HANDPHONE
DAN PERSELINGKUHAN DALAM TINJAUAN
TEORI SOSIOLOGI EMILE DURKHEIM DI DESA SIDOREJO
KECAMATAN SUKOSEWU KABUPATEN BOJONEGORO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
WIWIK AYU LUKMANA
NIM. B05211051
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
J U R U S A N I L M U S O S I A L
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Wiwik Ayu Lukmana, 2015, Handphone dan Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Durkheim di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro,
Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Handphone dan perselingkuhan
Permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan perselingkuhan pasangan suami istri dengan menggunakan handphone di Desa Sidorejo, fokus kajian yang diambil dari permasalahan tersebut adalah tentang latar belakang perselingkuhan dalam penggunaan handphone serta respon masyarakat terhadap kasus perselingkuhan dengan menggunakan handphone di desa Sidorejo.
Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan tehnik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk melihat fenomena sosial tentang
handphone dan perselingkuhan di desa sidorejo adalah teori kontrol sosial Emile Durkheim.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa di desa Sidorejo terdapat: 1)Perselingkuhan pasangan suami istri dengan menggunakan handphone terjadi karena pihak yang berselingkuh ingin bersenang-senang dengan orang lain yang bukan pasangannya, bosan dengan pasangan, dan bosan dengan keadaan yang ada. Oleh karena itulah mereka melakukan perselingkuhan. 2) Respon masyarakat dengan adanya kasus perselingkuhan suami istri dengan menggunakan handphone tersebut yakni negatif dikarenakan tindakan tersebut merupakan pelanggaran moral bersama. Sehingga masyarakat menggunjing mereka yang melakukan perselingkuhan dengan menggunakan handphone tersebut. Celaan dari masyarakat telah diberikan pada pasangan suami istri yang melakukan perselingkuhan dengan menggunakan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 16
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 19
4. Tahap-Tahap Penelitian ... 21
5. Teknik Pengumpulan Data ... 25
6. Teknik Analisis Data ... 27
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 28
H. Sistematika Pembahasan ... 31
BAB II : PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL – DURKHEIM ... 34
B. Teori Kontrol Sosial Perspektif Emile Durkheim ... 36
BAB III : HANDPHONE DAN PERSELINGKUHAN TINJAUAN TEORI SOSIOLOGI DURKHEIM ... 48
A. Mayarakat Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro ... 48
1. Letak Geografis Desa Sidorejo ... 46
a. Sejarah Pemerintahan Desa Sidorejo ... 49
b. Luas Wilayah Desa Sidorejo ... 51
d. Keadaan Ekonomi Desa Sidorejo... 60
e. Tenaga Kerja Desa Sidorejo... 60
f. Jenis Populasi Ternak ... 61
g. Keadaan Kesehatan Warga Desa Sidorejo ... 62
h. Data PerceraianDesaSidorejo ... 63
B. Handphone dan Perselingkuhan di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro ... 64
C. Handphone dan Perselingkuhan di Desa Sidorejo Ditinjau dari Teori Kontrol Sosial Durkheim ... 75
BAB IV : PENUTUP ... 81
3. Dokumentasi Penelitian dan Dokumen yang relevan 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian
5. Surat Keterangan (Bukti melakukan penelitian) 6. Kartu Konsultasi Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu kehidupan yang berada pada setiap tatanan masyarakat
tentunya akan mengalami suatu perubahan. Perubahan itu sendiri bertujuan
untuk memberikan nilai-nilai baru dan mengubah kehidupan serta tatanan
masyarakat.Perubahan sosial sendiri merupakan perubahan-perubahan
yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai,
sikap-sikap sosial, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.1
Memasuki era globalisasi dan modernisasi dewasa ini,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan
pesat.Istilah teknologi sendiri dapat didefinisikan sebagai entitas, benda
maupun tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan
pemikiran untuk mencapai suatu nilai.Dalam penggunaan ini, teknologi
merujuk pada alat dan mesin yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah di dunia nyata.2
Perkembangan teknologi dalam aspek informasi sekarang ini
memang sudah tidak dapat dihindari lagi, misalnya saja perkembangan
1
Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta: Lembaga
Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1974), 23.
2
Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bandung: Alfabeta,
2008), 15.
2
teknologi informasi dalam bentuk telepon genggam atau handphone.
Handphone juga bisa menjadi akar retaknya sebuah hubungan perkawinan.
Pengaruh kuat dari adanya globalisasi dan modernisasi, masyarakat Desa
Sidorejo yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani yang dahulu
masyarakatnya tidak begitu peduli dengan adanya handphone semenjak
para petani mengikuti perkembangan zaman yakni memiliki dan
menggunakan alat komunikasi handphone sering disalahgunakan yang
pada awalnya handphone merupakan alat komunikasi menjadi alat
retaknya sebuah hubungan perkawinan yaitu dengan perselingkuahan,
yang semestinya tujuan perkawinan tidak untuk saling menyakiti.
Perkawinan bagi manusia bukan sekedar persetubuhan antara jenis
kelamin yang berbeda sebagaimana makhluk lainnya, tetapi perkawinan
bertujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal, bahkan dalam
pandangan masyarakat adat perkawinan itu bertujuan untuk membangun,
membina, dan memelihara hubungan kekerabatan yang rukun dan damai.3
Akan tetapi pula diketahui bahwa tidak selalu tujuan perkawinan
itu dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan, walaupun telah di
usahakan sedemikian rupa, bahkan sebaliknya tidak terdapatnya
kesempatan antara suami dan istri sampai menimbulkan permusuhan
antara keduanya walaupun telah diusahakan dengan sungguh-sungguh
untuk menghindarinya.
3
Hilman Hadikusumo, Hukum Perkawinan Adat (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,
1995), 22.
3
Berbagai fenomena dari latar belakang tersebut, maka penulis
tertarik membahas permasalahan yaitu yang berjudul “Handphone dan
Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Emile Durkheim di Desa
Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro)”.
B. Rumusan Masalah
Peneliti mengambil fokus penelitian dengan mengajukan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa yang melatar belakangi perselingkuhan dalam penggunaan
handphone di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten
Bojonegoro?
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap kasus perselingkuhan dengan
menggunakan handphone di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu
Kabupaten Bojonegoro ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pada penelitian yakni untuk mengetahui :
1. Latar belakang perselingkuhan dalam penggunaan handphone di Desa
Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.
2. Respon masyarakat terhadap kasus perselingkuhan dengan
menggunakan handphone di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu
Kabupaten Bojonegoro.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya tujuan yang dicapai dalam penelitian ini, maka di harapkan
4
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya, serta dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang sejenis
sehingga lebih mampu mengaktualisasikan fenomena tersebut dalam
karya yang lebih baik dimasa yang akan datang.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan serta pemahaman
yang berhubungan dengan masalah sosial yakni penyalahgunaan
handphone yang akibatnya menjadi retaknya sebuah perkawinan
yang telah terjadi didalam masyarakat desa Sidorejo.Dan dapat
meningkatkan kompetensi di dalam bidang penelitian.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
informasi bagi setiap masyarakat agar dapat memahami berbagai
sebab dan akibat yang dapat ditimbulkan dari perilaku
perselingkuhan.Diharapkan agar setiap suami maupun istri dapat
menjadi lebih berhati-hati dalam bersikap dan berperilaku agar
tidak sampai terlibat ke dalam hubungan perselingkuhan.
Khususnya bagi para suami atau istri yang menggunakan
alat komunikasi handphone yakni di pergunakan sebagaimana
5
bahwa apa yang dilakukan selama ini adalah bukan hal baik.
