• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Body Image dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Putri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara Body Image dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Putri"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN

KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA

PUTRI

OLEH

VERONICA RIAWASTI DEWI 802014155

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

1

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa individu mengalami masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan-perubahan fisik serta perkembangan kognitif dan sosial (Agustiani, 2006). Pada masa remaja inilah individu mengalami perubahan fisik yang sangat pesat dan mencapai puncaknya, sehingga remaja mengalami ketidakseimbangan emosional dalam banyak hal, yang menyebabkan dirinya ingin selalu menjadi pusat perhatian dan ingin menonjolkan diri (Sobur, 2003). Pada masa tersebut remaja juga dikatakan memiliki perhatian yang berlebihan (praokupasi) terhadap tubuhnya, terutama pada remaja putri (Santrock, 2007).

Menurut Thompson dan Calogero (2010) remaja putri cenderung kurang puas dengan tubuhnya dan memiliki body image yang lebih negatif dibandingkan dengan remaja putra. Umumnya para remaja menyadari perubahan yang dialami mereka, khususnya perubahan dalam hal penampilan. Banyak remaja menghayati perubahan tubuh atau fisik mereka sebagai sesuatu hal yang ganjil, asing dan selalu membingungkan mereka. Perubahan fisik dan perhatian remaja mengenai perubahan pada tubuh serta penampilannya berpengaruh pada body image dan harga dirinya (self-esteem). Belum lagi penghayatan tubuh yang dialami pada remaja yang memiliki hambatan secara fisik seperti penyandang tuna daksa. Remaja yang mengalami cacat tubuh, menyebabkan individu tersebut membutuhkan alat bantu bergerak dan akan memengaruhi reaksi yang diberikan oleh orang lain. Reaksi yang mereka dapatkan dari lingkungan inilah yang akan membentuk komponen-komponen yang dapat membuat body image individu

(8)

menjadi tinggi atau rendah (Cash, dalam Sari 2004). Baron dan Bryne juga mengungkapkan bahwa remaja penyandang tuna daksa yang menerima reaksi negatif lebih mudah menyalahkan diri, mudah mengalami depresi dan cenderung menyalahkan atas tubuh dan penampilan yang dimilikinya (Sari, 2004). Dikatakan pula bahwa remaja dengan penyandang tuna daksa kurang memiliki pengalaman atau penghayatan tubuh yang positif yang menyebabkan penerimaan diri yang buruk serta menyebabkan individu tersebut merasa berbeda secara negatif (Karimah, 2015).

Selain itu, perhatian yang berlebihan pada tubuhnya ini membuat remaja mulai berpikir untuk melakukan perubahan dalam hal penampilan. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan remaja putri yang selalu harus dipenuhi adalah kecantikan. Kebutuhan untuk tampil cantik dan menarik membuat remaja putri memerlukan beberapa produk fashion, seperti pakaian,aksesorimaupun kosmetik untuk menunjang penampilannya.

Menurut Monks (dalam Anggraeni dan Mariyanti, 2006) remaja putri yang berusia antara 15 sampai 19 tahun juga dikatakan membelanjakan uangnya lebih banyak untuk keperluan menunjang penampilan diri seperti sepatu, pakaian, kosmetik, dan aksesori serta alat-alat yang mampu membantu kecantikan mereka dan membantu penampilan mereka agar terlihat menarik bagi orang yang berada di sekitarnya. Keinginan untuk membelanjakan uangnya untuk keperluan menunjang diri tersebut dapat meningkatkan kecenderungan remaja dalam terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau impulsif.

