ada beberapa hal

24 Trianto Ibnu Badar Al-Tabani, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif

(Jakarta: Prenada Media Group,2011), 101.

(27)

17

yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri, yaitu27 :

 Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan lanjutan dari proses pembelajaran, melainkan merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajara berikutnya.  Guru seyogianya menginformasikan kepada orangtua

siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di rumah.

 Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah.

G. Metode Sorogan Dipadu dengan Team Teaching pada Model Pembelajaran Langsung

Mengacu pada definisi model pembelajaran langsung di atas maka di sini dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran tersebut di dalamnya menggunakan dua metode, yaitu metode sorogan dan metode team teaching. Dalam artian nantinya di fase yang ketiga dan keempat dalam model pembelajaran langsung ini guru menggunakan metode sorogan yang dipadu dengan metode team teaching.

Maksud dari uraian diatas adalah dalam model pembelajaran langsung ini disampaikan oleh beberapa guru dengan tugasnya masing-masing, guru pertama bertugas membuka pelajaran pada fase orientasi dan fase demonstrasi. Kemudian pada fase pelatihan terbimbing dan fase mengecek pemahaman siswa memberikan umpan balik, semua guru berperan aktif dalam pembelajaran, karena pada fase ketiga dan keempat inilah digunakannya metode sorogan yang melibatkan semua guru dalam metode team teaching.

Pada fase ketiga dan keempat, digunakan metode sorogan pada proses pembelajaran, yang mana setiap guru memegang beberapa siswa untuk memberikan latihan terbimbing dan mengecek pemahaman siswa serta memberikan umpan balik secara individu atau satu persatu. Sehingga dengan adanya metode sorogan ini guru dapat langsung berinteraksi dengan siswa secara satu persatu.

27 Trianto Ibnu Badar Al-Tabani, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif

(28)

18

Untuk lebih jelasnya berikut ini uraian sintaks dari Model Pembelajaran Langsung menggunakan metode sorogan dan metode team teaching :

Tabel 2.2.

Sintaks dari Model Pembelajaran Langsung Menggunakan Metode Sorogan dan Metode Team Teaching

Fase Peran Guru Peran Siswa

Fase 1 Menyampai kan tujuan dan mempersia pkan siswa (oleh guru pertama) Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Menyiapkan diri menerima pelajaran serta mendengarkan penjelasan dari Guru. Fase 2 Presentasi dan demonstras i (oleh guru pertama)

Demonstrasi dan penyajian informasi dengan benar, tahap demi tahap.

Mengamati dan memahami yang dijelaskan oleh guru dari setiap tahap.

Fase 3 Membimbi ng pelatihan (oleh semua guru) Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal ini dilakukan oleh semua guru yang mengajar. Jadi pada fase ini diterapkan metode sorogan yang mana guru langsung memeberikan pelatihan terbimbing kepada siswa secara individu atau satu persatu.

Menerima bimbingan awal oleh Guru secara individu.

Fase 4 Mengecek pemahama

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas

(29)

19

n dan memberika n umpan balik (oleh semua guru) dengan baik, memberikan umpan balik dengan cara memberikan permasalahan yang terkait materi yang sudah disampaikan di awal untuk masing-masing siswa dan siswa diinstruksikan untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut secara individu. dan mencoba menemukan solusi dari maslah yang di dapatkan. Kemudian mengonsultasikan secara individu penemuannya tersebut kepada Guru untuk

dikoreksi secra tatap muka langsung dengan gurunya. Fase 5 Memberika n kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. (oleh guru kedua) Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks.

Menerima pelatihan lanjutan dari guru.

Kelima fase dalam Model Pembelajaran Langsung yang menggunakan metode sorogan dan metode team teaching diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

 Fase 1

a) Menjelaskan Tujuan

(30)

20

lakukan atau kuasai setelah selesai ikut serta dalam pembelajaran ini28.

Seperti halnya pada uraian di atas tentang fase pertama pada sintaks pembelajaran langsung, di sini fase penyampaian tujuan dilaksanakan dengan memberikan gambaran umum dari setiap indicator pencapaian yang nantinya akan ditanyangkan dalam slide power pon sebagai media pembelajarannya, dengan tujuan agar semua siswa dapat mengetahui semua tujuan dari pembelajaran tersebut.

Pada fase ini dilakukan oleh guru pertama, yang mana pembagian tugas-tugas masing-masing guru sudah disepakati saat pembuatan rencana pembelajaran sebelumnya.

b) Mempersiapkan Siswa

Kegiatan mempersiapkan siswa sebelum proses penyampaian materi ini dirasa sangat penting dilakukan oleh guru, seperti halnya pada sintaks pembelajaran langsung yang biasa, di sini juga bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa kepada guru terlebih dahulu agar bisa focus ke pokok pembicaraan atau topic materi yang akan disampaikan.

