• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PERSIAPAN CERAMAH USTADZ MISBAHUL MUNIR ABDAD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TEKNIK PERSIAPAN CERAMAH USTADZ MISBAHUL MUNIR ABDAD."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Halimah Tus Sa’diyah, NIM. B01213008, Teknik Persiapan Ceramah Ustadz Misbahul Munir Abdad. Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci : Teknik Persiapan Ceramah, Ustadz Misbahul Munir Abdad.

Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad yang terbagi menjadi tiga, yaitu persiapan materi, mental dan fisik.

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode kualitatif non kancah. Dalam penelitian ini digunakanlah metode deskriptif yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad, kemudian data itu dianalisis dengan data analisis deskriptif sehingga diperoleh makna yang mendalam mengenai teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad.

Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad yaitu persiapan materinya dengan membaca sub

bahasan dalam kitab Tanbihul Ghafilin secara berulang-ulang, membaca

buku-buku lain yang terkait dengan sub bahasan untuk mengembangkan bahasan dan mengikuti pola pikir sesuai dengan kitab, yaitu pola pikir tasawuf. Persiapan mental yang dilakukan ialah dengan merekam suaranya sendiri di tape recorder, dan di dengarkan kembali sebagai bahan evaluasi, melakukan meditasi dengan cara mendekatkan diri kepada Allah. Persiapan Fisiknya yaitu dengan menjaga kondisi kesehatan dengan mengendalikan kegiatan, mengatur jeda waktu untuk istirahat. Mengatur pola makan dan minum yang bisa mengganggu kesehatan. Berjalan-jalan atau sambil berlari-lari kecil sekitar sejauh 100 m.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Konsep ... 11

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoritik 1. Pengertian Dakwah... 15

2. Metode dan Teknik Dakwah ... 17

3. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Dakwah ... 20

4. Persiapan Ceramah ... 21

a. Persiapan Materi ... 23

b. Persiapan Mental ... 31

c. Persiapan Fisik ………. 35

(8)

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 42

B. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian ... 43

C. Jenis dan Sumber Data ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 48

F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data ... 49

G. Tahap-tahap Penelitian ... 51

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALIS DATA A. Setting Penelitian 1. Sekilas tentang Masjid Muayad Pabrik Kulit Wonocolo ... 57

2. Biografi Ustadz Misbahul Munir Abdad ... 58

3. Perjalanan Dakwah Ustadz Misbahul Munir Abdad ... 60

B. Penyajian Data 1. Persiapan Materi Ustadz Misbahul Munir Abdad ... 64

2. Persiapan Mental Ustadz Misbahul Munir Abdad ……. ... 74

3. Persiapan Fisik Ustadz Misbahul Munir Abdad ... 76

C. Analisis Data ... 78

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang berisi petunjuk-petunjuk agar manusia secara

individual menjadi manusia yang baik, beradab, berkualitas, selalu berbuat baik

dan secara kolektif menjadi manusia yang baik sehingga mampu membuat

peradaban yang maju, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti

kehidupan yang adil, maju bebas dari berbagai ancaman, penindasan dan

kekhawatiran.1

Dakwah merupakan suatu upaya menyeru manusia untuk berbuat kebaikan

dan mencegah berbuat kemungkaran untuk mencapai kebahagiaan didunia

maupun diakhirat. Dakwah islam berupaya agar umat manusia selalu berubah

dalam makna selalu meningkatkan situasi dan kondisi baik lahir maupun batin,

berupaya agar semua kegiatannya masuk kedalam kerangka ibadah dan

diharapkan agar mencapai kesejahteraan, kebahagiaan lahir dan batin yang

memperoleh ridha Allah SWT.2 Dakwah merupakan kegiatan mengajak umat

manusia ke jalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik serta

berdebat dengan cara yang baik pula.

Seperti yang tercantum dalam QS. An-Nahl [16] 125:

1

Andy Dermawan, dkk, Metodologi Ilmu Dakwah (Yogyakarta :Lesfi), h 14

2

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997),

(10)

ُعْدا

ّنِإ ُنَسْحَأ َيِ ِِّلاِب ْمُِْْداَجَو ِةَنَسَْْا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْْاِب َكِّبَر ِليِبَس ََِإ

َنيِدَتْهُمْلاِب ُمَلْعَأ َوَُو ِهِليِبَس ْنَع ّلَض ْنَِِ ُمَلْعَأ َوُ َكّبَر

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.3

Perkembangan masyarakat yang semakin meningkat dan tuntutan yang

semakin beragam membuat dakwah tidak bisa lagi dilakukan secara tradisional.

Dakwah harusnya dikemas dengan bentuk dan cara yang bisa membuat

masyarakat tertarik untuk selalu mengikuti kegiatan dakwah. Oleh sebab itu agar

dakwah dapat mencapai sasaran strategis jangka panjang, maka tentunya

diperlukan sistem menejerial komunikasi baik dalam penataan, perkataan maupun

perbuatan yang dalam banyak hal sangat relevan dan terkait dengan nilai-nilai

keislaman, maka para da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan

saja menganggap bahwa dakwah dalam frame “amar ma’ruf nahi munkar

melainkan harus memenuhi beberapa syarat diantaranya materi yang cocok,

mengetahui psikologis objek dakwah, memilih metode yang representatif,

menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya.4

3

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota Surabaya,1989)

4

Wahidin Saputra, M.A, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

(11)

Sudah bukan waktunya lagi dakwah dilakukan asal jalan, tanpa sebuah

perencanaan yang matang, baik yang menyangkut materi, tenaga pelaksanaan

atau metode yang hendak digunakannya.5 Agar dakwah bisa dilakukan secara

efisien, efektif dan sesuai dengan kebutuhan, maka sudah waktunya dibuat dan

disusun stratifikasi sasaran yang berdasarkan tingkat usia, pendidikan, tempat

tinggal dan lain sebagainya.6

Dalam kegiatan dakwah, pada hakikatnya bukanlah da’i yang membimbing

atau memberi petunjuk kepada mad’u nya, melainkan Allah. Apabila da’i dan

mad’u telah merasakan memiliki pesan yang sama, maka keadaan demikian itu

memerlukan taufiq Allah sehingga sampai kepada tingkat beriman, terutama

mad’unya.7 Bila komponen dakwah yaitu da’i, mad’u, materi, media tersebut

diolah dengan penggunaan ilmu manajemen maka aktifitas dakwah akan

berlangsung secara lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebab

bagaimanapun juga sebuah aktifitas apapun itu sangat diperlukan sebuah

pengolaan yang tepat bila ingin dapat berjalan secara sempurna.

Aktifitas dakwah pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan proses

komunikasi, sebab pada dasarnya dakwah merupakan penyampaian informasi

agama atau penyebaran ajaran Islam melalui proses komunikasi baik dengan

personal approach, familiy approach ataupun social approach.8 Jika aktifitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, maka citra

profesional dalam dakwah akan terwujud pada kehidupan masyarakat. Seperti

5

K.H Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual (Jakarta : Gema Insani Press, 1998) h. 77

6

Ibid. h. 80 7

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah Perspektif Komunikasi, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2013), h 26 8

(12)

yang dikatakan oleh A. Rosyad bahwa manajemen dakwah sebagai proses

perencanaan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan

tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian

menggerakkan kearah pencapaian tujuan dakwah.9

Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa dakwah pada dasarnya

merupakan proses memotivasi dan persuasif yang dalam prosesnya berusaha

memotivasi dan mempersuasi mad’u supaya menerima pesan dakwah. Proses itu

sendiri bersifat abstrak yang berupa lambang atau pesan, baik melalui proses

motivasi atau persuasi dari da’i kepada mad’u bukan suatu aktifitas yang dapat

dianalisis secara empiris. Sehingga secara verifikasi kelimuan, kriteria

efektifitasnya sulit sehingga ada suatu ukuran dan kriteria yang dapat

dipertanggungjawabkan secara kelimuan pula.10

Keilmiahan proses dakwah tersirat dalam surat An-Nur [24] 55 yang

berbunyi :

