PERIODE EMAS PADA
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
PENINGKATAN KETERLIBATANBERBAGAI PIHAK
Sebuah Peraturan Presiden yang akan memberikan kewenangan bagi Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat untuk melakukan koordinasi percepatan perbaikan gizi di Indonesia akan segera dikeluarkan.
Struktur koordinasi yang akan melibatkan berbagai pemangku kebijakan dari berbagai sektor di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kota telah ditetapkan. Pada tingkat nasional, sebuah Gugus Tugas yang melibatkan berbagai multi-sektor akan didukung oleh Tim Pengarah (Steering Committee) dan Tim Teknis (Technical Committee). Selain itu, lima gugus tugas juga telah dibentuk untuk mendukung Tim Teknis di bidang advokasi dan komunikasi, perencanaan dan penganggaran, monitoring dan evaluasi, riset pengembangan dan pelatihan, serta kemitraan.
PENERAPAN BERBAGAI KEBIJAKAN TERKAIT GIZI
Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 HPK merupakan kebijakan inti dalam pelaksanaan gerakan percepatan perbaikan gizi. Selain itu, Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (2011–2015) menjadi kerangka kerja bagi pelaksanaan serta penyelarasan berbagai intervensi, baik intervensi gizi spesifik maupun gizi sensitif dari berbagai sektor.
Rencana Aksi Pangan dan Gizi telah dibuat di 33 propinsi sebagai dokumen
Sekitar lima juta anak lahir di Indonesia
setiap tahunnya. Asupan makanan, pola
asuh dan kesehatan yang diperoleh ibu
dan anak-anaknya memiliki dampak
besar bagi kesehatan dan
kesejahteraan mereka di masa
mendatang.
Masalah kurang gizi, termasuk stunting
atau ‘pendek’, kurus, dan kekurangan
gizi mikro dapat menyebabkan
kerusakan yang permanen. Hal ini
terjadi bila seorang anak kehilangan
berbagai zat gizi penting untuk tumbuh
kembangnya, untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuhnya, serta untuk
perkembangan otak yang optimum.
Anak-anak yang mengalami kurang
gizi, akan menjadi kurang berprestasi
di sekolah dan dapat menjadi tidak
produktif pada saat dewasa. Hal ini
menyebabkan mereka beresiko untuk
tidak mendapatkan pekerjaan dengan
penghasilan yang memadai, sehingga
keluarga mereka akan terus berada
dalam lingkaran kemiskinan. Mereka
yang stunting atau pendek misalnya,
akan mengalami penurunan
pendapatan mereka hingga 20%.
Kerugian ini dirasakan semakin berat
pada kelompok petani miskin, dimana
bentuk tubuh serta kekuatannya dalam
bekerja menjadi sangat penting bagi
produktifitas kerjanya.
Kurang gizi merupakan salah satu
ancaman serius bagi pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan suatu
bangsa. Hal ini menjadi masalah bagi
Indonesia karena adanya beban jumlah
anak kurang gizi yang cukup besar.
Mereka yang mengalami kurang gizi
ini tidak akan berprestasi di sekolahnya,
sehingga akan sulit bagi mereka untuk
mendapatkan nafkah yang baik pada
saat dewasa, dan pada saat yang
bersamaan tidak dapat memberikan
kontribusi bagi perekonomian
Indonesia.
Walaupun begitu, kabar baiknya adalah
tersedianya berbagai intervensi yang
dapat mencegah ibu dan anak
mengalami kurang gizi.
Seribu hari pertama kehidupan, yang
dimulai sejak janin di dalam kandungan
hingga seorang anak berusia dua tahun,
merupakan periode terpenting dan
perlu mendapatkan perhatian terbesar.
Anak-anak yang tidak menerima asupan
gizi yang memadai dalam jenjang waktu
ini dapat menderita kerusakan tetap
dan tidak dapat diperbaiki kembali
pada saat dewasa.
PERKEMBANGAN GERAKAN 1000 HPK
perencanaan gerakan 1000 HPK. Seluruh kementerian terkait seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama serta Kementerian Perdagangan dan Industri telah menyatakan komitmen mereka untuk ikut dalam gerakan tersebut. Banyak pasal-pasal yang ada dalam Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI telah tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012, termasuk di dalamnya, kebijakan untuk mempromosikan dan mendukung ASI eksklusif di fasilitas-fasilitas kesehatan yang telah diberlakukan sejak tahun 2012. Undang-undang Perlindungan untuk Ibu Hamil menetapkan cuti hamil selama 3 bulan (12 minggu). Jangka waktu ini 2 minggu lebih pendek dibanding dengan jangka waktu minimal 14 minggu yang telah direkomendasikan oleh ILO.
Kebijakan fortifikasi wajib untuk tepung terigu dengan berbagai vitamin, dan fortifikasi garam dengan yodium sudah diberlakukan. Sedangkan fortifikasi untuk minyak goreng direncanakan akan diberlakukan wajib pada tahun 2013. Saat ini sedang dikembangkan suatu strategi advokasi dan komunikasi yang komprehensif untuk mempertajam serta komitmen multi-sektor yang
berkelanjutan terhadap percepatan perbaikan gizi.