Tujuan diatas tadi dapat dicapai dengan mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang lalu29.

Dalam fase pertama ini yaitu penyampaian tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa dilakukan oleh guru pertama dalam metode team teaching. Pada fase ini hanya satu guru yang berperan menjelaskan tujuan dan menyiapkan siswa, sedangkan guru lainnya hanya mengamati saja.

28 Sofiyah, Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 18-19.

29Sofiyah, Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

(31)

21

 Fase 2

a) Presentasi

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang komplek menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah30.

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi/presentasi adalah : (1) kejelasan tujuan dan poin-poin utama, yaitu memfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari penyimpangan dari pokok bahasan/LKS; (2) presentasi selangkah demi selangkah; (3) prosedur spesifik dan kongkret, yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam, atau berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang untuk poin-poin yang sulit; (4) pengecekan untuk pemahaman siswa, yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin sebelum melanjutkan ke poin berikutnya, ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa yang telah dipresentasikan, mintalah siswa mengikhtisarkan poin-poin utama dalam bahasa mereka sendiri, dan ajarkan ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa, dengan penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa31.

b) Melakukan Demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain. Tingkah laku orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu diingat bahwa belajar melalui pemodelan

30 Trianto Ibnu Badar Al-Tabani, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif

(Jakarta: Prenada Media Group,2011), 100.

31 Sofiyah, Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

(32)

22

dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar32.

Oleh karena itu, guru harus menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan. Sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap konsep atau keterampilan yang disampaikan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan melakukan latihan terlebih dahulu dan membuat langkah-langkah yang mudah dipahami oleh siswa.

Dari uraian diatas, presentasi materi dan demonstrasi dalam pengaplikasiannya akan dilaksanakan oleh guru pertama, dimana guru pertama yang melakukan orientasi dan mempersiapkan siswa tadi. Sehingga dalam fase kedua ini masih dipegang oleh guru pertama yang merupakan team leader dalam metode team teaching yang digunakan.  Fase 3

Salah satu tahap terpenting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing ini. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat pembelajaran berlangsung dengan lancer dan memungkinkan siswa menerapkan konsep atau keterampilan pada situasi yang baru33.

Oleh sebab itu pelatihan terbimbing ini juga memerlukan pelatihan terlebih dahulu oleh guru yang melakukannya. Dimana nantinya, dengan pelatihan terbimbing ini siswa dapat dengan mudah menggunakan konsep atau keterampilan yang telah dipahami sesuai yang diharapkan guru. Sehingga guru juga harus memberikan langkah-langkah yang mudah dimengerti oleh siswa.

Dalam penerapan model pembelajaran langsung di sini, seperti halnya yang sudah dijelaskan bahwa pada fase ketiga ini menggunakan metode sorogan yang dipadu dengan metode team teaching, maka pada tahap ini pelaksanaanya dilakukan oleh semua team guru, dimana nantinya setiap guru memegang

32 Sofiyah, Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 19-20.

33 Trianto Ibnu Badar Al-Tabani, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif

(33)

23

beberapa siswa yang sudah ditentukan pembagiannya terlebih dahulu pada perencanaan pelatihan terbimbing ini.

 Fase 4

Fase keempat dalam model ini adalah mengecek pemahaman siswa atau memberikan umpan balik berupa tanggapan lisan, tulisan atau apapun. Dalam fase ini juga masih menggunakan metode sorogan yang dipadu dengan metode team teaching. Setiap guru yang tergabung dalam team guru berperan aktif dalam mengecek pemahaman siswa terkait materi yang tadi disampaikan serta memberikan umpan balik terhadap siswa agar siswa lebih memahami materi.

Pengecekan pemahaman siswa atau pemberian umpan balik ini bisa berupa pertanyaan lisan, ataupun soal yang ditulis, kemudian dikoreksi secara langsung dihadapan siswa. Selain itu pemberian umpan balik juga bisa beruapa kegiatan yang lain, tergantung variasi dari masing-masing guru.

Dengan menggunakan metode sorogan yang dipadu dengan metode team teaching ini diharapkan semua siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran yang disampaikan guru dan bisa memperbaiki kekurangan serta dapat mencapai tingkat penguasaan pengetahuan ataupun keterampilan dengan sempurna, karena pengecekan dan pemberian umpan balik dilakukan oleh guru secara intensif, yaitu dengan saling tatap muka setiap siswa dengan guru secara individu.