Timbulnya kesadaran dapat secara perlahan mengarahkan individu
untuk sedikit demi sedikit memperbaiki diri menjadi pribadi yang
lebih baik dan positif di kemudian hari.
E. Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan penjelasan dari setiap kata dalam
judul penelitian yang membutuhkan sebuah penjelasan yang lebih
lanjut.Difinisi konsep itu sendiri berguna untuk menjelaskan kepada setiap
pembaca.Yang mana tujuannya adalah menghindari kesalah pahaman
dalam mengartikan maksud dari judul penelitian tersebut.
Untuk menghindari adanya kesalahan pengertian dalam memahami
judul.Maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang telah terdapat dalam
judul penelitian itu sendiri. Oleh sebab itu peneliti akan memberikan
definisi yang ada di dalam setiap kata yang digunakan dalam judul, dan
agar diketahui akan makna nya. Yakni dengan judul “Handphone dan
Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Durkheim di Desa
Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro”. Adapun definisi
konseptualnya adalah sebagai berikut :
1. Handphone
Telepon menurut J.S Badudu “adalah pesawat untuk
bercakap-cakap jauh menggunakan kawat dan listrik”.4 Sedangkan genggam
menurut sumber yang sama adalah “jari yang dibungkukkan hampir
4
J.S Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 1994),
1460.
6
seperti tinju yang kosong di tengah-tengahnya: kepalan,
Menggenggam, memegang sesuatu dengan tangan terkepal.5
Handphone adalah alat komunikasi, baik jarak dekat maupun jarak
jauh dan merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat
menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan sebagai alat
komunikasi karena bisa dibawa kemana saja. Sebab itulah handphone
sangat berguna untuk alat komunikasi jarak jauh yang semakin efektif
dan efisien. Selain perangkatnya yang bisa dibawa ke mana-mana dan
dapat dipakai di mana saja.6
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa telepon genggam
adalah pesawat untuk bercakap-cakap jauh yang dapat di genggam atau
di bawa kemana saja, tanpa menggunakan kawat tetapi listrik atau daya
yang di simpan dalam baterai.
2. Perselingkuhan
Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang
melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari
oleh tiga unsur yakni saling ketertarikan, saling ketergantungan, saling
memenuhi secara emosional dan seksual.Perselingkuhan tidak selalu
berarti hubungan yang melibatkan kontak seksual.Sekalipun tidak ada
kontak seksual, tetapi kalau sudah ada saling ketertarikan, saling
5
J.S Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 1994), 450.
6
Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, Jakarta, 23 Desember
7
ketergantungan, dan saling memenuhi di luar pernikahan, hubungan
semacam itu sudah bisa dikategorikan sebagai perselingkuhan.7
Tahapan ketertarikan, yang terdiri dari ketertarikan secara fisik
atau pun emosional.Karena tertarik pada seseorang, mulailah kita
bercakap-cakap dan menjalin hubungan dengannya.Setelah itu, kita
mulai merasa tergantung dengannya.Kita merasa membutuhkan dia.
Saat dia tidak hadir, kita merasa tidak nyaman, sehingga kita mulai
menanti-nantikan dia.
Jadi walaupun hubungan yang terjalin tidak diwarnai oleh
hubungan seks, namun tetap membahayakan keutuhan perkawinan
karena hubungan ini dapat menjadi lebih penting daripada perkawinan
itu sendiri.
F. Telaah Pustaka
Berdasarkan pada gambaran umum tema penelitian yang
berhubungan dengan judul yang diangkat oleh peneliti yaitu “Handphone
dan Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Durkheim di Desa
Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro)” sebagaimana
gambaran umum didalam tema penelitian tersebut adalah yang
berhubungan dengan handphone dan perselingkuhan.
Handphone atau atau yang bisa disebut telepon genggam dan yang
sering dikenal dengan nama ponsel adalah sebuah alat elektronik yang
digunakan untuk telekomunikasi radio dua arah melalui jaringan seluler
7
Glass dan Staeheli, Permasalahan Perkawinan (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2003), 45.
8
dati BTS yang dikenal sebagai situs-sel. Ponsel berbeda dari telepon tanpa
kabel, yang hanya menawarkan layanan telepon dalam jangkauan terbatas
melalui stasiun pangkalan tunggal yang menempel pada garis tanah tetap,
misalnya didalam rumah atau kantor.8
Handphone atau biasa disebut Telepon Genggam merupakan
perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar
yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat
dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan
dengan jaringan telepon menggunakan kabel.9
Setiap orang memberi pendapat yang berbeda pada sarana
komunikasi yang bernama telepon genggam.Dimaknai sebagai fungsinya
sebagai alat komunikasi tapi juga tak jarang menjadi sebuah retaknya
hubungan rumah tangga.Dalam fungsinya, telepon genggam tidak
memperdulikan bentuk, model, dan merek. Selama ia telah bisa
menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi (berbicara dan mengirim
pesan) telepon genggam atau handphone telah menyelesaikan tugasnya.
Namun dalam hubungan rumah tangga yakni di Desa Sidorejo handphone
tidak lagi sekedar menjadi alat komunikasi.Ia telah menjadi penyebab
retaknya sebuah perkawinan.
Selingkuh, dari segi bahasa saja sudah mengandung makna negatif.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, selingkuh mempunyai makna yang
banyak, yakni: tidak berterus terang, tidak jujur atau serong, suka
8
http://www.definisi.wordpres.com/pengertian.com Diakses 18 Desember 2007.
9
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006),
363.
9
menyembunyikan sesuatu, korup atau menggelapkan uang,
memudah-mudahkan perceraian. Kelima-limanya dapat terjadi pada waktu, kondisi
apapun dan dapat ditimbulkan oleh siapapun.Kelima-limanya tersebut
tidak disukai oleh agama dan telah disebut dengan pelanggaran, melanggar
perintah Allah. Jika kelima-limanya tersebut terjadi dalam keluarga maka
telah terjadi perselingkuhan dalam keluarga.
Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang
melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh
tiga unsur: saling ketertarikan, saling ketergantungan, saling memenuhi
secara emosional dan seksual. Perselingkuhan tidak selalu berarti
hubungan yang melibatkan kontak seksual. Sekalipun tidak ada kontak
seksual, tetapi kalau sudah ada saling ketertarikan, saling ketergantungan,
dan saling memenuhi di luar pernikahan, hubungan semacam itu sudah
bisa kita kategorikan sebagai perselingkuhan.
Adapun dalam penelitian terdahulu yang mana bisa dijadikan
sebagai acuan untuk menunjukkan orisinalitas penelitian dan dianggap
cukup relevan yakni:
1. Penelitian yang berjudul “Handphone Sebagai Gaya Hidup (Studi
kasus di kalangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
10
Nurmasbahah, Fakultas Dakwah, Program Studi Sosiologi, Institut
Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Juni 2011.10
Adapun yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimanakah gaya hidup Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Airlangga Surabaya dibangun melalui
kepemilikan handphone ?
b. Faktor apakah yang mempengaruhi keputusan Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya dalam
memilih handphone ?
Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif
karenadalam penelitin tersebut dituntut untuk memperdalan data.Data
yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan dianalisis
dengan teori tindakan Max Weber dan teori Simbolik George Simmel.