PENERAPAN DAN PENYELARASAN PROGRAM
Sebuah kerangka umum untuk
menyela-raskan berbagai sektor dan para pemangku kebijakan untuk fokus pada sebuah hasil yang sama sudah tercantum dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (2012–2015). Saat ini, prioritas Pemerintah adalah untuk memastikan bahwa propinsi-propinsi dan
kabupaten/kota dapat menyadari sepenuhnya konsekuensi dari stunting (pendek); memastikan bahwa mereka memiliki komitmen dan kapasitas untuk memprioritaskan program gizi dalam perencanaan dan anggaran mereka; dan memastikan bahwa mereka memiliki kebijakan multi-sektor yang dapat digunakan untuk mensinergikan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh sektor terkait.
Dua program bantuan tunai bersyarat, PKH dan PNPM Generasi dengan penguatan pada komponen gizi, saat ini sedang dalam fase uji coba. Kedua program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari layanan gizi kepada rumah tangga dan masyarakat penerima bantuan seperti ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak di bawah usia dua tahun. Sasaran dari program ini adalah mereka yang masuk dalam kelompok keluarga sangat miskin dan memiliki potensi besar untuk mengurangi beban angka kurang gizi pada kelompok ibu dan anak yang paling rentan.
PNPM Generasi Sehat dan Cerdas dilaksanakan di 64 kabupaten di 11 propinsi melalui Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat Untuk Mencegah Stunting (Community-based Health and Nutrition to Reduce Stunting Project) yang didukung oleh Millenium Challenge Corporation (MCC).
MOBILISASI SUMBER DAYA
Penghitungan pembiayaan berbagai kegiatan yang tercantum dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (2011–2015) saat ini sedang dilakukan. Pada saat yang sama, panduan mengenai perencanaan dan penganggaran program dalam konteks desentralisasi sedang dalam proses pembuatan, dan diharapkan nantinya dapat digunakan untuk panduan Gerakan 1000 HPK di daerah.
SEKRETARIAT 1000 HPK
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS
Jl. Taman Suropati No. 2, Jakarta Pusat, Indonesia
Email: sekretariat1000hpk@bappenas.go.id
DATA KUNCI
DATA SOSIAL EKONOMI
Jumlah Penduduk (juta)
237.6
Kepadatan penduduk (km
2)
124
Pertumbuhan penduduk (%)
1,49
Penduduk perkotaan (%)
46,7
Jumlah provinsi
33
Jumlah kota/kabupaten
497
Jumlah desa
76.613
Pendapatan nasional kasar
per kapita (US$)
3.957
Penduduk di bawah
garis kemiskinan (%)
13,3
KEMATIAN
1(per 1,000 kelahiran)
Angka kematian bayi
32
Angka kematian balita
40
KEKURANGAN GIZI
2Stunting ‘pendek’(%)
35,6
Wasting ‘kurus’ (%)
13,3
Gizi kurang (%)
17,9
Gizi lebih (%)
14,2
Sumber 1. SDKI 2012 2. RISKESDAS 2010Periode Emas Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
Hal 1
Situasi Gizi di Indonesia
Hal 2
Gerakan 1000 HPK di Indonesia
Hal 3
Perkembangan Gerakan 1000 HPK
Hal 4
Searah jarum jam dari kiri: © UNICEF Indonesia/2011/Rante, © UNICEF Indonesia/2009/Floranita, © UNICEF Indonesia/2012/Estey
F ot o © UNICEF Indonesia/ 20 12/Es te y
BULETIN 1
MEI 2013
Indonesia telah mengalami berbagai
kemajuan penting dalam menurunkan
angka gizi kurang, dan saat ini berada
dalam posisi on track untuk mencapai
target MDG 1, yaitu penurunan
prevalensi gizi kurang hingga
setengahnya pada tahun 2015. Antara
tahun 1989 dan 2010, prevalensi gizi
kurang pada balita telah turun dari 42
persen menjadi 18 persen.
Stunting (pendek) terjadi karena
kekurangan gizi berulang pada waktu
yang lama (kronis), melanda 36 persen
balita atau sekitar 8 juta anak
Indonesia. Antara tahun 2007 dan
2010, prevalensi stunting (pendek)
hanya mengalami penurunan sebesar
satu persen.
Perbedaan prevalensi stunting
(pendek) sangat beragam di Indonesia.
Misalnya, prevalensi stunting (pendek)
di Yogyakarta adalah 22 persen,
sedangkan di NTT, prevalensinya
mencapai hingga 58 persen. Dari
seluruh provinsi di Indonesia, hanya 11
propinsi saja yang telah mencapai
target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2010–2014 untuk
mengurangi stunting (pendek) menjadi
32 persen. Sementara itu, 7 provinsi
memiliki prevalensi di atas 40 persen.