اَمَك ِضْرأا ِِ ْمُهّ نَفِلْخَتْسَيَل ِتاَِْاّصلا اوُلِمَعَو ْمُكْنِم اوُنَمآ َنيِذّلا ُّّا َدَعَو

ُيَلَو ْمَُْ ىَضَتْرا يِذّلا ُمُهَ نيِد ْمَُْ ّنَنِّكَمُيَلَو ْمِهِلْبَ ق ْنِم َنيِذّلا َفَلْخَتْسا

ْنِم ْمُهّ نَلِّدَب

ُمُ َكِئَلوُأَف َكِلَذ َدْعَ ب َرَفَك ْنَمَو اًئْيَش ِِ َنوُكِرْشُي ا َِِنوُدُبْعَ ي اًنْمَأ ْمِهِفْوَخ ِدْعَ ب

َنوُقِساَفْلا

9

M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta : Prenada Media, 2006) h. 36

10

(13)

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik”.11

Dari ayat diatas tersirat bahwa landasan pokok dakwah adalah iman dan

amal shaleh yang berlandaskan ilmu pengetahuan, sedangkan dasar

pelaksanaannya adalah penglihatan, logika dan kebenaran selain menggambarkan

proses dakwah yang berkaitan dengan filsafat dan pendidikan serta mengingatkan

bahwa Al-Qur’an mengharuskan menggunakan akal.12

Dakwah bisa dilakukan oleh setiap kaum muslim yang memiliki

pengetahuan lebih dibidang keagamaan. Dimana setiap pendakwah memiliki

teknik persiapan masing-masing. Mulai dari persiapan teknis (ilmiah), persiapan

mental dan juga persiapan fisik yang dilakukan pendakwah. Oleh karena itu

dakwah tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, sebaliknya aktifitas dakwah

dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar memiliki persyaratan sebagai

seorang pendakwah.

Seorang muballigh yang akan berceramah, sebaiknya harus mengetahui

terlebih dahulu medan yang akan dituju. Harus tahu ruang lingkup dimana ia akan

berpidato. Kalau tidak, maka kegagalan disana akan menunggu. Oleh karena itu

11

Departemen Agama RI, 1989 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mahkota Surabaya.

12

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah Perspektif Komunikasi, (Bandung : PT Remaja

(14)

sebelum muballigh berangkat ke tempat tujuan, tanyakanlah terlebih dahulu

kepada pengurus atau panitia mengenai tempat atau ruang lingkupnya.

Teknik atau cara dalam berdakwah adalah ilmu yang berkaitan dengan

bagaimana mempersiapkan dan menyampaikan dakwah secara langsung dan

bagaimana menghilangkan hal-hal yang mengganggu kelancaran dakwah. Oleh

sebab itu keterampilan berbicara didepan umum mutlak diperlukan bagi siapapun

yang ingin sukses meraih dukungan publik dimana suatu perbaikan masyarakat

banyak tergantung pada pemimpin atau pada pelaksana dakwah atau da’i dan

sebagai penunjang hal tersebut, maka diperlukan teknik persiapan dakwah yang

tepat. Oleh sebab itu, keterampilan berbicara di depan umum mutlak diperlukan

bagi siapapun yang ingin sukses meraih dukungan publik. Bukan hal yang

berlebihan apabila dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu dakwah, suatu

perbaikan masyarakat banyak tergantung pada pemimpin atau pada pelaksana

dakwah atau da’i dan sebagai penunjang hal tersebut, maka diperlukan teknik

persiapan dakwah yang tepat.

Dalam menyampaikan materi dakwah, retorika merupakan salah satu

metode atau teknik dakwah yang tidak jarang digunakan oleh para da’i atau para

utusan Allah. Oleh karena itu untuk mentransformasikan materi dakwahnya,

seorang da’i hendaknya memiliki dan menguasai ilmu retorika sebelum terjun

untuk berdakwah. Kenyataannya, seringkali kita melihat dalam suatu ceramah

atau kegiatan komunikasi yang lainnya, pihak komunikan sudah memahami isi

pesan yang disampaikan oleh komunikator tetapi pesan tersebut hanya pada

(15)

dimengerti dan dilaksanakan. Seseorang yang memahami atas pesan kebersihan

itu pangkal kesehatan, belum menjadi sikapnya, apabila dalam kenyataanya orang

tersebut masih hidup dalam serba kotor dan jorok. Orang tersebut baru pada

tingkat opini, belum sampai pada tingkat attitude (sikap) atau pesan-pesan

komunikasi.13

Dalam ilmu pidato ada dua persiapan yang pokok sebelum pelaksanaan

pidato yakni persiapan mental kejiwaaan untuk berdiri dan berhadapan dimuka

khalayak dan persiapan yang menyangkut materi atau isi pidato yang akan

disajikan.14 Artinya sebelum seseorang hendak berpidato, maka harus didahului

dengan persiapan-persiapan yang cukup. Karena hanya orang yang tidak bijaksana

yang akan berpidato tanpa mengadakan persiapan. Semakin pandai orang

berpidato, semakin segan dan tidak mau berpidato tanpa adanya persiapan.15

Menurut T.A Latief Rousdy yang dikutip oleh Moh. Ali Aziz, dalam buku

Ilmu Pidato menyatakan bahwa ada empat persiapan sebelum melakukan pidato16,

yaitu :

a. Persiapan Teknis.

b. Persiapan Psikis (mental).

c. Persiapan Fisik.

d. Persiapan Audiens (obyek).

Sedangkan yang akan peneliti bahas dalam penelitian ini hanya tiga point

saja yaitu tentang persiapan materi, persiapan mental dan persiapan fisik.

13

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), h. 19

14

H. A. Sunarto, Retorika Dakwah (Surabaya : Jaudar Press, 2014), h. 40

15

Ibid, h. 45 16

(16)

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai bahwa tata cara memberikan

lebih penting dari sesuatu yang diberikan itu sendiri. Dalam konteks dakwah,

dakwah juga memasang sebuah ideologi. Ajaran yang baik dan benar harus

dikemas dan disebarkan dengan cara yang baik pula. Tidak sedikit ajaran yang

sesat tetapi memperoleh respon yang luar biasa karena dipersiapkan dan

disampaikan dengan kemasan yang menarik dan dengan cara yang lebih unik serta

menyenangkan. Hal ini membuktikan bahwa pelayanan lebih strategis daripada

produk, tata cara atau metode lebih penting dari pesannya.17

Salah satu fenomena membuktikan bahwa dengan menggunakan teknik

yang sesuai dapat menentukan keberhasilan dakwah, diantaranya yaitu : K.H.

Abdul Mutholib yang biasa dikenal dengan sebutan Kera Sakti. Dia adalah salah

satu figur yang mempunyai kepandaian humor dalam berceramah. Ceramah Kyai

Kera Sakti juga mampu menyedot semua kalangan masyarakat baik itu para kyai,

kaum santri, kaum ibu-ibu, bapak-bapak dan sebagainya. Dia memiliki

kecerdikan untuk humor dan memiliki kreasi untuk melantunkan lagu yang

merdu, pandai memainkan tongkatnya menyerupai alat musik. Kesan yang

dominan ketika mendengar nama Kyai Kera Sakti adalah kejenakaannya yang

mengandung tawa. Dia memiliki ketenangan dalam berhumor dan kearifan yang

menggelitik.

Sedangkan yang menjadi subjek penelitian kali ini adalah ustadz Misbahul

Munir Abdad, beliau dikenal di masyarakat Wonocolo sebagai kiai, ustadz

sekaligus penasehat di Masjid Muayad, beliau banyak memberikan ilmunya

17

(17)

dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang ada di Masjid Muayad. Selain

mengisi kajian di Masjid Muayad Wonocolo, ustadz Misbah juga aktif di berbagai

masjid di Surabaya yaitu mengisi kajian di Radio Suara Akbar Surabaya (SAS) di

Masjid Al-Akbar, Masjid Al-hidayah Ketintang, Masjid Al-Maghfiroh Rungkut

Asri, Masjid Nurul Iman di Margorejo Indah dan masih ada beberapa masjid yang

beliau datangi untuk berceramah.

