• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengelolaan Hasil Tanaman Pangan 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengelolaan Hasil Tanaman Pangan 2016"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

tahun 2017, Kementerian Pertanian melaksanakan Upaya Khusus

(UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai. Salah satu komponen dalam UPSUS tersebut adalah penyediaan sarana

pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan sebagai salah

satu upaya dalam menekan susut hasil (losses), mempertahankan kualitas hasil serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing,

dengan penyediaan dana melalui Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN) Tahun 2016.

Buku Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan

Pengolahan Hasil Tanaman Pangan ini disusun sebagai acuan

bagi para petugas pelaksana kegiatan dan pihak terkait dalam

melaksanakan kegiatan yang bersumber dari APBN Tahun 2016.

Semoga buku petunjuk teknis ini dapat bermanfaat.

J a k a r t a , 4 J a n u a r i 2 0 1 6

Direktur Jenderal,

Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc

(11)

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I . PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ...3

1.2. Tujuan ...5

1.3 Sasaran ...5

1.4. Dasar Hukum ...6

1.5. Pengertian ...9

BAB II . MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN ... 13

2.1 Jenis dan Sumber Pembiayaan ...15

2.2. Kriteria Lokasi ...19

2.3. Kriteria Penerima ...19

2.4. Mekanisme Penetapan Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL) ...20

2.5. Distribusi Sarana ...22

(12)

3.1 Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Hasil ...27

3.2. Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil 29 BAB IV. MONITORING EVALUASI DAN PELAPORAN ... 33

4.1. Monitoring dan Evaluasi ...35

4.2. Pelaporan ...35

BAB V. PENUTUP ... 37

(13)

Tabel 2. Contoh Sarana Pengolahan Hasil Pada Unit

(14)

Lampiran 2. Contoh Format Berita Acara Pemeriksanaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAP-STHP) ... 50

Lampiran 3. Contoh Format Dokumen Surat Pernyataan Bersedia Menerima Bantuan Sarana ... 52

Lampiran 4. Contoh BASTB KelompokTani/Gapoktan ... 60

Lampiran 5. Contoh Surat Perjanjian Pendayagunaan

Sarana ... 62

Lampiran 6. Contoh Surat Pernyataan Hibah Tanah/Lahan .. 66

Lampiran 7 Contoh Form Penggunaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan ... 70

(15)
(16)

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

menyatakan bahwa kedaulatan pangan adalah hak negara dan

bangsa secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang

menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak

bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai

dengan potensi sumber daya lokal. Salah satu prioritas utama dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2015-2019 adalah kedaulatan pangan. Sebagai penjabaran dari RPJMN,

maka pembangunan pertanian periode 2015-2019 bertujuan untuk:

(1) Meningkatkan ketersediaan dan diversiikasi untuk mewujudkan

kedaulatan pangan, (2) Meningkatkan nilai tambah dan daya saing

produk pangan dan pertanian, (3) Meningkatkan ketersediaan bahan

baku bioindustri dan bioenergi, (4) Meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani, dan (5) Meningkatkan kualitas kinerja aparatur

Pemerintah bidang pertanian yang amanah dan profesional.

Kedaulatan pangan diwujudkan dari pencapaian swasembada

pangan yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai

tambah hasil pertanian dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

petani.Dalam rangka pencapaian swasembada pangan, maka

setiap tahun disusun sasaran produksi komoditas tanaman pangan

sejalan dengan meningkatnya permintaan. Untuk tahun 2016,

Pemerintah telah menetapkan sasaran produksi padi sebesar 76,23

juta ton gabah kering giling, jagung sebesar 21,35 juta ton pipilan

kering dan kedelai sebesar 1,50 juta ton biji kering.

Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya

padi, jagung dan kedelai masih dihadapkan pada beberapa

(17)

jagung 5,20 %, kedelai 15,5 %) dan masih rendahnya nilai tambah

produk tanaman pangan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah

tersebut adalah melalui penerapan/penggunaan inovasi teknologi

pertanian termasuk penggunaan alat mesin pertanian yang sesuai

dengan kondisi spesiik lokasi. Fasilitasi sarana pascapanen tahun

2016 diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap target

penurunan susut hasil yang telah ditetapkan yaitu padi 0,19 %,

jagung 0,86 % dan kedelai 1,87 %.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015

tentang Kementerian Pertanian dan Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Pertanian,fungsi pascapanen, pengolahan, mutu

dan standarisasi serta pemasaran dan investasi tanaman pangan

menjadi tugas pokok Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan (PPHTP).Dalam rangka mendukung tugas pokok

dan fungsi tersebut, Direktorat PPHTP mengalokasikan dukungan

fasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan hasil untuk komoditas

padi, jagung dan kedelai.

Salah satu kebijakan Direktorat PPHTP adalah mengamankan

produksi melalui penurunan susut hasil, peningkatan mutu hasil dan

peningkatan nilai tambah. Penggunaan sarana pascapanen dan

pengolahan hasil tanaman pangan memiliki peranan penting dan

strategis dalam mendukung peningkatan produktivitas, eisiensi

kerja, kualitas, nilai tambah dan daya saing. Selain itu penggunaan

sarana pascapanen dapat mengatasi masalah kelangkaan tenaga

kerja di sektor pertanian yang banyak terjadi di daerah.

(18)

pangan melalui sumber dana APBN Tahun 2016. Untuk mendukung

optimalisasi kegiatan pengelolaan sarana pascapanen dan

pengolahan hasil tanaman pangan agar berjalan efektif dan eisien

serta sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, maka disusun

Petunjuk Teknis sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan

Tahun 2016.

Buku Petunjuk Teknis ini, selanjutnya segera dijabarkan oleh Dinas Pertanian Provinsi dengan menyusun petunjuk pelaksanaan secara rinci dan lengkap, termasuk spesiikasi teknis sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan yang

akan dilakukan pengadaannya di daerah.

1.2. Tujuan

1. Memberikan penjelasan secara umum tentang kriteria/

syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penerima

sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman

pangan.

2. Memperlancar penanganan sarana pascapanen dan

pengolahan hasil tanaman pangan.

3. Memudahkan dalam pengendalian, monitoring dan

evaluasi sesuai sasaran yang sudah ditetapkan.

4. Meningkatkan pemanfaatan sarana pascapanen dan

pengolahan hasil tanaman pangan.

1.3 Sasaran

1. Terpenuhinya kriteria/syarat dan kewajiban yang harus

dipenuhi oleh penerima sarana pascapanen dan

pengolahan hasil tanaman pangan.

(19)

3. Terlaksananya pengendalian, monitoring dan evaluasi

sesuai sasaran yang sudah ditetapkan.

4. Termanfaatkannya sarana pascapanen dan pengolahan

hasil tanaman pangan secara optimal.

1.4. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang

Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5106);

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun

2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45

Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara;

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun

2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun

2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

(20)

8. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pertanian.