Kesimpulan penelitian tersebut menyebutkan dalam fakta yang
terjadi dilapangan gaya hidup mahasiswa Fakultas Ekonomi dan bisnis
dalam penggunaan handphone mereka selalu mengikuti
perkembangan yang terjadi seperti merk handphone yang mereka
pakai, cara gaya hidup mereka yang ditunjukkan dengan pakaian yang
bermode, dan ada sebagian dari mereka yang menggunakan merk
handphone. Handphone yang mereka pakai merupakan simbol yang
digunakan sebagai alat elektronik yang wajib dimiliki oleh seorang
mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam kesehariannya
10
Nurmasbahah, Handphone Sebagai Gaya Hidup Studi kasus di kalangan Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011)
11
dan mereka bisa berbagi informasi secara cepat dan mudah kepada
teman-teman mereka.Jadi, handphone yang mereka pakai dalam
kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan yang wajib untuk
dimiliki.
Alasan peneliti memilih penelitian tersebut dikarenakan sama-sama
mengkaji tentang dampak handphone terhadap suatu permasalahan di
masyarakat.Sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.
Adapun perbedaannya yakni di dalam penelitian skripsi tersebut
dampak handphone nya lebih condong pada aspek gaya hidup
sedangkan peneliti lebih fokus kepada dampak handphone terhadap
kasus perselingkuhan. Di dalam penelitian tersebut handphone
merupakan hal yang wajib dimiliki oleh mahasiswa yakni digunakan
untuk berbagi informasi kepada teman-temannya juga sebagai gaya
hidup yang untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam kesehariannya,
sedangkan peneliti memfokuskan pada dampak handphone yang
disalahgunakan kepada pasangan suami istri untuk berhubungan
dengan orang lain yang bukan pasangan dan menimbulkan suatu
permasalahan rumah tangga di Desa Sidorejo.
2. Penelitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Acara Perdata Pengadilan
Agama Terhadap Pandangan Hakim Pengadilan Agama Surabaya
tentang Kedudukan Alat Bukti Elektronik dalam Sidang Pembuktian
12
Latif Mustofa, Fakultas Syariah, Jurusan Ahwalus Syakhsiyah Institut
Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2011.11
Adapun yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana pandangan hakim Pengadilan Agama Surabaya
tentang kedudukan alat bukti elektronik dalam sidang
pembuktian kasus perceraian karena perselingkuhan?
b. Apa dasar hukum yang dipakai oleh hakim Pengadilan Agama
Surabaya dalam pandangannya?
c. Bagaimana tinjauan hukum acara perdata Pengadilan Agama
terhadap pandangan hakim Pengadilan Agama Surabaya
tentang kedudukan alat bukti elektronik dalam sidang
pembuktian kasus perceraian karena perselingkuhan dengan
hukum acara Pengadilan Agama?
Penelitian tersebut adalah penelitian hukum lapangan yang
dianalis secara kualitatif dengan melakukan pendekatan
hukum.Penulisan skripsi tersebut menggunakan teknik deskripstif
analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu
menggambarkan hasil penelitian secara sistematis dengan diawali
teori atau dalil yang bersifat umum tentang
pembuktian.Pendekatan deskriptif analisis dipergunakan untuk
menggambarkan pandangan Hakim Pengadilan Agama Surabaya
11
Latif Mustofa, Tinjauan Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama Terhadap
Pandangan Hakim Pengadilan Agama Surabaya tentang Kedudukan Alat Bukti Elektronik dalam Sidang Pembuktian Kasus Perceraian karena Perselingkuhan, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011)
13
tentang kedudukan alat bukti elektronik dalam sidang pembuktian
kasus perceraian karena perselingkuhan di Pengadilan Agama.
Alasan peneliti memilih penelitian tersebut dikarenakan
sama-sama meneliti tentang kasus perselingkuhan yang penyebabnya
yakni alat komunikasi elektronik.
Ada pun perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan
penelitian tersebut yakni dalam segi hukumnya dan dalam segi
pandangan sosiologisnya.Peneliti lebih condong kepada aspek
sosiologis yakni dampak modernisasi yang berupa alat elektronik
handphone kepada kasus perselingkuhan.Sedangkan pembanding
lebih condong pada ranah hukumnya.
3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi
Handphone (HP) terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66
Jakarta Selatan”, skripsi tersebut ditulis oleh Ahmad Fadilah, Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.12
Adapun yang dikaji dalam penelitian ini adalah Seberapa besar
pengaruh penggunaan handphone terhadap aktivitas
belajar siswa?
Dalam penulisan skripsi tersebut menggunakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan “metode statistik deskriptif analisis
yaitu metode yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
12
Ahmad Fadilah, Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP) terhadap
Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, 2011)
14
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik berupa alami
maupun rekayasa manusia dengan sifat kajiannya menggunakan
ukuran, jumlah atau frekuensi” dan ditunjang oleh data-data yang
diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) yaitu
mengumpulkan data dari objek yang diteliti. Adapun untuk
memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik
pengumpulan data diantaranya observasi, interview (wawancara) dan
angket atau kuesioner.
Alasan peneliti memilih penelitian tersebut dikarenakan sama-sama
mengkaji tentang pengaruh handphone yang menjadikan suatu
permasalahan.
Adapun perbedaannya yakni di dalam penelitian skripsi tersebut
menggunakan metode penelitian kuantitatif, peneliti sendiri
menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaan yang lainnya
yakni penelitian tersebut dampak handphone nya lebih condong pada
aktivitas belajar Sisws, sedangkan peneliti lebih fokus kepada dampak
handphone terhadap kasus perselingkuhan.
4. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap
Pola Pemikiran Remaja di Era Globalisasi (Studi Kasus Terhadap 15
Remaja Pedukuhan II Dukuh Kilung, Kranggan, Galur, Kulon Progo)”
15
dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2013.13
Dalam penulisan skripsi tersebut merupakan penelitian lapangan
(field research), dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
berupa observasi, wawancara, dokumentasi.
Alasan peneliti memilih penelitian tersebut yakni dikarenakan
sama-sama meneliti tentang dampak handphone, sama-sama
menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
Adapun perbedaannya yakni penelitian tersebut meneliti pengaruh
handphone yang menciptakan nilai-nilai, norma, kebudayaan, gaya
hidup, dan ideologi baru bagi remaja dalam masyarakat desa. Peneliti
sendiri yakni meneliti pengaruh handphone yang disalahgunakan
sebagai alat komunikasi dengan orang lain yang menyebabkan
perselingkuhan dengan menggunakan handphone.
Alasan peneliti tertarik untuk meneliti tentang handphone dan
perselingkuhan pasangan suami istri di Desa Sidorejo yakni karena
permasalahan rumah tangga yang terjadi pada masyarakat Desa Sidorejo
tersebut belum pernah diteliti oleh pihak lain manapun. Selain hal itu
permasalahan tersebut masih hangat dan masih jadi berbincangan
wargamasyarakat Desa Sidorejo. Bahkan hampir semua masyarakat Desa
Sidorejo megetahui akan permasalahan rumah tangga tersebut.Oleh karena
13
Nesy Aryani Fajrin, Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap Pola Pemikiran Remaja di
Era Globalisasi (Studi Kasus Terhadap 15 Remaja Pedukuhan II Dukuh Kilung, Kranggan, Galur, KulonProgo)”, (Skripsi: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013)
16
itu peneliti tertarik untuk meneliti kasus perselingkuhan pasangan suami
istri dengan menggunakan handphone di Desa Sidorejo Kecamatan
Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang
digunakan didalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian
dibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan didalam melakukan penelitian.
Menurut Dedy Mulyanna metode adalah proses, prinsip, dan prosedur
yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban.
Dengan kata lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk
mengkaji topik penelitian.14
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif.
Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan data informasi mengenai status suatu gejala yang ada,
yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan.
Sedangkan penelitian deskriptif menurut Mardalis adalah
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini
berlaku.Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,
analisis, dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini
14
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma baru Ilmu Komunikasi
17
terjadi atau ada.15Jadi, dalam penelitian ini peneliti berusaha meneliti
seberapa besar dampak handphone dalam kasus perselingkuhan di
Desa Sidorejo.
Sedangkan jenis dari penelitian ini adalah jenis penelitian
kualitatif, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang di amati.16
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”.17
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan
dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti
mengambil lokasi di Desa Sidorejo, Kecamatan Sukosewu,
Kabupaten Bojonegoro. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut
yakni di lokasi tersebut terdapat masalah sosial yang belum pernah
di teliti oleh pihak lain, di karenakan lokasi tersebut masih primitif
15
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal(Jakarta: Bumi Aksara, 2003),
26.
16
Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif( Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002), 03.
17
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991),
121.
18
atau desa, dapat di katakan jauh dari perkotaan dan mata
pencahariannya mayoritas sebagai petani. Dan juga kasus tersebut
termasuk masih hangat dalam permasalahan desa tersebut.
b. Waktu penelitian
Dalam melakukan penelitian yang berjudul ‘‘HandPhone
dan Perselingkuhan (Studi Kasus Dampak Handphone dalam
Munculnya Perkara Perselingkuhan di Desa Sidorejo Kecamatan
Sukosewu Kabupaten Bojonegoro)”. Peneliti telah menentukan
waktu yang digunakan di dalam melakukan proses penelitian.
Waktu didalam proses penelitian tersebut adalah ketika pertama
kali peneliti melakukan observasi atau pengamatan di lokasi
penelitian, pra studi lapangan, studi lapangan atau proses
penelitian, dan pembuatan laporan penelitian. Sebagaimana waktu
penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1
Waktu Penelitian
No. Tahap penelitian Waktu penelitian
1. Pra studi lapangan 01april – 08 april 2015
2. Studi lapangan 11 april – 12 mei 2015
19
3. Pemilihan Subyek Penelitian
Peneliti memilih subyek penelitian yakni kepada masyarakat Desa
Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kebupaten Bojonegoro yang
melakukan perselingkuhan dengan menggunakan Handphone, dan
juga masyarakat sekitar seperti tetangga yang melakukan
perselingkuhan.Alasan peneliti untuk mengambil subyek informan
tersebut karena peneliti beranggapan bahwa para informan tersebut
dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan data yang
dibutuhkan oleh peneliti.
Sumber data merupakan sumber dari mana data itu di
peroleh,berdasarkan jenisnya sumber data menurut Arikanto Suharsimi
dapat dibedakan menjadi dua yaitu, data primer dan data sekunder.18
a. Data Primer yakni data yang diperoleh dari hasil wawancara atau
informasi dari informan, yaitu orang yang berpengaruh dalam
proses perolehan data atau bisa disebut key member yang
memegang kunci utama sumber data penelitian ini, karena
informan merupakan seseorang yang benar-benar tahu dan terlibat
dalam kasus perselingkuhan di Desa Sidorejo. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan data primer diantaranya adalah masyarakat
Desa Sidorejo yang melakukan perselingkuhan dengan
menggunakan Handphone, dan juga masyarakat sekitar seperti
tetangga yang melakukan perselingkuhan, tak lupa peneliti juga
18
Arikanto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Jakarta:PT Rineka
Cipta, 1996), 144.
20
memilih subyek penelitian yakni kepada kepala desa Desa
Sidorejo. Dapat dilihat pada tabel 1.2, 1.3, dan 1.4 di bawah ini :
Tabel 1.2
Daftar Nama Key Informan
No Nama Pekerjaan
1. Bapak Maman Petani
2. Putri Wiraswasta (pemilik kios)
3. Mawar Ibu rumah tangga
4. Saranghai Ibu rumah tangga
Tabel 1.3
Daftar Nama Informan Masyarakat Sekitar
No. Nama Pekerjaan
1. Yogi Karang taruna .
2. Samson Kamituwo
3. Melati Ibu rumah tangga
b. Data Sekunder
Data sekunder yakni data berasal dari sumber kedua atau dari
instansi baik dalam bentuk laporan maupun data sekunder lainnya
atau dari teks book.19Data ini adalah data-data yang dapat di ambil
19
Yuswianto. Metodologi Penelitian (Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2002), 60.
21
dari opini, koran, artikel, gambar-gambardan lain sebagainya yang
dapat mendukung data yang dibutuhkan oleh peneliti dilokasi
penelitian dan diperoleh peneliti dari hasil dokumentasi
gambar-gambar, profil desa, beserta profil lembaga-lembaga.
4. Tahap-tahap Penelitian
Di dalam penelitian kualitatif, peneliti memerlukan tahapan-tahapan
sebagi berikut:
a. Tahap Pra Lapangan.
Dalam tahapan pra lapangan ini yang mana tahap yang
digunakan oleh peneliti sebelum masuk ke lapangan obyek studi.20
1) Menyusun Rancangan Penelitian
Di dalam menyusun rancangan penelitian itu sendiri yang
mana peneliti berangkat dari permasalahan yang akan diangkat
didalam penelitian.
2) Memilih lapangan penelitian
Sebagaimana memilih lapangan penelitian yang mana sesuai
dengan rumusan masalah yang sudah diangkat oleh peneliti,
karena dengan berpijak pada rumusan masalah tersebut peneliti
dapat memilih lokasi penelitian yang sesuai dan memberikan
kelengkapan data yang dibutuhkan oleh peneliti.
20
Kasiram, Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif (Malang: Uin Maliki Press, 2010),
281.
22
3) Mengurus Perijinan
Perijinan merupakan salah satu hal yang penting didalam
melakukan proses penelitian. Dengan adanya perijinan tersebut
dapat mempermudahkan peneliti didalam melakukan proses
penelitian. Dan peneliti juga telah melakukan prosedur yang
benar sebelum memasuki lokasi penelitian dengan ijin terlebih
dahulu.
4) Penilain Lokasi Penelitian
Di dalam penilaian lokasi penelitian merupakan salah satu cara
yang dilakukan oleh peneliti dalam melihat lokasi penelitian
yang berhubungan dengan situasi, kondisi, latar, beserta
konteksnya. Yang mana peneliti melihat terdapat kesesuain
atau tidak dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.
5) Memilih Informan
Sehubungan dengan informan yang akan digunakan didalam
pengumpulan data dalam penelitian, maka informan yang
dipilih oleh peneliti harus benar-benar mengetahui dan
memahami akan kondisi yang berada di lokasi penelitian. Di
dalam pemilihan informan tidak hanya satu sumber saja yang
diambil melainkan harus ada sumber lain guna mencapai
23
6) Etika di dalam penelitian
Etika didalam penelitian merupakan cara yang dilakukan oleh
peneliti yang mana tetap berpegang pada nilai dan norma yang
berada di masyarakat pada umumnya. Sebelum melakukan
penelitian dilapangan peneliti harus bersikap sopan, dan
berpura-pura tidak mengetahui keadaan yang berada
dilapangan, peneliti harus menjadi pendengar yang baik, dan
tidak bersikap menggurui serta menggunakan bahasa yang
mudah dipahami.Dengan etika seperti ini dapat terjalin pola
interaksi yang sangat baik antara peneliti dengan informan
sehingga tidak merasa canggung.Sebagaimana didalam latar
penelitian ini berada di perkampungan dimana banyak terdapat
pendatang yang berada di luar daerah.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan.
