• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah jabal nuhfil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "makalah jabal nuhfil"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Terdapat beberapa perbedaan mengenai konsep swasembada pangan, kemandirian pangan, kedaulatan pangan, dan ketahanan pangan. Berdasarkan konsep tersebut dapat dibedakan sebagai berikut:

Swasembada pangan umumnya merupakan capaian peningkatan ketersediaan pangan dengan ruang lingkup wilayah nasional, sasaran utamanya adalah komoditas pangan dari produk pertanian seperti beras, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar strategi yang diterapkan dalam swasembada pangan adalah subtitusi impor dengan target yang diharapakan adalah peningkatan produksi pangan dengan sasaran petani. Sedangkan hasil target ketersediaan pangan oleh produk domestic (tidak impor).

Kemandirian pangan merupakan kondisi dinamis karena sifatnya lebih menekankan pada aspek perdangan atau komersialisasi: kemandirian lebih menuntut daya saing tinggi karena produk yang dihasilkan pada skema proporsi ekspor, sedangkan swasembada lebih tertuju pada skema subtitusi impor. Ruang lingkup dari kemandirian pangan adalah nasional/wilayah dengan sasaran komoditas pangan dengan strategi yang diterapkan adalah peningkatan daya saing atau dapat dikatakan promosi ekspor. Upaya atau harapan yang ditargetkan adalah peningkatan produksi pangan yang berdaya saing pangan sehingga hasil yang akan didapatkan ketersediaan pangan oleh produk domestic yang didapatkan dari hasil petani sebagai stake holder dalam negeri sedangkan impor hanya digunakan sebagai pelengkap.

(2)

terhadap ha-hak atas petani. Strategi yang diterapkan adalah pelarangan impor dengan target utama peningkatan produksi pangan dengan menekankan perlindungan pada petani sehingga menghasilkan kesejahteraan petani.

Ketahanan pangan menurut definisi FAO 1997 merupakan situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut. Berdasarkan definisi dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi yaitu berorientasi pada rumah tangga dan individu, dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses, menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi dan social, berorientasi pada pemenuhan gizi serta ditujukan untuk hidup sehat dan produktif. Dalam konsep ketahanan pangan ruangnya lingkup berdeda dengan yang lain yaitu meliputi rumah tangga dan individu. Strategi yang diterapkan dalam konsep ketahan pangan adalah peningkatan ketersediaan pangan, akses pangan, dan penyerapan pangan. Capaian utama dalam konsep ini meliputi peningkatan status gizi (penurunan kelaparan, gizi kurang dan gizi buruk). Hasil yang diharapkan adalah manusia sehat dan produktif (angka harapan hidup tinggi) pada konsep ketahanan lebih mengutamakan akses setiap individu untuk memperoleh pangan yang bergizi untuk sehat dan produktif. Konsep ketahanan pangan yang sempit meninjau sitem ketahan pangan dari aspek masukan yaitu produksi dan penyediaan pangan. Seperti yang banyak diketahui, baik secara nasional maupun globlal, ketersediaan pangan yang melimpah melebihi kebutuhan pangan penduduk tidak menjamin bahwa seluruh penduduk terbebas dari kelaparan dan gizi kurang. Konsep ketahan pangan yang luas bertolak pada tujuan akhir dari ketahan pangan yaitu tingkat kesejahteraan manusia.

(3)

 Aspek Ketersediaan (Food Availability) : yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini diharapkan mampu mencukupi pangan yang didefinisikan sebagi jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat.

Ketersediaan pangan per kapita (Gambar 2) yaitu ketersediaan jenis pangan yang tersedia untuk di konsumsi oleh rumah tangga, pedagang eceran, perusahaan/industri makanan jadi, rumah makan dan sejenisnya pada periode tertentu. Ketersediaan pangan mengisyaratkan adannya rata-rata pasokan pangan yang cukup tersedia setiap saat. faktor-faktor yang mempengaruhi ketersedian pangan antara lain :

1. Produksi : peningkatan produksi pangan dan kualitas pangan dapat dilakukan dengan program intensifikasi budidaya dan diversifikasi pangan antara lain dengan usaha pengolahan bahan pangan menjadi produk pangan yang menpunyai nilai tambah.

2. Pasokan pangan dari luar (impor)

3. Cadangan pangan merupakan salah satu sumber penyediaan pangan penting bagi pemantapan ketahan pangan. Pengelolaan cadangan yang baik akan dapat menanggulangi masalah pangan seperti adanya gejolak harga yang tidak wajar, atau keadaan darurat karena adanya bencana atau paceklik yang berkepanjangan, sehingga membatasi aksesibilitas pangan masyarakat.

4. Bantuan pangan 5. Jumlah penduduk

(4)

dapat diukur dari pemilikan lahan. Cara memperoleh pangan juga dapat dengan memproleh produksi sendiri dan membeli.