Murray (dalam Anin, Rasimin & Atamimi, 2000) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai kecenderungan individu untuk membeli secara

(9)

3

spontan, reflektif, atau kurang melibatkan pikiran, dan dilakukan dengan segera. Pernyataan tersebut juga sependapat dengan Gasiorowska (2011) yang mendefinisikan pembelian impulsif sebagai pembelian yang tidak reflektif, sebenarnya tidak diharapkan, terjadi secara spontan, diiringi dengan munculnya keinginan yang mendadak untuk membeli produk-produk tertentu. Dengan kata lain, pembelian impulsif adalah pembelian yang bersifat hedonis (karena lebih mementingkan masalah kesenangan atau kepuasan), bukan pertimbangan yang lebih mementingkan fungsi dari produk yang akan dibeli. Verplanken dan Herabadi (2001) juga menjelaskan bahwa pembelian impulsif disebut sebagai pembelian tidak rasional, atau dilakukan oleh konsumen atau individu berdasarkan keinginan, suasana hati, atau lebih didorong oleh faktor emosi dibandingkan membeli produk barang karena diperlukan atau dibutuhkan. Verplanken dan Herabadi (2001) juga menjelaskan dua aspek dalam pembelian impulsif, yaitu, 1) Kognisi, yang meliputi kurangnya perencanaan dan pertimbangan kegunaan barang. Melakukan pembelian secara tiba-tiba dan tidak rasional. Pembelian impulsif juga dianggap sebagai pembelian yang dilakukan tanpa adanya kesadaran dan atensi, sehingga dikatakan sebagai perilaku yang otomatis atau tiba-tiba. 2) Afektif, munculnya perasaan senang dan puas ketika berhadapan dengan produk, yang kemudian memuncul keinginan atau dorongan seketika untuk memilih produk, sehingga kurang adanya kontrol dari dalam diri.

Menurut Loudon & Bitta (dalam Widawati, 2011) faktor-faktor yang memengaruhi pembelian impulsif adalah demografi, karakter sosial ekonomi, kepribadian dan konsep diri, yang salah satu komponen dari konsep diri adalah body image (Daniels, Grendell & Wilkins, 2009). Body image dijelaskan oleh

(10)

Thompson (dalam, Ridha 2013) sebagai perasaan seseorang terhadap tubuhnya, atau didefinisikan sebagai gambaran seberapa jauh individu merasa puas dan menerima bagian-bagian tubuhnya serta penampilan fisik secara keseluruhan. Cash (dalam Nurvita dan Handayani, 2009) menjelaskan body image sebagai pengalaman individu berupa persepsi terhadap bentuk dan berat tubuhnya, serta perilaku yang mengarah pada evaluasi individu tersebut terhadap penampilan fisiknya. Cash (dalam Nurvinta dan Handayani, 2009) juga menjabarkan aspek-aspek body image, yaitu a) Evaluasi penampilan (appearance evaluation), penilaian tentang perasaan tingkat bahagia, menarik dan kepuasan mengenai penampilan secara keseluruhan baik penilaian dari diri sendiri maupun reaksi dari orang lain. b) Orientasi penampilan (appearance orientation). Usaha yang dilakukan individu untuk memperbaiki penampilannya baik melalui upaya merubah penampilan atau melakukan perawatan. c) Kepuasan terhadap bagian tubuh (body area satisfaction), tingkat kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, d) kecemasan terhadap berat badan (weight preocupation), kecemasan individu mengenai berat badannya baik itu kegemukan dan kekurusan yang ditampilkan dengan mengatur pola makan.

Cash (dalam Nurvita dan Handayani, 2009) juga menjelaskan body image sebagai sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya, berupa penilaian positif dan negatif. Body image positif dan negatif inilah yang menjadi pengaruh dari kebutuhan remaja untuk membeli barang yang dapat menunjang penampilan diri. Body image yang positif maka pembelian, penggunaan, dan pengeluaran uang dapat digunakan secara rasional. Namun dengan body image negatif, akan berdampak pada pemakaian kosmetik atau pembelian barang penunjang

(11)

5

penampilan yang berlebihan sehingga menimbulkan pengeluaran dan kebiasan yang konsumtif atau impulsif. Body image juga dijelaskan sebagai cara pandang individu mengenai gambaran dirinya sebagai makhluk yang berfisik. Oleh karenanya, body image sering dikaitkan dengan karakteristik fisik termasuk dalam hal berpenampilan secara umum (Thompson & Calogero, 2010). Adapun pembelian impulsif yang dilakukan remaja terhadap produk fashion tersebut ada kaitannya terhadap body image remaja tersebut. Pandangan remaja terhadap tubuhnya membuat remaja tidak ingin penampilan mereka terlihat buruk dihadapan orang lain, sehingga pembelian produk fashion tersebut ada kaitannya dengan keinginan remaja untuk menunjang penampilan dirinya. Kebutuhan yang terus-menerus dan tidak pernah merasa puas ini berdampak pada mengonsumsi produk yang hanya mementingkan kepuasaan akan menimbulkan perilaku pembelian impulsif.

