• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pakan Aditif dari Wortel, Mampu Naikkan Berat Badan Harian Ayam Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pakan Aditif dari Wortel, Mampu Naikkan Berat Badan Harian Ayam Broiler"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Pakan Aditif dari Wortel,

Mampu Naikkan Berat Badan

Harian Ayam Broiler

UNAIR NEWS – Mahasiswa Fakultas Kedoktean Hewan (FKH) Universitas Airlangga dalam penelitiannya menemukan bahwa wortel (Daucus carota L) dapat digunakan sebagai bahan aditif pakan ayam broiler yang teruji efektif dan mampu meningkatkan berat badan harian ayam.

Mahasiswa FKH UNAIR yang melakukan penelitian tersebut adalah Ahmad Syaifullah (2014), Akhmad Afifudin Al-Anshori (2016), Indah Tri Lestari(2016), Maylendah Larasati Wibowo (2016), dan Dhinar Ramadhani (2016).

Dibawah bimbingan Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, Drh., MP., penelitian tersebut dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) dengan judul “Pemanfaatan Ekstrak Umbi Wortel (Daucus carota

L) Terhadap Peningkatan Berat Badan Harian Pada Ayam Broiler”.

Proposal ini telah lolos seleksi Dikti, sehingga berhak atas dana penelitian program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017. Dijelaskan oleh Ahmad Syaifullah, ayam Broiler merupakan ayam ras pedaging hasil persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock. Peternakan Broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sumber protein hewani.

Dalam usaha peternakan broiler, biaya pakan merupakan komponen terbesar dari total biaya produksi yang harus dikeluarkan peternak, yaitu sekitar 70%. Guna memaksimalkan hasil produksi dengan biaya seminimal mungkin, peternak melakukan berbagai cara. Salah satu usahanya dengan menambahkan bahan aditif.

(2)

satu bahan pakan yang melimpah. Kandungan betakaroten dan tingginya kadar serat dalam wortel sangat berguna melancarkan sistem pencernaan dan meningkatkan kinerja usus dalam penyerapan nutrisi. Dengan potensi tersebut, wortel dapat digunakan sebagai alternatif untuk efisiensi pakan pada peternakan broiler, jadi dapat meningkatkan pertumbuhan berat badan secara harian pada broiler.

DIAGRAM pertambahan berat badan harian ayam broiler dari hasil uji coba. (Dok PKM-PE FKH)

”Kami melakukan penelitian menggunakan 100 ekor ayam broiler yang dipelihara secara intensif. Pada umur 2 minggu dibagi dalam 5 kelompok, terdiri dari 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan yang diberi wortel dengan dosis dari konversi manusia ke ayam. Selanjutnya semua dosis dicampurkan dalam air minum sesuai kebutuhan harian ayam broiler,” kata Ahmad menjelaskan.

Parameter yang dilihat adalah laju pertambahan berat badan harian ayam selama masa pemeliharaan (5 minggu) hingga panen. Penimbangan berat badan dilakukan setiap minggu terhadap 50% sampel dari tiap kelompok, kemudian dibagi 7 untuk mengetahui rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain)

(3)

ayam broiler per minggu. Pertambahan berat badan ini bisa dilihat pada diagram.

Menurut Ahmad Syaifullah, kecukupan energi dan protein dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kondisi gizi masyarakat, juga keberhasilan usaha pemerintah dalam pembangunan pangan peningkatan sumber daya manusia. Hal ini penting sebab peternakan ayam broiler merupakan penyumbang protein hewani terbesar bagi masyarakat Indonesia.

Ahmad Dkk berharap hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para peternak ayam broiler. Keberadaan wortel di Indonesia yang sangat melimpah, biaya pembelian yang cukup efisien serta telah terbuktinya dalam uji coba, menjadi nilai tambah untuk memilih wortel sebagai bahan pakan aditif untuk usaha broiler mereka. (*)

Editor: Bambang Bes

Mahasiswa UNAIR Bikin Sabun

Cuci Tangan dari Biji Pepaya,

Bisa Cegah Diare

UNAIR NEWS – Penyakit diare masih menjadi masalah global, terutama di negara berkembang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditjen Bina Upaya Kesehatan dalam Pusdatin Kemenkes 2011, penyakit diare menjadi kasus penyakit terbanyak di berbagai rumah sakit di Indonesia pada tahun 2010 lalu.

Melalui program kreativitas mahasiswa (PKM), kelompok mahasiswa Universitas Airlangga yang diketuai oleh Azizah T.W (2014) dengan anggotanya Yossy Kartikasari (2014), Fitri W

(4)

(2014), Ade Puspita (2014), dan Adelia (2015) berhasil membuat inovasi berupa Sabun Cuci Tangan Biji Pepaya untuk Mencegah Infeksi Diare Escherichia coli: “CARIPA”.

