INDIVIDU BERGELAR HAJI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL
MASYARAKAT DIKELURAHAN PENJARINGANSARI KECAMATAN
RUNGKUT KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabayauntuk Memenuhi
Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
( S.sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh :
LIA FATMALA
NIM : B05212026
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGAM STUDI SOSIOLOGI
INDIVIDU BERGELAR HAJI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL
MASYARAKAT DIKELURAHAN PENJARINGANSARI KECAMATAN
RUNGKUT KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
( S.sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh :
LIA FATMALA
NIM : B05212026
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Lia Fatmala, 2016, Individu Bergelar Haji terhadap Interaksi Sosial Masyarakat di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Skripsi Progam Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Individu, Gelar Haji, dan Interaksi Sosial
Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap fenomena haji di indonesia karena dari tahun ketahun yang semakin marak dan banyak, dengan adanya peningkatan jumlah jamaah haji di Indonesia setiap tahunnya. Fenomena haji ini sebenarnya tidak hanya memiliki aspek religius saja, namun ibadah haji membawa aspek sosiologis. Karena ibadah haji pada hakikatnya memiliki makna yang beragam bagi yang melaksanakan haji. Peneliti ini mengungkap fenomena tentang status gelar haji dan pendapat masyarakat di Kelurahan Penjaringansari.
Ada dua rumusan masalah yang hendak dikaji: Pertama; adakah Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di Keluarahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Kedua; sejauh mana Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di Kelurahan Pejaringansari di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Penelitan ini menggunakan Teori Tindakan Sosial Max Weber dan Interaksionisme Simbolik Herbet Blumer dengan metodologi Kantitatif.
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
1. Pendekatan dan Jenis penelitian ... 10
2. Populasi,Sample dan Teknik Sampling... 11
3. Variabel dan Indikator Penelitian... 13
4. Definisi Operasional... 15
5. Hipotesisn Penelitian ... 19
6. Teknik Pengumpulan Data ... 20
7. Teknik Analisis Data ... 22
G. Sistematika Pembahasan ... 23
BAB II KAJIAN TEORETIK ... 25
BAB III PENYAJIAN DATA INDIVIDU BERGELAR HAJI T ... 47
A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 47
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53
BAB IV ANALISIS DATA ... 56
A. Uji Validitas ... 56
C. Uji Korelasi ... 69
BAB V PENUTUP ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
DAFTAR TABEL ... 85
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai umat muslim pasti kita sering kali tahu dan mendengar istilah haji,
karena Haji merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim di seluruh dunia. Oleh
karena itu umat muslim di dunia banyak yang berharap bisa pergi haji di tanah
suci Mekkah. Dalam ajaran islam, setiap muslim diwajibkan untuk melaksanakan
rukun islam.
Islam dibangun diatas lima pilar, yaitu:
1. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad
SAW, utusan Allah.
2. Mendirikan shalat.
3. Mengeluarkan zakat.
4. Melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadhan.
5. Melaksanakan ibadah haji kerumah Allah yang Suci (ka’bah). Di dalam
Alqur’an pun sudah di sebutkan bahwa haji merupakan kewajiban bagi umat
muslim bagi yang mampu. Seperti pada surat Ali-Imron ayat 96-97.
Salah satu rukun Islam tersebut, yaitu menunaikan Ibadah Haji bagi yang
mampu. Ibadah Haji merupakan rukun Islam yang kelima setelah syahadat, sholat,
minimal satu kali seumur hidup sedangkan setelahnya adalah sunnah. Sebaliknya,
orang-orang yang telah merasa dirinya mampu seakan berlomba-lomba agar
dirinya dapat menunaikan ibadah haji. Ada banyak motivasi dari orang-orang
yang ingin menunaikan ibadah haji, tetapi tidak sedikit pula motivasi ibadah haji
hanya ingin menunjukkan pada masyarakat lain bahwa dirinya mampu beribadah
haji dan mendapat gelar atau sebutan Haji atau Hajjah, agar berada di posisi atas
dalam lapisan masyarakat serta dihormati oleh masyarakat. Apabila dibandingkan
dengan jaman dahulu orang yang akan pergi haji terlebih dahulu dia memperbaiki
tingkah perilakunya dengan masyarakat, tingkat ibadahnya dan semua yang
berorientasi pada kemaslahatan sosial.
Ibadah haji sangat erat kaitannya dengan habluminallah dan habluminannas
sebagai satu kesatuan dari kesadaran religius yang tinggi. Dengan artian, manusia
melaksanakan ibadah haji benar-benar dapat menghayati perannya sebagai
Abdillah (dalam dimensi vertikal) dan sebagai khalifah (dalam dimensi
horizontal). Oleh karena itu, sering kali ibadah haji sebagai kegiatan untuk
merubah diri, dari kepribadian yang sebelumnya menjadi pribadi yang lebih baik,
setelah melaksanakan ibadah haji menjadi sorang pribadi yang jauh lebih baik.
Jamaah haji yang telah kembali ke tanah air diharapkan mengamalkan pesan
moral yang diperoleh ketika berhaji dengan merefleksikannya dalam keseharian
dan di lingkungan sekitarnya. Seorang haji harus mampu menjadi role model bagi
masyarakat (panutan di dalam masyarakat) untuk menciptakan kemajuan dalam
Demikianlah harapan yang diminta kepada para calon haji agar menjadi haji
yang mabrur, sehingga Allah mengganjarnya dengan surga. Haji Mabrur, tiada
balasannya kecuali Surga. Namun dalam realitasnya, tidak semua orang yang
telah melaksanakan ibadah haji dapat mengamalkan pesan moral yang diperoleh
pada saat berhaji dengan merefleksikannya dalam keseharian dan di lingkungan
sekitarnya. Beberapa masyarakat yang telah melaksanakan ibadah haji, dalam
jangka waktu 1 sampai 2 bulan masih terlihat baik dalam mengamalkan pesan
moral yang didapat ketika berhaji. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa
orang yang telah berhaji ini tidak merefleksikan hikmah yang di peroleh selama
haji dalam keseharian dan di lingkungan sekitarnya. Berdasar realitas tersebut
menarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana interaksi sosial
masyarakat yang telah berhaji di Kelurahan Penjaringansari.
Dengan jumlah orang haji yang hanya sedikit, Masyarakat setempat bersikap
berbeda terhadap orang-orang yang sudah berangkat haji. Misalnya dalam sebuah
kenduri saja masyarakat membedakan tempat pak haji dengan masyarakat biasa,
karena biasanya pak haji posisi duduknya pasti ada di depan masyarakat atau di
sebelahnya pak kyai atupun moden setempat. Itupun tidak di acara kenduri saja di
dalam acara-acara lain mereka pasti selalu di tunggu dan di kasih tempat yang
berbeda dengan masyarakat setempat. Sebenarnya predikat sebagai haji yang
mabrur (haji yang sah di mata Allah) hanya Allah SWT yang menentukannya,
tetepi ironisnya kita manusia hanya memakai predikat tersebut tak lebih sebagai
simbol untuk kepentingan individu. Niatnya sebenarnya memang baik untuk
merubah sikap dan perilaku mereka dan tentu saja bisa merubah status mereka
menjadi pak haji. Keinginan tersebut biasanya timbul pada masyarakat secara
tidak sengaja. Sebenarnya Ibadah haji sendiri memiliki banyak aspek yang
membuat banyak orang menjalankan ibadah tersebut. Diantaranya aspek ritual,
individual, politik psikologis serta aspek sosial. Kenapa dinamakan aspek ritual,
karena ibadah ini termasuk salah satu rukun islam yang kelima yang harus di
jalankan oleh setiap muslim yang mampu yang ketentuannya sudah di tentukan
dengan jelas.