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/

2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,

Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang Milik

Negara;

10 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

50/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Penghapusan Barang Milik Negara;

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015

tentang Pendelegasian Kewenangan dan

Tanggungjawab Tertentu Dari Pengelola Barang Kepada

Pengguna Barang;

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/ 2015

tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan

Pemerintah Pada Kementerian Negara/ Lembaga;

13. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2015 tentang e-Purchasing;

14. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia

Nomor05/Permentan/OT.140/1/2007 tentang Syarat dan

Tata Cara Pengujian dan Pemberian Sertiikat Alat dan

Mesin Budidaya Tanaman;

15. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

58/Permentan/OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan

Sistim Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian;

16. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

(21)

dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal

Tumbuhan Yang Baik (Good Manufacturing Practices); 17. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

22/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/

OT.140/10/2009 tentang Pedoman Penanganan

Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman (Good Handling Practices);

18. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Pertanian;

19. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

62/Permentan/RC.130/12/2015 tanggal 16 Desember

2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran

Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian

Tahun Anggaran 2016;

20. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

63/Permentan/RC.130/12/2015 tanggal 16 Desember

2015 tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Gubernur

Dalam Pelaksanaan Kegiatan dan Tanggung Jawab

Pengelolaan Dana Dekonsentrasi Lingkup Kementerian

Pertanian Tahun Anggaran 2016;

21. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia

Nomor 64/Permentan/RC.130/12/2015 tanggal 16

Desember 2015 tentang Penugasan Kepada Gubernur

Dalam Pelaksanaan Kegiatan dan Tanggung Jawab

Pengelolaan Dana Tugas Pembantuan Provinsi Tahun

(22)

1.5. Pengertian

1. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak

memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan

oleh Pemerintah kepada Perseorangan, Kelompok

Masyarakat atau Lembaga Pemerintah/Non Pemerintah.

2. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang

ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan

berlaku secara nasional. Standardisasi dimaksudkan

untuk meningkatkan perlindungan kepada konsumen,

pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat baik untuk

keselamatan, keamanan maupun pelestarian fungsi

lingkungan hidup, serta untuk membantu kelancaran

perdagangan dan mewujudkan persaingan usaha yang

sehat dalam perdagangan.

3. Laporan uji (Test Report) adalah keterangan hasil

pengujian dari uji veriikasi, uji unjuk kerja, uji beban

berkesinambungan, uji pelayanan dan uji kesesuaian

terhadap alat dan mesin pertanian.

4. Lembaga Sertiikasi Produk (LS Pro) adalah suatu unit

atau institusi yang tidak memihak atau netral yang telah

diakreditasi untuk melakukan penandaan SNI.

5. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah pejabat yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA) untuk

menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah

untuk menggunakan APBD.

6. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan

(23)

7. e-Procurement (Pengadaan Secara Elektronik) adalah pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan

menggunakan teknologi informasi dan transaksi

secara elektronik sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

8. e-tendering adalah tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat

diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar

pada sistem pengadaan secara eletronik dengan cara

menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu

yang telah ditentukan.

9. e-Catalogue (Katalog Elektronik) adalah sistem informasi

elektronik yang memuat daftar, jenis, spesiikasi teknis

dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia

barang/jasa Pemerintah.

10. e-Purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik.

11. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut BMN

adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau

berasal dari perolehan lainnya yang sah.

12. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan

bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman

serta melakukan pengelolaan BMN.

13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang

kewenangan penggunaan BMN.

14. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan

(24)

menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas dan

fungsi instansi yang bersangkutan.

15. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan

Barang Milik Negara (BMN);

16. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari

Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dari

Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, atau dari

Pemerintah Pusat kepada pihak lain, tanpa memperoleh

penggantian.

17. Belanja barang untuk diserahkan kepada Masyarakat

atau Pemda adalah belanja barang yang diserahkan

kepada masyarakat/pemda yang merupakan

pengeluaran anggaran belanja Negara untuk diserahkan

kepada masyarakat/pemda yang dikaitkan dengan tugas

dan fungsi strategis pencapaian kinerja suatu satuan

kinerja dan tujuan kegiatannya tidak termasuk dalam

(25)
(26)

2.1.

Jenis dan Sumber Pembiayaan

1. Jenis Sarana

Jenis sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman

pangan secara rinci tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Untuk Unit Pengolahan Hasil (UPH) jagung dan kedelai

apabila sarana yang dibutuhkan tidak tertera pada

Tabel 2 tersebut, maka dapat menyesuaikan dengan

kebutuhan poktan/gapoktan. Jenis sarana pascapanen

dan UPH Jagung/Kedelai yang menggunakan mesin

(engine) memiliki Sertiikat Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT-SNI) atau minimal

memiliki laporan uji/Test Report yang masih berlaku dari lembaga pengujian yang ditunjuk oleh Kementerian.

2. Sumber Pembiayaan

Sumber pembiayaan untuk pengadaan dan penyaluran

sarana adalah dari APBN pada DIPA Tugas Pembantuan

Provinsi di masing-masing Satker Dinas Pertanian

(27)

No. Jenis Sarana Volume

Awal Revisi I Satuan 1. Combine Harvester Kecil (Daya Motor 7,0

kW - 11,0 kW) 2300 4016 unit

2. Combine Harvester Sedang (Daya Motor

11,1 kW - 31,0 kW) 1500 2872 unit

3. Combine Harvester Besar (Daya Motor

31,1 kW - 65,0 kW) 200 340 unit

4. Power Thresher Padi (kapasitas minimal 500 kg/jam) dengan kelengkapan 2 unit

terpal ukuran minimal 6 x 6 m 950 1000 unit

5. Corn Sheller (kapasitas 1-3 ton/jam) dengan kelengkapan 2 unit terpal ukuran

minimal 6 x 6 m 2000 6240 unit

6. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Jagung 60 60 paket

7. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Kedelai 30 30 paket

8. Power Thresher Multiguna (kapasitas minimal 450 kg/jam) dengan kelengkapan 2

unit terpal ukuran minimal 6 x 6 m 300 6500 unit

9. Destoner/Pemisah Batu (kapasitas 4-5 ton/

jam) 0 2 unit

10. Polisher (kapasitas 500 - 700 kg/jam) 0 22 unit

11. Corn Combine Harvester (minimal Daya

Motor 45 kw) 0 180 unit

12. Vertical Dryer Padi Kapasitas 30 ton/proses 2 2 unit 13. Vertical Dryer Padi Kapasitas 6 ton/proses 3 3 unit

14 RMU Kapasitas 1 - 1,5 ton/jam *) 100 100 unit

15 Bangunan RMU *) 0 15 unit

16 Vertical Dryer Jagung Kapasitas 6 ton/

proses 1 1 unit

17 Sarana Pengangkut Hasil Pertanian Roda

3 ( mesin minimal 200 cc) 500 700 unit

18 Gudang/Lantai Jemur Jagung *) 0 3 paket

*) Kegiatan dibatalkan, sesuai hasil RDP dengan DPR-RI tanggal 15 Februari 2016

(28)

Tabel 2. Contoh Sarana Pengolahan Hasil Pada Unit Pengolahan Hasil (UPH)

No. Komoditas Produk Olahan Peralatan

1 Jagung Pati Jagung 1 Bak Perendaman

2 Alat Pemisah Lembaga 3 Alat Penggiling 4 Alat Pengayak 5 Alat Pengemas 6 Alat Press Manual 7 Alat Pengering Tepung Jagung 1 Alat Penepung

2 Pengayak 3 Timbangan 4 Alat Pengemas

Marning 1 Bak Perendaman

2 Alat Perebus Jagung Stainless 3 Alat Penggorengan

4 Alat Pengemas 5 Keranjang 6 Baskom

Grits Jagung 1 Bak Perendaman 2 Alat Pengering 3 Alat Penggiling 4 Alat Pengayak 5 Alat Pengemas Tepung Instan 1 Alat Pembuat Brondong

Jagung 2 Penepung (discmill)