Antusias ustadz Misbah dalam mengisi ceramah di masjid-masjid adalah

untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad dalam berdakwah, selain itu

diusia beliau yang sudah tak lagi muda mengisi kegiatan ceramah bisa menjadi

kesibukan ketika nantinya ustadz Misbah pensiun dan sudah terlepas dari semua

jabatan yang ada dikampus maupun ditempat lainnya. Karena menurutnya, mau

tidak mau kegiatan umat Islam itu ialah mampu mengadakan dan mengisi

kegiatan di masjid dan memberikan ilmunya kepada masyarakat dalam hal

keagamaan dan kelimuan. Meskipun sering dan sudah terbiasa berceramah, beliau

tetap saja selalu mempersiapkan segala sesuatu sebelum beliau tampil dihadapan

jamaahnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana teknik

persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad yang meliputi persiapan materi,

mental dan fisiknya.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dijawab oleh peneliti adalah bagaimana teknik

persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad yang meliputi :

1. Bagaimana teknik persiapan materi ustadz Misbahul Munir Abdad ?

(18)

3. Bagaimana teknik persiapan fisik ustadz Misbahul Munir Abdad?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok pembahasan yang dikemukakan diatas, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Mengetahui bagaimana teknik persiapan materi ustadz Misbahul Munir

Abdab

2. Mengetahui bagaimana teknik persiapan mental ustadz Misbahul Munir

Abdab

3. Mengetahui bagaimana teknik persiapan fisik ustadz Misbahul Munir

Abdab

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala

keilmuan dakwah bagi peneliti pribadi khususnya, maupun bagi berbagai

pihak yang memiliki ketertarikan untuk mengkaji mengenai dinamika

keilmuan dakwah.

2. Secara Praktis

(19)

Dengan adanya penelitian ini, sangat besar harapan dapat mengetahui

dan memahami teknik persiapan sebelum berdakwah ustadz Misbahul

Munir Abdad. Dengan begitu hasil penelitian ini bisa menjadi bahan acuan

pembelajaran bagi penulis agar dapat mengamalkannya.

b. Bagi Akademis

Diharapkan dapat menjadi salah satu bahan (referensi) bagi para

pecinta ilmu pengetahuan khususnya dibidang komunikasi dan penyiaran,

juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran demi kepentingan

dakwah.

E. Definisi Konsep

1. Teknik

Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode.18 Sedangkan menurut Hartono

menuturkan bahwa teknik adalah cara membuat sesuatu melakukan sesuatu

yang berhubungan dengan kesenian.

2. Persiapan

Persiapan adalah suatu kegiatan yang akan dipersiapkan sebelum

melakukan sebuah kegiatan.19 Tanpa persiapan, kegiatan tidak akan

terlaksanakan dengan baik ataupun susah untuk dilaksanakan, sebaliknya

18

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana 2006), hal. 125 19

(20)

jika kita persiapan maka kegiatan itu akan terlaksana dengan baik, hasil dari

persiapan adalah sebuah kegiatan yang memuaskan.

3. Dakwah

Dakwah sendiri merupakan proses peningkatan iman dalam diri

manusia sesuai syariat Islam. Proses menunjukkan kegiatan yang

terus-menerus, berkesinambungan dan bertahap. Peningkatan adalah perubahan

kualitas yang positif dari buruk menjadi baik atau dari baik menjadi lebih

baik. 20

Jadi, teknik persiapan dakwah dapat dipahami sebagai suatu cara yang

digunakan oleh seorang pendakwah sebelum melakukan sebuah kegiatan

agar terlaksana dengan baik dan hasilnya bisa memuaskan masyarakat untuk

mencapaikebahagiaan di dunia maupun di akhirat dalam konteks penelitian

ini, teknik persiapan dakwah yang dimaksud adalah cara yang digunakan

oleh ustadz Misbahul Munir Abdad dalam mempersiapkan segala sesuatu

sebelum menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat di Masjid Muayad

Wonocolo Pabrik Kulit Surabaya yang menjadi sasaran tempat dakwahnya.

Adapun teknik yangdigunakan dalam mempersiapkan pidato terdiri

dari 3 bagian yaitu : Teknik Persiapan Ilmiah (materi), Teknik Persiapan

Mental, dan Teknik Persiapan Fisik.

20

(21)

F. Sistematika Pembahasan

Untuk menggambarkan lebih jelas pada pembahasan penelitian ini, maka

peneliti akan menguraikan sitematika pembahasannya. Adapun sistematika

pembasahan pada penelitian ini sebagai berikut :

Bab I adalah pendahuluan, pada bab ini berisi tentang latar belakang

masalah yakni fenomena sosial yang mendasari penelitian ini, rumusan

masalah yang merupakan akar masalah yang jawabannya akan ditemukan

setelah melakukan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

konsep dan sistematika pembahasan.

Bab II adalah kajian kepustakaan, pada bab ini berisi tentang kajian

pustaka yang membahas tentang teori kepustakaan yang terkait dengan judul

penelitian, kajian teoritik yakni pembahasan kajian teori dan penelitian

terdahulu yang relevan sebagai rujukan dan perbandingan terhadap penelitian

yang dilakukan saat ini

Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini berisi tentang pendekatan

dan jenis penelitian yang akan dipakai dan juga metode penelitian yang akan

dipakai oleh peneliti. Dan juga membahas tentang teknik pengumpulan data

dan teknik analisis datayang akan dipakai dalam penelitian.

Bab IV adalah penyajian data, pada bab ini penyajian dan analisis data

menjelaskan tentang setting penelitian yaitu teknik persiapan dakwah ustadz

Misbahul Munir. Pada bab ini yang nantinya akan menjawab rumusan masalah

(22)

Bab V adalah penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang menjawab

(23)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Kajian Teoretik

1. Pengertian Dakwah

Dakwah banyak sekali dijelaskan salah satunya dalam buku Moh. Ali

Aziz Ilmu Dakwah, salah satunya menurut M. Arifin yang mendefinisikan

dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan dalam bentuk lisan, tulisan dan tingkah

laku dan lain sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam

usaha mempengaruhi orang lain secara individu maupun kelompok supaya

timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan, serta

pengamalan terhadap ajaran agama, message yang disampaikan kepadanya

tanpa ada unsur-unsur paksaan.1

Selain itu menurut Ali Makhfudh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin

mengatakan dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan

mengikuti petunjuk (agama), menyeru kepada kebaikan dan mencegah mereka

dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.2

Didalam Al-Qur’an terdapat banyak perintah yang menyuruh kaum

muslimin agar mendakwahi manusia ber-sabilillah di jalan Allah. Adapun

perintah untuk menyampaikan atau menginformasikan wahyu-Nya, Allah

SWT., berfirman dalam surat Al-Maidah [5] 67 :

1

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Ed Rev. Cet 2 (Jakarta : Kencana,2012), hh. 15-16

2

(24)

ُهَتَلاَسِر َتْغّلَ ب اَمَف ْلَعْفَ ت ََْ ْنِإَو َكِّبَر ْنِم َكْيَلِإ َلِزْنُأ اَم ْغِّلَب ُلوُسّرلا اَهّ يَأ اَي

َنيِرِفاَكْلا َمْوَقْلا يِدْهَ ي ا َّّا ّنِإ ِساّنلا َنِم َكُمِصْعَ ي ُّّاَو

“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.3

Pada tataran praktik dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga

unsur yaitu penyampaian pesan, informasi yang disampaikan dan penerima

pesan. Namun dakwah mengandung pengertian lebih luas dari istilah-istilah

diatas, karena istilah dakwah mengandung makna aktifitas menyampaikan

ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar serta

memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.4

Dengan adanya perintah melaksanakan dakwah, berarti adanya tuntutan

untuk membangun dan menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dan

dibutuhkan untuk terselenggaranya perintah itu dengan baik, benar dan

profesional. Jadi mengembangkan sisi keilmuan dan kelembagaan dakwah

secara profesional dan proporsional adalah implikasi langsung dari adanya

perintah dakwah.5

3

Departemen Agama RI, 1989 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mahkota Surabaya.