Haji sebagai ibadah individual, dimana keberhasilannya haji sangat di
tentukan dengan pribadi dalam memahami aturan dan ketentuan dalam
melaksanakannya. Dari aspek psikologis ibadah haji menuntut jamaah haji untuk
siap dalam segi mental. Ibadah haji secara politis, bisa di lihat sebagai alat
ligitemasi politik, seperti pada sejarah banten, serta banyaknya raja-raja yang
sengaja berangkat haji untuk sekedar mendapatkan dukungan (kompas, 11
februari 2003). Itupun tidak beda jauh dengan sekarang dimana haji mulai
semarak dan banayak di jumpai para pemegang elit pemerintahan yang
berbondong-bondong naik haji. Konsekuensi sosial, yaitu bagaimana jamaah haji
memiliki pengetahuan, pemahaman dan mampu mengaplikasikan pesan-pesan
ajaran yang ada dalam pelaksanaan ibadah haji kedalam konteks kehidupan di
Secara sosiologis, dengan pemahamnnya dan pengetahuannya selama
menjalankan ibadah haji tersebut terbentuklah dalam perilaku dan interaksi
dengan masyarakat sehari-hari sehingga menjadi panutan atau sanjungan bagi
mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Adakah Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di
Keluarahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut kota surabaya ?
2. Sejauh mana Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di
Kelurahan Pejaringansari di Kecamatan Rungkut kota surabaya
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui Individu bergelar haji terhadap Interaksi sosial masyarakat di
Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.
2. Mengetahui, sejauh mana Individu bergelar haji terhadap intreraksi sosial
masyarakat di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota
Surabaya.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan penelitian.
Manfaat penelitian dapat dilihat dari :
1. Manfaat Teoritis , penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam aspek ilmu pengetahuan, secara khusus dibidang ilmu
sosial tentang pengaruh individu bergelar haji terhadap interaksi sosial
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat pengetahuan serta
memberikan pengalaman secara langsung tentang fakta dilapangan
dengan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah.
b. Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
refrensi, masukan dan menambah wacana keilmuan sosiologi dan hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti lain
untuk meneruskan peneliti yang berhubungan dengan individu bergelar
haji terhadap inteksi sosial masyarakat
E. TELAAH PUSTAKA
1. Kajian Pustaka
a. Gelar Haji
Ada beberapa difinisi yang menerangkan tentang haji. Menurut bahasa
(lughah) artinya sengaja datang atau menuju ke suatu tempat yang di ulang-ulang.
Sedangkan menurut istilah (syara’) adalah menyengaja mengunjungi Ka’bah (baitullah / rumah suci) dengan niat melakukan beberapa amalan ibadah dengan
syarat dan rukun yang ditentukan.1 Ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang
dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu secara (material, fisik, dan
keilmuan) dengan berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan beberapa amalan: wukuf, tawaf, sa’i dan amalan lain. Ibadah haji biasanya di laksanakan
1
pada musim haji (bulan Dzulhijjah), demi memenuhi panggilan Allah SWT dan
mengharapkan ridho-Nya2.
Haji hukumnya wajib bagi umat muslim tetapi bagi yang mampu
menjalankannya. karena sudah menjadi kewajiban umat Islam untuk menjalankan
lima pilar umat muslim tersebut. Oleh karena itu umat muslim ingin menjalankan
ibadah haji, karena mereka ingin menjalankan pilar yang ke lima itu. Tetapi tidak
semua orang bisa menjalankkannya karena hanya orang yang siap atau mampu
lahir batin dan secara materi mampu yang bisa menjalankannya. Tetapi fenomena
haji di masyarakat saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat karena itu
ibadah haji sudah di jadikan sebagai contoh bagi pak haji atau haji. itu bisa di
lihat seperti ibadah haji sekarang ini.
b. Interaksi sosial
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling
mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan
antara kelompok dan kelompok. Soerjono Soekanto: Interaksi sosial adalah proses
sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan hubungan
sosial
2
2. Penelitian Terdahulu
1. Setyani Nurul Hidayat (A070116547) orang miskin naik haji (studi
kualitatif tentang makna haji pada orang miskin yang telah berangkat haji
pada orang miskin yang telah melaksanakan haji di desa paciran
kecamatan paciran kabupaten lamongan). Jurusan Sosiologi Fakultas ilmu
sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya 2006.
Dalam penelitian ini rumusan maslahnya adalah :
a). Bagaimanakah orang miskin memaknai haji yang telah dilaksanakan.
b). Apakah usaha-usaha yang dilakukan orang miskin untuk bisa naik haji.
c). Apakah ada signifikansi antara makna haji dengan perubahan orang miskin
selanjtnya.
Dan dari rumusan masalah tersebut terjawab dengan jawaban sebagai berikut.
a) Ibadah haji setidaknya di maknai dengan tiga hal yaitu dengan teologis,
ekonomi dan juga di makanai sebagai investasi pasca haji atau hj. Minan
bagi kelangsungan ekonomi seseorang.
b) Usaha yag di lakukan untuk bisa naik haji pada orang miskin ini di
sesuiakan dengan kemampuan yang dimiliki para individu masing-masing.
yaitu diantaranya :
(1). Menjual tanah
(2). Berusaha mendapatkan haji dari instansi
(3). Meminta anak untuk menghajikan
c) Tidak ada perubahan signifikansi karena makna haji di anggap sama saja
dengan ibada-ibadah lainnya misalnya sholat, puasa dan zakat. Sebelum
atau sesuadah haji sama saja pengaruhnya tidak lantas membuat orang
menjadi bertambah ketaatannya dan semakin khusuk ibadahnya. Penelitian
ini sangat relevan dengan yang di lakuakan oleh peneliti yaitu mengenai
makna haji dan signifikansi perubahan orang yang sudah berangkat haji.
Tetapi dari peneliti membahas tentang makna haji dari sudut pandang
apakah masyarakat tau makna haji itu seperti apa. penelitian ini juga
membahas perubahan masyarakat tentang adanya orang yang sudah
berangkat haji. Tetapi peneliti bukan hanya ingin tahu perubahan dari orang
yang sudah berangkat haji melainkan juga dari sudut pandang masyarakat
sekitar tentang orang yang sudah berangkat haji.