3 Alat Pengayak 80 Mesh 4 Alat Pengemas

Tortila 1 Bak Pencuci/Perendaman

(29)

No. Komoditas Produk Olahan Peralatan

2 Kedelai Bubuk Kedelai 1 Pengupas Kulit Kedelai 2 Alat Perebus

Sari Kedelai 1 Panci

2 Blender (alat penggiling) 3 Kain Saring

4 Kompor 5 Alat Pengemas

Tempe 1 Mesin pemecah kedelai

2 Bak Pencuci 3 Bak Pemisah Kulit 4 Bak Perendaman 5 Dandang Perebusan 6 Meja Kerja

7 Meja Peragian

8 Rak dan Tray Fermentasi

Tahu 1 Ketel uap/ steam boiler

2 Mesin penggiling kedeali 3 Bak penggumpalan/ tahang 4 Saringan

5 Cetakan tahu 6 Serokan tahu 7 Spiner 8 Meja kerja tahu 9 Tungku 10 Kompor LPG

Kecap 1 Bak Perendaman

2 Alat Perebus 3 Alat Peniris/Spinner 4 Alat Penyaring Keripik Tempe 1 Alat Pengiris

(30)

2.2. Kriteria Lokasi

Kriteria lokasi mempertimbangkan beberapa hal sebagai

berikut :

1. Memenuhi persyaratan teknis untuk operasional sarana

pascapanen atau pengolahan hasil disesuaikan kondisi

spesiikasi lokasi.

2. Memperhatikan ketersediaan dan kebutuhan sarana sejenis

di wilayah tersebut dengan prioritas tingkat kejenuhan sarana

pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan yang

masih rendah.

3. Mendukung upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung

dan kedelai, diutamakan untuk kegiatan ekstensiikasi dan

Peningkatan Indeks Pertanaman Padi, Jagung dan Kedelai.

4. Lokasi dryer padi sebaiknya lebih diprioritaskan pada lokasi yang terintegrasi dengan unit penggilingan padiyang sudah

ada dan masih aktif.

5. Khusus sarana pengangkut hasil pertanian roda-3 untuk mendukung kegiatan Seribu Desa Mandiri Benih.

2.3. Kriteria Penerima

Penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman

pangan adalah Kelompok tani/Gapoktan/ UPJA/Lembaga Masyarakat

dan Pemerintah Daerah dengan persyaratan sebagai berikut:

2.3.1.Kelompok tani/Gapoktan/UPJA/Lembaga Masyarakat

1. Kelompok tani/Gapoktan/UPJA/Lembaga Masyarakat

yang memiliki keabsahan (pengukuhan) dari instansi

(31)

2. Bersedia, mau dan mampu mengoptimalkan bantuan,

bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat

bantuan sarana pascapanen atau pengolahan hasil

tanaman pangan yang diterimanya dengan baik.

3. Bersedia memanfaatkan dan mengelola sarana

pascapanen atau pengolahan hasil tanaman pangan

untuk mendukung upaya khusus peningkatan produksi

padi, jagung dan kedelai, serta peningkatan nilai tambah.

4. Penerima bantuan sarana pascapanen pada tahun 2015

tidak boleh menerima kembali bantuan yang sama pada

tahun 2016.

2.3.2. Pemerintah Daerah

1. Bersedia mengelola bantuan sarana dalam bentuk

Brigade atau lembaga lain yang memenuhi kriteria

penerima bantuan dan memiliki keabsahan (pengukuhan)

dari instansi yang berwenang.

2. Bersedia menyediakan gudang penyimpanan sarana.

3. Bersedia memobilisasi sarana.

4. Bersedia mengalokasikan dana APBD untuk biaya

pemeliharaan sarana.

2.4. Mekanisme Penetapan Calon Penerima dan Calon

Lokasi (CPCL)

1. Calon penerima sarana pascapanen dan pengolahan

hasil tanaman pangan mengajukan usulan/proposal

kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

Selanjutnya Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

(32)

2. Usulan CPCL tersebut diseleksi oleh tim veriikasi yang

ditunjuk oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi selaku

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pimpinan unit

kerja yang mengelola kegiatan sarana tersebut selaku

KPA.

3. Tim veriikasi melakukan seleksi CPCL berupa seleksi

administrasi dan seleksi aspek teknis.

4. Usulan CPCL selanjutnya ditetapkan oleh Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) Provinsi dan disahkan

oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi selaku Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA). SK penetapan dan

pengesahan penerima bantuan tersebut disampaikan

kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, C.q

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan.

5. Hasil CPCL yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian

Provinsi tersebut merupakan dasar penyaluran bantuan

sarana kepada penerima bantuan.

6. Sebagian CPCL bantuan sarana pascapanen dapat

sama dengan CPCL pada kegiatan ekstensiikasi dan

peningkatan Indeks Pertanaman, sepanjang belum

pernah menerima sarana pascapanen sejenis.

7. Pengadaan sarana pascapanen atau pengolahan hasil

menggunakan sistem e-purchasing. Sedangkan untuk pengadaan sarana pascapanen atau pengolahan

hasil tanaman pangan yang belum tercantum dalam

(33)

8. Spesiikasi teknis sarana pascapanen atau pengolahan

hasil tanaman pangan secara rinci/detail ditentukan

oleh masing-masing Provinsi sesuai spesiik lokasi atau

kebutuhan daerah, dan tetap memperhatikan aspek

kualitas sarana dalam rangka meningkatkan kinerja

sarana dan kualitas hasil.

2.5. Distribusi Sarana

Pendistribusian sarana sebagaimana pada Lampiran 1

mengikuti beberapa ketentuan sebagai berikut :

1. Bantuan sarana didistribusikan sampai ke titik bagi sesuai

kesepakatan dalam dokumen kontrak antara Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) dengan Penyedia Barang/Sarana.

2. Penyaluran bantuan tersebut harus dinyatakan dalam Berita

Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan

(BAP-STHP) dari penyedia kepada Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota atau pejabat yang mewakili Kepala Dinas

Pertanian. Format BAP-STHP tersebut sebagaimana

tercantum pada Lampiran 2.

3. Dinas Pertanian Kabupaten/Kota menerbitkan Surat

Pernyataan bersedia menerima hibah Barang Milik Negara

(BMN) yang ditandatangani oleh Kepala Dinas atas nama

Pemerintah Daerah dengan format sebagaimana Lampiran 3.

4. Surat BAP-STHP dan Surat Pernyataan sebagaimana

tersebut pada butir 2) dan butir3) digunakan sebagai dasar

pembayaran kepada pihak penyedia.

5. Penyerahan bantuan sarana kepada Kelompok tani/

(34)

sebagaimana tercantum pada Lampiran 4 menjadi tanggung

jawab Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Berita Acara

tersebut disampaikan kepada Dinas Pertanian Provinsi

dan tembusan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Cq. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan, segera setelah penyerahan sarana.

6. Penyerahan bantuan sarana tersebut agar dilengkapi

dokumentasi foto saat penyerahan sarana, baik dari Penyedia

kepada Dinas Pertanian Kabupaten serta Dinas kepada

Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Lembaga Masyarakat/

Pemda.

7. Sarana yang didistribusikan harus dalam keadaan baik, baru,

terakit sempurna, lengkap dan dilakukan uji coba (running test).

8. Apabila dalam pelaksanaannya terdapat sarana yang tidak

dimanfaatkan oleh penerima bantuan, maka Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota dapat merealokasi sarana tersebut ke

kelompok lainnya di wilayah kecamatan yang sama/antar

kecamatan. Apabila diperlukan realokasi antar Kabupaten/

Kota, maka menjadi kewenangan Kepala Dinas Pertanian

Provinsi.