4

M. Munir, Manajemen Dakwah (Jakarta : Prenada Media, 2006), h. 17

5

Asep Muhidin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an (Bandung : CV Pustaka Setia, 2002),

(25)

2. Metode dan Teknik Dakwah

Dalam ilmu dakwah metode merupakan suatu cara yang digunakan

seorang da’i dalam menyampaikan pesannya kepada mad’u. Untuk

merealisasikan suatu metode diperlukan strategi yang merujuk pada sebuah

perencanaan untuk mencapai suatu tujuan. 6

Dalam menggunakan metode perlu memperhatikan bagaimana hakikat

metode itu, karena hakikat metode itu merupakan pedoman pokok yang

mula-mula harus dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan dan

penggunaannya. Pedoman dasar atau prinsip penggunaan metode dakwah

Islam termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits. Seperti dalam surat An-Nahl

[16] 125 :

ُنَسْحَأ َيِ ِِّلاِب ْمُِْْداَجَو ِةَنَسَْْا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْْاِب َكِّبَر ِليِبَس ََِإ ُعْدا

ّنِإ

َنيِدَتْهُمْلاِب ُمَلْعَأ َوَُو ِهِليِبَس ْنَع ّلَض ْنَِِ ُمَلْعَأ َوُ َكّبَر

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Setelah mengetahui prinsip-prinsip metode atau hakikat suatu metode,

seorang da’i diharapkan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

pemilihan dan penggunaan suatu metode, agar metode yang dipilih dan

digunakan benar-benar fungsional. Maka faktor-faktor yang dimaksud adalah :

6

(26)

a. Tujuan, dengan berbagai jenis dan fungsinya.

b. Sasaran dakwah (masyarakat) dengan segala kebijakan pemerintah,

tingkat usia, pendidikan, peradaban dan lain sebagianya.

c. Situasi dan kondisi yang beraneka ragam keadaannya.

d. Media dan fasilitas yang tersedia, dengan berbagai macam kuantitas dan

kualitas.

e. Kepribadian dan kemampuan seorang da’i atau muballigh.7

Setiap metode memerlukan teknik dalam implementasinya. Menurut

Wina Sanjaya teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode.8 Jadi, teknik dakwah adalah cara seorang

da’i untuk menerapkan sebuah metode dengan menggunakan

bermacam-macam daya tarik untuk menentukan keberhasilan seorang da’i. Dalam hal ini

teknik dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Teknik Persiapan Ceramah.

2. Teknik Penyampaian Ceramah.

3. Teknik Penutupan Ceramah.9

Dikalangan ahli pidato atau orator atau retor terdapat suatu pegangan

yang berbunyi sebagai berikut, “Qui ascendit sine labore, descendit sine

honore”, yang artinya siapa yang naik tanpa kerja, akan turun tanpa

kehormatan”. Sebelum naik mimbar, jauh-jauh sebelumnya perlu ditelaah

7

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983) h. 103

8

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana 2006), hal. 125 9

(27)

secara seksama, apakah hadirin yang akan dihadapi itu sifatnya homogen atau

heterogen dan jumlahnya sedikit atau banyak. Karena sebuah pidato akan

berhasil apabila pesan atau materi yang disampaikan sesuai dengan

kepentingan hadirin dan berhasil pula jika bahasa yang digunakan dimengerti

sepenuhnya oleh hadirin, mungkin pemakaian bahasa daerah akan lebih

komunikatif jikalau hadirin rata-rata pendidikan rendah seperti penduduk desa

misalnya.10

Secakap apapun seorang pembicara jika kurang dalam persiapannya,

janganlah diharapkan dia tampil secara optimal. Sebaliknya, seorang pemula

yang menyiapkan diri secara sungguh-sungguh untuk tampil dapat kita

harapkan akan berhasil. Sebuah persiapan mutlak penting bagi seorang

pembicara, lebih-lebih bagi pemula.

Menurut E.C Buehler yang dikutip oleh G. Sukadi dalam buku Publik

Speaking menunjukkan manfaat-manfaat dalam sebuah persiapan, yaitu :

a. Persiapan akan memberi kita inspirasi untuk mempelajari dan

menyelidiki bahan dengan perasaan senang.

b. Persiapan akan memberi kita rasa tenang dan percaya diri.

c. Persiapan akan mempermudah kita dalam menyajikan ide didepan

publik.

d. Persiapan akan menjadikan kita happy.

10

Onong, Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja

(28)

e. Persiapan akan menolong kita keluar dari tempurung kepicikan kita

sendiri. 11

3. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Ceramah

Suatu ceramah haruslah didahului dengan persiapan-persiapan yang

cukup. Hanya orang yang tidak bijaksana yang berceramah tanpa mengadakan

persiapan. Makin pandai orang berceramah, makin segan dan tidak mau

berceramah tanpa persiapan.12

Menurut Jalaluddin Rakhmat yang dikutip oleh Moh. Ali Aziz dalam

Ilmu Dakwah mengatakan bahwa ceramah manuskrip (menggunakan teks)

memiliki segi positif dan negatif.13 Segi positifnya antara lain :

a. Kata-kata yang dipilih sebaik-baiknya, sehingga dapat menyampaikan

arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang.

b. Pernyataan dapat dihemat karena manuskrip dapat disusun kembali.

c. Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah dipilih dan dilatih

pengucapannya.

d. Hal-hal yang menyimpang dari topik dapat dihindari.

e. Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.

Sedangkan sisi negatif ceramah manuskrip adalah :

a. Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara

langsung terhadap mereka.

b. Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik sehingga akan

kehilangan gerak dan bersifat kaku.

11

G. Sukadi, Public Speaking (Jakarta : PT Grasindo, 1993), h.17

12

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Cetakan 2 (Jakarta: Kencana, 2009), h. 360

13

(29)

c. Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau

memperpanjang pesan pidato.

d. Pembuatannya lebih lama daripada sekedar menyiapkan garis besar

(outline) saja.

4. Persiapan Ceramah

Banyak orang yang gagal diatas mimbar, karena tidak mempunyai

persiapan. Persiapan adalah salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki bagi

mereka yang ingin meraih sukses dalam berpidato.14 Orang yang mau

mempersiapkan pidato, harus selalu membuka mata dan telinga terhadap

informasi yang baru dan istimewa. Sebab untuk mengolah suatu tema untuk

dibawakan didepan publik bukan hanya perlu sumbangan pikiran pribadi yang

berasal dari pengalaman, bidang studi pengetahuan dan kesan-kesannya, tetapi

ia juga harus mengumpulkan bahan-bahan pengalaman dari dunia sekitarnya,

manusia lain dan dari situasi asing lainnya.15

Pentingnya persiapan sebelum pidato, berdakwah atau ceramah haruslah

dipersiapkan yakni dengan memastikan atau mengetahui lebih dulu apa yang

akan kita sampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari khalayak atau

audiens atau mad’u. Seperti bagaimana kita akan mengembangkan topik

bahasan. Dengan demikian diperjelas lagi dalam tahap persiapan pidato

terdapat tiga hal yang harus dilakukan yaitu : persiapan memilih topik pidato,

14

Basrah Lubis, Metodologi Retorika Dakwah, (Jakarta : Tursina, 1991), h. 17

15

Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,

(30)

mengumpulkan materi pidato dan mengembangkan topik bahasan.16 Dalam

menyiapkan pidato dilakukan dengan mengumpulkan gagasan-gagasan serta

pikiran-pikiran yang ada pada diri sendiri.17

Herbert V. Prochnow dalam buku Ilmu Pidato yang dikutip oleh Moh.

