• Tidak ada hasil yang ditemukan

HANDPHONE DAN PERSELINGKUHAN DALAM TINJAUAN TEORI SOSIOLOGI EMILE DURKHEIM DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SUKOSEWU KABUPATEN BOJONEGORO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HANDPHONE DAN PERSELINGKUHAN DALAM TINJAUAN TEORI SOSIOLOGI EMILE DURKHEIM DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SUKOSEWU KABUPATEN BOJONEGORO."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

HANDPHONE

DAN PERSELINGKUHAN DALAM TINJAUAN

TEORI SOSIOLOGI EMILE DURKHEIM DI DESA SIDOREJO

KECAMATAN SUKOSEWU KABUPATEN BOJONEGORO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

WIWIK AYU LUKMANA

NIM. B05211051

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Wiwik Ayu Lukmana, 2015, Handphone dan Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Durkheim di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro,

Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Handphone dan perselingkuhan

Permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan perselingkuhan pasangan suami istri dengan menggunakan handphone di Desa Sidorejo, fokus kajian yang diambil dari permasalahan tersebut adalah tentang latar belakang perselingkuhan dalam penggunaan handphone serta respon masyarakat terhadap kasus perselingkuhan dengan menggunakan handphone di desa Sidorejo.

Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan tehnik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk melihat fenomena sosial tentang

handphone dan perselingkuhan di desa sidorejo adalah teori kontrol sosial Emile Durkheim.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa di desa Sidorejo terdapat: 1)Perselingkuhan pasangan suami istri dengan menggunakan handphone terjadi karena pihak yang berselingkuh ingin bersenang-senang dengan orang lain yang bukan pasangannya, bosan dengan pasangan, dan bosan dengan keadaan yang ada. Oleh karena itulah mereka melakukan perselingkuhan. 2) Respon masyarakat dengan adanya kasus perselingkuhan suami istri dengan menggunakan handphone tersebut yakni negatif dikarenakan tindakan tersebut merupakan pelanggaran moral bersama. Sehingga masyarakat menggunjing mereka yang melakukan perselingkuhan dengan menggunakan handphone tersebut. Celaan dari masyarakat telah diberikan pada pasangan suami istri yang melakukan perselingkuhan dengan menggunakan

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 16

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 19

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 25

6. Teknik Analisis Data ... 27

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 28

H. Sistematika Pembahasan ... 31

BAB II : PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL – DURKHEIM ... 34

(7)

B. Teori Kontrol Sosial Perspektif Emile Durkheim ... 36

BAB III : HANDPHONE DAN PERSELINGKUHAN TINJAUAN TEORI SOSIOLOGI DURKHEIM ... 48

A. Mayarakat Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro ... 48

1. Letak Geografis Desa Sidorejo ... 46

a. Sejarah Pemerintahan Desa Sidorejo ... 49

b. Luas Wilayah Desa Sidorejo ... 51

d. Keadaan Ekonomi Desa Sidorejo... 60

e. Tenaga Kerja Desa Sidorejo... 60

f. Jenis Populasi Ternak ... 61

g. Keadaan Kesehatan Warga Desa Sidorejo ... 62

h. Data PerceraianDesaSidorejo ... 63

B. Handphone dan Perselingkuhan di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro ... 64

C. Handphone dan Perselingkuhan di Desa Sidorejo Ditinjau dari Teori Kontrol Sosial Durkheim ... 75

BAB IV : PENUTUP ... 81

3. Dokumentasi Penelitian dan Dokumen yang relevan 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian

5. Surat Keterangan (Bukti melakukan penelitian) 6. Kartu Konsultasi Skripsi

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu kehidupan yang berada pada setiap tatanan masyarakat

tentunya akan mengalami suatu perubahan. Perubahan itu sendiri bertujuan

untuk memberikan nilai-nilai baru dan mengubah kehidupan serta tatanan

masyarakat.Perubahan sosial sendiri merupakan perubahan-perubahan

yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu

masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai,

sikap-sikap sosial, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam

masyarakat.1

Memasuki era globalisasi dan modernisasi dewasa ini,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan

pesat.Istilah teknologi sendiri dapat didefinisikan sebagai entitas, benda

maupun tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan

pemikiran untuk mencapai suatu nilai.Dalam penggunaan ini, teknologi

merujuk pada alat dan mesin yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah-masalah di dunia nyata.2

Perkembangan teknologi dalam aspek informasi sekarang ini

memang sudah tidak dapat dihindari lagi, misalnya saja perkembangan

1

Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta: Lembaga

Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1974), 23.

2

Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bandung: Alfabeta,

2008), 15.

(9)

2

teknologi informasi dalam bentuk telepon genggam atau handphone.

Handphone juga bisa menjadi akar retaknya sebuah hubungan perkawinan.

Pengaruh kuat dari adanya globalisasi dan modernisasi, masyarakat Desa

Sidorejo yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani yang dahulu

masyarakatnya tidak begitu peduli dengan adanya handphone semenjak

para petani mengikuti perkembangan zaman yakni memiliki dan

menggunakan alat komunikasi handphone sering disalahgunakan yang

pada awalnya handphone merupakan alat komunikasi menjadi alat

retaknya sebuah hubungan perkawinan yaitu dengan perselingkuahan,

yang semestinya tujuan perkawinan tidak untuk saling menyakiti.

Perkawinan bagi manusia bukan sekedar persetubuhan antara jenis

kelamin yang berbeda sebagaimana makhluk lainnya, tetapi perkawinan

bertujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal, bahkan dalam

pandangan masyarakat adat perkawinan itu bertujuan untuk membangun,

membina, dan memelihara hubungan kekerabatan yang rukun dan damai.3

Akan tetapi pula diketahui bahwa tidak selalu tujuan perkawinan

itu dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan, walaupun telah di

usahakan sedemikian rupa, bahkan sebaliknya tidak terdapatnya

kesempatan antara suami dan istri sampai menimbulkan permusuhan

antara keduanya walaupun telah diusahakan dengan sungguh-sungguh

untuk menghindarinya.

3

Hilman Hadikusumo, Hukum Perkawinan Adat (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,

1995), 22.

(10)

3

Berbagai fenomena dari latar belakang tersebut, maka penulis

tertarik membahas permasalahan yaitu yang berjudul “Handphone dan

Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Emile Durkheim di Desa

Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro)”.

B. Rumusan Masalah

Peneliti mengambil fokus penelitian dengan mengajukan rumusan masalah

sebagai berikut.

1. Apa yang melatar belakangi perselingkuhan dalam penggunaan

handphone di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten

Bojonegoro?

2. Bagaimana respon masyarakat terhadap kasus perselingkuhan dengan

menggunakan handphone di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu

Kabupaten Bojonegoro ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pada penelitian yakni untuk mengetahui :

1. Latar belakang perselingkuhan dalam penggunaan handphone di Desa

Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.

2. Respon masyarakat terhadap kasus perselingkuhan dengan

menggunakan handphone di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu

Kabupaten Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya tujuan yang dicapai dalam penelitian ini, maka di harapkan

(11)

4

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan para pembaca pada

umumnya, serta dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang sejenis

sehingga lebih mampu mengaktualisasikan fenomena tersebut dalam

karya yang lebih baik dimasa yang akan datang.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan serta pemahaman

yang berhubungan dengan masalah sosial yakni penyalahgunaan

handphone yang akibatnya menjadi retaknya sebuah perkawinan

yang telah terjadi didalam masyarakat desa Sidorejo.Dan dapat

meningkatkan kompetensi di dalam bidang penelitian.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan

informasi bagi setiap masyarakat agar dapat memahami berbagai

sebab dan akibat yang dapat ditimbulkan dari perilaku

perselingkuhan.Diharapkan agar setiap suami maupun istri dapat

menjadi lebih berhati-hati dalam bersikap dan berperilaku agar

tidak sampai terlibat ke dalam hubungan perselingkuhan.

