• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pirazinamid

2.1.1 Sifat fisikokimia Rumus struktur :

Nama kimia : pyrazine-2-carboxamide Rumus kimia : C5H5N3O

Berat molekul : 123,113 g/mol

Pemerian : serbuk hablur, putih hingga praktis putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau.

Kelarutan : agak sukar larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam eter dan dalam kloroform (Ditjen POM, 1995).

2.1.2 Farmakokinetik

Pirazinamid mudah diserap di usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh. Dosis 1 gram menghasilkan kadar plasma sekitar 45 𝜇𝜇g/ml pada dua jam setelah pemberian obat. Eksresinya terutama melalui filtrasi glomerulus.Asam pirazinoat yang aktif kemudian mengalami hidroksilasi menjadi asam hidropirazinoat yang merupakan metabolit utama (Gunawan, 2007).

2.1.3 Aktivitas antibakteri

(2)

asam.In vitro, pertumbuhan kuman tuberkulosis dalam monosit dihambat sempurna pada kadar pirazinamid 12,5 g/ml. Mekanisme kerja obat ini belum diketahui (Gunawan, 2007).

Pada pH netral, pirazinamid tidak aktif in vitro, tetapi pada pH 5,5 dapat menghambat basil tuberkel dan beberapa jenis mikobakteri lain dalam konsentrasi sekitar 20 𝜇𝜇g/ml. Obat diserap oleh makrofag dan menunjukkan aktivitasnya melawan organisme-organisme intraselular yang terdapat dalam lingkungan asam ini (Mycek, dkk., 2001).

2.1.4 Efek samping

Efek samping yang sering kali terjadi dan berbahaya adalah kerusakan hati. Bila pirazinamid diberikan dengan dosis 3 g per hari, gejala penyakit hati muncul pada kira-kira 15%, dengan ikterius pada 2-3% pasien dan kematian akibat nekrosis hati pada beberapa kasus. Pirazinamid tidak boleh diberikan kepada pasien dengan kelainan fungsi hati.Oleh karena itu hendaknya dilakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum pengobatan dengan pirazinamid dimulai, dan pemantauan terhadap transaminase serum dilakukan secara berkala selama pengobatan berlangsung.Jika jelas timbul kerusakan hati, terapi dengan pirazinamid harus dihentikan (Gunawan, 2007).

Pada hampir semua pasien, pirazinamid menghambat pengeluaran asam urat sehingga meningkatkan kadarnya dalam darah dan menimbulkan serangan encok (gout). Obat ini dapat pula menimbulkan gangguan lambung-usus, fotosensibilisasi dengan reaksi kulit (menjadi merah cokelat), artralgia, demam, malaise, anemia, dan menurunkan kadar gula darah. Resistensi dapat timbul dengan cepat bila digunakan sebagai monoterapi (Tjay dan Rahardja, 2007).

(3)

2.1.5 Dosis

Pirazinamid terdapat dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mg. Dosis oral ialah 20-25 mg/kg BB sehari (maksimum 3 g), diberikan dalam satu atau beberapa kali sehari (Ditjen POM, 1989).

2.2 Tablet

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada acara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, danlapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang penggunaannya dengan cara sublingual, bukal, atau melalui vagina, tidak boleh mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral (Ansel, 2005).

2.2.1. Jenis-jenis tablet

Berikut ini akan diuraikan beberapa jenis tablet: 1. Tablet kompresi

Tablet kompresi dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagaibentuk tablet dan ukuran, biasanya ke dalam bahan obatnya, diberi tambahan sejumlah bahan pembantu antara lain: (a) pengencer atau pengisi yang ditambahkan jika perlu ke dalam formulasi agar terbentuk ukuran tablet yang diinginkan; (b) pengikat atau perekat, yang membantu pelekatan partikel dalam formulasi; (c)

(4)

penghancur, bahan yang dapat membantu penghancuran danmemecah tablet setelah pemberian sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, sehingga lebih mudah diabsorpsi; (d) zat pelicin yaitu zat yang meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya bahan ini pada punch dan die serta membuat tablet-tablet menjadi bagus dan berkilat; dan (e) bahan tambahan lain seperti zat warna dan pemberi rasa.

2. Tablet bersalut gula

Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna maupun tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan. Tujuannya untuk melindungi obat dari udara dan kelembapan, memberi rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat serta lapisan gula ini dapat memberikan penampilan yang manis. Kerugian dari lapisan gula ialah pengolahannya membutuhkan waktu dan keahlian serta menambah berat dan ukuran tablet (Ansel, 2005).

3. Tablet salut selaput

Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet.Biasanya lapisan ini berwarna, kelebihannya dari penyalutan dengan gula ialah lebih tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikituntuk penggunaanya.Selaput ini pecah dalam saluran lambung usus.