Seringkali stunting (pendek) mulai
terjadi pada masa pertumbuhan janin,
MENJANGKAU
IBU DAN ANAK
•
42% bayi yang berusia di bawah 6bulan menyusui secara eksklusif.1
•
37% anak usia 6 bulan sampai dua tahun diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) sesuai rekomendasi WHO.1•
70% anak-anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun menerima kapsul Vitamin A.2•
63% rumah tangga mengonsumsi garam beryodium.3•
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan PP No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu eksklusif telah mengadopsi sebagian besar Kode EtikInternasional Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu.
•
Pemberlakuan secara wajib, fortifikasi yodium pada garam, serta berbagai gizi mikro pada tepung terigu.Pada bulan September 2012, Pemerintah
Indonesia meluncurkan "Gerakan 1000
Hari Pertama Kehidupan" yang dikenal
sebagai 1000 HPK. Gerakan ini dilakukan
sebagai upaya percepatan perbaikan gizi
untuk memperbaiki kehidupan anak-anak
Indonesia di masa mendatang. Gerakan
ini melibatkan berbagai sektor dan
pemangku kebijakan untuk bekerjasama
menurunkan tingkat prevalensi stunting
(pendek) serta bentuk-bentuk kurang
gizi lainnya di Indonesia.
Sebuah gugus tugas untuk gerakan ini
telah dibentuk berdasarkan Peraturan
Telah disepakati berbagai
intervensi gizi spesifik
(langsung) yang efektif untuk
mencegah dan menanggulangi
kurang gizi. Intervensi antara lain
adalah:
•
Promosi ASI dan MP-ASI.
•
Pemberian Tablet Besi-folat
atau multivitamin dan mineral
untuk ibu hamil dan menyusui.
•
Pemberian tabur gizi
(mikronutrient) untuk anak
•
Pemberian obat cacing pada
anak.
•
Pemberian suplementasi
vitamin A untuk anak balita.
•
Penanganan anak gizi buruk.
•
Fortifikasi makanan dengan
zat gizi mikro seperti Vitamin
A, besi dan yodium.
•
Pencegahan dan pengobatan
malaria bagi ibu hamil, bayi
dan anak-anak.
VISI
•
Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi setiap ibu dan setiap anak sehingga mereka dapat mencapai potensi mereka secara optimum, serta mendapatkan hak mereka atas makanan bergizi yang memadaiMISI
•
Memastikan terbentuknya mekanisme koordinasi antara berbagai pemangku kebijakan untuk pemenuhan kebutuhan gizi dan pangan setiap ibu dan setiap anak•
Memastikan tersedianya layanan pendidikan gizi yang memadai untuk meningkatkan mutu asupan gizi ibu dan anakTUJUAN
Pada tahun 2015:•
Menurunkan proporsi stunting ‘pendek’ hingga 32%•
Menurunkan proporsi balita gizi kurang hingga <15%•
Meningkatkan cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan hingga 80%•
Menurunkan proporsi bayi dengan berat lahir rendah sebesar 30%•
Tidak ada kenaikan proporsi balita dengan kelebihan berat badanHASIL
•
Peningkatan kemitraanmulti-sektor dalam pelaksanaan berbagai program gizi sensitif sebagai upaya penanggulangan kurang gizi
•
Peningkatan cakupan (atau perluasan program) intervensi gizi spesifik yang cost-effectiveSITUASI GIZI DI INDONESIA
GERAKAN 1000 HPK DI INDONESIA
Presiden. Gugus tugas ini dipimpin oleh
Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyar yang bertanggungjawab
langsung kepada Presiden. Di bawah
gugus tugas tersebut, dibentuk sebuah
tim teknis yang dipimpin oleh Deputi
BAPPENAS Bidang Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan,
untuk menyelaraskan pengembangan
serta pelaksanaan Rencana Aksi
Nasional Pangan dan Gizi (RANPG)
serta Rencana Aksi Daerah Pangan dan
Gizi (RADPG), serta program-program
gizi sensitif lainnya yang dilaksanakan
oleh berbagai Kementerian/Instansi.
Selain itu, intervensi juga diperlukan di
sektor-sektor lain untuk menanggulangi
penyebab tidak langsung terjadinya
kurang gizi, seperti lingkungan yang
buruk, kurangnya akses terhadap
layanan kesehatan berkualitas, pola asuh
yang tidak memadai serta permasalahan
ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga.
Contoh dari intervensi-gizi sensitif (tidak
langsung) ini meliputi:
•
Intervensi PHBS seperti cuci tangan
peningkatan akses air bersih.
•
Stimulasi psikososial bagi bayi dan
anak-anak.
•
Keluarga Berencana.
•
Kebun Gizi di rumah/di sekolah,
diversifikasi pangan, pemeliharaan
ternak dan perikanan.
•
Bantuan langsung tunai (yang
digabungkan dengan intervensi lain
seperti pemberian zat gizi dan
pendidikan terkait kesehatan dan gizi).
APA SAJA YANG BISA DILAKUKAN?