Pada tahap ini peneliti akan melakukan penelitian baik kepada
setiap informan maupun lokasi penelitian yang bersangkutan.
Sebagaimana tahap pekerjaan lapangan ini peneliti telah masuk di
dalam proses penelitian. Ketika peneliti masuk di dalam proses
penelitian yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah menjalin
hubungan atau interaksi terlebih dahulu dengan subyek atau
informan, dengan begitu akan mempermudah peneliti didalam
penggalian data. Kemudian setelah peneliti memahami latar
24
memperoleh data baik dengan cara primer ataupun sekunder.
Tahap pekerjaan lapangan ini dilakukan oleh peneliti dalam proses
penggalian data dan digunakan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.
c. Tahap analisis data.
Di dalam tahap analisis data itu sendiri peneliti akan mengadakan
suatu analisis data yang sudah diperoleh oleh peneliti dilapangan.
Yang mana data yang didapatkan oleh peneliti benar-benar valid
dan akurat serta dapat menjawab permasalahan yang sedang dikaji
oleh peneliti. Sebagaimana data yang diperoleh oleh peneliti yang
berasal dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi diolah
dan dikelompokkan sehinga dapat dideskripsikan untuk dianalisis
hasil perolehan data dilapangan. Dan tujuan dari analisis data itu
sendiri digunakan untuk mengetahui kevalitan data yang diperoleh
oleh peneliti dari setiap informan yang berada di Desa Sidorejo
Kecamatan Sukosewu.
d. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan merupakan tahap terakhir dari berbagai
tahap-tahapan di dalam penelitian. Apabila segala bentuk
kebutuhan didalam proses penggalian data sudah terkumpul maka
dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pada permasalahan yang
diangkat oleh peneliti. Setelah peneliti mendapatkan data atau
25
kebenarannya, maka peneliti bisa menuliskan serta menyusunya
dalam laporan penelitian.Penulisan laporan penelitian itu sendiri
berhubungan dengan hasil dari temuan data yang berada
dilapangan yang mana menjawab permasalahan yang diangkat oleh
peneliti.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data merupakan suatu upaya sistematik
untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian (Manusia,
obyek, gejala dan sebagainya) dan setting terjadinya.Pengumpulan data
yang tidak sistematis sering menimbulkan kekeliruan dan tidak dapat
menjawab masalah penelitian dengan saksama.21
a. Observasi
Observasi merupakan suatu tehnik yang telah dilakukan
oleh peneliti dalam pencarian data pada penulisan kualitatif.
Pengamatan yang akan dilakukan yaitu dengan melihat kondisi
yang berada di kawasan obyek penelitian.22
Dengan observasi sebagai alat pengumpulan data,
dimaksudkan observasi dilakukan secara sistematis bukan
observasi sambil-sambilan atau secara kebetulan saja.Dalam
observasi ini diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang
21
Sandjaja dan albertus heriyanto, Panduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustaka,2006), 47.
22
Agus salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku sumber untuk Penelitian
26
sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk memengaruhi,
mengatur atau memanipulasi.23
Dalam observasi ini peneliti terjun langsung ke masyarakat
Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro, yakni
mengamati bagaimana perselingkuhan dengan menggunakan
handphone tersebut dan dampaknya, serta latar belakang kasus
perselingkuhan itu terjadi.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.Percakapan itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
di wawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.24
Tujuan peneliti menggunakan metode ini yakni untuk
memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang perilaku
perselingkuhan di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten
Bojonegoro.Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan wawancara
dengan masyarakat di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu
Kabupaten Bojonegoro yang melakukan kasus perselingkuhan
dengan menggunakan handphone, dan juga masyarakat sekitar
seperti tetangga.
23
Nasution, Metode Research(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 106.
24
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991),
135.
27
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa
karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin,
pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang
disiarkan kepada media massa.
Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah
pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang
sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.
Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data
secara jelas dan konkret tentang perilaku yang tidak jujur terhadap
pasangan dengan menggunakan alat komunikasi handphone pada
masyarakat Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten
Bojonegoro.
Dalam metode ini peneliti mengumpulkan foto-foto yang
bisa menjadi bukti terhadap kasus perselingkuhan, catatan-catatan
yang berupa informasi dari pihak istri atau pun suami, serta
dokumen-dokumen lainnya.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan
28
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.25
Setelah data terkumpul, kemudian penulis melakukan analisis
dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu bahwa dalam
menganalisis penulis berkeinginan menggambarkan secara tepat sifat
suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk
menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada
tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam
masyarakat.26Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan di Desa
Sidorejo, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Di dalam sebuah penelitian dengan data yang sudah terkumpul dan
di analisa tidak akan terlepas dari kesempurnaan data, kekurangan data
yang nantinya bisa menimbulkan kesalahpahaman pada data yang
sudah terkumpul dan juga menghindari ketidak benaran data, dengan
tujuan agar hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan, maka
perlu pengecekan data, apakah data itu valid atau tidak.
Adapun teknik yang dapat dilakukan untuk memperoleh kevalidan
data sebagai berikut:
25
Hadari Nawawi dan Mimi Murtini, Penelitian Terapan (Yopgyakarta: Gajah Mada
University Press, 1994), 190-191.
26
Amiriddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada,2006), 25.
29
a. Perpanjangan keikutsertaan
Sebagaimana telah diketahui, peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah instrument utama penelitian.Keikutsertaan peneliti
sangat menentukan dalam pengumpulan data.Keikutsertaan
tersebut tidak hanya di lakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar
penelitian.Perpanjangan ini dilakukan untuk mengantisipasi
ketidakbenaran informasi yang diperoleh.Disamping itu,
perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk membangun
kepercayaan para subyek terhadap peneliti dan juga kepercayaan
subyek memerlukan waktu yang cukup lama.27
b. Triangulasi
Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan/
sebagai pembanding terhadap data itu.28 Data yang diperoleh dari
satu sumber akan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari
sumber yang lain dengan berbagai teknik dan waktu yang berbeda.
Sebagai contoh data yang diperoleh dari bawahannya atau data
yang diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan obsevasi dan
dokumentasi dalam waktu yang berbeda.
27
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda
Karya,1991), 177.
28
Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002), 330.
30
Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian data
dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi
sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif.29 Untuk itu peneliti
mencapainya dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
2) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
c. Menggunakan bahan referensi
Yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data yang
telah ditemukan oleh peneliti.Sebagai contoh, data hasil ineterview
perlu didukung dengan adanaya rekaman inteview.Data tentang
interaksi manusia/ gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh
foto-foto. Alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif,
seperti kamera, alat rekam, suara sangat diperlukan untuk
mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan peneliti. Selain
itu dalam laporan penelitian, data-data yang ditemukan perlu
dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga
menjadi lebih dapat dipercaya.30
29
Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002), 330.
30
31
d. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan kevalidan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Triangulasi dimaksudkan sebagai pembanding dan pengecek hasil
data dari wawancara, sehingga data yang di dapat setelah
melakukan triangulasi akan menjadi obyektif. Teknik triangulasi
yang banyak digunakan yaitu pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Dalam teknik triangulasi ini banyak cara yang bisa
digunakan untuk mengecek kesulitan data, tetapi peneliti hanya
bisa menggunakan dua cara, yaitu:
Pertama, triangulasi dengan sumber yakni berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif.