Khususnya bagi para suami atau istri yang menggunakan

alat komunikasi handphone yakni di pergunakan sebagaimana

(12)

5

bahwa apa yang dilakukan selama ini adalah bukan hal baik.

Timbulnya kesadaran dapat secara perlahan mengarahkan individu

untuk sedikit demi sedikit memperbaiki diri menjadi pribadi yang

lebih baik dan positif di kemudian hari.

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan penjelasan dari setiap kata dalam

judul penelitian yang membutuhkan sebuah penjelasan yang lebih

lanjut.Difinisi konsep itu sendiri berguna untuk menjelaskan kepada setiap

pembaca.Yang mana tujuannya adalah menghindari kesalah pahaman

dalam mengartikan maksud dari judul penelitian tersebut.

Untuk menghindari adanya kesalahan pengertian dalam memahami

judul.Maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang telah terdapat dalam

judul penelitian itu sendiri. Oleh sebab itu peneliti akan memberikan

definisi yang ada di dalam setiap kata yang digunakan dalam judul, dan

agar diketahui akan makna nya. Yakni dengan judul “Handphone dan

Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Durkheim di Desa

Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro”. Adapun definisi

konseptualnya adalah sebagai berikut :

1. Handphone

Telepon menurut J.S Badudu “adalah pesawat untuk

bercakap-cakap jauh menggunakan kawat dan listrik”.4 Sedangkan genggam

menurut sumber yang sama adalah “jari yang dibungkukkan hampir

4

J.S Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 1994),

1460.

(13)

6

seperti tinju yang kosong di tengah-tengahnya: kepalan,

Menggenggam, memegang sesuatu dengan tangan terkepal.5

Handphone adalah alat komunikasi, baik jarak dekat maupun jarak

jauh dan merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat

menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan sebagai alat

komunikasi karena bisa dibawa kemana saja. Sebab itulah handphone

sangat berguna untuk alat komunikasi jarak jauh yang semakin efektif

dan efisien. Selain perangkatnya yang bisa dibawa ke mana-mana dan

dapat dipakai di mana saja.6

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa telepon genggam

adalah pesawat untuk bercakap-cakap jauh yang dapat di genggam atau

di bawa kemana saja, tanpa menggunakan kawat tetapi listrik atau daya

yang di simpan dalam baterai.

2. Perselingkuhan

Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang

melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari

oleh tiga unsur yakni saling ketertarikan, saling ketergantungan, saling

memenuhi secara emosional dan seksual.Perselingkuhan tidak selalu

berarti hubungan yang melibatkan kontak seksual.Sekalipun tidak ada

kontak seksual, tetapi kalau sudah ada saling ketertarikan, saling

5

J.S Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 1994), 450.

6

Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, Jakarta, 23 Desember

(14)

7

ketergantungan, dan saling memenuhi di luar pernikahan, hubungan

semacam itu sudah bisa dikategorikan sebagai perselingkuhan.7

Tahapan ketertarikan, yang terdiri dari ketertarikan secara fisik

atau pun emosional.Karena tertarik pada seseorang, mulailah kita

bercakap-cakap dan menjalin hubungan dengannya.Setelah itu, kita

mulai merasa tergantung dengannya.Kita merasa membutuhkan dia.

Saat dia tidak hadir, kita merasa tidak nyaman, sehingga kita mulai

menanti-nantikan dia.

Jadi walaupun hubungan yang terjalin tidak diwarnai oleh

hubungan seks, namun tetap membahayakan keutuhan perkawinan

karena hubungan ini dapat menjadi lebih penting daripada perkawinan

itu sendiri.

F. Telaah Pustaka

Berdasarkan pada gambaran umum tema penelitian yang

berhubungan dengan judul yang diangkat oleh peneliti yaitu “Handphone

dan Perselingkuhan dalam Tinjauan Teori Sosiologi Durkheim di Desa

Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro)” sebagaimana

gambaran umum didalam tema penelitian tersebut adalah yang

berhubungan dengan handphone dan perselingkuhan.

Handphone atau atau yang bisa disebut telepon genggam dan yang

sering dikenal dengan nama ponsel adalah sebuah alat elektronik yang

digunakan untuk telekomunikasi radio dua arah melalui jaringan seluler

7

Glass dan Staeheli, Permasalahan Perkawinan (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

2003), 45.

(15)

8

dati BTS yang dikenal sebagai situs-sel. Ponsel berbeda dari telepon tanpa

kabel, yang hanya menawarkan layanan telepon dalam jangkauan terbatas

melalui stasiun pangkalan tunggal yang menempel pada garis tanah tetap,

misalnya didalam rumah atau kantor.8

Handphone atau biasa disebut Telepon Genggam merupakan

perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar

yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat

dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan

dengan jaringan telepon menggunakan kabel.9

Setiap orang memberi pendapat yang berbeda pada sarana

komunikasi yang bernama telepon genggam.Dimaknai sebagai fungsinya

sebagai alat komunikasi tapi juga tak jarang menjadi sebuah retaknya

hubungan rumah tangga.Dalam fungsinya, telepon genggam tidak

memperdulikan bentuk, model, dan merek. Selama ia telah bisa

menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi (berbicara dan mengirim

pesan) telepon genggam atau handphone telah menyelesaikan tugasnya.

Namun dalam hubungan rumah tangga yakni di Desa Sidorejo handphone

tidak lagi sekedar menjadi alat komunikasi.Ia telah menjadi penyebab

retaknya sebuah perkawinan.

Selingkuh, dari segi bahasa saja sudah mengandung makna negatif.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, selingkuh mempunyai makna yang

banyak, yakni: tidak berterus terang, tidak jujur atau serong, suka

8

http://www.definisi.wordpres.com/pengertian.com Diakses 18 Desember 2007.

9

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006),

363.

(16)

9

menyembunyikan sesuatu, korup atau menggelapkan uang,

memudah-mudahkan perceraian. Kelima-limanya dapat terjadi pada waktu, kondisi

apapun dan dapat ditimbulkan oleh siapapun.Kelima-limanya tersebut

tidak disukai oleh agama dan telah disebut dengan pelanggaran, melanggar

perintah Allah. Jika kelima-limanya tersebut terjadi dalam keluarga maka

telah terjadi perselingkuhan dalam keluarga.

Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang

melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh

tiga unsur: saling ketertarikan, saling ketergantungan, saling memenuhi

secara emosional dan seksual. Perselingkuhan tidak selalu berarti

hubungan yang melibatkan kontak seksual. Sekalipun tidak ada kontak

seksual, tetapi kalau sudah ada saling ketertarikan, saling ketergantungan,

dan saling memenuhi di luar pernikahan, hubungan semacam itu sudah

bisa kita kategorikan sebagai perselingkuhan.

Adapun dalam penelitian terdahulu yang mana bisa dijadikan

sebagai acuan untuk menunjukkan orisinalitas penelitian dan dianggap

cukup relevan yakni:

1. Penelitian yang berjudul “Handphone Sebagai Gaya Hidup (Studi

kasus di kalangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

(17)

10

Nurmasbahah, Fakultas Dakwah, Program Studi Sosiologi, Institut

Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Juni 2011.10

Adapun yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah gaya hidup Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Airlangga Surabaya dibangun melalui

kepemilikan handphone ?

b. Faktor apakah yang mempengaruhi keputusan Mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya dalam

memilih handphone ?

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif

karenadalam penelitin tersebut dituntut untuk memperdalan data.Data

yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan dianalisis

dengan teori tindakan Max Weber dan teori Simbolik George Simmel.

