• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Panduan Pelayanan Gizi Puskesmas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Contoh Panduan Pelayanan Gizi Puskesmas"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN PELAYANAN GIZI PUSKESMAS PANDUAN PELAYANAN GIZI PUSKESMAS

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi pada balita di Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi pada balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk; gizi lebih 11,9%, stunting Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk; gizi lebih 11,9%, stunting (pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut kelompok umur, terdapat angka tertinggi baik pada (pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut kelompok umur, terdapat angka tertinggi baik pada  balita

 balita perempuan perempuan dan dan laki-laki laki-laki pada pada periode periode umur umur 0-5 0-5 bulan bulan dan dan 6-11 6-11 bulan bulan dibandingkandibandingkan kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi tidak benar terhadap balita gemuk. Data masalah khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi tidak benar terhadap balita gemuk. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.

sebesar 11,1% dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan  perbaikan gizi adalah untuk

 perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dmeningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu an masyarakat. Mutu gizi akangizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah  pelayanan

 pelayanan gizi gizi di di Puskesmas, Puskesmas, baik baik pada pada Puskesmas Puskesmas Rawat Rawat Inap Inap maupun maupun pada pada Puskesmas Puskesmas NonNon Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga peran program dan sector terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga sehingga peran program dan sector terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting. kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting.

Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat  pertama. Un

 pertama. Untuk tuk menjangkau menjangkau seluruh wilaseluruh wilayah yah kerjanya, kerjanya, Puskesmas dipePuskesmas diperkuat rkuat dengan dengan PuskesmasPuskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatanan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatanan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.

Kesehatan Berbasis Masyarakat.

Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa  pelayanan promotif,

 pelayanan promotif, preventif, kuratif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. dan rehabilitatif. Kegiatan di Kegiatan di dalam gedundalam gedung juga g juga meliputimeliputi  perencanaan

 perencanaan program pelayanan program pelayanan gizi gizi yang akan yang akan dilakukan di dilakukan di luar gedunluar gedung. Sedangkan g. Sedangkan pelayananpelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk  promotif

 promotif dan dan preventif. preventif. Dalam Dalam pelaksanaan pelaksanaan pelayanan pelayanan gizi gizi di di Puskesmas, Puskesmas, diperlukan diperlukan pelayananpelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses  penyembuhan

 penyembuhan pasien. pasien. Pelayanan Pelayanan gizi gizi yang yang bermutu bermutu dapat dapat diwujudkan diwujudkan apabila apabila tersedia tersedia acuanacuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).

Seimbang (PGS).

B. Tujuan Panduan B. Tujuan Panduan Tersedianya panduan

Tersedianya panduan dalam melaksanakan pelayanan gizi di UPT Puskesmas Pasundan Kotadalam melaksanakan pelayanan gizi di UPT Puskesmas Pasundan Kota Bandung

Bandung

C. Ruang Lingkup C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang dibahas dalam panduan ini adalah Penyelenggaraan Pelayanan gizi di dalam Ruang lingkup yang dibahas dalam panduan ini adalah Penyelenggaraan Pelayanan gizi di dalam maupun luar gedung di UPT Puskesmas Pasundan.

(2)

. .

D. Batasan Operasional D. Batasan Operasional

Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi terkait Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi terkait  penyakit

 penyakit dan dan faktor faktor risikonya, risikonya, konseling konseling ASI, ASI, konseling konseling Pemberian Pemberian Makan Makan Bayi Bayi dan dan AnakAnak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan kons

(PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan kons eling bagi jemaah haji.eling bagi jemaah haji. 1.

1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk identifikasiAsuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 2.

2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan makanan, gizi,Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.

makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan. 3.

3. Edukasi Gizi/Pendidikan Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah Gizi adalah serangkaian kegiatan serangkaian kegiatan penyampaian penyampaian pesan-pesan gizi pesan-pesan gizi dandan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan  pengertian, sikap serta perilaku

 pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannpositif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikanya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal gizi dan kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari

sehari-hari 4.

4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan sintetis atauFood model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.

digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan. 5.

5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upayaFasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehata

kesehata 6.

6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan danGizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh

digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh 7.