4. Tablet salut enterik

Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur di lambung tapi di usus.Teknik ini digunakan dalam hal bahan obat dirusak oleh asam lambung, mengiritasi mukosa lambung atau bila

(5)

melintasi lambung menambah absorpsi obat di usus halus sampai jumlah yang berarti.

5. Tablet sublingual atau bukal

Tablet yang disisipkan di pipi dan di bawah lidah biasanya berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam kantung pipi atau di bawah lidah untuk diabsorpsi melalui mukosa oral.Cara ini berguna untuk penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung dan atau sedikit sekali diabsorpsi oleh saluran pencernaan. Tablet dirancang untuk pemberian disisipkan di pipi agar hancur dan melarut perlahan-lahan sedangkan yang digunakan di bawah lidah akan melarut segera untuk memberikan efek obat dengan cepat.

6. Tablet effervescent

Tableteffervescent adalah tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garan effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air (Ansel, 2005).

2.2.2 Syarat-syarat tablet

a) Memenuhi keseragaman ukuran

Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet.

b) Memenuhi keseragaman bobot

Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut:

Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom

(6)

B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B.

Tabel 2.1.Persyaratan Keseragaman Bobot Tablet

Bobot rata-rata

Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%

151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

c) Memenuhi waktu hancur

d) Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat e) Memenuhi waktu larut

Sebelumnya tablet harus diuji mengenai kekerasan tablet dengan alat Hardness tester dan juga kerapuhan tablet dengan alat Friability tester.

Penyimpanan tablet dilakukan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan terlindung cahaya. Wadah yang digunakan harus diberi etiket. Dalam etiket wadah atau kemasan tablet harus disebutkan:

1. Nama tablet atau nama zat berkhasiat

2. Jumlah zat atau zat-zat yang berkhasiat dalam tiap tablet (Anief, 2000).

2.3 Teori Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukungpadat atau dilapiskan pada dinding kolom.Fase gerak dapat berupa gas atau cairan.Jika gas digunakan sebagai fase

(7)

gerak, maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas.Dalam kromatografi cair dan juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair (Rohman, 2009).

Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dalam molekul. Sifat utama yang terlibat ialah: (1) kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan); (2) kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (penyerapan); dan (3) kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah menjadi uap (keatsirian) (Gritter, 1991).

Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi: (a) kromatografi adsorbsi; (b) kromatografi partisi; (c) kromatografi pasangan ion; (d) kromatografi penukar ion (e) kromatografi eksklusi ukuran dan (f) kromatografi afinitas.

Berdasarkan alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas: (a) kromatografi kertas; (b) kromatografi lapis tipis, yang keduanya sering disebut kromatografi planar, (c) kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan (d) kromatografi gas (KG). Bentuk kromatografi yang paling awal adalah kromatografi kolom yang digunakan untuk pemisahan sampel dalam jumlah yang besar (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) 2.4.2 Cara kerja KCKT

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan

(8)

solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi.Pemisahan solut-solut-solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam.

Banyak kelebihan jika dibandingkan dengan metode lainnya, antara lain: − Resolusinya baik

− Mudah melaksanakannya

− Kecepatan analisis dan kepekaannya tinggi

− Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis − Dapat digunakan bermacam-macam detektor

− Kolom dapat digunakan kembali

− Mudah melakukan recovery cuplikan (Johnson dan Stevenson, (1991). 2.4.3 Kegunaan KCKT

Kegunaan umum KCKT adalah untuk: pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologi; analisis ketidakmurnian; analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil); penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa yang strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace elements), dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses industri.

KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; memisahkan polimer dan menentukan distribusi

(9)

berat molekulnya dalam suatu campuran; kontrol kualitas; dan mengikuti jalannya reaksi sintesis (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.4.4 Instrumentasi kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

Kromatografi cair terdiri dari reservoir berisi fase gerak, pompa yang mendorong fase gerak melewati sistem dengan tekanan tinggi, injektor yang memasukkan contoh ke dalam fase gerak, kolom kromatografi, detektor dan alat pengolah data, misalnya komputer, integrator atau perekam.Partikel fase diam yang dikemas rapat dalam kolom berpori kecil memerlukan pertukaran senyawa dengan cepat antara fase gerak dan fase diam.Selain untuk penerimaan dan pelaporan luaran detektor, komputer juga digunakan untuk mengendalikan pengaturan kromatografi dan pengoperasian sehingga dapat dioperasionalkan dalam jangka waktu lama tanpa pengawasan (Depkes RI, 1980).

1. Wadah fase gerak

Bahan wadah harus inert terhadap berbagai fase gerak berair dan tak berair, seperti baja antikarat dan gelas.Tetapi baja antikarat tidak dapat digunakan pada pelarut yang mengandung ion halida dan jika wadah harusbertekanan, hindari penggunaan gelas. Daya tampung wadah harus lebih besar dari 500 ml, yang dapat digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir yang umumnya 1-2 ml/menit (Munson, 1991).

