• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIVIDU BERGELAR HAJI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DI KELURAHAN PENJARINGANSARI KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INDIVIDU BERGELAR HAJI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DI KELURAHAN PENJARINGANSARI KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

INDIVIDU BERGELAR HAJI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL

MASYARAKAT DIKELURAHAN PENJARINGANSARI KECAMATAN

RUNGKUT KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabayauntuk Memenuhi

Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

( S.sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

LIA FATMALA

NIM : B05212026

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGAM STUDI SOSIOLOGI

(2)

INDIVIDU BERGELAR HAJI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL

MASYARAKAT DIKELURAHAN PENJARINGANSARI KECAMATAN

RUNGKUT KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

( S.sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

LIA FATMALA

NIM : B05212026

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGAM STUDI SOSIOLOGI

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Lia Fatmala, 2016, Individu Bergelar Haji terhadap Interaksi Sosial Masyarakat di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Skripsi Progam Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Individu, Gelar Haji, dan Interaksi Sosial

Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap fenomena haji di indonesia karena dari tahun ketahun yang semakin marak dan banyak, dengan adanya peningkatan jumlah jamaah haji di Indonesia setiap tahunnya. Fenomena haji ini sebenarnya tidak hanya memiliki aspek religius saja, namun ibadah haji membawa aspek sosiologis. Karena ibadah haji pada hakikatnya memiliki makna yang beragam bagi yang melaksanakan haji. Peneliti ini mengungkap fenomena tentang status gelar haji dan pendapat masyarakat di Kelurahan Penjaringansari.

Ada dua rumusan masalah yang hendak dikaji: Pertama; adakah Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di Keluarahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Kedua; sejauh mana Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di Kelurahan Pejaringansari di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Penelitan ini menggunakan Teori Tindakan Sosial Max Weber dan Interaksionisme Simbolik Herbet Blumer dengan metodologi Kantitatif.

(7)

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

1. Pendekatan dan Jenis penelitian ... 10

2. Populasi,Sample dan Teknik Sampling... 11

3. Variabel dan Indikator Penelitian... 13

4. Definisi Operasional... 15

5. Hipotesisn Penelitian ... 19

6. Teknik Pengumpulan Data ... 20

7. Teknik Analisis Data ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II KAJIAN TEORETIK ... 25

BAB III PENYAJIAN DATA INDIVIDU BERGELAR HAJI T ... 47

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 47

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

BAB IV ANALISIS DATA ... 56

A. Uji Validitas ... 56

(8)

C. Uji Korelasi ... 69

BAB V PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

DAFTAR TABEL ... 85

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai umat muslim pasti kita sering kali tahu dan mendengar istilah haji,

karena Haji merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim di seluruh dunia. Oleh

karena itu umat muslim di dunia banyak yang berharap bisa pergi haji di tanah

suci Mekkah. Dalam ajaran islam, setiap muslim diwajibkan untuk melaksanakan

rukun islam.

Islam dibangun diatas lima pilar, yaitu:

1. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad

SAW, utusan Allah.

2. Mendirikan shalat.

3. Mengeluarkan zakat.

4. Melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadhan.

5. Melaksanakan ibadah haji kerumah Allah yang Suci (ka’bah). Di dalam

Alqur’an pun sudah di sebutkan bahwa haji merupakan kewajiban bagi umat

muslim bagi yang mampu. Seperti pada surat Ali-Imron ayat 96-97.

Salah satu rukun Islam tersebut, yaitu menunaikan Ibadah Haji bagi yang

mampu. Ibadah Haji merupakan rukun Islam yang kelima setelah syahadat, sholat,

(10)

minimal satu kali seumur hidup sedangkan setelahnya adalah sunnah. Sebaliknya,

orang-orang yang telah merasa dirinya mampu seakan berlomba-lomba agar

dirinya dapat menunaikan ibadah haji. Ada banyak motivasi dari orang-orang

yang ingin menunaikan ibadah haji, tetapi tidak sedikit pula motivasi ibadah haji

hanya ingin menunjukkan pada masyarakat lain bahwa dirinya mampu beribadah

haji dan mendapat gelar atau sebutan Haji atau Hajjah, agar berada di posisi atas

dalam lapisan masyarakat serta dihormati oleh masyarakat. Apabila dibandingkan

dengan jaman dahulu orang yang akan pergi haji terlebih dahulu dia memperbaiki

tingkah perilakunya dengan masyarakat, tingkat ibadahnya dan semua yang

berorientasi pada kemaslahatan sosial.

Ibadah haji sangat erat kaitannya dengan habluminallah dan habluminannas

sebagai satu kesatuan dari kesadaran religius yang tinggi. Dengan artian, manusia

melaksanakan ibadah haji benar-benar dapat menghayati perannya sebagai

Abdillah (dalam dimensi vertikal) dan sebagai khalifah (dalam dimensi

horizontal). Oleh karena itu, sering kali ibadah haji sebagai kegiatan untuk

merubah diri, dari kepribadian yang sebelumnya menjadi pribadi yang lebih baik,

setelah melaksanakan ibadah haji menjadi sorang pribadi yang jauh lebih baik.

Jamaah haji yang telah kembali ke tanah air diharapkan mengamalkan pesan

moral yang diperoleh ketika berhaji dengan merefleksikannya dalam keseharian

dan di lingkungan sekitarnya. Seorang haji harus mampu menjadi role model bagi

masyarakat (panutan di dalam masyarakat) untuk menciptakan kemajuan dalam

(11)

Demikianlah harapan yang diminta kepada para calon haji agar menjadi haji

yang mabrur, sehingga Allah mengganjarnya dengan surga. Haji Mabrur, tiada

balasannya kecuali Surga. Namun dalam realitasnya, tidak semua orang yang

telah melaksanakan ibadah haji dapat mengamalkan pesan moral yang diperoleh

pada saat berhaji dengan merefleksikannya dalam keseharian dan di lingkungan

sekitarnya. Beberapa masyarakat yang telah melaksanakan ibadah haji, dalam

jangka waktu 1 sampai 2 bulan masih terlihat baik dalam mengamalkan pesan

moral yang didapat ketika berhaji. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa

orang yang telah berhaji ini tidak merefleksikan hikmah yang di peroleh selama

haji dalam keseharian dan di lingkungan sekitarnya. Berdasar realitas tersebut

menarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana interaksi sosial

masyarakat yang telah berhaji di Kelurahan Penjaringansari.

Dengan jumlah orang haji yang hanya sedikit, Masyarakat setempat bersikap

berbeda terhadap orang-orang yang sudah berangkat haji. Misalnya dalam sebuah

kenduri saja masyarakat membedakan tempat pak haji dengan masyarakat biasa,

karena biasanya pak haji posisi duduknya pasti ada di depan masyarakat atau di

sebelahnya pak kyai atupun moden setempat. Itupun tidak di acara kenduri saja di

dalam acara-acara lain mereka pasti selalu di tunggu dan di kasih tempat yang

berbeda dengan masyarakat setempat. Sebenarnya predikat sebagai haji yang

mabrur (haji yang sah di mata Allah) hanya Allah SWT yang menentukannya,

tetepi ironisnya kita manusia hanya memakai predikat tersebut tak lebih sebagai

simbol untuk kepentingan individu. Niatnya sebenarnya memang baik untuk

(12)

merubah sikap dan perilaku mereka dan tentu saja bisa merubah status mereka

menjadi pak haji. Keinginan tersebut biasanya timbul pada masyarakat secara

tidak sengaja. Sebenarnya Ibadah haji sendiri memiliki banyak aspek yang

membuat banyak orang menjalankan ibadah tersebut. Diantaranya aspek ritual,

individual, politik psikologis serta aspek sosial. Kenapa dinamakan aspek ritual,

karena ibadah ini termasuk salah satu rukun islam yang kelima yang harus di

jalankan oleh setiap muslim yang mampu yang ketentuannya sudah di tentukan

dengan jelas.