Kesimpulan penelitian tersebut menyebutkan dalam fakta yang

terjadi dilapangan gaya hidup mahasiswa Fakultas Ekonomi dan bisnis

dalam penggunaan handphone mereka selalu mengikuti

perkembangan yang terjadi seperti merk handphone yang mereka

pakai, cara gaya hidup mereka yang ditunjukkan dengan pakaian yang

bermode, dan ada sebagian dari mereka yang menggunakan merk

handphone. Handphone yang mereka pakai merupakan simbol yang

digunakan sebagai alat elektronik yang wajib dimiliki oleh seorang

mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam kesehariannya

10

Nurmasbahah, Handphone Sebagai Gaya Hidup Studi kasus di kalangan Mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011)

(18)

11

dan mereka bisa berbagi informasi secara cepat dan mudah kepada

teman-teman mereka.Jadi, handphone yang mereka pakai dalam

kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan yang wajib untuk

dimiliki.

Alasan peneliti memilih penelitian tersebut dikarenakan sama-sama

mengkaji tentang dampak handphone terhadap suatu permasalahan di

masyarakat.Sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.

Adapun perbedaannya yakni di dalam penelitian skripsi tersebut

dampak handphone nya lebih condong pada aspek gaya hidup

sedangkan peneliti lebih fokus kepada dampak handphone terhadap

kasus perselingkuhan. Di dalam penelitian tersebut handphone

merupakan hal yang wajib dimiliki oleh mahasiswa yakni digunakan

untuk berbagi informasi kepada teman-temannya juga sebagai gaya

hidup yang untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam kesehariannya,

sedangkan peneliti memfokuskan pada dampak handphone yang

disalahgunakan kepada pasangan suami istri untuk berhubungan

dengan orang lain yang bukan pasangan dan menimbulkan suatu

permasalahan rumah tangga di Desa Sidorejo.

2. Penelitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Acara Perdata Pengadilan

Agama Terhadap Pandangan Hakim Pengadilan Agama Surabaya

tentang Kedudukan Alat Bukti Elektronik dalam Sidang Pembuktian

(19)

12

Latif Mustofa, Fakultas Syariah, Jurusan Ahwalus Syakhsiyah Institut

Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2011.11

Adapun yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana pandangan hakim Pengadilan Agama Surabaya

tentang kedudukan alat bukti elektronik dalam sidang

pembuktian kasus perceraian karena perselingkuhan?

b. Apa dasar hukum yang dipakai oleh hakim Pengadilan Agama

Surabaya dalam pandangannya?

c. Bagaimana tinjauan hukum acara perdata Pengadilan Agama

terhadap pandangan hakim Pengadilan Agama Surabaya

tentang kedudukan alat bukti elektronik dalam sidang

pembuktian kasus perceraian karena perselingkuhan dengan

hukum acara Pengadilan Agama?

Penelitian tersebut adalah penelitian hukum lapangan yang

dianalis secara kualitatif dengan melakukan pendekatan

hukum.Penulisan skripsi tersebut menggunakan teknik deskripstif

analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu

menggambarkan hasil penelitian secara sistematis dengan diawali

teori atau dalil yang bersifat umum tentang

pembuktian.Pendekatan deskriptif analisis dipergunakan untuk

menggambarkan pandangan Hakim Pengadilan Agama Surabaya

11

Latif Mustofa, Tinjauan Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama Terhadap

Pandangan Hakim Pengadilan Agama Surabaya tentang Kedudukan Alat Bukti Elektronik dalam Sidang Pembuktian Kasus Perceraian karena Perselingkuhan, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011)

(20)

13

tentang kedudukan alat bukti elektronik dalam sidang pembuktian

kasus perceraian karena perselingkuhan di Pengadilan Agama.

Alasan peneliti memilih penelitian tersebut dikarenakan

sama-sama meneliti tentang kasus perselingkuhan yang penyebabnya

yakni alat komunikasi elektronik.

Ada pun perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan

penelitian tersebut yakni dalam segi hukumnya dan dalam segi

pandangan sosiologisnya.Peneliti lebih condong kepada aspek

sosiologis yakni dampak modernisasi yang berupa alat elektronik

handphone kepada kasus perselingkuhan.Sedangkan pembanding

lebih condong pada ranah hukumnya.

3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi

Handphone (HP) terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66

Jakarta Selatan”, skripsi tersebut ditulis oleh Ahmad Fadilah, Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.12

Adapun yang dikaji dalam penelitian ini adalah Seberapa besar

pengaruh penggunaan handphone terhadap aktivitas

belajar siswa?

Dalam penulisan skripsi tersebut menggunakan penelitian

kuantitatif dengan menggunakan “metode statistik deskriptif analisis

yaitu metode yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau

12

Ahmad Fadilah, Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP) terhadap

Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, 2011)

(21)

14

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik berupa alami

maupun rekayasa manusia dengan sifat kajiannya menggunakan

ukuran, jumlah atau frekuensi” dan ditunjang oleh data-data yang

diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) yaitu

mengumpulkan data dari objek yang diteliti. Adapun untuk

memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik

pengumpulan data diantaranya observasi, interview (wawancara) dan

angket atau kuesioner.

Alasan peneliti memilih penelitian tersebut dikarenakan sama-sama

mengkaji tentang pengaruh handphone yang menjadikan suatu

permasalahan.

Adapun perbedaannya yakni di dalam penelitian skripsi tersebut

menggunakan metode penelitian kuantitatif, peneliti sendiri

menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaan yang lainnya

yakni penelitian tersebut dampak handphone nya lebih condong pada

aktivitas belajar Sisws, sedangkan peneliti lebih fokus kepada dampak

handphone terhadap kasus perselingkuhan.

4. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap

Pola Pemikiran Remaja di Era Globalisasi (Studi Kasus Terhadap 15

Remaja Pedukuhan II Dukuh Kilung, Kranggan, Galur, Kulon Progo)”

(22)

15

dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2013.13

Dalam penulisan skripsi tersebut merupakan penelitian lapangan

(field research), dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang

berupa observasi, wawancara, dokumentasi.

Alasan peneliti memilih penelitian tersebut yakni dikarenakan

sama-sama meneliti tentang dampak handphone, sama-sama

menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara,

dan dokumentasi.

Adapun perbedaannya yakni penelitian tersebut meneliti pengaruh

handphone yang menciptakan nilai-nilai, norma, kebudayaan, gaya

hidup, dan ideologi baru bagi remaja dalam masyarakat desa. Peneliti

sendiri yakni meneliti pengaruh handphone yang disalahgunakan

sebagai alat komunikasi dengan orang lain yang menyebabkan

perselingkuhan dengan menggunakan handphone.

Alasan peneliti tertarik untuk meneliti tentang handphone dan

perselingkuhan pasangan suami istri di Desa Sidorejo yakni karena

permasalahan rumah tangga yang terjadi pada masyarakat Desa Sidorejo

tersebut belum pernah diteliti oleh pihak lain manapun. Selain hal itu

permasalahan tersebut masih hangat dan masih jadi berbincangan

wargamasyarakat Desa Sidorejo. Bahkan hampir semua masyarakat Desa

Sidorejo megetahui akan permasalahan rumah tangga tersebut.Oleh karena

13

Nesy Aryani Fajrin, Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap Pola Pemikiran Remaja di

Era Globalisasi (Studi Kasus Terhadap 15 Remaja Pedukuhan II Dukuh Kilung, Kranggan, Galur, KulonProgo)”, (Skripsi: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013)

(23)

16

itu peneliti tertarik untuk meneliti kasus perselingkuhan pasangan suami

istri dengan menggunakan handphone di Desa Sidorejo Kecamatan

Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang

digunakan didalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian

dibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan didalam melakukan penelitian.

Menurut Dedy Mulyanna metode adalah proses, prinsip, dan prosedur

yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban.

Dengan kata lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk

mengkaji topik penelitian.14

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif.

Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan data informasi mengenai status suatu gejala yang ada,

yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian

dilakukan.

Sedangkan penelitian deskriptif menurut Mardalis adalah

penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini

berlaku.Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,

analisis, dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini

14

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma baru Ilmu Komunikasi

(24)

17

terjadi atau ada.15Jadi, dalam penelitian ini peneliti berusaha meneliti

seberapa besar dampak handphone dalam kasus perselingkuhan di

Desa Sidorejo.

Sedangkan jenis dari penelitian ini adalah jenis penelitian

kualitatif, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang di amati.16

Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan

penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada

manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”.17

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan

dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti

mengambil lokasi di Desa Sidorejo, Kecamatan Sukosewu,

Kabupaten Bojonegoro. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut

yakni di lokasi tersebut terdapat masalah sosial yang belum pernah

di teliti oleh pihak lain, di karenakan lokasi tersebut masih primitif

15

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal(Jakarta: Bumi Aksara, 2003),

26.

16

Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif( Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2002), 03.

17

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991),

121.

(25)

18

atau desa, dapat di katakan jauh dari perkotaan dan mata

pencahariannya mayoritas sebagai petani. Dan juga kasus tersebut

termasuk masih hangat dalam permasalahan desa tersebut.

b. Waktu penelitian

Dalam melakukan penelitian yang berjudul ‘‘HandPhone

dan Perselingkuhan (Studi Kasus Dampak Handphone dalam

Munculnya Perkara Perselingkuhan di Desa Sidorejo Kecamatan

Sukosewu Kabupaten Bojonegoro)”. Peneliti telah menentukan

waktu yang digunakan di dalam melakukan proses penelitian.

Waktu didalam proses penelitian tersebut adalah ketika pertama

kali peneliti melakukan observasi atau pengamatan di lokasi

penelitian, pra studi lapangan, studi lapangan atau proses

penelitian, dan pembuatan laporan penelitian. Sebagaimana waktu

penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1

Waktu Penelitian

No. Tahap penelitian Waktu penelitian

1. Pra studi lapangan 01april – 08 april 2015

2. Studi lapangan 11 april – 12 mei 2015

(26)

19

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Peneliti memilih subyek penelitian yakni kepada masyarakat Desa

Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kebupaten Bojonegoro yang

melakukan perselingkuhan dengan menggunakan Handphone, dan

juga masyarakat sekitar seperti tetangga yang melakukan

perselingkuhan.Alasan peneliti untuk mengambil subyek informan

tersebut karena peneliti beranggapan bahwa para informan tersebut

dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan data yang

dibutuhkan oleh peneliti.

Sumber data merupakan sumber dari mana data itu di

peroleh,berdasarkan jenisnya sumber data menurut Arikanto Suharsimi

dapat dibedakan menjadi dua yaitu, data primer dan data sekunder.18

a. Data Primer yakni data yang diperoleh dari hasil wawancara atau

informasi dari informan, yaitu orang yang berpengaruh dalam

proses perolehan data atau bisa disebut key member yang

memegang kunci utama sumber data penelitian ini, karena

informan merupakan seseorang yang benar-benar tahu dan terlibat

dalam kasus perselingkuhan di Desa Sidorejo. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan data primer diantaranya adalah masyarakat

Desa Sidorejo yang melakukan perselingkuhan dengan

menggunakan Handphone, dan juga masyarakat sekitar seperti

tetangga yang melakukan perselingkuhan, tak lupa peneliti juga

18

Arikanto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Jakarta:PT Rineka

Cipta, 1996), 144.

(27)

20

memilih subyek penelitian yakni kepada kepala desa Desa

Sidorejo. Dapat dilihat pada tabel 1.2, 1.3, dan 1.4 di bawah ini :

Tabel 1.2

Daftar Nama Key Informan

No Nama Pekerjaan

1. Bapak Maman Petani

2. Putri Wiraswasta (pemilik kios)

3. Mawar Ibu rumah tangga

4. Saranghai Ibu rumah tangga

Tabel 1.3

Daftar Nama Informan Masyarakat Sekitar

No. Nama Pekerjaan

1. Yogi Karang taruna .

2. Samson Kamituwo

3. Melati Ibu rumah tangga

b. Data Sekunder

Data sekunder yakni data berasal dari sumber kedua atau dari

instansi baik dalam bentuk laporan maupun data sekunder lainnya

atau dari teks book.19Data ini adalah data-data yang dapat di ambil

19

Yuswianto. Metodologi Penelitian (Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2002), 60.

(28)

21

dari opini, koran, artikel, gambar-gambardan lain sebagainya yang

dapat mendukung data yang dibutuhkan oleh peneliti dilokasi

penelitian dan diperoleh peneliti dari hasil dokumentasi

gambar-gambar, profil desa, beserta profil lembaga-lembaga.

4. Tahap-tahap Penelitian

Di dalam penelitian kualitatif, peneliti memerlukan tahapan-tahapan

sebagi berikut:

a. Tahap Pra Lapangan.

Dalam tahapan pra lapangan ini yang mana tahap yang

digunakan oleh peneliti sebelum masuk ke lapangan obyek studi.20

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Di dalam menyusun rancangan penelitian itu sendiri yang

mana peneliti berangkat dari permasalahan yang akan diangkat

didalam penelitian.

2) Memilih lapangan penelitian

Sebagaimana memilih lapangan penelitian yang mana sesuai

dengan rumusan masalah yang sudah diangkat oleh peneliti,

karena dengan berpijak pada rumusan masalah tersebut peneliti

dapat memilih lokasi penelitian yang sesuai dan memberikan

kelengkapan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

20

Kasiram, Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif (Malang: Uin Maliki Press, 2010),

281.

(29)

22

3) Mengurus Perijinan

Perijinan merupakan salah satu hal yang penting didalam

melakukan proses penelitian. Dengan adanya perijinan tersebut

dapat mempermudahkan peneliti didalam melakukan proses

penelitian. Dan peneliti juga telah melakukan prosedur yang

benar sebelum memasuki lokasi penelitian dengan ijin terlebih

dahulu.

4) Penilain Lokasi Penelitian

Di dalam penilaian lokasi penelitian merupakan salah satu cara

yang dilakukan oleh peneliti dalam melihat lokasi penelitian

yang berhubungan dengan situasi, kondisi, latar, beserta

konteksnya. Yang mana peneliti melihat terdapat kesesuain

atau tidak dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

5) Memilih Informan

Sehubungan dengan informan yang akan digunakan didalam

pengumpulan data dalam penelitian, maka informan yang

dipilih oleh peneliti harus benar-benar mengetahui dan

memahami akan kondisi yang berada di lokasi penelitian. Di

dalam pemilihan informan tidak hanya satu sumber saja yang

diambil melainkan harus ada sumber lain guna mencapai

(30)

23

6) Etika di dalam penelitian

Etika didalam penelitian merupakan cara yang dilakukan oleh

peneliti yang mana tetap berpegang pada nilai dan norma yang

berada di masyarakat pada umumnya. Sebelum melakukan

penelitian dilapangan peneliti harus bersikap sopan, dan

berpura-pura tidak mengetahui keadaan yang berada

dilapangan, peneliti harus menjadi pendengar yang baik, dan

tidak bersikap menggurui serta menggunakan bahasa yang

mudah dipahami.Dengan etika seperti ini dapat terjalin pola

interaksi yang sangat baik antara peneliti dengan informan

sehingga tidak merasa canggung.Sebagaimana didalam latar

penelitian ini berada di perkampungan dimana banyak terdapat

pendatang yang berada di luar daerah.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan.

Pada tahap ini peneliti akan melakukan penelitian baik kepada

setiap informan maupun lokasi penelitian yang bersangkutan.

