• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERINGAN GABAH DENGAN MENGGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI KONTINYU TIPE KONVEYOR PNEUMATIK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGERINGAN GABAH DENGAN MENGGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI KONTINYU TIPE KONVEYOR PNEUMATIK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERINGAN GA

RESIRKULASI K

Ivan Aditya G

Jurusan Tek

Jalan Prof. Soedarto

Padi merupakan salah satu komod penanganan yang cukup serius unt satu penanganan pasca panen yang gabah dengan metode konvensional Oleh karena itu, diperlukan sebuah gabah sistem resirkulasi tipe konve keunggulan yaitu kualitas gabah ya pada saat melakukan proses pengeri kelajuan udara pneumatik terhada pneumatik, serta temperatur udara paling efektif pada suhu 60 oC dan k Kata kunci:gabah; alternatif; penge

Rice is one of the most important foo to improper post-harvest handling. process. Paddy grain drying proces relevant to use. Therefore, required paddy grain dryers with pneumatic quality dried grain and uniform, an was to determine the effect of tempe this research isthe velocity of pneum will be running effectively at a tempe Keywords: paddy grain; alternative

1. Pendahuluan

Padi (oryza sativa (l) merupakan panghasil makanan Indonesia sendiri, padi telah kehidupan.Hal ini dikarenakan dan juga merupakan salah satu jumlah penduduk, maka akan peningkatan produksi beras nas

Berdasarkan dari data di tahun 2005, menjadi 68,9 disebabkan oleh proses penjem Indonesia selama ini telah terb

ABAH DENGAN MENGGUNAKAN

I KONTINYU TIPE KONVEYOR PNE

Gunawan, Aulia Rahman Majid, Siswo Sumard

eknik Kimia, Fakults Teknik, Universitas Diponego

arto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax : (024

Abstrak

oditas bahan pangan yang paling penting di dunia. untuk mengurangi kehilangan akibat kesalahan penang

ng perlu diperhatikan yaitu pada proses pengeringan g nal sering mengalami banyak hambatan dan tidak rele ah inovasi alat pengering sebagai alternatif pengering nveyor pneumatik bisa menjadi salah satu alternatif, k

yang dikeringkan baik dan seragam, serta mudah dalam eringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adap laju pengeringan.Variabel yang dipelajari yaitu ra pengering. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa p n kecepatan aliran udara pneumatik 20 m/s.

ngering; resirkulasi

Abstract

food commodities in the world. So we need to handle it s ng. One of the post-harvest handling that noteworthy cess by conventional methods are often encounter man ed an innovative drying tool as an alternative to paddy tic conveyor could be an alternative, because it has sev and easy to perform control during the drying process. perature and velocity of pneumatic air to the drying rat eumatic airflow, and temperature of drying air. From t perature of 60 ° C and pneumatic air velocity of 20 m / tive; dryer; recirculating

(l)) merupakan salah satu bahan makanan yang pali an berbasis biji – bijian terbesar kedua di dunia (Char lah menjadi komoditas strategis yang dapat memp an padi merupakan sumber makanan utama sebagian bes atu sumber perekonomian sebagian besar penduduk di an semakin besar kebutuhan akan pangan, terutama be nasional (Aryunis, dkk, 2008; Bintoro, dkk, 2008).

ta BPS, produksi gabah di Indonesia mengalami peningk ,9 juta ton pada tahun 2012. Akan tetapi, kehilangan jemuran dibawah sinar matahari langsung mencapai 2, terbiasa melakaukan pengeringan gabah dengan cara k

N PENGERING

NEUMATIK

rdiono

*)

egoro

24) 7460058

ia.Sehingga perlu dilakukan anganan pasca panen. Salah n gabah. Proses pengeringan elevan lagi untuk digunakan. ingan gabah. Alat pengering f, karena memiliki beberapa lam melakukan pengontrolan hui pengaruh temperatur dan itu kecepatan aliran udara a pengeringan akan berjalan

seriously to reduce loss due y is the paddy grain drying any obstacles and no longer dy grain drying.Recirculating several advantages that good ss. The purpose of this study rate. The variables studied in m the research we got that it

/ s.

aling penting di dunia. Padi aroenchaisri, et al, 2010).Di mpengaruhi berbagai aspek besar penduduk di Indonesia, di pedesaan. Semakin besar beras. Sehingga, dibutuhkan

(2)

cara di jemur langsung dibaw tergantung oleh besarnya pe kelemahan dari pengeringan seragam dan membutuhkan are

Pada penelitian ini ak pengering terhadap laju penger pneumatik. Dengan mempelaja dapat digunakan untuk menge diperoleh profil pengeringan p konveyor pneumatik.