Haji sebagai ibadah individual, dimana keberhasilannya haji sangat di

tentukan dengan pribadi dalam memahami aturan dan ketentuan dalam

melaksanakannya. Dari aspek psikologis ibadah haji menuntut jamaah haji untuk

siap dalam segi mental. Ibadah haji secara politis, bisa di lihat sebagai alat

ligitemasi politik, seperti pada sejarah banten, serta banyaknya raja-raja yang

sengaja berangkat haji untuk sekedar mendapatkan dukungan (kompas, 11

februari 2003). Itupun tidak beda jauh dengan sekarang dimana haji mulai

semarak dan banayak di jumpai para pemegang elit pemerintahan yang

berbondong-bondong naik haji. Konsekuensi sosial, yaitu bagaimana jamaah haji

memiliki pengetahuan, pemahaman dan mampu mengaplikasikan pesan-pesan

ajaran yang ada dalam pelaksanaan ibadah haji kedalam konteks kehidupan di

(13)

Secara sosiologis, dengan pemahamnnya dan pengetahuannya selama

menjalankan ibadah haji tersebut terbentuklah dalam perilaku dan interaksi

dengan masyarakat sehari-hari sehingga menjadi panutan atau sanjungan bagi

mereka.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Adakah Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di

Keluarahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut kota surabaya ?

2. Sejauh mana Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di

Kelurahan Pejaringansari di Kecamatan Rungkut kota surabaya

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui Individu bergelar haji terhadap Interaksi sosial masyarakat di

Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.

2. Mengetahui, sejauh mana Individu bergelar haji terhadap intreraksi sosial

masyarakat di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota

Surabaya.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan penelitian.

Manfaat penelitian dapat dilihat dari :

1. Manfaat Teoritis , penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam aspek ilmu pengetahuan, secara khusus dibidang ilmu

sosial tentang pengaruh individu bergelar haji terhadap interaksi sosial

(14)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat pengetahuan serta

memberikan pengalaman secara langsung tentang fakta dilapangan

dengan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah.

b. Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

refrensi, masukan dan menambah wacana keilmuan sosiologi dan hasil

penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti lain

untuk meneruskan peneliti yang berhubungan dengan individu bergelar

haji terhadap inteksi sosial masyarakat

E. TELAAH PUSTAKA

1. Kajian Pustaka

a. Gelar Haji

Ada beberapa difinisi yang menerangkan tentang haji. Menurut bahasa

(lughah) artinya sengaja datang atau menuju ke suatu tempat yang di ulang-ulang.

Sedangkan menurut istilah (syara’) adalah menyengaja mengunjungi Ka’bah (baitullah / rumah suci) dengan niat melakukan beberapa amalan ibadah dengan

syarat dan rukun yang ditentukan.1 Ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang

dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu secara (material, fisik, dan

keilmuan) dengan berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan beberapa amalan: wukuf, tawaf, sa’i dan amalan lain. Ibadah haji biasanya di laksanakan

1

(15)

pada musim haji (bulan Dzulhijjah), demi memenuhi panggilan Allah SWT dan

mengharapkan ridho-Nya2.

Haji hukumnya wajib bagi umat muslim tetapi bagi yang mampu

menjalankannya. karena sudah menjadi kewajiban umat Islam untuk menjalankan

lima pilar umat muslim tersebut. Oleh karena itu umat muslim ingin menjalankan

ibadah haji, karena mereka ingin menjalankan pilar yang ke lima itu. Tetapi tidak

semua orang bisa menjalankkannya karena hanya orang yang siap atau mampu

lahir batin dan secara materi mampu yang bisa menjalankannya. Tetapi fenomena

haji di masyarakat saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat karena itu

ibadah haji sudah di jadikan sebagai contoh bagi pak haji atau haji. itu bisa di

lihat seperti ibadah haji sekarang ini.

b. Interaksi sosial

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling

mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan

antara kelompok dan kelompok. Soerjono Soekanto: Interaksi sosial adalah proses

sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan

kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan hubungan

sosial

2

(16)

2. Penelitian Terdahulu

1. Setyani Nurul Hidayat (A070116547) orang miskin naik haji (studi

kualitatif tentang makna haji pada orang miskin yang telah berangkat haji

pada orang miskin yang telah melaksanakan haji di desa paciran

kecamatan paciran kabupaten lamongan). Jurusan Sosiologi Fakultas ilmu

sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya 2006.

Dalam penelitian ini rumusan maslahnya adalah :

a). Bagaimanakah orang miskin memaknai haji yang telah dilaksanakan.

b). Apakah usaha-usaha yang dilakukan orang miskin untuk bisa naik haji.

c). Apakah ada signifikansi antara makna haji dengan perubahan orang miskin

selanjtnya.

Dan dari rumusan masalah tersebut terjawab dengan jawaban sebagai berikut.

a) Ibadah haji setidaknya di maknai dengan tiga hal yaitu dengan teologis,

ekonomi dan juga di makanai sebagai investasi pasca haji atau hj. Minan

bagi kelangsungan ekonomi seseorang.

b) Usaha yag di lakukan untuk bisa naik haji pada orang miskin ini di

sesuiakan dengan kemampuan yang dimiliki para individu masing-masing.

yaitu diantaranya :

(1). Menjual tanah

(2). Berusaha mendapatkan haji dari instansi

(3). Meminta anak untuk menghajikan

(17)

c) Tidak ada perubahan signifikansi karena makna haji di anggap sama saja

dengan ibada-ibadah lainnya misalnya sholat, puasa dan zakat. Sebelum

atau sesuadah haji sama saja pengaruhnya tidak lantas membuat orang

menjadi bertambah ketaatannya dan semakin khusuk ibadahnya. Penelitian

ini sangat relevan dengan yang di lakuakan oleh peneliti yaitu mengenai

makna haji dan signifikansi perubahan orang yang sudah berangkat haji.

Tetapi dari peneliti membahas tentang makna haji dari sudut pandang

apakah masyarakat tau makna haji itu seperti apa. penelitian ini juga

membahas perubahan masyarakat tentang adanya orang yang sudah

berangkat haji. Tetapi peneliti bukan hanya ingin tahu perubahan dari orang

yang sudah berangkat haji melainkan juga dari sudut pandang masyarakat

sekitar tentang orang yang sudah berangkat haji.