9. Sarana pengering (vertical dryer), sebelum didistribusikan terlebih dahulu disiapkan bangunan dryer sesuai dengan anggaran yang tersedia. Ukuran bangunan dryer disesuaikan dengan dimensi sarana dryer dan kelengkapannya;

10. Untuk sarana dryer, pihak penyedia barang diharuskan untuk melakukan pemasangan instalasi dan merakit komponen

(35)

11. Penyedia barang menjamin bahwa barang tersebut memenuhi

persyaratan teknis, baik kuantitas maupun kualitasnya dan

memperhatikan jaminan layanan purna jual dan suku cadang;

12. Penyedia barang diharuskan melaksanakan pelatihan

operasional sarana pascapanen, agar operator dapat

memahami penggunaan dan pemeliharaan sarana tersebut;

13. Setiap sarana bantuan diberi tanda dengan grair/plat nama (name plate) terbuat dari plat yang pemasangannya di-rivet secara rapi, sehingga tidak mudah untuk dihilangkan dan

ditempatkan di bagian sarana yang mudah terlihat. Plat nama

mencantumkan sumber pendanaan kegiatan dan tahun

pengadaan. Selain itu perlu juga dicantumkan kontak person

produsen (nama dan nomor telepon) yang mudah dihubungi

bila terjadi kerusakan. Tata letak name plate dan kontak person penyedia barang ditentukan oleh penyedia barang.

2.6. Penatausahaan Aset Bantuan

Mekanisme penatausahaan aset dari bantuan Pemerintah

yang diserahkan kepada masyarakat (MAK 526) mengacu pada

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 248/

PMK.07/ 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 Tahun 2007 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan

(36)
(37)

3.1 Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Hasil

Penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dan

benar (Good Handling Practices/GHP) merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara baik dan benar, dimulai dari

panen sampai dengan siap dikonsumsi dan/atau diolah, meliputi:

pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengupasan, sortasi,

pengeringan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.

Pengolahan Hasil Pertanian Yang Baik (Good Manufacturing Practices/ GMP) merupakan serangkaian kegiatan yang baik untuk memproduksi suatu produk olahan antara lain mencakup lokasi,

bangunan, ruang dan sarana pabrik, proses pengolahan, peralatan

pengolahan, penyimpanan dan distribusi produk olahan, kebersihan

dan kesehatan pekerja, serta penanganan limbah dan pengelolaan

lingkungan. Hal tersebut diupayakan untuk dapat mencegah

terjadinya kontaminasi/pencemaran oleh mikro organisme, benda/

bahaya isik dan senyawa kimia yang dapat mengganggu atau

membahayakan kesehatan manusia dan masyarakat serta menjaga

kesehatan dan keselamatan pekerja.

Pengelolaan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman

pangan merupakan suatu proses kegiatan yang dimulai dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan

terhadap kegiatan penanganan pascapanen dan pengolahan hasil

tanaman pangan, serta penggunaan sumberdaya dalam mencapai

tujuan yang tidak terlepas dari aspek sumberdaya manusia.

Pengelolaan yang baik adalah sebagai pondasi bagi

pengembangan setiap organisasi dan unsur yang terlibat langsung

(38)

Pengelolaan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman

pangan diarahkan pada upaya untuk mewujudkan pengembangan

dari hulu hingga industri hilir pada kawasan yang diarahkan untuk

mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik

produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (inal product) agar terjadi peningkatan nilai tambah dan memiliki daya saing produk.

Untuk itu dibutuhkan adanya dukungan Pemerintah berupa

fasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan tanaman pangan,

sehingga produk tanaman pangan yang dijual tidak hanya dalam

bentuk segar namun sudah dalam bentuk produk olahan. Oleh

sebab itu, produk olahan tersebut perlu dilakukan standarisasi

produk akhir terutama untuk komoditas yang mempunyai prospek

di pasar luar negeri.

Pengembangan unit pengolahan pertanian yang akan

dilaksanakan saat ini melalui pendekatan sistem agribisnis.

Pendekatan agribisnis dalam pengembangan kawasan komoditi

tanaman pangan bermakna bahwa kegiatan pertanian pada suatu

kawasan agar lebih berorientasi pada keuntungan usaha tani.

Pendekatan agribisnis mensyaratkan adanya keterpaduan antar

pemangku kepentingan pertanian yang terdiri dari kalangan bisnis

atau usaha, masyarakat dan Pemerintah.

Salah satu indikator dan kriteria keberhasilan di tingkat

kawasan pertanian tanaman pangan adalah meningkatnya

aktivitas penanganan pascapanen dan pengolahan hasil serta

nilai tambah produk. Keberadaan aktivitas usaha pascapanen dan

(39)

sampai hilir. Peningkatan aktivitas pascapanen dan pengolahan

akan meningkatkan eisiensi kerja, kualitas dan nilai tambah dari

produk yang dihasilkan dan dapat diukur dari bertambahnya volume

komoditas yang diolah, bertambahnya jumlah dan jenis usaha

pascapanen dan pengolahan produk, meningkatnya penggunaan

alat dan mesin pascapanen dan pengolahan.

Pengembangan agroindustri tanaman pangan merupakan

suatu sistem yang terintegrasi mulai dari aspek budidaya (on-farm), pascapanen hingga pengolahan (off-farm) dan pemasaran. Semua aspek tersebut dilakukan dalam suatu aktivitas yang saling terkait

antara seluruh komponen pendukung mulai dari hulu (kontinuitas

pasokan bahan baku) sampai hilir (pengolahan dan akses

pemasaran).

Pada saat ini penanganan pascapanen maupun pengolahan

hasil tanaman pangan masih belum dilaksanakan secara optimal,

sehingga membutuhkan adanya sentuhan dan perbaikan teknologi

dengan turut memperhatikan segi efektivitas, eisiensi, mutu dan

pasar. Untuk mendukung perbaikan teknologi tersebut Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan melalui

dana APBN tahun 2016 telah mengalokasikan fasilitasi sarana

pascapanen dan fasilitasi sarana pengolahan hasil tanaman

pangan.

3.2. Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil

Pengelolaan pemanfaatan sarana pascapanen dan

pengolahan hasil tanaman pangan agar dapat berjalan secara

optimal harus memperhatikan beberapa aspek penting yaitu

(40)

Pengelolaan pemanfaatan bantuan sarana adalah sebagai berikut :

1. Kelompoktani/Gapoktan/UPJA/Lembaga Masyarakat/Pemda

a. Kelompoktani/Gapoktan/UPJA/Lembaga Masyarakat

harus mempunyai struktur organisasi yang dilengkapi

uraian tugas dan fungsi secara jelas dan disepakati

semua anggota.

b. Kepemilikan alat dan sarana adalah milik Kelompoktani/

Gapoktan/UPJA/Lembaga Masyarakat (bukan milik

perorangan) dan dioperasionalkan oleh Kelompok tani/

Gapoktan/UPJA/Lembaga Masyarakat.

c. Mekanisme dan tata hubungan kerja antar anggota

Kelompok tani/Gapoktan/UPJA/Lembaga Masyarakat

disusun secara partisipatif.

d. Proses pengambilan keputusan dilakukan secara

musyawarah/mufakat dan dituangkan dalam berita acara

atau risalah rapat yang ditandatangani oleh pengurus

dan diketahui oleh unsur pembina atau instansi terkait.

