• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN EKONOMI REMAJA MASJID : STUDI PENDAMPINGAN EKONOMI REMAJA MASJID MELALUI BARANG BEKAS DI DESA CANDIPARI KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN EKONOMI REMAJA MASJID : STUDI PENDAMPINGAN EKONOMI REMAJA MASJID MELALUI BARANG BEKAS DI DESA CANDIPARI KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

OLEH :

MISBAHUDDIN MASHURI

NIM B02212017

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

SebagaisivitasakademikaUINSunanAmpelSurabaya, yang bertandatangan di bawahini, saya:

Nama : MISBAHUDDIN MASHURI

NIM : B02212017

Fakultas/Jurusan : Dakwah/Pengembangan Masyarakat Islam

E-mail address : Mashuri58@gmail.com

Demi pengembanganilmupengetahuan, menyetujuiuntukmemberikankepadaPerpustakaanUIN SunanAmpel Surabaya, HakBebasRoyalti Non-Eksklusifataskaryailmiah :

Sekripsi Tesis Desertasi Lain-lain (………)

yang berjudul :

PEMBERDAYAAN EKONOMI REMAJA MASJID

(Studi Pendampingan Ekonomi Remaja Masjid Melalui Barang Bekas Di Desa Candipari Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltext untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 24 Agustus 2016

Penuli

(6)

ABSTRAK

Nama : Misbahuddin Mashuri

NIM : B02212017

Judul Skripsi : PEMBERDAYAAN EKONOMI REMAJA MASJID (Studi Pendampingan Ekonomi Remaja Masjid Melalui Daur Ulang Barang Bekas Di Desa Candipari Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo)

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Sebagaimana hal itu yang melatar belakangi judul skripsi ini, bahwasannya remaja di desa Candipari banyak yang melakukan hal yang tidak baik seperti balap motor liar, minum-minuman bahkan ada yang hamil diluar nikah. Melalui sebuah pendampingan dalam peningkatan ekonomi remaja masjid Al-Maghfur, remaja Candipari yang tergabung dalam remaja masjid di desa Candipari merealisasikan pembuatan berbagai kerajinan yang berasal dari barang bekas dan dibuat sendiri oleh remaja masjid Al-Maghfur. Melalui pendekatan berbasis asset, remaja dapat memanfaatkan potensi dan asset yang mereka miliki. pendekatan dimulai dengan inkulturasi membangun kesadaran bersama, diteruskan discovery, dream, design, define, hingga destiny. Dari setiap tahapan yang dilakukan dalam pendampingan baik output dan input berhasil dengan baik dan perubahan mindset remaja Candipari. Dalam proses pendampingan semua remaja masjid sangat partisipatif dalam mengikuti setiap kegiatan dari pengumpulan barang bekas, daur ulang hingga penjualan hasil kerajinan yang dilakukan bersama-sama hingga mereka memperoleh hasil yang diinginkan. Dari adanya desa wisata (Candipari) merupakan suatu peluang untuk memasarkan hasil usaha bersama yang mana desa ini memiliki kolam renang serta dua candi besar yaitu candipari dan candi sumur. Kebanggaan akan aset yang dimiliki sebagai instrumen penguatan ekonomi remaja masjid serta masyarakat kedepannya.

(7)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

PERNYATAAN KEASLIAN ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendampingan ... 1

B. Fokus Masalah ... 6

C. Pihak –pihak yang Terlibat ... 6

D. Agenda Pendampingan ... 8

E. Sistematika Penulisan... 10

BAB II : PERSPEKTIF TEORITIS A. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 13

a) Pengertian Pemberdayaan ... 13

b) Ekonomi Masyarakat ... 14

B. Teori Kesadaran ... 15

C. Etos Kerja ... 16

D. Perubahan Sosial ... 17

E. Teori Dakwah Bilhal ... 18

F. Prinsip Prinsip Pokok Faktor-Faktor Produksi ... 21

G. Monitoring dan Evaluasi Pendampingan ... 22

(8)

A. Asset Bassed Community Development (ABCD) ... 25

B. Prinsip – Prinsip Pendampingan ... 29

1) Setengah Terisi lebih Berarti... 29

2) Semua Punya Potensi... 30

3) Partisipasi ... 30

4) Kemitraan ... 31

5) Penyimpangan Positif ... 32

6) Berawal Dari Masyarakat ... 33

7) Menuju Sumber Energi ... 34

C. Teknik – Teknik Pendampingan ... 35

a) Penemuan Apresiatif ... 35

b) Pemetaan Komunitas ... 36

c) Pemetaan Asosiasi dan Institusi ... 36

d) Pemetaan Aset Individu ... 36

e) Sirkulasi Keuangan ... 37

f) Skala Prioritas ... 37

D. Langkah – Langkah Pendampingan ... 38

E. Strategi Pendampingan ... 41

a) Pendekatan Partisipatif ... 42

b) Psikologi Positif ... 43

c) Modal Sosial ... 44

BAB IV : PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN 1. Realitas Desa Candipari... 46

1. Sumber Daya Alam Yang Tidak Difungsikan ... 46

2. Keadaan Iklim ... 50

3. Letak Geografis ... 50

(9)

1. Tempat pendidikan ... 55

2. Agama dan tempat ibadah ... 56

3. Tempat kesehatan ... 58

4. Lapangan Olahraga ... 59

BAB V : PENGENALAN ASET DAN POTENSI PENDAMPINGAN A. Aset-Aset Dan Potensi ... 61

1. Asset ... 61

a. Asset Budaya ... 62

b. Asset Alam ... .. 62

c. Asset lingkungan ... 64

a) Asset lingkungan non fisik ... 65

b) Asset lingkungan fisik ... 67

d. Keadaan penduduk menurut profesi ... 68

e. Pendidikan Masyarakat ... 70

2. Potensi ... 72

a) Organisasi Masyarakat ... 72

b) Leacky Bucket ... 75

B. Peluang dan Hambatan Dalam Pendampingan ... 76

a) Faktor Penghambat ... 76

b) Faktor Pendukung ... 77

BAB VI : PROSES PENDAMPINGAN A. Inkulturasi ... 81

B. Kejayaan di Masa Lalu ... 85

C. Memimpikan Masa Depan Bersama Masyarakat ... 87

D. Merencanakan Kegiatan Masa Depan ... 93

E. Menentukan Kekuatan Untuk Mewujudkan Impian ... 96

F. Melaksanakan Rencana Masyarakat ... 98

(10)

BAB VII : REFLEKSI

1. Pra Pendampingan ... 104

2. Saat Pendampingan ... 105

3. Pasca Pendampingan ... 106

BAB VIII : PENUTUP A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(11)

Tabel 1 Komposisi Batasan Wilayah ... 52

Tabel 2 Komposisi Penduduk Menurut Usia ... 54

Tabel 3 Komposisi Penduduk Pemeluk Agama ... 57

Tabel 4 Sarana Peribadatan ... 58

Tabel 5 Aset Lingkungan ... 65

Tabel 6 Keadaan Penduduk Menurut Profesi ... 69

Tabel 7 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 71

Tabel 8 Pemetaan Organisasi ... 73

Tabel 9 Keuangan atau Leacky Bucket PerBulan ... 75

Tabel 10 Nama Anggota REMAS Al Maghfur ... 96

(12)