Ali Aziz menyarankan agar semua pembicara membuat persiapan dengan

berfikir, membaca dan bercakap-cakap. Untuk membuat persiapan pidato,

sebaiknya pembicara melakukan hal-hal berikut ini :

a. Lakukan refleksi dan perbanyak bacaan, yaitu dengan cara pikirkanlah

materi pidato dengan maksimal, pertimbangkan masak-masak lalu

bacalah semua tulisan yang terkait dengannya, apa yang telah ditulis dan

dikatakan oleh orang lain dan terakhir gunakanlah waktu sebaik-baiknya

untuk berkonsultasi dengan orang lain, setidaknya untuk mengetahui

pendapat mereka yang hampir serupa dengan calon pendengar anda.

b. Gunakan pemikiran orang lain. Maksudnya, jangan takut memakai

pemikiran orang lain, tetapi ungkapkanlah pemikiran tersebut dengan

kata-kata anda sendiri.

c. Perbanyak belajar langsung dari orang lain, yaitu setiap kali ada

kesempatan, diskusikanlah bahan pidato anda baik dengan teman sendiri

maupun orang lain.18

16

Fitriana Utami Dewi, PublicSpeaking Kunci Sukses Bicara didepan Publik Teori dan

Praktek, (Yogyakarta : Putaka Pelajar, 2013), h. 164 17

Dale Carnegie, Teknik dan Seni Berpidato (Terjemah, Nur Cahaya), h. 37

18

(31)

Menurut T.A Latief Rousdy yang dikutip oleh M. Ali Aziz, dalam

buku Ilmu Pidato menyatakan bahwa ada empat persiapan sebelum

melakukan pidato19, yaitu :

a. Persiapan Teknis.

b. Persiapan Psikis (mental).

c. Persiapan Fisik.

d. Persiapan Audiens (obyek).

Sedangkan yang akan peneliti bahas dalam penelitian ini hanya tiga

point saja yaitu, persiapan materi, persiapan mental dan persiapan fisik.

a. Persiapan Materi

Persiapan materi adalah usaha yang dilakukan untuk menguasai

materi yang akan disampaikan dihadapan forum dengan sistematis,

teratur, luas dan mendalam.20 Sebelum berbicara didepan publik

hendaknya harus terlebih dahulu mempersiapkan materi. Materi disini

adalah bahan yang disampaikan oleh seorang presentator. Bahan materi

itu dapat berupa ide sendiri, gagasan orang lain yang dikutip, berita,

informasi dan lain-lain.21

Mempersiapkan materi pidato bukan berarti harus menghafal

kalimat demi kalimat. Sebab dengan cara itu bisa fatal, terutama apabila

bertemu dengan kalimat baru lalu lupa kalimat apa berikutnya. Hal ini

bukan saja akan membuat kehilangan keseimbangan. Bukan sekedar

19

Moh. Ali Aziz, Ilmu Pidato, (Surabaya : PT Duta Aksara Mulia, 2015), h. 59

20

Gentasri Anwar, Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), h. 46

21

Balqis Khayyirah, Cara Pintar Berbicara Cerdas di depan Publik, (Jogjakarta : DIVA

(32)

gelisah dan memancar keringat dingin, tapi terkadang harus turun dari

mimbar karena tidak bisa meneruskan pidato. Kalau sudah terjadi

demikian sulit membayangkan kemana muka akan ditaruh.22

Menurut para ahli retorika, yaitu dimaksud persiapan teknis adalah

persiapan-persiapan yang dilakukan oleh pembicara, mulai dari

menemukan ide, tema dan judul serta materi pembicaraannya, menyusun

materi pembicaraan tersebut hingga menyampaikannya didepan audiens.

Menurut Gorys Keraf, yang dikutip oleh G. Sukadi dalam buku Public

Speaking ada 6 (enam) langkah yang pada umunya harus dipersiapkan23, yaitu ;

1. Menentukan topik dan tujuan.

Dalam hubungan dengan publik yang akan dihadapi, kita akan

semakin diuntungkan apabila publik senang dengan topik yang

ditentukan, publik sudah mengetahui sedikit banyak tentang topik dan

publik sudah membutuhkan pemikiran atau pemikiran tentang topik

tersebut.

Sedangkan tujuannya secara garis besar harus terdiri dari tujuan

memberi tahu, mendorong, meyakinkan, bertindak, dan menghibur.

2. Menganalisis publik dan situasi.

Tujuan utama mengenal publik adalah agar komunikasi dapat

berjalan lancar dan maksud yang akan kita sampaikan diterima publik

22

Basrah Lubis, Metodologi Retorika Dakwah, (Jakarta : Tursina, 1991), h.21

23

(33)

sebagaimana yang kita maksudkan. Dalam hal ini meliputi faktor

jumlah, usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, sosial,

politik, ekonomi dan adat budaya.

3. Mengumpulkan, menyeleksi dan menyusun bahan.

Dalam hal mengumpulkan bahan berdasarkan 3 (tiga) sumber

yaitu, pengalaman, penelitian, imajinasi dan pemikiran kreatif.

Sedangkan untuk menyeleksi bahan yaitu pertama, bahan yang

dipilih hendaknya sesuai dengan topik dan tujuan yang ditentukan,

dan bahan yang disajikan untuk mengembangkan topik dan tujuan.

Kedua, bahan yang dipilih hendaknya sesuai dengan publik dan situasi

yang dihadapi. Ketiga, hendaknya membedakan antara bahan utama

dan bahan yang digunakan sebagai contoh atau ilsutrasi. Keempat,

bedakan bahan yang berupa fakta dan opini atau pendapat yang

bersifat konkrit atau abstrak.

4. Menentukan metode.

Sebelum dibahasakan, sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu

metode apa yang akan dipergunakan dalam menyampaikan gagasan

kita. Secara garis besar ada 4 (empat) metode yaitu, metode naskah,

hafalan, ekstemporan dan impromtu.

5. Membahasakan ide.

Pada dasarnya berbicara didepan publik adalah kegiatan

(34)

mempertimbangkan bahasa apa yang dikuasai publik. Bisa

menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerahlah yang utama.

6. Melatih penyajian.

Bagi pembicara yang sudah berpengalaman, latihan penyajian

dengan suara nyaring sudah tidak lagi merupakan keharusan. Tetapi

bagi pemula, latihan ini penting. Lebih baik lagi jika latihan dilakukan

di tempat pertemuan akan diselenggarakan.

Misalnya pemakaian sound system bagi pemula juga perlu

dilatih. Pembicara perlu mengenal mikrofon yang dipergunakan.

Apakah peka atau tuli, seberapa jauh jarak mulut dengan mikrofon,

seberapa keras-lemahnya suara pembicara.24

Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat25, tahap persiapan pidato

terdiri dari dengan melihat beberapa persiapan dibawah ini yaitu ;

1. Jenis-jenis pidato.

a. Impromtu (tanpa persiapan)

b. Manuskrip (naskah)

c. Memoriter (hafalan)

d. Ekstempore (membuat outline)

2. Memilih topik dan tujuan.

Dalam memilih topik perlu memperhatikan beberapa hal

dibawah ini yaitu ;

24

G. Sukadi, Public Speaking (Jakarta : PT Grasindo, 1993), h. 76

25

(35)

a. Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan anda,

b. Topik harus menarik minat anda,

c. Topik harus menarik minat pendengar,

d. Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar,

e. Topik harus terang ruang lingkup dan pembatasannya,

f. Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi,

g. Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lainnya.

Sedangkan tujuan umum yang biasanya dirumuskan ada 3 (tiga)

hal yaitu, informatif (memberitahukan), persuasif (mempengaruhi)

dan rekreatif (menghibur).

3. Mengembangkan bahasan.

Apabila topik sudah ditentukan, maka diperlukan keterangan

untuk menunjang topik. Semua teknik pengembangan bahasan

dikelompokkan dalam 6 (enam) macam yaitu ;

a. Penjelasan

Penjelasan dapat dilakukan dengan definisi atau alat visual.