2. Abdul Malik (B119200109) yang membahas tentang studi kualitatif
tentang pergeseran makna haji di Dupak Bangunrejo Kelurahan
Dupak Kecamatan Krambangan Kota Madya Surabaya. Jurusan
Penerengan dan Penyiaran Agama Islam (PPAI). Fakultas Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 1997. Dengan
rumusan masalah tentang adakah makna haji sudah berubah dengan
makna haji yang sebenarnya bagi jamaah haji di Dupak Bangun Rejo
Kecamatan Krembangan Surabaya. Penelitian ini terfokus pada
permasalahan penelitian pada adanya pergeseran makna haji bagi
kalangan masyarakat. Dimana haji sudah bukan makna ibadah
Penelitian ini juga relevan dengan peneliti karena penelitian ini
membahas tentang makna haji, tetapi peneliti menbahas berbagai masalah dari
makna haji, pandangan masyarakat dengan adanya status haji dan pada
perubahan orang yang sudah berangkat haji dan pada masyarakat.
3. Ahmad Farid Vergiawan (B052070021), yang membahas tentang Haji dan
Status sosial pada masyarakat Desa Sukorejo Kecamatan Parengan Kabupaten
Tuban. jurusan sosiologi IAIN Sunan Ampel Surabaya 2012. Dengan Rumusan
masalah tentang pandangan masyarakat Desa Sukorejo terhadap status sosial
orang yang telah menunaikan ibadah haji. Penelitian ini juga relevan dengan
peneliti karena penelitian ini membahas tentang Haji dan Status sosial, akan tetapi
peneliti ini membahas berbagai masalah dari makna Haji, dan Status sosial pada
masyarakat dan perubahan perilaku hubungan sosial orang-orang yang telah
menunaikan ibadah haji
F. METODE PENELITIAN
1). Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif, yang dimaksud dengan pendekatan kuantitatif adalah suatu
pendekatan penelitian yang dapat diukur dan dihitung secara langsung,dengan
kata lain data kuantitatif adalah data yang meliputipenentuan pemilihan subyek
dari dari mana informasi atau data yang akan diperoleh. Penelitian kuantitatif
lebih dimaksudkan untuk melihat fenomena yang ada, kemudian dibandingkan
Penelitian kuantitatif menggunakan logika eksperimen yaitu dengan cara
melakukan manipulasi terhadap variable-variabel penelitian yang dapat diukur
secara kuantitatif.
Adapun jenis penelitian yang digunakan peneiti adalah penelitian survey.
Singarimbun dan Effendi menyatakan bahwa penelitian survey adalah penelitian
yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuosioner sebagai
alat pengumpulan data yang pokok.3
2). Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
a. Populasi
Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya4. sedikit
mempunyai sifat yang sama.5 Suatu populasi mempunyai sekurang-kurangnya
satu karakteristik yang membedakan populasi itu dengan kelompok-kelompok
yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, populasi penelitian dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu populasi finit dan populasi infinit.
3
Masri Singarimbun & Effendi,Metode Penelitian Surve, (Jakarta:LP3ES, 1991, hlm 3 4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2010) hlm. 80
5
Populasi finit adalah populasi dengan jumlah individu tertentu dan pasti.
Sedangkan populasi infinit adalah populasi dimana jumlah anggota individu
dalam populasi tidak pasti. Dalam hubungannya tentang penelitian ini, peneliti
menggunakan populasi finit, karena jumlah individunya pasti yang diperoleh dari
data jumlah penduduk di Kelurahan Penjaringansari.
b . Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada populasi.
c. Teknik sampling
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya,
dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel
yang representatif.6Penelitian ini menggunakan Simple Random Sample
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.Cara atau teknik ini
dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat
umum.Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen
populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya
Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam
organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal
yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian,
maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Bila populasi besar
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus benar-benar representative (mewakili). Dengan jumlah populasi
yang telah diketahui, maka peneliti menggunakan rumus untuk menentukan
jumlah sampel.
n = N
Nd2 + 1
Keterangan n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Presisi yang ditetapkan Jika populasi sebanyak orang dengan presisi 10 % dan
tingkat kepercayaan 90 % maka besarnya sampel adalah :
n = 2487 = 96,13
2487 (0,1)2 + 1
Jika dibulatkan, jumlah responden dalam penelitian ini menjadi 96 responden
3. Variabel dan indikator Penelitian
a. Variabel
Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena
memiliki nilai dan kategori. Surya brata mendefinisikan variabel adalah segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sering pula variabel
adalah operasionalisasi dari suatu konsep, yaitu dapat diamati dan dapat diukur
sehingga dapat terlihat adanya suatu variasi, simbol atau lambang dimana
kepadanya dapat dieratkan bilangan atau nilai.Variabel juga dapat diartikan
sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian 7.Variabel penelitiaan pada
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan
menjadi :
1) Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Jadi, Variabel independen merupakan variabel yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen atau bebas dalam
mempengaruhi variabel lain8.
2) Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut variabel output, kriteria dan konsekuen. Dalam
bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
7
Arikunto, Prosedur Suatu Penelitian : pendekatan praktek. (Jakarta : Rineka Cipta 2002), hlm. 21
8
variabel bebas. Oleh karena itu, variabel dependen atau terikat bergantung pada
variabel independen atau bebas. Umumnya variabel dependen merupakan variabel
yang menjadi perhatian utama untuk penelitian hubungan antara
variabel.Indikator variabel adalah alat ukur variabel yang berfungsi mendeteksi
secara penuh variabel yang diukur.
1. Indikator Variabel Bebas : Individu Gelar Haji
a). Sikap
b). Perilaku
c). Religiusitas
2. Indikator Variabel Terikat : Interaksi Sosial Masyarakat
a). Individu dengan individu
b). Individu dengan kelompok
c). Kelompok dengan Kelompok
4. Definisi Operasional
Pada definisi operasional ini, peneliti menjelaskan tentang makna konsep
yang ada dalam judul penelitian ini, yang nantinya akan dijadikan sebagai
landasan pada pembahasan selanjutnya. Pemilihan konsep yang tepat memang
mempunyai perspektif yang baik untuk mencapai kesuksesan, penelitian harus
bisa menentukan batasan ruang lingkup permasalahan yang diteliti, maka disini
dapat dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul antara lain :9
9
1. Individu
Individu berasal dari kata individium (latin), yaitu satuan kecil yang tidak
dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologis artinya manusia yang
hidup berdiri sendiri tidak mempunyai kawan( sendiri). 10 Individu adalah
pribadi yang mempunyai pikiran atas kepentingan yang bersifat subjektif.
individu dalam konsep sosiologis dapat dirumuskan secara terbatas sebagai
jumlah keseluruhan pengalaman, pandagan atau pikiran dan segenap
tindakan-tindakan seorang yang kemudian membentuk dan mewarnai ciri-ciri
pribadinya. Alvin L. Bertrand (1980) memandang individu sebagai
kesendirian. secara objektif, kesendirian ( self), dapat dikatakan sebagai
kwsadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain
diluar darinya. pada hakikatnya, kesadaran itulah yang mendorong timbulnya
sebutan” aku” atau “saya”. kesadaran yang subjektif itu tidaklah mudah
dipelajari, meskipun oleh orang yang mempunyai diri itu sendiri, sebab tidak
seorangpun dapat meninjau dirinya sendiri secara objektif seratus persen.