CARIPA tersebut dimaksudkan sebagai terobosan baru memanfaatkan limbah biji pepaya menjadi barang berguna sebagai bahan aktif sabun cair mampu. Sabun ini diharapkan mampu menekan merebaknya penyakit diare yang menyerang anak-anak dan orang dewasa.

“Ide ini muncul ketika tim kami melihat begitu besar potensi kandungan bahan aktif dalam biji pepaya dalam menghambat atau pun mematikan dari bakteri Escherichia coli. Kita ketahui bahwa Escherichia coli menjadi salah satu bakteri yang paling sering menyebabkan diare,” ujar Azizah T.W, ketua PKM bidang Kewirausahaan (PKMK) ini.

ANGGOTA Tim PKM CARIPA. (Foto: Dok Tim)

Membiasakan diri untuk menjaga kebersihan lingkungan, terutama kebersihan pada area tangan dengan menggunakan sabun cuci tangan CARIPA sebelum makan, sesudah melakukan aktivitas di luar, maupun setelah buang air besar, diharapkan dapat menekan penyakit diare. Hal ini sesuai hasil uji coba yang dilakukan tim.

(5)

CARIPA, sehingga harapan kami dapat menjadi daya tarik tersendiri agar masyarakat dapat membiasakan diri dengan mencuci tangan menggunakan CARIPA,” tambah Azizah.

Sejak dilakukan inovasi hingga saat ini, sabun CARIPA sudah dipasarkan pada masyarakat umum, walau sifatnya masih terbatas. Selama ini pemesanan sabun CARIPA antara lain dapat dilakukan dengan menghubungi kami: di nomor handphone: 087858931667 (a/n Azizah), atau juga bisa dengan ngepoin di sosial media Instagram dengan alamat CARIPA @kebaikancaripa. (*)

Editor: Bambang Bes

Ekstrak

Daun

Kenikir

Berkhasiat Sebagai Terapi

’Cancer Stem Cell’

UNAIR NEWS – Penyakit kanker masih merupakan salah satu pembunuh utama di dunia. Beberapa teknik pengobatan kanker yang digunakan saat ini seperti kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan, masih menyisakan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Biaya pengobatan yang tinggi juga menjadi kendala masyarakat untuk mendapatkan pengobatannya. Kendatipun sudah ada BPJS dan jaminan kesehatan lain, instansi kesehatan masih menanggung biaya yang mahal.

Beranjak dari permasalahan itulah, empat mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga melakukan penelitian terhadap potensi ekstrak daun kenikir yang diduga dapat membunuh sel kanker secara terprogram. Keempat mahasiswa FK UNAIR itu adalah Andi Yasmin Wijaya (2015), Winona May

(6)

Hendrata (2015), Farmindo Hartono (2016), dan Ainur Rahmah (2016).

Kreativitas tersebut kemudian dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE). Penelitian berjudul “Potensi Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos

caudatus Kunth.) Sebagai Terapi Kanker Melalui Induksi

Apoptosis Cancer Stem Cell” ini berhasil lolos seleksi dan mendapatkan dana penelitian dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) program PKM 2016-2017.

”Pemilihan kami tentang kenikir sebagai objek penelitian dikarenakan kenikir sering ditemukan di Indonesia serta sudah dikonsumsi masyarakat sejak jaman para leluhur. Kenikir juga merupakan tumbuhan dengan kadar flavonoid tinggi,” kata Andi Yasmin Wijaya, ketua kelompok PKM ini.

Penelitian ini lebih dikhususkan untuk membunuh cancer stem

cell karena sel punca kanker itu berbeda dengan sel punca

biasa. Stem cell atau sel punca merupakan sel yang memiliki kemampuan memperbarui diri dan berdiferensiasi menjadi sel lain.

(7)

T I M m a h a s i s w a F K U N A I R k e t i k a p e n e l i t i a n d i laboratorium meneliti daun kenikir. (Foto: Dok PKMPE FK).

Cancer stem cell juga dapat memperbanyak dirinya sendiri dan

berpotensi untuk menjadi berbagai kanker pada organ lain melalui mekanisme metastasis. Cancer stem cell bahkan memiliki kemampuan kekebalan terhadap kemoterapi dan radiasi, sehingga dibutuhkan pendekatan baru untuk membunuh sel ini.

Sejak ditemukannya cancer stem cell, peneliti di seluruh dunia berlomba-lomba untuk menciptakan terapi kanker berbasis Cancer

Stem Cell targeted therapy. Dengan ditemukannya terapi dengan

pendekatan ini, diharapkan ada terobosan baru untuk terapi kanker yang lebih efektif dan dengan kemungkinan kambuh yang kecil.