Definisi adalah keterangan arti kata dari kata asalnya.

b. Contoh

Pada dasarnya manusia sukar menerima hal-hal yang abstrak,

maka dengan adanya contoh dapat mengkonkritkan gagasan,

sehingga lebih mudah dipahami. Contoh dapat berupa cerita yang

rinci dan disebut dengan ilustrasi.

(36)

Analogi ialah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk

menunjukkan persamaan atau perbedaannya. Ada dua macam

analogi, yaitu analogi harfiyah dan kiasan. Analogi harfiyah ialah

perbandingan diantara objek dari kelompok yang sama karena

adanya persamaan dalam beberapa aspek tertentu.

Membandingkan antara manusia dan monyet secara biologis

adalah contohnya. Banyak ahli pidato menggunakan analogi

kiasan. Objek-objek yang diperbandingkan tidak termasuk

kelompok yang sama. Dalam kitab suci sering kita temukan

analogi seperti ini, misalnya dua ayat Al-Qur'an dan Injil.

d. Testimoni

Testimoni ialah pernyataan para ahli yang dikutip untuk

menunjang pembicaraan kita. Pendapat itu dapat diambil dari

pidato, karangan, artikel, majalah, laporan dan sebagainya.

e. Statistik

Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk

menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis tertentu. Statistik

diambil untuk menimbulkan kesan yang kuat, memperjelas dan

meyakinkan.

f. Perulangan

Sudah lama diketahui bahwa perulangan dapat menimbulkan

kesan yang kuat, sehingga Emil Dofivat memasukkannya sebagai

(37)

jutaan rupiah dikeluarkan hanya untuk mengulang pesan yang

sama.

Menurut Gentasri Anwar dalam buku Teknik dan Seni Berpidato,

langkah-langkah persiapan materi yang harus dilakukan adalah dengan

cara berikut :

1) Jika topik yang akan dibicarakan belum ada atau diserahkan panitia

kepada kita, maka sebagai langkah pertama kita harus menetapkan

atau merumuskan topik terlebih dahulu.

2) Tetapkan judul pembicaraan judul ialah nama yang diberikan untuk

topik atau pokok bahasan.

3) Sesudah topik dan judul ditetapkan atau telah disediakan panitia, lalu

periksalah pengetahuan yang ada dalam pikiran kita sendiri. Artinya

sejauh mana pengetahuan kita tentang keadaan yang berkaitan dengan

topik atau judul. Apakah pengetahuan sudah luas dan mendalam atau

belum.

4) Jika merasa belum menguasai materi secara luas dan mendalam,

kumpulan berbagai buku dan tulisan yang berhubungan dengan topik

yang akan kita bicarakan dan jika perlu bertanya kepada orang yang

dianggap ahli untuk itu.

5) Baca dan pelajari semua buku dan tulisan tadi dengan sistematis.

Jangan lupa memperhatikan teknik membaca yang akurat.

6) Usahakan pola pikir yang kita gunakan dalam mempelajari

(38)

membantu kita menguasai sesuatu pengetahuan secara sistematis, luas

dan mendalam.

7) Setelah bahan dirasa cukup, barulah kita mulai membuat kerangka

pembicaraan.

8) Selanjutnya, tulis materi ceramah selengkap-lengkapnya dengan

anggapan tulisan inilah yang akan disajikan secara utuh dihadapan

forum.

9) Baca tulisan tadi berulang-ulang sampai betul-betul mengerti,

memahami, menghayati dan menguasainya dengan baik.

10)Buat ringkasan tulisan itu dalam bentuk skema yang meliputi

pendahuluan, isi dan kesimpulan serta saran-saran. Skema cukup

dibuat pada kertas yang sederhana agar mudah untuk diingat.

11)Jika ceramah atau pidato yang disampaikan bersifat informatif atau

ilmiah, sebaiknya gunakan alat bantu (transparan, slide, alat peraga,

potongan kertas karton dan lain-lain).

12)Carilah waktu dan tempat yang cukup aman dari gangguan untuk

berlatih menyampaikan seluruh materi tanpa teks.

13)Apabila merasa tidak perlu lagi melakukan latihan seperti diatas, maka

dapat menempuh cara lain yaitu dengan melakukan latihan dalam

keadaan meditasi atau semadi. “Dalam latihan ini, kita tidak perlu

mengeluarkan suara dan bergerak. Duduk bersilat diatas kursi dengan

santai dan tenang serta pejamkan mata. Kemudian bayangkan kita

(39)

penuh keyakinan dan berwibawa. Bayangkan semua peserta

memberikan sambutan positif terhadap diri kita”. Jika latihan ini

dilakukan secara kontinu, akhirnya kita akan memiliki kemahiran

khusus dalam rangka persiapan materi. 26

Dengan demikian secara garis besar dapat ditarik beberapa point

mengenai persiapan materi pidato yang sudah dijelaskan oleh beberapa ahli

berdasarkan beberapa literatur diatas ialah :

1. Menentukan topik.

2. Menguasai materi.

3. Mencari referensi terkait.

4. Membuat skema pembicaraan.

5. Menentukan metode.

6. Menggunakan pola pikir, seperti pola pikir filsafat.

b. Persiapan Mental

Persiapan mental (kejiwaan) adalah usaha yang dilakukan untuk

menimbulkan keberanian dan kepercayaan kepada diri, sehingga

melahirkan perasaan mampu untuk berbicara dihadapan umum.

Persiapan mental harus dilakukan terutama bagi seorang komunikator

yang baru memulai pekerjaan sebagai penceramah atau bagi seseorang

26

(40)

yang ragu-ragu menyampaikan suatu topik pembicaraan sesuai dengan

permintaan panitia acara.27

Tidak sedikit yang terjadi ketika orator yang terkenal begitu

diminta untuk berpidato secara mendadak, menjadi kalangkabut.

Maksudnya bingung dalam menentukan apa yang harus disampaikan dan

darimana harus dimulai. Maka persiapan mental dalam berpidato ini

sangat menentukan sekali. Perasaan cemas, malu takut dan lainnya harus

disingkirkan agar bisa meraih sukses dalam berpidato.28

Persiapan psikis ialah persiapan mental untuk berbicara didepan

umum. Walaupun dari segi teknis atau ilmiah telah dipersiapkan dengan

baik, tetapi apabila secara psikis tidak siap, maka pembicara akan

mengalami kekecewaan atau kegagalan ketika menyampaikan pidato.

Langkah-langkah persiapan mental dapat dilakukan dengan cara

berikut :

1) Meningkatkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Berarti dengan meningkatkan kepercayaan dan keyakinan

terhadap kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Bagi

seseorang yang kuat imannya, pasti tidak akan merasa ragu dan takut

pada siapapun juga, kecuali kepada Tuhan. Perlu disadari

meningkatkan ke-imanan adalah suatu proses (bertahap dan kontinu).

Tidak ada orang yang begitu ingat Tuhan (pertama kali) langsung kuat

iman-Nya kecuali atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

27

Gentasri Anwar, Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), h. 39

28

(41)

2) Meningkatkan akhlak atau moral.

Disamping berupaya meningkatkan iman, kita juga perlu

meningkatkan akhlak atau moral, terutama dalam bergaul dengan

manusia lain. Orang yang memiliki akhlak dan moral yang terpuji,

pasti akan menjadi panutan bagi orang banyak. Dirinya akan

mengeluarkan cahaya yang mampu mempengaruhi orang lain.

Bicaranya pasti didengar orang, sikap dan perilakunya akan dicontoh

dan pendapat yang disampaikannya akan menjadi pegangan bagi

masyarakat.

3) Melakukan dialog dengan diri sendiri.

Dalam rangka persiapan mental, caranya dengan mengadakan

tanya jawab (dialog) terhadap diri sendiri, seperti dibawah ini :

Pertanyaan : Apakah saya mampu berbicara dihadapan orang

lain (pertemuan) untuk menyampaikan suatu topik tertentu atau tidak?