Pada tanggal 12 Maret 2018, peneliti melaksanakan kegiatan wawancara kepada salah satu guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 1 Semarang. Sekolah yang mendapat predikat sebagai sekolah berwawasan lingkungan tersebut juga memiliki image sebagai sekolah yang siswa-siswinya berasal dari kalangan ekonomi menengah hingga atas. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan data bahwa beberapa remaja putri disana, memiliki body image yang negatif. Diantaranya memandang dirinya kurang cantik, hidungnya kurang mancung, terlalu gemuk, hingga menyalahkan orang tuanya akibat penampilannya yang dia anggap kurang. Dua anak yang memiliki body image yang negatif juga dikatakan sempat dibawa ke psikiater akibat penilaian dirinya yang salah. Hasil wawancara lainnya didapatkan data bahwa remaja putri di SMA

(12)

Negeri 1 Semarang lebih memiliki kecenderungan pembelian impulsif dibandingkan dengan remaja putra. Remaja putri disana terbiasa menggunakan sepatu dan tas yang berharga mahal, dan biasanya memiliki kecenderungan mengikuti teman yang lain untuk membeli sesuatu yang hanya didasarkan pada keinginan, atau faktor emosionalnya saja. Bahkan mereka memiliki kecenderungan untuk membeli secara impulsif atau spontan pada produk fashion yang dapat menunjang penampilan dirinya. Akan tetapi dari beberapa remaja putri yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif tersebut dikatakan bahwa mereka tetap memiliki body image yang relatif baik atau positif.

Menurut Thompson dan Calogero (2010) dijelaskan bahwa remaja perempuan usia 11 hingga 18 tahun dilaporkan mengalami ketidakpuasan tubuh terhadap penampilannya yang lebih besar dibandingkan remaja putra. Dikatakan bahwa perempuan memiliki lebih banyak kecemasan dan keyakinan negatif mengenai tubuh mereka. Hasil penelitian lain yang didapatkan oleh Reynold (dalam Sari, 2009) menunjukkan bahwa remaja putri memiliki kecenderungan lebih besar dalam berperilaku konsumtif kearah perilaku membeli yang impulsif dibanding remaja putra karena mereka membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri seperti membeli busana, sepatu, kosmetik, dan aksesori. Dikatakan pula bahwa seorang remaja membeli secara impulsif jika mereka mempersepsikan aspek dirinya kurang ideal terutama penampilannya. Barang-barang yang berhubungan dengan image diri seperti make-up dan fashion (pakaian, sepatu dan tas) akan memancing pembelian impulsif remaja putri.

Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara body image dan kecenderungan pembelian impulsif yang dilakukan oleh Murtiyanto

(13)

7

(2016) dan Rosari (2017) menunjukkan hubungan yang negatif antara body image dengan pembelian impulsif, yang berarti semakin positif body image maka semakin rendah kecenderungan pembelian impulsifnya, dan sebaliknya semakin negatif body image maka semakin tinggi kecenderungan pembelian impulsifnya. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucas dan Koff (2016) yang menunjukkan bahwa body image yang negatif seperti ketidakpuasan dalam hal berpenampilan tidak memengaruhi kecenderungan pembelian impulsif. Adanya perbedaan hasil penelitian yang muncul inilah yang menyebabkan peneliti tertarik meneliti kembali masalah ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang negatif antara body image dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri di SMA Negeri 1 Semarang.