7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khususKegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).Kegiatan ini pada umumnya dilakukan untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi,PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring pertumbuhan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi,PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring pertumbuhan  balita

 balita di di Posyandu, Posyandu, suplemen suplemen Tablet Tablet Tambah Tambah Darah Darah (TTD), (TTD), promosi promosi ASI ASI Ekslusif, Ekslusif, MP-ASI,MP-ASI, dsb.Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek dsb.Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka (Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).

1000 HPK). 8.

8. Kegiatan Sensitif Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannyakesehatan. Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan  proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK

 proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK 9.

9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yangKonseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.

memutuskan apa yang akan dilakukannya. 10.

10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan giziMutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien

untuk kepentingan pasien/klien 11.

11.  Nutrisionis  Nutrisionis adalah adalah seseorang seseorang yang yang diberi diberi tugas, tugas, tanggung tanggung jawab jawab dan dan wewenang wewenang secara secara penuhpenuh oleh pejabat berwenang untuk

oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis melakukan kegiatan teknis fungsional di bifungsional di bidang pelayanan gizi,dang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan

(3)

lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi

12.  Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat inap/rawat jalan

yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi..

14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.

15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll

16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi  pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar gedung

17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya  promotif,  preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

(4)

Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi Puskesmas Karanganyar memiliki  penunjang yang harus dipenuhi

Kegiatan Pelayanan Gizi Sarana Prasana

Dalam Gedung

- Meja, Kursi - Alat tulis

- Buku Register, Buku Pencatatan Kegiatan - Tmbangan Dewasa, dan Bayi

- Microtoice/ Pengukur tinggi badan - Leaflet

- alat peraga/ Food Model

(5)

pelayanan anak gizi buruk, tata laksana  balita gizi buruk

Luar Gedung

- Leaflet, Lembar balik, Materi Materi Penyuluhan : Ininsiasi Menyusui Dini, Strategi peningkatan Penimbangan Balita Di posyandu, Angka Kecukupan Gizi - Tabel Antropometri

- Timbangan : Dacin, Timbanan Injak, Timbangan bayi

- Microtoice/ Pengukur Tinggi badan

- meja, Kursi, ATK, F 2 Gizi, F3 Gizi, dan Blanko-blanko laporan lain

- Vit. A, Fe Peralatan Dapur Gizi

1. Peralatan besar 

a. Tungku / kompor h.Lemari pendingin

 b. Ketel nasi i.Rak

c. Panci besar j.Bak cuci

d. Penggorengan k.Meja persiapan e. Oven dan bakaran sate l.Kereta dorong

f. Kukusan m.Timbangan 2 kg

g. Meja kerja n.Lemari penyimpan makanan 2 Peralatan kecil:

a. Pisau dapur . Piring buah datar  b. Sendok sayur k. Piring kue

c. Parutan l. Cangkir bertutup

d. Sodet m. Tutup dan tatakan gelas e. Pembuka botol / kaleng n. Dandang/alat kukus f. Sendok dan garpu o. Panci

g. Piring makan p. Saringan kelapa h. Gelas minum q. Penggorengan i. Mangkuk sayur r. Wajan datar B. Peralatan kebersihan dan pencucian alat:

a. Bak cuci  b. Kran air

c. Pompa air

d. Tempat sampah bertutup e. Sapu dan sikat

(6)

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI

A. Lingkup Kegiatan

1. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung

Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di dalam puskesmas. Kegiatan  pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu pelayanan gizi rawat jalan dan  pelayanan gizi rawat inap.

2. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung

Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya  perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain:

1. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi

a. Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan risiko/masalah gizi.

 b. Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

c. Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.

d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di Puskesmas misalnya tenaga promosi kesehatan, antara lain:

a) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.

 b) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.

c) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakat luas.

d) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi pendidikan, pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan lainnya.

(7)

e) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja Puskesmas. 2. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu

a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA.

 b. Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu d. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:

1) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas

2) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu melakukan pemantauan  pertumbuhan di Posyandu.

3) Melakukan penimbangan

4) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan

5) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas 6) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan.

3. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A

a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik

 b. Sasaran: kegiatan ini antara lain bayi, balita, da n ibu nifas c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu

d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pembe rianvitamin A antara lain: 1) Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11bulan, anak usia 12-59 bulan, dan ibu nifas

setiap tahun.

2) Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja Puskesmas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.

3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A di wilayah kerja Puskesmas. e. Ketentuan dalam pemberian vitamin A:

1) Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru, diberikan dua kali setahun yaitu pada  bulan Februari dan Agustus

2) Balita 12-59bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah, diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus

3) Bayi dan Balita Sakit

Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis sesuai umur

4) Ibu nifas (0-42 hari)

Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.

4. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu Nifas

a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu Ibu Hamil melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.  b. Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifas

(8)

d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain: 1) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu tahun.

2) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja puskesmas. 3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas. 4) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Ibu hamil dan ibu nifas:

egahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan sampai masa nifas obatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

5. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS

a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia gizi  besi pada kelompok sasaran

 b. Sasaran kegiatan ini adalah Remaja putri, WUS

c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).

d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain: 1) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi TTD secara mandiri.

2) Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka tenaga gizi puskesmas merecncanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan melakukan pemberian TTD kepada kelompok sasaran.

3) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas. 4) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.

5) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUS a) Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu b) Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

6. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan a. MP-ASI

MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh Kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi terutama di daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock didistribusikan secara bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada masyarakat. Sasaran MP-ASI Buffer Stok: balita 6-24 bulan yang terkena bencana

MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan. MP- ASI lokal dapat dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sasaran MP-ASI lokal: balita gizi kurang 6-24  bulan. Tugas tenaga gizi puskesmas dalam hal ini adalah:

1. Merencanakan menu MP-ASI lokal 2. Mengadakan bahan MP-ASI lokal

3. Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader

4. Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader  b. PMT Pemulihan

1. Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronik).

2. PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat gizi dengan kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15 gram protein.

3. PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi dengan kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein.

(9)

4. Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK adalah 90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB).

5. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI dan PMT-Bumil KEK antara lain:

1) Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran selama satu tahun. 2) Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di wilayah kerja Puskesmas.

3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil KEK wilayah kerja Puskesmas. 7. Surveilence Gizi

Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan secara terus menenus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku Surveilans Gizi, Kementerian Kesehatan RI, 2014.

Tujuan:

1) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran masalah gizi dan  perkembangan di masyarakat.

2) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab masalah gizi dan faktor-faktor terkait

3) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah

4) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan (bentuk, sasaran, dan tempat)

 b. Lingkup data surveilans gizi antara lain: 1) Data status gizi

2) Data konsumsi makanan 3) Data cakupan program gizi

c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui, pekerja serta lansia.

d. Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi dengan tenaga surveilans di Puskesmas dengan fungsi antara lain:

1) Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/cara melakukan, dan penggunanaan data 2) Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah data, menganalisa data,

melaksanakan diseminasi informasi

3) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi di posyandu 4) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat

5) Membuat laporan surveilans gizi

e. Contoh Kegiatan dalam Survilans Gizi antara lain: 1) Pemantauan Status Gizi (PSG)

a) Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan perencanaan

 b) Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui, pekerja serta lansia.)

2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) a) Tujuan:

(1)Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat dan akurat sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya untuk pencegahan dan penanggulangan masalah gizi

(10)

1 kecamatan

 b) Sasaran: Lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan di wilayah kerja Puskesmas. 3) Sistem Kewaspadaan Dini - Kejadian Luar Biasa/SKD-KLB Gizi

Buruk

a) Tujuan: mengantisipasi kejadian luar biasa gizi bburuk di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu

 b) Sasaran: balita dan keluarganya, posyandu

4) Pemantauan Konsumsi Garam beriodium di rumah tangga a) Tujuan :

memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam beriodium yang memenuhi syarat di masyarakat. Dilaksananakan setiap satu tahun sekali.

 b) Sasaran : rumah tangga

8. Kerjasama lintas sektor dan lintas program

a. Tujuan: meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintas program

 b. Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, Penyuluh

Pertanian Lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, Dinas Pendidikan, Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan koordinator, tenaga sanitarian, tenaga promosi kesehatan,  perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain.

c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan lintas program adalah: 1) Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama

2) Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama 3) Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama

4) Melakukan koordinasi dalam menentukan indicator indikator keberhasilan kerjasama 5) Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama

6) Membuat laporan hasil kerjasama

B. Strategi / Metode

Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan Pelayanan Gizi. Ada tiga strategi yaitu :

1. Strategi advokasi .

Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung pelaksanaan  program. Advokasi adalah pendekatan kepada pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinan para pejabat  pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau fasilitas lain..

2. Strategi kemitraan.

Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh dimasyarakat. Tujuannnya adalah agar  para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan. Strategi ini dapat dikatanan sebagai

(11)

upaya membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa  pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan

sebagainya.