Jawab : Jika jawabannya bersifat ragu-ragu, maka lakukan

sugesti dengan mengajukan pertanyaan berikut.

Pertanyaan : Apa yang menyebabkan saya kurang berani

melakukannya?

Jawaban : Jika jawabannya berkaitan dengan dugaan-dugaan

bahwa peserta memiliki berbagai kelebihan (pangkat, jabatan, atau

status lainnya), sugesti diri kita dengan pernyataan bahwa tidak berarti

(42)

dengan kelebihan pengetahuan peserta, maka katakan pada diri, tidak

ada manusia yang serba tahu.29

Menurut N. Faqih Syarif dalam bukunya Kiat Menjadi Dai Sukses,

ada 2 (dua) cara mengatasi hambatan mental :

1. Membuang sampah yang ada didalam pikiran dengan melakukan cara

seperti menarik nafas dan buang melalui hidung, kedua dengan

melakukan afirmasi positif yakni sebuah pernyataan yang

diulang-ulang dan bayangkan semua sudah terjadi meskipun belum terjadi.

Ketiga, doa karena kesuksesan bukan hanya dari kemampuan pikiran

dan tindakan saja, namun juga dengan doa. Keempat, yakin dimana

setelah kita berdoa tugas kita adalah merasakan doa kita benar-benar

sudah terjadi dengan haqqul yaqiin. Kelima, menerima. Karena salah

satu rahasia kemenangan seseorang dengan menerima serta bersyukur

atas karunia Allah yang diberikan meskipun belum terkabul.30

2. Berfikir negatif vs positif

Menghindari dari berfikir negatif, karena pikiran itu akan

menumpuk dan menyebar hingga menjadi kebiasaan yang

menghalangi untuk mencapai tujuan dan mendatangkan masalah yang

tidak berkesudahan serta yang paling penting untuk disadari ialah

akan menguatkan ego rendah dan menjauhkan dari Allah.

29

Gentasri Anwar, Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), hh. 47-56

29

Ibid, hh. 40-44 30

N. Faqih Syarif, Kiat Menjadi Dai Sukses, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), hh.

(43)

Sebaliknya, pikiran positif jika kita kembangkan akan membuat

kita selalu bersyukur pada Allah ketika ada masalah atau tidak, karena

orang yang selalu berfikir positif akan memiliki kepribadian ketika

menjalani hidup dengan damai, tenang dan damai.31

c. Persiapan Fisik

Persiapan fisik adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga

kesehatan tubuh agar selalu berada dalam kondisi prima (sehat).

Persiapan ini memberi pengaruh dan dampak yang sangat besar pada

penampilan pribadi sewaktu berbicara dihadapan forum.32 Oleh karena

itu, kesehatan perlu dijaga sedemikian rupa sebelum naik mimbar. Kapan

perlu beristirahat beberapa saat untuk memulihkan kesehatan sampai

dalam kondisi puncak. Demikian juga halnya dalam kondisi lapar dan

haus, orang yang terlalu lapar akan menganggu konsentrasi pikiran.33

Dalam peribahasa Yunani ada pepatah, “Men sanna in corpora

sanno” (dalam tubuh yang sehat terdapatjiwa yang sehat). Sementara

dalam sastra Arab juga kita jumpai, ”Al ‘aqlussalim fil jismis salim” (akal

yang sehat terdapat dalam tubuh yang sehat).

Menurut teori retorika, daya tarik kita sebagai pembicara akan lebih

berkesan lagi apabila disamping memelihara kondisi fisik dalam keadaan

terbaik, perlu juga dilengkapi pemakaian busana yang rapi dan sopan.34

31

N. Faqih Syarif, Kiat Menjadi Dai Sukses, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), hh.

69-70 32

Ibid, h. 36 33

Basrah Lubis, Metodologi dan Retorika Dakwah, (Jakarta : Tursina, 1991), h. 21

34

(44)

Lakukanlah persiapan fisik dengan menempuh langkah-langkah

berikut :

1) Lakukan olahraga secara teratur dan kontinu.

2) Hindari makanan dan minuman yang dapat merusak atau mengganggu

tenggorokan (suara).

3) Istirahatlah pada waktu yang sudah ditentukan, baik siang maupun

malam hari.

4) Usahakan menghindari berbagai masalah yang tidak ada kaitannya

dengan topik pembicaraan.

5) Jangan terlalu tegang (serius) sewaktu melakukan persiapan mental

dan persiapan materi.35

Beberapa anjuran-anjuran yang harus dilakukan jika ingin sukses

ketika menyampaikan suatu pidato ialah harus melakukan persiapan

psikosomatis atau fisik ialah dengan melakukan hal-hal dibawah ini ;

1. Yakinkan diri bahwa anda sudah menyiapkan diri anda. Yakinkan jika

anda sudah menguasai bahan dan anda sanggup.

2. Jangan makan atau minum terlalu banyak sebelum tampil untuk

berbicara.

3. Jangan pernah naik mimbar dengan perut kosong, 45 menit sebelum

tampil anda harus makan dan minum sedikit.

4. Jangan minum terlalu banyak gula, alkohol atau kopi yang terlalu

keras sebelumnya, karena dapat menyebabkan pusing, mabuk dan

35

(45)

buang air. Satu gelas air hangat atau dingin dapat membantu memberi

ketenangan.36

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian yang membahas

permasalahan yang sama dari seseorang, baik dari buku ataupun bentuk tulisan

lain dan untuk menghindari plagirisme, maka penulis sampaikan beberapa hasil

penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, antara

lain :

1. Miftachul Ilmi, 2013, dengan judul “Humor sebagai Teknik Dakwah (Metode

Dakwah Ceramah HM. Cheng Hoo Djadi Galajapo). Pada penelitian ini hanya

akan membahas tentang humor sebagai teknik dakwah HM. Cheng Hoo Djadi

Galajapo. Dalam menjawab permasalahan yang ada yaitu peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya deskriptif.

Sama-sama membahas masalah teknik dakwah. Perbedaan mendasar terletak pada

sisi humor yang dijadikan sebagai teknik dakwah.

2. Alfi Zahrotin Nisa’, 2015, dengan judul “Teknik Penyampaian Dakwah K.H

Husen Rifa’i”. Ada tiga persoalan yang akan dijawab pada penelitian ini yakni

: 1. Bagaimana teknik pembukaan dakwah, 2. Bagaimana teknik penyampaian

dakwah, 3. Bagaimana teknik penutupan dakwah K.H Husen Rifa’i. Dalam

menjawab persoalan itu peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Persamaannya terlihat pada bahasan yang sama-sama mengkaji teknik dakwah.

36

Fitriana Utami Dewi, PublicSpeaking Kunci Sukses Bicara didepan Publik Teori dan

(46)

Perbedaannya hanya saja terletak pada teknik apa yang digunakan oleh peneliti

dalam mengkaji masalah yang ada. Peneliti terdahulu membahas teknik

penyampaian, sedangkan peneliti selanjutnya membahas tentang teknik

persiapan.

3. Tutik Wasi’atul Mamlu’ah, 2014 dengan judul “Gaya Retorika Dakwah Nyai

Hj. Ainur Rohmah (Wonocolo, Surabaya)”. Masalah yang diteliti dalam

penelitian ini adalah bagaimana gaya bahasa, irama suara, gerak-gerik tubuh

Nyai Hj. Ainur Rohmah dan bagaimana respon mad’u terhadap gaya retorika

dakwah Hj. Nyai Ainur Rohmah (Wonocolo, Surabaya). Dalam menjawab

permasalahan ini peneliti menggunakan analisis induktif yang bersifat

deskriptif kualitatif dalam menganalisis daya retorika dakwah Nyai Hj. Ainur

Rohmah (Wonocolo, Surabaya). Persamaan dalam penelitian yakni dalam hal

ilmu Retorika namun masih umum yang diteliti hanya gaya berbicaranya.