”Sejak lama orang Indonesia telah memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan di sekitarnya untuk digunakan sebagai obat tradisional. Sebaiknya peneliti dan mahasiswa Indonesia memandang hal ini sebagai sebuah peluang besar dalam pengembangan obat untuk berbagai penyakit, salah satunya penyakit kanker,” kata Andi selaku ketua dari penelitian ini. Untuk pengambilan flavonoid dan zat fenolik lain dari kenikir, dilakukan prosedur ekstraksi. Ekstrak akan diujikan pada sel punca normal dan cancer stem cell. Pengujian terhadap sel punca normal bertujuan untuk menguji toksisitas ekstrak terhadap sel normal. Penelitian dikerjakan dengan memanfaatkan berbagai fasilitas penelitian di Universitas Airlangga Surabaya. (*)

(8)

Museum Fakultas Kedokteran

Bisa Memberi Wawasan Bagi

Mahasiswa

UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran memiliki museum. Terbuka tidak hanya bagi internal sivitas akademika, namun juga, bagi umum. Berikut sejumlah potret yang diambil oleh dua fotografer Pusat Informasi dan Humas Helmy Rafsanjani dan Yudira Pasada Lubis di sana.

(9)

Penelitian Mahasiswa UNAIR,

JKN Tidak Timbulkan ‘Ex Ante

Moral Hazard’

UNAIR NEWS – Indonesia saat ini tengah memasuki era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pemerintah menargetkan tahun 2019 dapat mencapai Universal Health Coverage, artinya seluruh penduduk Indonesia akan tercakup dalam program JKN. Diharapkan dengan tercapainya target tersebut, pemerintah dapat memberikan jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi rakyat Indonesia, sehingga kesejahteraan hidup dapat ditingkatkan. Namun dibalik itu semua, terdapat risiko timbul ex post moral

hazard dan ex ante moral hazard. Beberapa penelitian telah

banyak membuktikan adanya ex post moral hazard atau peningkatan kunjungan ke instansi pelayanan kesehatan untuk memanfaatkan fasilitas kuratif dan rehabilitatif setelah memiliki asuransi kesehatan.

Sedangkan eksistensi ex ante moral hazard atau penurunan

preventive health behavior masyarakat setelah terjamin

asuransi kesehatan hingga saat ini masih menjadi perdebatan.

Moral hazard itu sangat penting untuk diperhatikan agar tidak

menimbulkan kerugian, baik bagi pemerintah maupun masyarakat. ”Karena itulah kami berlima dari mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga melakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya penurunan perilaku sehat masyarakat yang telah terjamin dalam asuransi kesehatan (BPJS Kesehatan),” kata Nita Kusuma Wardani, Ketua kelompok dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini.

(10)

ANGGOTA PKMM ketika berkonsultasi dengan dosen pembimbing. (Foto: Ist)

Setelah dituangkan ke dalam proposal, dengan judul “Analisis Pengaruh Kepemilikan BPJS Kesehatan terhadap Perilaku Sehat Peserta di Kota Surabaya”, proposal hasil inovasi Nita Kusuma Wardani, Dwi Elsa Mardiana, Malida Nurul Hidayah, Rina Wahyu Andani, dan Sherly Dwi Agustiningrum ini, berhasil lolos p e n i l a i a n D i k t i d a n m e r a i h d a n a d a r i p r o g r a m P K M Kemenristekdikti 2016-2017.

Diterangkan oleh Nita, hasil penelitian yang dilakukan bahwa kepesertaan BPJS Kesehatan secara signifikan berpengaruh terhadap perilaku sehat peserta di Kota Surabaya. Masyarakat yang memiliki asuransi BPJS Kesehatan akan berperilaku sehat 1,951 kali lebih besar jika dibandingkan masyarakat yang belum memiliki asuransi kesehatan.

“Perilaku sehat yang kami maksud adalah perilaku pencegahan (preventive behavior), seperti rutin berolahraga, menjaga asupan makanan yang bergizi seimbang, dan lain sebagainya, yang semua itu dilakukan atas dasar kesadaran pribadi,” tambah Nita.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan secara tidak langsung bahwa kualitas Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia sudah cukup baik. Hal itu dikarenakan program JKN

(11)

terbukti tidak menimbulkan ex ante moral hazard yang menyebabkan pesertanya mengalami penurunan perilaku sehat akibat terjamin asuransi kesehatan. (*)

Editor: Bambang Bes

Inovasi Membran Dialyzer

dengan

Aksi

Antibakteri

Kitosan, Kandidat Membran

Hemodialisa

UNAIR NEWS – Lima mahasiswa Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, yaitu Evlyn Anggraini Santoso, Fulky A’yunni, Fathania Nabilla, Novita Putri Rahayu, dan Adita Wardani Rahmania, berhasil melakukan inovasi dalam penelitiannya yaitu membuat membran dialyzer (membran untuk cuci darah/hemodialisa) yang memiliki sifat antibakteri.