Sebagaimana tahap pekerjaan lapangan ini peneliti telah masuk di

dalam proses penelitian. Ketika peneliti masuk di dalam proses

penelitian yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah menjalin

hubungan atau interaksi terlebih dahulu dengan subyek atau

informan, dengan begitu akan mempermudah peneliti didalam

penggalian data. Kemudian setelah peneliti memahami latar

(31)

24

memperoleh data baik dengan cara primer ataupun sekunder.

Tahap pekerjaan lapangan ini dilakukan oleh peneliti dalam proses

penggalian data dan digunakan untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

c. Tahap analisis data.

Di dalam tahap analisis data itu sendiri peneliti akan mengadakan

suatu analisis data yang sudah diperoleh oleh peneliti dilapangan.

Yang mana data yang didapatkan oleh peneliti benar-benar valid

dan akurat serta dapat menjawab permasalahan yang sedang dikaji

oleh peneliti. Sebagaimana data yang diperoleh oleh peneliti yang

berasal dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi diolah

dan dikelompokkan sehinga dapat dideskripsikan untuk dianalisis

hasil perolehan data dilapangan. Dan tujuan dari analisis data itu

sendiri digunakan untuk mengetahui kevalitan data yang diperoleh

oleh peneliti dari setiap informan yang berada di Desa Sidorejo

Kecamatan Sukosewu.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan merupakan tahap terakhir dari berbagai

tahap-tahapan di dalam penelitian. Apabila segala bentuk

kebutuhan didalam proses penggalian data sudah terkumpul maka

dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pada permasalahan yang

diangkat oleh peneliti. Setelah peneliti mendapatkan data atau

(32)

25

kebenarannya, maka peneliti bisa menuliskan serta menyusunya

dalam laporan penelitian.Penulisan laporan penelitian itu sendiri

berhubungan dengan hasil dari temuan data yang berada

dilapangan yang mana menjawab permasalahan yang diangkat oleh

peneliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data merupakan suatu upaya sistematik

untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian (Manusia,

obyek, gejala dan sebagainya) dan setting terjadinya.Pengumpulan data

yang tidak sistematis sering menimbulkan kekeliruan dan tidak dapat

menjawab masalah penelitian dengan saksama.21

a. Observasi

Observasi merupakan suatu tehnik yang telah dilakukan

oleh peneliti dalam pencarian data pada penulisan kualitatif.

Pengamatan yang akan dilakukan yaitu dengan melihat kondisi

yang berada di kawasan obyek penelitian.22

Dengan observasi sebagai alat pengumpulan data,

dimaksudkan observasi dilakukan secara sistematis bukan

observasi sambil-sambilan atau secara kebetulan saja.Dalam

observasi ini diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang

21

Sandjaja dan albertus heriyanto, Panduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustaka,2006), 47.

22

Agus salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku sumber untuk Penelitian

(33)

26

sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk memengaruhi,

mengatur atau memanipulasi.23

Dalam observasi ini peneliti terjun langsung ke masyarakat

Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro, yakni

mengamati bagaimana perselingkuhan dengan menggunakan

handphone tersebut dan dampaknya, serta latar belakang kasus

perselingkuhan itu terjadi.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu.Percakapan itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

di wawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.24

Tujuan peneliti menggunakan metode ini yakni untuk

memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang perilaku

perselingkuhan di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten

Bojonegoro.Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan wawancara

dengan masyarakat di Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu

Kabupaten Bojonegoro yang melakukan kasus perselingkuhan

dengan menggunakan handphone, dan juga masyarakat sekitar

seperti tetangga.

23

Nasution, Metode Research(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 106.

24

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991),

135.

(34)

27

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa

karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin,

pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang

disiarkan kepada media massa.

Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah

pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang

sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.

Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data

secara jelas dan konkret tentang perilaku yang tidak jujur terhadap

pasangan dengan menggunakan alat komunikasi handphone pada

masyarakat Desa Sidorejo Kecamatan Sukosewu Kabupaten

Bojonegoro.

Dalam metode ini peneliti mengumpulkan foto-foto yang

bisa menjadi bukti terhadap kasus perselingkuhan, catatan-catatan

yang berupa informasi dari pihak istri atau pun suami, serta

dokumen-dokumen lainnya.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan

(35)

28

dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.25

Setelah data terkumpul, kemudian penulis melakukan analisis

dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu bahwa dalam

menganalisis penulis berkeinginan menggambarkan secara tepat sifat

suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk

menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada

tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam

masyarakat.26Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan di Desa

Sidorejo, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Di dalam sebuah penelitian dengan data yang sudah terkumpul dan

di analisa tidak akan terlepas dari kesempurnaan data, kekurangan data

yang nantinya bisa menimbulkan kesalahpahaman pada data yang

sudah terkumpul dan juga menghindari ketidak benaran data, dengan

tujuan agar hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan, maka

perlu pengecekan data, apakah data itu valid atau tidak.

Adapun teknik yang dapat dilakukan untuk memperoleh kevalidan

data sebagai berikut:

25

Hadari Nawawi dan Mimi Murtini, Penelitian Terapan (Yopgyakarta: Gajah Mada

University Press, 1994), 190-191.

26

Amiriddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada,2006), 25.

(36)

29

a. Perpanjangan keikutsertaan

Sebagaimana telah diketahui, peneliti dalam penelitian

kualitatif adalah instrument utama penelitian.Keikutsertaan peneliti

sangat menentukan dalam pengumpulan data.Keikutsertaan

tersebut tidak hanya di lakukan dalam waktu singkat, tetapi

memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar

penelitian.Perpanjangan ini dilakukan untuk mengantisipasi

ketidakbenaran informasi yang diperoleh.Disamping itu,

perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk membangun

kepercayaan para subyek terhadap peneliti dan juga kepercayaan

subyek memerlukan waktu yang cukup lama.27

b. Triangulasi

Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan/

sebagai pembanding terhadap data itu.28 Data yang diperoleh dari

satu sumber akan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari

sumber yang lain dengan berbagai teknik dan waktu yang berbeda.

Sebagai contoh data yang diperoleh dari bawahannya atau data

yang diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan obsevasi dan

dokumentasi dalam waktu yang berbeda.

27

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda

Karya,1991), 177.

28

Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2002), 330.

(37)

30

Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian data

dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi

sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif.29 Untuk itu peneliti

mencapainya dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara

2) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

c. Menggunakan bahan referensi

Yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data yang

telah ditemukan oleh peneliti.Sebagai contoh, data hasil ineterview

perlu didukung dengan adanaya rekaman inteview.Data tentang

interaksi manusia/ gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh

foto-foto. Alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif,

seperti kamera, alat rekam, suara sangat diperlukan untuk

mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan peneliti. Selain

itu dalam laporan penelitian, data-data yang ditemukan perlu

dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga

menjadi lebih dapat dipercaya.30

29

Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2002), 330.

30

(38)

31

d. Triangulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan kevalidan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Triangulasi dimaksudkan sebagai pembanding dan pengecek hasil

data dari wawancara, sehingga data yang di dapat setelah

melakukan triangulasi akan menjadi obyektif. Teknik triangulasi

yang banyak digunakan yaitu pemeriksaan melalui sumber lainnya.

Dalam teknik triangulasi ini banyak cara yang bisa

digunakan untuk mengecek kesulitan data, tetapi peneliti hanya

bisa menggunakan dua cara, yaitu:

Pertama, triangulasi dengan sumber yakni berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam penelitian kualitatif.