 Fase 5

Fase terakhir dari model pembelajaran langsung yang menggunakan metode sorogan dan metode team teaching adalah pemberian tugas mandiri kepada siswa. Dalam fase ini tugas mandiri diberikan oleh guru ketiga, baik beupa Pekerjaan Rumah, ataupun dalam bentuk LKS yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dengan adanya tugas mandiri ini diharapkan siswa secara pribadi bisa menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan tadi dengan baik dan benar.

(34)

24

H. Pembelajaran Matematika

Dalam proses pendidikan belajar dan mengajar merupakan dua kegiatan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang erat kaitannya. Belajar merupakan suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua individu dan berlangsung seumur hidup. Menurut Winkel, belajar merupakan aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap34.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hudojo yang mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalm memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk. Misalnya setelah belajar matematika siswa mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya dimana sebelumnya ia tidak dapat melakukannya35.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang bersifat tahan lama dan bukan merupakan hasil dari pertumbuhan.

Sedangkan mengajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan agar siswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. Hudojo menyatakan bahwa mengajar tidak hanya sekedar mengatakan, memerintahkan atau membiarkan siswa belajar sendiri, tetapi mengajar member kesempatan kepada siswa untuk mencari, bertanya, menebak, menalar bahkan mendebat36.

Jadi dari uraian di atas peneliti mendiskripsikan mengajar sebagai suatu aktifitas yang sengaja direncanakan untuk membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses belajar untuk

34 Chasanatul Baroh, Skripsi: “Efektifitas Metode Simulasi Dalam Pembelajaran

Matematika Pada Pokok Bahasan Peluang Di Kelas IX-A MTs. Nurul Huda Kalanganyar Sedati Sidoarjo”, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010), 19.

35 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Matematika, (Malang: UM

Press, 2005), 71.

(35)

25

meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu pengetahuan sekaligus mengembangkan keterampilan siswa pula.

Dengan demikian keterpaduan antara proses belajar siswa dan mengajar guru akan mengakibatkan terjadinya interaksi belajar mengajar atau bisa disebut sebagai pembelajaran. Hudojo menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, guru, sumber atau fasilitas dan sesama siswa. Jadi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik37.

Menurut Gagne dan Briggs pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal. Dengan demikian, inti dari pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya.

Dalam proses pembelajaran, matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan di antara hal-hal itu. Menurut James dan James dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Menurut Soejadi, pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya meningkatkan peranan siswa dalam mengkonstruksi konsep-konsep matematika dengan kemampuannya sendiri sedemikian hingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai.

37 Chasanatul Baroh, Skripsi: “Efektifitas Metode Simulasi Dalam Pembelajaran

(36)

26

I. Alternatif dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata alternatif adalah pilihan di antara dua atau beberapa kemungkinan38.

Selain itu kata alternatif juga bisa diartikan sebagai pilihan lain39.

Seperti contoh, kita memiliki pengobatan alternatif yaitu pengobatan dengan cara yang lain bisa menggunakan obat-obatan tradisional.

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan dari pengertian alternatif yaitu sebuah pilihan lain yang memungkinkan kita untuk menggunakan pilihan tersebut sebagai salah satu hal yang kita inginkan.

Dalam penelitian ini yang dijadikan alternatif adalah metode pembelajaran pesantren yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah negeri, yaitu metode sorogan. Sesuai dengan uraian mengenai definisi dari alternatif dan pembelajaran matematika yang sudah disampaikan diatas, peneliti menarik sebuah pengertian baru mengenai alternatif baru dalam penelitian ini, yaitu suatu pilihan lain yang baru yang dapat kita gunakan untuk pembelajaran matematika di sekolah negeri, khususnya sekolah yang dijadikan tempat penelitian.

Pada pembelajaran matematika, umumnya menggunakan metode-metode pembelajaran yang mengutamakan siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja. Sehingga dengan adanya hal tersebut siswa dituntut untuk bisa lebih bergerak cepat untuk bisa menguasai materi yang diajarkan, dengan cara mengonstruk pengetahuannya, dan menemukan ide-ide baru dalam proses penguasaan materi. dalam pembelajaran ini sangat baik untuk diterapkan pada pembelajaran matematika, namun jika ada beberapa siswa yang belum bisa mengikuti cara belajar yang seperti tadi, mungkin proses pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan siswa yang kurang aktif menjadi lebih malas-malasan. Dengan adannya hal tersebut, peneliti menawarkan sebuah metode baru yang dapat digunanakan sebagai acuan terkait masalah tersebut, yaitu metode

sorogan yang dipagu dengan team teaching pada model

pembelajaran langsung.