3. Strategi pemberdayaan masyarakat.

Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam  bentuk usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos obat desa, dan sebagainya.

C. Langkah Kegiatan

a) Pelayanan Gizi Rawat Jalan

Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi: a. Pengkajian gizi

 b.Penentuan diagnosis gizi c. Intervensi gizi

d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi. Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk untuk memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pengkajian Gizi

Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan,verifikasi dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi:

(a) Data Antropometri

Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas (LiLA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dll

(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu, dll.

(c) Data Riwayat Gizi

Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan yaitu secara  pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif:

(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.

(2) Pengkajian gizi secarakuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dapat diukur dengan menggunakan bantuan food model.

(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan diagnosis gizi

(12)

 pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL, HDL, trigliserida, ureum, kreatinin, dll.

2) Penentuan Diagnosis Gizi

Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan.

Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, factor penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementerian Kesehatan RI, 2014 atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan Kementerian Kesehatan RI, 2011.

3) Pelaksanaan Intervensi Gizi

Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.

Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:

(a) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual.

Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan pasien/ klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas, faktor stres serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium.

(b) Edukasi Gizi

Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait perbaikan gizi dan kesehatan.

(c) Konseling Gizi

Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien meliputi konseling gizi terkait  penyakit, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling aktivitas fisik, dan konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Tujuan konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.

4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan

Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan, keberhasilan  pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien dengan cara:

1) Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi gizi

2) Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana diet yang telah ditetapkan

3) Mengindektifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negative

4) Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai 5) Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta

6) Evaluasi hasil:

a) Membandingkan data hasil monitoring dengan tujuan rencana diet atau standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan selanjutnya.

(13)

 b) Mengevaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan pasien secara menyeluruh, meliputi perkembangan penyakit, data hasil pemeriksaan laboratorium, dan status gizi.

Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain: 1. Perkembangan data antropometri

2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi 3. Perkembangan data fisik/klinis

4. Perkembangan data asupan makan 2. Perkembangan diagnosis gizi 3. Perubahan perilaku dan sikap

3 BAB V LOGISTIK 

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program gizi direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pelayanan gizi yang akan dilaksanakan.

Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator program gizi berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk  pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator program gizi berkoordinasi dengan  bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya

dibuat perencanaan kegiatan ( POA –  Plan Of Action ).

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN/ SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan Pelayanan gizi perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan gizi perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya  pencegahan resiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan Pelayanan gizi dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut :

(14)

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual 2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan 3. Ketepatan metoda yang digunakan

4. Tercapainya indikator Pelayanan Gizi

Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lintas program setiap bulan sekali dan lintas sector 4 bulan sekali.

BAB IX PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan terait pelayanan gizi dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.Keberhasilan pelayanan gizi tergantung  pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya peningkatan pelayanan gizi di

(15)

Diposting oleh dwi retnaningsih di 08.22

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar: Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom)

Ahli Gizi

dwi retnaningsih

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

 ►  2015 (7)

 ▼  2016 (5)

o ▼  Agustus (5)

 DIRGAHAYU RI KE 71

 Leafleat Puskesmas Karanganyar Kab. Kebumen

 Karnafal On The Road Menuju Akreditasi Puskesmas K...  KELAS IBU PINTAR BALITA SEHAT PUSKESMAS

KARANGANYA...

 PEDOMAN PELAYANAN GIZI PUSKESMAS KARANGANYAR 

 ►  2017 (3)

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI

A. Lingkup Kegiatan

(16)

Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di dalam puskesmas. Kegiatan  pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu pelayanan gizi rawat jalan dan  pelayanan gizi rawat inap.

2. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung

Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya  perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain:

1. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi

a. Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan risiko/masalah gizi.

 b. Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

c. Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.

d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di Puskesmas misalnya tenaga promosi kesehatan, antara lain:

a) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.

 b) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.

c) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakat luas.

d) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi pendidikan, pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan lainnya.

e) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja Puskesmas. 2. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu

a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA.

 b. Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu d. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:

1) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas

2) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu melakukan pemantauan  pertumbuhan di Posyandu.

3) Melakukan penimbangan

4) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan

5) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas 6) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan.

3. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A

a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga

(17)

kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik  b. Sasaran: kegiatan ini antara lain bayi, balita, d an ibu nifas

c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu

d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pembe rianvitamin A antara lain: 1) Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11bulan, anak usia 12-59 bulan, dan ibu nifas

setiap tahun.

2) Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja Puskesmas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.

3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A di wilayah kerja Puskesmas. e. Ketentuan dalam pemberian vitamin A:

1) Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru, diberikan dua kali setahun yaitu pada  bulan Februari dan Agustus

2) Balita 12-59bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah, diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus

3) Bayi dan Balita Sakit

Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis sesuai umur

4) Ibu nifas (0-42 hari)

Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.

4. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu Nifas

a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu Ibu Hamil melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.  b. Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifas

c. Lokasi: di tempat praktek bidan, Posyandu.

d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain: 1) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu tahun.

2) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja puskesmas. 3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas. 4) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Ibu hamil dan ibu nifas:

egahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan sampai masa nifas obatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

5. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS

a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia gizi  besi pada kelompok sasaran

 b. Sasaran kegiatan ini adalah Remaja putri, WUS

c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).

d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain: 1) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi TTD secara mandiri.

2) Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka tenaga gizi puskesmas merecncanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan melakukan pemberian TTD kepada kelompok sasaran.

(18)

3) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas. 4) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.

5) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUS a) Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu b) Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

6. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan a. MP-ASI

MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh Kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi terutama di daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock didistribusikan secara bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada masyarakat. Sasaran MP-ASI Buffer Stok: balita 6-24 bulan yang terkena bencana

MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan. MP- ASI lokal dapat dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sasaran MP-ASI lokal: balita gizi kurang 6-24  bulan. Tugas tenaga gizi puskesmas dalam hal ini adalah:

1. Merencanakan menu MP-ASI lokal 2. Mengadakan bahan MP-ASI lokal

3. Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader

4. Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader  b. PMT Pemulihan

1. Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronik).

2. PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat gizi dengan kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15 gram protein.

3. PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi dengan kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein.

4. Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK adalah 90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB).

5. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI dan PMT-Bumil KEK antara lain:

1) Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran selama satu tahun. 2) Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di wilayah kerja Puskesmas.

3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil KEK wilayah kerja Puskesmas. 7. Surveilence Gizi

Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan secara terus menenus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku Surveilans Gizi, Kementerian Kesehatan RI, 2014.

Tujuan:

1) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran masalah gizi dan  perkembangan di masyarakat.

(19)

faktor-faktor terkait

3) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah

4) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan (bentuk, sasaran, dan tempat)

 b. Lingkup data surveilans gizi antara lain: 1) Data status gizi

2) Data konsumsi makanan 3) Data cakupan program gizi

c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui, pekerja serta lansia.

d. Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi dengan tenaga surveilans di Puskesmas dengan fungsi antara lain:

1) Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/cara melakukan, dan penggunanaan data 2) Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah data, menganalisa data,

melaksanakan diseminasi informasi

3) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi di posyandu 4) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat

5) Membuat laporan surveilans gizi

e. Contoh Kegiatan dalam Survilans Gizi antara lain: 1) Pemantauan Status Gizi (PSG)

a) Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan perencanaan

 b) Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui, pekerja serta lansia.)

2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) a) Tujuan:

(1)Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat dan akurat sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya untuk pencegahan dan penanggulangan masalah gizi

(2)Memantau situasi pangan dan gizi antar desa/kelurahan dalam 1 kecamatan

 b) Sasaran: Lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan di wilayah kerja Puskesmas. 3) Sistem Kewaspadaan Dini - Kejadian Luar Biasa/SKD-KLB Gizi

Buruk

a) Tujuan: mengantisipasi kejadian luar biasa gizi bburuk di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu

 b) Sasaran: balita dan keluarganya, posyandu

4) Pemantauan Konsumsi Garam beriodium di rumah tangga a) Tujuan :

memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam beriodium yang memenuhi syarat di masyarakat. Dilaksananakan setiap satu tahun sekali.

 b) Sasaran : rumah tangga

8. Kerjasama lintas sektor dan lintas program

a. Tujuan: meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintas program

 b. Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, Penyuluh

(20)

Desa/Kelurahan, program KIA, bidan koordinator, tenaga sanitarian, tenaga promosi kesehatan,  perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain.

c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan lintas program adalah: 1) Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama

2) Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama 3) Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama

4) Melakukan koordinasi dalam menentukan indicator indikator keberhasilan kerjasama 5) Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama

6) Membuat laporan hasil kerjasama

B. Strategi / Metode

Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan Pelayanan Gizi. Ada tiga strategi yaitu :

1. Strategi advokasi .

Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung pelaksanaan  program. Advokasi adalah pendekatan kepada pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinan para pejabat  pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau fasilitas lain..

