• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Pengertian

Menurut Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi (2010), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Mubarak (2011) mempunyai enam tingkat yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami (Comprehention)

Kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

(2)

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada suatu kondisi real (sebenarnya).

d. Analisa (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen, tapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntehesis)

Sintesis menunjukkan kepada kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam batas keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

a. Faktor Internal 1) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

(3)

hidup. Mubarak (2012), menjelaskan pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat dipahami suatu hal. Tidak dipungkiri semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya semakin banyak. 2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu serta dapat memberikan pengalaman maupun pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan pekerjaan dapat membentuk suatu pengetahuan karena adanya saling menukar informasi antara teman-teman di lingkungan kerja (Wawan dan Dewi 2010).

3) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Menurut Widiastuti (2009) yaitu penyampaian informasi yang baik yaitu pada masa kedewasaan karena masa kedewasaan merupakan masa dimana terjadi perkembangan intelegensia, kematangan mental, kepribadian, pola pikir dan perilaku sosial. Sehingga dari informasi yang didapat akan membentuk sebuah pengetahuan dan sikap dilihat dari respons setelah informasi diterima.

(4)

4) Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan (Riyanto, 2013). Menurut Wawan dan Dewi (2010) suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru dan semakin banyak mendapatkan informasi maka pengetahuan akan semakin luas.

b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.

4. Pengukuran pengetahuan

Menurut Arikunto dalam Wawan dan Dewi (2010), tingkat pengetahuan seseorang diinterpretasikan dalam skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

a. Baik (jawaban terhadap kuesioner 76 – 100% benar) b. Cukup (jawaban terhadap kuesioner 56 – 75% benar) c. Kurang (jawaban terhadap kuesioner < 56% benar)

(5)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

B. Sikap

1. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. (Wawan dan Dewi, 2010).

Menurut Fishbein dan Ajzen dalam Budiman dan Riyanto (2013) Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon objek, situasi, konsep atau orang secara positif atau negatif.

2. Komponen Sikap

Menurut Azwar (2013) Struktur sikap terdiri dari 3 komponen: a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif menggambarkan apa yang dipercayai oleh seseorang pemilik sikap. Kepercayaan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai objek yang akan diharapkan.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional terhadap suatu objek. Komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu objek.

(6)

c. Komponen Konatif

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan seseorang dalam berperilaku berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya dengan cara-cara tertentu.

3. Tahapan Sikap

Menurut Budiman dan Riyanto (2013), seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

(7)

4. Faktor - faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar dalam Budiman dan Riyanto (2013) adalah:

a . Pengalaman pribadi

Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.

b . Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. c . Orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain.

(8)

d . Media massa

Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

e. Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. f. Faktor emosi dalam diri individu

Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

5. Proses perubahan sikap

Proses dari perubahan sikap adalah menyerupai proses belajar. Proses perubahan sikap menurut Notoatmodjo (2010) sangat tergantung dari proses, yakni :

a. Stimulus yang diberikan pada organisme dapat diterima atau dapat ditolak maka proses selanjutnya tidak berjalan. Ini berarti bahwa stimulasi tidak efektif dan mempengaruhi organisme, sehingga tidak

(9)

ada perhatian (attention) dari organisme. Jika stimulus diterima oleh organisme berarti adanya komunikasi dan adanya perhatian dari organisme. Dalam hal ini stimulus adalah efektif.

b. Langkah berikutnya adalah jika stimulus mendapat perhatian dari organisme, tergantung dari organisme mampu tidaknya mengerti dengan baik. Kemampuan dari organisme inilah yang dapat selanjutnya melangsungkan proses berikutnya (comprehension).

c. Pada langkah berikutnya adalah bahwa organisme dapat menerima secara baik apa yang telah difahami sehingga dapat terjadi kesediaan untuk suatu perubahan sikap (acceptance).

6. Pengukuran sikap

Menurut Wawan dan Dewi (2010), ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah menerima (memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi dan menghayati. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya menggunakan skala sikap. Hasil pengukuran berupa kategori sikap, yakni : a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

Untuk mengetahui sikap responden relatif lebih negatif atau positif dapat dilihat nilai T nya, nilai T adalah nilai standar skala likert.

(10)

Sikap responden relatif lebih positif bila nilai T > mean T sedangkan pada sikap relative negatif bila T ≤ mean T (Azwar, 2009). Adapun T dihitung menggunakan rumus :

T = 50 + 10 Keterangan:

x = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T = Mean skor kelompok

s = Deviasi standar skor kelompok

Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi dalam dua kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala likert. Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan-pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan setuju, sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju (Wawan dan Dewi, 2010).

C. Kehamilan

Kehamilan merupakan peristiwa yang alamiah, mulai dari terjadinya pembuahan (konsepsi) hingga proses pertumbuhan janin di dalam rahim. Proses kehamilan yang normal terjadi selama 40 minggu dari menstruasi terakhir hingga kelahiran. Fase kehamilan dibagi ke dalam tiga fase atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan trimester. Trimester pertama adalah periode minggu pertama sampai minggu ke-12 kehamilan, trimester kedua adalah periode minggu ke-12+1 sampai minggu ke-28, dan trimester ketiga mulai minggu ke-28+1 sampai minggu ke-40 kehamilan (Herdini, 2012).

(11)

Dari peristiwa kehamilan dikenal dengan istilah primigravida dan multigravida. Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kali sedangkan multigravida adalah ibu hamil yang sebelumnya sudah pernah hamil lebih dari satu kali. Dalam proses kehamilan terjadi perubahan anatomi fisiologi, selain perubahan tersebut ibu hamil mengalami ketidaknyamanan dalam kehamilan seperti kelelahan, keputihan, ngidam, sering buang air kencing dan emesis gravidarum (Kusmiyati, 2009).