38 http://kbbi.web.id/alternatif (17 Maret 2017)

(37)

27

Metode sorogan yang dipadukan dengan team teaching dalam model pembelajaran langsung ini ditawarkan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika, dimana di dalamnya nanti akan terjadi interaksi langsung antara guru dengan siswa. Interaksi tersebut dapat menjadikan siswa lebih dekat dengan guru dan bisa membuat siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran mendapatkan bimbingan langsung dari guru secara intensif. Disinilah salah satu perbedaan antara pembelajaran matematika pada umumnya dengan pembelajaran matematika yang menggunkan metode sorogan yang dipadukan dengan team teaching dalam model pembelajaran langsung. Sehingga dari sini terjadi kemistri antara guru dan siswa secara langsung dan memungkinakan siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan.

J. Penerapan Metode Sorogan Dipadu dengan Team Teaching pada Model Pembelajaran Langsung Sebagai Alternatif dalam Pembelajaran Matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Penerapan memiliki beberapa arti yaitu: proses, cara, perbuatan menerapkan, pemasangan, pemanfaatan (perihal mempraktikkan)40. Berdsarkan

pengertian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa penerapan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.

Dalam penelitian ini penerapan yang dimaksud adalah penerapan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung. Tujuan dari penenerapan tersebut adalah untuk menumbuhkan kerangka berfikir baru siswa terkait pembelajaran matematika. Dimana pembelajaran matematika di sekolah formal juga bisa diterapkan dengan metode asal indonesia atau salah satu metode pembelajaran pesantren yaitu metode

sorogan yang dipadukan dengan team teaching dalam model

pembelajaran langsung yang merupakan salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika.

Selain itu penerapan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung ini diharapkan dapat membuat siswa lebih mudah memahami pelajaran, khususnya pada

(38)

28

pelajaran matematika. Dengan cara menyajian yang berbeda dari metode-metode yang lainnya maka tentunya akan memudahkan siswa menguasai materi yang diajarkan oleh guru.

K. Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Perencanaan Pembelajaran

Kemapuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) berarti kecakapan, kesanggupan atau kekuatan41. Selain itu

kemampuan juga bisa diartikan sebagai kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan42.

Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran, yang mana kemampuan tersebut juga bisa diartikan sebagai kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah dibuat sebelumnya.

Secara umum ada tiga tugas guru sebagai profesi, yakni mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskandan mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar meneruskan dan membagikan ilmu pengetahuan; melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk kehidupan siswa. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab di atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan kompetensi tertentu sebagai bagian dari profesionalisme guru43.

Pada dasarnya kompetensi diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan. Mcleod mendefinisikan kompetensi sebagai perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru sendiri merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak di mata pemangku kepentingan44.

Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwasannya kemampuan guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran merupakan kompetensi guru yang berupa kecakapan dalam

41 http://kbbi.web.id/mampu (8Juni 2017)

42 https://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan (8 Juni 2017)

43 Suyanto - Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional (Jakarta: Esensi Erlangga

Grub,2013),1.

(39)

29

melakukan tugas-tugasnya sebagai seorang guru saat melaksanakan perencanaan pembelajaran di kelas.

Secara garis besar aspek–aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, meliputi: pengelolaan ruang belajar (kelas), pengelolaan siswa, dan pengelolaan kegiatan pembelajaran45. Namun, dalam penelitian ini

terbatas pada pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengelolaan siswa saja, yang mana kedua aspek tersebut indikator pengelolaannya yang diinginkan disesuaikan dengan RPP yang sudah disepakati sebelumnya.

L. Pengertian Respon

Menurut Djalaludin Rakhmat, suatu kegiatan dari orgnisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut respon. Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan tentang subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan46.

Ahmad Subandi mengemukakan respon dengan istilah balik (feedback) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi47. Sedangkan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) respon adalah tanggapan, reaksi atau jawaban48

Dari beberapa definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa respon adalah suatu tanggapan dari seseorang terhadap rangsangan yang diberikan baik berupa pertanyaan, informasi, pernyataan atau kegiatan yang diberikan, diketahui, dilakukan, dilihat atau didengar oleh seseorang tersebut.

Dalam penelitian ini respon yang diambil adalah respon guru dan siswa terhadap penerapan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika.

1. Respon Guru

45 Suyanto - Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional (Jakarta: Esensi Erlangga

Grub,2013),79.

46 Djalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999).51. 47 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial,(Jakarta: Bulan Bintang, 1982).50.

(40)

30

Respon guru diambil untuk mengetahui tanggapan dari guru yang melaksanakan pembelajaran dengan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika.