e. Anggota melakukan pengawasan terhadap

pengembangan usaha Kelompoktani/ Gapoktan/UPJA/

Lembaga Masyarakat.

f. Pengembangan Kelompoktani/Gapoktan/UPJA/Lembaga

Masyarakat diarahkan untuk menuju terbangunnya

lembaga ekonomi seperti koperasi atau unit usaha

berbadan hukum lainnya.

g. Bersedia untuk mendukung panen serempak dan

(41)

2. Pemerintah Daerah

a. Brigade agar dilengkapi dengan struktur organisasi

pengelolaan brigade.

b. Pengelolaan brigade harus sesuai dengan aturan dan

ketentuan yang telah ditetapkan.

c. Pengelolaan brigade dilaksanakan oleh Dinas

Pertanian bersama-sama dengan Instansi Terkait untuk

mendukung kelancaran penerapan panen serempak

dalam rangka pelayanan kepada petani/kelompok tani

yang membutuhkan layanan penggunaan sarana panen

dengan mempertimbangkan keberadaan sarana di

daerah tersebut.

d. Operasional pemanfaatan sarana dibebankan kepada

pengguna jasa (Kelompoktani/Gapoktan/UPJA/Lembaga

Masyarakat).

e. Brigade wajib melakukan pemeliharaan atau perawatan

sarana secara regular, sehingga kondisi sarana selalu

terawat dengan baik.

Hasil akhir yang diharapkan dengan dilakukannya pengelolaan

sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan adalah:

1. Penerima bantuan sarana mampu mengoptimalkan

pemanfaatan sarana dalam penanganan pascapanen

dan pengolahan hasil tanaman pangan, sehingga

dapat menghasilkan keuntungan bagi kelompok untuk

(42)

2. Penerima bantuan sarana mampu mengatur arus kas dan

berorientasi proit oriented.

3. Penerima bantuan sarana mengembangkan kapasitas

organisasi dan skala usaha kelompok.

4. Penerima bantuan sarana memiliki kesadaran dalam

meminimalkan susut hasil tanaman pangan.

5. Penerima bantuan sarana sudah berorientasi peningkatan

(43)
(44)

4.1. Monitoring dan Evaluasi

Pembinaan terhadap pemanfaatan sarana dilaksanakan

melalui monitoring dan evaluasi agar bantuan sarana dapat

berdayaguna dan berhasil guna. Untuk itu diperlukan pengawalan

terhadap Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Lembaga Masyarakat/

Pemda penerima bantuan sarana.

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh

petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengetahui

kondisi sarana, perkembangan pemanfaatan dan permasalahan

yang muncul di lapangan, serta untuk mendapatkan masukan

langsung dari pengguna terhadap sarana yang diterima. Masukan

yang diperoleh digunakan untuk acuan dalam penentuan kebijakan

selanjutnya.

4.2. Pelaporan

Pelaporan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari

penerima bantuan, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Dinas

Pertanian Provinsi sampai Pusat.

Penerima bantuan sarana pascapanen tanaman pangan

melaporkan kinerja penggunaan dan kondisi sarana setiap musim

tanam, sedangkan untuk penerima bantuan sarana pengolahan

tanaman pangan menyampaikan laporan kinerja, kondisi sarana

pengolahan serta perkembangan usahanya 1 (satu) kali setiap

tahun. Laporan ditujukan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

dan dilengkapi dengan gambar/foto pemanfaatan sarana tersebut

(45)

Laporan dari penerima bantuan sarana pascapanen tanaman

pangan dibuat rekapitulasinya oleh Dinas Pertanian Kabupaten/

Kota untuk disampaikan ke Dinas Pertanian Provinsi. Laporan dari

Dinas Pertanian Provinsi selanjutnya disampaikan kepada Direktur

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian dengan alamat:

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Jalan Ragunan Nomor 15 Pasar Minggu Jakarta Selatan, 12520

Telp : (021) 7806090, Fax : (021) 78832318, 7804658 e-mail : dit.pphtp@gmail.com

Pelaporan ini merupakan masukan penting bagi perencanaan

pengembangan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman

pangan pada masa mendatang, sehingga keterlambatan maupun

kelalaian dalam pembuatan laporan tersebut akan menjadi evaluasi

kinerja dan pertimbangan dalam kebijakan pemberian bantuan

(46)
(47)

Dukungan terhadap ketersediaan sarana pascapanen dan

pengolahan hasil tanaman pangan di lokasi sentra-sentra tanaman

pangan sebagai salah satu upaya khusus untuk mendukung

tercapainya sasaran peningkatan produksi tanaman pangan dan

kesejahteraan masyarakat tani. Dengan adanya dukungan sarana

tersebut akan diperoleh eisiensi waktu, eisiensi jumlah tenaga kerja, eisiensi biaya usaha tani, meningkatkan produksi dan kualitas hasil

pertanian dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.

Diperlukan peran aktif dari Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau instansi terkait dalam

pendampingan, pengawalan dan pengawasan pengelolaan sarana

kepada Kelompok tani/ Gapoktan/UPJA/Lembaga Masyarakat,

sehingga investasi sarana tersebut dapat mendorong pengelolaan

sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan ke arah

mandiri, serta menjadi perintis berkembangnya kelembagaan dan

sarana di wilayahnya masing-masing.

Bantuan sarana ini diharapkan dapat membantu Kelompok

tani/Gapoktan/UPJA/Lembaga Masyarakat agar tahapan

pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan menjadi eisien

dan dapat menurunkan susut hasil, serta memberikan nilai tambah

(48)
(49)

Lampiran 1. Alokasi Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil

Tanaman Pangan Tahun 2016

NO PROVINSI

SARANA PASCAPANEN PADI COMBINE AWAL REVISI I AWAL REVISI I AWAL REVISI I

1 Jawa Barat 168 383 21 26

23 Nusa Tenggara

Barat 172 178 50 137 9 10

Belitung 20 20

29 Gorontalo 72 46 41 5 9

30 Kepulauan Riau

31 Papua Barat 35 74 13

32 Sulawesi Barat 30 30 75 6 12

33 Kalimantan

(50)

NO PROVINSI

AWAL REVISI I AWAL REVISI I AWAL REVISI I

1 Jawa Barat 3 3 142 160

18 Sulawesi Utara 10 10

19 Sulawesi

Tengah 12 12

20 Sulawesi

Selatan 2 2

21 Sulawesi

Tenggara 10 10

22 Maluku 27 22

23 Nusa Tenggara Barat

24 Nusa Tenggara

Timur 21 21

25 Papua

26 Bengkulu 85 85

27 Maluku Utara

28 Bangka Belitung 12 12

29 Gorontalo 30

30 Kepulauan Riau

31 Papua Barat 32 Sulawesi Barat

(51)

NO PROVINSI

SARANA PASCAPANEN PADI RMU dan

Bangunan (UNIT) * POLISHER (UNIT) DESTONER (UNIT) AWAL REVISI I AWAL REVISI I AWAL REVISI I

1 Jawa Barat 8 8 1 9 Sumatra Barat 10 Riau

23 Nusa Tenggara

Barat 3 3

24 Nusa Tenggara

Timur 3

25 Papua 3 3

26 Bengkulu 2 2

27 Maluku Utara** 15

28 Bangka Belitung

29 Gorontalo 5 5

30 Kepulauan Riau 31 Papua Barat

32 Sulawesi Barat 5 5

33 Kalimantan

Utara 2

Total 100 115 0 22 0 2

(52)