2. Strategi kemitraan.

Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh dimasyarakat. Tujuannnya adalah agar  para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan. Strategi ini dapat dikatanan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa  pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan

sebagainya.

3. Strategi pemberdayaan masyarakat.

Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam  bentuk usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos obat desa, dan sebagainya.

C. Langkah Kegiatan

a) Pelayanan Gizi Rawat Jalan

Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi: a. Pengkajian gizi

 b.Penentuan diagnosis gizi c. Intervensi gizi

(21)

d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi. Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk untuk memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pengkajian Gizi

Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan,verifikasi dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi:

(a) Data Antropometri

Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas (LiLA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dll

(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu, dll.

(c) Data Riwayat Gizi

Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan yaitu secara  pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif:

(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.

(2) Pengkajian gizi secarakuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dapat diukur dengan menggunakan bantuan food model.

(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan diagnosis gizi  pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL, HDL, trigliserida, ureum, kreatinin, dll.

2) Penentuan Diagnosis Gizi

Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan.

Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, factor penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementerian Kesehatan RI, 2014 atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan Kementerian Kesehatan RI, 2011.

3) Pelaksanaan Intervensi Gizi

Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.

(22)

Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:

(a) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual.

Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan pasien/ klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas, faktor stres serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium.

(b) Edukasi Gizi

Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait perbaikan gizi dan kesehatan.

(c) Konseling Gizi

Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien meliputi konseling gizi terkait  penyakit, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling aktivitas fisik, dan konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Tujuan konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.

4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan

Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan, keberhasilan  pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien dengan cara:

1) Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi gizi

2) Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana diet yang telah ditetapkan

3) Mengindektifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negative

4) Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai 5) Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta

6) Evaluasi hasil:

a) Membandingkan data hasil monitoring dengan tujuan rencana diet atau standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan selanjutnya.

 b) Mengevaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan pasien secara menyeluruh, meliputi perkembangan penyakit, data hasil pemeriksaan laboratorium, dan status gizi.

Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain: 1. Perkembangan data antropometri

2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi 3. Perkembangan data fisik/klinis

4. Perkembangan data asupan makan 2. Perkembangan diagnosis gizi 3. Perubahan perilaku dan sikap

b) Pelayanan Gizi Rawat Inap

Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup penyelenggaraan pemberian makan  pasien, pamantauan asupan makanan, konseling gizi dan pergantian jenis diet apabila

diperlukan. Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi: 1) Pengkajian gizi

(23)

3) Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan, perubahan diet dan konseling 4) Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga kesehatan Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi atau tidak. Skrining gizi setidaknya dilakukan pada pasien baru

1x24 jam setelah pasien masuk rawat inap. Pasien yang berisiko masalah gizi antara lain adalah  pasien gizi kurang/buruk dengan komplikasi medis, pasien dengan kondisi khusus seperti

Diabetes Melitus, hipertensi, dll.

Anak gizi buruk dengan komplikasi medis dapat dirawat inap di Puskesmas Rawat Inap apabila di Puskesmas sudah ada tenaga atau tim asuhan gizi yang dilatih Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB) serta mempunyai sarana dan prasarana perawatan yang memadai untuk anak gizi  buruk. Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan

memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pengkajian Gizi

Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui  pengumpulan, verifikasi, dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi

meliputi:

Data Antropometri

Data Pemeriksaan Fisik/Klinis Data Riwaya Gizi

Data Laboratorim

2) Penentuan Diagnosis Gizi

Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan.

Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor penyebab, tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementerian Kesehatan RI 2014, atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan Kementerian Kesehatan.

3) Pelaksanaan Intervensi Gizi

Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu. Intervensi gizi dalam rangka  pelayanan gizi rawat jalan meliputi:

1) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual

Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita serta kemampuan pasien/klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas, faktor stres serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis dan data hasil pemeriksaan laboratorium.

2) Konseling Gizi

(24)

terkait penyakit, prinsip gizi seimbang, pemilihan bahan makanan, keamanan pangan, interaksi obat dan makanan, bentuk dan cara pemberian makanan sesuai keluhan dan kondisi klinis pasien, kebutuhan gizi pasien, dan sebagainya. Tujuan konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.