Sedangkan perbedaannya yaitu dari segi obyek sudah berbeda, serta ilmu

Retorika luas yakni saya fokuskan pada teknik persiapan yang meliputi

persiapan materi, fisik dan mental.

4. Moch Syamsul Hadi, 2009, dengan judul “Strategi Retorika Ustadz Busiri

Ramli Dalam Tabligh Pada Jami’iyah Istighotsah Kalam Adzim”. Ada dua

persoalan yang dikaji dalam skripsi ini yaitu strategi apa yang digunakan

ustadz Busiri Ramli dan latar belakang apa saja yang menjadi alasan oleh

ustadz Busiri Ramli dalam menggunakan strategi Retorika. Dalam menjawab

permasalahan yang ada maka digunakan metode deskriptif yang berguna untuk

(47)

jamiyyah istghotsah Kalam Adzim. Persamaannya sama-sama akan membahas

kiprah atau perjalanan seorang dalam melakukan aktifitas dakwahnya.

Perbedaan yang pertama yakni terlihat pada strategi dan retorika yang dibahas

pada penelitian terdahulu. Sedangkan penelitian selanjutnya membahas tentang

teknik persiapan dakwah.

5. Ayu Listyani Mega Dewi, 2016 dengan judul “Teknik Persiapan Dakwah K.H

Agoes Ali Masyhuri”. Ada tiga persoalan yang dikaji dalam skripsi ini yaitu, 1.

Bagaimana teknik persiapan materi, 2. Bagaimana teknik persiapan mental, 3.

Bagaimana teknik persiapan fisik K.H Agoes Ali Mashuri. Untuk mengungkap

persoalan tersebut, secara menyeluruh dan mendalam dalam penelitian ini

menggunakan metode kualitatif deskriptif. Persamaannya terletak pada bahasan

yang akan dikaji yakni tentang teknik persiapan dakwah seorang da’i.

Sedangkan perbedaaan yang terlihat yakni dari segi pendakwah yang akan

menjadi subjek penelitian yang tentunya memiliki ciri khas masing-masing.

Tabel 1.1

Penelitian Persamaan Perbedaan

(48)
(49)
(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah

sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan

pemecahannya.1 Penelitian merupakan proses kreatif yang tidak pernah mengenal

kata selesai. Pada dasarnya, penelitian itu bermula dari rasa keingintahuan

seseorang atau beberapa orang tentang suatu hal. Penelitian bertujuan menemukan

jawaban atas pertanyaan yang diajukan melalui aplikasi prosedur ilmiah.2

Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik

karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting);

selain itu disebut juga metode ethnographi, karena pada awalnya metode ini lebih

banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai

metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat

kualitatif.3

Penelitian deskriptif ini juga berusaha mendeskripsikan dan

mengintrepretasikan apa yang ada, mengenai kondisi atau hubungan yang ada,

1

Moch. Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 63

2

Asep Saeful Muhtadi.dkk, Metode Penelitian Dakwah (Bandung: CV. Pustaka Setia,

2003, h. 43. 3

(51)

pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek

yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang.4

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian deskriptif analisis. Kata ini datang dari latin “Deskriptivus” artinya

bersifat uraian. Uraian disini berarti gambaran tentang keadaan obyek pada suatu

waktu atau saat tertentu. Asumsi peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif

dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin menggambarkan mengenai subyek

penelitian yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini, khususnya mengenai

teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad di Masjid Muayad

Wonocolo Pabrik Kulit Surabaya.

Penelitian ini juga menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik

sehingga dapat lebih mudah difahami dan disimpulkan. Penelitian deskriptif juga

dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti yang

menggunakan metode kualitatif. Setelah menyusun perencanaan penelitian,

kemudian peneliti ke lapangan tidak membawa alat pengumpulan data, melainkan

langsung melakukan observasi atau pengamatan evidensi-evidensi sambil

mengumpulkan data dan melakukan analisis.5

B. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek penelitian ialah individu, benda atau orgasme yang dijadikan sumber

informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.6 Dalam hal

4

Sumanto, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan (Yogyakarta : Andi Offset, 1995) h. 77

5

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 61

6

(52)

ini yang akan dijadikan subjek penelitian ialah orang-orang yang terlibat

dengan kegiatan ustadz Misbahul Munir, yakni jamaah dan lain sebagainya.

2. Objek penelitian, ialah individu ataupun satu kelompok yang berhubungan

dengan subjek penelitian.7 Dalam hal ini objek penelitiannya ialah mengenai

bagaimana teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad.

3. Lokasi penelitian, ialah tempat diadakannya penelitian yang bertujuan untuk

mendapatkan suatu data.8 Namun lokasi yang menjadi tempat penelitian ini

tergantung dimana informan berada, selain di masjid Muayad itu sendiri

atau bisa di tempat lainnya yang bisa mendapatkan data.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini dibagi kedalam bentuk kata-kata dan

tindakan serta sumber data yang tertulis. Sedangkan sumber data dalam penelitian

yang akan dilakukan ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data pertama

dilapangan yakni dari ustadz Misbahul Munir Abdad yang menjadi key

informan sekaligus sentral informasi dalam menggali data dan juga sebagai

subyek penelitian. Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti yakni

diperoleh dengan hasil interview atau wawancara yang dilakukan peneliti

dalam beberapa tahap dengan ustadz Misbahul Munir Abdad.

7

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta : Erlangga, 2009), h. 91

8

(53)

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti atau sebagai data

pelengkap dan pendukung yakni diperoleh dengan hasil interview dan

observasi. Selama proses dilapangan, peneliti menggunakan

pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terbuka dan terus berkembang. Artinya dalam

melakukan penelitian ini peneliti mendapat sumber data yang berasal dari

informan atau memberikan tanggapan secara langsung atau memberikan

jawaban dari pertanyaan yang diberikan melalui wawancara.

Selain itu juga dari data lain yang digunakan sebagai data tambahan yakni

berasal dari pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ceramah itu seperti dari

keluarga beliau dan juga dari pihak yang ada di Masjid Muayad seperti takmir

dan beberapa jama’ah yang hadir.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada proses pengumpulan data akan digunakan beberapa teknik, antara lain:

1. Observasi

Pada bagian ini diharapkan peneliti agar langsung mengamati serta

mencatat gejala-gejala yang terjadi terhadap objek penelitian. Sesuai dengan

tujuan penelitian, observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

validitas datanya dijamin. Sebab observasi amat kecil kemungkinan

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Tabel 1.2 Jadwal Kegiatan di Masjid Muayad tahun 2016
Tabel 1.3 Hasil Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Untuk fungsi produksi rata-rata hanya faktor produksi luas tambak (X1) dan tenaga kerja pada budidaya ikan bandeng yang sama dengan frontiernya yaitu 0,318 dan

Latar Belakang: Beberapa studi telah menunjukkan hubungan antara diabetes melitus dan gangguan kognitif serta terjadinya penurunan fungsi kognitif secara

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Sula yang selanjutnya disebut Pengguna Jasa mengundang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi (pemborongan) baik secara individu maupun

Sifat formaldehida yang mudah terhidrolisis atau larut dalam air menyebabkan formaldehida yang seharusnya mengikat urea dan tanin agar daya rekat menjadi kuat lebih terikat atau

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa Jumlah Mata Tunas berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun per setek umur 6 dan 8 MST, berpengaruh nyata terhadap

No 24 Tahun 1997 (2) UUPA sendiri merupakan hukum agraria nasional yang kehadirannya didasarkan pada hukum asli indonesia yang dikenal dengan sebutan hukum adat,

Pengaruh metode pembelajaran Snowball Throwing terhadap prestasi belajar sejarah adalah dapat dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada mata

Penelitian sebelumya mengenai kepercayaan yang dilakukan oleh Guspul (2014) mengemukakan bahwa variabel kepercayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap