ABSTRAK
Halimah Tus Sa’diyah, NIM. B01213008, Teknik Persiapan Ceramah Ustadz Misbahul Munir Abdad. Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata kunci : Teknik Persiapan Ceramah, Ustadz Misbahul Munir Abdad.
Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad yang terbagi menjadi tiga, yaitu persiapan materi, mental dan fisik.
Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode kualitatif non kancah. Dalam penelitian ini digunakanlah metode deskriptif yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad, kemudian data itu dianalisis dengan data analisis deskriptif sehingga diperoleh makna yang mendalam mengenai teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad.
Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad yaitu persiapan materinya dengan membaca sub
bahasan dalam kitab Tanbihul Ghafilin secara berulang-ulang, membaca
buku-buku lain yang terkait dengan sub bahasan untuk mengembangkan bahasan dan mengikuti pola pikir sesuai dengan kitab, yaitu pola pikir tasawuf. Persiapan mental yang dilakukan ialah dengan merekam suaranya sendiri di tape recorder, dan di dengarkan kembali sebagai bahan evaluasi, melakukan meditasi dengan cara mendekatkan diri kepada Allah. Persiapan Fisiknya yaitu dengan menjaga kondisi kesehatan dengan mengendalikan kegiatan, mengatur jeda waktu untuk istirahat. Mengatur pola makan dan minum yang bisa mengganggu kesehatan. Berjalan-jalan atau sambil berlari-lari kecil sekitar sejauh 100 m.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Definisi Konsep ... 11
F. Sistematika Pembahasan ... 13
BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoritik 1. Pengertian Dakwah... 15
2. Metode dan Teknik Dakwah ... 17
3. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Dakwah ... 20
4. Persiapan Ceramah ... 21
a. Persiapan Materi ... 23
b. Persiapan Mental ... 31
c. Persiapan Fisik ………. 35
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 42
B. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian ... 43
C. Jenis dan Sumber Data ... 44
D. Teknik Pengumpulan Data ... 45
E. Teknik Analisis Data ... 48
F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data ... 49
G. Tahap-tahap Penelitian ... 51
BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALIS DATA A. Setting Penelitian 1. Sekilas tentang Masjid Muayad Pabrik Kulit Wonocolo ... 57
2. Biografi Ustadz Misbahul Munir Abdad ... 58
3. Perjalanan Dakwah Ustadz Misbahul Munir Abdad ... 60
B. Penyajian Data 1. Persiapan Materi Ustadz Misbahul Munir Abdad ... 64
2. Persiapan Mental Ustadz Misbahul Munir Abdad ……. ... 74
3. Persiapan Fisik Ustadz Misbahul Munir Abdad ... 76
C. Analisis Data ... 78
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang berisi petunjuk-petunjuk agar manusia secara
individual menjadi manusia yang baik, beradab, berkualitas, selalu berbuat baik
dan secara kolektif menjadi manusia yang baik sehingga mampu membuat
peradaban yang maju, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti
kehidupan yang adil, maju bebas dari berbagai ancaman, penindasan dan
kekhawatiran.1
Dakwah merupakan suatu upaya menyeru manusia untuk berbuat kebaikan
dan mencegah berbuat kemungkaran untuk mencapai kebahagiaan didunia
maupun diakhirat. Dakwah islam berupaya agar umat manusia selalu berubah
dalam makna selalu meningkatkan situasi dan kondisi baik lahir maupun batin,
berupaya agar semua kegiatannya masuk kedalam kerangka ibadah dan
diharapkan agar mencapai kesejahteraan, kebahagiaan lahir dan batin yang
memperoleh ridha Allah SWT.2 Dakwah merupakan kegiatan mengajak umat
manusia ke jalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik serta
berdebat dengan cara yang baik pula.
Seperti yang tercantum dalam QS. An-Nahl [16] 125:
1
Andy Dermawan, dkk, Metodologi Ilmu Dakwah (Yogyakarta :Lesfi), h 14
2
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997),
ُعْدا
ّنِإ ُنَسْحَأ َيِ ِِّلاِب ْمُِْْداَجَو ِةَنَسَْْا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْْاِب َكِّبَر ِليِبَس ََِإ
َنيِدَتْهُمْلاِب ُمَلْعَأ َوَُو ِهِليِبَس ْنَع ّلَض ْنَِِ ُمَلْعَأ َوُ َكّبَر
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.3
Perkembangan masyarakat yang semakin meningkat dan tuntutan yang
semakin beragam membuat dakwah tidak bisa lagi dilakukan secara tradisional.
Dakwah harusnya dikemas dengan bentuk dan cara yang bisa membuat
masyarakat tertarik untuk selalu mengikuti kegiatan dakwah. Oleh sebab itu agar
dakwah dapat mencapai sasaran strategis jangka panjang, maka tentunya
diperlukan sistem menejerial komunikasi baik dalam penataan, perkataan maupun
perbuatan yang dalam banyak hal sangat relevan dan terkait dengan nilai-nilai
keislaman, maka para da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan
saja menganggap bahwa dakwah dalam frame “amar ma’ruf nahi munkar”
melainkan harus memenuhi beberapa syarat diantaranya materi yang cocok,
mengetahui psikologis objek dakwah, memilih metode yang representatif,
menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya.4
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota Surabaya,1989)
4
Wahidin Saputra, M.A, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
Sudah bukan waktunya lagi dakwah dilakukan asal jalan, tanpa sebuah
perencanaan yang matang, baik yang menyangkut materi, tenaga pelaksanaan
atau metode yang hendak digunakannya.5 Agar dakwah bisa dilakukan secara
efisien, efektif dan sesuai dengan kebutuhan, maka sudah waktunya dibuat dan
disusun stratifikasi sasaran yang berdasarkan tingkat usia, pendidikan, tempat
tinggal dan lain sebagainya.6
Dalam kegiatan dakwah, pada hakikatnya bukanlah da’i yang membimbing
atau memberi petunjuk kepada mad’u nya, melainkan Allah. Apabila da’i dan
mad’u telah merasakan memiliki pesan yang sama, maka keadaan demikian itu
memerlukan taufiq Allah sehingga sampai kepada tingkat beriman, terutama
mad’unya.7 Bila komponen dakwah yaitu da’i, mad’u, materi, media tersebut
diolah dengan penggunaan ilmu manajemen maka aktifitas dakwah akan
berlangsung secara lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebab
bagaimanapun juga sebuah aktifitas apapun itu sangat diperlukan sebuah
pengolaan yang tepat bila ingin dapat berjalan secara sempurna.
Aktifitas dakwah pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan proses
komunikasi, sebab pada dasarnya dakwah merupakan penyampaian informasi
agama atau penyebaran ajaran Islam melalui proses komunikasi baik dengan
personal approach, familiy approach ataupun social approach.8 Jika aktifitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, maka citra
profesional dalam dakwah akan terwujud pada kehidupan masyarakat. Seperti
5
K.H Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual (Jakarta : Gema Insani Press, 1998) h. 77
6
Ibid. h. 80 7
Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah Perspektif Komunikasi, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h 26 8
yang dikatakan oleh A. Rosyad bahwa manajemen dakwah sebagai proses
perencanaan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan
tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian
menggerakkan kearah pencapaian tujuan dakwah.9
Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa dakwah pada dasarnya
merupakan proses memotivasi dan persuasif yang dalam prosesnya berusaha
memotivasi dan mempersuasi mad’u supaya menerima pesan dakwah. Proses itu
sendiri bersifat abstrak yang berupa lambang atau pesan, baik melalui proses
motivasi atau persuasi dari da’i kepada mad’u bukan suatu aktifitas yang dapat
dianalisis secara empiris. Sehingga secara verifikasi kelimuan, kriteria
efektifitasnya sulit sehingga ada suatu ukuran dan kriteria yang dapat
dipertanggungjawabkan secara kelimuan pula.10
Keilmiahan proses dakwah tersirat dalam surat An-Nur [24] 55 yang
berbunyi :
اَمَك ِضْرأا ِِ ْمُهّ نَفِلْخَتْسَيَل ِتاَِْاّصلا اوُلِمَعَو ْمُكْنِم اوُنَمآ َنيِذّلا ُّّا َدَعَو
ُيَلَو ْمَُْ ىَضَتْرا يِذّلا ُمُهَ نيِد ْمَُْ ّنَنِّكَمُيَلَو ْمِهِلْبَ ق ْنِم َنيِذّلا َفَلْخَتْسا
ْنِم ْمُهّ نَلِّدَب
ُمُ َكِئَلوُأَف َكِلَذ َدْعَ ب َرَفَك ْنَمَو اًئْيَش ِِ َنوُكِرْشُي ا َِِنوُدُبْعَ ي اًنْمَأ ْمِهِفْوَخ ِدْعَ ب
َنوُقِساَفْلا
9
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta : Prenada Media, 2006) h. 36
10
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik”.11
Dari ayat diatas tersirat bahwa landasan pokok dakwah adalah iman dan
amal shaleh yang berlandaskan ilmu pengetahuan, sedangkan dasar
pelaksanaannya adalah penglihatan, logika dan kebenaran selain menggambarkan
proses dakwah yang berkaitan dengan filsafat dan pendidikan serta mengingatkan
bahwa Al-Qur’an mengharuskan menggunakan akal.12
Dakwah bisa dilakukan oleh setiap kaum muslim yang memiliki
pengetahuan lebih dibidang keagamaan. Dimana setiap pendakwah memiliki
teknik persiapan masing-masing. Mulai dari persiapan teknis (ilmiah), persiapan
mental dan juga persiapan fisik yang dilakukan pendakwah. Oleh karena itu
dakwah tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, sebaliknya aktifitas dakwah
dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar memiliki persyaratan sebagai
seorang pendakwah.
Seorang muballigh yang akan berceramah, sebaiknya harus mengetahui
terlebih dahulu medan yang akan dituju. Harus tahu ruang lingkup dimana ia akan
berpidato. Kalau tidak, maka kegagalan disana akan menunggu. Oleh karena itu
11
Departemen Agama RI, 1989 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mahkota Surabaya.
12
Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah Perspektif Komunikasi, (Bandung : PT Remaja
sebelum muballigh berangkat ke tempat tujuan, tanyakanlah terlebih dahulu
kepada pengurus atau panitia mengenai tempat atau ruang lingkupnya.
Teknik atau cara dalam berdakwah adalah ilmu yang berkaitan dengan
bagaimana mempersiapkan dan menyampaikan dakwah secara langsung dan
bagaimana menghilangkan hal-hal yang mengganggu kelancaran dakwah. Oleh
sebab itu keterampilan berbicara didepan umum mutlak diperlukan bagi siapapun
yang ingin sukses meraih dukungan publik dimana suatu perbaikan masyarakat
banyak tergantung pada pemimpin atau pada pelaksana dakwah atau da’i dan
sebagai penunjang hal tersebut, maka diperlukan teknik persiapan dakwah yang
tepat. Oleh sebab itu, keterampilan berbicara di depan umum mutlak diperlukan
bagi siapapun yang ingin sukses meraih dukungan publik. Bukan hal yang
berlebihan apabila dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu dakwah, suatu
perbaikan masyarakat banyak tergantung pada pemimpin atau pada pelaksana
dakwah atau da’i dan sebagai penunjang hal tersebut, maka diperlukan teknik
persiapan dakwah yang tepat.
Dalam menyampaikan materi dakwah, retorika merupakan salah satu
metode atau teknik dakwah yang tidak jarang digunakan oleh para da’i atau para
utusan Allah. Oleh karena itu untuk mentransformasikan materi dakwahnya,
seorang da’i hendaknya memiliki dan menguasai ilmu retorika sebelum terjun
untuk berdakwah. Kenyataannya, seringkali kita melihat dalam suatu ceramah
atau kegiatan komunikasi yang lainnya, pihak komunikan sudah memahami isi
pesan yang disampaikan oleh komunikator tetapi pesan tersebut hanya pada
dimengerti dan dilaksanakan. Seseorang yang memahami atas pesan kebersihan
itu pangkal kesehatan, belum menjadi sikapnya, apabila dalam kenyataanya orang
tersebut masih hidup dalam serba kotor dan jorok. Orang tersebut baru pada
tingkat opini, belum sampai pada tingkat attitude (sikap) atau pesan-pesan
komunikasi.13
Dalam ilmu pidato ada dua persiapan yang pokok sebelum pelaksanaan
pidato yakni persiapan mental kejiwaaan untuk berdiri dan berhadapan dimuka
khalayak dan persiapan yang menyangkut materi atau isi pidato yang akan
disajikan.14 Artinya sebelum seseorang hendak berpidato, maka harus didahului
dengan persiapan-persiapan yang cukup. Karena hanya orang yang tidak bijaksana
yang akan berpidato tanpa mengadakan persiapan. Semakin pandai orang
berpidato, semakin segan dan tidak mau berpidato tanpa adanya persiapan.15
Menurut T.A Latief Rousdy yang dikutip oleh Moh. Ali Aziz, dalam buku
Ilmu Pidato menyatakan bahwa ada empat persiapan sebelum melakukan pidato16,
yaitu :
a. Persiapan Teknis.
b. Persiapan Psikis (mental).
c. Persiapan Fisik.
d. Persiapan Audiens (obyek).
Sedangkan yang akan peneliti bahas dalam penelitian ini hanya tiga point
saja yaitu tentang persiapan materi, persiapan mental dan persiapan fisik.
13
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), h. 19
14
H. A. Sunarto, Retorika Dakwah (Surabaya : Jaudar Press, 2014), h. 40
15
Ibid, h. 45 16
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai bahwa tata cara memberikan
lebih penting dari sesuatu yang diberikan itu sendiri. Dalam konteks dakwah,
dakwah juga memasang sebuah ideologi. Ajaran yang baik dan benar harus
dikemas dan disebarkan dengan cara yang baik pula. Tidak sedikit ajaran yang
sesat tetapi memperoleh respon yang luar biasa karena dipersiapkan dan
disampaikan dengan kemasan yang menarik dan dengan cara yang lebih unik serta
menyenangkan. Hal ini membuktikan bahwa pelayanan lebih strategis daripada
produk, tata cara atau metode lebih penting dari pesannya.17
Salah satu fenomena membuktikan bahwa dengan menggunakan teknik
yang sesuai dapat menentukan keberhasilan dakwah, diantaranya yaitu : K.H.
Abdul Mutholib yang biasa dikenal dengan sebutan Kera Sakti. Dia adalah salah
satu figur yang mempunyai kepandaian humor dalam berceramah. Ceramah Kyai
Kera Sakti juga mampu menyedot semua kalangan masyarakat baik itu para kyai,
kaum santri, kaum ibu-ibu, bapak-bapak dan sebagainya. Dia memiliki
kecerdikan untuk humor dan memiliki kreasi untuk melantunkan lagu yang
merdu, pandai memainkan tongkatnya menyerupai alat musik. Kesan yang
dominan ketika mendengar nama Kyai Kera Sakti adalah kejenakaannya yang
mengandung tawa. Dia memiliki ketenangan dalam berhumor dan kearifan yang
menggelitik.
Sedangkan yang menjadi subjek penelitian kali ini adalah ustadz Misbahul
Munir Abdad, beliau dikenal di masyarakat Wonocolo sebagai kiai, ustadz
sekaligus penasehat di Masjid Muayad, beliau banyak memberikan ilmunya
17
dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang ada di Masjid Muayad. Selain
mengisi kajian di Masjid Muayad Wonocolo, ustadz Misbah juga aktif di berbagai
masjid di Surabaya yaitu mengisi kajian di Radio Suara Akbar Surabaya (SAS) di
Masjid Al-Akbar, Masjid Al-hidayah Ketintang, Masjid Al-Maghfiroh Rungkut
Asri, Masjid Nurul Iman di Margorejo Indah dan masih ada beberapa masjid yang
beliau datangi untuk berceramah.
Antusias ustadz Misbah dalam mengisi ceramah di masjid-masjid adalah
untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad dalam berdakwah, selain itu
diusia beliau yang sudah tak lagi muda mengisi kegiatan ceramah bisa menjadi
kesibukan ketika nantinya ustadz Misbah pensiun dan sudah terlepas dari semua
jabatan yang ada dikampus maupun ditempat lainnya. Karena menurutnya, mau
tidak mau kegiatan umat Islam itu ialah mampu mengadakan dan mengisi
kegiatan di masjid dan memberikan ilmunya kepada masyarakat dalam hal
keagamaan dan kelimuan. Meskipun sering dan sudah terbiasa berceramah, beliau
tetap saja selalu mempersiapkan segala sesuatu sebelum beliau tampil dihadapan
jamaahnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana teknik
persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad yang meliputi persiapan materi,
mental dan fisiknya.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dijawab oleh peneliti adalah bagaimana teknik
persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad yang meliputi :
1. Bagaimana teknik persiapan materi ustadz Misbahul Munir Abdad ?
3. Bagaimana teknik persiapan fisik ustadz Misbahul Munir Abdad?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok pembahasan yang dikemukakan diatas, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Mengetahui bagaimana teknik persiapan materi ustadz Misbahul Munir
Abdab
2. Mengetahui bagaimana teknik persiapan mental ustadz Misbahul Munir
Abdab
3. Mengetahui bagaimana teknik persiapan fisik ustadz Misbahul Munir
Abdab
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala
keilmuan dakwah bagi peneliti pribadi khususnya, maupun bagi berbagai
pihak yang memiliki ketertarikan untuk mengkaji mengenai dinamika
keilmuan dakwah.
2. Secara Praktis
Dengan adanya penelitian ini, sangat besar harapan dapat mengetahui
dan memahami teknik persiapan sebelum berdakwah ustadz Misbahul
Munir Abdad. Dengan begitu hasil penelitian ini bisa menjadi bahan acuan
pembelajaran bagi penulis agar dapat mengamalkannya.
b. Bagi Akademis
Diharapkan dapat menjadi salah satu bahan (referensi) bagi para
pecinta ilmu pengetahuan khususnya dibidang komunikasi dan penyiaran,
juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran demi kepentingan
dakwah.
E. Definisi Konsep
1. Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode.18 Sedangkan menurut Hartono
menuturkan bahwa teknik adalah cara membuat sesuatu melakukan sesuatu
yang berhubungan dengan kesenian.
2. Persiapan
Persiapan adalah suatu kegiatan yang akan dipersiapkan sebelum
melakukan sebuah kegiatan.19 Tanpa persiapan, kegiatan tidak akan
terlaksanakan dengan baik ataupun susah untuk dilaksanakan, sebaliknya
18
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana 2006), hal. 125 19
jika kita persiapan maka kegiatan itu akan terlaksana dengan baik, hasil dari
persiapan adalah sebuah kegiatan yang memuaskan.
3. Dakwah
Dakwah sendiri merupakan proses peningkatan iman dalam diri
manusia sesuai syariat Islam. Proses menunjukkan kegiatan yang
terus-menerus, berkesinambungan dan bertahap. Peningkatan adalah perubahan
kualitas yang positif dari buruk menjadi baik atau dari baik menjadi lebih
baik. 20
Jadi, teknik persiapan dakwah dapat dipahami sebagai suatu cara yang
digunakan oleh seorang pendakwah sebelum melakukan sebuah kegiatan
agar terlaksana dengan baik dan hasilnya bisa memuaskan masyarakat untuk
mencapaikebahagiaan di dunia maupun di akhirat dalam konteks penelitian
ini, teknik persiapan dakwah yang dimaksud adalah cara yang digunakan
oleh ustadz Misbahul Munir Abdad dalam mempersiapkan segala sesuatu
sebelum menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat di Masjid Muayad
Wonocolo Pabrik Kulit Surabaya yang menjadi sasaran tempat dakwahnya.
Adapun teknik yangdigunakan dalam mempersiapkan pidato terdiri
dari 3 bagian yaitu : Teknik Persiapan Ilmiah (materi), Teknik Persiapan
Mental, dan Teknik Persiapan Fisik.
20
F. Sistematika Pembahasan
Untuk menggambarkan lebih jelas pada pembahasan penelitian ini, maka
peneliti akan menguraikan sitematika pembahasannya. Adapun sistematika
pembasahan pada penelitian ini sebagai berikut :
Bab I adalah pendahuluan, pada bab ini berisi tentang latar belakang
masalah yakni fenomena sosial yang mendasari penelitian ini, rumusan
masalah yang merupakan akar masalah yang jawabannya akan ditemukan
setelah melakukan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
konsep dan sistematika pembahasan.
Bab II adalah kajian kepustakaan, pada bab ini berisi tentang kajian
pustaka yang membahas tentang teori kepustakaan yang terkait dengan judul
penelitian, kajian teoritik yakni pembahasan kajian teori dan penelitian
terdahulu yang relevan sebagai rujukan dan perbandingan terhadap penelitian
yang dilakukan saat ini
Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini berisi tentang pendekatan
dan jenis penelitian yang akan dipakai dan juga metode penelitian yang akan
dipakai oleh peneliti. Dan juga membahas tentang teknik pengumpulan data
dan teknik analisis datayang akan dipakai dalam penelitian.
Bab IV adalah penyajian data, pada bab ini penyajian dan analisis data
menjelaskan tentang setting penelitian yaitu teknik persiapan dakwah ustadz
Misbahul Munir. Pada bab ini yang nantinya akan menjawab rumusan masalah
Bab V adalah penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang menjawab
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teoretik
1. Pengertian Dakwah
Dakwah banyak sekali dijelaskan salah satunya dalam buku Moh. Ali
Aziz Ilmu Dakwah, salah satunya menurut M. Arifin yang mendefinisikan
dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan dalam bentuk lisan, tulisan dan tingkah
laku dan lain sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam
usaha mempengaruhi orang lain secara individu maupun kelompok supaya
timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan, serta
pengamalan terhadap ajaran agama, message yang disampaikan kepadanya
tanpa ada unsur-unsur paksaan.1
Selain itu menurut Ali Makhfudh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin”
mengatakan dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan
mengikuti petunjuk (agama), menyeru kepada kebaikan dan mencegah mereka
dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.2
Didalam Al-Qur’an terdapat banyak perintah yang menyuruh kaum
muslimin agar mendakwahi manusia ber-sabilillah di jalan Allah. Adapun
perintah untuk menyampaikan atau menginformasikan wahyu-Nya, Allah
SWT., berfirman dalam surat Al-Maidah [5] 67 :
1
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Ed Rev. Cet 2 (Jakarta : Kencana,2012), hh. 15-16
2
ُهَتَلاَسِر َتْغّلَ ب اَمَف ْلَعْفَ ت ََْ ْنِإَو َكِّبَر ْنِم َكْيَلِإ َلِزْنُأ اَم ْغِّلَب ُلوُسّرلا اَهّ يَأ اَي
َنيِرِفاَكْلا َمْوَقْلا يِدْهَ ي ا َّّا ّنِإ ِساّنلا َنِم َكُمِصْعَ ي ُّّاَو
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.3
Pada tataran praktik dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga
unsur yaitu penyampaian pesan, informasi yang disampaikan dan penerima
pesan. Namun dakwah mengandung pengertian lebih luas dari istilah-istilah
diatas, karena istilah dakwah mengandung makna aktifitas menyampaikan
ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar serta
memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.4
Dengan adanya perintah melaksanakan dakwah, berarti adanya tuntutan
untuk membangun dan menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dan
dibutuhkan untuk terselenggaranya perintah itu dengan baik, benar dan
profesional. Jadi mengembangkan sisi keilmuan dan kelembagaan dakwah
secara profesional dan proporsional adalah implikasi langsung dari adanya
perintah dakwah.5
3
Departemen Agama RI, 1989 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mahkota Surabaya.
4
M. Munir, Manajemen Dakwah (Jakarta : Prenada Media, 2006), h. 17
5
Asep Muhidin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an (Bandung : CV Pustaka Setia, 2002),
2. Metode dan Teknik Dakwah
Dalam ilmu dakwah metode merupakan suatu cara yang digunakan
seorang da’i dalam menyampaikan pesannya kepada mad’u. Untuk
merealisasikan suatu metode diperlukan strategi yang merujuk pada sebuah
perencanaan untuk mencapai suatu tujuan. 6
Dalam menggunakan metode perlu memperhatikan bagaimana hakikat
metode itu, karena hakikat metode itu merupakan pedoman pokok yang
mula-mula harus dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan dan
penggunaannya. Pedoman dasar atau prinsip penggunaan metode dakwah
Islam termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits. Seperti dalam surat An-Nahl
[16] 125 :
ُنَسْحَأ َيِ ِِّلاِب ْمُِْْداَجَو ِةَنَسَْْا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْْاِب َكِّبَر ِليِبَس ََِإ ُعْدا
ّنِإ
َنيِدَتْهُمْلاِب ُمَلْعَأ َوَُو ِهِليِبَس ْنَع ّلَض ْنَِِ ُمَلْعَأ َوُ َكّبَر
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Setelah mengetahui prinsip-prinsip metode atau hakikat suatu metode,
seorang da’i diharapkan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan dan penggunaan suatu metode, agar metode yang dipilih dan
digunakan benar-benar fungsional. Maka faktor-faktor yang dimaksud adalah :
6
a. Tujuan, dengan berbagai jenis dan fungsinya.
b. Sasaran dakwah (masyarakat) dengan segala kebijakan pemerintah,
tingkat usia, pendidikan, peradaban dan lain sebagianya.
c. Situasi dan kondisi yang beraneka ragam keadaannya.
d. Media dan fasilitas yang tersedia, dengan berbagai macam kuantitas dan
kualitas.
e. Kepribadian dan kemampuan seorang da’i atau muballigh.7
Setiap metode memerlukan teknik dalam implementasinya. Menurut
Wina Sanjaya teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode.8 Jadi, teknik dakwah adalah cara seorang
da’i untuk menerapkan sebuah metode dengan menggunakan
bermacam-macam daya tarik untuk menentukan keberhasilan seorang da’i. Dalam hal ini
teknik dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Teknik Persiapan Ceramah.
2. Teknik Penyampaian Ceramah.
3. Teknik Penutupan Ceramah.9
Dikalangan ahli pidato atau orator atau retor terdapat suatu pegangan
yang berbunyi sebagai berikut, “Qui ascendit sine labore, descendit sine
honore”, yang artinya siapa yang naik tanpa kerja, akan turun tanpa
kehormatan”. Sebelum naik mimbar, jauh-jauh sebelumnya perlu ditelaah
7
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983) h. 103
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana 2006), hal. 125 9
secara seksama, apakah hadirin yang akan dihadapi itu sifatnya homogen atau
heterogen dan jumlahnya sedikit atau banyak. Karena sebuah pidato akan
berhasil apabila pesan atau materi yang disampaikan sesuai dengan
kepentingan hadirin dan berhasil pula jika bahasa yang digunakan dimengerti
sepenuhnya oleh hadirin, mungkin pemakaian bahasa daerah akan lebih
komunikatif jikalau hadirin rata-rata pendidikan rendah seperti penduduk desa
misalnya.10
Secakap apapun seorang pembicara jika kurang dalam persiapannya,
janganlah diharapkan dia tampil secara optimal. Sebaliknya, seorang pemula
yang menyiapkan diri secara sungguh-sungguh untuk tampil dapat kita
harapkan akan berhasil. Sebuah persiapan mutlak penting bagi seorang
pembicara, lebih-lebih bagi pemula.
Menurut E.C Buehler yang dikutip oleh G. Sukadi dalam buku Publik
Speaking menunjukkan manfaat-manfaat dalam sebuah persiapan, yaitu :
a. Persiapan akan memberi kita inspirasi untuk mempelajari dan
menyelidiki bahan dengan perasaan senang.
b. Persiapan akan memberi kita rasa tenang dan percaya diri.
c. Persiapan akan mempermudah kita dalam menyajikan ide didepan
publik.
d. Persiapan akan menjadikan kita happy.
10
Onong, Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja
e. Persiapan akan menolong kita keluar dari tempurung kepicikan kita
sendiri. 11
3. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Ceramah
Suatu ceramah haruslah didahului dengan persiapan-persiapan yang
cukup. Hanya orang yang tidak bijaksana yang berceramah tanpa mengadakan
persiapan. Makin pandai orang berceramah, makin segan dan tidak mau
berceramah tanpa persiapan.12
Menurut Jalaluddin Rakhmat yang dikutip oleh Moh. Ali Aziz dalam
Ilmu Dakwah mengatakan bahwa ceramah manuskrip (menggunakan teks)
memiliki segi positif dan negatif.13 Segi positifnya antara lain :
a. Kata-kata yang dipilih sebaik-baiknya, sehingga dapat menyampaikan
arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang.
b. Pernyataan dapat dihemat karena manuskrip dapat disusun kembali.
c. Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah dipilih dan dilatih
pengucapannya.
d. Hal-hal yang menyimpang dari topik dapat dihindari.
e. Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Sedangkan sisi negatif ceramah manuskrip adalah :
a. Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara
langsung terhadap mereka.
b. Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik sehingga akan
kehilangan gerak dan bersifat kaku.
11
G. Sukadi, Public Speaking (Jakarta : PT Grasindo, 1993), h.17
12
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Cetakan 2 (Jakarta: Kencana, 2009), h. 360
13
c. Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau
memperpanjang pesan pidato.
d. Pembuatannya lebih lama daripada sekedar menyiapkan garis besar
(outline) saja.
4. Persiapan Ceramah
Banyak orang yang gagal diatas mimbar, karena tidak mempunyai
persiapan. Persiapan adalah salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki bagi
mereka yang ingin meraih sukses dalam berpidato.14 Orang yang mau
mempersiapkan pidato, harus selalu membuka mata dan telinga terhadap
informasi yang baru dan istimewa. Sebab untuk mengolah suatu tema untuk
dibawakan didepan publik bukan hanya perlu sumbangan pikiran pribadi yang
berasal dari pengalaman, bidang studi pengetahuan dan kesan-kesannya, tetapi
ia juga harus mengumpulkan bahan-bahan pengalaman dari dunia sekitarnya,
manusia lain dan dari situasi asing lainnya.15
Pentingnya persiapan sebelum pidato, berdakwah atau ceramah haruslah
dipersiapkan yakni dengan memastikan atau mengetahui lebih dulu apa yang
akan kita sampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari khalayak atau
audiens atau mad’u. Seperti bagaimana kita akan mengembangkan topik
bahasan. Dengan demikian diperjelas lagi dalam tahap persiapan pidato
terdapat tiga hal yang harus dilakukan yaitu : persiapan memilih topik pidato,
14
Basrah Lubis, Metodologi Retorika Dakwah, (Jakarta : Tursina, 1991), h. 17
15
Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,
mengumpulkan materi pidato dan mengembangkan topik bahasan.16 Dalam
menyiapkan pidato dilakukan dengan mengumpulkan gagasan-gagasan serta
pikiran-pikiran yang ada pada diri sendiri.17
Herbert V. Prochnow dalam buku Ilmu Pidato yang dikutip oleh Moh.
Ali Aziz menyarankan agar semua pembicara membuat persiapan dengan
berfikir, membaca dan bercakap-cakap. Untuk membuat persiapan pidato,
sebaiknya pembicara melakukan hal-hal berikut ini :
a. Lakukan refleksi dan perbanyak bacaan, yaitu dengan cara pikirkanlah
materi pidato dengan maksimal, pertimbangkan masak-masak lalu
bacalah semua tulisan yang terkait dengannya, apa yang telah ditulis dan
dikatakan oleh orang lain dan terakhir gunakanlah waktu sebaik-baiknya
untuk berkonsultasi dengan orang lain, setidaknya untuk mengetahui
pendapat mereka yang hampir serupa dengan calon pendengar anda.
b. Gunakan pemikiran orang lain. Maksudnya, jangan takut memakai
pemikiran orang lain, tetapi ungkapkanlah pemikiran tersebut dengan
kata-kata anda sendiri.
c. Perbanyak belajar langsung dari orang lain, yaitu setiap kali ada
kesempatan, diskusikanlah bahan pidato anda baik dengan teman sendiri
maupun orang lain.18
16
Fitriana Utami Dewi, PublicSpeaking Kunci Sukses Bicara didepan Publik Teori dan
Praktek, (Yogyakarta : Putaka Pelajar, 2013), h. 164 17
Dale Carnegie, Teknik dan Seni Berpidato (Terjemah, Nur Cahaya), h. 37
18
Menurut T.A Latief Rousdy yang dikutip oleh M. Ali Aziz, dalam
buku Ilmu Pidato menyatakan bahwa ada empat persiapan sebelum
melakukan pidato19, yaitu :
a. Persiapan Teknis.
b. Persiapan Psikis (mental).
c. Persiapan Fisik.
d. Persiapan Audiens (obyek).
Sedangkan yang akan peneliti bahas dalam penelitian ini hanya tiga
point saja yaitu, persiapan materi, persiapan mental dan persiapan fisik.
a. Persiapan Materi
Persiapan materi adalah usaha yang dilakukan untuk menguasai
materi yang akan disampaikan dihadapan forum dengan sistematis,
teratur, luas dan mendalam.20 Sebelum berbicara didepan publik
hendaknya harus terlebih dahulu mempersiapkan materi. Materi disini
adalah bahan yang disampaikan oleh seorang presentator. Bahan materi
itu dapat berupa ide sendiri, gagasan orang lain yang dikutip, berita,
informasi dan lain-lain.21
Mempersiapkan materi pidato bukan berarti harus menghafal
kalimat demi kalimat. Sebab dengan cara itu bisa fatal, terutama apabila
bertemu dengan kalimat baru lalu lupa kalimat apa berikutnya. Hal ini
bukan saja akan membuat kehilangan keseimbangan. Bukan sekedar
19
Moh. Ali Aziz, Ilmu Pidato, (Surabaya : PT Duta Aksara Mulia, 2015), h. 59
20
Gentasri Anwar, Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), h. 46
21
Balqis Khayyirah, Cara Pintar Berbicara Cerdas di depan Publik, (Jogjakarta : DIVA
gelisah dan memancar keringat dingin, tapi terkadang harus turun dari
mimbar karena tidak bisa meneruskan pidato. Kalau sudah terjadi
demikian sulit membayangkan kemana muka akan ditaruh.22
Menurut para ahli retorika, yaitu dimaksud persiapan teknis adalah
persiapan-persiapan yang dilakukan oleh pembicara, mulai dari
menemukan ide, tema dan judul serta materi pembicaraannya, menyusun
materi pembicaraan tersebut hingga menyampaikannya didepan audiens.
Menurut Gorys Keraf, yang dikutip oleh G. Sukadi dalam buku Public
Speaking ada 6 (enam) langkah yang pada umunya harus dipersiapkan23, yaitu ;
1. Menentukan topik dan tujuan.
Dalam hubungan dengan publik yang akan dihadapi, kita akan
semakin diuntungkan apabila publik senang dengan topik yang
ditentukan, publik sudah mengetahui sedikit banyak tentang topik dan
publik sudah membutuhkan pemikiran atau pemikiran tentang topik
tersebut.
Sedangkan tujuannya secara garis besar harus terdiri dari tujuan
memberi tahu, mendorong, meyakinkan, bertindak, dan menghibur.
2. Menganalisis publik dan situasi.
Tujuan utama mengenal publik adalah agar komunikasi dapat
berjalan lancar dan maksud yang akan kita sampaikan diterima publik
22
Basrah Lubis, Metodologi Retorika Dakwah, (Jakarta : Tursina, 1991), h.21
23
sebagaimana yang kita maksudkan. Dalam hal ini meliputi faktor
jumlah, usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, sosial,
politik, ekonomi dan adat budaya.
3. Mengumpulkan, menyeleksi dan menyusun bahan.
Dalam hal mengumpulkan bahan berdasarkan 3 (tiga) sumber
yaitu, pengalaman, penelitian, imajinasi dan pemikiran kreatif.
Sedangkan untuk menyeleksi bahan yaitu pertama, bahan yang
dipilih hendaknya sesuai dengan topik dan tujuan yang ditentukan,
dan bahan yang disajikan untuk mengembangkan topik dan tujuan.
Kedua, bahan yang dipilih hendaknya sesuai dengan publik dan situasi
yang dihadapi. Ketiga, hendaknya membedakan antara bahan utama
dan bahan yang digunakan sebagai contoh atau ilsutrasi. Keempat,
bedakan bahan yang berupa fakta dan opini atau pendapat yang
bersifat konkrit atau abstrak.
4. Menentukan metode.
Sebelum dibahasakan, sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu
metode apa yang akan dipergunakan dalam menyampaikan gagasan
kita. Secara garis besar ada 4 (empat) metode yaitu, metode naskah,
hafalan, ekstemporan dan impromtu.
5. Membahasakan ide.
Pada dasarnya berbicara didepan publik adalah kegiatan
mempertimbangkan bahasa apa yang dikuasai publik. Bisa
menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerahlah yang utama.
6. Melatih penyajian.
Bagi pembicara yang sudah berpengalaman, latihan penyajian
dengan suara nyaring sudah tidak lagi merupakan keharusan. Tetapi
bagi pemula, latihan ini penting. Lebih baik lagi jika latihan dilakukan
di tempat pertemuan akan diselenggarakan.
Misalnya pemakaian sound system bagi pemula juga perlu
dilatih. Pembicara perlu mengenal mikrofon yang dipergunakan.
Apakah peka atau tuli, seberapa jauh jarak mulut dengan mikrofon,
seberapa keras-lemahnya suara pembicara.24
Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat25, tahap persiapan pidato
terdiri dari dengan melihat beberapa persiapan dibawah ini yaitu ;
1. Jenis-jenis pidato.
a. Impromtu (tanpa persiapan)
b. Manuskrip (naskah)
c. Memoriter (hafalan)
d. Ekstempore (membuat outline)
2. Memilih topik dan tujuan.
Dalam memilih topik perlu memperhatikan beberapa hal
dibawah ini yaitu ;
24
G. Sukadi, Public Speaking (Jakarta : PT Grasindo, 1993), h. 76
25
a. Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan anda,
b. Topik harus menarik minat anda,
c. Topik harus menarik minat pendengar,
d. Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar,
e. Topik harus terang ruang lingkup dan pembatasannya,
f. Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi,
g. Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lainnya.
Sedangkan tujuan umum yang biasanya dirumuskan ada 3 (tiga)
hal yaitu, informatif (memberitahukan), persuasif (mempengaruhi)
dan rekreatif (menghibur).
3. Mengembangkan bahasan.
Apabila topik sudah ditentukan, maka diperlukan keterangan
untuk menunjang topik. Semua teknik pengembangan bahasan
dikelompokkan dalam 6 (enam) macam yaitu ;
a. Penjelasan
Penjelasan dapat dilakukan dengan definisi atau alat visual.
Definisi adalah keterangan arti kata dari kata asalnya.
b. Contoh
Pada dasarnya manusia sukar menerima hal-hal yang abstrak,
maka dengan adanya contoh dapat mengkonkritkan gagasan,
sehingga lebih mudah dipahami. Contoh dapat berupa cerita yang
rinci dan disebut dengan ilustrasi.
Analogi ialah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk
menunjukkan persamaan atau perbedaannya. Ada dua macam
analogi, yaitu analogi harfiyah dan kiasan. Analogi harfiyah ialah
perbandingan diantara objek dari kelompok yang sama karena
adanya persamaan dalam beberapa aspek tertentu.
Membandingkan antara manusia dan monyet secara biologis
adalah contohnya. Banyak ahli pidato menggunakan analogi
kiasan. Objek-objek yang diperbandingkan tidak termasuk
kelompok yang sama. Dalam kitab suci sering kita temukan
analogi seperti ini, misalnya dua ayat Al-Qur'an dan Injil.
d. Testimoni
Testimoni ialah pernyataan para ahli yang dikutip untuk
menunjang pembicaraan kita. Pendapat itu dapat diambil dari
pidato, karangan, artikel, majalah, laporan dan sebagainya.
e. Statistik
Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk
menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis tertentu. Statistik
diambil untuk menimbulkan kesan yang kuat, memperjelas dan
meyakinkan.
f. Perulangan
Sudah lama diketahui bahwa perulangan dapat menimbulkan
kesan yang kuat, sehingga Emil Dofivat memasukkannya sebagai
jutaan rupiah dikeluarkan hanya untuk mengulang pesan yang
sama.
Menurut Gentasri Anwar dalam buku Teknik dan Seni Berpidato,
langkah-langkah persiapan materi yang harus dilakukan adalah dengan
cara berikut :
1) Jika topik yang akan dibicarakan belum ada atau diserahkan panitia
kepada kita, maka sebagai langkah pertama kita harus menetapkan
atau merumuskan topik terlebih dahulu.
2) Tetapkan judul pembicaraan judul ialah nama yang diberikan untuk
topik atau pokok bahasan.
3) Sesudah topik dan judul ditetapkan atau telah disediakan panitia, lalu
periksalah pengetahuan yang ada dalam pikiran kita sendiri. Artinya
sejauh mana pengetahuan kita tentang keadaan yang berkaitan dengan
topik atau judul. Apakah pengetahuan sudah luas dan mendalam atau
belum.
4) Jika merasa belum menguasai materi secara luas dan mendalam,
kumpulan berbagai buku dan tulisan yang berhubungan dengan topik
yang akan kita bicarakan dan jika perlu bertanya kepada orang yang
dianggap ahli untuk itu.
5) Baca dan pelajari semua buku dan tulisan tadi dengan sistematis.
Jangan lupa memperhatikan teknik membaca yang akurat.
6) Usahakan pola pikir yang kita gunakan dalam mempelajari
membantu kita menguasai sesuatu pengetahuan secara sistematis, luas
dan mendalam.
7) Setelah bahan dirasa cukup, barulah kita mulai membuat kerangka
pembicaraan.
8) Selanjutnya, tulis materi ceramah selengkap-lengkapnya dengan
anggapan tulisan inilah yang akan disajikan secara utuh dihadapan
forum.
9) Baca tulisan tadi berulang-ulang sampai betul-betul mengerti,
memahami, menghayati dan menguasainya dengan baik.
10)Buat ringkasan tulisan itu dalam bentuk skema yang meliputi
pendahuluan, isi dan kesimpulan serta saran-saran. Skema cukup
dibuat pada kertas yang sederhana agar mudah untuk diingat.
11)Jika ceramah atau pidato yang disampaikan bersifat informatif atau
ilmiah, sebaiknya gunakan alat bantu (transparan, slide, alat peraga,
potongan kertas karton dan lain-lain).
12)Carilah waktu dan tempat yang cukup aman dari gangguan untuk
berlatih menyampaikan seluruh materi tanpa teks.
13)Apabila merasa tidak perlu lagi melakukan latihan seperti diatas, maka
dapat menempuh cara lain yaitu dengan melakukan latihan dalam
keadaan meditasi atau semadi. “Dalam latihan ini, kita tidak perlu
mengeluarkan suara dan bergerak. Duduk bersilat diatas kursi dengan
santai dan tenang serta pejamkan mata. Kemudian bayangkan kita
penuh keyakinan dan berwibawa. Bayangkan semua peserta
memberikan sambutan positif terhadap diri kita”. Jika latihan ini
dilakukan secara kontinu, akhirnya kita akan memiliki kemahiran
khusus dalam rangka persiapan materi. 26
Dengan demikian secara garis besar dapat ditarik beberapa point
mengenai persiapan materi pidato yang sudah dijelaskan oleh beberapa ahli
berdasarkan beberapa literatur diatas ialah :
1. Menentukan topik.
2. Menguasai materi.
3. Mencari referensi terkait.
4. Membuat skema pembicaraan.
5. Menentukan metode.
6. Menggunakan pola pikir, seperti pola pikir filsafat.
b. Persiapan Mental
Persiapan mental (kejiwaan) adalah usaha yang dilakukan untuk
menimbulkan keberanian dan kepercayaan kepada diri, sehingga
melahirkan perasaan mampu untuk berbicara dihadapan umum.
Persiapan mental harus dilakukan terutama bagi seorang komunikator
yang baru memulai pekerjaan sebagai penceramah atau bagi seseorang
26
yang ragu-ragu menyampaikan suatu topik pembicaraan sesuai dengan
permintaan panitia acara.27
Tidak sedikit yang terjadi ketika orator yang terkenal begitu
diminta untuk berpidato secara mendadak, menjadi kalangkabut.
Maksudnya bingung dalam menentukan apa yang harus disampaikan dan
darimana harus dimulai. Maka persiapan mental dalam berpidato ini
sangat menentukan sekali. Perasaan cemas, malu takut dan lainnya harus
disingkirkan agar bisa meraih sukses dalam berpidato.28
Persiapan psikis ialah persiapan mental untuk berbicara didepan
umum. Walaupun dari segi teknis atau ilmiah telah dipersiapkan dengan
baik, tetapi apabila secara psikis tidak siap, maka pembicara akan
mengalami kekecewaan atau kegagalan ketika menyampaikan pidato.
Langkah-langkah persiapan mental dapat dilakukan dengan cara
berikut :
1) Meningkatkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Berarti dengan meningkatkan kepercayaan dan keyakinan
terhadap kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Bagi
seseorang yang kuat imannya, pasti tidak akan merasa ragu dan takut
pada siapapun juga, kecuali kepada Tuhan. Perlu disadari
meningkatkan ke-imanan adalah suatu proses (bertahap dan kontinu).
Tidak ada orang yang begitu ingat Tuhan (pertama kali) langsung kuat
iman-Nya kecuali atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
27
Gentasri Anwar, Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), h. 39
28
2) Meningkatkan akhlak atau moral.
Disamping berupaya meningkatkan iman, kita juga perlu
meningkatkan akhlak atau moral, terutama dalam bergaul dengan
manusia lain. Orang yang memiliki akhlak dan moral yang terpuji,
pasti akan menjadi panutan bagi orang banyak. Dirinya akan
mengeluarkan cahaya yang mampu mempengaruhi orang lain.
Bicaranya pasti didengar orang, sikap dan perilakunya akan dicontoh
dan pendapat yang disampaikannya akan menjadi pegangan bagi
masyarakat.
3) Melakukan dialog dengan diri sendiri.
Dalam rangka persiapan mental, caranya dengan mengadakan
tanya jawab (dialog) terhadap diri sendiri, seperti dibawah ini :
Pertanyaan : Apakah saya mampu berbicara dihadapan orang
lain (pertemuan) untuk menyampaikan suatu topik tertentu atau tidak?
Jawab : Jika jawabannya bersifat ragu-ragu, maka lakukan
sugesti dengan mengajukan pertanyaan berikut.
Pertanyaan : Apa yang menyebabkan saya kurang berani
melakukannya?
Jawaban : Jika jawabannya berkaitan dengan dugaan-dugaan
bahwa peserta memiliki berbagai kelebihan (pangkat, jabatan, atau
status lainnya), sugesti diri kita dengan pernyataan bahwa tidak berarti
dengan kelebihan pengetahuan peserta, maka katakan pada diri, tidak
ada manusia yang serba tahu.29
Menurut N. Faqih Syarif dalam bukunya Kiat Menjadi Dai Sukses,
ada 2 (dua) cara mengatasi hambatan mental :
1. Membuang sampah yang ada didalam pikiran dengan melakukan cara
seperti menarik nafas dan buang melalui hidung, kedua dengan
melakukan afirmasi positif yakni sebuah pernyataan yang
diulang-ulang dan bayangkan semua sudah terjadi meskipun belum terjadi.
Ketiga, doa karena kesuksesan bukan hanya dari kemampuan pikiran
dan tindakan saja, namun juga dengan doa. Keempat, yakin dimana
setelah kita berdoa tugas kita adalah merasakan doa kita benar-benar
sudah terjadi dengan haqqul yaqiin. Kelima, menerima. Karena salah
satu rahasia kemenangan seseorang dengan menerima serta bersyukur
atas karunia Allah yang diberikan meskipun belum terkabul.30
2. Berfikir negatif vs positif
Menghindari dari berfikir negatif, karena pikiran itu akan
menumpuk dan menyebar hingga menjadi kebiasaan yang
menghalangi untuk mencapai tujuan dan mendatangkan masalah yang
tidak berkesudahan serta yang paling penting untuk disadari ialah
akan menguatkan ego rendah dan menjauhkan dari Allah.
29
Gentasri Anwar, Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), hh. 47-56
29
Ibid, hh. 40-44 30
N. Faqih Syarif, Kiat Menjadi Dai Sukses, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), hh.
Sebaliknya, pikiran positif jika kita kembangkan akan membuat
kita selalu bersyukur pada Allah ketika ada masalah atau tidak, karena
orang yang selalu berfikir positif akan memiliki kepribadian ketika
menjalani hidup dengan damai, tenang dan damai.31
c. Persiapan Fisik
Persiapan fisik adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga
kesehatan tubuh agar selalu berada dalam kondisi prima (sehat).
Persiapan ini memberi pengaruh dan dampak yang sangat besar pada
penampilan pribadi sewaktu berbicara dihadapan forum.32 Oleh karena
itu, kesehatan perlu dijaga sedemikian rupa sebelum naik mimbar. Kapan
perlu beristirahat beberapa saat untuk memulihkan kesehatan sampai
dalam kondisi puncak. Demikian juga halnya dalam kondisi lapar dan
haus, orang yang terlalu lapar akan menganggu konsentrasi pikiran.33
Dalam peribahasa Yunani ada pepatah, “Men sanna in corpora
sanno” (dalam tubuh yang sehat terdapatjiwa yang sehat). Sementara
dalam sastra Arab juga kita jumpai, ”Al ‘aqlussalim fil jismis salim” (akal
yang sehat terdapat dalam tubuh yang sehat).
Menurut teori retorika, daya tarik kita sebagai pembicara akan lebih
berkesan lagi apabila disamping memelihara kondisi fisik dalam keadaan
terbaik, perlu juga dilengkapi pemakaian busana yang rapi dan sopan.34
31
N. Faqih Syarif, Kiat Menjadi Dai Sukses, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), hh.
69-70 32
Ibid, h. 36 33
Basrah Lubis, Metodologi dan Retorika Dakwah, (Jakarta : Tursina, 1991), h. 21
34
Lakukanlah persiapan fisik dengan menempuh langkah-langkah
berikut :
1) Lakukan olahraga secara teratur dan kontinu.
2) Hindari makanan dan minuman yang dapat merusak atau mengganggu
tenggorokan (suara).
3) Istirahatlah pada waktu yang sudah ditentukan, baik siang maupun
malam hari.
4) Usahakan menghindari berbagai masalah yang tidak ada kaitannya
dengan topik pembicaraan.
5) Jangan terlalu tegang (serius) sewaktu melakukan persiapan mental
dan persiapan materi.35
Beberapa anjuran-anjuran yang harus dilakukan jika ingin sukses
ketika menyampaikan suatu pidato ialah harus melakukan persiapan
psikosomatis atau fisik ialah dengan melakukan hal-hal dibawah ini ;
1. Yakinkan diri bahwa anda sudah menyiapkan diri anda. Yakinkan jika
anda sudah menguasai bahan dan anda sanggup.
2. Jangan makan atau minum terlalu banyak sebelum tampil untuk
berbicara.
3. Jangan pernah naik mimbar dengan perut kosong, 45 menit sebelum
tampil anda harus makan dan minum sedikit.
4. Jangan minum terlalu banyak gula, alkohol atau kopi yang terlalu
keras sebelumnya, karena dapat menyebabkan pusing, mabuk dan
35
buang air. Satu gelas air hangat atau dingin dapat membantu memberi
ketenangan.36
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian yang membahas
permasalahan yang sama dari seseorang, baik dari buku ataupun bentuk tulisan
lain dan untuk menghindari plagirisme, maka penulis sampaikan beberapa hasil
penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, antara
lain :
1. Miftachul Ilmi, 2013, dengan judul “Humor sebagai Teknik Dakwah (Metode
Dakwah Ceramah HM. Cheng Hoo Djadi Galajapo). Pada penelitian ini hanya
akan membahas tentang humor sebagai teknik dakwah HM. Cheng Hoo Djadi
Galajapo. Dalam menjawab permasalahan yang ada yaitu peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya deskriptif.
Sama-sama membahas masalah teknik dakwah. Perbedaan mendasar terletak pada
sisi humor yang dijadikan sebagai teknik dakwah.
2. Alfi Zahrotin Nisa’, 2015, dengan judul “Teknik Penyampaian Dakwah K.H
Husen Rifa’i”. Ada tiga persoalan yang akan dijawab pada penelitian ini yakni
: 1. Bagaimana teknik pembukaan dakwah, 2. Bagaimana teknik penyampaian
dakwah, 3. Bagaimana teknik penutupan dakwah K.H Husen Rifa’i. Dalam
menjawab persoalan itu peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Persamaannya terlihat pada bahasan yang sama-sama mengkaji teknik dakwah.