Gambar 1. Remaja atau Pemuda Desa Candipari ... 48

Gambar 2. Peta Desa Candipari ... 51

Gambar 3. PAUD, TK, SD Candipari 1 dan 2 ... 56

Gambar 4. Masjid Al Maghfur Candipari ... 57

Gambar 5. Puskesmas dan Klinik Siaga Medika ... 59

Gambar 6. Lapangan Olahraga Desa Candipari ... 60

Gambar 7. Sumber Lahan Pertanian Masyarakat ... 63

Gambar 8. Proses Pembelajaran di SDN Candipari 1... 70

Gambar 9. Acara Khataman dengan Tokoh Masyarakat ... 83

Gambar 10. Kumpulan Ikatan Remaja Masjid Al Maghfur ... 84

Gambar 11. Hasil Daur Ulang Barang Bekas... 89

Gambar 12. Keterlibatan dengan Remaja Masjid ... 90

Gambar 13. Penjualan Awal Pada Ruwatan Desa ... 95

Gambar 14. Proses Daur Ulang ... 98

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendampingan

Remaja masjid atau pemuda Islam merupakan generasi penerus

bagi sebuah desa dalam melanjutkan sebuah pembangunan yang lebih

baik. Generasi penerus ini bisa berkembang dengan memiliki kualitas yang

baik kalau ada pembinaan secara maksimal dari pihak pemerintah serta

pihak yang terlibat. Pembinaan ini bisa berupa meningkatkat skil atau

potensi yang ada pada pemuda. Potensi ini berupa ketrampilan / keinginan

/ kekuatan yang ada pada individu pemuda yang bisa ditampung dalam

organisasi / lembaga pemuda. Potensi ini merupakan pemanfaatan /

pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Kondisi remaja masjid pada saat ini masih terlihat cukup

memprihatinkan. Remaja masjid masih menghadapi berbagai kendala.

Berbagai kendala menunjukkan adanya kendala kepengurusan, baik

tingkat pemahaman, perhatian dan kepribadian yang belum memadai.

Kendala program yang tidak banyak dan tidak bervariasi sehingga

aktivitas remaja masjid kebanyakan baru sebatas bidang ubudiyah dan

pendidikan yang bertumpu pada pengajian. Kendala sarana fisik masjid

yang belum mampu menampung berbagai aktivitas. Karena bentuk masjid

pada umumnya hanya terdiri dari ruang peribadatan, ditambah dengan

tempat wudhu dan sekretariat. Kendala dana yang selama ini hanya

(14)

partisipasi anggota/masyarakat sekitar yang masih rendah dukungannnya

terhadap kegiatan remaja masjid. Kendala manajemen dan administrasi

yang belum diterapkan secara sungguh-sungguh dan profesional.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tantangan masa depan yang

semakin berat, maka remaja masjid perlu memiliki visi lebih utuh tentang

sejarah Nabi dalam memberdayakan masjid. Meskipun dalam catatan

sejarah Indonesia, masjid dan remaja masjid belum memiliki peran

strategis di bidang siyasi, maka sudah saatnya bagi kita

mengimplementasikan pola masjid sebagai tempat pengembangan

peradaban.

Langkah-langkah kecil memulainya dapat diwujudkan lewat :

1) Meningkatkan pemahaman dan ketarampilan pengurus remaja masjid

melalui pelatihan-pelatihan yang berlangsung secara berkala. Pelatihan

yang dibutuhkan remaja masjid adalah pelatihan keislaman dan

da'wah, pelatihan manajemen dan administrasi, pelatihan sosial politik

kontemporer, dan pelatihan keterampilan tertentu.

2) Melakukan kemungkinan-kemungkinan perubahan metode dakwah

dari metode da'wah konvensional menjadi metode dakwah yang lebih

kreatif, variatif, dan persuasif sehingga menarik bagi masyarakat

(15)

3) Membuat kegiatan usaha yang menguntungkan (profit oriented) dalam

rangka subsidi silang kepada kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan

remaja masjid.

4) Melakukan kegiatan pembinaan kepada kader-kader pengurus remaja

masjid secara berkesinambungan, bertahap, dan sungguh-sungguh.

5) Mewujudkan kepemimpinan demokratis dalam kepengurusan remaja

masjid, sehingga anggota memiliki rasa kepemilikan (sense of

ownership) yang tinggi dan merasa diakui serta dihargai eksistensi

dirinya.

6) Mengakselerasi rekrutmen anggota dengan cara melakukan dakwah

fardiyah (interpersonal) yang persuasif dan bijaksana.

7) Meningkatkan kerjasama antar remaja masjid atau dengan

lembaga-lembaga yang peduli terhadap perkembangan remaja masjid dalam

rangka kerjasama program dan studi perbandingan.

8) Mempesar andil remaja masjid dalam memakmurkan masjid secara

luas, sehingga masjid dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat

(central Islamic activity).

Hal yang sama dirasakan remaja masjid di Desa Candipari. Remaja

masjid hanya menjadi nama tanpa ada aktifitas keagamaan rutin dan

akfitas sosial lainnya. Di Desa Candipari terdapat tiga organisasi yang

(16)

Lembaga pemuda yang ada di Desa Candipari adalah IPNU-IPPNU,

karang taruna tingkat RW, tim futsal / sepak bola. Tugas dari remaja

masjid adalah mempunyai tugas pokok secara bersama-sama dengan

pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi

berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi

muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif maupun pengembangan

potensi generasi muda di lingkungannya.

Namun amat disayangkan, remaja masjid sering terjebak didalam

kegiatan yang bersifat rutinitas ‘ubudiyah semata, seperti hari besar islam

(PHBI) dan sejenisnya. Padahal banyak sekali peran dan fungsi yang

dimiliki oleh remaja masjid sehingga diperlukan kesungguhan dan

keahlian yang seksama dalam mengelola sebuah masjid.

Realitas yang ada di Desa Candipari tentang organisasi pemuda

adalah kurang minat pemuda dalam mengikuti organisasi Remaja Masjid.

Kurang adanya partisipasi pemuda dapat dilihat ketika kegiatan desa

seperti pengajian, pemuda hanya dijadikan sebagai tukang bersih sampah

yang diakhir acara serta tidak diikut sertakan dalam kepanitiaan. Hal ini

dikarenakan generasi tua di Desa Candipari mendominasi semua proses

pembangunan desa.

Adanya lembaga pemuda dan remaja yang belandaskan sosial dan

(17)

wilayah / desa meupakan modal untuk membangun desa yang sesuai

keinginan masyarakat.

Pada konsep community organizing (CO) dalam membangun desa yaitu :1

1. Masyarakat memiliki daya dan upaya untuk membangun

kehidupannya sendiri.

2. Masyarakat mempunyai pengetahuan dan kearifan tersendiri dalam menjalani kehidupannya secara alami.

3. Upaya pembangunan masyarakat akan efektif apabila melibatkan secara aktif seluruh komponen masyarakat sebagai pelaku sekaligus penikmat pembangunan, serta masyarakat memiliki kemampuan membagi diri sedemikian rupa dalam peran pembangunan mereka.