3) Penyelenggaraan Makanan

Penyelenggaraan makanan Puskesmas Rawat Inap merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja,  pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi

dan pencatatan pelaporan serta evaluasi. Penyelenggaraan makanan di Puskesmas Rawat Inap dilaksanakan dengan tujuan menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi,  biaya, aman, dan dapat diterima oleh pasien guna mencapai status gizi yang optimal.

(1) Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap.

Alur penyelenggaraan makanan di Puskesmas sama dengan yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan lain termasuk rumah sakit, tetapi lebih sederhana. Alur penyelenggraan makanan dijabarkan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3. Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap (2) Sasaran

Sasaran penyelenggaraan makanan di Puskesmas Rawat Inap adalah pasien rawat inap. (3) Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap Kegiatan penyelenggaraan

makanan merupakan bagian dari unit produksi makanan di Puskesmas Rawat Inap. Sistem penyelenggaraan makanan di Puskesmas dilakukan secara Sistem Swakelola. Pada sistem  penyelenggaraan makanan Swakelola, unit produksi makanan bertanggung jawab terhadap  pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam sistem swakelola ini,

seluruh sumber daya yang diperlukan (tenaga, dana, metode, sarana, dan prasarana)

disediakan oleh pihak Puskesmas Rawat Inap. Pada pelaksanaannya, unit produksi makanan mengelola kegiatan gizi sesuai dengan manajemen dan menerapkan Standar Operasinal Prosedur yang ditetapkan.

(4) Mekanisme Penyelenggaraan Makanan ((a)) Perencanaan Anggaran Belanja Makanan

Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien/klien yang dilayani, selama jangka waktu tertentu, biasanya 1 (satu) bulan. Tujuannya adalah tersedianya taksiran anggaran

 belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi pasien/klien yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi. Besar anggaran belanja makanan dalam satu bulan yang akan datang dihitung berdasarkan

(25)

gambaran pelaksanaan pada bulan yang sedang berjalan dan kemungkinan prakiraan

kenaikan harga dengan melihat data jenis dan jumlah pasien dalam 1 (satu) bulan terakhir. Perencanaan anggaran belanja makanan meliputi beberapa kegiatan antara lain: ((1))

Memperhitungkan anggaran belanja mak Perhitungan biaya tidak termasuk untuk bahan  bakar,tenaga, peralatan dan sebagainya di luar bahan makanan.

((2)) Perencanaan menu

Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi kebutuhan gizi dan selera pasien/klien dengan memenuhi prinsip gizi seimbang. Tujuan  perencanaan menu adalah tersedia siklus menu sesuai klasifikasi  pelayanan yang ada di

Puskemas perawatan (misalnya siklus menu

10 hari). Langkah-langkah dalam penyusunan menu dapat dilihat pada lampiran.

• Perencanaan kebutuhan bahan makanan

Perencanaan kebutuhan bahan makanan merupakan suatu proses untuk menentukan jumlah, macam dan kualitas bahan makanan yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu.

((b)) Pengadaan bahan makanan

Kegiatan pengadaan bahan makanan meliputi penetapan spesifikasi bahan makanan, perhitungan harga, pemesanan dan pembelian bahan makanan dan melakukan survei pasar. Dari survei tersebut akan diperoleh perkiraan harga bahan makanan yang meliputi harga terendah, harga tertinggi, dan harga perkiraan maksimal.

((c)) Penyimpanan bahan makanan dan makanan

Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar di tempat penyimpanan yang aman dan memiliki lingkungan yang sehat. Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

((d)) Pengolahan bahan makanan

Proses Pengolahan bahan makanan meliputi proses persiapan bahan makanan, pemasakan makanan, pendistribusian dan penyajian makanan.

((1)) Persiapan bahan makanan

Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam mempersiapkan bahan makanan yang siap diolah (mencuci, memotong, menyiangi, meracik, dsb) sesuai dengan menu, standar resep, standar porsi, standar bumbu, dan jumlah klien/pasien yang akan dilayani.

((2)) Pemasakan makanan

Pemasakan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Proses  pemasakan ini bertujuan untuk:

• Mengurangi risiko kehilangan zat-zat gizi bahan

makanan

• Meningkatkan nilai cerna

• Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan, dan penampilan makanan. • Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya

untuk tubuh.