KERANGKA KEBIJAKAN
1000 HPK
Kerangka Kebijakan 1000 HPK
menetapkan 5 tujuan yang meliputi
penurunan angka stunting ‘pendek’,
penurunan angka wasting ‘kurus’,
penurunan anemia, penurunan
jumlah bayi dengan berat lahir
rendah, obesitas serta peningkatan
cakupan ASI eksklusif. Kerangka ini
juga menekankan kerangka
koordinasi dengan berbagai sektor
serta pemangku kebijakan lainnya.
Berbagai upaya dan sumber daya
difokuskan untuk pencegahan
kurang gizi pada 1000 hari pertama
kehidupan.
terutama jika sang ibu masih belum
cukup umur atau mengalami kurang
gizi selama kehamilannya. Di
Indonesia, kira-kira sepertiga wanita
berusia 20–45 tahun memiliki anak
pertama saat masih belum cukup
umur (SDKI, 2007) dan 14 persen
wanita usia subur mengalami kurang
gizi (lingkar lengan atas <23,5 cm).
Meskipun lebih dari 80 persen ibu
hamil menerima tablet besi folat,
hanya 18 persen yang telah
mengonsumsi suplemen tersebut
selama sedikitnya 90 hari.
Permasalahan gizi lain yang mulai
muncul di Indonesia adalah terjadinya
kelebihan berat badan pada anak-anak
dan orang dewasa, dan muncul
sebagai suatu masalah kesehatan
masyarakat. Antara tahun 2007–2010,
prevalensi kelebihan berat badan telah
meningkat dari 12 sampai 14 persen
pada anak-anak dan 19 sampai 22
persen pada orang dewasa.
"Beban ganda” masalah gizi, dimana
kurang gizi dan kelebihan gizi timbul
bersamaan pada suatu masyarakat,
telah meningkatkan terjadinya
berbagai penyakit tidak menular
seperti diabetes, stroke dan penyakit
jantung. Data dari tahun 2007
memperlihatkan bahwa 60 persen
kematian disebabkan oleh penyakit
tidak menular tersebut.
Sumber 1. SDKI 2012 2. RISKESDAS 2010 3. RISKESDAS 2007
Prevalensi stunting (pendek) tahun 2010 <32% 32-40% >40% F ot o © UNICEF Indonesia/ 20 12/ G ale © UNICEF Indonesia/2012/Gale T I N G G I B A D A N N O R M A L NORMAL Berat badan
& tinggi badan normal
KURUS
Berat badan kurang tinggi badan normal
PENDEK
Tinggi badan kurang untuk usianya
GIZI KURANG
Berat badan kurang untuk usianya
GIZI LEBIH
Berat badan lebih untuk usianya
MENJANGKAU MASYARAKAT
LINGKUNGAN YANG MENUNJANG Pada bulan September 2012, Indonesia melakukan soft-launching dokumen penting Gerakan 1000 HPK, yaitu Kerangka kebijakan 1000 HPK dan Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 HPK.
Selain itu, pada bulan Mei 2013, Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 42/2013 mengenai Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang berisikan kerangka kerja untuk melaksanakan upaya percepatan perbaikan gizi di Indonesia. Dalam PerPres tersebut, Menteri Koordinasi
Kesejahteraan Rakyat mendapatkan kewenangan untuk melakukan koordinasi program percepatan perbaikan gizi di Indonesia.
Pada bulan Juni 2013, Indonesia berpartisipasi dalam pertemuan tingkat tinggi Nutrition for
Growth di London, dimana saat itu Menteri
Kesehatan berkomitmen bahwa Gerakan 1000 HPK akan memperkuat keterlibatan berbagai sektor sebagai upaya untuk mempercepat peningkatan perbaikan gizi di berbagai daerah di Indonesia. Dalam Perpres, struktur koordinasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan lintas sektor telah ditetapkan. Di tingkat pusat telah dibentuk Gugus Tugas Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dengan susunan keanggotaan yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Tim teknis terdiri dari enam kelompok kerja yang bekerja di bidang kampanye, advokasi dan komunikasi, perencanaan dan penganggaran, pengembangan kapasitas/pelatihan, evaluasi resiko kesehatan lingkungan serta kemitraan. Serangkaian lokakarya dan konsultasi di tingkat nasional dengan para pemangku kepentingan juga telah dilakukan untuk menggalang dukungan terhadap gerakan 1000 HPK. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain adalah Lokakarya Pangan dan Gizi Nasional pada bulan Nopember 2012 serta diskusi dengan para pengusaha terkait Gerakan 1000 HPK. Berbagai materi advokasi digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai Gerakan 1000 HPK termasuk iklan layanan masyarakat, poster, leaflet, bilboard serta berbagai artikel di surat kabar.
Pada bulan Oktober 2013, secara resmi akan diluncurkan Gerakan 1000HPK, yang akan melibatkan seluruh pembuat kebijakan tingkat propinsi yang berperan penting dalam pelaksanaan Gerakan 1000 HPK di daerah. PELAKSANAAN PROGRAM
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (2011-2015) menetapkan kerangka kerja dengan tujuan untuk meningkatan percepatan perbaikan gizi di Indonesia. Dokumen tersebut dibuat saat Indonesia belum bergabung dengan Gerakan SUN
"Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan" merupakan gerakan yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia untuk menurunkan prevalensi stunting ‘pendek’ dan masalah kurang gizi lainnya.