Pengorganisasian masyarakat merupakan cara untuk melahirkan

sebuah kesadaran kritis. Adanya kesadaran kritis dalam masyarakat

merupakan awal dari perubahan dalam pembangunan desa yang ideal.

Pemanfaatn Aset desa berupa lembaga – lembaga yang ada di desa

merupakan awal dalam membangun desa yang bermanfaat pada

masyarakatnya. Salah satu keinginan warga Desa Candipari yaitu

“memang begini mas disini wes ono Remaja Masjid tapi semua kegiatan dicekel ambek bapak dan ibu-ibu, coba lek onok Remaja Masjid mungkin desa ini bisa maju dan rame koyok sing biyen..”2

Masjid merupakan salah satu tempat untuk pemuda-pemudi desa

berkumpul tidak hanya dalam kepentingan spiritual namun juga menjadi

tempat bertukar pikiran untuk menyelesaikan masalah yang sedang

1

Agus Afandi, dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, (IAIN Sunan Ampel Press Surabaya, 2013), hal. 114

2

(18)

dihadapi bersama. Remaja Masjid merupakan wadah yang dapat menjadi

tempat pemuda ikut serta dalam pembangunan desa. Remaja bisa

berpatisipasi aktif dalam pembangunan desa melalui organisasi Remaja

Masjid yang diakui oleh desa dan masyarakat.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan penelitian ini

dirumuskan Bagaimana peran remaja masjid dalam pembangunan desa

khususnya dalam aspek ekonomi.

Pertanyaan tersebut diuraikan kedalam beberapa pertanyaan khusus

yang merupakan permasalahan yang ingin diungkapkan melalui penelitian

ini :

1. Bagaimana strategi pemberdayaan ekonomi remaja masjid berbasis

masjid melalui kelompok usaha di Desa Candipari?

2. Bagaimana dampak kelompok usaha remaja masjid terhadap

peningkatan ekonomi remaja masjid dan masyarakat Desa Candipari?

C. Pihak Pihak Yang Terlibat

Dalam melancarkan riset pendampingan ini, dibutuhkan stakeholder atau

pihak-pihak terkait , diantaranya adalah:

1. Perangkat Desa Candipari

Peran perangkat desa adalah dalam bidang perizinan dan

(19)

melakukan pendampingan di sebuah wilayah / desa. Adanya perizinan

dan kordinasi dari perangkat desa bisa membantu agar berjalannya

pendampingan dengan lancar.

2. Pembina Remaja Masjid dan IPNU-IPPNU

Peran pembina adalah sebagai konsultasi dan kordinasi untuk

melakukan sebuah kegiatan yang akan dilakukan oleh pendamping.

3. Dinas / Instansi terkait

Peran dari dinas / instansi terkait adalah sebagai kordinasi dan

konsultasi dalam melaksanakan pendampingan. Peran dinas / instansi

terkait juga berfungsi untuk solusi dalam melaksanakan sebuah kegiatan

yang diperlukan peran dari dinas / instansi terakait.

4. Remaja Masjid Al-Maghfur Desa Candipari

Remaja masjid di Desa Candipari memiliki peran untuk

menjadikan masjid sebagai tempat diskusi serta menyelesaikan masalah

sosial dan segala aspek. Jumlah seluruh remaja masjid adalah 45 remaja

yang terbagi yaitu laki-laki 18 remaja dan 27 remaja putri.

5. Pemilik Modal

Pemilik modal yaitu perusahaan atau instansi yang berada di Desa

Candipari yang berkontribusi dalam hal materi guna terlaksana program

(20)

D. Agenda Pendampingan

Agenda yang akan dilaksanakan dalam pendampingan remaja

masjid Al Maghfur dalam peningkatan ekonomi remaja masjid Desa

Candipari kecamatan Porong kabupaten Sidoarjo sebagaimana yang sudah

dijadwalkan.

1) Inkulturasi

Proses inkulturasi ini membutuhkan waktu hampir 1 bulan, lebih

tepatnya 29 hari mulai dari tanggal 02 Maret sampai dengan 31 Maret

2016. Banyak sekali hal yang dilakukan mulai dari wawancara dengan

Kepala Desa, dan mengikuti kegiatan masyarakat seperti lailatul ijtima’,

banjari dan diba’an remaja untuk menjadi bagian dari mereka hingga

mempunyai modal sosial yang cukup untuk melakukan proses

pendampingan pada tahap selanjutnya.

2) Discovery

Discovery ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2016 berletak di

masjid Desa Candipari, proses ini lebih menekankan pada bagaimana

proses pemaparan pengungkapan hal–hal yang sudah ada dimasyarakat,

berkaitan kejayaan yang pernah diraih di masa lalu oleh remaja serta

(21)

3) Dream

Menjelaskan proses pendampingan serta memimpikan apa yang

diinginkan masyarakat dan mengilustrasikannya dalam bentuk gambar.

Proses ini berlangsung pada tanggal 20 Mei sampai 25 Mei 2016.

4) Design

Proses ini berlangsung pada Ahad, 26 Mei dan 28 Mei 2016.

Proses ini merancang apa saja baik yakni hal yang dibutuhkan baik itu

keuangan, material, pengetahuan, dan lain sebagainya. Langkah ini

merancang dari mimpi yang telah diilustrasikan pada hari sebelumnya.

5) Define

Proses ini menentukan langkah–langkah selanjutnya setelah dari

proses dream dan design. Pada proses ini dilakukan pada 26 Mei 2015,

setelah define ini diteruskan lagi pada proses destiny agar proses

pendampingan yang dilakukan agar efektif dan linier.

6) Destiny

Proses ini berlangsung selama 2 minggu pada tanggal 26 Mei

sampai 07 Juni 2016, di dalam PAR biasa disebut aksi atas semua yang

ditentukan pada proses difine. Destiny ini sebagai klimaks atas semua

proses yang ada pada pendampingan Asset Bassed Community

(22)

7) Evaluasi

Proses ini berlangsung selama 1 kali pertemuan pada tanggal 12

Juni 2016, sebagai evaluasi yang telah dilakukan mulai proses ABCD

yakni discovery hingga destinity.

8) Pelaporan

Pelaporan ini dilakukan sebagai kewajiban akademis, agar bisa

dibaca dan dilihat agar menjadi releksi bersama. Serta sebagai bahan

pendampingan membangun kesadaran masyarakat dalam pengelolahan

asset desa dalam peningkatan ekonomi remaja masjid Desa Candipari.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penulisan pendampingan upaya

pemanfaatan barang bekas dalam peningkatan ekonomi remaja masjid Al

Maghfur Desa Candipari Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo, sebagai

berikut:

1. Bab I membahas tentang realitas problematika yang ada pada Desa

Candipari Kec. Porong Kab. Sidoarjo, yang meliputi penjelasan

tentang pengembangan ekonomi dampingan itu seperti apa,

prospek aset yang berupa bahan bekas, dan focus

pendampingannya serta membahas tentang agenda yang akan

dilakukan.

2. Bab II membahas teori–teori yang mengiringi pendampingan ini

(23)

masyarakat, kesadaran, etos kerja, perubahan sosial dan teori

dakwah bilhal. teori akan membangun kesadaran dan

meningkatkan pendapatan yakni dari bahan bekas, serta membahas

prinsip-prinsip pokok faktor produks, monitoring dan evaluasi

pendampingan, hasil pendampingan terdahulu.