2. Abdul Malik (B119200109) yang membahas tentang studi kualitatif

tentang pergeseran makna haji di Dupak Bangunrejo Kelurahan

Dupak Kecamatan Krambangan Kota Madya Surabaya. Jurusan

Penerengan dan Penyiaran Agama Islam (PPAI). Fakultas Dakwah

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 1997. Dengan

rumusan masalah tentang adakah makna haji sudah berubah dengan

makna haji yang sebenarnya bagi jamaah haji di Dupak Bangun Rejo

Kecamatan Krembangan Surabaya. Penelitian ini terfokus pada

permasalahan penelitian pada adanya pergeseran makna haji bagi

kalangan masyarakat. Dimana haji sudah bukan makna ibadah

(18)

Penelitian ini juga relevan dengan peneliti karena penelitian ini

membahas tentang makna haji, tetapi peneliti menbahas berbagai masalah dari

makna haji, pandangan masyarakat dengan adanya status haji dan pada

perubahan orang yang sudah berangkat haji dan pada masyarakat.

3. Ahmad Farid Vergiawan (B052070021), yang membahas tentang Haji dan

Status sosial pada masyarakat Desa Sukorejo Kecamatan Parengan Kabupaten

Tuban. jurusan sosiologi IAIN Sunan Ampel Surabaya 2012. Dengan Rumusan

masalah tentang pandangan masyarakat Desa Sukorejo terhadap status sosial

orang yang telah menunaikan ibadah haji. Penelitian ini juga relevan dengan

peneliti karena penelitian ini membahas tentang Haji dan Status sosial, akan tetapi

peneliti ini membahas berbagai masalah dari makna Haji, dan Status sosial pada

masyarakat dan perubahan perilaku hubungan sosial orang-orang yang telah

menunaikan ibadah haji

F. METODE PENELITIAN

1). Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif, yang dimaksud dengan pendekatan kuantitatif adalah suatu

pendekatan penelitian yang dapat diukur dan dihitung secara langsung,dengan

kata lain data kuantitatif adalah data yang meliputipenentuan pemilihan subyek

dari dari mana informasi atau data yang akan diperoleh. Penelitian kuantitatif

lebih dimaksudkan untuk melihat fenomena yang ada, kemudian dibandingkan

(19)

Penelitian kuantitatif menggunakan logika eksperimen yaitu dengan cara

melakukan manipulasi terhadap variable-variabel penelitian yang dapat diukur

secara kuantitatif.

Adapun jenis penelitian yang digunakan peneiti adalah penelitian survey.

Singarimbun dan Effendi menyatakan bahwa penelitian survey adalah penelitian

yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuosioner sebagai

alat pengumpulan data yang pokok.3

2). Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya4. sedikit

mempunyai sifat yang sama.5 Suatu populasi mempunyai sekurang-kurangnya

satu karakteristik yang membedakan populasi itu dengan kelompok-kelompok

yang lain.

Berdasarkan keanggotaannya, populasi penelitian dapat dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu populasi finit dan populasi infinit.

3

Masri Singarimbun & Effendi,Metode Penelitian Surve, (Jakarta:LP3ES, 1991, hlm 3 4

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2010) hlm. 80

5

(20)

Populasi finit adalah populasi dengan jumlah individu tertentu dan pasti.

Sedangkan populasi infinit adalah populasi dimana jumlah anggota individu

dalam populasi tidak pasti. Dalam hubungannya tentang penelitian ini, peneliti

menggunakan populasi finit, karena jumlah individunya pasti yang diperoleh dari

data jumlah penduduk di Kelurahan Penjaringansari.

b . Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada populasi.

c. Teknik sampling

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya

sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya,

dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel

yang representatif.6Penelitian ini menggunakan Simple Random Sample

(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.Cara atau teknik ini

dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat

umum.Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen

populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya

Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam

organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal

(21)

yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian,

maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Bila populasi besar

dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari

populasi harus benar-benar representative (mewakili). Dengan jumlah populasi

yang telah diketahui, maka peneliti menggunakan rumus untuk menentukan

jumlah sampel.

n = N

Nd2 + 1

Keterangan n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

d : Presisi yang ditetapkan Jika populasi sebanyak orang dengan presisi 10 % dan

tingkat kepercayaan 90 % maka besarnya sampel adalah :

n = 2487 = 96,13

2487 (0,1)2 + 1

Jika dibulatkan, jumlah responden dalam penelitian ini menjadi 96 responden

3. Variabel dan indikator Penelitian

a. Variabel

Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena

memiliki nilai dan kategori. Surya brata mendefinisikan variabel adalah segala

sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sering pula variabel

(22)

adalah operasionalisasi dari suatu konsep, yaitu dapat diamati dan dapat diukur

sehingga dapat terlihat adanya suatu variasi, simbol atau lambang dimana

kepadanya dapat dieratkan bilangan atau nilai.Variabel juga dapat diartikan

sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel adalah objek penelitian

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian 7.Variabel penelitiaan pada

dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan

variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan

menjadi :

1) Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus. Dalam bahasa Indonesia

sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Jadi, Variabel independen merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen atau bebas dalam

mempengaruhi variabel lain8.

2) Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut variabel output, kriteria dan konsekuen. Dalam

bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

7

Arikunto, Prosedur Suatu Penelitian : pendekatan praktek. (Jakarta : Rineka Cipta 2002), hlm. 21

8

(23)

variabel bebas. Oleh karena itu, variabel dependen atau terikat bergantung pada

variabel independen atau bebas. Umumnya variabel dependen merupakan variabel

yang menjadi perhatian utama untuk penelitian hubungan antara

variabel.Indikator variabel adalah alat ukur variabel yang berfungsi mendeteksi

secara penuh variabel yang diukur.

1. Indikator Variabel Bebas : Individu Gelar Haji

a). Sikap

b). Perilaku

c). Religiusitas

2. Indikator Variabel Terikat : Interaksi Sosial Masyarakat

a). Individu dengan individu

b). Individu dengan kelompok

c). Kelompok dengan Kelompok

4. Definisi Operasional

Pada definisi operasional ini, peneliti menjelaskan tentang makna konsep

yang ada dalam judul penelitian ini, yang nantinya akan dijadikan sebagai

landasan pada pembahasan selanjutnya. Pemilihan konsep yang tepat memang

mempunyai perspektif yang baik untuk mencapai kesuksesan, penelitian harus

bisa menentukan batasan ruang lingkup permasalahan yang diteliti, maka disini

dapat dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul antara lain :9

9

(24)

1. Individu

Individu berasal dari kata individium (latin), yaitu satuan kecil yang tidak

dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologis artinya manusia yang

hidup berdiri sendiri tidak mempunyai kawan( sendiri). 10 Individu adalah

pribadi yang mempunyai pikiran atas kepentingan yang bersifat subjektif.

individu dalam konsep sosiologis dapat dirumuskan secara terbatas sebagai

jumlah keseluruhan pengalaman, pandagan atau pikiran dan segenap

tindakan-tindakan seorang yang kemudian membentuk dan mewarnai ciri-ciri

pribadinya. Alvin L. Bertrand (1980) memandang individu sebagai

kesendirian. secara objektif, kesendirian ( self), dapat dikatakan sebagai

kwsadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain

diluar darinya. pada hakikatnya, kesadaran itulah yang mendorong timbulnya

sebutan” aku” atau “saya”. kesadaran yang subjektif itu tidaklah mudah

dipelajari, meskipun oleh orang yang mempunyai diri itu sendiri, sebab tidak

seorangpun dapat meninjau dirinya sendiri secara objektif seratus persen.