Dikenal sebagai Gerakan "1000 HPK", gerakan ini menggalang dukungan dari berbagai sektor dan pemangku kebijakan untuk melakukan percepatan intervensi program gizi spesifik (langsung) dan program gizi sensitif (tidak langsung) di Indonesia.
Ibu dan anak merupakan sasaran utama Gerakan 1000 HPK. Sangatlah penting untuk menerapkan strategi yang efektif untuk menjangkau mereka di seluruh negeri dengan intervensi gizi berbasis bukti yang berdampak tinggi. Berbagai pendekatan yang dilakukan harus dapat memastikan bahwa ibu dan anak dari rumah tangga sangat miskin, rentan dan terpinggirkan masuk dalam sasaran program.
Upaya untuk dapat menjangkau
masyarakat di Indonesia tidaklah mudah. Jumlah penduduk sebesar 237,6 juta yang tersebar di 497 kabupaten, serta dengan suku, agama dan bahasa yang sangat beragam merupakan tantangan tersendiri.
Meskipun demikian, berdasarkan pengalaman dalam melaksanakan berbagai program gizi, Indonesia telah berhasil menciptakan cara yang efektif untuk meningkatkan cakupan serta
kualitas pelayanan gizi dengan mengaitkan secara lebih baik dengan berbagai sektor melalui pendekatan program gizi sensitif.
Buletin ini berisi beberapa program inovatif yang sedang dilakukan di Indonesia dimana berbagai intervensi gizi yang dilakukan memberikan peluang untuk menjangkau masyarakat luas.
KEMAJUAN GERAKAN 1000 HPK
global, sehingga saat ini sedang dilakukan proses penyelarasan indikator serta target yang ada dalam dokumen RANPG dengan dokumen 1000 HPK.
Program-program gizi berbasis masyarakat, program fortifikasi serta program gizi sensitif seperti program perlindungan sosial melengkapi kerangka kerja ini. Sebagaimana dijelaskan dalam buletin ini, dua program bantuan tunai bersyarat, PKH dan PNPM Generasi, saat ini sedang diujicobakan untuk meningkatkan dampaknya terhadap gizi. Sasaran dari program tersebut adalah RTSM dan memiliki potensi besar untuk mengurangi beban permasalahan kurang gizi pada ibu dan anak yang paling rentan. Selain itu, cakupan jaminan kesehatan semesta akan mulai diluncurkan pada bulan Januari 2014. KERANGKA KEBIJAKAN DAN PERATURAN PERUNDANGAN
Kerangka kebijakan Gerakan 1000 HPK merupakan inti dalam pelaksanaan Gerakan Nasional 1000HPK. Selain itu Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi serta Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi telah menetapkan kerangka kerja untuk penerapan dan
penyelarasan intervensi gizi spesifik dan sensitif dari berbagai lintas sektor. Semua kementerian terkait seperti misalnya Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama serta Kementerian Perdagangan dan Industri telah menyatakan komitmen mereka untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan ini. Indonesia telah melakukan berbagai
pembaharuan terkait kebijakan dan strategi gizi spesifik sejak tahun 2005. Persetujuan legislatif atas serangkaian kebijakan dan strategi terkait gizi memungkinkan keterlibatan berbagai sektor. Peraturan perundang-undangan nasional terkait gizi tercantum dalam UU Kesehatan dan UU Pangan (ketahanan pangan, mutu pangan, pemasangan label serta iklan makanan). Berbagai pasal dalam Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI telah diadopsi oleh Pemerintah Indonesia dan tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 33/2012. Peraturan perundangan untuk fortifikasi tepung terigu dan garam yodium telah diberlakukan secara wajib. Fortifikasi minyak goreng dengan vitamin A akan diwajibkan mulai tahun 2014 dan fortifikasi beras sedang dalam tahap persiapan. Selain itu Peraturan Pemerintah tentang ketahanan pangan dan gizi sebagai amanat dari pelaksanaan UU Pangan No 18/2012 akan dikeluarkan pada akhir tahun ini.
Saat ini sedang dikembangkan sebuah strategi advokasi dan komunikasi yang komprehensif untuk memastikan komitmen yang
berkelanjutan dari berbagai sektor terhadap percepatan perbaikan gizi nasional.
PEMBIAYAAN DAN MOBILISASI SUMBER DAYA Perkiraan anggaran untuk Gerakan 1000 HPK telah tercantum dalam perencanaan anggaran 5-tahunan dan tercakup dalam rencana aksi pangan dan gizi baik di tingkat pusat maupun di daerah.