NO PROVINSI

SARANA PASCAPANEN JAGUNG

CORN COMBINE

HARVESTER (UNIT) CORN SHELLER (UNIT)

AWAL REVISI I AWAL REVISI I

1 Jawa Barat 6 105 350

9 Sumatra Barat 162

10 Riau 2 25 66

11 Jambi 4 45 54

12 Sumatra Selatan 7 85 225

13 Lampung 14 95 464

14 Kalimantan Barat 40 52

15 Kalimantan Tengah 10 22

16 Kalimantan Selatan 10 65 220

17 Kalimantan Timur 10 29

18 Sulawesi Utara 14 156 480

19 Sulawesi Tengah 7 60 140

20 Sulawesi Selatan 17 247 686

21 Sulawesi Tenggara 1 90 100

22 Maluku 20 15

23 Nusa Tenggara Barat 14 135 400

24 Nusa Tenggara Timur 12 107 408

25 Papua 7

26 Bengkulu 25 53

27 Maluku Utara 20 12

28 Bangka Belitung

29 Gorontalo 14 130 388

30 Kepulauan Riau

31 Papua Barat 4

32 Sulawesi Barat 15 40 184

(53)

NO PROVINSI

SARANA PASCAPANEN JAGUNG

VERTICAL DRYER JAGUNG KAP 3,5-6 TON

(UNIT)

GUDANG/LANTAI JEMUR JAGUNG

(PAKET) *

AWAL REVISI I AWAL REVISI I

1 Jawa Barat 1 1

2 Jawa Tengah 3 DI Yogyakarta

4 Jawa Timur 3

5 Banten 6 Bali 7 Aceh

8 Sumatra Utara 9 Sumatra Barat 10 Riau

11 Jambi

12 Sumatra Selatan 13 Lampung 14 Kalimantan Barat 15 Kalimantan Tengah 16 Kalimantan Selatan 17 Kalimantan Timur 18 Sulawesi Utara 19 Sulawesi Tengah 20 Sulawesi Selatan 21 Sulawesi Tenggara 22 Maluku

23 Nusa Tenggara Barat 24 Nusa Tenggara Timur 25 Papua

26 Bengkulu 27 Maluku Utara 28 Bangka Belitung 29 Gorontalo 30 Kepulauan Riau 31 Papua Barat 32 Sulawesi Barat 33 Kalimantan Utara

Total 1 1 0 3

(54)

NO PROVINSI

MULTIGUNA (UNIT) RODA 3 (UNIT)

AWAL REVISI I AWAL REVISI I

1 Jawa Barat 23 362 23 40

12 Sumatra Selatan 12 409 27 35

13 Lampung 15 71 17 38

14 Kalimantan Barat 37 13 30

15 Kalimantan Tengah 30 13 21

16 Kalimantan Selatan 8 491 18 28

17 Kalimantan Timur 58 12 19

18 Sulawesi Utara 8 264 11 20

19 Sulawesi Tengah 11 146 13 21

20 Sulawesi Selatan 14 859 50 36

21 Sulawesi Tenggara 17 192 14 17

22 Maluku 35 16 8

23 Nusa Tenggara Barat 25 750 20 25

24 Nusa Tenggara Timur 8 100 18 24

25 Papua 11 37 16 13

26 Bengkulu 10 98 15 17

27 Maluku Utara 40 10 11

28 Bangka Belitung 2 7

29 Gorontalo 5 53 12 14

30 Kepulauan Riau

31 Papua Barat 6 30 14 13

32 Sulawesi Barat 51 15 16

33 Kalimantan Utara 6 38

(55)

NO PROVINSI

SARANA PENGOLAHAN

UPH JAGUNG (PAKET) UPH KEDELAI (PAKET)

AWAL REVISI I AWAL REVISI I

1 Jawa Barat 1 1 2 2

2 Jawa Tengah 6 6 2 2

3 DI Yogyakarta

4 Jawa Timur 2 2

5 Banten 1 1

6 Bali 3 3 1 1

7 Aceh 4 4 3 3

8 Sumatra Utara 6 6

9 Sumatra Barat 10 Riau

11 Jambi 1 1 1 1

12 Sumatra Selatan 2 2

13 Lampung 2 2

14 Kalimantan Barat 1 1

15 Kalimantan Tengah 16 Kalimantan Selatan 17 Kalimantan Timur

18 Sulawesi Utara 2 2 3 3

19 Sulawesi Tengah 1 1 2 2

20 Sulawesi Selatan 6 6 1 1

21 Sulawesi Tenggara 6 6 5 5

22 Maluku 1 1 2 2

23 Nusa Tenggara Barat 1 1

24 Nusa Tenggara

Timur 7 7

25 Papua 3 3

26 Bengkulu 2 2 2 2

27 Maluku Utara 28 Bangka Belitung

29 Gorontalo 4 4 2 2

30 Kepulauan Riau 31 Papua Barat

32 Sulawesi Barat 1 1 1 1

33 Kalimantan Utara

(56)

Lampiran 2. Contoh Format Berita Acara Pemeriksaan dan Serah

Terima Hasil Pekerjaan (BAP-STHP)

KOP DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA

BERITA ACARA PEMERIKSAAN DAN SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN (BAP-STHP)

BANTUAN ... (JENIS SARANA) KEGIATAN BANTUAN SARANA TAHUN 2016

Nomor :

Pada hari ini ... tanggal ... bulan ... tahun dua ribu enam belas,

kami yang bertandatangan dibawah ini :

PIHAK PERTAMA :Nama : ... Jabatan : ...

Alamat : ...

PIHAK KEDUA :Nama : ... Jabatan : ...

Alamat : ...

Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK PERTAMA menyerahkan barang kepada PIHAK KEDUA berupa ... (jenis sarana), sesuai Perjanjian (kontrak) Nomor: ... tanggal

(57)

No. Nama/Jenis Barang Merk/Tipe Jumlah Barang

1.

2.

3.

Seluruh barang yang diserahterimakan dalam keadaan baik,

baru, dan lengkap sesuai dengan spesiikasi terlampir, serta telah

dilakukan uji coba (running test).

Demikian Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima

Hasil Pekerjaan ini dibuat dan ditandatangani kedua belah pihak

dengan sebenarnya. Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima

Hasil Pekerjaan ini dibuat rangkap 6 (enam) untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA **) PIHAK PERTAMA *)

Yang Menerima, Yang Menyerahkan,

(... ) ( ... )

NIP.

Mengetahui : ***)

( ... )

NIP.

Keterangan :

*) : Pihak Penyedia Barang

(58)

Contoh Lampiran 2. Surat Pernyataan untuk barang yang diserahkan Ke Kelompoktani/Gapoktan/ UPJA/Lembaga Masyarakat

SURAT PERNYATAAN

KOP SATKER DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA

Nomor : ...

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ...

NIP : ...

Pangkat/Golongan : ... / ...

Jabatan : Kepala Dinas ... selaku SKPD

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor : 96/ PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pemanfaatan,

Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara dengan

ini menyatakan bersedia menerima hibah Barang Milik Negara (BMN) yang akan digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Daerah pada Kantor Dinas Pertanian ...

dengan jenis barang sebagai berikut :

No Jenis Barang / Volume AKUN Nilai (Rp) Keterangan

1. Belanja Barang Diserahkan

Kepada Masyarakat 1)

2. Belanja Barang Diserahkan

Kepada Masyarakat 1)

3. Belanja Barang Diserahkan

Kepada Masyarakat 1)

(59)

Ba-Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

..., ... 2016

a.n Bupati

Kepala Dinas,

( ... )

(60)

Petunjuk T

eknis Pengelolaan Sarana Pascapanen

dan Pengolahan Hasil T

(61)

Contoh. Lampiran 2. Surat Pernyataan Untuk Barang Yang Diserahkan Ke Pemda Sebagai ASET PEMDA

SURAT PERNYATAAN

KOP SATKER DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA

Nomor : ...