2. Gelar Haji

Haji secara bahasa berati mengunjungi, ziarah atau menuju ke sesuatu

tempat tertentu. Secara syar’i adalah mengunjungi Ka’bah di Makkah pada waktu tertentu untuk mengerjakan amalan-amalan ibadah tertentu. Dengan melakukan

suatu perjalanan yang berujung pada keabdian ini, pada dasarnya tujuan manusia

10

(25)

ialah bukan untuk binasa melainkan berkembanng dan tujuan ini bukan untuk

Allah melainkan untuk mendekatkan diri kepadanya. makna tersebut dipraktikkan

dalampelaksanaan ibadah haji, dalam acara ritul atau tuntunan non ritualnya,

dalam bentuk kewajiban atau larangan nyata atau simbolik.11

4. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling

mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan

antara kelompok dan kelompok. Soerjono Soekanto: Interaksi sosial adalah proses

sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan

kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan hubungan

sosial.12

5. Masyarakat

Dalam bahasa inggris masyarakat adalah Society yang berasal dari kata

Socius artinya kawan; sedangkan kata masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu

syirk, yang artinya bergaul, adanya saling bergaul ini tentu ada bentuk-bentuk

aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia seseorang melainkan

disebabkan unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial.13Masyarakat adalah

sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan

12

http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-interaksi-sosial-menurut-ahli.html

13

(26)

aturan tertentu14. Beberapa sosiolog memberikan kontribusinya dalam

menjelaskan definisi mengenai masyarakat, di antaranya :

Relph Linton mendifinisikan bahwa masyarakat merupakan setiap

kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga

mereka dapat mengatur dari mereka dan menganggap diri mereka sebagai

suatu kesatuan sosial dengn batas-batas yang di rumuskan dengan jelas.

Menurut Selo Soemardjan, masyarakat adalah “orang-orang yang hidup

bersama, yang menghasilkan kebudayaan”.15

Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah “orang-orang yang hidup

bersama, yang menghasilkan kebudayaan”.16

Emile Derkheim mendefinisikan masyarakat sebagai “ Kenyataan objek

individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.”

Karl Mark, menjelaskan bahwa masyarakat sebagai “ Struktur atau aksi

yang ada pada pokoknya yang ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang

dominan pada warganya.”

Berdasarkan definisi diatas bisa disimpulkan bahwa masyarakat merupakan

sekumpulan manusia yang hidup bersama di suatu wilayah yang cukup lama dan

merupakan suatu sistem hidup bersama yang bisa menibulkan adanya kebudayaan,

struktur oleh karena setiap anggota kelompok merasa terikat antara satu dengan

yang lainya.

14

Sutan Rajasa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Mitra Cendekia, 2003), hlm 302.

15

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm 24.

16

(27)

5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya

penelitian kuantitatif. Ada tiga alasan yang mendukung pernyataan ini. Pertama,

hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat dirunut dari

teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Kedua,

hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar. Ketiga,

hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena

disusun dan duji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas

dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Berdasarkan dari definisi diatas maka dapat diajukan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

Ha: Ada Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyrakat di

kelurahan penjaringansari kecamatan rungkut kota Surabaya

Ho:Tidak ada Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat

(28)

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan

dalam berbagai setting, berbagi sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari

settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium

dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagi informan, pada suatu

seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumberprimer, dan sumber sekunder.

Sumber Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, mislanya lewat orang lain

atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atauteknik

pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

observasi, interview, dokumentasi.

Teknik pengumpulaan data dalam penelitian yang berjudul Individu

Bergelar Haji terhadap Interaksi sosial masyarakat dik Kelurahan Penjaringansari

Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. diantaranya:

a. Pengumpulan Data Primer

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

(29)

untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien

bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa

diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila

jumlah responden yang cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Bila

penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner

dapat diantarkan langsung dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan adanya

kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu

kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan

data objektif dan cepat.

b. Pengumpulan Data Sekunder

 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang ingin

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam.

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti harus membuat pedoman wawancara

sebagai panduan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan

dan untuk menstandarisasikan situasi pelaksanaannya. Sebagaimana dalam

penyusunan angket, langkah pertama yang harus ditempuh peneliti adalah

menjabarkan tujuan atau pernyataan masalah penelitiannya ke dalam rumusan

tujuan yang lebih spesifik. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus diberikan dengan

(30)

ini, peneliti akan melakukan wawancara dengan ketua RT di Penjaringansari dan

Masyarakat di Penjaringansari

 Dokumentasi

Pengumpulan data dari dokumen-dokumen yang diperoleh dari pihak

kelurahan Penjaringansari seperti profil desa, Foto kegiatan warga

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data

dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis

data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruhresponden, menyajikan data

tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah

diajukan. Analisis data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan

secara sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan gejala dan

hubungan bisa dideteksi.17 Didalam analisi statistik inferensial ini, peneliti

mencoba menganalisa hasil angket dengan memasukkan rumus –rumus yang

digunakan dalan menganalisa hasil angket dengan menggunakan analisis

Statistika Inferensial, sebagai berikut;

17

(31)

Regresi, adalah hubungan secara linier antara satu variabel independen

(x) dengan variabel dependen (y). analisis ini mengetahui arah hubungan anatara

variabel independen dengan variabel dependen apakah nilai variabel independen

mengalami kenaikan atau penurunan.18 Rumus ini digunakan untuk mencari

beberapa persen sumbangan variabel Independen kepada variabel Dependen

dalam satu keterangan penelitian.

G. Sistematika Pembahasan

A. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan deskripsi yang menjelaskan tentang objek yang diteliti,

menjawab pertanyaan, kegunaan penelitian serta alasan penelitian dilakukan. Oleh

karena itu, maka bab ini terdiri dari Latar Beakang Masalah, Rumusan Masalah,

Penelitian terdahulu, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Metode

Penelitian yang didalamnya terdapat poin-poin yaitu : Pendekatan dan Jenis

Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Sampling, Variabel dan Indikator

Penelitian, Definisi Operasional, Hipotesis Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,

Teknik Analisis Data.

B. BAB II Kajian Teoretik

Bab ini menjelaskan untuk menetapkan landasan teori yang digunakan

untuk menganalisis permasalahan yang ditetapkan

18

(32)

C. BAB III Penyajian Data

Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang

data-data yang diperoleh, baik data-data primer maupun data-data sekunder. Penyajian data-data

dibuat secara tertulis dan juga disertakan gambar, tabel atau bagian yang

mendukung data.

D. BAB IV Analisis Data

Dalam bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang

dikemas dalam bentuk dua variabel. Setelah itu akan dilakukan penganalisaan

data dengan menggunakan teori yang relevan, yakni terkait Individu Bergelar

Haji terhadap Interaksi sosial masyarakat di Kelurahan Penjaringansari

Kecamatan Rungkut Kota Surabaya

E. BAB V Penutup

Dalam bab penutup ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian menjadi

elemen penting bab penutup. Disamping itu, adanya saran dan rekomendasi dari

(33)

BAB II

TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER DAN INTERAKSIONISME

SIMBOLIK HEBERT BLUMER

A. Individu

Individu berasal dari kata individium (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak

dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologis artinya manusia yang hidup

berdiri sendiri tidak mempunyai kawan( Sendiri). 1 Individu adalah pribadi yang

mempunyai pikiran atas kepentingan yang bersifat subjektif. individu dalam

konsep sosiologis dapat dirumuskan secara terbatas sebagai jumlah keseluruhan

pengalaman, pandagan atau pikiran dan segenap tindakan-tindakan seorang yang

kemudian membentuk dan mewarnai ciri-ciri pribadinya. Alvin L. Bertrand

(1980) memandang individu sebagai kesendirian.