Adapun faktor-faktor yang memepengaruhi Akses pangan (gambar 3) dapat dikategorikan dalam faktor-faktor yang bersifat fisik antara lain kelancaran system distribusi, terpenuhinya sarana dan prasana transportasi sehingga tidak menimbulkan terjadinya isolasi daerah. Faktor yang bersifat ekonomi antara lain kemampuan atau peningkatan daya beli masyarakat atau individu dikarenakan adanya kesempatan kerja menyebabkan pendapatan tinggi sehingga harga pangan terjangkau. Faktor yang bersifat social antara lain tidak adanya konflik social yang disebabkan oleh buruknya adat atau kebiasaan, tinggi-rendahnya pengetahuan sehingga berpengarh pada preferensi atau pemilihan jenis pangan. Suatu contoh adanya pengetahuan tentang asupan gizi pada komoditas pangan yang seharusnya dikonsumsi maka rumah tangga atau individu dengan pendapatan yang tinggi maka tidak mustahil rumah tangga/individu akan memilih komoditas pangan yang memiliki mutu dan koalitas.

 Aspek Penyerapan Pangan (Food Utilazation) yaitu penggunaan pangan untuk kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan kesehatan lingkungan. Efektifitas dari penyerapan pangan tergantung pada pengetahuan rumah tangga / individu sanitasi dan ketersediaan air, fasilitas kesehatan, serta penyuluahan gizi dan pemeliharaan balita. Penyerapan pangan / konsumsi terkait dengan kualitas dan keamanan jenis pangan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi. Ukuran kualitas pangan seperti ini sulit dilakukan karena melibatkan berbagai jenis makanan dengan kandungan gizi yang berbeda-beda, sehingga ukuran keamanan hanya dilihat dari ada atau tidaknya bahan makanan yang mengandung protein hewani dan/atau nabati yang dikonsumsi dalam rumah tangga. Oleh karena itu, ukuran kualitas pangan dilihat dari data pengeluaran untuk konsumsi makanan (lauk-pauk) sehari-hari yang mengandung protein hewani dan/atau nabati.

(5)

langsung berpengaruh terhadap kualitas kesehatan serta pertumbuhan fisik dan intelgensi manusia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan pangan (gambar 4) antara lain fasilitas dan layanan kesehatan dengan cara peningkatan fasilitas kesehatan yang memadai dan mempermudah layanan kesehatan, sanitasi dan ketersediaan air dengan kecukupan air bersih hal ini dikarenakan air yang kurang bersih rentan penyakit. Faktor lain yang berpengaruh terhadap penyerapan pangan yaitu pengetahuan ibu rumah tangga yang mana pola makan dan pola asuh kesehatan berdampak pada seberapa besar jumlah asupan gizi yang dikonsumsi. Apabila faktor-faktor tersebut terpenuhi tidaklah mustahil bahwasannya hasil yang diharapkan seperti peluang harapan hidup dari terpenuhinya gizi balita akan memiminkan angka kematian bayi sebagi penerus generasi. Dari beberapa hasil observasi penyerapan pangan, bentuk dari ketahanan pangan menitik beratkan pada pola konsumsi yang diharapkan mampu memenuhi gizi maupun energi, diversifikasi pangan dan adanya jaminan keamanan pangan. Berkaitan dengan keamanan pangan, dari instansi atau badan pengawasan pangan telah meakukan beberapa kegiatan antara lain (a) penyuluhan kepada produsen makanan jajanan dan pedagang melalui pelatihan rencana penjaminan mutu, serta keamanan, mutu, dan gizi pangan; (b) operasionalisasi pengawasan bahan pangan/pangan melalui pengkajian; (c) penyebaran dan publikasi informasi keamanan dan mutu pangan melalui media cetak maupun elektronik; (d) penetapan dan pengusulan peraturan daerah tentang pengendalian Keamanan, mutu dan gizi pangan; (e) inventarisasi institusi daerah yang memiliki kompetensi dalam menangani keamanan, mutu, dan gizi pangan segar, olahan, siap saji dan pangan jajanan.  Aspek Stabilitas merupakan dimensi waktu dari ketahanan pangan yang

(6)

Provinsi NTT) dan anggota rumah tangga dan makan 3 (tiga) kali sehari sesuai dengan kebiasaan makan penduduk di daerah tersebut. Dengan asusmsi di daerah tertentu masyarakat mempunyai kebiasaan makan 3 (tiga) kali sehari. Frekwensi makan sebenarnya dapat menggambarkan keberlanjutan ketersediaan pangan dalam rumah tangga. Dalam satu rumah tangga, salah satu cara untuk mempertahankan ketersediaan pangan daam jangka waktu tertentu adalah mengurangi frekwensi makan atau mengkominasikan bahan makanan pokok misal (beras dengan umbi kayu).

