MAKALAH PROGRAM GIZI
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Program Gizi
Dosen Pengampu : Prof. Dr. dr. Oktia Woro Kasmini Handayani, M.Kes.
Disusun Oleh : Salma Nurul Baity
6511417040
PROGRAM STUDI GIZI
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019
A. Judul
Program “Bazar Gizi” di Wilayah kerja Puskesmas Jetak, untuk mengurangi status gizi buruk pada balita.
B. Permasalahan di Masyarakat
Tumbuh dan kembang anak pada dasarnya merupakan dua peristiwa yang berlainan namun keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth) didefinisikan sebagaisuatu perubahan dalam hal ukuran yang dapat dengan mudah diamati, seperti pertambahan ukuran organ dan individu dengan satuan berat tertentu seperti ukuran berat badan (gram/kilogram) dan ukuran panjang badan (meter/centimeter).
Perkembangan (development) merupakan pertambahan dalma hal struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks saat proses pertumbuhan berlangsung. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan kaitan yang tidakbisa dipisahkan (Ridha, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah status gizi, pola tidur, kesehatan gigi, perkembangan motorik, serta peran keluarga dalam menerapkan disiplin pada anak. Anak yang mendapatkan konsumsi makanan dalam jumlah cukup, nilai status gizinya akan baik dan seimbang sehingga dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang anak (Rahayu, 2014). Status gizi merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Status gizi balita dipengaruhi oleh nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok agar dapat hidup sehat. Semakin beragam pangan yang dikonsumsimaka akan semakin beragam pula zat giziyang diperoleh sehingga dapat meningkatkanmutu gizi (Khomsan, 2009).
Dampak masalah gizi pada usia dini tidak saja berakibat terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak seperti meningkatnya kematian balita, kecerdasan yang rendah, keterbelakangan mental, ketidakmampuan berprestasi, produktivitas yang rendah di mana mengakibatkan yang rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) (Dep.Kes, 2009).
Prevalensi gizi kurang balita pada tahun 2013 di Indonesia meningkat dari 17,9% menjadi 19,6%, gizi buruk meningkat dari 4,9% menjadi 5,7%, dan stunting meningkatdari 36,8% menjadi 37,2%. Pada tahun 2016,kasus gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebihpada balita mengalami penurunan.Berdasarkan indeks BB/U, kasus gizi burukmengalami penurunan dari 5,7% menjadi3,4%, gizi kurang dari 19,6% menjadi
14,4%, dan gizi lebih sebesar 1,5% (Sutarjo, 2016). Berdasarkan data Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 – 2015, terdapat penurunan jumlah kasus gizi buruk dengan indikator berat badan, tinggi badan, dan umur sebanyak 922 kasus. Data Provinsi Jawa tengah tahun 2016 menyebutkan bahwa dari 2.736.543 balita, masih terdapat 481.632 balita (17,6%) yang mengalami gizi buruk dan gizi sedang (Depkes RI, 2016). Hasil data prevalensi RISKESDAS tahun 2013 di Kabupaten Semarang menunjukan status gizi buruk balita meningkat dari 2,2% menjadi 2,6% pada tahun 2015 (Kementerian Kesehatan RI, 2013) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015).
Masih ditemukan adanya balita dengan status gizi buruk di Wilayah Dusun Kendal dan Dusun Pongangan pada Wilayah kerja Puskesmas Jetak, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Tetapi jumlah dari balita dengan status gizi buruk belum dapat dipastikan (Kurniasari, 2019).
Status gizi buruk pada balita disebabkan kurangnya asupan makanan bergizi yang diberikan baik secara kualitas dan kuantitas, adanya keterbatasan pengetahuan tentang pangan yang bergizi dari ibu serta anggota keluarga, terdapat serangan penyakit infeksi dari lingkungan, dan status ekonomi keluarga yang rendah (Kurniasari, 2019).
C. Program yang Diusulkan
Dari masalah yang terdapat di masyarakat Wilayah kerja Puskemas Jetak, program yang dapat diusulkan adalah mengadakan program gizi dengan pengadaan
“Bazar Gizi” disetiap dusun. Program dari “Bazar Gizi” dilaksanakan setiap 2 bulan sekali. Program ini berisi pemberian penyuluhan gizi, dengan peserta dari tiap keluarga, minimal ada ayah dan ibu. Dalam penyuluhan gizi, diberikan informasi mengenai kebutuhan gizi yang diperlukan, bagaimana memanfaatkan pangan local untuk peningkatan gizi, serta informasi lain yang dibutuhkan. Terdapat juga pasar murah, yang menjual bahan pangan dengan harga murah. Disediakan tempat bermain untuk anak-anak, serta games gizi yang dapat dimainkan seluruh usia. Ada perpustakaan gizi yang menyediakan buku-buku bacaan mengenai gizi. Disediakan juga pelayanan gizi, seperti konseling, serta kegiatan posyandu untuk anak balita.
Program dari “Bazar Gizi” dibuat semenarik mungkin, sehingga tidak hanya ibu dan balita yang ikut meramaikan, tetapi juga semua anggota keluarga. Sehingga pesan gizi yang akan disampaikan dapat tersalurkan kesemua anggota keluarga, dan
dapat memperbaiki pola hidup untuk meningkatkan status gizi keluarga, termasuk balita.
D. Daftar Pustaka
Depkes RI. 2009. Rapat Kerja Nasional di Surabaya. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan ProvinsiJawa Tengah, 48–49.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riskesdas dalam Angka Provinsi Jawa Tengah 2013. Jakarta, vol.7.
Khomsan., Anwar, F M E. 2009. Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi Ibu Peserta Posyandu. Jurnal Gizi dan Pangan 4(1), 33-41.
Kurniasari, M D., dkk. 2019. Kolaborasi Perawat dan Ahli Gizi di Posyandu Balita Puskesmas Jetak, Kabupaten Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 123-129.
Rahayu, S. 2014. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita di Posyandu Surakarta.
Jurnal Ilmu Kesehatan 3(1), 88-92.
Ridha, N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Pustaka Pelajar.
Sutarjo, U., dan Johan, P. 2016. ProfilKesehatan Indonesia.