3. Bab III membahas tentang metodologi dan strategi pendampingan

berbasis Asset Bassed Community Development (ABCD) lebih

mendalam.

4. Bab IV membahas tentang profil lokasi dampingan yang meliputi

realitas masyarakat Desa Candipari didalamnya ada letak

geografis, iklim, dan demografi. Setelah itu membahas tentang

upaya peningkatan ekonomi remaja masjid.

5. BabV membahas tentang asset dan potensi yang ada, meliputi:

asset fisik, asset budaya, mata pencaharian, sosial, peluang dan

tantangan dampingan.

6. Bab VI membahas lebih banyak proses pendampingan mulai

proses discovery, dream, design, define, dan destiny. Kesemua itu

diulas lebih mendalam dalam bab ini.

7. Bab VII membahas tentang refleksi atas dampingan yang

dilakukan mulai dari proses pra-dampingan, saat dampingan,

pasca-dampingan serta kesimpulan refleksi atas ketiga sub proses

(24)

8. Bab VIII membahas tentang penutup dari proses pendampingan

yang meliputi kesimpulan akan perubahan proses dampingan ini,

adanya saran serta rekomendasi atas pendampingan yang

(25)

BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS

A. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

a) Pengertian Pemberdayaan

istilah pemberdayaan (empowerment) menurut Ginanjar

Kartasasmita, pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya

masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan

kesadaran akan potensi serta berupaya untuk mengembangkan.1sedangkan menurut Wuradji yang dikutip oleh Aziz pemberdayaan adalah sebuah

proses penyadaran masyarakat yang dilakukan secara transformatif,

partisipatif dan berkesinambungan melaui peningkatan kemampuan dalam

menangani berbagai persoalan dasar yang dihadapi dan meningkatkan

kondisi hidup sesuai dengan harapan.2

Dengan kata lain pemberdayaan merupakan sebuah proses dan

tujuan. Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

masyarakat., sedangkan sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk

pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial.3

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan melaui serangkain

1

Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan, (jakarta: PT. Pustaka Cidesindo, 1996), hlm. 145.

2

Aziz Muslim, Metodologi Pengembangan Masyarakat, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm 3.

3

(26)

kegiata untuk memperkuat keberdayaan suatu kelompok lemah di

masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

b) Ekonomi Masyarakat

Dalam konteks permasalahan sederhana, ekonomi rakyat

merupakan strategi “bertahan hidup” yang dikembangkan oleh penduduk

masyarakat miskin, baik dikota maupun desa.4 Meningkatkan

kesejahteraan, ekonomi merupakan kegiatan dalam pemberdayaan di

masyarakat. Ekonomi dapat diartikan sebagai upaya dalam mengelola

rumah tangga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup

melalui tiga kegiatan uatama yaitu: produksi, distribusi, dan konsumsi.

Pemenuhan hidup dengan kendala terbatasnya sumber daya, erat kaitannya

dengan upaya meningkatka kemakmuran dan kesejahteraan.5

Produksi, distribusi dan konsumsi, merupakan rangkaian kegiatan

yang berlangsung secara terus menerus dan sering disebut sebagai proses

yang berkesinambungan. Proses ini berjalan secara alamiah sejalan dengan

perkembangan masyarakat dibidang sosial, ekonomi, budaya dan politik.

Secara ekonomi, proses alamiah yaitu bahwa yang menhasilkan (produksi)

harus dinikmati (konsumsi), dan sebaliknya yang menikmati harus yang

menhasilkan.6

4

Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT, (Yogyakarta: Adtya Media, 1996), hlm 4.

5 Gunawan Sumodiningrat, “Membangun Perekonomian Rakyat”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1998), hlm. 24.

6

(27)

Dengan demikian pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah

kegiatanekonomi yang dilakukan oleh masyarakat yang dengan secara

swadaya mengelolah sumberdaya apapun yang dapat dikuasainya, dan

ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya. Upaya

pembangunan ekonomi masyarakat mengarah pada perubahan struktur

yaitu memperkuat kedudukan dan peran ekonomi rakyat dalam

perekonomian nasional.

B. Teori Kesadaran

Kesadaran merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang

secara langsung tersedia bagi kita. Pikiran-pikiran dapat mencapai

kesadaran dari dua arah yang berbeda. Pertama dari sistem sadar

perseptual yang diarahkan kedunia luar dan bertindak sebagai medium

persepsi terhadap stimulus-stimulus eksternal. Dengan kata lain, apa yang

kita persepsikan melalui organ-organ pancaindra kita bila tidak terlalu

mengancam akan memasuki kesadaran.

Sumber kedua dari elemen-elemen sadar berasal dari dalam

struktur mental dan meliputi pikiran-pikiran yang tidak mengancam dari

alam prasadar (kepra-sadaran), dan juga pikiran-pikiran yang mengancam

tetapi tersamar dengan baik dari ketidaksadaran.7

Kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan

seseorang, membela diri dan mempertahankan pendapat (sikap asertif),

7

(28)

kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri dan berdiri

dengan kaki sendiri (kemandirian), kemampuan untuk mengenali kekuatan

dan kelemahan orang dan menyenangi diri sendiri meskipun seseorang

memiliki kelemahan (penghargaan diri), serta kemampuan mewujudkan

potensi yang seseorang miliki dan merasa senang (puas) dengan potensi

yang seseorang raih di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi

(aktualisasi).8

C. Etos Kerja

Etos yang berasal dari kata Yunani, dapat mempunyai arti sebagai

sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai

bekerja. Dari kata ini lahirlah apa yang disebut dengan “ethic” yaitu,

pedoman, moral dan prilaku, atau dikenal pula etiket yang artinya cara

bersopan santun. Sehingga dengan kata etik ini, dikenallah istilah etika

bisnis yaitu cara atau pedoman prilaku dalam menjalankan suatu usaha dan

sebagainya.9

Di sisi yang lain makna “bekerja” bagi seorang muslim adalah

suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset,

fikir, dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti

dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan

menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik

8

Ibid, hal. 60. 9

(29)

(khoiroummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya

dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.10

D. Perubahan sosial

Perubahan Sosial adalah perbuatan yang terjadi dalam suatu

lingkungan sosial yang meliputi berbagai unsur dan menyebabkan

terjadinya perubahan pada sistem sosial dalam lingkungan tersebut.

Perubahan sosial meliputi perubahan struktur dan fungsi masyarakat,

termasuk diantaranya nilai-nilai sosial, norma, dan berbagai pola dalam

kehidupan kehidupan manusia.11

Ada dua teori utama mengenai perubahan sosial, yaitu teori siklus

dan teori perkembangan.

a. Teori Siklus

Teori siklus menjelaskan bahwa perubahan sosial bersifat

siklus artinya berputar melingkar. Menurut teori siklus, perubahan

sosial merupakan sesuatu yang tidak bisa direncanakan atau

diarahkan ke suatu titik tertentu, tetapi berputar-putar menurut pola

melingkar. Pandangan teori siklus ini, yaitu perubahan sosial

sebagai suatu hal yang berulang-ulang. Apa yang terjadi sekarang

akan memiliki kesamaan atau kemiripan dengan apa yang ada di

zaman dahulu. Di dalam pola perubahan ini tidak ada proses

10

Ibid, hal. 27.

