• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepolisian Nasional Filipina, selanjutnya disebut sebagai "para Pihak";

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepolisian Nasional Filipina, selanjutnya disebut sebagai "para Pihak";"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

NOTAKESEPAHAMAN ANTARA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN

KEPOLISIAN NASIONAL FILIPINA DALAM

KERJASAMA PENCEGAHAN DAN MEMERANGI

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS

Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepolisian Nasional Filipina, selanjutnya disebut sebagai "para Pihak";

Berkeinginan untuk memperbaharui Nota Kesepahaman antara Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepolisian Nasional Filipina tanggal 8 Maret 2011 dan lebih meningkatkan kerjasama antara para pihak dalam semangat kemitraan dan dalam kerangka ASEANAPOL;

Keprihatinan dengan semakin meningkatnya ancaman kejahatan transnasional;

Menyadari kebutuhan untuk keijasama yang efektif antara para pihak dalam penegakan hukum guna mencegah dan memerangi kejahatan dan pengembangan kapasitas;

Mengingat Pemyataan Bersama para Kepala Kepolisian ASEAN (ASEANAPOL);

Berdasarkan hukum dan peraturan yang berlaku di negara masing-masing;

Telah menyepakati kesepahaman berikut ini:

Pasall DEFINISI

Untuk memahami tujuan Nota Kesepahaman ini, beberapa istilah didefmisikan sebagai berikut:

1. Kejahatan Transnasional mengacu pada kejahatan yang dinyatakan dalam Pemyataan Bersama para Kepala Kepolisian ASEANAPOL yang meliputi: perdagangan obat terlarang, terorisme, penyelundupan senjata, perdagangan manusia I penyelundupan orang, pencurian ikan, penipuan di perairan maritim, perampokan bersenjata di laut, perompakan di laut, ekspedisi ilegal, dan kejaha

(2)

lainnya di laut, kejahatan siber, pencucian uang, kejahatan ekonomi intemasional, pelanggaran perbankan, pemalsuan dokumen peijalanan, kejahatan satwa liar dan perambahan hutan, penyelundupan orang, dan kejahatan lain yang disepakati oleh paraPihak;

2. Pengembangan kapasitas didefinisikan sebagai kegiatan dalam konteks peningkatan kapasitas dan keterampilan personel dari masing-masing Pihak;

3. Informasi intelijen diartikan sebagai informasi yang diperlukan dalam proses penyelidikan dan penyidikan dalam rangka penegakan hukum;

4. Kegiatan bersama adalah kegiatan yang dilakukan oleh para Pihak dalam konteks mencegah dan memerangi kejahatan transnasional dan pengembagan kapasitas; dan 5. Komite Bersama adalah sebuah komite yang dibentuk oleh para Pihak guna

merumuskan kebijakan dan petunjuk dalam mencegah dan memerangi kejahatan transnasional serta pengembangan kapasitas dalam lingkup Nota Kesepahaman ini.

Pasal2

KETENTUAN UMUM

1. Pelaksanaan dari Nota Kesepahaman ini hams menghormati pnns1p-prms1p kedaulatan negara, integritas tentorial, tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri masing-masing, kesetaraan dan kepentingan umum.

2. Tidak satupun pihak, atau fungsi yang berkompeten dapat bertindak di wilayah yurisdiksi pihak lain, maupun mengatur otoritas pejabat pihak lain yang berwenang, berdasarkan asas kedaulatan nasional dan hukum internasional.

Pasal 3 TUJUAN

Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah untuk meningkatkan ketjasama yang telah ada diantara para Pihak, terutama dalam pencegahan dan memerangi kejahatan transnasional serta pengembangan kapasitas.

(3)

Pasal4

LINGKUP KERJASAMA Para Pihak akan bekerjasama dalam lingkup berikut ini :

1. Pencegahan dan memerangi kejahatan transnasional, terutama tindak pidana yang terkait dengan :

a. Perdagangan obat-obatan terlarang; b. Terorisme;

c. Penyelundupan senjata api;

d. Perdagangan manusia I penyelundupan orang;

e. Pencurian ikan, penipuan di perairan maritim, perampokan bersenjata di laut, perompakan di laut, ekspedisi ilegal, dan kejahatan lain di laut;

f. kejahatan siber; g. pencuctan uang;

h. kejahatan ekonomi intemasional dan pelanggaran perbankan; i. pemalsuan dokumen perjalanan;

J kejahatan satwa liar dan perambahan hutan; serta k. Kejahatan lain yang disepakati bersama oleh para Pihak.