(7)

memberikan subsidi ongkos angkut bahan pangan, serta membangun jaringan komunikasi dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Tabel 2 Indicator keberhasilan ditinjau dari aspek ketahanan pangan subsistem ketersediaan pangan yaitu apabila hasil yang dari ketersediaan energi perkapita minimal 2.200 kilokalori/hari dan ketersediaan protein perkapita minimal 57 gram/hari. Subsistem Kemandirian pangan diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor sehingga mampu memaksimalka produksi local. Cadangan pangan pemerintah seimbang dengan jumlah kebutuhan rumahtangga/individu minimal mencukupi dalam kurun waktu 3 bulan, aspek ini mendukung aspek ketersedian pangan sehingga kerawanan pangan dapat diantisipasi dengan memetakan daerah rawan pangan. Untuk memudahkan jangkauan dalam memperoleh kebutuhan pangan di tinjau dari aspek ekonomi tidak adanya kelangkaan produk yang akan diperoleh sehingga dengan kelangkaan tersebut menyebabkan kenaikan harga yang terlalu tinggi maksimal perbedaan haraga tersebut 10% dari harga normal hal ini berpengaruh pada tingkat daya beli masyarakat dan pendapatan. Dengan ketersediaan pangan dan akses yang terjangkau dapat diperoleh gizi yang terpenuhi. Status gizi adalah outcome ketahanana pangan yang merupakan cerminan dari kulaitas hidup seseorang. Umumnya status gizi ini diukur dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian bayi. Berkenaan dengan perilaku konsumsi pangan perlu mendapatkan perhatian mengingat ketersediaan gizi berimbang dan makanan yang aman dikonsumsi menjadi aspek yang kritis dalam upaya membentuk sumberdaya manusia yang sehat dan produktif. Apabila kondisi gizi tidak terpenuhi dapat dikategorikan daerah tersebut merupakan daerah rawan pangan. Kerawanan pangan atau penduduk rawan pangan didefinisikan sebagi mereka yang rata-rata tingkat konsumsinya energinya antara 71-89% dari norna kecukupan energi. Sedangkan penduduk rawan pangan hanya mengkonsumsi energi kurang dari 70% dari kecukupan energi. Sedangkan kerawanan ringan sampai sedang tingkat konsumsi energi 70-90%.

(8)

Keamanan pangan. Aspek ini ditujukan untuk antisipasi masalah yang cukup serius dengan ditandai kasus keracunan pangan baik dalam benuk pangan segar atau olahan didisi lain masih cukup banyak digunakan bahan tambahan pangan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan. Cara lain untuk meminimalisir jumlah atau kasus keracuana dengan cara ditetapkannya kebijakan dalam penjaminan mutu dah kualitas pangan.

Tabel 3. Berdasarkan data dari FAO, Negara produsen pangan terbesar didunia pada tahun 2004 untuk tanaman padi-padian, daging, sayur-sayuran dan buah adalah negara China dan Amerika Serikat, sedangkan Indonesia masih tergolong 20 negara produsen pangan terbesar di dunia. Negara produsen pangan utnuk sumber karbohodrat yakni padi-padian adalah negara China, Amerika Serikat, India, Rusia, Perancis sedangkan Indonesia menduduki peringkat keenam.. untuk pangan daging Indonesia menduduki peringat 18, dan sayuran-buah Indonesia menduduki peringkat 11. Peringkat-peringkat untuk negara Indonesia tersebut dapat dikatakan jauh dari kaegori mengingat Indonesia merupakn negara agraris yang memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah.

Daftar Pustaka :

Nuhfil Hanani AR. ketahanan pangan

lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil/.../2-pengertian-ketahanan-pangan-2.pdf – Laporan Kinerja Tahun 2005. Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian. bkp.deptan.go.id/

Tim Penelitian Ketahanan Pangan dan Kemiskinan Dalam Konteks Demografi Puslit ependudukan LIPI.

Referensi

Dokumen terkait

matematika dimana setiap kenaikan 1 skor variabel pusat kendali akan menyebabkan kenaikan hasil belajar matematika sebesar Hasil penelitian ini sebanding dengan

Kedua, kita lihat antara undang-undang nomor 32 tahun 2004 dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 7 tahun 2013 dapat dikatakan bahwa antara kedua aturan tersebut tidak

Oleh karena itu dibuatlah penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi terhadap perataan laba

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alchan et al (2016) yang mengatakan dalam penelitiannya bahwa adanya pengaruh yang signifikan

Berdasarkan indeks kesesuaian kawasan ekowisata (IKW) menunjukan bahwa stasiun 1 terkategori S2 atau sesuai untuk kegiatan ekowisata snorkeling dikarenakan tutpan

Sampai saat ini pemerintah (negara) sudah banyak mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang tentu saja dimaksudkan untuk terus menata, membina, dan mengembangkan

Pratik yang dilaksanakan oleh Gereja Santo Antonius Muntilan sehubungan dengan pengelolaan kas yang terdiri dari penerimaan kas, penyimpanan kas, dan pengeluaran kas adalah

KAS mengatur mengenai akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas paroki terkait dengan prosedur pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang dilakukan paroki