2. Bahan dan Metode Penelitian

Bahan baku yang digu desa Meteseh, Semarang.Rangk suhu serta alat pengukur kelem alat pengering tersebut di tunju menerus dengan menggunakan sekali lewat. Variabel dalam p suhu udara pengering 40 ; 50 ; pneumatik untuk kecepatan al pneumatik 22,5 m/s adalah 1 : 19,48.Prosedur percobaan ad penampi, dibersihkan lalu diti pengering resirkulasi kontinyu ditentukan.Menyalakan blowe pneumatik sesuai dengan varia selama 1 jam. Selama proses udara dan kelembaban udara p setiap 10 menit sekali. Setelah langkah tersebut untuk variabel

Gambar 1. Rangkai Ala

awah sinar matahari. Penjemuran bisa menghabiskan w penyinaran matahari (Atthajariyakul and Leephakpr n dengan cara konvensional ini adalah produk gabah area serta biaya operasional yang besar.

akan dipelajari pengaruh kecepatan aliran udara pneum eringan gabah dengan menggunakan pengering resirkul lajari kedua variaabel tersebut diharapkan akan diketah ngeringkan padi pada rentang nilai yang telah ditetap

padi dengan menggunakan alat pengring gabah sistem

ian

igunakan dalam penelitian ini adalah gabah yang di dapa ngkaian alat pengering resirkulasi tipe konveyor pneuma embaban udara, anemometer, dan alat pengukur kandung njukkan pada Gambar 1. Di dalam alat pengering, gabah kan udara pneumatik dengan sistem aliran udara pneum

percobaan ini adalah kecepatan aliran udara pneumat 0 ; 60 oC. Dengan rasio antara gabah, laju alir udara pen aliran udara pneumatik 20 m/s adalah 1 : 27,35 : 15,5 1 : 27,35 : 17,53; dan kecepatan aliran udara pneumatik adalah sebagai berikut: Gabah basah hasil panen dim itimbang sebanyak 100gr tiap variabel. Menghidupka yu tipe konveyor pneumatic lalu suhu diset hingga me wer pneumatik dan mengatur katup hingga didapa riabel yang diinginkan.Memasukkan gabah melalui hop es berlangsung, suhu dan aliran bahan dijaga tetap kon a pengering keluar, serta mengukur kandungan air dan lah proses selesai, alat dimatikan dan gabah dikeluark bel yang lain.

lat Pengering Gabah Resirkulasi Kontinyu tipe Konvey

99 n waktu 3-7 hari dan sangat kpreeda, 2006). Selain itu, bah hasil pengeringan tidak

umatik dan temperatur udara ulasi kontinyu tipe konveyor tahui kondisi optimum yang tapkan. Selain itu juga adak tem resirkulasi kontinyu tipe

apatkan dari area persawahan matik yang dilengkapi sensor ungan air elektrik. Rangkaian ah diresirkulasi secara terus-umatik dan udara pengering

atik 20 ; 22,5 ; 25 m/s dan pengering, dan laju alir udara 5,58; kecepatan aliran udara tik 25 m/s adalah 1 : 27,35 : imasukkan ke dalam mesin kan blower dan heater pada encapai variabel yang telah pat kecepatan aliran udara opper lalu operasi dijalankan onstan serta mengukur suhu an temperatur butiran gabah rkan semuanya. Mengulangi

(3)

3. Hasil dan Pembahasan Pengaruh temperatur udara

(a)

Gambar 2. Hasil pengering pneumatik dengan suhu uda

Dari Gambar 2a, 2b dan 2 pengeringan yang semakin melamba kadar air.

Laju penurunan kandungan a permukaan butiran. Perpindahan air udara pengering sehingga menyeba menuju ke udara pengering dalam be pengering, maka driving force –nya

Gambar 2a menunjukkan pen oC. Penurunan kadar air gabah pada 40 oC dapat dilihat cukup jelas ditunjukkan dari menit ke-0 sampai konstan, dan akan terjadi dengan

ra masuk terhadap kadar air gabah

(b

(c)

ngan gabah untuk kandungan air butiran (X) pada berba dara pengering (a) 400 C, (b) 500 C, (c) 600 C

2c dapat dilihat bahwa kandungan air bahan (X) ak bat. Hal ini dikarenakan, laju pengeringan akan turun s

n air dalam bahan dipengaruhi oleh proses perpindahan ir di permuakaan terjadi karena adanya beda suhu pada ebabkan driving force untuk berpindahnya kandungan bentuk moisture. Semakin besar beda suhu antara perm ya menjadi lebih besar.