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ...

NIP : ...

Pangkat/Golongan : ... / ...

Jabatan : Kepala Dinas ... selaku SKPD

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor : 96/ PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pemanfaatan,

Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara dengan

ini menyatakan bersedia menerima hibah Barang Milik Negara (BMN) yang akan digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Daerah pada Kantor Dinas Pertanian ...

dengan jenis barang sebagai berikut :

No Jenis Barang /

Volume AKUN Nilai (Rp) Keterangan

1. Belanja Barang Diserahkan

Kepada Masyarakat 1)

2. Belanja Barang Diserahkan

Kepada Masyarakat 1)

3. Belanja Barang Diserahkan

Kepada Masyarakat 1)

(62)

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

..., ... 2016

a.n Bupati

Kepala Dinas,

( ... )

(63)

eknis Pengelolaan Sarana Pascapanen

ESELON I : Ditjen Tanaman Pangan

KEMENTERIAN : Pertanian

(64)

Lampiran 3. Contoh Format Dokumen Surat Pernyataan Bersedia

Menerima Hibah Barang Milik Negara

KOP SURAT DINAS PERTANIAN PROVINSI

..., ... 2016

Nomor :

Lampiran : 2 berkas

Hal : Penyampaian Surat Pernyataan

Bersedia Menerima Hibah

Yth.

Kepala Dinas ...

Kabupaten/Kota ...

di

Tempat

Sehubungan telah selesainya pendistribusian bantuan sarana

... (jenis dan merk sarana), kegiatan Pengadaan Bantuan

Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan TA.

2016, dapat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bantuan sarana tersebut merupakan pos belanja barang

yang menggunakan AKUN 526 yaitu belanja barang yang

diserahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah.

2. Dalam rangka tertib administrasi dan pengelolaan Barang

Milik Negara (BMN), maka sarana tersebut akan dihibahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah.

(65)

Cq. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dipersyaratkan adanya Surat Pernyataan bersedia menerima

hibah, selanjutnya kami mohon kesediaannya agar dapat

menandatangani surat pernyataan sebagaimana lampiran 1

dan 2.

4. Surat Pernyataan dibuat diatas kertas kop Dinas Pertanian,

ditandatangani dan distempel.

5. Surat pernyataan asli dan lampirannya agar dapat dikirimkan kepada kami melalui pos dengan alamat :

Dinas Pertanian Provinsi ………

Jalan ……….

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya

diucapkan terima kasih.

Kepala Dinas …..…...

Provinsi ………...

( ………. ….. )

NIP.

Tembusan :

1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan 2. Bupati ………….…….

(66)

Lampiran 4. Contoh BASTB KelompokTani/Gapoktan

BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN

Nomor : ...

Pada hari ini... tanggal ... bulan...tahun 2016,

yang bertandatangan di bawah ini :

1. Nama : ...

Jabatan : ...

Alamat : ...

... (ditulis lengkap)

Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA (pihak yang menyerahkan)

2. Nama : ...

Jabatan : Ketua Kelompoktani/Gapoktan ...

Alamat : ...

... (ditulis lengkap)

Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA (pihak yang menerima)

Dengan ini PIHAK PERTAMA DAN PIHAK KEDUA menyatakan

dengan sesungguhnya bahwa :

1. PIHAK PERTAMA telah menyerahkan hasil pelaksanaan

pekerjaan berupa :

(67)

2. PIHAK KEDUA menerima hasil pekerjaan tersebut diatas

dalam keadaan baik dan lengkap sesuai dengan spesiikasi

terlampir, serta telah dilakukan uji coba (running test) untuk selanjutnya dikelola dan dimanfaatkan sesuai peruntukannya,

serta menyatakan sanggup melakukan pemeliharaan

terhadap sarana tersebut.

3. Apabila PIHAK KEDUA tidak mengoperasikan sarana

tersebut sesuai ketentuan, maka PIHAK KEDUA bersedia

atas pengalihan sarana tersebut kepada poktan/gapoktan

lainnya di wilayah setempat atau di wilayah lainnya oleh

PIHAK PERTAMA.

Demikian Berita Acara Serah Terima Pekerjaan ini dibuat

dan ditandatangani kedua belah pihak untuk dipergunakan

sebagaimana mestinya.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Dinas Pertanian Ketua Poktan/

Kabupaten/Kota Gapoktan

( ... ) ( ...)

NIP.

Mengetahui

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/ Atasan Langsung Penerima Barang,

(68)

Lampiran 5. Contoh Surat Perjanjian Pendayagunaan Sarana

SURAT PERJANJIAN PENDAYAGUNAAN BANTUAN SARANA PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL PADI/

JAGUNG/KEDELAI *)

Pada hari ini... tanggal ... bulan...tahun ...,

yang bertandatangan di bawah ini :

1. Nama : ...

Jabatan : ...

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ...

Alamat : ...

... (ditulis lengkap)

Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

2. Nama : ...

Jabatan : Ketua Kelompok Tani/Gabungan Kelompok

Tani ...

Alamat : ...

...(ditulis lengkap)

Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian

pendayagunaan bantuan sarana pascapanen dan pengolahan hasil

tanaman pangan dari dana APBN Tahun Anggaran 2016 Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian dengan

ketentuan sebagai berikut :

(69)

b. Merk : ...

c. Kapasitas : ...

d. Jumlah : ... (unit)

e. Kondisi sarana : Baik dan siap operasional

2. a. Nama sarana : ...

b. Merk : ...

c. Kapasitas : ...

d. Jumlah : ...(unit)

e. Kondisi sarana : Baik dan siap operasional

II. PIHAK PERTAMA berkewajiban :

- Melakukan pendampingan, bimbingan teknis dan

manajemen, pembinaan, monitoring dan supervisi

kepada PIHAK KEDUA.

III. PIHAK KEDUA akan mendayagunakan dan mengembangkan

bantuan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman

pangan tersebut dengan cara :

1. Bersedia, mau dan mampu mengoptimalkan bantuan,

bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat

bantuan sarana yang diterimanya dengan baik;

2. Bersedia memanfaatkan dan mengelola sarana untuk

mendukung peningkatan produksi pertanian dan

penguatan modal kelompok;

3. Memiliki komitmen menyediakan biaya operasional

kegiatan usaha sarana tersebut;

4. Kelompok penerima memanfaatkan bantuan bersedia

(70)

dengan unit pengelola alsintan/UPJA dalam atau di luar

kelompok;

5. Bersedia untuk dipindahkan ke lokasi lain jika poktan/

gapoktan tidak mampu memanfaatkan bantuan sarana

yang diterima (tidak operasional lagi);

6. Khusus penerima bantuan sarana pengering (dryer) harus mampu menyediakan lahan untuk menempatkan

dryer tersebut yang dikukuhkan dengan surat pernyataan hibah atau hak guna pakai.