Secara objektif, kesendirian ( self), dapat dikatakan sebagai kesadaran

terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain diluar darinya.

pada hakikatnya, kesadaran itulah yang mendorong timbulnya sebutan” aku” atau

“saya”. kesadaran yang subjektif itu tidaklah mudah dipelajari, meskipun oleh

orang yang mempunyai diri itu sendiri, sebab tidak seorangpun dapat meninjau

dirinya sendiri secara objektif seratus persen. Indvidu bukan berarti manusia

sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan kesatuan yang

terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.

1

(34)

Dengan demikian sering digunakan sebutan “ orang-seorang” atau

“manusia perseorangan”. sifat dan fungsi orang-orang disekitar kita adalah

makhluk-makhluk yang agak berdiri sendiri dalan berbagai hal yang

bersama-sama satu bersama-sama lain. Sejenis tapi tidak bersama-sama, makin tua semakin maju dan

semakin banyak pula perbedaanya.

Sejak lahir, manusia ada ditengah-tengah manusia lain yang melahirkan

dan yang mengurusnya sampai ia dapat berdiri sendiri sebagai suatu pribadi.

hidup ini ditengah-tengah kelompok atau didalam kelompok, menunjjukkan

bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyatakat kelompok inilah yang

mematangkan soerang individu menjadi suatu pribadi dari kenytaan yang

demikian, sorang individu menjadi suatu pribadi dari kenyataan yang demikian,

hakekatnya manusia merupakan makhluk yang unik, yang merupakan perpaduan

antara aspek individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan

makhkuk sosial sebagaui perwujudan anggot kelompok atau amggota masyarakat

kelompok dalam hal ini, Kelompok manusia yaitu kumpulan manusia yang

menunjuk antara hubungan satu sama lain. kelompok ini terdapat suatu struktur

tertentu yang menunjjukan adanya antar hubungan individu-individu yang

membentuk kelompok.2

Individu mempunyai ciri-ciri memiliki suatu pikiran dan diri. Dimana

individu sanggup menetapkan kenyataan, interprestasi situasi, menetapkan aksi

dari luar dan dalam dirinya. dapat diartikan sebagai proses komunikasi individu

dalam berinteraksi dan berhubungan. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa

2

(35)

adanya suatu masyarakat yang menjadi latar individu tersebut ditandai dengan

dimana individu tersebut berusaha menempatkan prilaku pada dirinya sesuai

dengan norma dan kebudayaan lingkungan tersebut, seperti di indonesia

individunya menjunjung tinggi prilaku sopan santun, dan beretika dalam

bersosialisasi.

Individu selalu berada didalam kelompok, peranan kelompok tersebut

adalah untuk mematangkan individu tersebut menjadi seorang pribadi. Dimana

prosesnya tergantung terhadap kelompok dan lingkungan dapat menjadi faktor

pendukung proses juga dapat menjadi penghambat proses menjadi suatu pribadi.

Faktor pendukung dan faktor penghambat juga dapat berdasarkan individu itu

sendiri.

Dalam pengertian sosiologi, Individu adalah subyek yang melakukan

sesuatu, subyek yang mempunyai pikiran, subyek yang mempunyai kehendak,

subyek yang mempunyai kebebasan, subyek yang memberi arti meaning pada

sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya sendiri. Singkatnya

individu adalah subyek yang bertindak. Sedangkan menurut Peter L. Berger

mendifinisikan masyarakat sebagai berikut: Masyarakat merupakan suatu

keseluruhan komplek hubungan manusia yang luas sifatnya. Ketika anda sedang

surplus uang dan kebetulan melewati perempatan jalan yang dihuni para

pengemis, apa yang anda lakukan. Inilah penjabaran dari relasi individu dan

(36)

Sebebas apapun manusia berbuat, akan terkoneksi dengan sistem

masyarakat yang berlaku. Bahkan, dinegara Paman Sam sekalipun, Amerika

Serikat, yang menganut liberalism ekstrem. Relasi Individu dan masyarakat sudah

terpikir di masa lampau. Manusia pada dasarnya adalah homo sosial yang butuh

interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Namun, ada juga pendapat lain yang

menyebut manusia homo ludens, makhluk yang senang bermain main. Semuanya

tertuju pada relasi individu dan masyarakat. Sejatinya, individu dan masyarakat

bukan dua hal yang saling bertentangan, melainkan justru saling melengkapi.

Sistem di semua Negara di dunia, hubungan interaksi masyarakat akan

dipengaruhi oleh budaya, nilai, dan tata karma yang berlaku di komunitas

tersebut. Semuanya membentuk sebuah sistem yang menunjukkan do’s and don’t

bagi individu di sekelilingnya. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

1. Liberalisme. Dalam liberalism, Individu bias lebih otonom, independen dan

berkuasa. Individu tidak terlalu dibebani seputar masyarakat karena memang pada

dasarnya masyarakat tidak peduli apa yang dilakukan individu tersebut.

2. Moderat. Nah, ini bentuk kombinasi atau perpaduan dari liberalism dan

komunisme. Moderat berarti tidak membuang hak individu untuk bergerak,

namun juga tidak melepasnya dari sistem kemasyarakatan Singkatnya, ini ialah

bentuk kompromi.

3. Komunisme. Populer dikalangan penganut komunisme ialah “what you get is

what you give”. Apa yang kamu dapatkan adalah apa yang kamu berikan. Sistem

(37)

sebagai manusia yang otonom. Sebaliknya justru asas kolektif kolegial cenderung

jadi rujukan. Contoh kasus Indonesia boleh dibilang termasuk agak moderat

meskipun tidak bisa dikategorikan moderat sepenuhnya. Eksistensi individu

dihargai disini. Namun, dalam beberapa hal, ada pengecualian. Merujuk pada

konstitusi Indonesia, ekonomi menjadi sorotan utama. Sejatinya, dalam semua lini

kehidupan, para pencetus bangsa Indonesia memang menginginkan sistem yang

kekeluargaan, kolektif, dan bersama-sama. Itu sebabnya gotong royong jadi

jargon populer.

Berikut ini karakter khas Indonesia dalam relasi individu dan masyarakat

a. Ronda. Komunitas masyarakat Indonesia lebih senang jaga berbarengan.

b. Kebersihan. Biasanya di akhir p[ekan, masyarakat sering bahu membahu

c. membersihkan got, sapu jalan, dan lain lain. Ini hanya terjadi di Indonesia.

d. Kirim antartetangga. Jelang lebaran, biasanya warga muslim satu dengan

yang lain saling mengirimi makanan.

Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat di

pisahkan antara jiwa dan raganya, oleh karena itu dalam proses perkembangannya

perlu keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohaninya. Sebagai

makhluk sosial seorang individu tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan

antara yang satu dengan yang lainnya, dan saling mengadakan hubungan sosial di

tengah–tengah masyarakat. Keluarga dengan berbagai fungsi yang dijalankan

(38)

yang pertama kali, sangat penting artinya dalam mengarahkan terbentuknya

individu menjadi seorang yang berpribadi.

Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga

mempunyai korelasi fungsional dengan masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam

proses pengembangan individu menjadi seorang yang berpribadi hendaknya

diarahkan sesuai dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga seorang individu

menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan

melakukan hubungan – hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup

majemuk. Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang

memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk

mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan

jelas proyeksi individu sebagai bagian keluarga, keluarga sebagai tempat

terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita melihat hasil dari proyeksi

tersebut. Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada

suatu konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu

menjadi jelas dan bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala –

gejalanya. Karena di sini akan terlibat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri

dan merupakan makhluk sosial sebagai perwujudan anggota kelompok atau

anggota masyarakat.

Tanggapan dalam kasus ini adalah bahwa individualime adalah

kepribadian masing-masing personal. Betapa sedihnya jika kita hidup individual

sedangkan lingkungan kita sendiri berkelompok. Jika ada yang memiliki sikap

(39)

dan bagaimana cara supaya orang tersebut bisa berkelompok dengan orang lain

dalam segi apapun.

Dan disamping itu, negara kita juga mempunyai semboyan “Bhineka

Tunggal Ika” walaupun berbeda-beda Suku, Ras, Agama, tapi kita tetap bersatu,

bergotong royong. Pada umumnya individalisme adalah kasus dimana orang

tersebut tidak peduli dengan masalah orang lain, hanya bergelut dengan dunianya

sendiri. Berbeda dengan orang yang egois.

a. Gelar Haji

Haji secara bahasa berati mengunjungi, ziarah atau menuju ke sesuatu

tempat tertentu. Secara syar’i adalah mengunjungi Ka’bah diMakkah pada waktu

tertentu untuk mengerjakan amalan-amalan ibadah tertentu. Dengan melakukan

suatu perjalanan yang berujung pada keabdian ini, pada dasarnya tujuan manusia

ialah bukan untuk binasa melainkan berkembanng dan tujuan ini bukan untuk

Allah melainkan untuk mendekatkan diri kepadanya. Makna tersebut dipraktikkan

dalam pelaksanaan ibadah haji, dalam acara ritul atau tuntunan non ritualnya,

dalam bentuk kewajiban atau larangan nyata atau simbolik.

Ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilakasanaakan kaum muslimin sedunia yang mampu secara ( material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan beberapa amalan : Wukuf, tasawuf, sa’i dan amalan lain. Ibadah haji biasanya dilaksanakan pada musim haji ( Dzulhijjah), demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengaharapkan ridhonya-Nya.3

3

(40)

Ibadah haji juga menjadi pilar dasar bagi umat islam, karena islam

dibangun diatas lima pilar, yaitu :

a) Beraksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Bersaksi bahwa

Muhammad SAW, utusan allah

b) Mendirikan shalat

c) Mengeluarkan zakat

d) Melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadhan

e) Melaksanakan ibadah haji kerumah Allah yang Suci (Ka’bah).4

Oleh karna itu haji merupakan suatu kewajiaban yang harus dijalankan

oleh umat muslim jika mampu menjalakannya. Gelar haji, umum digunakan

sebagai tambahan di depan nama dan sering disingkat dengan "H". Dalam hal ini

biasanya para Haji membubuhkan gelarnya dianggap oleh mayoritas masyarakat

sebagai tauladan maupun contoh di daerah mereka. Bisa dikatakan sebagai Guru

atau panutan untuk memberikan contoh sikap secara lahiriah dan batiniah dalam

segiislamsehari-hari. Di beberapa negara, gelar haji dapat diwariskan

turun-temurun sehingga menjadi nama keluarga sepertiHadžiosmanovićdalam bahasa

Bosnia yang berarti 'Bani Haji Usman' alias 'anak Haji Usman'. Di negara-negara

Arab, gelar haji awam digunakan sebagai penghormatan kepada orang yang lebih

tua terlepas dari pernah haji atau belum. Gelar haji juga digunakan di

negara-negara kristen Balkan yang pernah dijajah Imperium Usmani (Bulgaria, Serbia,

4

(41)

Yunani, Montenegro, Makedonia dan Romania) bagi orang kristen yang sudah

pernah berziarah ke Yerusalem dan Tanah Suci.5

Dalam konteks historis di Hindia Belanda, penggunaan gelar haji sering

disematkan pada seseorang yang telah pergi haji, dan sempat digunakan

pemerintah Hindia Belanda untuk identifikasi para jemaah haji yang mencoba

memberontak sepulangnya dari Tanah Suci. Mereka dicurigai sebagai anti

kolonialisme, dengan pakaian ala penduduk Arab yang disebut oleh VOC sebagai

“kostum Muhammad dan sorban”.Dilatar belakangi oleh gelombang propaganda

anti VOC pada 1670-an di Banten, ketika banyak orang meninggalkan pakaian

adat Jawa kemudian menggantinya dengan memakai pakaian Arab, serta oleh

pemberontakan Pangeran Diponegoro serta Imam Bonjol yang terpengaruh

pemikiran Wahabi sepulang haji,6 pemerintah Hinda Belanda akhirnya

menjalankan politik Islam, yaitu sebuah kebijakan dalam mengelola

masalah-masalah Islam di Nusantara pada masa itu.7 Ketentuan ini diatur dalam Peraturan

Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903. Maka sejak tahun 1911,

pemerintah Hindia Belanda mengkarantina penduduk pribumi yang ingin pergi

haji maupun setelah pulang haji di Pulau Cipir dan Pulau Onrust, mereka

mencatat dengan detail nama-nama dan maupun asal wilayah jamaah Haji.

5

http://www.apologitis.com/gr/ancient/Ierosolyma.htm 6Kees van Dijk dalam “

Sarung, Jubah, dan Celana: Penampilan sebagai Sarana Pembedaan dan

Diskriminasi”, yang termuat dalam Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan 7

(42)

Begitu terjadi pemberontakan di wilayah tersebut, Pemerintah Hindia

Belanda dengan mudah menemukan warga pribumi, karena di depan nama mereka

sudah tercantum gelar haji.

b. Interaksi Sosial

Jika kita berbicara tentang interaksi sosial kita harus paham mengenai apa arti

intraksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang

menyangkut hubungan antar individu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan

kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan

mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau

hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung

sepanjang hidupnya didalam masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial. dalam artti luas sebenarnya interaksi sosial itu merupapakan konsep abstrak yang dapat ditempelkn pada kejadian-kejadian yang bermacam-macam dimana orang saling bertemu, apakah secara tatap muka atau secara tidak langsung, apakah dengan maksud damai atau untuk betikai,atau apakah untuk bekerjasama atau saling san lain sebagainya. Dalam buku sosiologi suatu pengantar, Soerjonro Soekamto mengutip Gillin and Gillin dari buku mereka Cultural Sociology, yakni interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang-perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorang dengan kelompok manusia.8

8

(43)

Berdasarkan Karya mead, Blumer menetapkan sejumlah asumsi dasar mengenai realita sosial berikut ini:

a. “ Bagi masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, telah

disiapkan sebuah perbuatan yang berdasarkan makna-makna, yang

obyeknya terdiri dari atas dunia mereka’. Behavior didasarkan atas makna

sosial yang sesuai dengan objek-objek partikular. objek-objek ini terdiri

dari tipe utama : Fisikal, sosial, dan abstrak.