2. Gelar Haji
Haji secara bahasa berati mengunjungi, ziarah atau menuju ke sesuatu
tempat tertentu. Secara syar’i adalah mengunjungi Ka’bah di Makkah pada waktu tertentu untuk mengerjakan amalan-amalan ibadah tertentu. Dengan melakukan
suatu perjalanan yang berujung pada keabdian ini, pada dasarnya tujuan manusia
10
ialah bukan untuk binasa melainkan berkembanng dan tujuan ini bukan untuk
Allah melainkan untuk mendekatkan diri kepadanya. makna tersebut dipraktikkan
dalampelaksanaan ibadah haji, dalam acara ritul atau tuntunan non ritualnya,
dalam bentuk kewajiban atau larangan nyata atau simbolik.11
4. Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling
mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan
antara kelompok dan kelompok. Soerjono Soekanto: Interaksi sosial adalah proses
sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan hubungan
sosial.12
5. Masyarakat
Dalam bahasa inggris masyarakat adalah Society yang berasal dari kata
Socius artinya kawan; sedangkan kata masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu
syirk, yang artinya bergaul, adanya saling bergaul ini tentu ada bentuk-bentuk
aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia seseorang melainkan
disebabkan unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial.13Masyarakat adalah
sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan
12
http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-interaksi-sosial-menurut-ahli.html
13
aturan tertentu14. Beberapa sosiolog memberikan kontribusinya dalam
menjelaskan definisi mengenai masyarakat, di antaranya :
Relph Linton mendifinisikan bahwa masyarakat merupakan setiap
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga
mereka dapat mengatur dari mereka dan menganggap diri mereka sebagai
suatu kesatuan sosial dengn batas-batas yang di rumuskan dengan jelas.
Menurut Selo Soemardjan, masyarakat adalah “orang-orang yang hidup
bersama, yang menghasilkan kebudayaan”.15
Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah “orang-orang yang hidup
bersama, yang menghasilkan kebudayaan”.16
Emile Derkheim mendefinisikan masyarakat sebagai “ Kenyataan objek
individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.”
Karl Mark, menjelaskan bahwa masyarakat sebagai “ Struktur atau aksi
yang ada pada pokoknya yang ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang
dominan pada warganya.”
Berdasarkan definisi diatas bisa disimpulkan bahwa masyarakat merupakan
sekumpulan manusia yang hidup bersama di suatu wilayah yang cukup lama dan
merupakan suatu sistem hidup bersama yang bisa menibulkan adanya kebudayaan,
struktur oleh karena setiap anggota kelompok merasa terikat antara satu dengan
yang lainya.
14
Sutan Rajasa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Mitra Cendekia, 2003), hlm 302.
15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm 24.
16
5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empirik.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya
penelitian kuantitatif. Ada tiga alasan yang mendukung pernyataan ini. Pertama,
hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat dirunut dari
teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Kedua,
hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar. Ketiga,
hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena
disusun dan duji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas
dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Berdasarkan dari definisi diatas maka dapat diajukan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Ha: Ada Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyrakat di
kelurahan penjaringansari kecamatan rungkut kota Surabaya
Ho:Tidak ada Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagi sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari
settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium
dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagi informan, pada suatu
seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumberprimer, dan sumber sekunder.
Sumber Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, mislanya lewat orang lain
atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atauteknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
observasi, interview, dokumentasi.
Teknik pengumpulaan data dalam penelitian yang berjudul Individu
Bergelar Haji terhadap Interaksi sosial masyarakat dik Kelurahan Penjaringansari
Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. diantaranya:
a. Pengumpulan Data Primer
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila
jumlah responden yang cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Bila
penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner
dapat diantarkan langsung dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan adanya
kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu
kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan
data objektif dan cepat.
b. Pengumpulan Data Sekunder
Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang ingin
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam.
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti harus membuat pedoman wawancara
sebagai panduan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan
dan untuk menstandarisasikan situasi pelaksanaannya. Sebagaimana dalam
penyusunan angket, langkah pertama yang harus ditempuh peneliti adalah
menjabarkan tujuan atau pernyataan masalah penelitiannya ke dalam rumusan
tujuan yang lebih spesifik. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus diberikan dengan
ini, peneliti akan melakukan wawancara dengan ketua RT di Penjaringansari dan
Masyarakat di Penjaringansari
Dokumentasi
Pengumpulan data dari dokumen-dokumen yang diperoleh dari pihak
kelurahan Penjaringansari seperti profil desa, Foto kegiatan warga
7. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis
data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruhresponden, menyajikan data
tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan. Analisis data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan
secara sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan gejala dan
hubungan bisa dideteksi.17 Didalam analisi statistik inferensial ini, peneliti
mencoba menganalisa hasil angket dengan memasukkan rumus –rumus yang
digunakan dalan menganalisa hasil angket dengan menggunakan analisis
Statistika Inferensial, sebagai berikut;
17
Regresi, adalah hubungan secara linier antara satu variabel independen
(x) dengan variabel dependen (y). analisis ini mengetahui arah hubungan anatara
variabel independen dengan variabel dependen apakah nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan.18 Rumus ini digunakan untuk mencari
beberapa persen sumbangan variabel Independen kepada variabel Dependen
dalam satu keterangan penelitian.
G. Sistematika Pembahasan
A. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan deskripsi yang menjelaskan tentang objek yang diteliti,
menjawab pertanyaan, kegunaan penelitian serta alasan penelitian dilakukan. Oleh
karena itu, maka bab ini terdiri dari Latar Beakang Masalah, Rumusan Masalah,
Penelitian terdahulu, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Metode
Penelitian yang didalamnya terdapat poin-poin yaitu : Pendekatan dan Jenis
Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Sampling, Variabel dan Indikator
Penelitian, Definisi Operasional, Hipotesis Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,
Teknik Analisis Data.
B. BAB II Kajian Teoretik
Bab ini menjelaskan untuk menetapkan landasan teori yang digunakan
untuk menganalisis permasalahan yang ditetapkan
18
C. BAB III Penyajian Data
Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang
data-data yang diperoleh, baik data-data primer maupun data-data sekunder. Penyajian data-data
dibuat secara tertulis dan juga disertakan gambar, tabel atau bagian yang
mendukung data.