Kementerian Kesehatan telah mengalokasikan dana untuk intervensi gizi spesifik, termasuk di dalamnya adalah anggaran sebesar USD 30 juta per tahun untuk program gizi. Selain itu, kementerian-kementerian lain juga sudah mengalokasikan dana untuk program-program gizi sensitif: Kementerian Dalam Negeri mengalokasikan dana untuk PNPM,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk Program Pendidikan Anak Usia Dini,
Kementerian Pertanian untuk program ketahanan pangan, Kementerian Pekerjaan Umum untuk penyediaan air minum dan sanitasi dasar, serta Kementerian Sosial untuk bantuan tunai bersyarat. Setiap propinsi dan
masing-masing kabupaten mengelola sumber daya mereka sendiri, yang merupakan dana tambahan atas kontribusi dari pusat.
SEKRETARIAT 1000 HPK
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS
Jl. Taman Suropati No. 2, Jakarta Pusat, Indonesia
Email: sekretariat1000hpk@bappenas.go.id
Menjangkau masyarakat
Hal. 1
Platform berbasis masyarakat untuk pendidikan dan promosi gizi
Hal.2
Program perlindungan sosial dengan penguatan komponen gizi
Hal.3
Kemajuan gerakan 1000 HPK
Hal.4
F ot o © UNICEF Indonesia/ 20 12/ G ale
PRINSIP-PRINSIP KUNCI
PELAKSANAAN 1000 HPK
YANG EFEKTIF DI INDONESIA
1. Kerangka kebijakan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi dalam rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) 2. Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 HPK 3. Rencana Aksi Nasional dan Daerah Pangan dan Gizi 4. Membangun kapasitas institusi/lembaga
5. Monitoring dan evaluasi, serta sistem informasi untuk meman-tau kemajuan program (Riskesdas, Susenas dan SDKI) 6. Pelaksanaan intervensi gizi melalui program yang ada di Kementerian Kesehatan, Kemen-terian Lembaga lainnya dan sektor non pemerintah
PERAN KEMENTERIAN LEMBAGA DALAM MENDUKUNG PROGRAM GIZI SENSITIF (TIDAK LANGSUNG) Kementerian PPN / BAPPENAS: rencana aksi pangan dan gizi nasional dan daerah Kementerian Sosial dan Kementerian Dalam Negeri: program pengentasan kemiskinan, PNPM Generasi dan PKH Kementerian Pertanian: produksi dan konsumsi keanekaragaman pangan, makanan bergizi, seimbang dan aman. Kementerian Kelautan dan Perikanan: peningkatan konsumsi ikan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional: keluarga berencana untuk menunda usia kehamilan pertama dan meningkatkan jarak kelahiran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: pendidikan bagi remaja perempuan serta pendidikan anak usia dini
Kementerian Pekerjaan Umum: air bersih dan sanitasi dasar
DATA KUNCI
DATA SOSIAL EKONOMI
Jumlah Penduduk (juta)
237.6
Kepadatan penduduk (km
2)
124
Pertumbuhan penduduk (%)
1,49
Penduduk perkotaan (%)
46,7
Jumlah provinsi
33
Jumlah kota/kabupaten
497
Jumlah desa
76.613
Pendapatan nasional kasar
per kapita (US$)
3.957
Penduduk di bawah
garis kemiskinan (%)
13,3
KEMATIAN
1(per 1,000 kelahiran)
Angka kematian bayi
32
Angka kematian balita
40
KEKURANGAN GIZI
2Stunting ‘pendek’(%)
35,6
Wasting ‘kurus’ (%)
13,3
Gizi kurang (%)
17,9
Gizi lebih (%)
14,2
Sumber 1. SDKI 2012 2. RISKESDAS 2010BULETIN 2
SEPTEMBER 2013
Ibu dan anak memerlukan akses layanan kesehatan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Bagi mereka yang tinggal jauh dari pusat kota dengan akses transportasi yang terbatas, layanan kesehatan yang dekat dengan tempat tinggal mereka menjadi hal yang sangat penting.
Di Indonesia, saat ini terdapat sekitar dua juta kader kesehatan yang melayani sedikitnya 260.000 posyandu. Kegiatan Posyandu merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat untuk memantau kesehatan dan perkembangan balita. Posyandu sudah ada sejak tahun 1980-an dan menyediakan layanan imunisasi, pemberian kapsul Vitamin A, pendidikan kesehatan dan gizi serta pemantauan pertumbuhan balita. Sejak tahun 1982, telah dimulai program pemberian kapsul vitamin A melalui posyandu. Pada setiap bulan Agustus dan Februari, kapsul vitamin A diberikan kepada balita berusia 6-59 bulan. "Bulan Vitamin A" ini sangat efektif dalam mempertahankan cakupan suplementasi Vitamin A di Indonesia.
Saat ini, posyandu juga menyediakan berbagai layanan gizi untuk meningkatkan cakupan intervensi gizi penting lainnya, termasuk yang terkini adalah pemberian obat cacing bagi balita berusia 12-59 bulan, distribusi tabur gizi bagi baduta 6-23 bulan, dan konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA). Selain itu, posyandu juga memberikan layanan
pengukuran panjang atau tinggi badan, dua kali setahun bersamaan dengan bulan Vitamin A. Pengukuran ini dilakukan untuk memperoleh data yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program dalam upaya penurunan stunting (pendek) di tingkat kabupaten secara rutin. Data pengukuran tersebut juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kecamatan dengan prevalensi stunting (pendek) yang tinggi. Hal tersebut dimaksudkan agar para pemangku kebijakan bisa mendapatkan informasi dan dapat membuat keputusan untuk meningkatkan alokasi dana secara tepat agar terjadi
peningkatan status gizi balita di daerahnya.