2. Respon Siswa

Respon siswa diambil untuk mengetahui tanggapan dari siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika.

M. Pengertian Ketuntasan Hasil Belajar

Menurut Suprijono hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut: informasi verbar, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap49.

Sedangkan menurut Bloom hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Lindgren juga menyatakan pendapatnya bahwa hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran yang dikategorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana disebutkan di atas dilihat secara fragmentasi atau terpisah, tetapi secara komperhensif50.

Dalam penelitian ini, peneliti menghendaki hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan metode

sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model

pembelajaran langsung sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika. Untuk mengetahui hasil belajar tersebut, peneliti memberikan tes hasil belajar sesuai dengan sub materi yang diajarkan.

Ketuntasan hasil belajar siswa adalah tingkat pencapaian pembelajaran yang ditunjukkan oleh penguasaan atau daya serap terhadap materi pembelajaran tertentu. Dalam penelitian ini kriteria ketuntasan minimal yang digunakan adalah 65, dimana kriteria

(41)

31

tersebut sesuai dengan ketentuan ketuntasan yang digunakan di SMA N 1 Gedangan Sidoarjo.

N. Pengertian Kendala dan Upaya untuk Mengatasinya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kendala berarti hambatan, rintangan atau gendala51. Selain itu kendala juga bisa

diartikan faktor yang membatasi atau mencegah pencapaian sasaran52.

Dalam penelitian ini kendala yang dimaksud adalah hambatan yang dialami oleh guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran serta hambatan yang dialami siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung sebagai alternatif pembelajaran.

Dalam suatu permasalahan atau hambatan tentunya aka nada upaya untuk menanggulangi hambatan tersebut. Di sini peneliti juga akan mendeskripsikan dan menganalisis uapaya yang ditawarkan untuk mengatasi kenadala yang dihadapinya tersebut.

Penegertian upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) upaya dapat diartikan sebagai usaha atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya53. Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar

untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar. Pendidik atau guru adalah orang yang mengajar dan memberi pengajaran yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta didik54. Dalam

penelitian ini, upaya dapat dipahami sebagai suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan dengan mengarahkan tenaga dan pikiran. Upaya guru matematika dalam mengajar pelajaran matematika dengan menggunakan metode sorogan dipadu dengan team

teaching pada model pembelajaran langsung sehingga dapat

memberi pemahaman yang baik kepada siswa.

51 http://kbbi.web.id/kendala (8 Juni 2017)

52 https://artikata.com/arti-334209-kendala.html (8 Juni 2017) 53 http://kbbi.web.id/upaya (9 Juni 2017)

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dimana penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok1.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian penerapan ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X-IPS3 dan guru matematika yang mengajar di kelas X-IPS3 SMA 1 Gedangan Sidoarjo. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah RPP dan LKS siswa yang disesuaikan dengan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian One – Shot Case Study, artinya adalah memberi perlakuan tertentu hanya pada satu kelas tanpa adanya kelas kontrol dan tanpa diadakan tes awal. Perlakuan tertentu yang dimaksud dalam penelitian ini berupa penerapan pembelajaran matematika dengan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran langsung. Alasan kanapa peneliti memilih rancangan penelitian One – Shot Case Study ini karena penelitian ini hanya menerapkan suatu pembelajaran. Berikut ini rancangan penelitian yang akan dipresentasikan2.

1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013), 60.

(43)

33

Keterangan :

Gambar

Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
table lembar observasi, dan kemudian dilakukan perhitungan
Tabel 3.1.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut: 1) Lembar observasi, yaitu untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan proses pembelajaran matematika melalui

Instrumen penelitian berupa lembar valida- si, lembar observasi aktivitas siswa, lembar obser- vasi kemampuan guru dalam mengelola pembe- lajaran matematika, angket respons

Insrtumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pedoman observasi guru dan pedoman wawancara, pedoman observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan guru

Adapun hasil dari tiap kategori efektivitas adalah sebagai berikut:(1) berdasarkan hasil analisis lembar observasi keterlaksanaan guru dalam mengelola pembelajaran

penilaian kinerja guru, lembar observasi aktifitas siswa. c) Instrumen penilaian dalam bentuk pilihan ganda. Setelah perencanaan telah disiapkan, peneliti

Instrumen dalam Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar observasi pelaksanaan tindakan guru, Lembar observasi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu berupa lembar observasi keaktifan belajar siswa, lembar observasi pelaksanaan model cooperative script dan

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan tes hasil belajar.Teknik analisis data yang digunakan yaitu