BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Selama ini pemerintah telah melakukan ber-bagai upaya meningkatkan mutu pendidikan, antara lain meliputi penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkatan mutu guru dan tenaga kepen-didikan, pengadaan fasilitas pendidikan seperti per-pustakan, laboratorium, serta perbaikan dan pening-katan manajemen pendidikan (Depag, 2005), namun berbagai indikator menunjukkan mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan. Berdasar-kan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: Di Balik Krisis Konflik Militer dan Pendidikan yang dikeluarkan Organisasi Pendi-dikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikat-an BPerserikat-angsa-BPerserikat-angsa (UNESCO) yPerserikat-ang diluncurkPerserikat-an di New York, Amerika Serikat, Senin (1/3) waktu setempat, indeks pembangunan pendidikan (education develop-ment index/EDI) menurut data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai ini menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia (Kompas, 3/3/2011). Indonesia masih tertinggal dari Brunei. Brunei berada di peringkat ke-34 yang masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang. Negara Jepang menempati posisi nomor satu di dunia, sementara Malaysia berada di peringkat ke-65. Posisi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).
karena rendahnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan dan rendahnya tingkat sosial ekonomi orang tua siswa. Semakin tinggi tingkat kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan semakin rendah tingkat drop out bagi anak-anaknya.
negeri seperti penganiayaan, pemerkosaan, dan lain sebagainya (Harmadi 2010).
Oleh karena itu dalam rangka peningkatan mutu sekolah serta meningkatkan martabat bangsa Indonesia, perlu dilakukan pengembangan dan pe-nyempurnaan kurikulum pada semua jenjang pendi-dikan yang berbasis masyarakat yang berorientasi pada kecakapan hidup dengan tidak mengubah sistem pendidikan yang ada tetapi diintegrasikan dalam tiap mata pelajaran yang sudah ada. Dengan titik berat pendidikan pada kecakapan hidup, diharapkan pendi-dikan benar-benar dapat meningkatkan taraf hidup dan martabat masyarakat.
(2010) melakukan penelitian penerapan pembelajaran life skill di pesantren Nurul Umah di Kota Gede Yogyakarta dan pesantren di Kabupaten Bangkalan. Hasil penelitian Choeriyah menyatakan pembelajaran life skill dapat diterapkan di pesantren guna memper-siapkan santri dapat menyesuaikan dengan era global-isasi tanpa harus meninggalkan materi pokok kuri-kulum di pesantren.
Penelitian berlanjut tentang pengaruh pendidik-an kecakappendidik-an hidup bagi peserta didik. Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pendidikan kecakapan hidup diantaranya adalah pe-nelitian yang dilakukan oleh Subandono (2007) di SMK Theresiana Semarang. Subandono menemukan bahwa pembelajaran life skill mempunyai pengaruh positif terhadap minat kewirausahaan siswa, namun prestasi belajar kewirausahaan tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Agak berbeda dengan Subandono, Mahmud (2011) merekomendasikan bahwa pendidikan kecakapan hidup dapat dijadikan alternatif dalam kemampuan berpikir kritis, kemam-puan pengambilan keputusan dan keterampilan ko-munikasi efektif. Rekomendasi ini ditulis Subandono setelah melakukan penelitian di SMKN 08 Makasar.
(SMP/MTs), sekolah lanjutan tingkat atas (SMA/SMK/ MA) maupun pondok pesantren. Pengaruh pembela-jaran kecakapan hidup bagi siswa adalah memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan siswa berfikir kritis dan kemampuan pengambilan keputusan serta mampu menyesuaikan dengan era globalisasi dan menentukan pekerjaan yang sesuai dengan kemam-puannya.
Penelitian-penelitian terhadap pembelajaran ke-cakapan hidup sudah banyak dilakukan dengan hasil yang baik dan tidak ada hasil yang menyatakan tidak baik atau memberikan pengaruh negatif, tetapi dari semua penelitian belum ada yang meneliti implemen-tasi pembelajaran life skill di tingkat dasar SD atau MI, padahal belajar menurut aliran behaviorisme merupa-kan usaha untuk menyesuaimerupa-kan diri terhadap kondisi atau situasi di sekitar kita (Mustaqim 1991), sehingga pembelaja ran kecakapan hidup akan lebih berhasil jika integrasinya sudah dimulai dari tingkat dasar dan tidak hanya di sekolah lanjutan tingkat atas.
Disebabkan oleh ekonomi yang pas-pasan itulah sehingga bukan hal yang aneh jika banyak siswa MI Miftakhul Huda Bengkal yang tidak melanjutkan ke sekolah lanjutan apalagi kuliah di perguruan tinggi. Bahkan ada yang tidak melanjutkan ke sekolah lanjut-an tingkat pertama (SMP/MTs). Data tentlanjut-ang siswa lulusan MI Miftakhul Huda yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Daftar Lulusan MI yang Melanjutkan Sekolah
No Tahun Jumlah
Sumber: MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung, 2011
Dengan demikian jika implementasi integrasi ke-cakapan hidup ini berhasil diterapkan di MI, diharap-kan siswa lebih siap terjun di masyarakat setelah lulus MI atau MTs (Madrasah Tsanawiyah) karena dengan pemberian pembelajaran kecakapan hidup dari tingkat dasar siswa akan terbiasa mempraktikkan hal-hal yang akan ditemui di dunia nyata seperti cara ber-ibadah sehari-hari, cara memanfaatkan barang di sekitar siswa dan cara beradaptasi dengan lingkungan alam maupun sosial. Di samping itu juga akan lebih siap jika di tingkat lebih atas dilaksanakan pendidikan kecakapan hidup yang lebih spesifik atau lebih khusus.
kecakapan hidup (life skills) yang sebenarnya dan bagaimana strategi penerapan pendi-dikan kecakapan hidup dalam pembelajaran.
Untuk dapat menerapkan pendidikan kecakapan hidup dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda perlu dipersiapkan guru-guru sebagai ujung tombak pelak-sanaan implementasi serta strategi yang tepat untuk pelaksanaan implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skill).
1.2
Rumusan Masalah
Penelitian ini akan menjawab beberapa perta-nyaan yang terangkum dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi implementasi integrasi life skills di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung?
2. Bagaimana kesiapan guru dalam implementasi life skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal?
3. Kendala apa saja yang dihadapi MI Miftakhul Huda dalam implementasi integrasi life skills dalam pembelajaran?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menghasilkan strategi implementasi life skills di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung;
2. Mengetahui kesiapan guru dalam implementasi life skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal;
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi MI Miftakhul Huda dalam implementasi integrasi life skills dalam pembelajaran;
4. Mengetahui peran kepala madrasah dalam imple-mentasi life skills di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Secara Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Manfaat pendidikan life skills bagi siswa secara umum adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah hidup dan kehidup-an, baik sebagai pribadi yang tangguh dan mandiri, sebagai warga masyarakat maupun sebagai warga negara yang baik.
b. Bagi guru
Dapat meningkatkan pengetahuan bagi guru dalam pelaksanaan implementasi pendidi kan life skills di sekolah tingkat dasar (SD/MI).
c. Manfaat bagi pemerintah
Manfaat penelitian bagi pemerintah adalah sebagai masukan alternatif cara peningkatan mutu pendidikan dalam era globalisasi dan peningkatan daya saing internasional.
d. Manfaat bagi sekolah