MENCIPTAKAN
LINGKUNGAN YANG
MENDUKUNG GERAKAN
1000 HPK
Sejak tahun 2012, Indonesia telah
berhasil menetapkan berbagai
kebijakan untuk pelaksanaan
Gerakan 1000 HPK di daerah:
•
Peraturan Presiden No.
42/2013 tentang Gerakan 1000
HPK di Indonesia
•
Peraturan Menteri (Menko
Kesra) untuk pelaksanaan
Perpres (segera)
•
Kerangka Kebijakan Gerakan
1000 HPK serta Pedoman
Perencanaan Program Gerakan
1000 HPK
•
Lokakarya Nasional Gerakan
1000 HPK serta Rapat
Advokasi di 33 propinsi
PNPM GENERASI SEHAT DAN CERDAS Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Generasi Sehat dan Cerdas (PNPM Generasi) adalah suatu program pemberdayaan masyarakat yang menyediakan dana hibah/block grant kepada masyarakat untuk peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan. Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk mengurangi Prevalensi Pendek (Stunting) pada Balita (Community-based Health and Nutrition to Reduce Stunting Project) didukung oleh Millenium Challenge Corporation (MCC) akan dilaksanakan di 64 Kabupaten di 11 propinsi dan bertujuan untuk meningkatkan dampak PNPM Generasi terhadap status gizi ibu dan anak.
Proyek ini akan memberikan hibah/block grant kepada masyarakat dan meningkatkan kapasitas para fasilitator PNPM Generasi dengan pengetahuan gizi sehingga mereka dapat membantu anggota masyarakat untuk mengidentifikasi merencanakan penggunaan dana hibah tersebut secara efektif dalam mengurangi permasalahan kurang gizi di wilayah mereka.
Dalam proyek ini, kegiatan yang akan dilaksana-kan antara lain adalah pelatihan konseling PMBA dan Gizi Ibu bagi petugas kesehatan dan kader; penyediaan tabur gizi untuk baduta, zat gizi mikro untuk ibu hamil, serta penyediaan alat ukur panjang badan untuk mengukur panjang/tinggi badan balita. Proyek ini akan dimulai pada bulan Januari 2014 dan diharap-kan dapat mengurangi prevalensi stunting (pendek) pada anak berusia kurang dari 2 tahun sebanyak 20% dalam lima tahun.
PLATFORM BERBASIS MASYARAKAT
UNTUK PENDIDIKAN DAN PROMOSI GIZI
PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL
DENGAN PENGUATAN KOMPONEN GIZI
PKH PRESTASI
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), yang memenuhi kriteria tertentu, dan sebagai syarat atau imbalannya, RTSM penerima program harus dapat meningkat-kan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan kesehatan. Rangka-ian persyaratan untuk menerima bantuan tunai tersebut antara lain adalah layanan terkait gizi, seperti pemberian kapsul Vitamin A dan pemantauan pertumbuhan. Pemerintah menyadari bahwa program ini memiliki potensi untuk dilakukan penguatan pada komponen gizi dari program tersebut, sehingga dapat berdampak terhadap penurunan stunting (pendek) pada balita. Sebagai suatu proyek percontohan yang inovatif, PKH Prestasi saat ini sedang diujicobakan di dua kabupaten (Brebes di Propinsi Jawa Tengah dan Sikka di NTT). Penguatan komponen gizi dalam program tersebut antara lain dalam layanan konseling PMBA dan Gizi; peningkatan pengetahuan serta ketrampilan para fasilitator PKH terkait kesehatan dan gizi; serta melalui penguatan koordinasi multi sektor untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi. Diharapkan rangkaian kegiatan tersebut dapat meningkatkan dampak PKH terhadap stunting (pendek) pada balita.
Salah satu hal penting dalam program PKH Prestasi adalah meningkatkan kapasitas para fasilitator PKH, para Ketua Kelompok Ibu PKH dan petugas kesehatan dalam menye-diakan pelayanan gizi yang berkualitas.
Materi gizi menjadi bagian dari modul baru dalam Sesi Family Development Session setiap bulan yang diadakan oleh fasilitator PKH. Dalam kegiatan FDS ini serangkaian diskusi mengenai isu kesehatan dan sosial dilakukan bersama para penerima bantuan PKH. Selain itu, berbagai pelatihan seperti paket pelatihan konseling PMBA dan Gizi Ibu saat ini mulai diberikan kepada petugas kesehatan dan kader.