Kedua, triangulasi dengan metode berarti peneliti mengecek
keabsahan data dari beberapa teknik pengumpulan data (observasi,
wawancara dan dokumen).Dalam hal ini peneliti membandingkan
hasil informasi dari beberapa informan.
H. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan atau penelitian diperlukan sistematika
pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian,
32
1. Bab I
Pada bab ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan
penelitian yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat
gambaran tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau
sebab dan akibat peneliti menggangkat permasalahan tersebut,
menentukan rumusan masalah yang mana memuat permasalahan yang
akan dijawab didalam penelitian. Telaah pustaka sebagaimana
berhubungan dengan gambaran secara umum tema penelitian yang
diangkat oleh peneliti dan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai
pedoman akan perbedaan kajian penelitian yang diangkat oleh peneliti.
Tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai tahapan didalam
melakukan penelitian, yang mana meliputi pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi dan waktu didalam penelitian, tahap penelitian,
tahap pengumpulan data, tahap analisis data serta pemeriksaan
keabsahan data.
2. BAB II
Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan
didalam penelitian tersebut.Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema
yang diangkat oleh peneliti.Teori yang sudah ada direlavansikan dengan
33
3. BAB III
Didalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan Analisis
Data.Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti menjelaskan
tentang data yang telah diperoleh dilapangan sebagaimana dapat menjawab
permasalahan yang diangkat oleh peneliti.Hasil data yang sudah
ditemukan oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif, dengan
mendeskripsikan hasil penelitian.Kemudian setelah dianalisis
dikorelasikan dengan teori yang relavan atau sesuai.Penyajian data
tersebut meliputi data yang diperoleh dilapangan baik berhubungan dengan
profil lokasi penelitian, gambaran peristiwa yang mana mendukung
konteks penelitian.
4. BAB IV
Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari hasil
penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena berisi
intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa ditujukan
kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan informasi dari
BAB II
PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL -
DURKHEIM
A. Perselingkuhan
Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang
melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh
tiga unsur yakni saling ketertarikan, saling ketergantungan, saling
memenuhi secara emosional dan seksual. Perselingkuhan tidak selalu
berarti hubungan yang melibatkan kontak seksual. Sekalipun tidak ada
kontak seksual, tetapi kalau sudah ada saling ketertarikan, saling
ketergantungan, dan saling memenuhi di luar pernikahan, hubungan
semacam itu sudah bisa dikategorikan sebagai perselingkuhan.31
Tahapan ketertarikan, yang terdiri dari ketertarikan secara fisik atau
pun emosional. Karena tertarik pada seseorang, mulailah kita
bercakap-cakap dan menjalin hubungan dengannya. Setelah itu, kita mulai
merasa tergantung dengannya. Kita merasa membutuhkan dia. Saat dia
tidak hadir, kita merasa tidak nyaman, sehingga kita mulai
menanti-nantikan dia.
Jadi walaupun hubungan yang terjalin tidak diwarnai oleh hubungan
seks, namun tetap membahayakan keutuhan perkawinan karena hubungan
31
Glass dan Staeheli, Permasalahan Perkawinan (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2003), 45.
35
ini dapat menjadi lebih penting dari pada perkawinan itu sendiri. Seperrti
halnya memasuki era globalisasi dan modernisasi dewasa ini,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan
pesat. Misalnya saja ilmu perkembangan teknologi informasi dalam
bentuk telepon genggam atau handphone.
Handphone sendiri adalah alat komunikasi, baik jarak dekat maupun
jarak jauh dan merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat
menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan sebagai alat
komunikasi karena bisa dibawa kemana saja. Sebab itulah handphone
sangat berguna untuk alat komunikasi jarak jauh yang semakin efektif dan
efisien. Selain perangkatnya yang bisa dibawa ke mana-mana dan dapat
dipakai di mana saja.32
Dengan adanya rasa saling ketertarikan, saling ketergantungan, dan
saling memenuhi di luar pernikahan, maka orang yang melakukan hal
tersebut sudah dikategorikan sebagai perselingkuhan. Sama halnya
perselingkuhan dengan menggunakan handphone yakni dengan hubungan
lewat handphone yang semestinya handphone merupakan alat untuk
komunikasi akan tetapi disalahgunakan yakni untuk komunikasi dengan
orang lain yang bukan suami atau istri dilandasi pula rasa ketertarikan dan
saling ketergantungan, dan saling memenuhi diluar pernikahan. Maka hal
tersebutlah dikategorikan sebagai perselingkuhan dengan menggunakan
handphone.
32
Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, Jakarta, 23 Desember
36
B. Teori Kontrol Sosial Perspektif Emile Durkheim
Emile Durkheim dari Perancis adalah salah seorang tokoh penting
yang memperkembangkan Sosiologi dengan ajaran-ajaran yang klasik. Di
dalam teori-teorinya tentang masyarakat, Durkheim menaruh perhatian
yang besar terhadap kaidah-kaidah hukum yang dihubungkan dengan
jenis-jenis solidaritas yang dijumpai dalam masyarakat. Hukum
dirumuskannya sebagai suatu kaidah yang bersanksi. Berat ringannya
sanksi senantiasa tergantung dari sifat pelanggaran, anggapan-anggapan
serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya suatu tindakan dan
peranan sanksi-sanksi tersebut dalam masyarakat.33Dengan demikian,
maka kaidah-kaidah hukum dapat diklasifikasikan menurut jenis-jenis
sanksi yang menjadi bagian utama dari kaidah hukum tersebut. Di dalam
masyarakat dapat ditemukan 2 macam kaidah hukum, yaitu yang represif
dan yang restitutif.
Di dalam masyarakat akan dapat dijumpai kaidah-kaidah hukum
yang sanksi-sanksinya mendatangkan penderitaan bagi mereka yang
melanggar kaidah hukum yang bersangkutan. Sanksi
kaidah-kaidah hukum tersebut menyangkut hari depan dan kehormatan seorang
warga masyarakat, atau bahkan merampas kemerdekaan dan kenikmatan
hidupnya. Kaidah-kaidah hukum tersebut merupakan kaidah-kaidah
hukum yang represif yang merupakan hukum pidana.
33
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2012), 47
37
Sanksi yang sifatnya mengekang (represif) adalah suatu sanksi
yang berarti suatu celaan dari masyarakat, suatu penghinaan terhadap
kehormatan, baik dalam bentuk hukuman mati atau hukuman badan,
penghapusan kemerdakaan, dan lain-lain atau semata-mata pencelaan
dimuka umum.34 Sanksi yang sifatnya memulihkan semata-mata berdiri
dari pemulihan benda-benda seperti sediakala, hubungan-hubungan yang
terganggu dipulihkan kedalam keadaannya yang normal, baik dengan
membatalkannya, yakni menghapuskan segala nilai sosialnya.
Selain kaidah-kaidah hukum dengan sanksi-sanksi yang
mendatangkan penderitaan, akan dapat dijumpai pula kaidah-kaidah
hukum yang sifat sanksi-sanksinya berbeda dengan kaidah-kaidah hukum
yang represif. Tujuan utama dari sanksi-sanksi kaidah-kaidah hukum jenis
yang kedua ini tidaklah perlu semata-mata mendatangkan penderitaan
pada mereka yang melanggarnya. Tujuan utama kaidah-kaidah hukum ini
adalah untuk mengembalikan kaidah pada situasi semula (pemulihan
keadaan), sebelum terjadi kegoncangan sebagai akibat dilanggarnya suatu
kaidah hukum. Kaidah-kaidah hukum tersebut adalah kaidah-kaidah yang
restitutif. Kaidah-kaidah tersebut antara lain mencakup hukuman perdata,
hukum dagang, hukum acara, hukum adminstrasi dan hukum tata negara
setelah dikurangi dengan unsur-unsur pidananya.