Hipotesis

Ada hubungan negatif antara body image dengan pembelian impulsif pada remaja putri.

(14)

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional.

Variabel Penelitian

1. Variabel (X) : Body Image

Body image merupakan evaluasi atau sikap individu terhadap tubuhnya bisa berupa perasaan suka, puas atau positif yang ditunjukkan dengan penerimaan terhadap tubuhnya atau bisa berupa perasaan tidak suka, tidak puas atau negatif seseorang terhadap atribut fisik pada tubuhnya seperti ukuran tubuh, berat badan dan bentuk tubuh sehingga dapat melahirkan suatu penilaian yang positif atau negatif pada dirinya tersebut.

2. Variabel (Y) : Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak reflektif, sebenarnya tidak diharapkan, terjadi secara spontan, diiringi dengan munculnya keinginan yang mendadak untuk membeli produk-produk tertentu dan lebih mengutamakan faktor emosional dibandingkan rasional.

Populasi dan Sampel Penelitian

Peneliti mengambil populasi siswa SMA Negeri 1 Semarang dengan teknik pengambilan sampel, purposive sampling. Purposive sampling digunakan apabila sasaran sampel yang diambil sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Peneliti mengambil populasi kelas X SMA Negeri 1 Semarang yang

(15)

9

berjumlah 210 dan mengambil 101 siswi untuk dijadikan subjek. Kriteria dalam penelitian ini yaitu, remaja putri berusia 15-17 tahun, dan tidak mengalami cacat tubuh.

Metode dan Pengumpulan Data

Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala body image dan skala pembelian impulsif.

a) Body Image

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data body image adalah dengan menggunakan skala body image yang disusun oleh peneliti sebelumnya (Setyaningsih, 2013) dan dimodifikasi oleh peneliti serta disusun berdasarkan aspek-aspek body image yang dikemukakan oleh Cash yang meliputi : appearance evaluation (evaluasi penampilan), appearance orientation (orientasi penampilan), body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), dan overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk). Skala ini terdiri atas 52 butir soal pernyataan.

Tabel 1.Reliabilitas Skala Body Image

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .879 .911 52

Berdasarkan hasil uji reabilitas tabel di atas, diketahui jumlah item variabel body image sebanyak 52 item. Berdasarkan hasil uji seleksi item gugur

(16)

sebanyak 17 item dan item dengan daya deskriminasi baik sebanyak 35 item serta memiliki nilai diskriminasi item yang bergerak dari 0,301 sampai 0,717 dengan koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0,879 sehingga skala body image dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.

a) Pembelian Impulsif

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pembelian impulsif adalah dengan menggunakan skala Impulse Buying Tadency yang dikemukakan oleh Verpaklen dan Herabadi (2001) diantaranya : Aspek Kognitif dan Aspek Afektif. Skala ini terdiri atas 24 butir soal pernyataan.

Tabel 2. Reliabilitas Skala Pembelian Impulsif

Berdasarkan hasil uji reabilitas tabel di atas, diketahui jumlah item variabel pembelian impulsif sebanyak 24 item. Berdasarkan hasil uji seleksi item gugur sebanyak 4 item dan item dengan daya deskriminasi yang baik sebanyak 20 item serta memiliki nilai diskriminasi item yang bergerak dari 0,320 sampai 0,711 dengan koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0,874 sehingga skala pembelian impulsif dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .874 .873 24

(17)

11

HASIL PENELITIAN

Analisa Deskriptif

a) Variabel Body Image

Variabel body image memiliki item dengan daya diskriminasi yang baik berjumlah 52 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 4. Skor tertinggi adalah 208 dan skor terendah adalah 52.

Pembagian interval dilakukan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori.

Tabel 3. Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Body Image

No Interval Kategorisasi N % Mean

1 156 < x ≤ 208 Tinggi 17 16,83%

141,18 2 104 < x ≤ 156 Sedang 81 80,20%

3 52 ≤ x ≤ 104 Rendah 3 2,97% Jumlah 101 100%

Berdasarkan tabel di atas, maka didapati bahwa kategori tinggi memiliki persentase sebesar 16,83%, kategori sedang sebesar 80,20% dan kategori rendah sebesar 18,81%. Nilai mean sebesar 2,97% menunjukkan rata-rata skor body image siswi masuk ke dalam kategori sedang.

