• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemimpin yang Adil.doc 42KB Jun 13 2011 06:28:04 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemimpin yang Adil.doc 42KB Jun 13 2011 06:28:04 AM"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Syarah Hadits

Pemimpin yang Adil

Hj. Anisia Kumala Masyhadi, Lc

(Hadits I)

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “ada tujuh golongan manusia yang kelak akan memperoleh naungan dari Allah pada hari yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Nya, (mereka itu ialah):

1. Imam/pemimpin yang adil

2. Pemuda yang terus-menerus hidup dalam beribadah kepada Allah 3. Seorang yang hatinya tertambat di masjid-masjid

4. Dua orang yang bercinta-cintaan karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah pun karena Allah

5. Seorang pria yang diajak (berbuat serong) oleh seorang wanita kaya dan cantik, lalu ia menjawab “sesungguhnya aku takut kepada Allah”

6. Seorang yang bersedekah dengan satu sedekah dengan amat rahasia, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya

7. Seorang yang selalu ingat kepada Allah (dzikrullâh) di waktu sendirian, hingga melelehkan air matanya.

Secara eksplisit dan begitu gamblang, hadist di atas menerangkan kepada kita tentang golongan manusia yang akan menerima ‘naungan Allah’. Menurut para ahli hadist, naungan di sini dimaksudkan sebagai perlindungan atau penjagaan Allah. Di saat matahari padang mahsyar begitu menyengat dan berjarak ‘sejengkal’ dari kepala manusia, Allah memberikan perlindungan kepada ketujuh kelompok manusia seperti tersebut dalam hadist di atas dari ganasnya panas matahari.

Dari ketujuh kelompok di atas, salah satunya adalah pemimpin yang adil. Menarik untuk dikaji, bahwa pemimpin yang adil disebutkan pada urutan pertama dari keenam kelompok lainnya. Hal ini, paling tidak mengindikasikan betapa pentingnya sebuah kepemimpinan yang adil, betapa perlunya membangun good governance

(pemerintahan yang adil, bersih dan amanah) dalam setiap masyarakat.

Jika kita kaji al-Qur’an secara cermat, keadilan merupakan salah satu nilai pokok dalam ajaran Islam dan menjadi ukuran tertinggi suatu masyarakat. Ada beberapa ayat, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang menyeru kepada penegakan keadilan. Bahkan, dalam suatu ayat disebutkan, bahwa keadilan lebih dekat dengan taqwa dan menjadi bagian integral ketaqwaan.

(Ayat I)

“Hai orang-orang yang beriman! Tegakkanlah keadilan sebagai saksi karena Allah. Dan janganlah rasa benci mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena itu lebih dekat dengan taqwa…”(Q.s. 5: 8)

(2)

adil, indikasinya adalah selalu menegakkan supremasi hukum; memandang dan memperlakukan semua manusia sama di depan hukum, tanpa pandang bulu. Hal inilah yang telah diperintahkan al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah ketika bertekad untuk menegakkan hukum (dalam konteks pencurian), walaupun pelakunya adalah putri beliau sendiri, Fatimah, misalnya.

(Ayat II)

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau bapak ibu dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, Allah lebih mengetahui kemaslahatan”. (Qs. 4: 135)

Dalam sebuah kesempatan, ketika seorang perempuan dari suku Makhzun dipotong tangannya lantaran mencuri, kemudian keluarga perempuan itu meminta Usama bin Zaid supaya memohon kepada Rasulullah untuk membebaskannya, Rasulullah pun marah. Beliau bahkan mengingatkan bahwa, kehancuran masyarakat sebelum kita disebabkan oleh ketidakadilan dalam supremasi hukum seperti itu.

(Hadits II)

Dari Aisyah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: adakah patut engkau memintakan kebebasan dari satu hukuman dari beberapa hukuman (yang diwajibkan) oleh Allah? Kemudian ia berdiri lalu berkhutbah, dan berkata: ‘Hai para manusia! Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu itu rusak/binasa dikarenakan apabila orang-orang yang mulia diantara mereka mencuri, mereka bebaskan. Tetapi, apabila orang yang lemah mencuri, mereka berikan kepadanya hukum’.