Kedua, triangulasi dengan metode berarti peneliti mengecek

keabsahan data dari beberapa teknik pengumpulan data (observasi,

wawancara dan dokumen).Dalam hal ini peneliti membandingkan

hasil informasi dari beberapa informan.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan atau penelitian diperlukan sistematika

pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian,

(39)

32

1. Bab I

Pada bab ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan

penelitian yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat

gambaran tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau

sebab dan akibat peneliti menggangkat permasalahan tersebut,

menentukan rumusan masalah yang mana memuat permasalahan yang

akan dijawab didalam penelitian. Telaah pustaka sebagaimana

berhubungan dengan gambaran secara umum tema penelitian yang

diangkat oleh peneliti dan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai

pedoman akan perbedaan kajian penelitian yang diangkat oleh peneliti.

Tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, metode

penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai tahapan didalam

melakukan penelitian, yang mana meliputi pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi dan waktu didalam penelitian, tahap penelitian,

tahap pengumpulan data, tahap analisis data serta pemeriksaan

keabsahan data.

2. BAB II

Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan

didalam penelitian tersebut.Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema

yang diangkat oleh peneliti.Teori yang sudah ada direlavansikan dengan

(40)

33

3. BAB III

Didalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan Analisis

Data.Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti menjelaskan

tentang data yang telah diperoleh dilapangan sebagaimana dapat menjawab

permasalahan yang diangkat oleh peneliti.Hasil data yang sudah

ditemukan oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif, dengan

mendeskripsikan hasil penelitian.Kemudian setelah dianalisis

dikorelasikan dengan teori yang relavan atau sesuai.Penyajian data

tersebut meliputi data yang diperoleh dilapangan baik berhubungan dengan

profil lokasi penelitian, gambaran peristiwa yang mana mendukung

konteks penelitian.

4. BAB IV

Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari hasil

penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena berisi

intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa ditujukan

kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan informasi dari

(41)

BAB II

PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL -

DURKHEIM

A. Perselingkuhan

Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang

melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh

tiga unsur yakni saling ketertarikan, saling ketergantungan, saling

memenuhi secara emosional dan seksual. Perselingkuhan tidak selalu

berarti hubungan yang melibatkan kontak seksual. Sekalipun tidak ada

kontak seksual, tetapi kalau sudah ada saling ketertarikan, saling

ketergantungan, dan saling memenuhi di luar pernikahan, hubungan

semacam itu sudah bisa dikategorikan sebagai perselingkuhan.31

Tahapan ketertarikan, yang terdiri dari ketertarikan secara fisik atau

pun emosional. Karena tertarik pada seseorang, mulailah kita

bercakap-cakap dan menjalin hubungan dengannya. Setelah itu, kita mulai

merasa tergantung dengannya. Kita merasa membutuhkan dia. Saat dia

tidak hadir, kita merasa tidak nyaman, sehingga kita mulai

menanti-nantikan dia.

Jadi walaupun hubungan yang terjalin tidak diwarnai oleh hubungan

seks, namun tetap membahayakan keutuhan perkawinan karena hubungan

31

Glass dan Staeheli, Permasalahan Perkawinan (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

2003), 45.

(42)

35

ini dapat menjadi lebih penting dari pada perkawinan itu sendiri. Seperrti

halnya memasuki era globalisasi dan modernisasi dewasa ini,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan

pesat. Misalnya saja ilmu perkembangan teknologi informasi dalam

bentuk telepon genggam atau handphone.

Handphone sendiri adalah alat komunikasi, baik jarak dekat maupun

jarak jauh dan merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat

menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan sebagai alat

komunikasi karena bisa dibawa kemana saja. Sebab itulah handphone

sangat berguna untuk alat komunikasi jarak jauh yang semakin efektif dan

efisien. Selain perangkatnya yang bisa dibawa ke mana-mana dan dapat

dipakai di mana saja.32

Dengan adanya rasa saling ketertarikan, saling ketergantungan, dan

saling memenuhi di luar pernikahan, maka orang yang melakukan hal

tersebut sudah dikategorikan sebagai perselingkuhan. Sama halnya

perselingkuhan dengan menggunakan handphone yakni dengan hubungan

lewat handphone yang semestinya handphone merupakan alat untuk

komunikasi akan tetapi disalahgunakan yakni untuk komunikasi dengan

orang lain yang bukan suami atau istri dilandasi pula rasa ketertarikan dan

saling ketergantungan, dan saling memenuhi diluar pernikahan. Maka hal

tersebutlah dikategorikan sebagai perselingkuhan dengan menggunakan

handphone.

32

Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, Jakarta, 23 Desember

(43)

36

B. Teori Kontrol Sosial Perspektif Emile Durkheim

Emile Durkheim dari Perancis adalah salah seorang tokoh penting

yang memperkembangkan Sosiologi dengan ajaran-ajaran yang klasik. Di

dalam teori-teorinya tentang masyarakat, Durkheim menaruh perhatian

yang besar terhadap kaidah-kaidah hukum yang dihubungkan dengan

jenis-jenis solidaritas yang dijumpai dalam masyarakat. Hukum

dirumuskannya sebagai suatu kaidah yang bersanksi. Berat ringannya

sanksi senantiasa tergantung dari sifat pelanggaran, anggapan-anggapan

serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya suatu tindakan dan

peranan sanksi-sanksi tersebut dalam masyarakat.33Dengan demikian,

maka kaidah-kaidah hukum dapat diklasifikasikan menurut jenis-jenis

sanksi yang menjadi bagian utama dari kaidah hukum tersebut. Di dalam

masyarakat dapat ditemukan 2 macam kaidah hukum, yaitu yang represif

dan yang restitutif.

Di dalam masyarakat akan dapat dijumpai kaidah-kaidah hukum

yang sanksi-sanksinya mendatangkan penderitaan bagi mereka yang

melanggar kaidah hukum yang bersangkutan. Sanksi

kaidah-kaidah hukum tersebut menyangkut hari depan dan kehormatan seorang

warga masyarakat, atau bahkan merampas kemerdekaan dan kenikmatan

hidupnya. Kaidah-kaidah hukum tersebut merupakan kaidah-kaidah

hukum yang represif yang merupakan hukum pidana.

33

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2012), 47

(44)

37

Sanksi yang sifatnya mengekang (represif) adalah suatu sanksi

yang berarti suatu celaan dari masyarakat, suatu penghinaan terhadap

kehormatan, baik dalam bentuk hukuman mati atau hukuman badan,

penghapusan kemerdakaan, dan lain-lain atau semata-mata pencelaan

dimuka umum.34 Sanksi yang sifatnya memulihkan semata-mata berdiri

dari pemulihan benda-benda seperti sediakala, hubungan-hubungan yang

terganggu dipulihkan kedalam keadaannya yang normal, baik dengan

membatalkannya, yakni menghapuskan segala nilai sosialnya.

Selain kaidah-kaidah hukum dengan sanksi-sanksi yang

mendatangkan penderitaan, akan dapat dijumpai pula kaidah-kaidah

hukum yang sifat sanksi-sanksinya berbeda dengan kaidah-kaidah hukum

yang represif. Tujuan utama dari sanksi-sanksi kaidah-kaidah hukum jenis

yang kedua ini tidaklah perlu semata-mata mendatangkan penderitaan

pada mereka yang melanggarnya. Tujuan utama kaidah-kaidah hukum ini

adalah untuk mengembalikan kaidah pada situasi semula (pemulihan

keadaan), sebelum terjadi kegoncangan sebagai akibat dilanggarnya suatu

kaidah hukum. Kaidah-kaidah hukum tersebut adalah kaidah-kaidah yang

restitutif. Kaidah-kaidah tersebut antara lain mencakup hukuman perdata,

hukum dagang, hukum acara, hukum adminstrasi dan hukum tata negara

setelah dikurangi dengan unsur-unsur pidananya.