(18)

b) Variabel Pembelian Impulsif

Variabel pembelian impulsif memiliki item dengan daya diskriminasi yang baik berjumlah 24 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 4. Skor tertinggi adalah 96 dan skor terendah adalah 24.

Pembagian interval dilakukan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori

Tabel 4. Kategori Skor Pembelian Impulsif

No Interval Kategorisasi N % Mean

1 72 < x ≤ 96 Tinggi 3 2,97

55,35 2 48 < x ≤ 72 Sedang 79 78,22

3 24 ≤ x ≤ 48 Rendah 19 18,81

(19)

13

Uji Normalitas

Penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dimana hasil uji normalitas dapat ditentukan dengan melihat nilai Asymp. Sig yaitu p>0,05. Berdasarkan ketentuan tersebut hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel body image memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,723 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,673 (P>0,05). Variabel pembelian impulsif memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,672 dengan probabilitas (p) atau signifikasnsi sebesar 0, 757 (P>0,05). Hal ini menggambarkan bahwa distribusi atau sebaran data variabel body Image dan pembelian impulsif adalah normal, ditunjukkan pada table

Tabel 5. Uji normalitas Body Image dengan Pembelian Impulsif

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

body image

pembelian impulsive

N 101 101

Normal Parametersa Mean 141.18 56.35

Std. Deviation 19.465 8.992 Most Extreme Differences Absolute .072 .067 Positive .059 .045 Negative -.072 -.067 Kolmogorov-Smirnov Z .723 .672

Asymp. Sig. (2-tailed) .673 .757

(20)

Uji Linier

Hasil uji linieritas menunjukkan signifikansi 0,227 ( p > 0,05) sehingga menunjukkan adanya hubungan yang linear antara body image dengan pembelian impulsive.

Tabel 6. Uji Linier Body Image dengan Pembelian Impulsif

Uji Korelasi

Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara body image dengan pembelian impulsif sebesar -0,394 dengan sig = 0,000 (p = < 0,05) yang berarti ada hubungan yang negatif signifikan antara body image dengan pembelian impulsif. Artinya, semakin tinggi body image semakin rendah kecenderungan pembelian impulsifnya, dan juga sebaliknya.

ANOVA Table Sum of Squares Df Mean Square F Sig. pembelian impulsif * body image Between Groups (Combined) 5069.088 51 99.394 1.615 .047 Linearity 1256.725 1 1256.725 20.419 .000 Deviation from Linearity 3812.363 50 76.247 1.239 .227 Within Groups 3015.783 49 61.547 Total 8084.871 100

(21)

15

Tabel 7. Uji Korelasi Body Image dengan Pembelian Impulsif

Correlations

body image

pembelian impulsif

body image Pearson Correlation 1 -.394**

Sig. (1-tailed) .000

N 101 101

pembelian impulsive Pearson Correlation -.394** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 101 101

(22)

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara body image dengan pembelian impulsif pada siswi SMA Negeri 1 Semarang, didapatkan hasil dari uji korelasi yang menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar -0,394 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 (p > 0,05), sehingga hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yaitu adanya hubungan negatif antara body image dengan pembelian impulsif, diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi body image yang dimiliki oleh individu maka, semakin rendah kecenderungan pembelian impulsifnya dan begitu juga sebaliknya semakin rendah body image maka, semakin tinggi kecenderungan pembelian impulsifnya.

Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Murtiyanto (2016) dan Rosari (2017) dengan hasil korelasi menunjukkan hubungan yang negatif antara body image dengan pembelian impulsif. Siswi atau remaja putri yang cenderung memiliki body image yang tinggi cenderung memiliki pembelian impulsif yang rendah, dan juga sebaliknya. Body image yang didefinisikan sebagai perasaan seseorang terhadap tubuhnya, atau gambaran seberapa jauh individu merasa puas dan menerima bagian-bagian tubuhnya serta penampilan fisik secara keseluruhan berupa penilaian positif dan negatif. Body image positif dan negatif inilah yang menjadi pengaruh dari kebutuhan untuk membeli barang yang dapat menunjang penampilan diri. Body image yang positif maka pembelian, penggunaan, dan pengeluaran uang dapat digunakan secara rasional. Namun dengan body image negatif dan rendah, akan berdampak pembelian secara spontan atau menggunakan faktor emosi saat mengambil keputusan untuk membeli barang. Adapun kecenderungan pembelian impulsif

(23)

17

pada remaja terhadap produk fashion ada kaitannya dengan body image, pembelian impulsif terjadi ketika remaja memiliki keinginan yang kuat untuk memiliki barang dengan bertindak seketika guna mendapatkan produk yang dirasa dapat menunjang penampilan dirinya. Atau dengan kata lain, presepsi atau penilaian negatif remaja terhadap tubuhnya mendorong remaja melakukan pembelian secara impulsif sebagai upaya meningkatkan penampilan diri.

Menurut Thompson dan Calogero (2010) dijelaskan bahwa remaja putri usia 11 hingga 18 tahun dilaporkan mengalami ketidakpuasan tubuh terhadap penampilannya yang lebih besar dibandingkan remaja putra. Dikatakan bahwa perempuan memiliki lebih banyak kecemasan dan keyakinan negatif mengenai tubuh mereka. Adapun pembelian impulsif yang dilakukan remaja terhadap produk fashion tersebut ada kaitannya terhadap body image remaja tersebut. Pandangan atau kecemasan negatif remaja terhadap tubuhnya membuat mereka tidak ingin penampilan mereka terlihat buruk dihadapan orang lain. Kebutuhan yang terus-menerus dan tidak pernah merasa puas pada pembelian produk-produk fashion menimbulkan kecenderungan perilaku pembelian impulsif.

Hasil penelitian lain yang didapatkan oleh Reynold (dalam Sari, 2009) menunjukkan bahwa remaja putri memiliki kecenderungan lebih besar dalam berperilaku konsumtif ke arah perilaku membeli yang impulsif dibanding remaja putra karena mereka membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri seperti membeli busana, sepatu, kosmetik, dan asesoris. Dikatakan pula bahwa seorang remaja membeli secara impulsif jika mereka mempersepsikan aspek dirinya kurang ideal terutama penampilannya. Barang-barang yang berhubungan dengan image diri seperti make-up dan fashion

(24)

(pakaian, sepatu dan tas) akan memancing pembelian impulsif remaja putri. Selain itu dijelaskan pula oleh Cash (dalam Nurvita dan Handayani, 2009) bahwa memiliki body image yang positif maka akan berpengaruh terhadap pembelian, penggunaan, dan pengeluaran uang secara rasional. Namun dengan body image negatif, akan berdampak pada pemakaian kosmetik atau pembelian barang penunjang penampilan yang berlebihan sehingga menimbulkan kecenderungan perilaku pembelian impulsif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar remaja putri memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang termasuk dalam kategori sedang sebesar 78,22% (79 orang) dan body image pada kategori sedang sebesar 80,20% (81 orang).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata siswi SMA Negeri 1 Semarang memiliki tingkat body image pada kategori sedang dan pada pembelian impulsif berada pada kategori sedang pula. Berdasarkan hasil uji korelasi adapun sumbangan efektif yang diberikan body image terhadap pembelian impulsif sebesar sebesar 15,52% sedangkan 84,48% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti demografi, karakteristik sosial ekonomi dan kepribadian (Loudon & Bitta, dalam Widawati 2011)

(25)

19

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara body image dengan pembelian impulsif pada remaja putri, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara body image dengan pembelian impulsif pada remaja putri yang berarti semakin tinggi body image maka kecenderungan pembelian impulsifnya semakin rendah.