Ironisnya, justru di negara kita saat ini sedang terjangkit apa yang diingatkan Rasulullah dalam hadist di atas. Para koruptor penggerogot kekayaan bangsa semakin menikmati ‘kebebasan’ hukum, sementara masyarakat bawah terasa terjerat oleh hukum-hukum yang tidak memihak rakyat kecil. Jika penyakit ini terus berjangkit, maka tidak menutup kemungkinan bangsa kita akan mengalami kehancuran dan kebinasaan, seperti yang dialami oleh bangsa-bangsa sebelum kita.

Begitulah, saking pentingnya sosok seorang pemimpin yang adil, maka tak heran jika sahabat Ali bin Abi Thalib r.a dalam salah satu adagiumnya yang masyhur mengatakan:

(Mutiara I dr Ali ibn Abi Thalib)

“Sesungguhnya Allah akan melindungi negara yang menegakkan keadilan walaupun ia kafir, dan tidak akan melindungi negara yang dzalim (tiran) walaupun ia muslim”.

(3)

Jadi, keimanan kita tidak akan ‘diperhitungkan’ oleh Allah, jika belum diterjemahkan dalam bentuk konkret berupa penegakan keadilan. Dan ini, otomatis memerlukan sebuah perangkat pemerintahan yang adil, bersih dan terbuka. Pada titik inilah kepemimpinan yang adil dan jujur menjadi sangat diperlukan.

Seorang pemimpin atau pejabat yang tidak memiliki komitmen untuk keadilan dan keterbukaan (kejujuran/transparansi), diancam Allah tidak akan mencium bau surga. Jadi, jangankan mencicipi surga, mencium bau dan mendekatinya saja sudah tidak diizinkan Allah.

( Hadits III)

Dari Ma’qil ra. Berkata: saya akan menceritakan kepada engkau hadist yang saya dengar dari Rasulullah saw. Dan saya telah mendengar beliau bersabda: “seseorang yang telah ditugaskan Tuhan untuk memerintah rakyat (pejabat), kalau ia tidak memimpin rakyat dengan jujur, niscaya dia tidak akan memperoleh bau surga”.

Pada hakikatnya, usaha penegakan keadilan tidak saja menjadi tanggung jawab seorang pemimpin. Kita sebagai anggota masyarakat, juga senantiasa memiliki kewajiban untuk selalu berusaha melakukan kontrol sosial. Kita dianjurkan untuk selalu mengadakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih kondusif, baik melalui tindakan konkret, lisan maupun hati.

(Hadits IV)

“Barang siapa melihat kemungkaran, maka hendaknya ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka hendaknya merubah dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hainya. Dan yang demikian itulah selemah-lemahnya iman”.

Dalam konteks negara kita Indonesia, sudah saatnya seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat muslim, bersatu-padu berupaya untuk menciptakan suasana

good governance, sebagaimana dianjurkan al-Qur’an dan sunnah. Pemilu 2004 mendatang menuaikan harapan baru bagi seluruh bangsa untuk merubah kondisi kita, agar tidak semakin jauh terpuruk ke dalam jurang kebinasaan. Yaitu dengan memilih calon pemimpin yang memiliki integritas tinggi, adil, jujur dan terbuka. Semoga!

---

Alumnus Psikologi Islam, Fak. Humaniora, al-Azhar University, Cairo. Aktivis Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Mesir.

Sumber:

Referensi

Dokumen terkait

Osteoarthritis lutut dapat melibatkan salah satu atau semua dari tiga kompartemen lutut utama Osteoarthritis lutut dapat melibatkan salah satu atau semua dari tiga kompartemen

dan n %u %u&u &u. ;ntu& itu< &ami menghara,&an &e&urangan dan masih !auh dari &esem,urnaan.. #alah satu su% sistem &esehatan nasional

tidak dikehendaki, misalnya klien membayangkan bersetubuh dengan pelacur yang menderita penyakit Aids yang sangat menjijikkan yang menyebabkan klien. membayangkan dirinya

Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar) kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas

Data yang akan digali adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan suksesi oleh Muawiyah dan pemerintahan pada masa Mu’awiyah..

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga karya tulis ilmiah GHQJDQMXGXO³ Pengembangan Alat Ukur Mini-CEX (Mini Clinical Evaluation Exercise) Sebagai Alat

"Maukah kuceritakan kepadamu tentang amalmu terbaik dan paling bersih dalam pandangan Allah swt, serta orang yang tertinggi derajatnya di antaramu, yang lebih baik

Stoma je napravljena zato, da ščitianastomozo' ali zaradi posledic zdravljenja fistule po obsevanju' V obeh primerih je stoma začasna, toda pľi rektovaginalni fistuli Živi bolnik