2. Fasa gerak

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi.Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel.Untuk fase normal (fase diam lebih

(10)

polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut.Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut (Rohman, 2009).

Di dalam kromatografi cair komposisi dari pelarut atau fasa gerak adalah salah satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat luas pada pelarut yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada beberapa sifat umum yang sangat disukai, yaitu rasa gerak harus :

1. Murni, tidak terdapat kontaminan 2. Tidak bereaksi dengan wadah 3. Sesuai dengan detektor 4. Melarutkan sampel

5. Memiliki visikositas rendah

6. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery" 7. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah.

Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena prosedur pemurniannya kembali sangat membosankan dan mahal biayanya.Dari semua persyaratan di atas, persyaratan (1 s/d 4) merupakan yang sangat penting (Putra, 2004).

3. Fase diam

Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen.Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu

(11)

gugus silanol(Si-OH).Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan (Gandjar dan Rohman, 2007).

Oktadesil silika (ODSatau C18) merupakan fase diam yang paling banyak

digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi.Oktil atau rantai alkil yeng lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar (Gandjar dan Rohman, 2007).

4. Pompa

Pompa yang sesuai untuk KCKTharus dibuat dari bahan yang inertterhadap semua macam pelarut.Bahan yang umum digunakan adalah gelas, baja nirkarat, Teflon dan batu nilam.Untuk berbagai kondisi analisis, pompa harus mampu menghasilkan tekanan sampai 5000 psi pada kecepatan sampai 3 ml/menit.Pompa yang digunakan untuk skala preparatif memerlukan kecepatan alir sampai 20 ml/menit.Aliran pelarut dari pompa harus tanpa denyut atau diredam untuk menghilangkan denyut, karena denyut alir pelrut dapat menyebabkan hasil yang lancung bagi beberapa detektor.

Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Terdapat 2 jenis pompa dalam KCKT yaitu, pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan.Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan (Munson, 1991).

(12)

5. Injektor (Injector)

Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan, antara lain:

a. Stop-flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfer, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan kecil dan resolusi tidak dipengaruhi

b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan pada kromatografi gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfer.Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut kromatografi cair.Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.

c. Loop valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10μ dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom (Putra, 2007).

6. Kolom (Column)

Kolom merupakan komponen yang vital pada analisis kromatografi.Keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi merupakan bagian yang sangat penting, karena proses separasi (pemisahan) komponen-komponen sampel akan terjadi di dalam kolom. Kolom akan menjadi kunci penentu keberhasilan pemisahan komponen-komponen sampel serta hasil akhir analisis dengan KCKT. Dianjurkan untuk memasang penyaring 2 μm di

(13)

jalur antara penyuntik dan kolom untuk menahan partikel yang dibawa fase gerak dan memperjang umur dari kolom (Gritter, 1991).

7. Detektor (Detector)

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadarnya (analisis kuantitatif).Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe senyawa.Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh (Jhonson and Steven, 1978).

8. Perekam atau Rekorder (Recorder)

Alat pengumpul data seperti komputer, integrator dan rekorder dihubungkan ke detektor. Alat ini akan menangkap sinyal elektronik dari detektor dan memplotkannya kedalam kromatogram sehingga dapat dievaluasi oleh analis (Gandjar dan Rohman, 2007).

Gambar

Tabel 2.1.Persyaratan Keseragaman Bobot Tablet

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada provinsi Jawa Tengah proyeksi jumlah kesempatan kerja paling banyak terdapat pada status pekerja buruh/karyawan yaitu sebesar 24,80% di sektor jasa

Telah dilakukan penelitian aktivitas antidiabetes ekstrak etanol dan fraksi etil asetat daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk.) terhadap tikus putih jantan

Persamaanya adalah ketiga peneliti tersebut dengan penelitian yang ada di Sungaiselan adalah sama-sama membahas mengenai perilaku remaja yang menyimpang dan faktor

3URVHV SHPLOLKDQ PHGLD GLVHVXDLNDQ GHQJDQ DQDOLVLV PDWHUL DQDOLVLV WXJDV GDQ NDUDNWHULVWLN VLVZD 'DUL KDVLO SHPLOLKDQ PHGLD LQL GLWHQWXNDQ EDKZD PHGLD SHPEHODMDUDQ \DQJ GLSHUOXNDQ

Menimbang : bahwa guna menunjang kelancaran pelaksanaan pembangunan dipandang perlu mengubah susunan organisasi Departemen Keuangan dan Departemen Sosial sebagaimana

Konsumen akhir dalam rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes melakukan peme- sanan produk akhir berupa bawang merah konsumsi kepada pedagang pengecer,

Tindakan-tindakan guru untuk memfasilitasi pembelajaran matematika dengan topik logaritma di kelas X SMA Kolese De Britto Yogyakarta tersebut meliputi: (1)menyajikan materi

Tujuan : penulisan karya ilmiah yaitu untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pasien stroke non hemoragik dengan masalah kerusakan integritas kulit;