Terapi hemodialisa (HD) merupakan pengobatan terbanyak yang dipilih penderita gagal ginjal kronik. Berdasarkan survei berbagai pusat hemodialisis, di Indonesia terdapat 30,7% pasien per juta penduduk yang memerlukan hemodialisis. Akses vaskuler yang rutin dilakukan setiap menjalani HD bisa mengakibatkan kondisi bakterimia dan infeksi yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien dan berakhir pada kematian. Selain akses vaskuler, infeksi yang disebabkan bakteri bisa berasal dari cairan dialisat, penggunaan reuse dialyzer, pengolahan air pada pusat dialisis, dan mesin dialisis.

Sedangkan membran dialyzer selama ini yang digunakan tidak memiliki sifat antibakteri. Padahal ketika proses

(12)

berlangsungnya pengobatan HD banyak faktor yang memungkinkan bakteri dari luar itu masuk dan menyebabkan infeksi, sehingga berdampak pada menurunnya kadar albumin. Presentase terjadinya infeksi dalam waktu dibawah satu bulan sebesar 15%, 1-12 bulan 44%, dan di atas 1 tahun 41%. Terjadinya infeksi ini disebabkan karena patogen gram positif sebesar 97% kasus, terutama oleh bakteri Staphylococcus aureus (60%) dan

Staphylococcus epidermis (22%).

Membran Dialyzer hollow fiber hasil inovasi mahasiswa FST UNAIR. (Foto: Dok PKMPE FST)

Oleh karena itulah, dibawah bimbingan Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., mahasiswa tersebut mencoba membuat membran dialyzer untuk terapi hemodialisa yang memiliki sifat antibakteri, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal.

“Kami mencoba membuat membran dialyzer yang terbuat dari bahan

polyurethane, citric acid dan polyethersulfon untuk kemudian

ditambahkan kitosan untuk memunculkan sifat antibakterinya. Kitosan merupakan bahan alam yang dikenal memiliki sifat antibakteri tinggi, mudah ditemukan, dan harga yang tidak terlalu mahal,” ujar Evlyn Anggraini Santoso, ketua kelompok. Membran dialyzer yang selesai dicetak dalam dua bentuk flat (datar) dan hollow fiber kemudian dicelupkan dalam larutan kitosan dan disimpan selama 24 jam pada suhu 4°C. Setelah itu dicuci menggunakan larutan PBS dan dilakukan sterilisasi dengan direndam dalam glutaraldehid selama 30 menit.

(13)

Penelitian yang dikemas dalam judul “Biokomposit Inovatif Berbasis Citric Acid-Polyurethane-Chitosan sebagai Kandidat Membran Dialyzer Antibakteri” berhasil menarik perhatian Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti, yang kemudian memberi dana pengembangan penelitian melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE).

Hasil penelitian ini telah diuji dengan uji antibakteri menggunakan bakteri Staphylococcus aureus dan didapatkan hasil diameter zona bening disekitar cakram sekitar 6,946-11,086 mm. Hal ini menunjukkan bahwa sampel membran dialyzer telah memiliki sifat antibakteri. Aktivitas antibakteri dari kitosan berasal dari gugus fungsional amina yang dapat membentuk ikatan dengan dinding sel bakteri dan bakteri akan lisis. Hasil uji FTIR menunjukkan ditemukannya gugus fungsi kitosan N-H/ O-H (amina dan hidroksil) yang penyusun kitosan. Hasil pengukuran pori membran telah dilakukan menggunakan uji SEM dan diperoleh ukuran pori sebesar 0,944 µm, hasil ini sesuai dengan ukuran pori membran filtrasi.

Selain itu juga telah dilakukan uji hemolisis untuk mengetahui sifat material apabila berkontak langsung dengan darah. Apabila presentase hemolisis dibawah 5% maka sampel dianggap aman untuk kontak dengan darah. Dari hasil uji tersebut kelima sampel menunjukkan presentase hemolisis kurang dari 5% sehingga aman digunakan untuk proses hemodialisa. (*)

Editor: Bambang Bes

(14)

Penularan Virus Dengue

UNAIR NEWS – Berada di lintasan garis khatulistiwa, Indonesia tak lepas dari dampak penyakit tropis. Sejumlah penyakit tropis yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) terus menjadi momok di Nusantara, khususnya wilayah perkotaan.

Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan Prof. Dr. Ririh Yudhastuti, drh., M.Sc, mengatakan penduduk perkotaan lebih rentan terkena virus dengue yang ditularkan oleh vektor berupa nyamuk Aedes aegypti. Sebab, penduduk urban tinggal di lingkungan pemukiman yang memiliki tingkat densitas tinggi. Di Surabaya, setiap tahunnya kasus DBD selalu terjadi di sejumlah kawasan di Surabaya seperti Sawahan dan Tambaksari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program doktor Fakultas Kesehatan Masyarakat, virus dengue juga sudah menjangkiti kawasan-kawasan di Makassar seperti Toraja.