Selain itu, PKH Prestasi juga bertujuan untuk meningkatkan program gizi efektif lainnya dengan sasaran ibu hamil, ibu menyusui dan baduta. Program ini mencakup pemberian zat gizi mikro bagi ibu hamil, tabur gizi untuk anak usia enam bulan sampai dua tahun dan pemberian zinc untuk penanganan diare. Strategi komunikasi yang komprehensif juga sedang dirancang untuk meningkatkan kesadaran seluruh para pemangku kepentin-gan, mulai dari keluarga penerima bantuan hingga para pembuat kebijakan, mengenai cara penanggulangan stunting (pendek) serta masalah kurang gizi lainnya. Semua kesempa-tan digunakan untuk memadukan informasi dan konseling gizi dengan layanan kesehatan yang sudah ada seperti misalnya layanan anternatal, kunjungan Posyandu serta Family Development Session.
Hasil dari ujicoba program PKH Prestasi saat ini sedang dievaluasi dan didokumentasikan dengan seksama sebagai masukan bagi pengambilan keputusan mengenai kemungki-nan percepatan peningkatan program tersebut ke wilayah lain.
CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA Kebanyakan intervensi gizi spesifik yang ditargetkan kepada kelompok ibu dan anak dilaksanakan melalui sektor kesehatan. Walaupun begitu, saat ini cakupan dari program tersebut masih belum optimal. Pada bulan Januari 2014, Pemerintah Indonesia akan meluncurkan jaminan kesehatan semesta atau Universal Health Care (UHC) dan direncanakan bahwa seluruh penduduk Indonesia akan tercakup dalam program tersebut pada tahun 2019. Dimasukkannya intervensi gizi dalam paket jaminan pelayanan kesehatan dalam program cakupan jaminan kesehatan semesta memiliki potensi sangat besar untuk menghilangkan permasalahan finansial serta meningkatkan akses ke berbagai layanan gizi esensial, terutama layanan yang diberikan kepada rumah tangga sangat miskin yang paling rentan terhadap permasalahan kurang gizi. Intervensi untuk pencegahan dan penanga-nan penyakit seperti diare, cacingan dan malaria juga penting karena penyakit-penyakit tersebut ini berdampak langsung terhadap status gizi.
Sejak tahun 2012, kader posyandu juga bertugas tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga memberikan konseling kepada para ibu mengenai gizi ibu pada saat kehamilan dan menyusui, mengenai ASI serta makanan pendamping ASI. Sebuah paket konseling yang berisikan materi terkait Gizi Ibu dan PMBA telah dikembangkan. Pelatihan berjenjang dengan menggunakan paket tersebut telah
diperkenalkan. Saat ini telah tersedia pelatih yang tersebar baik di tingkat pusat maupun di daerah. Mereka ini menjadi fasilitator pada pelatihan PMBA yang diberikan kepada pada bidan dan kader di desa.
PELATIHAN GIZI IBU DAN PMBA SECARA BERJENJANG
Kementerian Kesehatan mengoordinir pelatihan ini untuk memberikan bekal kepada para bidan desa dan kader dengan serangkaian pengetahuan keterampilan konseling mengenai gizi ibu dan PMBA. Diharapkan bahwa setelah pelatihan, kader dan bidan desa mampu memberikan konseling yang efektif kepada para ibu serta dapat memfasilitasi kelompok pendukung yang ada di masyarakat. Dalam pelatihan ini, peran ayah dalam mendukung gizi ibu dan anak menjadi salah satu bagian penting yang disampaikan. Selain itu, pelatihan ini juga memberikan penekanan mengenai pentingnya gizi yang esensial serta intervensi kesehatan lainnya termasuk pemberian tabur gizi, imunisasi dan keluarga berencana. Saat ini, ada sekitar 100 Master Trainers yang ada di tingkat pusat, provinsi dan daerah. Lebih dari 1,000 bidan desa serta lebih dari 2,700 kader yang telah mendapatkan pelatihan PMBA. Melalui Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk mengurangi Prevalensi Pendek (Stunting) pada Balita (Community-based Health and Nutrition to Reduce Stunting Project) pelatihan ini akan dilaksanakan di 64 kabupaten di 11 propinsi. Alat Supportive Supervision untuk mendukung keberlanjutan program telah dikembangkan, dan saat ini sedang diujicobakan di Kabupaten Klaten.
KADER KADER KADER KADER BIDAN DESA BIDAN DESA BIDAN DESA BIDAN DESA FASILITATOR (Staf Posyandu) MASTER TRAINERS (Nasional & Sub-Nasional) F ot o © UNICEF Indonesia/ 20 13 /Suk otjo © UNICEF Indonesia/ 20 12/Es te y
Beberapa program perlindungan sosial menawarkan potensi yang sangat besar untuk mengu-rangi beban anak pendek (stunting) di Indonesia. Hal itu dimungkinkan karena sasaran dari program-program tersebut adalah rumah tangga sangat miskin. Beberapa program perlindungan sosial tersebut sedang dalam proses untuk ditingkatkan jangkauannya dan akan mencakup hampir seluruh daerah di Indonesia, sehingga berpotensi untuk menjangkau jutaan ibu dan anak, terutama mereka yang masuk dalam kelompok rentan.
BAGAN PELATIHAN UNTUK PMBA DAN GIZI IBU