pengaruh kecepatan aliran udara pneumatik terhadap ka da kecepatan aliran udara pneumatik 20 m/s, 22,5 m/s, d s perbedaannya. Pada proses pengeringan gabah, p ai menit ke-10. Periode awal pengeringan ini merupaka n sangat cepat. Setelah itu, akan diikuti oleh laju pe

rbagai kecepatan aliran udara

akan menurun dengan laju seiring dengan menurunnya

han massa dan panas uap air da permukaan butiran dengan an air di permukaan bahan rmukaan bahan dengan udara

kadar air pada temperatur 40 , dan 25 m/s pada temperatur , periode awal pengeringan kan periode pengeringan laju pengeringan menurun. Pada

30 40 50 60

Pengeringan (menit)

20 m/s

22.5 m/s

(4)

Gambar 2a ditunjukkan bahwa sem lambat. Hal ini dikarenakan, semak udara pengering juga akan semakin c Fenomena ini juga terjadi pada Gam

Pada Gambar 2a, grafik dari dibandingkan dengan grafik dari ke bahan pada kelajuan 22,5 m/s dan sedikit lebih besar, sehingga grafikny

Dapat dilihat pada gambar 2 berdekatan satu sama lain . Hal in pengeringan tidak begitu besar, dan pengering (Khanali, et al, 2012),se signifikan.

Gambar 3. Hasil peng m/s dengan berbagai te

Gambar 3 menunjukkan hub aliran udara pneumatik yang sama. uap air yang dilepas dari bahan tiap proses pengeringan semakin besar. bahan menuju media pengering sem Mujumdar (2004), bahwa difusifitas air. Mujumdar (2004) juga mengem proses transfer panas ke dalam ba pengering, maka semakin cepat pros

Pengaruh temperatur udara masu

Relative humidity digunakan relative humidity antara lain tempe beberapa temperatur udara masuk da 11 13 15 17 19 21 23

K

a

d

a

r

A

ir

(

b

.k

)

semakin cepat kelajuan aliran bahan, maka laju peng akin cepat kelajuan aliran udara pneumatik, maka wa in cepat. Sehingga kandungan air bahan yang teruapkan ambar 2b dan 2c.

ari kecepatan aliran udara pneumatik 22,5 m/s dan 20 kecepatan aliran udara pneumatik 25 m/s. Hal ini diseb an 20 m/s hampir sama, sedangkan pada kelajuan 25 knya tidak berdekatan dengan grafik pada kelajuan 22,5

2b dan gambar 2c, grafik dengan kelajuan 20 m/s, 22 ini dikarenakan pengaruh dari kecepatan aliran udara

an yang paling berpengaruh pada Gambar 2b dan 2c in ,sehingga antara satu grafik dengann grafik yang lain

ngeringan gabah untuk dinamika kadar air bahan pada i temperatur udara masuk

ubungan temperatur udara pengering terhadap kadar a. Terlihat pada grafik bahwa dengan kenaikan suhu, m ap satuan waktu. Dengan naiknya suhu, maka jumlah pa

r. Jumlah panas yang semakin besar ini akan mengak emakin besar. Hal ini sesuai dengan mekanisme penge tas air pada bahan padat merupakan sebuah fungsi temp emukakan bahwa semakin besar beda suhu antara pem ahan juga akan semakin cepat. Oleh karena itu, se roses pengeringannya.

suk terhadap kelembaban udara

an untuk menyatakan jumlah uap air di dalam udara. F peratur dan tekanan udara. Profil dinamika kelembaba dan kecepatan aliran udara pneumatik ditunjukkan pada

0 10 20 30 40 50

Waktu Pengeringan (menit)

40

50

60

101 ngeringannya akan semakin waktu kontak bahan dengan an juga akan semakin sedikit.

0 m/s sangat berdekatan jika sebabkan oleh kadar air awal 5 m/s kadar air awal bahan ,5 m/s dan 20 m/s.

22,5 m/s dan 25 m/s saling ara pneumatik terhadap laju ini adalah temperatur udara in tidak ada perbedaan yang

da kecepatan pembawa 22,5

ar air bahan pada kecepatan , maka semakin besar jumlah panas yang digunakan dalam akibatkan difusifitas air dari geringan yang dikemukakan mperatur dan kandungan uap emanas dengan bahan, maka semakin tinggi suhu udara

. Faktor yang mempengaruhi aban udara relatif (%) untuk

da gambar 4.3. 60 40 C

50 C

(5)

Gambar 4 Hasil pengerin kecepatan aliran udara pneu 40

ringan gabah untuk dinamika kelembaban udara rela eumatik dengan suhu udara pengering (a) 400 C, (b) 500

0 10 20 30 40 50

0 10 Waktu Pengeringan (menit)20 30 40 50

20 m/s 22.5 m/s 25 m/s

kelembaban udara pengerin

0 10 Waktu Pengeringan (menit)20 30 40 50

(6)

Pada ketiga gambar diatas m akan semakin menurun. Menurunny awal proses pengeringan kelembab Kelembaban udara akan semakin me semakin sedikit.