“Bahkan, di tempat penampungan air, telur nyamuk itu sudah mengandung virus dengue,” tutur Ririh.

Mengapa virus dengue lebih mudah ditularkan di kawasan perkotaan? Ririh menjelaskan, vektor Aedes aegypti memiliki jarak terbang yang rendah. Hanya seratus meter.

Namun, Ririh menambahkan dataran tinggi juga perlu waspada dengan penyakit DBD karena virus ini juga sudah menjangkiti daerah-daerah sekitar pegunungan.

Sebab pada dasarnya, nyamuk Aedes aegypti bersifat

anthropophilic yakni lebih menyukai darah manusia.

“Manusia memiliki tiga tipe kelenjar kulit salah satunya kelenjar eccrine. Kelenjar ini mengandung molekul carboxylic yang membedakan antara bau manusia dan mamalia lainnya. Kelenjar inilah yang dalam penciuman nyamuk Aedes aegypti

(15)

sangat membangkitkan selera untuk menggigit maupun menghisap darah,” tutur Ririh yang baru saja dikukuhkan sebagai profesor, Sabtu (8/7).

Peran ramalan cuaca

Peningkatan curah hujan akan meningkatkan kelembaban dan temperatur. Hal ini akan mendukung seluruh aktivitas nyamuk termasuk memperpanjang umur dan bereproduksi. Vektor Aedes

aegypti akan berkembang secara optimum pada temperatur 20–28

derajat Celcius.

Umur nyamuk yang lebih panjang akan meningkatkan peluang bagi virus dengue untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya. Indonesia, sebagai negara tropis dengan suhu udara 16–32 derajat Celcius dan kelembaban relatif 60–80 persen merupakan ruang yang ideal untuk mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes

aegypti.

Apalagi belakangan cuaca di Indonesia, termasuk Surabaya dan sekitarnya sering tak menentu. Keadaan cuaca kerap kali terjadi hujan lebat disertai angin kencang pada malam hari dan terik pada siang hari.

“Secara biologis diperkirakan cuaca yang tidak menentu ini memainkan peran penting terjadinya penularan penyakit yang ditularkan vektor nyamuk Aedes aegypti,” tegas ahli nyamuk. Sebelum memasuki musim penghujan, masyarakat bisa memanfaatkan waktu untuk menerapkan program 3M plus yaitu menguras, menutup, mengubur atau menimbun barang-barang bekas, dan menyikat bersih dinding tempat penyimpanan air.

“Beberapa tahun belakangan ini telah terjadi penularan DBD secara transovarial di daerah endemis DBD termasuk di Surabaya. Adanya kasus DBD setiap tahun di Surabaya menunjukkan adanya tendensi transovarial,” terang perempuan kelahiran Surakarta.

(16)

Ririh berpesan agar masyarakat juga senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat untuk meminimalisir angka kejadian DBD. Penulis: Defrina Sukma S

Selamatkan Lingkungan, Sampah

Plastik Diinovasi Jadi Bahan

Bakar Bensin dan Solar

UNAIR NEWS – Limbah plastik yang berceceran dan berpotensi mengganggu lingkungan di tempat-tempat pemrosesan akhir sampah (TPA), ditangan mahasiswa jurusan Ilmu dan Teknologi Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga, berhasil dibuat sebagai bahan bakar berupa bensin dan solar dan bisa digunakan untuk motor dan mobil.

Inovasi pembuatan bahan bakar dengan metode thermal cracking yaitu pembakaran pada suhu tinggi 300-400°C tanpa oksigen. Hasilnya, dalam pembakaran satu kilogram plastic menghasilkan satu liter bahan bakar berupa bensin dan solar. Inovasi ini dimaksudkan sebagai partisipasi bagaimana mengatasi masalah persampahan global.

Mahasiswa penggiat penelitian dan inovasi ini adalah Edo Dwi Praptono (angkatan 2013), Ade Imas Agusningtyas (2013), Hilmi Putra Pradana (2016), Ledy Theresia (2016), dan Lola Sara (2016).

Oleh mereka berlima, inovasi yang kemudian dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE) itu telah berhasil lolos penilaian Dikti dan berhak a t a s d a n a h i b a h p e n g e m b a n g a n d a l a m p r o g r a m P K M

(17)

Kemenristekdikti tahun 2016-2017. Proposal tersebut berjudul ”Landfill Mining Project: Pirolisis Sampah Plastik Hasil Eskavasi Sebagai Bahan Bakar Dengan Metode Thermal Cracking untuk Memperpanjang Usia TPA”.