2. Pengembangan kapasitas, yang akan dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan serta studi banding.

Pasal 5

BENTUK KERJASAMA

Bentuk pelaksanaan dari Nota Kesepahaman ini, para Pihak akan :

1. Melak:ukan pertukaran informasi dan dokumen intelijen, sesuai dengan perundang-undangan nasional dan dalam batas-batas kewenangannya;

2. Melak:ukan kegiatan Kepolisian bersama yang terkoordinasi, sesuai dengan ketentuan nasional dan dalam batas kewenangan otoritas masing-masing, guna mencegah dan memerangi kejahatan transnasional;

3. Bekerjasama dalam mengembangkan sumber daya manusia, termasuk pertukaran personel, pendidikan dan pelatihan, serta studi banding;

4. Membentuk Komite Bersama sebagai badan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini; dan

(4)

Pasal 6

PERTUKARAN INFORMASI INTELIJEN Prosedur dalam kerjasama sebagaimana Pasal 4 adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan informasi dan dokumen intelijen, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang diperoleh dari pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, harus dijaga kerahasiaannya oleh kedua belah Pihak.

2. Tiap Pihak wajib mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan kerahasiaan semua informasi intelijen sesuai dengan tujuan dari Nota Kesepahaman Ull.

3. Tiap informasi atau dokumen intelijen yang terkait dengan Nota Kesepahaman ini tidak boleh disampaikan ke pihak ke tiga tanpa persetujuan tertulis dari kedua belah Pihak.

Pasal 7

KOMITE BERSAMA

1. Para Pihak akan membentuk Komite Bersama yang beranggotakan perwakilan yang ditentukan oleh para Pihak.

2. Komite Bersama dipimpin oleh Ketua Komite Indonesia dan Ketua Komite Filipina yang dapat menentukan komposisi Sub-Komite.

3. Tugas Komite Bersama adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan dan menentukan kebijakan serta prosedur dalam upaya pencegahan dan memerangi kejahatan transnasional serta pengembangan kapasitas;

b. Melaksanakan kebijakan dan program kegiatan yang telah disepakati;

c. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam kerangka Nota Kesepahaman ini; dan

d. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, mengidentiftkasi dan menyiapkan program berikutnya.

4. Komite Bersama melakukan pertemuan pleno setidaknya sekali setahun secara bergantian di Indonesia atau di Filipina pada waktu yang disepakati oleh para Pihak.

(5)

Pasal 8

PUBLIKASI KE MEDIA

1. Publikasi ke Media, baik secara sepihak atau bersama-sama harus dikoordinasikan untuk menjaga kepentingan masing-masing Pihak.

2. Publikasi ke Media ditujukan untuk meningkatkan kesadaran publik dalam mendukung upaya-upaya para Pihak dalam memberantas kejahatan.

Pasal 9 PEMBIAYAAN

Setiap Pihak menanggung biaya masing-masing atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, kecuali ditentukan lain melalui kesepakatan oleh para Pihak.

Pasal 10 AMANDEMEN

Nota Kesepahaman ini dapat diamandemen atau diubah setiap saat berdasarkan kesepakatan tertulis dari para Pihak. Revisi atau amandemen tersebut mulai berlaku sejak tanggal yang ditentukan bersama oleh para Pihak.

Pasal 11

PENYELESAIAN MASALAH

Setiap permasalahan yang timbul dari penafsiran, aplikasi, atau pelaksanaan dari Nota Kesepahaman ini akan diselesaikan oleh Komite Bersama. Apabila Komite Bersama tidak dapat menyelesaikan masalah, maka akan dilimpahkan kepada Kepala Kepolisian para Pihak guna mendapatkan resolusi.

(6)

Pasal 12

MASA BERLAKU, DURASI DAN PENGHENTIAN

1. Nota Kesepahaman ini mulai berlaku sejak tanggal ditanda-tangani.

2. Nota Kesepahaman ini tetap dinyatakan berlaku dalam periode waktu selama 5 (

lima ) tahun dan dapat diperpanjang melalui pemyataan tertulis dari para Pihak.

3. Salah satu pihak dapat menghentikan Nota Kesepahaman ini setiap saat dengan

memberikan pemberitahuan tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum penghentian tersebut.