b. Mengambarkan asosisi sebagai suatu “ proses ketika (masyarakat

memberi petunjuk antara suatu dan lainya dan menafsirkan

indukasi-indikasi lain”, Seperti tingkah laku manusia melakukan tindakan organik

bagi dirinya sendiri sebagai partisipasinya dalam pengambilan peran.

dengan demikian, interaksi individual tersebut memproses penafsiran

c. Tindakan- Tindakan sosial terus mengonstruksikan sebuah proses yang

para pelakunya mencatat, menafsirkan dan menilai untuk menghadapi

situasi mereka. Jadi, manusia melakukan tindakan organik bagi dirinya

sendiri sebagai partisipasinya dalam pengambilan peran. Dengan

demikian, interaksi individual tersebut memproses penafsiran

d. Hubungan secara kompleks tentang tindakan-tindakan yang terakhir

terdiri atas organisasi, institusi, pembagian tugas, kerangka-kerangka

tentang keadaan yang saling bergantung pada perkara-perkara yang

berubah dan tidak statis. Dengan demikian, masyrakat atau golongan,

sejak keberadaan mereka dalam interaksi adalah sebuah dinamika dan

perkembangan yang tidak statis. sebagaimana garis yang disambungankan

(44)

keadaan yang terpisah dari partisipasi mereka dalam berinteraksi.Disisi

lain, Tindakan-tindakan sebelumnya mengenai partisipasi ini telah

memberikan latar belakang beberapa instansi untuk berkerja sama.

Menurut prespektif ini, masyarakat mengambarkan sebuah simbol, interaksi,

penafsiran proses yang diletakkan dengan individu ( tersendiri); yang tidak statis,

sistem eksternal. pendekatan ini menegaskan keperluan bagi tempat seseorang

dalam tugas partisipasinya. hal ini menjadi dinamika interaksi yang serius,

mengahasilkan “gambar-gambar” tentang tindakan sosial ( seperti mengamati

sebuah proses ketika tindakan sosial telah dikonstruksikan), dn pandangan

institusi seta kelompok dinamika ( sebagaimana hubungan orang-orang dalam

tindakan. metodologi menyediakan interaksi simbolik yang berupa empatik,

dinamik, dan induktif dalam pandangan yang palsu, statis dan deduktif.9

Menurut weber, hakikat interaksi terletak dalam mengarahkan kelakukan kepada orang lain. harus ada orietasi timbal balik antara pihak –pihak yang bersangkutan, bagaimanapun isi pembuatannya: cinta atau benci, kesetiaan atau pengkihianatan, menghantam atau menolong.

c. Masyarakat

Masyarakat adalah sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu

tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu.10Beberapa sosiolog memberikan

kostribusinya dalam menjelaskan definisi mengenai masyarakat,diantaranya:

Relph Liton mendefinisikan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok

manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat

9

Prof. DR. H. Dadang Kahmad,M.Si, Perkembangan dan Paradigma Utama Teori sosiologi

(Bandung; 28 juni 2005) hal 242-244 10

(45)

mengatur dari mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial

dengan batas-batas yang di rumuskan dengan jelas.

Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah “orang-orang yang hidup

bersama, yang menghasilkan kebudayaan”.11

Emile Derkheim mendefinisikan masyarakat sebagai “ Kenyataan objek

individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.”

Karl Mark, menjelaskan bahwa masyarakat sebagai “ Struktur atau aksi

yang ada pada pokoknya yang ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang

dominan pada warganya.”

Berdasarkan definisi diatas bisa disimpulkan bahwa masyarakat

merupakan sekumpulan manusia yang hidup bersama di suatu wilayah yang

cukup lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama yang bisa menibulkan

adanya kebudayaan, struktur oleh karena setiap anggota kelompok merasa terikat

antara satu dengan yang lainya.

11

(46)

B. KAJIAN TEORETIK

Didalam penelitian ini mengunakan teori Tindakan Sosial dan

Interaksionalisme simbolik yang dipopulerkan oleh Max Weber dan Hebert

Blumer

1. Tindakan Sosial ( Max Weber)

Tindakan sosial merupakan keseluruhan sosiologi Weber, Jika kita

menerima kata-katanya ini sebagai mananya, didasarkan pada pemahamannya

tentang tindakan sosial. ia membedakan tindakan dengan perilaku yang murni

reaktif. mulai sekarang konsep perilaku dimaksudkan sebagai perilaku otomatis

yang tidak melibatkan proses perikaku yang terjadi, dengan sedikit saja jeda

proses pemikiran. stimulus datang dengan dan perilaku yang terjadi , dengan

sedikit saja jeda antara stimulus dengan respons. perilaku semacam itu tidak

menjadi minat sosiolog weber. tindan dikatakan terjadi ketika individu

melekatkan makna subjektif pada tindakan mereka.

Dalam memasukkan analisisnya ke dalam proses mental da tindakan

bermakna yang ditimbulkannya. weber melihat dalam konsep kepribadian istilah

yang kerap disalah artikan dan merujuk pada pusat kreativitas yang sangat

irasional, pusat yang menjadi tempat berhentinya penelitian analitis. proses-proses

mental cukup mempuni, hal ini tidak banyak menjadi dasar bagi sosiologi mikro

sistematis, namun adalah kemampuan karya weber yang menjadikannya relevan

bagi mereka yang megembangkan teori individu dan perilakunya- interaksionisme

(47)

Dalam teori tindakannya, tujuan weber tak lain adalah memfokuskan

perhatian pada individu, pola dan religiusitas tindakan dan bukan pada

kolektivitas. Tindakan dalam pengertian orientasi perilaku yang dapat dipahami

secara subyektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa orang

manusia individual.

Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna

tindakan dengan cara mengidentifikasikan empat tipe tindakan dasar. pembedaan

yang di lakukan weber terhadap kedua tipe dasar tindakan yang ditentukan oleh

harapan terhadap rasionalitas sarana tujuan, atau tindakan yang ditentukan oleh

harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain,

harapan-harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai

tujuan-tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional. yang kedua adalah

rasionalitas nilai, atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran

akan nilai perilaku-perilaku etis, etnis, religius atau bentuk perilaku lain, yang

terlepas dari prospek keberhasilannya. Tindakan efektual ( yang hanya sedikit

diperhatikan oleh kondisi emosi aktor. Tindakan tradisional ( yang lebih

mendapatkan tempat dalam karya weber) ditentukan oleh cara bertindak aktor

yang biasa dan telah lazim dilakukan.

Weber membedakan empat bentuk tindakan ideal-tipikal, ia sepenuhnya

sadar bahwa tindakan tertentu biasannya terdiri dari kombinasi dari keempat tipe

tindakan ideal tersebut. weber berargumen bahwa sosiolog harus memiliki

kesempatan yang lebih baik untuk memahami tindakan yang lebih, memiliki

(48)

variasi rasioal ketimbang memahami tindakan yang didominasi oleh perasaan atau

tradisi. pemikiran weber tentang stratifikasi sosial atau gagasanya yang terkenal

tentang kelas, status, dan partai (atau kekuasaan). analisi suatu wilayah dimana

weber paling tidak pada awalnya menjadi teoritisi tindakan. weber tidak mau

mereduksi stratifikasi menjadi sekedar faktor ekonomi (atau kelas menurut

pengertian weber), melainkan melihatnya sebagai sesuatu yang bersifat

multidimensional. implikasi yang timbulkannya adalah bahwa orang dapat

menempati peringkat yang tinggi disuatu atau dua dimensi stratifikasi tersebut

sementara berada pada posisi yang rendah dimensi ( dimensi-dmensi) lainya,

sehingga memungkinkan analisis yang lebih jauh lebih canggih terhadap

stratifikasi sosial dari pada ketika stratifikasi tersebut diatasi hanya pada variasi

situasi ekonomi suatu stratifikasi sosial dari pada ketika stratifikasi ( sebgaimana

dilakukan dalam analisis marxis.