11

Burhanuddin Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

(30)

perubahan masyarakat secara bertahap sehingga batas-batas antara

pola hidup primitif, tradisional, dan modern tidak jelas.

b. Teori Perkembangan/Teori Linier

Menurut teori ini perubahan sosial bersifat linier atau

berkembang menuju ke suatu titik tujuan tertentu. Penganut teori

ini percaya bahwa perubahan sosial bisa direncanakan atau

diarahkan ke suatu titik tujuan tertentu. Masyarakat berkembang

dari tradisional menuju masyarakat kompleks modern.

Remaja masjid di Desa Candipari memiliki banyak potensi

yang dapat dikembangkan serta dapat memberikan kontribusi

dalam pembangunan desa yang maju tetapi tidak melupakan aturan

syari'at islam.

E. Teori Dakwah Bilhal

Dakwah bilhal adalah dakwah dengan menggunakan perbuatan

atau teladan sebagai pesannya. Dakwah bilhal biasa juga disebut dakwah

alamiah. Maksudnya, dengan menggunakan pesan dalam bentuk

perbuatan, dakwah dilakukan sebagai upaya pemberantasan kemungkaran

secara langsung (fisik) maupun langsung menegakkan ma’ruf (kebaikan)

seperti membangun masjid, sekolah, atau apa saja yang mudah dikerjakan

bersifat mewujudkan pelaksanaan syariat Allah SWT dari segala

(31)

Praktik dakwah seperti demikian pada hakikatnya merupakan

“dakwah diam”, artinya melakukan dakwah secara diam-diam yang

langsung mengajak berbuat secara islami, sehingga mudah dipahami

khalayak untuk meniru atau ikut berpartisipasi melakukan kegiatan yang

dicontohkannya itu. Dalam hal ini, terutama dalam hal memberantas

kemungkaran, Rasulullah SAW bersabda:12

”....Barang siapa yang melihat diantara kamu kemungkaran, mustilah mengubahnya dengan tangannya, maka jika tidak sanggup, (ia mengubahnya) dengan lidahnya (bahasa/kata-kata), maka jika (dengan itu pun) tidak sanggup, (ia mengubahnya) dengan hatinya, dan (yang terakhir

ini) merupakan perbuatan selemah-lemah iman” (HR. Bukhari).

Khusus mengenai pesan dakwahnya itu sendiri, dalam dakwah

apapun tidak terbatas pada kepentingan seseorang, melainkan juga bersifat

universal, dalam arti untuk tujuan kepada semua umat, semua pihak,

semua golongan, dan semua lapisan masyarakat. Sejarah mencatat bahwa

hal demikian telah pula dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW, dimana

kerisalahannya ditujukkan untuk menjadi rahmat bagi segenap umat

manusia. Ini berarti pesan dakwah dalam membentuk apapun, tidak hanya

ditunjukan kepada orang-orang yang beriman saja, atau orang-orang yang

beramal saleh dan bersabar saja, melainkan juga bagi orang-orang yang

takut kepada Allah. Seperti dikutip melalui surat Al-Ahqaaf ayat 12:13

12

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cetakan Pertama, 2013), hal. 98.

13

(32)

....











































“....Dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik....” (QS. Al-Ahqaaf : 12)

....





























































“....dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai...” (QS.Al-a‟raf:179).14

....



























































“....ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

14

(33)

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui...." (QS. Al Baqaroh : 30)15

Manusia telah diciptakan dalam bentuk yang paling baik. Seluruh

ciptaan lainya, seperti matahari, bulan, langit cakrawala, telah ditakdirkan

untuk dipergunakan manusia. berkaitan dengan ini bumi telah disebukan

secara khusus. ....





























“....Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami hadirkan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur....” (QS.Al A‟raaf ayat 10)16

Seperti setelah disebutkan, kegiatan utama ekonomi pada awal

perkembangan islam meliputi perdagangan, kerajinan tangan pertanian,

dan peternakan. Pendapatan dari dua kategori pertama dapat diuangkan

dalam dirham dan dinar yang merupakan unit moneter pada awal

perkembangan islam.17

F. Prinsip Prinsip Pokok Faktor-Faktor Produksi

Menurut para ahli ekonomi faktor produksi terdiri atas empat

macam, yaitu:

1. Tenaga alam: tanah, air, cahaya, dan udara

15

Ibid. Hlm. 9

16

Ibid. Hlm. 291 17

(34)

2. Tenaga modal: uang dan barang/benda

3. Tenaga manusia: pikiran dan jasmani

4. Tenaga organisasi kecakapan mengatur.

Bagi seorang materialis, pokok segala persoalan hanyalah materi,

benda yang terletak dihadapan mata merupakan tenaga modal, maupun

benda yang berupa tenaga manusia dan tenaga organisasi. Tidak tampak

oleh mereka bahwa dibalik materi itu, yaitu tenaga alam dan tenaga modal,

ada suatu kuasa gaib yang maha kuasa yang sewaktu-waktu dapat

menahan atau mencurahkannya.18

G. Monitoring dan Evaluasi Pendampingan

Monitoring dan evaluasi (monev) adalah kegiatan yang sangat

penting dalam proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

Dengan adanya monev, maka akan diketahui sejauh mana efektivitas dan

efisiensi program social yang diberikan. Pemantauan secara terus menerus

proses perencanaan dan pelaksaan kegiatan, dan mengukur berhasil

tidaknya program yang dilaksanakan, apa sebabnya berhasil dan apa

sebabnya gagal, serta bagaimana tindak lanjutnya.19

Evaluasi adalah mengidentifikasikan keberhasilan dan kegagalan

suatu rencana kegiatan atau program. Berbeda dengan monitoring,

18

Abdullah Zakiy Alkaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2002), hal. 79

19

(35)

evaluasi biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian kualitas

program.20

Pendekatan berbasis asset dalam suatu pendampingan

membutuhkan proses monitoring dan evaluasi. Dalam suatu kegiatan pasti

berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan. Kegiatan monev sangat

penting dilakukan untuk melihat seberapa tingkat keberhasilan dan

kegagalan dalam proses pendampingan yang telah dilakukan. Dari semua

itu tergantung bagaimana masyarakat mampu memobilisasi aset serta

membedakan mana yang berpotensi maksimal terhadap suatu perubahan.

H. Hasil Pendampingan Terdahulu

Alasan penulis mengutip skripsi ini, karena skripsi ini fokus pada pemberdayaan remaja. Skripsi: M. Faris Hamzah; pembimbing; Abdul Mujib Adnan, Pola Pemberdayaan remaja oleh LSM SEBAYA di Surabaya,

skripsi S-1 Pengembangan Masyarakat Islam UINSA Surabaya, tahun

2013, 116 hlm, 28 cm.