Gambar 4a menunjukkan ad kelembaban relatif udara pengering Pada awal proses pengeringan, udar kandungan air bahan yang mengua kelembaban relatif pengering cukup cukup besar. Akan tetapi, kandungan menguap adalah kandungan air yan diupkan daripada kandungan air d menurun. Menurunnya jumlah kand ke permukaan bahan juga berjalan mendekati nilai kelembaban realatif Gambar 4c.

Pada Gambar 4a, 4b dan 4c t bahan dengan udara panas. Sehin menyebabkan kelembaban udara rela

Pada Gambar 4a dan 4b te dibandingkan dengan penurunan pad yaitu kandungan air yang memiliki i hambatan perpindahan massa dalam semakin sedikit. Oleh karena itu, del

Gambar 5 Hasil pengering pneumatik 22,5 m/s denga

Pada gambar 5 menunjukkan yang sama, semakin tinggi suhu uda ini sesuai dengan hubungan sistem u maka kemampuan udara untuk meng ke udara akan berubah wujud men dibandingkan dengan kenaikan kema 11

menunjukkan bahwa seiring dengan berjalannya prose nya %RH dipengaruhi oleh kenaikan temperatur udara ( baban udara masih tinggi karena banyaknya air yang menurun hingga akhir proses pengeringan karena air ya

adanya peningkatan kelembaban relatif udara pengeri ng masuk pada awal pengeringan, kemudian diikuti pen dara pengering dengan kelembaban relatif yang rendah guap, sehingga terjadi kenaikan kelembaban relatif u up besar karena penguapan kandungan air tak terikat yan gan air yang ada di permukaan akan diuapkan dengan ce yang ada di dalam bahan. Kandungan air yang ada di r dipermukaan bahan. Sehingga kandungan air yang ndungan air bahan yang teruapkan disebabkan karena p lan lambat. Sehingga kelembaban relatif udara peng tif udara pengering masuk. Fenomena yang sama juga te

c terlihat bahwa semakin besar kelajuan bahan, maka se ingga, semakin sedikit pula kandungan air bahan y relatifnya juga akan semakin kecil.

terlihat adanya penurunan kelembaban udara denga pada titik yang lain. Hal ini disebabkan adanya kandung ki ikatan fisika dan/atau ikatan kimia terhadap padatan (

am bahan semakin besar (Mujumdar, 2004), sehingga a delta penurunan kelembaban udaranya juga menjadi besa

ingan gabah untuk dinamika kelembaban udara relatif p ngan berbagai temperatur udara masuk.

kan bahwa pada berbagai variasi suhu dengan kecepata dara pengering yang digunakan, maka kelembaban relat

udara-air yang dapat dilihat pada diagram psychrometr enguapkan air pada bahan akan semakin besar. Selanjutn

enjadi uap sehingga kandungan uap air pada udara mampuan untuk menguapkan uap air dan %RH semakin

0 10 20 30 40 50 ang teruapkan dari partikel. yang teruapkan dari partikel

ering yang cukup besar dari enurunan kelembaban udara. ah menerima transfer air dari udara pengering. Kenaikan ang ada di permukaan bahan cepat. Setelah itu, yang akan di dalam bahan lebih susah ng teruapkan akan menjadi a proses difusi air dari dalam ngering akan turun sampai a terjadi pada Gambar 4b dan

semakin cepat waktu kontak yang teruapkan, dan akan

gan delta yang lebih besar ungan air terikat pada bahan, n (bahan) yang menyebabkan a air yang teruapkan menjadi

esar.

f pada kecepatan aliran udara

(7)

Profil perubahan temperatur udar

Profil perubahan temperatu aliran udara pneumatik ditunjukkan lambat, hal ini dikarenakan panas permukaan gabah dan karena adanya

34 35 36 37 38 39 40 41

0

Te

m

p

e

ra

tu

r

U

d

a

ra

Pe

n

g

e

ri

n

g

(0

C

)

44 45 46 47 48 49 50 51

0

Te

m

p

e

ra

tu

r

U

d

a

ra

Pe

n

g

e

ri

n

g

(

0

C

)

dara pengering keluar

atur udara pengering keluar untuk beberapa temperatur u kan pada gambar berikut.Kenaikan temperatur udara

as yang mengalir digunakan untuk menguapkan kan nya perpindahan panas ke dalam bahan.