Durkheim berpendapat bahwa masyarakat dengan solidaritas
mekanis dibentuk oleh hukum represif. Karena anggota masyarakat jenis
34
38
ini memiliki kesamaan satu sama lain dan karena mereka cenderung sangat
percaya pada moralitas bersama, apa pun pelanggaran terhadap sistem
nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu.35 Karena
setiap orang dapat merasakan pelanggaran itu dan sama-sama meyakini
moralitas bersama, maka pelanggar tersebut akan dihukum atas
pelanggarannya terhadap sistem moral kolektif. Pencurian akan
melahirkan hukuman berat, seperti potong tangan, penghinaan akan
dihukum dengan potong lidah. Meskipun pelanggaran terhadap sistem
moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan
hukuman yang berat.
Sesungguhnya sanksi-sanksi represif (mengekang) dan hukum
pidana yang mengiringinya melindungi persamaan-persamaan sosial yang
paling hakiki. Kejahatan yang dikekang adalah perpecahan dari
kesetikawanan mekanis, suatu penghinaan terhadap kesadaran kolektif dan
terhadap suatu idaman kolektif yang identik pada semua orang. Selain itu,
semakin berkuasa kesetiakawanan mekanis dalam suatu masyarakat dan
semakin terintegrasikan individu dalam masyarakat yang homogen tanpa
ada perantaraan apa pun juga, maka hukum represif (mengekang) makin
pula lebih berkuasa dari pada hukum restitutif (yang bersifat memulihkan).
Sebaliknya, masyarakat dengan solidaritas organis dibentuk oleh
hukum restitutif, di mana seseorang yang melanggar mesti melakukan
restitusi untuk kejahatan mereka. Dalam masyarakat seperti ini,
35
George Ritzer, Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi, (Bantul: Kreasi Wacana, 2013), 93
39
pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau
segmen tertentu dari masyarakat dan bukannya terhadap sistem moral itu
sendiri. Karena kurangnya moral bersama, kebanyakan orang tidak
melakukan reaksi secara emosional terhadap pelanggaran hukum.
Alih-alih menjatuhkan hukuman yang berat kepada setiap orang yang
melanggar moralitas bersama, para pelanggar dalam masyarakat organis
akan dituntut untuk membuat restitusi untuk siapa saja yang telah
diganggu oleh perbuatan mereka. Meskipun beberapa hukum represif tetap
ada dalam masyarakat dengan solidaritas organis (misal, hukman mati)
namun hukum restitusi dapat dikatakan lebih menonjol, khususnya bagi
pelanggaran ringan.
Sanksi-sanksi yang bersifat memulihkan melindungi diferensiasi
masyarakat dalam fungsi-fungsi yang khusus, dalam kelompok-kelompok
yang kecil, dalam kegiatan-kegiatan pribadi yang diindividualisasikan.
Hukum restitutif menjamin pembagian bebas kerja sosial, yang sendirinya
merupakan suatu akibat: “diasosiasikan dengan idaman kolektif yang
bersifat luwes, yang membolehkan pengkhususan”. Dalam suatu
masyarakat yang kesetiakawanan organis, suatu kesetiakawanan diantara
mereka yang tak sejenis, menjadi berkuasa, maka sebagian terbesar dari
hukum membebaskan diri dari hukum pidana, bahkan mulai menguasai
hukum pidana itu. Khususnya, perkembangan yang parallel antara
perjanjian dan negara, yang keduanya diiringi oleh sanksi-sanksi yang
40
dari berlakunya kembali kesetiakawanan organis dan
lambing-lambangnya.
Suatu analisis yang lebih terperinci menyebabkan Durkheim
mengadakan tipe-tipe lainnya di dalam dua tipe utama dari
peraturan-peraturan hukum dan bentuk-bentuk kesetiakawanan ini. Dengan
demikian, di dalam hukum restitutif, Durkheim membedakan hukum
kontrak dari hukum yang berada diluar kontrak (hukum rumah tangga,
hukum serikat buruh, hukum konstitusionil, dan lain-lainnya). Selanjutnya
ia menyatakan bahwa dalam kontrak itu tak semuanya bersifat kontrak dan
bahwa sering kerja sama kita yang bersifat sukarela menciptakan
kewajiban-kewajiban yang tak kita inginkan, yakni ada timbul di bawah
bentuk kontrak hukum yang diundang-undangkan dari berbagai
kelompok-kelompok yang tidak dapat dikembalikan kepada jumlah anggota-anggota
atau apa yang semenjak Durkheim dinamakan undang-undang yang
mengatur (contract of adhesion).
Demikian pula, menurut Durkheim kesetiakawanan organisasi
seolah-olah runtuh menjadi apa yang dinamakannya sendiri
kesetiakawanan kontrak atau kesetiakawanan yang membatasi dan suatu
kesetiakawanan yang lebih erat dan lebih positif yang boleh dianggap
sebagai kesetiakawanan karena saling masuk memasuki atau setengah
peleburan.
Sementara itu, ia berpendapat bahwa hukum restitutif meliputi pula
41
semata-mata pengingkaran ( seperti hukum yang nyata) yang seolah-olah
tidak ada persesuaiannya dengan tipe kesetiakawanan yang mana pun juga
dan hukum kerja sama positif, yang satu-satunya melambangkan
kesetiakawanan organis dan yang terpecah menjadi dua tipe lainnya yang
baru tersebut tadi.
Pertimbangan-pertimbangan itu sendiri tak akan mengatasi
lingkungan mikrososiologi hukum, jikalau Durkheim membatasi dirinya
pada pemeriksaan hubungan-hubungan antara berbagai bentuk
kesetiakawanan dan berbagai jenis hukum, sebagai unsur-unsur yang
hidup berdampingan didalam tiap-tiap masyarakat yang serba meliputi dan
tiap-tiap kelompok yang khusus. Tetapi ia menganggap sepatutnya untuk
mengubah kesetiakawanan mekanis dan kesetiakawanan organis, dan juga
hukum represif dan hukum restitutif menjadi tingkat-tingkat kesejarahan
dari perkembangan masyarakat yang serba meliputi dan bahkan sampai
pula menganggap tingkat-tingkat ini sebagai derajat-derajat kemajuan
moral, dan memberikan nilai-nilai yang lebih tinggi kepada
kesetiakawanan organis dan hukum restitutif dari pada kesetiakawanan
mekanis dan hukum represif. Disitulah mikrososiologi sistematis
Durkheim mencari dasarnya pada makrososiologi genetis dan akhirnya
pada suatu teori kemajuan yang terpaut dengan kepercayaan akan idaman
yang ditetapkan lebih dahulu.
Hubungan antara solidaritas sosial dengan hukum yang bersifat
42
dimaksud dengan kejahatan adalah tindakan-tindakan yang secara umum
tidak disukai atau ditentang oleh warga masyarakat. Untuk menjelaskan
hal ini Durkheim menerangkan bahwa setiap hukum tertulis mempunyai
tujuan berganda yaitu untuk menetapkan kewajiban-kewajiban tertentu dan
untuk merumuskan sanksi-sanksinya. Dalam hukum perdata dan setiap
jenis hukum yang bersifat restitutif, pembentuk undang-undang
merumuskan kedua tujuan tadi secara terpisah. Pertama-pertama
dirumuskannya kewajiban-kewajiban, dan kemudian baru ditentukan
bagaimana untuk sanksinya.