Skripsi ini bahwa saudara M. Faris Hamzah ingin mengetahui

management LSM SEBAYA di Surabaya dalam menangani kenakalan

remaja atau remaja yang terlantar. Pendekatan yang digunakan adalah

kualitatif untuk menggambarkan dan mengumpulkan data. Strategi yang

dilakukan mengumpulkan data sekunder dan primer lalu menganalisis

hasil dari pola pemberdayaan yang telah dilakukan. Dari hasil pola

20

(36)

pemberdayaan yang telah dilakukan maka diperoleh rencana

pemberdayaan yang pastisipatif.

Dari penelitian yang dilakukan saudara M. Faris Hamzah didapat

hasil pola pemberdayaan remaja secara terstruktur dan terperinci yang

(37)

BAB III

METODELOGI RISET PENDAMPINGAN A. Asset Bassed Community Development (ABCD)

Metode ABCD adalah pendekatan pendampingan yang

mengupayakan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan

sejak dari awal menempatkan manusia untuk mengetahui apa yang

menjadi kekuatan yang dimiliki serta segenap potensi dan aset yang

dipunyai yang potensial untuk dimanfaatkan. Pendekatan ABCD

merupakan pendekatan yang mengarah pada pemahaman dan internalisasi

asset, potensi, kekuatan, dan pendayagunaannya secara mandiri dan

maksimal. Prinsip pengembangan masyarakat berbasis asset (ABCD)

sebagai berikut: Setengah terisi lebih berarti, Semua punya potensi,

Partisipasi, Kemitraan, Penyimpangan positif, berasal dari dalam

masyarakat, dan Mengarah pada sumber energi.1

Asset adalah segala sesuatu yang berharga, bernilai sebagai

kekayaan atau perbendaharaan. Segala yang bernilai tersebut memiliki

guna untuk memenuhi kebutuhan.2 Asset Bassed Community Development

atau (ABCD) menurut R.M. Brown ialah:

Bila anda mencari masalah, anda akan menemukan lebih banyak

masalah; Bila anda mencari sukses, anda akan menemukan lebih banyak

sukses. Bila anda percaya pada mimpi, anda akan merengkuh keajaiban

1

Nadhir Salahuddin, dkk, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, (LPPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), hal. 26.

2

(38)

maka motto kami adalah “mencari akar penyebab sukses” dan bukan “akar

penyebab masalah.3

Untuk menggali potensi-potensi masyarakat selain model yang

diatas, masih ada strategi lain yang digunakan oleh fasilitator yang

dilakukan bersama masyarakat untuk terwujudnya pendampingan yang

akan dilakukan bersama. Stategi-strategi tersebut diantaranya: (1).

discovery (menemukan), (2). dream (mimpi), (3). design (merancang), (4).

define (menetukan), dan (5). destiny (memastikan).

Model ini memusatkan posisinya pada kekuatan dan keberhasilan

diri dan komunitas yang bertujuan merangsang kreativitas, inspirasi, dan

inovasi masyarakat untuk mendapatkan kembali masa kejayaan yang

pernah mereka peroleh dahulu. Kemampuan terkait potensi, kekuatan,

keberhasilan, serta dibarengi dengan asset yang mereka miliki akan

memberikan energi positif untuk membantu dan mengembalikan kekuatan

dan keberhasilan mereka dalam mengubah cara pandang terhadap segala

sesuatu menjadi lebih baik dalam segi berbagai hal bahwa kita mampu dan

bisa merubah kondisi hidup diri sendiri maupun orang lain.

Tahap pertama yakni Discovery, yakni menemukan kembali apa

yang dimiliki dari setiap individu maupun komunitas. Tujuan dari tahap

ini adalah menenukan dan mengapresiasi energi positif yang ada disertai

keberhasilan-keberhasilan yang pernah diperoleh dengan cara

menceritakan kembali peristiwa-peristiwa penting keberhasilan

3

Christopher Dureuau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian

Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus

(39)

masyarakat. Komunitas diajak menceritakan dan memahami apa-apa yang

telah mereka dapatkan pada masa lalu.

Dengan dilakukan tahap ini masyarakat bisa merenungkan akan

masa kejayaan yang pernah mereka peroleh mulai dari bagaimana cara

mereka melakukan, kerja keras, proses, sampai mereka mendapatkan

keberhasilan tersebut. Dengan cara memberikan waktu untuk mereka

bercerita dan mengungkapakan segala sesuatu yang berkaitan dengan

peristiwa-peristiwa yang membanggakan. Tahap ini perlu dilakukan

berkenaan dengan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat yang

bertujuan menemukan kembali segala sesuatu yang berkaitan dengan

peristiwa-peristiwa (positif-negatif), dimana pertukaran cerita atau

pendapat dari tiap-tiap individu dalam suatu komunitas sedang terjadi. Bila

tahap ini berhasil maka langkah-langkah selanjutnya tidaklah terlalu sulit.4

Tahap kedua yaitu Dream, yakni membayangkan atau

memimpikan sesuatu yang berkaitan dengan masa depan yang ingin

diwujudkan. Tahap ini merupakan suatu cara untuk menggali apa yang

diharapakan pada setiap individu maupun komunitas. Tidak selamanya

harapan mereka sama terkadang secara kebetulan terdapat kesamaan

mimpi yang mereka inginkan. Setiap individu memiliki kesempatan

menyampaikan apa harapan-harapan dan impian-impian yang ingin

dicapai. Komunitas diajak memikirkan hal-hal yang menggugah semangat,

kreatif, dan masa depan terbaik. Kemudian dari mimpi-mimpi tersebut

4

(40)

akan dibuat rumusanrumusan untuk diperlihatkan kepada komunitas inilah

impian-impian yang mereka inginkan.

Dalam proses ini mereka mulai menyadari dan melihat bagaimana

mereka membangun mimpi bersama terlepas dari sektor masyarakat mana

mereka berasal. Mereka menginginkan hal yang sama untuk mereka dan

orang lain, dan mereka dapat melukiskannya dengan sangat baik karena

mereka bicara dengan bahasa yang sama, yakni mosaic gambar. Mosaic

gambar dan kata-kata inilah yang lantas diletakkan pada gambar-gambar

yang menjadi ruh yang memandu tindakan-tindakan bersama selanjutnya.5 Tahap selanjutnya, yakni design, yaitu merancang langkah-langkah

sukses untuk merengkuh masa depan yang diimpikan. Tahap ini

merupakan proses merumuskan mimpi yang besar yang ingin diwujudkan.

Peserta memilih elemen-elemen rancangan yang memiliki dampak besar,

menciptakan strategi dan rencana provokatif yang memuat berbagai

kualitas komunitas yang paling diinginkan ketika menyusun strategi untuk

menghasilkan rencana, peserta mengkolaborasikan kualitas kehidupan

bersama yang ingin dilindungi dengan hubungan yang ingin dicapai.6 Tahap berikutnya yakni define, yaitu komunitas diminta untuk

kembali ke visi masa depan dan memilih gambar-gambar yang paling

memanggil mereka, elemen-elemen mana yang mereka rasa paling penting

bagi mereka dan menyeru untuk bertindak. Secara bersama-sama,

komunitas diminta untuk mengidentifikasi elemen-elemen keberhasilan

5

ibid, hal. 24.