(a)

(b)

20 40 60

Waktu Pengeringan (menit)

20 m/s

22.5 m

25 m/s

20 40 60

Waktu Pengeringan (menit)

20 m

22.5

25 m

Temp Peng

r udara masuk dan kecepatan a keluar berlangsung cukup kandungan air yang ada di

m/s

.5 m/s

m/s

0 m/s

2.5 m/s

5 m/s

(8)

Gambar 6 Hasil pengeringan gaba udara pneumatik denga

Gambar 6a, 6b, dan 6c men pengering keluar dengan temperatur terlihat bahwa temperatur keluar ud masuk. Pada temperatur yang sama kecepatan aliran udara pneumatik m perbedaan temperatur keluar udara pneumatik. Pada suhu 40 oC, pada k menit pertama pengeringan menunju meningkat menjadi 36,14 oC, dan p pengering keluar sebesar 37,5 oC. Fe dan 60 oC dengan variasi kecepat temperatur udara pengering masuk p masing-masing kecepatan aliran uda pengering masuk 60 oC didapatkan masing-masing kecepatan aliran uda

Peningkatan kecepatan alira keluar.Hal ini disebabkan karena kecepatan aliran udara pneumatik, menyebabkan panas yang digunakan sedikit sehingga temperatur udara pengering masuk yang lebih tinggi besar perbedaan suhu antara pemana sehingga penghilangan air dari ba Perubahan kecepatan aliran udara p namum pengaruhnya tidak sebesar p laju pengeringan menyebabkan sem semakin lama waktu pengeringan m panas yang digunakan untuk mengu grafik perubahan temperatur udara p

55

bah untuk perubahan temperatur udara pengering pada b gan temperatur udara pengering masuk (a) 400 C, (b) 50

enunjukkan pengaruh kecepatan aliran udara pneumatik tur udara pengering masuk 40 oC, 50 oC, dan 60 oC. D udara pengering semakin lama semakin mendekati te

a dengan variasi kecepatan aliran udara pneumatik yan maka temperatur udara pengering keluar akan semakin t ra pengering setiap menitnya pada masing-masing vari a kecepatan aliran gabah 20 m/s terlihat bahwa temperat

njukkan nilai 34,76 oC, pada kecepatan aliran udara pn n pada kecepatan aliran udara pneumatik 25 m/s dida . Fenomena yang sama juga terlihat pada temperatur uda

atan aliran udara pneumatik. Pada temperatur udara k pada 5 menit pertama pengeringan adalah 44,98 oC; 45 udara pneumatik 20 m/s; 22,5 m/s; dan 25 m/s. Sedangk an temperatur udara pengering keluar 56,11 oC; 56,24 dara pneumatik 20 m/s; 22,5 m/s; dan 25 m/s.

iran udara pneumatik menyebabkan meningkatnya tem a perbedaan waktu kontak antara butiran dengan ud k, mengakibatkan waktu kontak yang semakin singkat kan dari udara pana untuk menguapkan air di permukaa ra pengering keluar cenderung semakin tinggi.Dari gi didapat grafik yang cenderung semakin berhimpit. H anas dengan bahan, maka perpindahan panas ke dalam b

bahan juga akan berjalan semakin cepat dan mening a pneumatik berpengaruh terhadap kenaikan temperatu r pengaruh perbedaan temperatur udara pengering masu emakin cepatnya perpindahan massa air dari dalam b menyebabkan kandungan air di dalam bahan akan sem nguapkan air dari permukaan bahan ke udara semakin a pengering keluar cenderung berhimpit.

10 20 30 40 50 a berbagai kecepatan aliran 500 C, (c) 600 C

tik terhadap temperatur udara . Dari gambar tersebut dapat temperatur udara pengering ang berbeda, semakin tinggi in tinggi. Hal ini terlihat pada ariasi kecepatan aliran udara ratur udara pengering pada 5 pneumatik 22,5 m/s nilainya dapat nilai temperatur udara dara pengering masuk 50 oC ra pengering masuk 50 oC, ; 45,9 oC; dan 46,72 oC untuk ngkan pada temperatur udara ,24 oC; dan 57,61 oC untuk

(9)

Gambar 7 Hasil pengerin aliran udara pneumatik 22

Pada variasi temp bahwa semakin tinggi tempera mendekati temperatur udara pe yang terdapat dalam bahan ak kecil. Karena panas yang dib meningkat mendekati temperat pengeringan, terjadi penuruna Penurunan tersebut terjadi kare dalam bahan dan terjadi mekan udara pengering keluar menjad

IV.4. Profil Perubahan Temperatu

Profil perubahan temperatu aliran udara pneumatik ditampilkan

30 35 40 45 50 55 60

0

Te

m

p

e

ra

tu

r

U

d

a

ra

Pe

n

g

e

ri

n

g

(

0

C

)