Keprihatinan bahwa Indonesia menjadi negara kedua penyumbang sampah plastik terbesar setelah Tiongkok, telah membulatkan tekad Edo Dwi Praptono Dkk melakukan inovasi ini dan andil mencarikan solusi. Predikat sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar itu karena minat masyarakat dalam penggunaan plastik untuk aktivitasnya semakin meningkat. Masyarakat belum banyak mengetahui bahwa sampah plastik itu akan berpengaruh besar terhadap kerusakan lingkungan, seperti pencemaran air, udara, dan tanah, karena tingkat degradasi sampah plastik untuk bisa terurai di tanah ini membutuhkan waktu puluhan tahun.

Selain itu, kata Edo, peningkatan jumlah sampah plastik akan berpengaruh terhadap ketersediaan lahan TPA sebagai lokasi penimbunan sampah. TPA Klotok di Kota Kediri, sebagai lokasi penelitian ini melakukan pembalakan hutan di sekitar area TPA untuk memperluas lokasi penimbunan sampah.

Tentu saja, hal itu sangat merugikan jika ditinjau dari segi ekologi. Sehingga dibutuhkan solusi dalam menangani permasalahan tersebut, antara lain dengan mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar, mengingat saat ini kebutuhan penggunaan bahan bakar semakin meningkat. Namun hal itu berbanding terbalik dengan ketersediaan bahan bakar fosil yang ada.

”Sehingga kami berharap konversi sampah plastik hasil eskavasi TPA menjadi bahan bakar ini dapat dijadikan alternative solusinya,” tambah Edo.

Diterangkan oleh Edo, proses konversi ini dilakukan dengan metode thermal cracking, yaitu pembakaran pada suhu tinggi tanpa oksigen. Proses pembakarannya dilakukan selama 45 menit

(18)

dengan suhu 300-400°C. Hasil pembakaran satu kilogram plastik menghasilkan satu liter bahan bakar berupa bensin dan solar.

T E K N O L O G I t e p a t g u n a r e a k t o r pembakaran yang merupakan bagian dari penyulingan minyak sampah plastik ini. (Foto: Dok PKMPE FST)

Jenis plastik yang dapat digunakan cukup melimpah, seperti jenis plastik PP (gelas air kemasan), HDPE (botol shampoo), PETE (botol air kemasan), Other (bungkus makanan ringan), dan sampah plastik lain yang dapat dengan mudah ditemukan di aktivitas sehari-hari di masyarakat.

Dengan pemanfaatan sampah plastik ini maka keberlanjutan proses konversi tetap terjaga karena jumlah sampah plastik yang sangat melimpah dan terus meningkat setiap harinya. Hasil

(19)

dari konversi sampah plastik dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor seperti motor, mobil, serta dapat juga digunakan untuk penggerak alat-alat pertanian.

“Konversi sampah plastik menjadi bahan bakar ini dapat dijadikan solusi untuk mengatasi tingginya timbunan sampah plastik di TPA dan digunakan sebagai alternative bahan bakar pengganti bahan bakar fosil. Bayangkan saja jika seluruh TPA di Indonesia melakukan konversi seperti ini, maka Indonesia akan terbebas dari permasalahan sampah plastik global,” tandas Edo Dwi Praptono dengan nada optimis.

Pengembangan selanjutnya, ditambahkan Ade Imas Agusningtyas, kegiatan ini dapat dijadikan sebagai lahan pengabdian masyarakat di sekitar area TPA untuk dapat membantu mengelola sampah plastik dan peningkatan taraf hidup masyarakat dengan mengkomersilkan produk bahan bakar dari limbah plastic. (*) Editor: Bambang Bes

Sosiolog Gender Bicara Soal

Peran Perempuan

UNAIR NEWS – “Saat ini orang-orang, termasuk kawan-kawan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) begitu seru sekali ketika membicarakan tentang kajian gender. Saya ingin menyampaikan kepada publik bahwa ada studi mendasar tentang gender. Kajian tersebut mengkaji relasi antara laki-laki dan perempuan. Perspektif-perspektif yang digunakan (dalam proses politik) mendasari lahirnya kebijakan-kebijakan yang dihasilkan,” tutur Guru Besar bidang Sosiologi Gender Prof. Dr. Emy Susanti, MA. Sosiologi gender adalah salah satu subbidang ilmu sosial yang

(20)

memetakan situasi problematik dan mengkaji realitas isu gender dalam kehidupan sosial. Dalam kajian ini, teori dan penelitian dikembangkan untuk menjawab konstruksi sosial, serta interaksi dimensi gender dengan kekuatan sosial dan struktur sosial.

“Ketika ada kebijakan, misalnya pendidikan yang mengarah ke kesetaraan gender, kebijakan pengarusutamaan gender, dan kuota keterwakilan perempuan di legislatif minimal 30 persen, sebetulnya ada pemikiran atau perspektif yang mendasari. Kalau kita pegang perspektif A, maka akan keluar kebijakan yang sejalan dengan perspektif tersebut,” imbuh Prof. Emy, pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.