6

[image:40.595.134.515.271.537.2]
(41)

yang diperlukan demi mewujudkan mimpi-mimpi dalam bentuk prinsip,

criteria dan indikator-indikator.7

Tahap terakhir yaitu Destiny, yaitu menegaskan langkah untuk

mewujudkan masa depan yang diinginkan. Tahap ini merupakan

serangkaian tindkan baru dan inovatif yang mendukung pembelajaran dan

inovasi berkelanjutan. Tahap ini secara khusus memusatkan pada

komitmen dan arah ke depan individu dan komunitas.8

Tahap Destiny merupakan tahapan untuk memeriksa dan

mendialogkan momentum-momentum yang harus dimanfaatkan untuk

memastikan impian-impian bersama terwujud. Pada tahapan ini komunitas

mulai merumuskan langkah bersama yang bercermin pada papan visi

dengan memanfaatkan metode hierarchy of effects atau seringkali disebut

Tangga Perubahan.9

B. Prinsip – Prinsip Pendampingan

1) Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty)

Salah satu modal utama dalam program pengabdian terhadap

masyarakat berbasis aset adalah merubah cara pandang komunitas

terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah yang

dimiliki. Tetapi memberikan perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa

yang dapat dilakukan.10

7

Ibid, hal. 27.

8

Ibid, hal. 6.

9

Ibid, hal 31.

10

Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community

(42)

2) Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)

Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah “Nobody

has nothing”. Setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing-masing.

Tidak ada yang tidak memiliki potensi, walau hanya sekedar kemampuan

untuk tersenyum dan memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa

berkontribusi. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap masyarakat

untuk tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan lebih baik. bahkan,

keterbatasan fisikpun tidak menjadi alasan untuk tidak berkontribusi. Ada

banyak kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil

membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah, sebuah

kekuatan.11

3) Partisipasi (Participation)

Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang

kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.

Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi.12 Partisipasi berarti peran yang sangat urgen terhadap masyarakat untuk

meningkatkan perekonomian baik dalam bentuk pernyataan maupun

dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu,

keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati

hasil-hasil pembangunan.

Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat

keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam

11

Ibid, hal. 17.

12

(43)

bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan

jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah

mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan

memecahkan masalahnya.

4) Kemitraan (Partnership)

Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam pendekatan

pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset Based Community

Development). Partnership merupakan modal utama yang sangat

dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran masyarakat dalam

pembangunan yang dilakukan. Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk

pembangunan dimana yang menjadi motor dan penggerak utamanya

adalah masyarakat itu sendiri (community driven development). Karena

pembangunan yang dilakukan dalam berbagai varinnya seharusnya

masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku utamanya.

Sehingga diharapkan akan terjadi proses pembangunan yang maksimal,

berdampak empowerment secara masif dan terstruktur. Hal itu terjadi

karena dalam diri masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (sense of

belonging) terhadap pembangunan yang terjadi di sekitarnya.13

Didalam proses pendampingannya dalam pemanfaatan SDA yang

dibuat adalah kelompok–kelompok remaja dan pemuda desa yang

memiliki barang bekas untuk di kelola menjadi barang yang bernilai serta

memberdayakan masyarakat Desa Candipari.

13

(44)

5) Penyimpangan Positif (Positive Deviance)

Positive Deviance atau (PD) secara harfiah berarti penyimpangan

positif. Secara terminologi positive deviance (PD) adalah sebuah

pendekatan terhadap perubahan perilaku individu dan sosial yang

didasarkan pada realitas bahwa dalam setiap masyarakat meskipun bisa

jadi tidak banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan strategi atau

perilaku sukses yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk

mencari solusi yang lebih baik atas masalah yang dihadapi daripada

rekan-rekan mereka itu sendiri.14 Praktek tersebut bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali keluar dari praktek yang pada umum dilakukan oleh

masyarakat. Realitas tersebut mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi

pengecualian-pengecualian dalam kehidupan masyarakat dimana

seseorang atau beberapa orang mempraktekkan perilaku dan strategi

berbeda dari kebanyakan masyarakat pada umumnya. Strategi dan perilaku

tersebut yang membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan yang lebih

dari yang lainnya.

Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya masyarakat

Masyarakat Desa Candipari memiliki asset yang berupa SDM masyarakat

dan SDA mereka sendiri untuk melakukan perubahan-perubahan yang

diharapkan.

Positive deviance merupakan modal utama dalam pengembangan

Masyarakat dalam membangun kesadaran dalam pengelolahan asset, yang

14

(45)

dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis aset-kekuatan.

Positive deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi proses

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu

senantiasa dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing

komunitas.15

6) Berawal Dari Masyarakat (Endogenous)

Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa

konsep inti yang menjadi prinsip dalam pendekatan pengembangan dan

pemberdayaan komunitas - masyarakat berbasis asset -kekuatan. Beberapa

konsep ini tersebut adalah sebagai berikut16:

a. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan peningkatan

perekonomian.

b. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh.

c. Mengapresiasi cara pandang yang pernah di peroleh masyarakat.

d. Menemukan keseimbangan antara sumber internal dan eksternal.

Beberapa aspek di atas merupakan kekuatan pokok yang sangat

penting dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya,

konsep “pembangunan endogen” kemudian mengakuinya sebagai aset

kekuatan utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal

utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat Desa Candipari

Kecamatan Porong kabupaten Sidoarjo. Aset SDM remaja dan SDA

15

Ibid, hal. 25.

16

(46)

tersebut sebelumnya terabaikan atau bahkan dianggap sebagai sesuatu

yang kurang memberikan partisipasi dalam pendapatan perekonomian.

Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut menjadi aset

penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi

kerakyatan. Metode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut

sebagai salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka

pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi bagian dari

prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh dinegasikan

sedikitpun.

7) Menuju Sumber Energi (Heliotropic)

Energi dalam pengembangan bisa beragam. Di antaranya adalah

mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan yang

apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas yang penuh

totalitas dalam pelaksanaan program. sumber energi ini layaknya

keberadaan matahari bagi tumbuhan. Terkadang bersinar dengan terang,

mendung, atau bahkan tidak bersinar sama sekali. Sehingga energi dalam

komunitas ini harus tetap terjaga dan dikembangkan.17

Masyarakat seharusnya mengenali peluang-peluang sumber daya

alam yang ada di sekitar mereka, yang mampu memberikan pendapatan

perekonomian mereka dan kekuatan baru dalam proses pengembangan.

Sehingga tugas komunitas tidak hanya menjalankan program saja,

17

Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community

(47)

melainkan secara bersamaan memastikan sumber energy dalam kelompok

mereka tetap terjaga dan berkembang.18

C. Teknik – Teknik Pendampingan

Metode dan alat menemukenali dan memobilisasi aset untuk

pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based Community Development

(ABCD), antara lain:

a) Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)

Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk

melakukan perubahan organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana

yaitu bahwa setiap organisasi memiliki sesuatu yang dapat bekerja

dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup, efektif dan

berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas

dan stakeholdernya dengan cara yang sehat.19 AI dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif dan menghubungkannya dengan cara

yang dapat memperkuat energi dan visi untuk melakukan perubahan

untuk mewujudkan masa depan organisasi yang lebih baik. AI melihat

isu dan tantangan organisasi dengan cara yang berbeda. Berdeda

dengan pendekatan yang fokus pada masalah, AI mendorong anggota

organisasi untuk fokus pada hal-hal positif yang terdapat dan bekerja

dengan baik dalam organisasi. AI tidak menganalisis akar masalah dan

solusi tetapi lebih konsen pada bagaimana memperbanyak hal-hal

positif dalam organisasi.