25 27 29 31 33 35 37

0

Te

m

p

e

ra

tu

r

Pa

rt

ik

e

l

(0

C

)

ringan gabah untuk perubahan temperatur udara penger 22,5 m/s dengan berbagai temperatur udara masuk.

mperatur dengan dengan kecepatan aliran udara pneu eratur udara pengering masuk, maka temperatur udara p pengering masuk. Hal itu terjadi karena semakin lama w

akan semakin berkurang sehingga panas yang digunak dibutuhkan semakin berkurang, maka temperatur uda ratur udara pengering masuk. Selain itu dapat dilihat pu nan suhu antara suhu udara pengering masuk dan sa arena panas yang diberikan oleh udara pengering diguna anisme transfer panas secara konveksi dan konduksi se adi lebih rendah dibandingkan saat suhu udara pengering

atur Partikel

atur partikel terhadap berbagai temperatur udara penge n pada gambar berikut.

(a)

10 20 30 40 50 60

Waktu Pengeringan (Menit)

10 20 30 40 50

Waktu Pengeringan (menit)

gering keluar pada kecepatan

eumatik yang sama, terlihat a pengering keluar akan naik a waktu pengeringan, uap air akan semakin lama semakin dara pengering keluar akan pula bahwa pada awal proses saat pengering terisi bahan. nakan untuk menguapkan air sehingga menyebabkan suhu

ing masuk.

gering masuk dan kecepatan 60

40 C

50 C

60 C

60 20 m/s

22.5 m/s

(10)

Gambar 8 Hasil pengerin udara pneumatik dengan t

Berdasarkan Gambar 8 diliha ini disebabkan karena pada awal pen menurun hingga akhir pengeringan. proses awal pengeringan, temperatu massa dan panas yang akan membe film air tersebut, maka panas akan d tersebut. Seiring dengan bertambahn berperan adalah difusi uap air dari d bahan itu sendiri. Oleh karena itu, g menuju konstan.

Gambar 8a, 8b, dan 8c men dengan temperatur udara pengering didapatkan nilai temperatur partikel menit awal pengeringan sebesar 3

25 27 29 31 33 35 37 39

0

Te

m

p

e

ra

tu

r

P

a

rt

ik

e

l

(0

C

)

25 27 29 31 33 35 37 39

0

Te

m

p

e

ra

tu

r

Pa

rt

ik

e

l

(0

C

)

(b)

(c)

ringan gabah untuk perubahan temperatur partikel pada n temperatur udara pengering masuk (a) 400 C, (b) 500 C

ihat bahwa temperatur partikel meningkat lebih cepat pa pengeringan air yang dapat teruapkan pada permukaan n. Fenomena tersebut dapat dijelaskan dengan mekanism atur partikel akan naik dengan cepat dikarenakan adany bentuk lapisan film uap air kontinyu di permukaan. De digunakan unuk melepas air di permukan dan suhu yan ahnya waktu maka suhu dari partikel akan mendekati k i dalam menuju keluar bahan,dimana proses ini memanfa

, gradien suhu partikel yang terjadi semakin lama sem

enunjukkan perubahan temperatur partikel pada berbag g masuk 40 oC, 50 oC, dan 60 oC. Pada temperatur uda el untuk kecepatan aliran udara pneumatik 20 m/s; 22,5 35 oC, 34 oC, dan 33 oC. Dapat dilihat bahwa seiri

10 20 30 40 50

Waktu Pengeringan (menit)

10 20 30 40 50

Waktu Pengeringan (menit)

107 da berbagai kecepatan aliran

C, (c) 600 C

t pada awal pengeringan. Hal n lebih banyak dan semakin isme dasar pengeringan. Pada nya mekanisme perpindahan Dengan terbentuknya lapisan ang terukur adalah suhu film i konstan karena proses yang nfaatkan panas konduksi dari semakin kecil dan cenderung

agai kecepatan aliran bahan dara pengering masuk 40 oC, 2,5 m/s; dan 25 m/s pada 10 eiring dengan meningkatnya

50 60

20 m/s

22.5 m/s

25 m/s

60 20 m/s

22.5 m/s

(11)

kecepatan aliran udara pneumatik perbedaan waktu kontak.Kecepatan waktu kontak antara bahan denga menyebabkan sedikit pula panas yan untuk mengeringkan massa bahan y yang sama juga dapat ditemukan p untuk variasi kecepatan aliran udara

Namun pada temperatur udar m/s; 22,5 m/s; dan 25 m/s dapat d masing-masing kecepatan aliran u temperatur udara pengering masuk pengering ke dalam bahan juga sem semakin cepat.Selain itu, pengaruh temperatur udara pengering masuk signifikan antara variabel kecepatan