2. Sebagian besar subjek termasuk dalam kategori sedang pada kedua variabel, dengan presentase sebesar 80,20% untuk body image, dan 78,22% untuk pembelian impulsive.

3. Sumbangan efektif yang diberikan body image terhadap pembelian impulsif sebesar 15,52%, sedangkan 84,48% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti demografi, karakteristik sosial ekonomi dan kepribadian.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi Remaja Putri

Bagi remaja putri yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif, diharapkan untuk dapat meningkatkan body image-nya dengan cara selalu berpandangan positif terhadap tubuhnya atau menerima keadaan tubuhnya. Dengan sikap menerima, bersyukur ataupun puas terhadap keadaan tubuh yang dimiliki, akan mengurangi keinginan untuk membeli barang-barang produk fashion secara berlebihan guna menonjolkan penampilan.

(26)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Apabila penelitian lain ingin mengangkat judul penelitian yang sama, peneliti selanjutnya bisa mencoba meneliti hubungan body image dengan pembelian impulsif pada remaja putra, dikarenakan remaja putra saat ini juga mempunyai banyak ketertarikan pada produk-produk fashion, dan memiliki kemungkinan pembelian impulsif yang cukup tinggi pula.

2. Mengingat banyak faktor-faktor lain yang memengaruhi pembelian impulsif diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor tersebut, seperti faktor demografi, karakteristik sosial ekonomi dan kepribadian.

(27)

21

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani. (2013). Psikologi Perkembangan. Depok : PT Raja Grafindo Persada Anggreini, R. & Mariyanti, S. (2014). Hubungan antara kontrol diri dan perilaku

konsumtif mahasiswi universitas esa unggul. Jurnal Psikologi, 12(1).

Anin, A., Rasimin & Atamimi, N. (2008). Hubungan self monitoring dengan impulsive buying terhadap produk fashion pada remaja. Jurnal Psikologi, 35(2)

Astuti, E.W. (2013). Perilaku konsumtif dalam membeli barang pada ibu rumah tangga di Kota Samarinda. Jurnal Psikologi, 1 (2), 148-156

Daniels,R., Grendell, R & Wilkins, F. (2009). Study guide to accompany nursing fundamentals. English : Cengange Learning.

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Devi, R.A. (2017). Pengaruh body image terhadap perilaku konsumtif mahasiswa

pendidikan ekonomi FKIP UNTAN Pontianak. Skripsi. Tanjungpura. Fakultas Pendidikan Ekonomi Universitas Tanjungpura

Ermawati, E & Indrayanti. (2011). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja di SMP N 1 Piyungan. Jurnal Spirits 2(1)

Gasiorowska, A. (2011). Gender as a moderator of temperamental causes of impulse buying tandency. Journal of Customer Behaviour 10(2)

Haryani, I., Herwanto, J. (2015). Hubungan konformitas dan kontrol diri dengan perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada mahasiswi. Jurnal Psikologi, Volume 11(1)

Karimah, N.F. (2015). Hubungan antara penyesuaian diri dan harga diri dengan subjective well being. Skripsi. Surakarta. Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah.

Kiling, B.N. (2015). Tinjauan konsep diri dan dimensinya pada anak dalam masa kanak-kanak akhir. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1(2)

Lucas, M & Koff, E. (2017). Body image, impulse buying and the mediating role of negative affect. Jurnal Personality and Individual Difference, 105, 330:334. Doi : 10.1016/j.paid2016.10.00.

Mahdalela. (1998). Peran intensitas interaksi dengan teman di lingkungan pergaulan sekolah terhadap sikap konsumtif. Jurnal psikologika, 5.

(28)

Murtiyanto, H.S. (2016) Hubungan antara body image dan kecenderungan pembelian impulsive pada remaja. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Darma.

Ningsih, R.A & Bawono, Y. (2016). Hubungan antara perilaku konsumtif pada produk x dengan citra diri remaja putri. Jurnal Mediapsi, 2(1), 45-50

Nurvita, V & Handayani, M. (2015). Hubungan antara self-esteem dengan body image pada remaja awal yang mengalami obesitas. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 4(1) .