36
Fitriana Utami Dewi, PublicSpeaking Kunci Sukses Bicara didepan Publik Teori dan
Perbedaannya hanya saja terletak pada teknik apa yang digunakan oleh peneliti
dalam mengkaji masalah yang ada. Peneliti terdahulu membahas teknik
penyampaian, sedangkan peneliti selanjutnya membahas tentang teknik
persiapan.
3. Tutik Wasi’atul Mamlu’ah, 2014 dengan judul “Gaya Retorika Dakwah Nyai
Hj. Ainur Rohmah (Wonocolo, Surabaya)”. Masalah yang diteliti dalam
penelitian ini adalah bagaimana gaya bahasa, irama suara, gerak-gerik tubuh
Nyai Hj. Ainur Rohmah dan bagaimana respon mad’u terhadap gaya retorika
dakwah Hj. Nyai Ainur Rohmah (Wonocolo, Surabaya). Dalam menjawab
permasalahan ini peneliti menggunakan analisis induktif yang bersifat
deskriptif kualitatif dalam menganalisis daya retorika dakwah Nyai Hj. Ainur
Rohmah (Wonocolo, Surabaya). Persamaan dalam penelitian yakni dalam hal
ilmu Retorika namun masih umum yang diteliti hanya gaya berbicaranya.
Sedangkan perbedaannya yaitu dari segi obyek sudah berbeda, serta ilmu
Retorika luas yakni saya fokuskan pada teknik persiapan yang meliputi
persiapan materi, fisik dan mental.
4. Moch Syamsul Hadi, 2009, dengan judul “Strategi Retorika Ustadz Busiri
Ramli Dalam Tabligh Pada Jami’iyah Istighotsah Kalam Adzim”. Ada dua
persoalan yang dikaji dalam skripsi ini yaitu strategi apa yang digunakan
ustadz Busiri Ramli dan latar belakang apa saja yang menjadi alasan oleh
ustadz Busiri Ramli dalam menggunakan strategi Retorika. Dalam menjawab
permasalahan yang ada maka digunakan metode deskriptif yang berguna untuk
jamiyyah istghotsah Kalam Adzim. Persamaannya sama-sama akan membahas
kiprah atau perjalanan seorang dalam melakukan aktifitas dakwahnya.
Perbedaan yang pertama yakni terlihat pada strategi dan retorika yang dibahas
pada penelitian terdahulu. Sedangkan penelitian selanjutnya membahas tentang
teknik persiapan dakwah.
5. Ayu Listyani Mega Dewi, 2016 dengan judul “Teknik Persiapan Dakwah K.H
Agoes Ali Masyhuri”. Ada tiga persoalan yang dikaji dalam skripsi ini yaitu, 1.
Bagaimana teknik persiapan materi, 2. Bagaimana teknik persiapan mental, 3.
Bagaimana teknik persiapan fisik K.H Agoes Ali Mashuri. Untuk mengungkap
persoalan tersebut, secara menyeluruh dan mendalam dalam penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Persamaannya terletak pada bahasan
yang akan dikaji yakni tentang teknik persiapan dakwah seorang da’i.
Sedangkan perbedaaan yang terlihat yakni dari segi pendakwah yang akan
menjadi subjek penelitian yang tentunya memiliki ciri khas masing-masing.
Tabel 1.1
Penelitian Persamaan Perbedaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah
sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah
tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan
pemecahannya.1 Penelitian merupakan proses kreatif yang tidak pernah mengenal
kata selesai. Pada dasarnya, penelitian itu bermula dari rasa keingintahuan
seseorang atau beberapa orang tentang suatu hal. Penelitian bertujuan menemukan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan melalui aplikasi prosedur ilmiah.2
Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting);
selain itu disebut juga metode ethnographi, karena pada awalnya metode ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai
metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.3
Penelitian deskriptif ini juga berusaha mendeskripsikan dan
mengintrepretasikan apa yang ada, mengenai kondisi atau hubungan yang ada,
1
Moch. Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 63
2
Asep Saeful Muhtadi.dkk, Metode Penelitian Dakwah (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2003, h. 43. 3
pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang.4
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif analisis. Kata ini datang dari latin “Deskriptivus” artinya
bersifat uraian. Uraian disini berarti gambaran tentang keadaan obyek pada suatu
waktu atau saat tertentu. Asumsi peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin menggambarkan mengenai subyek
penelitian yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini, khususnya mengenai
teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad di Masjid Muayad
Wonocolo Pabrik Kulit Surabaya.
Penelitian ini juga menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik
sehingga dapat lebih mudah difahami dan disimpulkan. Penelitian deskriptif juga
dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti yang
menggunakan metode kualitatif. Setelah menyusun perencanaan penelitian,
kemudian peneliti ke lapangan tidak membawa alat pengumpulan data, melainkan
langsung melakukan observasi atau pengamatan evidensi-evidensi sambil
mengumpulkan data dan melakukan analisis.5
B. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek penelitian ialah individu, benda atau orgasme yang dijadikan sumber
informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.6 Dalam hal
4
Sumanto, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan (Yogyakarta : Andi Offset, 1995) h. 77
5
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 61
6
ini yang akan dijadikan subjek penelitian ialah orang-orang yang terlibat
dengan kegiatan ustadz Misbahul Munir, yakni jamaah dan lain sebagainya.
2. Objek penelitian, ialah individu ataupun satu kelompok yang berhubungan
dengan subjek penelitian.7 Dalam hal ini objek penelitiannya ialah mengenai
bagaimana teknik persiapan ceramah ustadz Misbahul Munir Abdad.
3. Lokasi penelitian, ialah tempat diadakannya penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan suatu data.8 Namun lokasi yang menjadi tempat penelitian ini
tergantung dimana informan berada, selain di masjid Muayad itu sendiri
atau bisa di tempat lainnya yang bisa mendapatkan data.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini dibagi kedalam bentuk kata-kata dan
tindakan serta sumber data yang tertulis. Sedangkan sumber data dalam penelitian
yang akan dilakukan ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data pertama
dilapangan yakni dari ustadz Misbahul Munir Abdad yang menjadi key
informan sekaligus sentral informasi dalam menggali data dan juga sebagai
subyek penelitian. Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti yakni
diperoleh dengan hasil interview atau wawancara yang dilakukan peneliti
dalam beberapa tahap dengan ustadz Misbahul Munir Abdad.
7
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta : Erlangga, 2009), h. 91
8
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti atau sebagai data
pelengkap dan pendukung yakni diperoleh dengan hasil interview dan
observasi. Selama proses dilapangan, peneliti menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terbuka dan terus berkembang. Artinya dalam
melakukan penelitian ini peneliti mendapat sumber data yang berasal dari
informan atau memberikan tanggapan secara langsung atau memberikan
jawaban dari pertanyaan yang diberikan melalui wawancara.
Selain itu juga dari data lain yang digunakan sebagai data tambahan yakni
berasal dari pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ceramah itu seperti dari
keluarga beliau dan juga dari pihak yang ada di Masjid Muayad seperti takmir
dan beberapa jama’ah yang hadir.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada proses pengumpulan data akan digunakan beberapa teknik, antara lain:
1. Observasi
Pada bagian ini diharapkan peneliti agar langsung mengamati serta
mencatat gejala-gejala yang terjadi terhadap objek penelitian. Sesuai dengan
tujuan penelitian, observasi merupakan teknik pengumpulan data yang
validitas datanya dijamin. Sebab observasi amat kecil kemungkinan