Gambar 9 Hasil pengerin aliran udara pneumatik 22

Hal lain yang perlu diama temperatur udara pengering, maka akan semakin naik. Kenaikan tem merupakan fungsi temperatur dan d ditransfer menuju bahan akan semak

4. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilak 1. Berdasarkan pengaruh tempera a. Temperatur udara pengerin oC. Hal ini dikarenakan, sem berpindahnya kandungan ai b. Kelembaban udara pengerin

hal ini sesuai dengan diagra 25

27 29 31 33 35 37

0

Te

m

p

e

ra

tu

r

Pa

rt

ik

e

l

(0

C

)

tik, temperatur partikel semakin menurun.Hal ini d an aliran udara pneumatik yang semakin tinggi mengaki gan udara panas. Sedikitnya waktu kontak antara ba yang diambil untuk mengeringkan massa bahan. Sedikit

n yang sama menyebabkan terjadinya penurunan temp pada dinamika temperatur partikel dengan suhu udar ra pneumatik yang sama.

dara pengering masuk 60 oC dengan variasi kecepatan t dilihat bahwa pada 10 menit pertama pengeringan, udara pneumatik cenderung sama. Hal ini disebab uk dengan temperatur bahan, yang menyebabkan perp emakin cepat, sehingga penguapan air dari permukaan b h perubahan kecepatan aliran udara pneumatik tidak se uk. Hal ini menyebabkan tidak terlihatnya perbedaan an aliran udara pneumatik 20 m/s; 22,5 m/s; dan 25 m/s.

ringan gabah untuk perubahan temperatur udara penger 22,5 m/s dengan berbagai temperatur udara masuk.

mati adalah bahwa pada kecepatan udara pneumatik y a terlihat dengan naiknya temperatur udara pengering temperatur ini sesuai dengan hukum dasar pengeri dengan naiknya temperatur udara pengering yang dig akin besar dan menyebabkan kenaikan temperatur bahan

lakukan, dapat diambil kesimpulan berdasarkan dua hub eratur udara pengering terhadap laju pengeringan gabah d ring masuk yang paling berpengaruh terhadap penurunan

semakin tinggi temperatur udara pengering, maka driving air bahan semakin besar pula,

ering keluar terendah adalah pada temperatur udara peng gram psikometrik.

10 20 30 40

Waktu Pengeringan (menit)

disebabkan karena adanya akibatkan semakin sedikitnya bahan dengan udara panas kitnya panas yang digunakan mperatur partikel. Fenomena dara pengering masuk 50 oC

n aliran udara pneumatik 20 temperatur partikel untuk babkan besarnya perbedaan erpindahan panas dari udara n bahan ke udara juga terjadi sebesar pengaruh perbedaan an temperatur partikel yang /s.

gering keluar pada kecepatan

k yang sama dengan variasi ng maka temperatur partikel eringan bahwa pengeringan digunakan, maka panas yang han itu sendiri.

ubungan sebagai berikut: h dapat disimpulkan: an kadar air bahan adalah 60 ving force yang menyebabkan ngering masuk 60 oC dimana

50 60

40 C

50 C

(12)

c. Temperatur udara pengerin karena kandungan air baha cenderung mendekati tempe d. Temperatur parkel mengala karena perbedaan temperat dibandingkan dengan varia dalam partikel juga semakin 2. Berdasarkan pengaruh kecepata a. Kecepatan aliran udara pn

dengan udara pengering a pneumatik yang lain, sehing b. Pada kecepatan aliran uda

karena waktu kontak antara yang terlepas ke udara juga c. Temperatur udara pengerin

karena dengan waktu kon menguapkan air pada bahan d. Dengan kecepatan aliran u cukup tinggi, karena waktu yang terjadi secara konduks

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih disampai

Daftar Pustaka

Aryunis, H., Muhammad, I., Tafzi, F Pemanfaatan Varietas Un Tumbuh Kabupaten Bungo’ Athajariyakul, S and Leephakreeda, Fuzzy Logic Control”, Jour Bintoro, N., Susanti, D.Y. dan Zu Prosiding Seminar Nasiona Charoenchaisri, A., Jittanit, W. and

Stored Product Research, v Khanali, M. Sh., Rafiee, A., Jafar fluidized bed drying of roug 810.

