• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

1. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2016 – September 2016

Perubahan jumlah dan persentase penduduk miskin tidak akan terlepas dari perubahan nilai garis kemiskinan. Garis kemiskinan (GK) merupakan rata-rata pengeluaran per kapita perbulan yang digunakan untuk mengklasifikasikan penduduk kedalam golongan miskin atau tidak miskin.

Garis kemiskinan yang digunakan untuk menghitung penduduk miskin September 2016 adalah Rp.438.075 (kapita/bulan). Peran komoditi makanan terhadap garis kemiskinan makanan jauh lebih besar dibandingkan komoditi non makanan. Pada bulan September 2016, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 76,32 persen. Jika dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan maka sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan di perdesaan sebesar 80,33 persen, lebih besar dibandingkan daerah perkotaan yang hanya 70,86 persen. Komposisi tersebut tidak jauh berbeda dangan kondisi Maret 2016.

No. 04/01/13/Th. XX/3 Januari 2017

 Garis Kemiskinan (GK) September 2016 mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141 per kapita per bulan pada Maret 2016.

 Komponen terbesar pembentuk Garis Kemiskinan adalah Garis Kemiskinan Makanan dengan kontribusi 76,32 persen, sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan memberikan kontribusi sebesar 23,68 persen.

 Secara persentase, penduduk miskin naik sebesar 0.05 poin dari periode Maret 2016 ke periode September 2016 yaitu dari 7,09 persen menjadi 7,14 persen.

 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2016 adalah 376.510 jiwa, naik sebanyak 4.955 jiwa dibanding Maret 2016. Menurut wilayahnya, perkotaan naik sebanyak 548 jiwa, dan jumlah penduduk miskin perdesaan mengalami peningkatan sebanyak 4.407 jiwa.

 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik 0,026 poin, dari 1,096 pada Maret 2016 menjadi 1,122 pada September 2016.

(2)

Jika dibandingkan antara September 2016 dengan Maret 2016, maka garis kemiskinan daerah perkotaan meningkat sebesar 2,98 persen. Sedangkan di daerah perdesaan meningkat 2,83 persen. Jika dilihat menurut komponennya maka terjadi perbedaan antara perkotaan dan perdesaan. Di daerah perdesaan garis kemiskinan non makanan mengalami perubahan yang lebih besar daripada garis kemiskinan makanan.

Tabel 1.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/

Tahun Makanan

Non

Makanan Total

Jumlah

September 2014 Maret 2015 September 2015

282 276 September 2016

312 154

September 2014 Maret 2015 September 2015

279 289 September 2016

332 415

September 2014 Maret 2015 September 2015 Maret 2016 September 2016

280 453 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

2. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat, Maret 2016 – September 2016

(3)

perdesaan. Jadi sekitar 31,74 persen penduduk miskin tinggal di perkotaan. Tabel 2, menunjukkan bahwa 5,52 persen penduduk perkotaan dikategorikan sebagai penduduk miskin, sementara itu, di daerah perdesaan sekitar 8,27 persen. Secara keseluruhan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan dari 7,09 persen pada Maret 2016 menjadi 7,14 persen pada September 2016. Dilihat perkembangan menurut perdesaan dan perkotaan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami perubahan relatif lebih tinggi dari daerah perkotaan. Penduduk miskin daerah perkotaan turun dari 5,54 persen pada Maret 2016 menjadi 5,52 persen pada September 2016. Di daerah perdesaan, persentase penduduk miskinnya mengalami peningkatan dari 8,16 persen menjadi 8,27 persen. Perkembangan perubahan persentase dan jumlah penduduk miskin menurut daerah perdesaan dan perkotaan berturut-turut dapat dilihat pada Grafik 1 dan Grafik 2.

Tabel 2.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Persentase Penduduk Miskin (%) Perkotaan Perdesaan Jumlah Perkotaan Perdesaan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Grafik 1.

Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016

5,43 5,41 5,73 5,73 5,54 5,52

Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16

(4)

Grafik 2.

Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016

3. Perkembangan Penduduk Miskin Maret 2016 – September 2016

Informasi kemiskinan yang disajikan merupakan keadaan kemiskinan pada bulan Maret 2016 dan bulan September 2016. Dari Maret 2016 ke September 2016 jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 548 jiwa, walaupun dari besarnya persentase turun sebesar 0,43 persen. Sedangkan untuk jumlah penduduk miskin perdesaan mengalami peningkatan sebanyak 4.407 jiwa. Perubahan tersebut mengakibatkan jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan sebanyak 4.955 jiwa dari Maret 2016 ke September 2016.

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Dimensi lain yang perlu juga mendapatkan perhatian selain jumlah dan persentase penduduk miskin adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Upaya pengentasan kemiskinan bukan hanya ditujukan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin namun juga mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukan bahwa penduduk miskin di perdesaaan memiliki rata-rata (gap) pengeluaran dengan garis kemiskinan yang lebih besar dibandingkan penduduk miskin perkotaan. Namun, jika dibandingkan data Maret 2016, penduduk miskin di perkotaan terlihat semakin terpuruk dengan indeks kedalaman yang makin tinggi. Sedangkan kondisi penduduk miskin di perdesaan sedikit mengalami perbaikan. Secara umum, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan dari Maret 2016 ke September 2016.

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan kondisi yang sama, bahwa terjadi perbaikan pada penduduk miskin perdesaan dan sebaliknya terjadi pada penduduk miskin perkotaan. Namun ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin perdesaan masih lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin perkotaan.

108.076 108.532 118.034 118.481 118.960 119.510

271.120

246.206 261.575

231.048 252.590

257.000 379.196

354.738

379.609

349.529 371.550

376.510

0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000 500.000

Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16

(5)

Tabel 3

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), Maret 2014 – September 2016

Tahun Kota Desa Kota + Desa

P1

Maret 2014 0,654 1,122 0,940

September 2014 Maret 2015 September 2015

0,536 0,785 1,056

0,888 1,104 1,392

0,751 0,977 1,259

Maret 2016 September 2016

0,752 1,038

1,334 1,180

1,096 1,122

P2

Maret 2014 0.125 0.278 0,219

September 2014 Maret 2015 September 2015

0,096 0,161 0,245

0,181 0,224 0,320

0,148 0,211 0,290

Maret 2016 September 2016

0,153 0,249

0,304 0,299

(6)

5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data

a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

b. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Indeks/P1), yaitu kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, dan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Indeks/P2), yaitu ketimpangan diantara penduduk miskin.

c. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

d. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

e. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

(7)

Ir. Dody Herlando, M.Econ

Kepala BPS Provinsi Sumatera Barat

Gambar

Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat
Grafik 2. Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat
Tabel 3           Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2),

Referensi

Dokumen terkait

UNAIR NEWS – Mahasiswa Fakultas Kedoktean Hewan (FKH) Universitas Airlangga dalam penelitiannya menemukan bahwa wortel (Daucus carota L) dapat digunakan sebagai bahan

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan berfokus pada modifikasi model bisnis atas layanan produk yang ditawarkan oleh

(2) Perorangan atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11 dan atau Pasal 12 dikenakan sanksi berupa penarikan

Sistematika penulisan artikel hasil penelitian empiris (berbasis riset) terdiri dari Judul, Nama Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Metode, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan

Membangun suatu perangkat lunak untuk mengidentifikasi karakter pada suatu file gambar yang berasal dari hardcopy dokumen atau dari sumber lainnya, dengan

Segala puji bagi Allah SWT, penulis panjatkan atas kehadirat-Mu yang telah memberikan limpahan kemudahan, karunia, dan rahmat sehingga penulis dapat

Dengan dibuatnya mesin penggiling biji jarak ini, maka dapat mengurangi penggunaan tenaga manusia, guna meningkatkan kefektifan kerja agar tercapai produktifitas yang tinggi

Landsat kombinasi band 542 tampak sebagai wama biru (kotak berwama merah pada citra tgl 19 April 2006), pada perkembangan selanjutnya pada lokasi yang sarna mengalami