Durkheim berpendapat bahwa masyarakat dengan solidaritas

mekanis dibentuk oleh hukum represif. Karena anggota masyarakat jenis

34

(45)

38

ini memiliki kesamaan satu sama lain dan karena mereka cenderung sangat

percaya pada moralitas bersama, apa pun pelanggaran terhadap sistem

nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu.35 Karena

setiap orang dapat merasakan pelanggaran itu dan sama-sama meyakini

moralitas bersama, maka pelanggar tersebut akan dihukum atas

pelanggarannya terhadap sistem moral kolektif. Pencurian akan

melahirkan hukuman berat, seperti potong tangan, penghinaan akan

dihukum dengan potong lidah. Meskipun pelanggaran terhadap sistem

moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan

hukuman yang berat.

Sesungguhnya sanksi-sanksi represif (mengekang) dan hukum

pidana yang mengiringinya melindungi persamaan-persamaan sosial yang

paling hakiki. Kejahatan yang dikekang adalah perpecahan dari

kesetikawanan mekanis, suatu penghinaan terhadap kesadaran kolektif dan

terhadap suatu idaman kolektif yang identik pada semua orang. Selain itu,

semakin berkuasa kesetiakawanan mekanis dalam suatu masyarakat dan

semakin terintegrasikan individu dalam masyarakat yang homogen tanpa

ada perantaraan apa pun juga, maka hukum represif (mengekang) makin

pula lebih berkuasa dari pada hukum restitutif (yang bersifat memulihkan).

Sebaliknya, masyarakat dengan solidaritas organis dibentuk oleh

hukum restitutif, di mana seseorang yang melanggar mesti melakukan

restitusi untuk kejahatan mereka. Dalam masyarakat seperti ini,

35

George Ritzer, Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi, (Bantul: Kreasi Wacana, 2013), 93

(46)

39

pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau

segmen tertentu dari masyarakat dan bukannya terhadap sistem moral itu

sendiri. Karena kurangnya moral bersama, kebanyakan orang tidak

melakukan reaksi secara emosional terhadap pelanggaran hukum.

Alih-alih menjatuhkan hukuman yang berat kepada setiap orang yang

melanggar moralitas bersama, para pelanggar dalam masyarakat organis

akan dituntut untuk membuat restitusi untuk siapa saja yang telah

diganggu oleh perbuatan mereka. Meskipun beberapa hukum represif tetap

ada dalam masyarakat dengan solidaritas organis (misal, hukman mati)

namun hukum restitusi dapat dikatakan lebih menonjol, khususnya bagi

pelanggaran ringan.

Sanksi-sanksi yang bersifat memulihkan melindungi diferensiasi

masyarakat dalam fungsi-fungsi yang khusus, dalam kelompok-kelompok

yang kecil, dalam kegiatan-kegiatan pribadi yang diindividualisasikan.

Hukum restitutif menjamin pembagian bebas kerja sosial, yang sendirinya

merupakan suatu akibat: “diasosiasikan dengan idaman kolektif yang

bersifat luwes, yang membolehkan pengkhususan”. Dalam suatu

masyarakat yang kesetiakawanan organis, suatu kesetiakawanan diantara

mereka yang tak sejenis, menjadi berkuasa, maka sebagian terbesar dari

hukum membebaskan diri dari hukum pidana, bahkan mulai menguasai

hukum pidana itu. Khususnya, perkembangan yang parallel antara

perjanjian dan negara, yang keduanya diiringi oleh sanksi-sanksi yang

(47)

40

dari berlakunya kembali kesetiakawanan organis dan

lambing-lambangnya.

Suatu analisis yang lebih terperinci menyebabkan Durkheim

mengadakan tipe-tipe lainnya di dalam dua tipe utama dari

peraturan-peraturan hukum dan bentuk-bentuk kesetiakawanan ini. Dengan

demikian, di dalam hukum restitutif, Durkheim membedakan hukum

kontrak dari hukum yang berada diluar kontrak (hukum rumah tangga,

hukum serikat buruh, hukum konstitusionil, dan lain-lainnya). Selanjutnya

ia menyatakan bahwa dalam kontrak itu tak semuanya bersifat kontrak dan

bahwa sering kerja sama kita yang bersifat sukarela menciptakan

kewajiban-kewajiban yang tak kita inginkan, yakni ada timbul di bawah

bentuk kontrak hukum yang diundang-undangkan dari berbagai

kelompok-kelompok yang tidak dapat dikembalikan kepada jumlah anggota-anggota

atau apa yang semenjak Durkheim dinamakan undang-undang yang

mengatur (contract of adhesion).

Demikian pula, menurut Durkheim kesetiakawanan organisasi

seolah-olah runtuh menjadi apa yang dinamakannya sendiri

kesetiakawanan kontrak atau kesetiakawanan yang membatasi dan suatu

kesetiakawanan yang lebih erat dan lebih positif yang boleh dianggap

sebagai kesetiakawanan karena saling masuk memasuki atau setengah

peleburan.

Sementara itu, ia berpendapat bahwa hukum restitutif meliputi pula

(48)

41

semata-mata pengingkaran ( seperti hukum yang nyata) yang seolah-olah

tidak ada persesuaiannya dengan tipe kesetiakawanan yang mana pun juga

dan hukum kerja sama positif, yang satu-satunya melambangkan

kesetiakawanan organis dan yang terpecah menjadi dua tipe lainnya yang

baru tersebut tadi.

Pertimbangan-pertimbangan itu sendiri tak akan mengatasi

lingkungan mikrososiologi hukum, jikalau Durkheim membatasi dirinya

pada pemeriksaan hubungan-hubungan antara berbagai bentuk

kesetiakawanan dan berbagai jenis hukum, sebagai unsur-unsur yang

hidup berdampingan didalam tiap-tiap masyarakat yang serba meliputi dan

tiap-tiap kelompok yang khusus. Tetapi ia menganggap sepatutnya untuk

mengubah kesetiakawanan mekanis dan kesetiakawanan organis, dan juga

hukum represif dan hukum restitutif menjadi tingkat-tingkat kesejarahan

dari perkembangan masyarakat yang serba meliputi dan bahkan sampai

pula menganggap tingkat-tingkat ini sebagai derajat-derajat kemajuan

moral, dan memberikan nilai-nilai yang lebih tinggi kepada

kesetiakawanan organis dan hukum restitutif dari pada kesetiakawanan

mekanis dan hukum represif. Disitulah mikrososiologi sistematis

Durkheim mencari dasarnya pada makrososiologi genetis dan akhirnya

pada suatu teori kemajuan yang terpaut dengan kepercayaan akan idaman

yang ditetapkan lebih dahulu.

Hubungan antara solidaritas sosial dengan hukum yang bersifat

(49)

42

dimaksud dengan kejahatan adalah tindakan-tindakan yang secara umum

tidak disukai atau ditentang oleh warga masyarakat. Untuk menjelaskan

hal ini Durkheim menerangkan bahwa setiap hukum tertulis mempunyai

tujuan berganda yaitu untuk menetapkan kewajiban-kewajiban tertentu dan

untuk merumuskan sanksi-sanksinya. Dalam hukum perdata dan setiap

jenis hukum yang bersifat restitutif, pembentuk undang-undang

merumuskan kedua tujuan tadi secara terpisah. Pertama-pertama

dirumuskannya kewajiban-kewajiban, dan kemudian baru ditentukan

bagaimana untuk sanksinya.

Disebutnya sebagai contoh Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Perancis yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari suami

istri, tetapi tidak dirumuskan sanksi-sanksinya apabila terjadi suatu

pelanggaran. Sanksinya harus dicari ditempat lain, atau bahkan mungkin

sanksinya tak ada sama sekali.