7. Dapat menyisihkan dana hasil usaha pelayanan sarana

tersebut ke dalam kas kelompok untuk perbaikan dan

menambah sarana yang dibutuhkan secara swadana

dalam jangka waktu tertentu;

8. Menyiapkan dan menyampaikan laporan setiap

1 (satu) musim sekali mengenai pelaksanaan kegiatan usahanya dan dilaporkan kepada Pihak Pertama (Kepala

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota), dan selanjutnya

Pihak Pertama akan melaporkan secara berjenjang ke

Provinsi dan Pusat.

IV. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajibannya dan

memanfaatkan sarana tersebut 1 (satu) tahun sejak sarana

tersebut siap dioperasionalkan, maka bantuan sarana tersebut

dapat dipindahkan oleh PIHAK PERTAMA atas persetujuan

dari Dinas Pertanian Provinsi dan akan diberikan ke poktan/

gapoktan lain yang mau dan mampu serta bertanggung jawab

dalam mengelola bantuan sarana tersebut. PIHAK KEDUA

(71)

kewajiban-kewajiban yang belum dilaksanakan sebelumnya.

Perjanjian kerjasama ini berlaku selama umur ekonomis sarana

pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan tersebut sejak

ditandatangani, dan dibuat rangkap 3 (tiga) yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama dan 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup.

Demikian perjanjian pendayagunaan bantuan sarana ini dibuat dan

ditandatangani oleh :

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Dinas Pertanian Ketua Poktan/

Kabupaten/Kota Gapoktan

( ... ) ( ...)

NIP.

Mengetahui

Dinas Pertanian Provinsi,

( ... )

(72)

Lampiran 6. Contoh Surat Pernyataan Hibah Tanah/Lahan

SURAT PERNYATAAN HIBAH ATAU HAK GUNA PAKAI TANAH/ LAHAN UNTUK PENEMPATAN BANGUNAN/REHABILITASI

BANGUNAN SARANA PENGERING (DRYER)

Hari ini ... tanggal ... bulan ... tahun ...yang

bertandatangan di bawah ini :

1. Nama : ...

Jabatan : ...

...

Alamat : ...

... (ditulis lengkap)

Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

2. Nama : ...

Jabatan : Ketua Kelompok tani/Gabungan Kelompok tani*)....

...

Alamat : ...

...(ditulis lengkap)

Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Bahwa dengan ini saya (PIHAK PERTAMA) menghibahkan/

memberikan Hak Guna Pakai*) tanah/lahan hak milik saya seluas

± ... m² (p x l = ... m x ...m) yang terletak di RT/RW...

Dusun …………. Desa ... Kecamatan ...

Kabupaten/Kota ... di Provinsi ..., kepada

Penerima Hibah atau Hak Guna Pakai (PIHAK KEDUA) yang akan

(73)

1. Sebelah Utara berbatasan dengan : ...

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan : ...

3. Sebelah Timur berbatasan dengan : ...

4. Sebelah Barat berbatasan dengan : ...

I. PIHAK PERTAMA sebagai penghibah atau yang memberikan

Hak Guna Pakai tanah/lahan :

1. Menghibahkan/menyerahkan hak guna pakai tanah/

lahannya untuk digunakan sebagai tempat bangunan

(dryer) dan berjanji tidak akan menuntut PIHAK KEDUA di kemudian hari atas penggunaan tanah/lahan tersebut

diatas selama perjanjian berlangsung;

2. Mengawasi PIHAK KEDUA dalam menggunakan tanah/

lahan tersebut sebagaimana mestinya agar tidak beralih

fungsi;

3. Berhak menegur PIHAK KEDUA apabila tidak

menggunakan tanah/lahan tersebut sesuai perjanjian.

II. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk :

1. Memanfaatkan tanah/lahan tersebut sebagai tempat

untuk mendirikan bangunan sarana pengering (dryer) dengan ukuran bangunan mengikuti ketentuan;

2. Mengembalikan hibah/hak guna pakai lahan jika masa

perjanjian telah berakhir.

III. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajibannya

sesuai dengan ketentuan, maka bantuan sarana pengering

(74)

lain dan tanah/lahan yang telah dihibahkan atau sebagai

hak guna pakai dikembalikan kepada PIHAK PERTAMA

sesuai dengan luas tanah/lahan yang diberikan semula tanpa

menuntut dan meminta ganti rugi dalam bentuk apapun

dan tetap melaksanakan kewajiban-kewajiban yang belum

dilaksanakan sebelumnya dan mengganti bangunan sarana

(dryer) tersebut yang telah didirikan di lokasi yang baru.

Surat Perjanjian ini dibuat di depan kedua belah pihak

(PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA) dan disaksikan oleh 3 (tiga) orang saksi, yaitu dari 1 (satu) orang dari masing masing-masing pihak dan 1 (satu) orang Pejabat/Aparat Desa setempat, yaitu :

No. Nama Alamat Tandatangan

1. ... ... ...

2. ... ... ...

2. ... ... ...

Perjanjian kerjasama ini berlaku minimal selama 10 (sepuluh) tahun atau selama umur ekonomis sarana tersebut (untuk Hak

Guna Pakai) atau selama organisasi gapoktan/poktan ada terhitung

sejak surat perjanjian ini ditandatangani, dan dibuat rangkap 3 (tiga) yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama dan

2 (dua) diantaranya bermaterai cukup.

Demikian surat pernyataan hibah atau hak guna pakai dari

penggunaan tanah/lahan ini untuk penempatan bangunan sarana

(75)

pihak manapun juga. Dan apabila dikemudian hari ada gugatan

dari ahli waris pihak pertama, maka sepenuhnya PIHAK PERTAMA

akan bertanggung jawab.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Ketua Poktan/

Gapoktan

( ... ) ( ...)

(76)

Petunjuk T

eknis Pengelolaan Sarana Pascapanen

dan Pengolahan Hasil T

anaman Pangan T

ahun 2016

Provinsi : ...

Kabupaten/Kota : ...

Nama Poktan/Gapoktan : ...

Alamat : ...

Nama Ketua : ...

Nomor Handphone : ...

Bantuan Tahun Anggaran : ...

Jenis

(77)

eknis Pengelolaan Sarana Pascapanen

anaman Pangan T

ahun 2016

Gambar

Tabel 1. Jenis Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil  Tanaman Pangan Tahun 2016
Tabel 2. Contoh

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan produktivitas padi dilakukan melalui peningkatan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul spesifik lokasi dengan produktivitas tinggi termasuk benih

Kami berharap petunjuk teknis ini dapat memberikan gambaran tentang bantuan operasional penyelenggaraan kegiatan program pendidikan keaksaraan dasar tahun 2016 bagi

Masyarakat perlu dilindungi dari Iklan yang tidak objektif, tidak lengkap, dan menyesatkan karenanya Badan Pengawas Obat dan Makanan menyusun Pedoman Teknis Pengawasan

Dengan terbitnya Petunjuk Teknis Pemberian Apresiasi Bagi Peserta Didik Kursus dan Pelatihan diharapkan dapat dijadikan acuan bagi Dinas Pendidikan Provinsi dalam melakukan seleksi

Kami berharap petunjuk teknis ini dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaran bantuan operasional penguatan kapasitas organisasi kemitraan Tahun 2016 bagi organisasi

Kami berharap petunjuk teknis ini dapat memberikan gambaran tentang bantuan operasional penyelenggaraan kegiatan program pendidikan keaksaraan dasar tahun 2016 bagi

Peraturan Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dukungan Fasilitasi dalam Akun Belanja Barang

b. Petunjuk teknis ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Pontianak dalam pelayanan informasi publik di lingkungan Balai