Prof. Emy mengatakan, tidak banyak orang yang paham tentang kajian mengenai gender. Ketidakpahaman itulah yang melatari ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan. Menurutnya, perempuan telah dihegemoni oleh struktur budaya yang telah lama berlangsung.

Ketimpangan relasi tersebut tak hanya terjadi di desa-desa, tetapi juga menimpa kaum urban. Para perempuan ini tak sadar telah dieskploitasi oleh kepentingan kapitalis.

“Mereka, perempuan masyarakat kelas menengah atas terkena penyakit the gender complex. Mereka nggak merasa kalau mereka tereksploitasi dan tersubdominasi. Bahkan, mereka, anak-anak muda itu, dengan bangga menunjukkan tubuhnya. Mereka tidak tahu bahwa mereka dieksploitasi untuk kepentingan profit atau kapitalis,” terang perempuan kelahiran Pacitan ini.

Perempuan yang juga koordinator program studi S-2 Sosiologi FISIP UNAIR ini juga mengomentari tentang kebijakan keterwakilan perempuan di pemerintahan. Menurut Emy, jumlah representasi perempuan di pemerintahan tak berbanding lurus dengan keadaan di masyarakat.

“Kan sekarang perempuan di Indonesia sudah banyak yang menjadi menteri. Indonesia juga sudah punya presiden perempuan but it

(21)

doesn’t mean (ini tidak berarti, red) bahwa keadaan di

masyarakat sudah setara. Itu bukan ukuran,” imbuhnya. Perempuan harus berdaya

Emy menegaskan, perempuan harus bisa berdaya di segala sektor. Baik sebagai pekerja kantoran, wirausaha, maupun rumah tangga. Perempuan diharapkan juga bisa menjadi tulang punggung, termasuk di lingkup keluarga agar roda perekonomian rumah tangga berjalan baik.

Di sisi lain, ibu rumah tangga juga harus diberdayakan. Bagi penulis buku “Kajian Keluarga Miskin dan Perangkap Kemiskinan di Perkotaan” ini, ibu rumah tangga merupakan sebuah okupansi yang membanggakan. Sebab, dari keluarga, generasi penerus diharapkan bisa menjadi pengisi pembangunan dengan baik.

“Yang harus dipahami adalah ketika mereka bekerja maupun tidak bekerja, lindungilah mereka. Biarkan dia bekerja sebagai ibu rumah tangga tapi lindungi dia sebagaimana buruh. Lindungi dia dari kekerasan. Biarkan dia berada di rumah tapi berikan fasilitas bagi anak-anaknya agar mereka bisa berpendidikan dengan baik,” ungkap Emy.

“Ibu-ibu di rumah juga harus diajari dan diberdayakan. Sebagai istri dan ibu jangan nonton sinetron tok (saja). Mereka harus meningkatkan kapabilitasnya. Kenapa perempuan harus pandai? Agar mereka bisa memberikan yang terbaik bagi keluarga dan anak-anaknya,” pesannya.

(22)

Rektor: Guru Besar Terus

Lahirkan Ilmu Pengetahuan

UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga mengukuhkan empat profesor baru di bidang sosial dan kesehatan. Keempat profesor UNAIR tersebut diharapkan terus menyumbangkan gagasan-gagasan ilmiahnya demi kemajuan bangsa.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Rektor UNAIR saat mengukuhkan keempat guru besar tersebut di Aula Garuda Mukti, Sabtu (7/8).

“Guru besar dihadapkan pada tuntutan pengembangan ilmu pengetahuan. Agar kita terus berkembang, maka para guru besar harus melahirkan riset-riset baru,” tutur Prof. Dr. Mochammad Nasih, S.E., M.T., Ak.

Setelah penelitian jadi rutinitas selain mengajar dan mengabdi kepada masyarakat, para profesor UNAIR diharapkan mempublikasikan penelitiannya tersebut di jurnal-jurnal bereputasi agar bisa direspon oleh masyarakat akademis.

Nasih mengatakan, bidang kajian yang ditekuni oleh para guru besar baru sudah sesuai dengan tuntutan zaman. Keempat guru besar tersebut memiliki latar keilmuan sosiologi gender, sosiologi ekonomi, kesehatan lingkungan, dan radiologi kedokteran.

“Tanggung jawab guru besar sudah sangat berat karena bersesuaian dengan lingkungan, persaingan hingga perubahan konsumsi. Tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga iklim,” imbuh Nasih yang Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Keempat profesor UNAIR yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Emy Susanti, Dra., MA, Prof. Dr. Bambang Soeprijanto, dr., Sp.Rad(K)A, Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si., dan Prof. Dr. Ririh Yudhastuti, drh., M.Sc.

(23)

Guru Besar bidang Sosiologi Gender Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prof. Emy merupakan guru besar UNAIR sejak berdiri ke-459 dan profesor FISIP aktif ke-17. Prof. Emy yang juga guru besar UNAIR sejak PTN-BH ke-167 menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Perempuan, Relasi Kuasa dan Sosiologi Gender” saat pengukuhan titel barunya.