D. BAB IV Analisis Data
Dalam bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang
dikemas dalam bentuk dua variabel. Setelah itu akan dilakukan penganalisaan
data dengan menggunakan teori yang relevan, yakni terkait Individu Bergelar
Haji terhadap Interaksi sosial masyarakat di Kelurahan Penjaringansari
Kecamatan Rungkut Kota Surabaya
E. BAB V Penutup
Dalam bab penutup ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian menjadi
elemen penting bab penutup. Disamping itu, adanya saran dan rekomendasi dari
BAB II
TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER DAN INTERAKSIONISME
SIMBOLIK HEBERT BLUMER
A. Individu
Individu berasal dari kata individium (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak
dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologis artinya manusia yang hidup
berdiri sendiri tidak mempunyai kawan( Sendiri). 1 Individu adalah pribadi yang
mempunyai pikiran atas kepentingan yang bersifat subjektif. individu dalam
konsep sosiologis dapat dirumuskan secara terbatas sebagai jumlah keseluruhan
pengalaman, pandagan atau pikiran dan segenap tindakan-tindakan seorang yang
kemudian membentuk dan mewarnai ciri-ciri pribadinya. Alvin L. Bertrand
(1980) memandang individu sebagai kesendirian.
Secara objektif, kesendirian ( self), dapat dikatakan sebagai kesadaran
terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain diluar darinya.
pada hakikatnya, kesadaran itulah yang mendorong timbulnya sebutan” aku” atau
“saya”. kesadaran yang subjektif itu tidaklah mudah dipelajari, meskipun oleh
orang yang mempunyai diri itu sendiri, sebab tidak seorangpun dapat meninjau
dirinya sendiri secara objektif seratus persen. Indvidu bukan berarti manusia
sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan kesatuan yang
terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.
1
Dengan demikian sering digunakan sebutan “ orang-seorang” atau
“manusia perseorangan”. sifat dan fungsi orang-orang disekitar kita adalah
makhluk-makhluk yang agak berdiri sendiri dalan berbagai hal yang
bersama-sama satu bersama-sama lain. Sejenis tapi tidak bersama-sama, makin tua semakin maju dan
semakin banyak pula perbedaanya.
Sejak lahir, manusia ada ditengah-tengah manusia lain yang melahirkan
dan yang mengurusnya sampai ia dapat berdiri sendiri sebagai suatu pribadi.
hidup ini ditengah-tengah kelompok atau didalam kelompok, menunjjukkan
bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyatakat kelompok inilah yang
mematangkan soerang individu menjadi suatu pribadi dari kenytaan yang
demikian, sorang individu menjadi suatu pribadi dari kenyataan yang demikian,
hakekatnya manusia merupakan makhluk yang unik, yang merupakan perpaduan
antara aspek individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan
makhkuk sosial sebagaui perwujudan anggot kelompok atau amggota masyarakat
kelompok dalam hal ini, Kelompok manusia yaitu kumpulan manusia yang
menunjuk antara hubungan satu sama lain. kelompok ini terdapat suatu struktur
tertentu yang menunjjukan adanya antar hubungan individu-individu yang
membentuk kelompok.2
Individu mempunyai ciri-ciri memiliki suatu pikiran dan diri. Dimana
individu sanggup menetapkan kenyataan, interprestasi situasi, menetapkan aksi
dari luar dan dalam dirinya. dapat diartikan sebagai proses komunikasi individu
dalam berinteraksi dan berhubungan. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa
2
adanya suatu masyarakat yang menjadi latar individu tersebut ditandai dengan
dimana individu tersebut berusaha menempatkan prilaku pada dirinya sesuai
dengan norma dan kebudayaan lingkungan tersebut, seperti di indonesia
individunya menjunjung tinggi prilaku sopan santun, dan beretika dalam
bersosialisasi.
Individu selalu berada didalam kelompok, peranan kelompok tersebut
adalah untuk mematangkan individu tersebut menjadi seorang pribadi. Dimana
prosesnya tergantung terhadap kelompok dan lingkungan dapat menjadi faktor
pendukung proses juga dapat menjadi penghambat proses menjadi suatu pribadi.
Faktor pendukung dan faktor penghambat juga dapat berdasarkan individu itu
sendiri.
Dalam pengertian sosiologi, Individu adalah subyek yang melakukan
sesuatu, subyek yang mempunyai pikiran, subyek yang mempunyai kehendak,
subyek yang mempunyai kebebasan, subyek yang memberi arti meaning pada
sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya sendiri. Singkatnya
individu adalah subyek yang bertindak. Sedangkan menurut Peter L. Berger
mendifinisikan masyarakat sebagai berikut: Masyarakat merupakan suatu
keseluruhan komplek hubungan manusia yang luas sifatnya. Ketika anda sedang
surplus uang dan kebetulan melewati perempatan jalan yang dihuni para
pengemis, apa yang anda lakukan. Inilah penjabaran dari relasi individu dan
Sebebas apapun manusia berbuat, akan terkoneksi dengan sistem
masyarakat yang berlaku. Bahkan, dinegara Paman Sam sekalipun, Amerika
Serikat, yang menganut liberalism ekstrem. Relasi Individu dan masyarakat sudah
terpikir di masa lampau. Manusia pada dasarnya adalah homo sosial yang butuh
interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Namun, ada juga pendapat lain yang
menyebut manusia homo ludens, makhluk yang senang bermain main. Semuanya
tertuju pada relasi individu dan masyarakat. Sejatinya, individu dan masyarakat
bukan dua hal yang saling bertentangan, melainkan justru saling melengkapi.
Sistem di semua Negara di dunia, hubungan interaksi masyarakat akan
dipengaruhi oleh budaya, nilai, dan tata karma yang berlaku di komunitas
tersebut. Semuanya membentuk sebuah sistem yang menunjukkan do’s and don’t
bagi individu di sekelilingnya. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
1. Liberalisme. Dalam liberalism, Individu bias lebih otonom, independen dan
berkuasa. Individu tidak terlalu dibebani seputar masyarakat karena memang pada
dasarnya masyarakat tidak peduli apa yang dilakukan individu tersebut.
2. Moderat. Nah, ini bentuk kombinasi atau perpaduan dari liberalism dan
komunisme. Moderat berarti tidak membuang hak individu untuk bergerak,
namun juga tidak melepasnya dari sistem kemasyarakatan Singkatnya, ini ialah
bentuk kompromi.
3. Komunisme. Populer dikalangan penganut komunisme ialah “what you get is
what you give”. Apa yang kamu dapatkan adalah apa yang kamu berikan. Sistem
sebagai manusia yang otonom. Sebaliknya justru asas kolektif kolegial cenderung
jadi rujukan. Contoh kasus Indonesia boleh dibilang termasuk agak moderat
meskipun tidak bisa dikategorikan moderat sepenuhnya. Eksistensi individu
dihargai disini. Namun, dalam beberapa hal, ada pengecualian. Merujuk pada
konstitusi Indonesia, ekonomi menjadi sorotan utama. Sejatinya, dalam semua lini
kehidupan, para pencetus bangsa Indonesia memang menginginkan sistem yang
kekeluargaan, kolektif, dan bersama-sama. Itu sebabnya gotong royong jadi
jargon populer.