((3)) Pendistribusian dan penyajian makanan Pendistribusian makanan adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi

(26)

 pendistribusian makanan yaitu:

o Kerjasama tim di ruang rawat inap antara dokter, perawat/bidan, tenaga gizi dalam hal penentuan

diet, pemesanan makanan, penyajian dan pengawasan makanan.

o Alat penyaji makanan harus sesuai dengan macam masakan yang dihidangkan. o Sebaiknya digunakan alat yang baik, kuat dan menarik

o Ketepatan waktu penyajian makanan pasien

o Kerapian dan kebersihan makanan yang sampai pada pasien.

4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Inap

Setelah rangkaian proses asuhan gizi yang dimulai dari pen gkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, dan pelaksanaan intervensi gizi, kegiatan berikutnya adalah monitoring evaluasi asuhan gizi. Kegiatan utama dari monitoring dan evaluasi asuhan gizi adalah memantau pemberian intervensi gizi secara berkesinambungan untuk menilai kemajuan penyembuhan dan status gizi pasien. Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan gizi rawat inap antara lain:

1) Perkembangan data antropometri

2) Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi 3) Perkembangan data pemeriksaan fisik/klinis

4) Perkembangan asupan makan termasuk daya terima makanan 5) Perkembangan diagnosis gizi

6) Perubahan perilaku dan sikap 7) Perubahan diet

Pemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien terhadap diet yang diberikan, bentuk makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, adanya mual, mutah, keadaan klinis, defekasi,  perubahan data laboratorium, dll. Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi asuhan gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan mengubah  preskripsi diet sesuai perkembangan kondisi pasien.

.

3 BAB V LOGISTIK 

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program gizi direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pelayanan gizi yang akan dilaksanakan.

Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator program gizi berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk  pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator program gizi berkoordinasi dengan  bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya

dibuat perencanaan kegiatan ( POA –  Plan Of Action ).

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN/ SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan Pelayanan gizi perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang

(27)

dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan gizi perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya  pencegahan resiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan Pelayanan gizi dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut :

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual 2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan 3. Ketepatan metoda yang digunakan

4. Tercapainya indikator Pelayanan Gizi

Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lintas program setiap bulan sekali dan lintas sector 4 bulan sekali.

BAB IX PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan terait pelayanan gizi dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.Keberhasilan pelayanan gizi tergantung  pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya peningkatan pelayanan gizi di

(28)

Diposting oleh dwi retnaningsih di 08.22

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom)

Ahli Gizi

dwi retnaningsih

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

 ►  2015 (7)

 ▼  2016 (5)

o ▼  Agustus (5)

 DIRGAHAYU RI KE 71

 Leafleat Puskesmas Karanganyar Kab. Kebumen

 Karnafal On The Road Menuju Akreditasi Puskesmas K...  KELAS IBU PINTAR BALITA SEHAT PUSKESMAS

KARANGANYA...

 PEDOMAN PELAYANAN GIZI PUSKESMAS KARANGANYAR 

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penelitian tentang implementasi e-learning yang telah diteliti yaitu Afrioni Jaya Saputra, 2014, Aplikasi E-Learning Berbasis Web dan Pengiriman Informasi Untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mendaur ulang limbah padat hasil pencucian garam (blotong) untuk dijadikan garam konsumsi beryodium sehingga akan meningkatkan kadar NaCl

Dalam rangka mendukung terwujudnya Sistem Statistik Nasional dan untuk mengembangkannya lebih lanjut, instansi pemerintah dapat membentuk satuan organisasi untuk

Dari delapan jenis vaksin ayam yang umum dipergunakan, yaitu newcastle disease (ND), infectious bronchitis (IB), infectious bursal disease (IBD), snot (coryza), pox, swallon

Jadi, pengaruh penggunaan Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIKADU) terhadap motivasi belajar mahasiswa Jurusan Tarbiyah Prodi PAI angkatan 2013 STAIN Pekalongan adalah

Madde 9 : İşbu mukavelenamenin imzasından itibaren altı ay müddet zarfında Bulgaristan Hükümeti tarafından baş müf­ tünün dahi bihakkın dahil olacağı bir komisyon-ı

Dalam kaitan masa transisi rencana pembangunan daerah tersebut, prioritas beserta fokus pembangunan daerah Kabupaten Kabupaten Tana Tidun gtahun 2019 disusun