“Mereka, perempuan masyarakat kelas menengah atas terkena penyakit the gender complex. Mereka nggak merasa kalau mereka tereksploitasi dan tersubdominasi. Bahkan, mereka, anak-anak muda itu, dengan bangga menunjukkan tubuhnya. Mereka tidak tahu bahwa mereka dieksploitasi untuk kepentingan profit atau kapitalis,” tutur Prof. Emy.

Prof. Bambang yang juga guru besar UNAIR sejak PTN-BH ke-168 menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Inovasi Radiologi di Era Molekuler dan Digital”. Dosen kelahiran Ponorogo juga menambahkan bahwa dalam perkembangannya, inovasi radiologi telah memasuki beberapa era serta memanfaatkan berbagai alat. Pada era komputer, mesin sinar-X memanfaatkan dengan inovasi alat yang disebut CT-scan. Selanjutnya, ditemukan modalitas baru tanpa penggunaan sinar-X yaitu MRI. Alat MRI sendiri menurut Bambang, bekerja dengan cara memanipulasi proton dengan gelombang radio pada medan magnet yang kuat.

“Sumber radiasi lain dalam radiologi adalah isotop, suatu bahan yang memancarkan radiasi secara spontan. Dari alat yang sederhana, ada inovasi mesin dengan teknologi komputer yang disebut SPECT dan PET. Peralatan ini pun digabung dengan CT dan MRI,” papar Guru Besar FK UNAIR ke-108 tersebut.

Guru Besar bidang Sosiologi Ekonomi FISIP Prof. Bagong merupakan guru besar UNAIR sejak berdiri ke-461 dan profesor FISIP aktif ke-18. Prof. Bagong yang juga guru besar UNAIR sejak PTN-BH ke-169 menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Sosiologi Ekonomi: Dinamika Kapitalisme dan Gaya Hidup Masyarakat Konsumer di Era Posmodern”.

(24)

Bagong menawarkan pendekatan baru berupa Sosiologi Ekonomi. Laki-laki yang aktif menulis di media massa ini mengatakan, eksploitasi konsumen menjadi berbahaya ketika konsumen menjadi konsumen yang boros.

Bagong menawarkan solusi untuk meminimalisir kebiasaan masyarakat konsumtif. Yakni, mendidik konsumen agar kritis mengonsumsi produk.

“Keinginan bisa puluhan. Butuh kecerdasaan dan silap kritis konsumen, bahwa yang dia hadapi ini kapitalis yang selalu mengeruk keuntungan, bukan hanya upah buruh, tapi eksploiutasi konsumen. Kini konsumen harus makin kritis,” ungkapnya.

Terakhir, Guru Besar bidang Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat merupakan guru besar UNAIR sejak berdiri ke-462 dan profesor FKM aktif ke-11. Prof. Ririh yang juga guru besar UNAIR sejak PTN-BH ke-170 menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Meramal Wabah Demam Berdarah Dengue”.

Di Surabaya, setiap tahunnya kasus DBD selalu terjadi di sejumlah kawasan di Surabaya seperti Sawahan dan Tambaksari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program doktor Fakultas Kesehatan Masyarakat, virus dengue juga sudah menjangkiti kawasan-kawasan di Makassar seperti Toraja.

“Bahkan, di tempat penampungan air, telur nyamuk itu sudah mengandung virus dengue,” tutur Prof. Ririh.

Gambar

DIAGRAM  pertambahan  berat  badan  harian  ayam broiler  dari  hasil  uji  coba.  (Dok  PKM-PE  FKH)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Portofolio optimal yang disusun dengan menggunakan model indeks tunggal, 2) Kinerja portofolio yang dinilai dengan menggunakan

ABSTRAKSI Arif Wicaksono mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi menulis skripsi yang berjudul Pemaknaan

Dengan menggunakan metode budget rate, pengguna jasa dari departemen tersebut dapat mengetahui lebih awal estimasi atas biaya-biaya yang ditagihkan tersebut. Keuntungan

layanan home visit ini minimal satu kali dalam satu semester untuk satu ABK. Kendala ini dapat diatasi dengan mengadakan pertemuan informal di tempat lain. Hal

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pemberian kombinasi ketamin 0,25 mg/kgBB dan midazolam 37,5 f.ig/kgBB intravena lebih efektif mencegah kejadian menggigil pada wanita

Kursus ini bersesuaian untuk peserta yang telah bekerja dengan persekitaran atau tugasan penjaga jentera elektrik di industri. Dan juga sesuai bagi mereka yang ingin membuat

Kemudian uji coba dilakukan pada template modul shp yang telah dibuat dan ditampilkan menggunakan data yang sama dari aplikasi sebelumnya.. Dari layer yang paling