Rahmania & Yuniar, I. (2010). Hubungan antara self-esteem dengan kecenderungan body dysmorphic disorder pada remaja putri. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Volume 1(2).

Ridha, M. (2012). Hubungan antara body image dengan penerimaan diri pada mahasiswa aceh di Yogyakarta. Jurnal Emphaty, 1(1).

Rizky, R & Rachmatan, R. (2016). Hubungan antara citra tubuh dengan perilaku konsumtif pada remaja di Kota Banda Aceh . Jurnal Psikogenesis, 4(2).

Rombe, S. (2014). Hubungan body image dan kepercayaan diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri di SMA Negeri 6 Samarinda. Jurnal Psikologi, 2(1), 76-91.

Rosari, B.I. Hubungan antara body image dan kecenderungan impulse buying pada wanita bekerja. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Santrock, J.W. (2007). Remaja. Jakarta : Erlangga.

Saputri, H.R. (2016) Hubungan antara fashion involvement dan impulsive buying dengan harga diri (self esteem) pada remaja di SMAN2 Samarinda. Jurnal Psikologi 4(3).

Sari, D.N. (2012). Hubungan antara body image dan self estem pada dewasa awal tuna daksa. Jurnal Ilmiah 1(1)

Sari, Y. (2009). Hubungan antara perilaku konsumtif dengan body image pada remaja putri. Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja. Depok : PT Raja Grafindo Persada Setyaningsih, C.B. (2013). Hubungan antara citra tubuh (body image) dengan

(29)

23

Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.

Thompson, J.K & Calogero, R.M. (2010). Gender and Body Image. DOI: 10.1007/978-1-4419-1467-5_8

Tresna, T.A. (2013). Perilaku konsumtif di kalangan mahasiswa FIS UNY pada klinik kecantikan. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

Utami, W.T. (2014). Hubungan antara citra tubuh dengan perilaku konsumtif kosmetik make up wajah pada mahasiswi. Skripsi. Surakarta. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah.

Verplanken, B., Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulse buying tadency: feeling and no thinking. European Journal of Personality, S-71-S-83 Widawati, L. (2011). Analisis perilaku “impulse buying” dan “locus of control”

pada konsumen di carrefour bandung. Jurnal MIMBAR Psikologi 27(2), 125-132.

Yolanda, R.S. (2016). Hubungan antara body image dan perilaku konsumtif produk bermerek pada remaja puti. Jurnal Ilmiah Psikologi 9(1).

Gambar

Tabel 1.Reliabilitas Skala Body Image
Tabel 2. Reliabilitas Skala Pembelian Impulsif
Tabel 3. Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Body Image
Tabel 4. Kategori Skor Pembelian Impulsif
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian merekomendasikan dalam menjalankan fungsi sebagai pembimbing, sekolah dapat memaksimalkan kolaborasi antar guru kelas dalam pengembangan materi dan rencana

Kandungan logam berat timbal pada air dari lokasi mulai aktivitas hingga muara menunjukkan hasil yang berfluktuasi, terlihat pada lokasi mulai aktivitas kadar timbal lebih

&#34;Refleksi Kritis Prestasi Olahraga Indonesia di Asian Games 2014 dan Tantangan MenghadapiAsian Games 2018. dalam Perspektif llmu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi yang bernilai 2 dengan kategori buruk, tingkat kecukupan air

Berapakah beza antara bilangan roti krim dan roti jagung yang dikeluarkan dalam sehari.. Syuhadah membeli setengah dozen jus lemon dengan harga

種類別 題  名 発表・発行掲政江払 発表・発行年月 連名者 講演 運動決定過秤における感性 −バイオリン演奏における好

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jarak tanam 75 x 20 cm maupun 75 x 30 cm dan metode pengendalian gulma antara tanpa pengendalian gulma, bebas gulma,

Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach. Penelitian ini adalah untuk mengkaji kinerja keuangan perbankan syariah jika dihitung dengan pendekatan