Sebaliknya di dalam Hukum Pidana hanya tercantum hanya

tercantum sanksi-sanksinya, tanpa ada perumusan mengenai

kewajiban-kewajibannya. Di dalam hukum pidana ditentukan dengan tegas, inilah

hukumannya. Sedangkan dalam hukum perdata diperhatikan, itulah

kewajiban-kewajibanmu. Dengan demikian dapatlah ditarik kesimpulan

bahwa sepanjang perihal hukum pidana kewajiban-kewajiban yang tidak

dirumuskan telah diketahui oleh para warga masyarakat dan bahkan

diterima serta ditaati. Apabila suatu hukum kebiasaan berubah menjadi

(50)

43

kebutuhan-kebutuhan proses peradilan yang mengehendaki

ketentuan-ketentuan yang lebih tegas. Apabila hukum kebiasaan tadi berfungsi terus

secara diam-diam, maka tak ada alasan untuk mengubahnya. Oleh karena

hukum pidana dikodifikasikan hanya untuk menentukan suatu skala

hukuman-hukuman, maka sanksinya hanya dapat di ambil dari skala

tersebut. Sebaliknya, apabila suatu hukuman tidak memerlukan keputusan

pengadilan, maka hal itu disebabkan karena peraturan tersebut diakui

kekuatan dan wewenangnya.

Menurut Durkheim dapat dibedakan dua macam solidaritas positif

yang dapat ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

a) Pada solidaritas pertama, seorang warga masyarakat secara langsung

terikat pada masyarakat. Di dalam hal solidaritas yang kedua, seorang

warga masyarakat tergantung kepada masyarakat, oleh karena dia

tergantung pada bagian-bagian masyarakat yang bersangkutan.

b) Dalam hal solidaritas kedua tersebut diatas masyarakat tidak dilihat

dari aspek yang sama. Dala hal pertama, masyuarakat merupakan

kesatuan kolektif dimana terdapat kepercayaan dan perasaan yang

sama. Sebaliknya pada hal kedua masyarakat merupakan suatu sistem

yang terdiri dari bermacam-macam fungsi yang merupakan

hubungan-hubungan yang tetap, sebetulnya keduanya merupakan suatu

(51)

44

c) Dari perbedaan kedua tersebut diatas timbullah perbedaan lain yang

dapat dipakai untuk menentukan karakteristik dan nama dari dua

macam solidaritas diatas.

Solidaritas yang pertama dapat terjadi dengan kuatnya apabila

cita-cita bersama dari masyarakat yang bersangkutan secara kolektif, lebih kuat

serta lebih intensif daripada cita-cita masing-masing warganya secara

individual. Solidaritas ini oleh Durkheim dinamakan solidaritas mekanis

yang dapat dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang secara relatif

sederhana atau homogen. Hal ini disebabkan oleh karena keutuhan

masyarakat-masyarakat tersebut dijamin oleh hubungan antar manusia

yang erat, serta adanya tujuan bersama.

Solidaritas yang kedua dinamakan oleh Durkheim sebagai

solidaritas organis yang terdapat pada masyarakat-masyarakat yang lebih

modern dan lebih kompleks, yaitu masyarakat-masyarakat yang ditandai

oleh pembagian kerja yang kompleks. Pada masyarakat dimana solidaritas

mekanis berkembang, hukumnya bersifat pidana dan represif. Hal ini

disebabkan oleh karena pelanggaran dan kejahatan dianggap sebagai

tindakan yang mencemarkan keyakinan bersama. Dalam hal ini maka

seluruh masyarakat akan bertindak bersama-sama oleh karena

masing-masing merasa terancam oleh penyimpangan-penyimpangan atau

pelanggaran terhadap kaidah-kaidah pokok dari masyarakat. Reaksi

terhadap penyimpangan-penyimpangan tersebut memperkuat rasa

(52)

45

maka penyimpangan terhadap kaidah-kaidah yang berlaku, disatu pihak

mengancam ketenangan masyarakat, tetapi dilain pihak secara tidak

langsung juga memperkuat ikatan kelompok tadi.

Dengan meningkatnya diferensi dalam masyarakat, reaksi

kolektiva yang utuh dan kuat terhadap penyelewengan-penyelewengan

menjadi berkurang di dalam sistem yang bersangkutan oleh karena hukum

yang bersifat represif mempunyai kecenderungan untuk berubah menjadi

hukum yang restitutif. Artinya yang terpokok adalah untuk

mengembalikan kedudukan seseorang yang dirugikan ke keadaan semula,

hal mana merupakan hal yang pokok didalam menyelesaikan

perselisihan-perselisihan (pemulihan keadaan).

Walaupun teori Durkheim tersebut diatas banyak mengandung

kelemahan-kelemahan, namun dapat dicatat beberapa unsur yang penting

bagi perkembangan sosiologi hukum. Pendapatnya tentang hukum yang

bersifat represif akan berguna untuk memahami arti kejahatan dan

efektifitas hukuman. Dalam hal ini jelaslah bagi kita bahwa pada

umumnya suatu kejahatan menyebabkan terjadinya amarah dari bagian

terbesar masyarakat yang berwujud suatu reaksi yang negatif. Dengan

demikian maka hukum yang represif ada dimana-mana. Uraian Durkheim

tentang hukum yang represif memberikan pikiran-pikiran baru pada

pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa hukum pada umumnya

bersifat menjatuhkan hukuman pada pelanggar-pelanggarnya (yakni sanksi

(53)

46

Teori Durkheim sebagaimana dijelaskan secara singkat diatas

berusaha untuk menghubungkan hukum dengan struktur sosial. Hukum

dipergunakan sebagai suatu alat diagnose untuk menemukan syarat-syarat

struktural bagi perkembangan solidaritas masyarakat. Hukum dilihatnya

sebagai dependent variable, yaitu suatu unsur yang tergantung pada

struktur sosial masyarakat, akan tetapi hukum juga dilihatnya sebagai

suatu alat untuk mempertahankan keutuhan masyarakat maupun untuk

menentukan adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.

Seperti permasalahan yang terjadi di desa Sidorejo yakni

perselingkuhan pasangan suami istri dengan menggunakan handphone

yakni dengan adanya ketertarikan pada seseorang yang terdiri dari

ketertarikan secara fisik atau pun emosional, mulailah bercakap-cakap dan

menjalin hubungan dengannya. Setelah itu, kita mulai

merasa tergantung dengannya. Kita merasa membutuhkan dia. Saat dia

tidak hadir, kita merasa tidak nyaman, sehingga kita mulai

menanti-nantikan dia.

Setelah rasa ketergantungan, mulailah proses saling memenuhi.

Kita dengan dia merasa saling memenuhi kebutuhan emosional

masing-masing. Misalnya, yang satu punya problem dengan keluarganya, lalu

diceritakan kepada rekan yang dapat memenuhi kebutuhan emosionalnya,

dan terus berlanjut. Biasanya, kalau ada unsur-unsur ini, hanya tinggal

masalah waktu untuk terjadinya hubungan seksual antara kedua orang

Gambar

  Tabel 1.1
  Tabel 1.3
Gambar 3.1 Jalan memasuki desa Sidorejo
 Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis persentase didapatkan deskripsi bahwa kualitas produk BreadTalk Ambarukmo Plaza Yogyakarta yang diutamakan konsumen sehingga konsumen tertarik

Dengan demikian Ho ditolak, artinya rata-rata N-gain pada Indikator memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan pada kelas eksperimen berbeda signifiikan dengan

terlibat dengan penaksiran untuk menentukan sejauah manakah pelajar telah menguasai pengetahuan, kemahran dan nilai yang disampaikan. Guru memotivasikan pelajar supaya

Maka sesuai pendapat ahli diatas populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Lalu

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.. Menguak Tabir

bisa ditarik kembali (dalam bentuk checkable deposits) di jamin atau diback-up oleh uang tunai atau oleh simpanan giro bank yang ada di Bank Indonesia.. y Bank-bank umum atau

(2003) menyatakan bahwa adanya hubungan positif signifikan antara ekpektasi kinerja, ekspektasi usaha, dan faktor sosial terhadap minat pemanfaatan teknologi

[r]