Berikut ini karakter khas Indonesia dalam relasi individu dan masyarakat
a. Ronda. Komunitas masyarakat Indonesia lebih senang jaga berbarengan.
b. Kebersihan. Biasanya di akhir p[ekan, masyarakat sering bahu membahu
c. membersihkan got, sapu jalan, dan lain lain. Ini hanya terjadi di Indonesia.
d. Kirim antartetangga. Jelang lebaran, biasanya warga muslim satu dengan
yang lain saling mengirimi makanan.
Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat di
pisahkan antara jiwa dan raganya, oleh karena itu dalam proses perkembangannya
perlu keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohaninya. Sebagai
makhluk sosial seorang individu tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan
antara yang satu dengan yang lainnya, dan saling mengadakan hubungan sosial di
tengah–tengah masyarakat. Keluarga dengan berbagai fungsi yang dijalankan
yang pertama kali, sangat penting artinya dalam mengarahkan terbentuknya
individu menjadi seorang yang berpribadi.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga
mempunyai korelasi fungsional dengan masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam
proses pengembangan individu menjadi seorang yang berpribadi hendaknya
diarahkan sesuai dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga seorang individu
menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan
melakukan hubungan – hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup
majemuk. Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang
memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk
mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan
jelas proyeksi individu sebagai bagian keluarga, keluarga sebagai tempat
terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita melihat hasil dari proyeksi
tersebut. Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada
suatu konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu
menjadi jelas dan bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala –
gejalanya. Karena di sini akan terlibat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri
dan merupakan makhluk sosial sebagai perwujudan anggota kelompok atau
anggota masyarakat.
Tanggapan dalam kasus ini adalah bahwa individualime adalah
kepribadian masing-masing personal. Betapa sedihnya jika kita hidup individual
sedangkan lingkungan kita sendiri berkelompok. Jika ada yang memiliki sikap
dan bagaimana cara supaya orang tersebut bisa berkelompok dengan orang lain
dalam segi apapun.
Dan disamping itu, negara kita juga mempunyai semboyan “Bhineka
Tunggal Ika” walaupun berbeda-beda Suku, Ras, Agama, tapi kita tetap bersatu,
bergotong royong. Pada umumnya individalisme adalah kasus dimana orang
tersebut tidak peduli dengan masalah orang lain, hanya bergelut dengan dunianya
sendiri. Berbeda dengan orang yang egois.
a. Gelar Haji
Haji secara bahasa berati mengunjungi, ziarah atau menuju ke sesuatu
tempat tertentu. Secara syar’i adalah mengunjungi Ka’bah diMakkah pada waktu
tertentu untuk mengerjakan amalan-amalan ibadah tertentu. Dengan melakukan
suatu perjalanan yang berujung pada keabdian ini, pada dasarnya tujuan manusia
ialah bukan untuk binasa melainkan berkembanng dan tujuan ini bukan untuk
Allah melainkan untuk mendekatkan diri kepadanya. Makna tersebut dipraktikkan
dalam pelaksanaan ibadah haji, dalam acara ritul atau tuntunan non ritualnya,
dalam bentuk kewajiban atau larangan nyata atau simbolik.
Ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilakasanaakan kaum muslimin sedunia yang mampu secara ( material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan beberapa amalan : Wukuf, tasawuf, sa’i dan amalan lain. Ibadah haji biasanya dilaksanakan pada musim haji ( Dzulhijjah), demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengaharapkan ridhonya-Nya.3
3
Ibadah haji juga menjadi pilar dasar bagi umat islam, karena islam
dibangun diatas lima pilar, yaitu :
a) Beraksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Bersaksi bahwa
Muhammad SAW, utusan allah
b) Mendirikan shalat
c) Mengeluarkan zakat
d) Melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadhan
e) Melaksanakan ibadah haji kerumah Allah yang Suci (Ka’bah).4
Oleh karna itu haji merupakan suatu kewajiaban yang harus dijalankan
oleh umat muslim jika mampu menjalakannya. Gelar haji, umum digunakan
sebagai tambahan di depan nama dan sering disingkat dengan "H". Dalam hal ini
biasanya para Haji membubuhkan gelarnya dianggap oleh mayoritas masyarakat
sebagai tauladan maupun contoh di daerah mereka. Bisa dikatakan sebagai Guru
atau panutan untuk memberikan contoh sikap secara lahiriah dan batiniah dalam
segiislamsehari-hari. Di beberapa negara, gelar haji dapat diwariskan
turun-temurun sehingga menjadi nama keluarga sepertiHadžiosmanovićdalam bahasa
Bosnia yang berarti 'Bani Haji Usman' alias 'anak Haji Usman'. Di negara-negara
Arab, gelar haji awam digunakan sebagai penghormatan kepada orang yang lebih
tua terlepas dari pernah haji atau belum. Gelar haji juga digunakan di
negara-negara kristen Balkan yang pernah dijajah Imperium Usmani (Bulgaria, Serbia,
4
Yunani, Montenegro, Makedonia dan Romania) bagi orang kristen yang sudah
pernah berziarah ke Yerusalem dan Tanah Suci.5
Dalam konteks historis di Hindia Belanda, penggunaan gelar haji sering
disematkan pada seseorang yang telah pergi haji, dan sempat digunakan
pemerintah Hindia Belanda untuk identifikasi para jemaah haji yang mencoba
memberontak sepulangnya dari Tanah Suci. Mereka dicurigai sebagai anti
kolonialisme, dengan pakaian ala penduduk Arab yang disebut oleh VOC sebagai
“kostum Muhammad dan sorban”.Dilatar belakangi oleh gelombang propaganda
anti VOC pada 1670-an di Banten, ketika banyak orang meninggalkan pakaian
adat Jawa kemudian menggantinya dengan memakai pakaian Arab, serta oleh
pemberontakan Pangeran Diponegoro serta Imam Bonjol yang terpengaruh
pemikiran Wahabi sepulang haji,6 pemerintah Hinda Belanda akhirnya
menjalankan politik Islam, yaitu sebuah kebijakan dalam mengelola
masalah-masalah Islam di Nusantara pada masa itu.7 Ketentuan ini diatur dalam Peraturan
Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903. Maka sejak tahun 1911,
pemerintah Hindia Belanda mengkarantina penduduk pribumi yang ingin pergi
haji maupun setelah pulang haji di Pulau Cipir dan Pulau Onrust, mereka
mencatat dengan detail nama-nama dan maupun asal wilayah jamaah Haji.