Disebutnya sebagai contoh Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Perancis yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari suami
istri, tetapi tidak dirumuskan sanksi-sanksinya apabila terjadi suatu
pelanggaran. Sanksinya harus dicari ditempat lain, atau bahkan mungkin
sanksinya tak ada sama sekali.
Sebaliknya di dalam Hukum Pidana hanya tercantum hanya
tercantum sanksi-sanksinya, tanpa ada perumusan mengenai
kewajiban-kewajibannya. Di dalam hukum pidana ditentukan dengan tegas, inilah
hukumannya. Sedangkan dalam hukum perdata diperhatikan, itulah
kewajiban-kewajibanmu. Dengan demikian dapatlah ditarik kesimpulan
bahwa sepanjang perihal hukum pidana kewajiban-kewajiban yang tidak
dirumuskan telah diketahui oleh para warga masyarakat dan bahkan
diterima serta ditaati. Apabila suatu hukum kebiasaan berubah menjadi
43
kebutuhan-kebutuhan proses peradilan yang mengehendaki
ketentuan-ketentuan yang lebih tegas. Apabila hukum kebiasaan tadi berfungsi terus
secara diam-diam, maka tak ada alasan untuk mengubahnya. Oleh karena
hukum pidana dikodifikasikan hanya untuk menentukan suatu skala
hukuman-hukuman, maka sanksinya hanya dapat di ambil dari skala
tersebut. Sebaliknya, apabila suatu hukuman tidak memerlukan keputusan
pengadilan, maka hal itu disebabkan karena peraturan tersebut diakui
kekuatan dan wewenangnya.
Menurut Durkheim dapat dibedakan dua macam solidaritas positif
yang dapat ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a) Pada solidaritas pertama, seorang warga masyarakat secara langsung
terikat pada masyarakat. Di dalam hal solidaritas yang kedua, seorang
warga masyarakat tergantung kepada masyarakat, oleh karena dia
tergantung pada bagian-bagian masyarakat yang bersangkutan.
b) Dalam hal solidaritas kedua tersebut diatas masyarakat tidak dilihat
dari aspek yang sama. Dala hal pertama, masyuarakat merupakan
kesatuan kolektif dimana terdapat kepercayaan dan perasaan yang
sama. Sebaliknya pada hal kedua masyarakat merupakan suatu sistem
yang terdiri dari bermacam-macam fungsi yang merupakan
hubungan-hubungan yang tetap, sebetulnya keduanya merupakan suatu
44
c) Dari perbedaan kedua tersebut diatas timbullah perbedaan lain yang
dapat dipakai untuk menentukan karakteristik dan nama dari dua
macam solidaritas diatas.
Solidaritas yang pertama dapat terjadi dengan kuatnya apabila
cita-cita bersama dari masyarakat yang bersangkutan secara kolektif, lebih kuat
serta lebih intensif daripada cita-cita masing-masing warganya secara
individual. Solidaritas ini oleh Durkheim dinamakan solidaritas mekanis
yang dapat dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang secara relatif
sederhana atau homogen. Hal ini disebabkan oleh karena keutuhan
masyarakat-masyarakat tersebut dijamin oleh hubungan antar manusia
yang erat, serta adanya tujuan bersama.
Solidaritas yang kedua dinamakan oleh Durkheim sebagai
solidaritas organis yang terdapat pada masyarakat-masyarakat yang lebih
modern dan lebih kompleks, yaitu masyarakat-masyarakat yang ditandai
oleh pembagian kerja yang kompleks. Pada masyarakat dimana solidaritas
mekanis berkembang, hukumnya bersifat pidana dan represif. Hal ini
disebabkan oleh karena pelanggaran dan kejahatan dianggap sebagai
tindakan yang mencemarkan keyakinan bersama. Dalam hal ini maka
seluruh masyarakat akan bertindak bersama-sama oleh karena
masing-masing merasa terancam oleh penyimpangan-penyimpangan atau
pelanggaran terhadap kaidah-kaidah pokok dari masyarakat. Reaksi
terhadap penyimpangan-penyimpangan tersebut memperkuat rasa
45
maka penyimpangan terhadap kaidah-kaidah yang berlaku, disatu pihak
mengancam ketenangan masyarakat, tetapi dilain pihak secara tidak
langsung juga memperkuat ikatan kelompok tadi.
Dengan meningkatnya diferensi dalam masyarakat, reaksi
kolektiva yang utuh dan kuat terhadap penyelewengan-penyelewengan
menjadi berkurang di dalam sistem yang bersangkutan oleh karena hukum
yang bersifat represif mempunyai kecenderungan untuk berubah menjadi
hukum yang restitutif. Artinya yang terpokok adalah untuk
mengembalikan kedudukan seseorang yang dirugikan ke keadaan semula,
hal mana merupakan hal yang pokok didalam menyelesaikan
perselisihan-perselisihan (pemulihan keadaan).
Walaupun teori Durkheim tersebut diatas banyak mengandung
kelemahan-kelemahan, namun dapat dicatat beberapa unsur yang penting
bagi perkembangan sosiologi hukum. Pendapatnya tentang hukum yang
bersifat represif akan berguna untuk memahami arti kejahatan dan
efektifitas hukuman. Dalam hal ini jelaslah bagi kita bahwa pada
umumnya suatu kejahatan menyebabkan terjadinya amarah dari bagian
terbesar masyarakat yang berwujud suatu reaksi yang negatif. Dengan
demikian maka hukum yang represif ada dimana-mana. Uraian Durkheim
tentang hukum yang represif memberikan pikiran-pikiran baru pada
pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa hukum pada umumnya
bersifat menjatuhkan hukuman pada pelanggar-pelanggarnya (yakni sanksi
46
Teori Durkheim sebagaimana dijelaskan secara singkat diatas
berusaha untuk menghubungkan hukum dengan struktur sosial. Hukum
dipergunakan sebagai suatu alat diagnose untuk menemukan syarat-syarat
struktural bagi perkembangan solidaritas masyarakat. Hukum dilihatnya
sebagai dependent variable, yaitu suatu unsur yang tergantung pada
struktur sosial masyarakat, akan tetapi hukum juga dilihatnya sebagai
suatu alat untuk mempertahankan keutuhan masyarakat maupun untuk
menentukan adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.
Seperti permasalahan yang terjadi di desa Sidorejo yakni
perselingkuhan pasangan suami istri dengan menggunakan handphone
yakni dengan adanya ketertarikan pada seseorang yang terdiri dari
ketertarikan secara fisik atau pun emosional, mulailah bercakap-cakap dan
menjalin hubungan dengannya. Setelah itu, kita mulai
merasa tergantung dengannya. Kita merasa membutuhkan dia. Saat dia
tidak hadir, kita merasa tidak nyaman, sehingga kita mulai
menanti-nantikan dia.
Setelah rasa ketergantungan, mulailah proses saling memenuhi.
Kita dengan dia merasa saling memenuhi kebutuhan emosional
masing-masing. Misalnya, yang satu punya problem dengan keluarganya, lalu
diceritakan kepada rekan yang dapat memenuhi kebutuhan emosionalnya,
dan terus berlanjut. Biasanya, kalau ada unsur-unsur ini, hanya tinggal
masalah waktu untuk terjadinya hubungan seksual antara kedua orang