Mujumdar, Arun S.,(2004),“Guide T Mumbai, India.

ering masuk 60 oC menghasilkan temperatur udara k ahan semakin lama semakin sedikit sehingga temperat

peratur udara pengering masuk.

alami kenaikan yang cukup tinggi pada temperatur udar ratur partikel awal dengan temperatur udara pengering riabel temperatur udara pengering masuk yang lain. S kin besar.

atan aliran udara pneumatik terhadap laju pengeringan g pneumatik yang paling efektif yaitu 20 m/s, karena w akan semakin lama jika dibandingkan dengan variab ingga kandungan air bahan yang diupkan juga akan sem dara pneumatik 20 m/s, kelembaban udara pengering tara bahan dengan udara pengering semakin lama, sehin

ga semakin besar.

ering keluar akan lebih rendah pada kecepatan aliran ontak yang semakin besar, maka lebih banyak pana han.

udara pneumatik 20 m/s, temperatur partikel akan m ktu kontak yang terjadi semakin lama, sehingga trans uksi juga semakin besar

paikan pada Laboratorium Teknik Kimia Universitas Dip

i, F., Esrita, Yunita, W. dan Ratna, Y., 2008, ‘Peningka Unggul Baru Hasil Litbang Iptek Nuklir di Desa Ra go’, Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, no. 46, hh. 39 da, T.,(2006), “Fluidized Bed Paddy Drying in Optimal

urnal of Food Engineerig., 75, 104-114, Bangkok. Zuhrotul, H.A., 2008, ‘Unjuk Kerja Mesin Penggiling

nal Teknik Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyaka and Saeteaw, N., 2010, ‘Industrial Paddy Drying and

vol.46, pp. 209-213.

fari, S.H., Hashemabadi and A. Banisharif,(2012), “M ough rice (Oryza sativa L.) grains”, Journal of Agricultur

e To Industrial Drying Principles, Equipment And New

109 keluar pengering tertinggi, ratur udara pengering keluar

dara pengering masuk 60 oC, ing masuk yang lebih besar . Sehingga transfer panas ke

n gabah dapat disimpulkan: waktu kontak antara bahan iabel kecepatan aliran udara

makin besar

ing keluar akan lebih tinggi hingga kandungan air bahan

an udara pneumatik 20 m/s, anas yang digunakan untuk

n mengalami kenaikan yang nsfer panas ke dalam bahan

Diponegoro Semarang.

katan Produksi Padi Melalui Rambah Kecamatan Tanah . 39-40.

al Conditions Via Adaptive

ing Padi Tipe Single Pass’, akarta.

nd Energy Saving Options’, Mathematical modeling of ltural Technology., 8(3),

Gambar

Gambar 1. Rangkai Alalat Pengering Gabah Resirkulasi Kontinyu tipe Konvey
Gambar 2. Hasil pengeringpneumatik dengan suhu udangan gabah untuk kandungan air butiran (X) pada berbadara pengering (a) 400 C, (b) 500 C, (c) 600 C rbagai kecepatan aliran udara
Gambar 3. Hasil pengngeringan gabah untuk dinamika kadar air bahan pada
Gambar 4  Hasil pengerinkecepatan aliran udara pneuringan gabah untuk dinamika kelembaban udara relaeumatik dengan suhu udara pengering (a) 400 C, (b) 50elatif (%RH) pada berbagai 00 C, (c) 600 C
+6

Referensi

Dokumen terkait

jadi its as simple as that mereka itu, kayak mereka tu semua, kayak mereka mengakui mereka semua masih belajar, mana yang pas mana yang cocok, udah kita trial and error aja,

Dan Alhamdulillah kita dapati di negri kita ini, ibu rumah tangga sebagai bendahara keluarga, ia sebagai pemegang harta suaminya, bila keberadaannya seperti ini

Untuk menjadi pusat terulung dalam pengajian ilmu kemanusiaan dan kemasyarakatan bagi menyumbang kepada kesejahteraan diri, masyarakat, negara dan umat manusia, dalam wawasan

Jadi, penyelidik merasakan bahawa sebuah modul yang berintegrasikan multimedia dan bersifat interaktif perlu diperkenalkan dalam memastikan proses pengajaran dan pembelajaran

Kegiatan pemetaan kasus dan habitat perkembangbiakan vektor di daerah High Incidence Area , Kabupaten Lombok Tengah bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

Hasil penelitian menunjukkan dengan intervensi terhadap anak, orang tua dan pemerintah desa serta keterlibatan dari perguruan tinggi terdapat adanya perubahan kebiasaan belajar

Analisis terhadap hasil penelitian mahasiswa calon guru menunjukkan bahwa ternyata pembelajaran berbasis praktikum dengan menggunakan pendekatan inkuiri bebas

Dikatakannya hal itu ketika mewakili pemerintah pusat menghadiri acara Kampanye Gemar Makan Ikan bertajuk Perempuan MAMPU mudah bergerak: Sehat Untuk Semua Mewujudkan Generasi