Dengan kesaksian daripadanya, yang bertandatangan di bawah ini, setelah mendapat

kewenangan dari Pemerintahnya masing-masing, dengan ini menandatangani Nota

Kesepahaman ini.

Ditanda-tangani di Manila pada tanggal22 bulan Juni tahun dua ribu tujuh belas, dalam rangkap dua, berbahasa Indonesia dan Inggris, kedua naskah tersebut sama sama asli. Apabila terjadi perbedaan penafsiran, maka naskah berbahasa Inggris yang akan dinyatakan berlaku.

JENDERA POL M. TI 0 KARNA VIAN Kepala Kepo ·sian Negara Republik Indonesia

Untuk

KEPOLISIAN NASIONAL FILIPINA

(7)

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN

THE INDONESIAN NATIONAL POLICE AND

THE PIDLIPPINE NATIONAL POLICE ON

COOPERATION IN PREVENTING AND COMBATING TRANSNATIONAL CRIME AND CAPACITY BUILDING

The Indonesian National Police and the Philippine National Police, hereinafter referred to as "the Parties";

Desiring to renew the Memorandum of Understanding between the Indonesian National Police and the Philippine National Police dated March 8, 2011 and further enhance cooperation between the Parties in the spirit of partnership and the framework of ASEANAPOL;

Concerned by the increasing threat of transnational crimes;

Realizing the need for effective cooperation between the Parties for the law enforcement in preventing and combating crimes and the capacity building;

Considering the Joint Communique of the ASEAN Chief of Police Conference (ASEANAPOL);

Based on the prevailing laws and regulations in their respective countries; Have come to the following understanding:

Article 1 DEFINITIONS

For the purpose of this Memorandum of Understanding, the following terms will be defined as follows:

1. Transnational Crimes refer to crimes stated in the Joint Communique of

ASEANAPOL which include: illicit drug trafficking, terrorism, arms smuggling,

human trafficking I people smuggling, illegal fishing, maritime fraud, armed

(8)

laundering, international economic crimes, banking offenses, fraudulent travel documents, wildlife and timber crime, people smuggling, and other crimes as mutually agreed upon by the Parties;

2. Capacity building shall be activities in the context of enhancing the capacity and skills of the personnel of the respective Parties;

3. Intelligence information shall be information needed in the process of investigation for law enforcement;

4. Joint Activities shall be activities conducted by the Parties in the context of preventing and combating transnational crimes and capacity building; and

5. Joint Committee shall be a committee formed by the Parties for the purpose of formulating policy and directives for preventing and combating transnational crimes and for capacity building within the scope of the Memorandum of Understanding.

Article 2

GENERAL PROVISIONS

1. The implementation of this Memorandum of Understanding must respect the principles of sovereignty, territorial integrity, non-interference in internal affairs, equality, and common interests.

2. Neither Party shall exercise in the other Party's jurisdiction, any competence or functions that constitute the authority of the latter Party's competent officials, based on national sovereignty and international law.

Article 3 OBJECTIVE

The objective of this Memorandum of Understanding is to enhance the existing cooperation between the Parties, particularly in preventing and combating transnational crimes and enhancing capacity building.

(9)

Article 4

AREAS OF COOPERATION The Parties shall cooperate in the following:

1. Preventing and combating transnational crimes, particularly criminal acts related to the following:

a. illicit drug trafficking; b. Terrorism;

c. Arms smuggling;

d. Human trafficking I people smuggling;

e. illegal fishing, maritime fraud, armed robbery at sea, sea piracy, illegal cargo, and other crimes at sea;

f Cybercrimes; g. Money laundering;

h. International economic crimes and banking offenses; 1. Fraudulent travel documents;

J Wildlife and timber crimes; and

k. Other crimes as mutually agreed by the Parties.

2. Capacity building, which will be conducted through education and training programmes and comparative studies.

Article 5

FORMS OF COOPERATION

For the implementation of this Memorandum ofUnderstanding, the Parties shall:

1. Exchange intelligence information and documents, in compliance with national legislation and within the limits of their respective authorities;

2. Undertake coordinated joint police activities, in accordance with the national provisions and within the limits of their respective authorities, to prevent and combat transnational crimes;

3. Cooperate in enhancing human resources, including exchange of personnel, education and training as well as comparative studies;

4. Establish a Joint Committee as a body responsible for the implementation of this Memorandum ofUnderstanding; and

(10)

Article 6

EXCHANGE OF INTELLIGENCE INFORMATION The procedure governing cooperation referred to in Article 4 will be as follows:

1. The use of intelligence information and document, either written or verbal, obtained in the implementation of this Memorandum of Understanding, must be kept confidential by both Parties.