18

Ibid, hal. 29.

19

(48)

Proses AI terdiri dari 4 tahap yaitu Discovery, Dream, Design

dan Destiny atau sering disebut Model atau Siklus 4-D. AI ini

diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang

dilakukan pada jenjangnya masing – masing.

b) Pemetaan Komunitas (community mapping)

Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan

lokal. Community map merupakan visualisasi pengetahuan dan

persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran informasi dan

menyetarakan kesempatan bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi

dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan kehidupan

mereka.20

c) Pemetaan Asosiasi dan Institusi

Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari

terbentuknya lembaga-lembaga sosial yang terbentuk karena

memenuhi faktor-faktor sebagai berikut : (1) kesadaran akan kondisi

yang sama, (2) adanya relasi sosial, dan (3) orientasi pada tujuan yang

telah ditentukan.21

d) Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)

Metode/alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan

individual asset antara lain kuisioner, interview dan focus group

discussion.22 Manfaat dari Pemetaan Individual Aset antara lain:

20

Ibid, hal. 36.

21

Soetomo, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 41. 22

(49)

a. Membantu membangun landasan untuk memberdayakan

masyarakat dan memiliki solidaritas yang tinggi dalam masyarakat,

b. Membantu membangun hubungan yang baik dengan masyarakat,

dan

c. Membantu masyarakat mengidentifikasi keterampilan dan bakat

mereka sendiri.

e) Sirkulasi Keuangan (Leacky Bucket)

Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa

merupakan hal yang tidak terpisahkan dari komunitas dalam kehidupan

mereka seharihari. Seberapa jauh tingkat dinaminitas dalam

pengembangan ekonomi lokal mereka dapat dilihat, seberapa banyak

kekuatan ekonomi yang masuk dan keluar. Untuk mengenali,

mengembangkan dan memobilisir asset-asset tersebut dalam ekonomi

komunitas atau warga lokal diperlukan sebuah anlisa dan pemahaman

yang cermat. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pendekatan

ABCD (Asset Based Community Development) adalah melaluil Leacky

Bucket.23

f) Skala Prioritas (Low hanging fruit)

Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan dan peluang

yang mereka miliki dengan melaui menemukan informasi dengan

santun, pemetaan aset, penelusuran wilayah, pemetaan kelompok/

institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang indah maka

23

Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, AustralianCommunity

(50)

langkah berikutnya, adalah bagaimana mereka bisa melakukan semua

mimpi-mimpi diatas, karena keterbatasan ruang dan waktu maka tidak

mungkin semua mimpi mereka diwujudkan.24 Skala prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah untuk diambil dan

dilakukan untuk menetukan manakah salah satu mimpi mereka bisa

direalisasikan dengan menggunakan potensi sumber daya alam sebagai

peningkatan pendapat ekonomi masyarakat Desa Candipari itu sendiri

tanpa ada bantuan dari pihak luar.

D. Langkah – Langkah Pendampingan

Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario Dalam Appreciative

Inquiry (AI) terkadang disebut „Define‟. Dalam Asset Based Community

Development (ABCD), terkadang digunakan frasa “Pengamatan dengan

Tujuan/Purposeful Reconnaissance‟. Pada dasarnya terdiri dari dua

elemen kunci – memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-orang dan

tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan focus

program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan25: 1. Tempat, 2. Orang, 3. Fokus Program, 4. Informasi tentang Latar

Belakang.

Tahap 2: Menemukan Masa Lampau Kebanyakan pendekatan

berbasis aset dimulai dengan beberapa cara untuk mengungkap

(discovering) hal–hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di

24

Ibid, hal. 47.

25

(51)

komunitas sampai pada kondisi sekarang ini.26 Kenyataan bahwa masyarakat Tlagah masih berfungsi sampai saat ini membuktikan bahwa

ada sesuatu dalam masyarakat yang harus dirayakan. Tahap ini terdiri dari:

a) Mengungkap (discover) sukses–apa sumber hidup dalam

komunitas. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini

dalam rangkaian perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih

baik.

b) Menelaah sukses dan kekuatan – elemen dan sifat khusus apa

yang muncul dari telaah cerita – cerita yang disampaikan oleh

komunitas.

Tahap 3: Memimpikan Masa Depan Memimpikan masa depan atau

proses pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif luar biasa

dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas

menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa

depan mereka. Proses ini menambahkan energi dalam mencari tahu “apa

yang mungkin.”27

Tahap 4: Memetakan Aset Tujuan pemetaan aset adalah agar

komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai bagian dari

kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di

antara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya alam yang

ada di desa. Mereka ini kemudian dapat diundang untuk berbagi kekuatan

26

Ibid, hal. 131.

27

(52)

demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas.28 Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam 2 tahap:

1) Memetakan aset komunitas atau bakat, kompetensi dan sumber

daya sekarang.

2) Seleksi mana yang relevan dan berguna untuk mulai mencapai

mimpi komunitas.

Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan

Aksi Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung

membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan.

Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan

pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa

dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi

dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga aset yang

tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk

membuat seluruh masyarakat menyadari bahwa mereka bisa mulai

memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang

tersedia dan tersimpan.29

Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi Pendekatan

berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring

perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program perubah

Gambar

gambar dan kata-kata inilah yang lantas diletakkan pada gambar-gambar
Gambar 1 Remaja atau Pemuda Desa Candipari
Gambar 2 Peta Desa Candipari
Tabel 1. Komposisi Batasan Wilayah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi para remaja maupun pembaca novel remaja, gender dan identitas tidak secara sadar mereka pahami. Gender yang didefinisikan terkait dengan konteks sosial dan

Mengingat bahwa hingga saat ini belum banyak data mengenai emisi formaldehida dari produk perekatan dengan kombinasi jenis kayu khususnya yang menggunakan kayu

Berdasarkan keseluruhan data yang diperoleh, terlihat bahwa nilai kandungan asam askorbat pada 24 sampel sayuran indigenous memiliki nilai yang cukup signifikan dan

3 Penyusunan DED Balai Pengujian Kendaraan Bermotor Dishub Jumlah dokumen perencanaan yang disusun 1 Dokumen 50.000.000 pak 4 Penyusunan Database penyedia jasa angkutan

Berdasarkan hasil sosialisasi kegiatan yang dilakukan oleh pejabat di lingkungan UPTD pendidikan Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes kemudian didapatkan lima lembaga

Kesimpulan Pada pengujian otomasi sistem dapat mengatur sensor Water flow sesuai dengan setpoint yang telah ditentukan hasil yang di peroleh mendekati nilai dan dapat

Dengan demikian terdapat pengaruh model pembelajaran time token berbantu media gambar terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V mata pelajaran bahasa Indonesia

Allah Bapa umat manusia, kami sudah Kauciptakan, agar berusaha menjadi sempurna dalam cinta kasih dan kebaikan. Semoga hati kami selalu terbuka dan dunia ini menjadi tempat