Weber berpegang pada konsep orientasi tindakanya dengan menyatakan

bahwa kelas bukanlah komunitas, kelas adalah sekelompok orang yang situasi

bersama mereka dapat menjadi dan kadang-kadang sering kali, basis tindakan

kelompok. weber meyatakan bahwa’ situasi kelas” hadir ketika tiga syarat

terpenuhi.

(49)

Mereka yang berada dipuncak hierarki status, memiliki gaya hidup

berbeda dengan yang ada di bawah. dalam hal ini gaya hidup atau status terkait

dengan situasi kelas. namun kelas dan status tidak selalu terkait satu sama lain.

uang dan kedudukan wirausahaan bukan merupakan kualifikasi statu, kendati

keduanya dapat mengarah kepadanya; dan ketiadaan harta benda tidak dengan

sendirinya membuat status jadi melorot, meskipun tetap dapat menjadi alasan bagi

penurunan tersebut.

Weber tetap memakai pendekatan tindakan ketika membicarakan tentang

stratifikasi sosial, gagasan-gagasan ini telah mengindikasikan suatu langkah

kearah komunitas atau struktur pada level makro. weber kehilangan perhatian

pada tindakan lain; aktor tidak lagi menjadi sekedar fokus perhatiannya semata,

namun berubah menjadi variabel tergantung yang sangat ditentukan oleh beragam

kekuatan skala besar. weber percaya bahwa seorang penganut aliran calvinis di

paksa betindak dengan berbagai cara oleh norma, nilai dan kepercayaan agama

mereka namun fokusnya bukanlah pada kekuatan individu melainkan pada

kekuatan kolektif yang merasa aktor tersebut.12

Berikut empat tipe tindakan sosial yang ada dalam pembahasan Weber:

a. Tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)

Tindakan rasional atau Zweckrationales Handeln yang bertujuan rasional

yaitu tindakan sosial yang menyandarkan diri pada pertimbangan-pertimbangan

manusia yang rasional ketika menanggapi lingkungan eksternalnya (juga ketika

12

(50)

menanggapi orang-orang lain di luar dirinya dalam rangka usahanya untuk

memenuhi kebutuhan hidup).

b. Tindakan rasional nilai (Werk Rational)

Nilai Wertrational Handeln yaitu suatu tindakan sosial yang menyandarkan

diri pada nilai-nilai absolut tertentu. Pertimbangan rasional mengenai kegunaan

ekonomis tidak berlaku. Dalam tipe ini sang aktor memiliki suatu komitmen untuk

menanggulangi tujuan akhir atau nilai-nilai, yang ia tanpa mempertimbangkan

ongkos yang harus dibayar karena hal tersebut merupakan suatu tujuan yang

satu-satunya harus di capai.

c. Tindakan afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi (Affectual Action)

Affectual Action yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena dorongan atau

motivasi yang sifatnya emosional. Tipe afektual ini juga merupakan suatu

sumbangan yang penting dalam memahami jenis dan kompleksitas manusia.

Dalam memahami afektual ini, sebagaimana yang ada dalam rasional, maka

empati intuisi simpatik itu diperlukan. Empati seperti ini tidaklah terlalu sulit, jika

kita sendiri lebih tanggap terhadap reaksi-reaksi emosional, misalnya sifat

kepedulian, marah, ambisi, iri, cemburu, antusias, cinta, kebanggaan, dendam,

(51)

d. Tindakan tradisional/Tindakan karena kebiasaan(Traditional Action)

Tindakan tradisional atau Traditional Action yaitu tindakan

non-rasional, yaitu suatu tindakan sosial yang didorong dan berorientasi kepada

tradisi masa lampau. Tradisi di dalam pengertian ini adalah suatu kebiasaan

bertindak yang berkembang di masa lampau. 13.

Tindakan Sosial Masyarakat Kelurahan Penjaringansari yang telah

Melaksanakan Ibadah Haji Dalam memahami sosio budaya maka diperlukan

beberapa metode khusus dalam rangka memahami berbagai motif dan arti atau

makna tindakan manusia. Weber menunjukkan bahwa keterlibatan dengan

kausal (hukum sebab dan akibat) dan generalisasi merupakan suatu hal yang

umum dalam semua ilmu, maka demikian pula hal ini harus dijadikan fokus

utama dalam ilmu sosial. Tindakan sosial bagi Weber adalah suatu tindakan

individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi

dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer 1975).

Subjektif itu merujuk kepada makna dari aktor-aktor itu sendiri yang

memberikan atribut pada tindakan mereka.

2. Interaksionis simbolik :Manusi dan Makna ( Hebert Blumer)

Didalam pandangan interaksionisme simbolis menusia bukan dilihat

sebagai produk yang ditentukan oleh struktur atau situasi objektif, tetapi paling

tidak ada bagian, merupakan aktor-aktor yang bebas. Pendekatan kaum

interaksionis menekankan perlunya sosiologi memperhatikan definisi atau

13

Gambar

Gambaran umum mengenai  Kelurahan Penjaringansari Kecamatan
 Tabel 3.2
 Tabel 3.5
 Tabel 3.7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program- program acara di stasiun Nyenyes TV antara lain adalah mengulas tentang bahasa- bahasa Palembang, jajanan Palembang, sitkom-sitkom, film pendek maupun karya- karya

memperlihatkan bahwa responden yang paling banyak adalah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya ketika berusia 0-6 bulan dan mempunyai bayi dengan status gizi baik yaitu

19 MOHAMAD TRISTA ADITIA PUTRA 20 MUHAMMAD HABIBURRAHMAN 21 MUHAMMAD ILHAM MAULANA 22 MUHAMMAD RAFFI ADRIANSYAH 23 MUHAMMAD RAIHAN RIDHO 24 MUHAMMAD RIZAL.. 25 MUHAMMAD ROYAN

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul (2010), wilayah pesisir di Kabupaten Bantul terbentang dari barat ke timur dengan luas 6.446 ha yang meliputi

Karena Perusahaan tidak dapat mengontrol metode, volume, atau kondisi aktual penggunaan, Perusahaan tidak bertanggung jawab atas bahaya atau kehilangan yang disebabkan dari

Hasil pengujian kualitas video conference Webinar menggunakan metode metriks quality berdasarkan standar ISO 9126 dinyatakan bahwa: faktor functionality dengan nilai 0.61 dalam

Dalam beberapa kondisi, Karena adanya perbedaan antara beban bunga dan dividen yang terkait dengan hal-hal seperti pengurangan pajak (tax deductibility), maka

Penelitian yang dilakukan oleh Charles menunjukkan bahwa urutan bobot kategori dalam penilaian vendor adalah kualitas produk, pengiriman, harga, lokasi,