2. Each Party shall take every necessary measures to ensure the confidentiality of all intelligence information in accordance with the objective of this Memorandum of Understanding.

3. Any intelligence information or document related to this Memorandum of Understanding may not be transferred to a third Party without the written approval of both Parties.

Article 7

JOINT COMMITTEE

1. The Parties shall maintain the Joint Committee consisting of the Parties' representatives to be determined by the Parties.

2. The Joint Committee shall be co-chaired by the Head of the Indonesian Committee and Head of the Philippine Committee who may be determine the composition of the Sub-Committee.

3. The tasks of the Joint Committee shall be as follows:

a. Formulate and determine policies and procedures in the endeavors for preventing and combating transnational crimes and capacity building;

b. Implement mutually agreed policies and activity programs;

c. Coordinate and oversee the implementation of activities conducted within the framework of this Memorandum ofUnderstanding; and

d. Evaluate implemented activities, identifY and prepare subsequent programs. 4. The Joint Committee shall continue to meet in plenary at least once every year

(11)

Article 8

PUBLICATION TO THE :MEDIA

1. Publication to the media, either unilaterally or jointly must be coordinated in order to safeguard the interests of the respective Parties.

2. Publication to the media shall be aimed at enhancing public awareness of the Parties' endeavours to suppress and foil criminal acts.

Article 9 FUNDING

Each Party shall bear its own expenses that may be incurred in the implementation of this Memorandum of Understanding, unless determined otherwise as agreed by the Parties.

Article 10 AMEND:MENTS

This Memorandum of Understanding can be revised or amended anytime upon the written agreements of the Parties. Such revisions or amendments shall come into effect as from the date mutually determined by the Parties.

Article 11

SETTLE:MENT OF DISAGREEMENTS

Any matter ansmg from the interpretation, application, or implementation of this Memorandum of Understanding shall be resolved by the Joint Committee. In the event that the Joint Committee could not resolve an issue, same shall be elevated to the Chiefs of the PNP and the INP for resolution.

(12)

Article 12

ENTRY INTO FORCE, DURATION, AND TERMINATION

1. This Memorandum of Understanding shall come into effect as of the date of its signing.

2. This Memorandum of Understanding shall remain in force for a period of 5 (five) years and it can be extended by mutual consent in writing by the Parties.

3. Either Party can terminate this Memorandum of Understanding at any time by giving written notice no later than 3 (three) months prior to such termination.

In witness thereof, the undersigned, being duly authorized by their respective governments, do hereby sign this present Memorandum of Understanding.

Signed in Manila on the 22nd day of June in the year two thousand and seventeen, in two originals, in the Indonesian and English languages, both texts being equally authentic. fu case of any divergence of interpretation, the English text shall prevaiL

For the

Referensi

Dokumen terkait

Negara yang menempatkan kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat, berarti semua kegiatan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan undang-undang

Penelitian tahun 2017 dan 2018 di DAS Teweh dan DAS Montalat Kabupaten Barito Utara, menemukan 16 situs peleburan bijih besi (buren) yang ditandai dengan temuan terak

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, angket yang sudah valid kemudian disebarkan kepada 30 orang responden. Hasil angket dari kedua variabel, yaitu data

2018 SK ABDIMAS REGULER ITS tahun 2018: Penerapan Solar Water Pumping atau Pompa Air Bertenaga Matahari Dilengkapi dengan Sistem MPPT (Maximum Power Point Tracking) untuk

Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah

Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia, FHUI, Jakarta, 2015, hlm.. 39 dengan harta benda perkawinan. Mengenai batasan-batasan

Lampbrush chromosome merupakan suatu struktur dekondensasi kromosom yang dapat ditemukan pada sel gamet berbagai jenis hewan (pada tahap diplonema dari Meosis

Pengujian ekstrak daun mint dan buah lada hitam pada 72 jsa konsentrasi 40.000 ppm memiliki indeks antifidan paling tinggi dibandingkan dengan konsentrasi lainnya yang lebih