5
http://www.apologitis.com/gr/ancient/Ierosolyma.htm 6Kees van Dijk dalam “
Sarung, Jubah, dan Celana: Penampilan sebagai Sarana Pembedaan dan
Diskriminasi”, yang termuat dalam Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan 7
Begitu terjadi pemberontakan di wilayah tersebut, Pemerintah Hindia
Belanda dengan mudah menemukan warga pribumi, karena di depan nama mereka
sudah tercantum gelar haji.
b. Interaksi Sosial
Jika kita berbicara tentang interaksi sosial kita harus paham mengenai apa arti
intraksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
menyangkut hubungan antar individu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan
mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau
hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung
sepanjang hidupnya didalam masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial. dalam artti luas sebenarnya interaksi sosial itu merupapakan konsep abstrak yang dapat ditempelkn pada kejadian-kejadian yang bermacam-macam dimana orang saling bertemu, apakah secara tatap muka atau secara tidak langsung, apakah dengan maksud damai atau untuk betikai,atau apakah untuk bekerjasama atau saling san lain sebagainya. Dalam buku sosiologi suatu pengantar, Soerjonro Soekamto mengutip Gillin and Gillin dari buku mereka Cultural Sociology, yakni interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang-perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorang dengan kelompok manusia.8
8
Berdasarkan Karya mead, Blumer menetapkan sejumlah asumsi dasar mengenai realita sosial berikut ini:
a. “ Bagi masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, telah
disiapkan sebuah perbuatan yang berdasarkan makna-makna, yang
obyeknya terdiri dari atas dunia mereka’. Behavior didasarkan atas makna
sosial yang sesuai dengan objek-objek partikular. objek-objek ini terdiri
dari tipe utama : Fisikal, sosial, dan abstrak.
b. Mengambarkan asosisi sebagai suatu “ proses ketika (masyarakat
memberi petunjuk antara suatu dan lainya dan menafsirkan
indukasi-indikasi lain”, Seperti tingkah laku manusia melakukan tindakan organik
bagi dirinya sendiri sebagai partisipasinya dalam pengambilan peran.
dengan demikian, interaksi individual tersebut memproses penafsiran
c. Tindakan- Tindakan sosial terus mengonstruksikan sebuah proses yang
para pelakunya mencatat, menafsirkan dan menilai untuk menghadapi
situasi mereka. Jadi, manusia melakukan tindakan organik bagi dirinya
sendiri sebagai partisipasinya dalam pengambilan peran. Dengan
demikian, interaksi individual tersebut memproses penafsiran
d. Hubungan secara kompleks tentang tindakan-tindakan yang terakhir
terdiri atas organisasi, institusi, pembagian tugas, kerangka-kerangka
tentang keadaan yang saling bergantung pada perkara-perkara yang
berubah dan tidak statis. Dengan demikian, masyrakat atau golongan,
sejak keberadaan mereka dalam interaksi adalah sebuah dinamika dan
perkembangan yang tidak statis. sebagaimana garis yang disambungankan
keadaan yang terpisah dari partisipasi mereka dalam berinteraksi.Disisi
lain, Tindakan-tindakan sebelumnya mengenai partisipasi ini telah
memberikan latar belakang beberapa instansi untuk berkerja sama.
Menurut prespektif ini, masyarakat mengambarkan sebuah simbol, interaksi,
penafsiran proses yang diletakkan dengan individu ( tersendiri); yang tidak statis,
sistem eksternal. pendekatan ini menegaskan keperluan bagi tempat seseorang
dalam tugas partisipasinya. hal ini menjadi dinamika interaksi yang serius,
mengahasilkan “gambar-gambar” tentang tindakan sosial ( seperti mengamati
sebuah proses ketika tindakan sosial telah dikonstruksikan), dn pandangan
institusi seta kelompok dinamika ( sebagaimana hubungan orang-orang dalam
tindakan. metodologi menyediakan interaksi simbolik yang berupa empatik,
dinamik, dan induktif dalam pandangan yang palsu, statis dan deduktif.9
Menurut weber, hakikat interaksi terletak dalam mengarahkan kelakukan kepada orang lain. harus ada orietasi timbal balik antara pihak –pihak yang bersangkutan, bagaimanapun isi pembuatannya: cinta atau benci, kesetiaan atau pengkihianatan, menghantam atau menolong.
c. Masyarakat
Masyarakat adalah sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu
tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu.10Beberapa sosiolog memberikan
kostribusinya dalam menjelaskan definisi mengenai masyarakat,diantaranya:
Relph Liton mendefinisikan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok
manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat
9
Prof. DR. H. Dadang Kahmad,M.Si, Perkembangan dan Paradigma Utama Teori sosiologi
(Bandung; 28 juni 2005) hal 242-244 10
mengatur dari mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang di rumuskan dengan jelas.
Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah “orang-orang yang hidup
bersama, yang menghasilkan kebudayaan”.11
Emile Derkheim mendefinisikan masyarakat sebagai “ Kenyataan objek
individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.”
Karl Mark, menjelaskan bahwa masyarakat sebagai “ Struktur atau aksi
yang ada pada pokoknya yang ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang
dominan pada warganya.”
Berdasarkan definisi diatas bisa disimpulkan bahwa masyarakat
merupakan sekumpulan manusia yang hidup bersama di suatu wilayah yang
cukup lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama yang bisa menibulkan
adanya kebudayaan, struktur oleh karena setiap anggota kelompok merasa terikat
antara satu dengan yang lainya.
11
B. KAJIAN TEORETIK
Didalam penelitian ini mengunakan teori Tindakan Sosial dan
Interaksionalisme simbolik yang dipopulerkan oleh Max Weber dan Hebert
Blumer
1. Tindakan Sosial ( Max Weber)
Tindakan sosial merupakan keseluruhan sosiologi Weber, Jika kita
menerima kata-katanya ini sebagai mananya, didasarkan pada pemahamannya
tentang tindakan sosial. ia membedakan tindakan dengan perilaku yang murni
reaktif. mulai sekarang konsep perilaku dimaksudkan sebagai perilaku otomatis
yang tidak melibatkan proses perikaku yang terjadi, dengan sedikit saja jeda
proses pemikiran. stimulus datang dengan dan perilaku yang terjadi , dengan
sedikit saja jeda antara stimulus dengan respons. perilaku semacam itu tidak
menjadi minat sosiolog weber. tindan dikatakan terjadi ketika individu
melekatkan makna subjektif pada tindakan mereka.
Dalam memasukkan analisisnya ke dalam proses mental da tindakan
bermakna yang ditimbulkannya. weber melihat dalam konsep kepribadian istilah
yang kerap disalah artikan dan merujuk pada pusat kreativitas yang sangat
irasional, pusat yang menjadi tempat berhentinya penelitian analitis. proses-proses
mental cukup mempuni, hal ini tidak banyak menjadi dasar bagi sosiologi mikro
sistematis, namun adalah kemampuan karya weber yang menjadikannya relevan
bagi mereka yang megembangkan teori individu dan perilakunya- interaksionisme
Dalam teori tindakannya, tujuan weber tak lain adalah memfokuskan
perhatian pada individu, pola dan religiusitas tindakan dan bukan pada
kolektivitas. Tindakan dalam pengertian orientasi perilaku yang dapat dipahami
secara subyektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa orang
manusia individual.
Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna
tindakan dengan cara mengidentifikasikan empat tipe tindakan dasar. pembedaan
yang di lakukan weber terhadap kedua tipe dasar tindakan yang ditentukan oleh
harapan terhadap rasionalitas sarana tujuan, atau tindakan yang ditentukan oleh
harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain,
harapan-harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai
tujuan-tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional. yang kedua adalah
rasionalitas nilai, atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran
akan nilai perilaku-perilaku etis, etnis, religius atau bentuk perilaku lain, yang
terlepas dari prospek keberhasilannya. Tindakan efektual ( yang hanya sedikit
diperhatikan oleh kondisi emosi aktor. Tindakan tradisional ( yang lebih
mendapatkan tempat dalam karya weber) ditentukan oleh cara bertindak aktor
yang biasa dan telah lazim dilakukan.
Weber membedakan empat bentuk tindakan ideal-tipikal, ia sepenuhnya
sadar bahwa tindakan tertentu biasannya terdiri dari kombinasi dari keempat tipe
tindakan ideal tersebut. weber berargumen bahwa sosiolog harus memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk memahami tindakan yang lebih, memiliki
variasi rasioal ketimbang memahami tindakan yang didominasi oleh perasaan atau
tradisi. pemikiran weber tentang stratifikasi sosial atau gagasanya yang terkenal
tentang kelas, status, dan partai (atau kekuasaan). analisi suatu wilayah dimana
weber paling tidak pada awalnya menjadi teoritisi tindakan. weber tidak mau
mereduksi stratifikasi menjadi sekedar faktor ekonomi (atau kelas menurut
pengertian weber), melainkan melihatnya sebagai sesuatu yang bersifat
multidimensional. implikasi yang timbulkannya adalah bahwa orang dapat
menempati peringkat yang tinggi disuatu atau dua dimensi stratifikasi tersebut
sementara berada pada posisi yang rendah dimensi ( dimensi-dmensi) lainya,
sehingga memungkinkan analisis yang lebih jauh lebih canggih terhadap
stratifikasi sosial dari pada ketika stratifikasi tersebut diatasi hanya pada variasi
situasi ekonomi suatu stratifikasi sosial dari pada ketika stratifikasi ( sebgaimana
dilakukan dalam analisis marxis.
Weber berpegang pada konsep orientasi tindakanya dengan menyatakan
bahwa kelas bukanlah komunitas, kelas adalah sekelompok orang yang situasi
bersama mereka dapat menjadi dan kadang-kadang sering kali, basis tindakan
kelompok. weber meyatakan bahwa’ situasi kelas” hadir ketika tiga syarat
terpenuhi.
Mereka yang berada dipuncak hierarki status, memiliki gaya hidup
berbeda dengan yang ada di bawah. dalam hal ini gaya hidup atau status terkait
dengan situasi kelas. namun kelas dan status tidak selalu terkait satu sama lain.
uang dan kedudukan wirausahaan bukan merupakan kualifikasi statu, kendati
keduanya dapat mengarah kepadanya; dan ketiadaan harta benda tidak dengan
sendirinya membuat status jadi melorot, meskipun tetap dapat menjadi alasan bagi
penurunan tersebut.
Weber tetap memakai pendekatan tindakan ketika membicarakan tentang
stratifikasi sosial, gagasan-gagasan ini telah mengindikasikan suatu langkah
kearah komunitas atau struktur pada level makro. weber kehilangan perhatian
pada tindakan lain; aktor tidak lagi menjadi sekedar fokus perhatiannya semata,
namun berubah menjadi variabel tergantung yang sangat ditentukan oleh beragam
kekuatan skala besar. weber percaya bahwa seorang penganut aliran calvinis di
paksa betindak dengan berbagai cara oleh norma, nilai dan kepercayaan agama
mereka namun fokusnya bukanlah pada kekuatan individu melainkan pada
kekuatan kolektif yang merasa aktor tersebut.12
Berikut empat tipe tindakan sosial yang ada dalam pembahasan Weber:
a. Tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)
Tindakan rasional atau Zweckrationales Handeln yang bertujuan rasional
yaitu tindakan sosial yang menyandarkan diri pada pertimbangan-pertimbangan
manusia yang rasional ketika menanggapi lingkungan eksternalnya (juga ketika
12
menanggapi orang-orang lain di luar dirinya dalam rangka usahanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup).
b. Tindakan rasional nilai (Werk Rational)
Nilai Wertrational Handeln yaitu suatu tindakan sosial yang menyandarkan
diri pada nilai-nilai absolut tertentu. Pertimbangan rasional mengenai kegunaan
ekonomis tidak berlaku. Dalam tipe ini sang aktor memiliki suatu komitmen untuk
menanggulangi tujuan akhir atau nilai-nilai, yang ia tanpa mempertimbangkan
ongkos yang harus dibayar karena hal tersebut merupakan suatu tujuan yang
satu-satunya harus di capai.
c. Tindakan afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi (Affectual Action)
Affectual Action yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena dorongan atau
motivasi yang sifatnya emosional. Tipe afektual ini juga merupakan suatu
sumbangan yang penting dalam memahami jenis dan kompleksitas manusia.
Dalam memahami afektual ini, sebagaimana yang ada dalam rasional, maka
empati intuisi simpatik itu diperlukan. Empati seperti ini tidaklah terlalu sulit, jika
kita sendiri lebih tanggap terhadap reaksi-reaksi emosional, misalnya sifat
kepedulian, marah, ambisi, iri, cemburu, antusias, cinta, kebanggaan, dendam,
d. Tindakan tradisional/Tindakan karena kebiasaan(Traditional Action)
Tindakan tradisional atau Traditional Action yaitu tindakan
non-rasional, yaitu suatu tindakan sosial yang didorong dan berorientasi kepada
tradisi masa lampau. Tradisi di dalam pengertian ini adalah suatu kebiasaan
bertindak yang berkembang di masa lampau. 13.
Tindakan Sosial Masyarakat Kelurahan Penjaringansari yang telah
Melaksanakan Ibadah Haji Dalam memahami sosio budaya maka diperlukan
beberapa metode khusus dalam rangka memahami berbagai motif dan arti atau
makna tindakan manusia. Weber menunjukkan bahwa keterlibatan dengan
kausal (hukum sebab dan akibat) dan generalisasi merupakan suatu hal yang
umum dalam semua ilmu, maka demikian pula hal ini harus dijadikan fokus
utama dalam ilmu sosial. Tindakan sosial bagi Weber adalah suatu tindakan
individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi
dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer 1975).
Subjektif itu merujuk kepada makna dari aktor-aktor itu sendiri yang
memberikan atribut pada tindakan mereka.
2. Interaksionis simbolik :Manusi dan Makna ( Hebert Blumer)
Didalam pandangan interaksionisme simbolis menusia bukan dilihat
sebagai produk yang ditentukan oleh struktur atau situasi objektif, tetapi paling
tidak ada bagian, merupakan aktor-aktor yang bebas. Pendekatan kaum
interaksionis menekankan perlunya sosiologi memperhatikan definisi atau
13