D. Emesis Gravidarum

1. Pengertian

Emesis gravidarum atau dikenal dengan istilah morning sickness adalah gejala mual biasanya disertai muntah yang umumnya terjadi pada awal kehamilan. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan dikeluarkannya human chorionic gonadothropine plasenta. Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum. Meskipun penyebab emesis gravidarum ini tidak jelas, pengamatan pada keadaan hamil anggur di mana tidak terdapat janin, mual – muntah tetap dapat dialami. Hal ini mengindikasikan bahwa penyebab mual – muntah bukan berasal dari janin melainkan dari plasenta. Biasanya mual – muntah pertama kali dirasakan 4 minggu setelah menstruasi terakhir dan mencapai puncaknya pada kehamilan 9 minggu (Herdini, 2012).

(12)

2. Penyebab

Emesis gravidarum berhubungan dengan kadar HCG (human chorionic gonadotropin). Secara teori, HCG menstimulasi produksi estrogen dari ovarium, estrogen diketahui dapat meningkatkan mual d a n muntah. Oleh karena itu, wanita pada kehamilan kembar dan wanita dengan hamil anggur yang memiliki kadar HCG lebih tinggi mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami emesis gravidarum. Teori lain juga mengemukakan mengenai defisiensi vitamin B karena pemberian vitamin B dapat mengurangi insiden mual muntah (Herdini, 2012). Selain itu emesis gravidarum dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor psikologis (seperti takut terhadap kehamilan atau persalinan), faktor paritas, gastrointestinal (seperti ulkus peptikus) dan faktor organik (seperti perubahan metabolik akibat kehamilan) (Indriyani, 2013).

3. Gejala Klinis

Gejala klinis emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi hari, disertai mual muntah sampai kehamilan berumur 4 bulan. Keadaan ini merupakan suatu yang normal, tetapi dapat menjadi tidak normal apabila mual muntah ini terjadi terus menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, cairan dan elektrolit tubuh (Manuaba, 2010). Akibat yang dapat timbul adalah berat badan menurun dan terjadi dehidrasi (kekurangan cairan), yang dapat menyebabkan perubahan kadar elektrolit dalam darah sehingga darah menjadi asam

(13)

dan kental. Jika muntah terus terjadi, maka akan terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah. Emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan (Aritonang, 2010).

4. Sikap Dalam Upaya Penanganan Emesis Gravidarum

Ketika seorang wanita hamil mengalami emesis gravidarum, maka penanganan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang hamil muda yang dapat disertai emesis gravidarum. Emesis gravidarum akan berangsur-angsur berkurang sampai umur kehamilan 4 bulan (Manuaba, 2010).

b. Menasehati ibu agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur, sehingga tercapai adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat (Manuaba, 2010).

c. Nasehat diet, mengajurkan makan dalam porsi kecil tetapi lebih sering dan berhenti sebelum kenyang. Makanan yang merangsang timbulnya mual muntah dihindari. Misalnya makanan yang bersantan dan berlemak (Hutahaean, 2013).

d. Memodifikasi kebiasaan makanan ibu. Ibu akan menemukan bahwa makan dalam porsi kecil beberapa kali (lima atau enam kali) sehari membantu menghindari kosongnya lambung dan membantu mempertahankan kadar gula darah yang stabil. Memasukkan beberapa protein dalam makanannya. Menganjurkan memakan

(14)

craker, roti kering, atau roti bakar, kapan saja ketika ibu merasa lapar. Untuk mencegah mual dan muntah pagi hari, dianjurkan menyimpan makan kecil seperti craker di sebelah tempat tidur ibu dan dimakan beberapa potong tepat sebelum ibu bangun (Aritonang, 2010) e. Pola makan calon ibu sebelum maupun pada minggu-minggu awal

kehamilan, serta gaya hidup yang tidak sehat berpengaruh terhadap terjadinya emesis gravidarum. Studi membuktikan bahwa calon ibu yang makan- makanan berprotein tinggi namun berkarbohidrat dan bervitamin B6 rendah lebih berpeluang menderita mual hebat. Keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu. Kurang tidur, kurang makan, kurang istirahat, dan stress dapat memperburuk rasa mual (Tarigan, 2010).

f. Meningkatkan asupan makanan yang kaya vitamin B6 (piridoksin), seperti biji-bijian utuh dan cereal, biji gandum, kacang dan jagung. Suplemen vitamin B6, seperti yang diberikan oleh tenaga medis yang merawat ibu dapat secara efektif mengurangi mual (Manuaba, 2010).

g. Obat-obatan, pengobatan ringan tanpa masuk rumah sakit pada emesis gravidarum menurut Manuaba (2010):

1) Vitamin yang diperlukan : (a) Vitamin B kompleks

(15)

2) Pengobatan

(a) Sedativa ringan : luminal 3 x 30 mg (barbiturat), valium (b) Anti mual-muntah : stimetil, primperan, emetrol, dan lainnya 3) Nasehat pengobatan

(a) Banyak minum air atau minuman lain

(b) Hindari minuman atau makanan yang asam untuk mengurangi iritasi lambung

4) Nasehat kontrol antenatal

(a) Pemeriksaan hamil lebih sering

(b) Segera datang bila terjadi keadaan abnormal

h. Menganjurkan ibu untuk memakan atau memasukkan jahe dalam masakan untuk mencegah mual (Aritonang, 2010).

i. Mempertahankan rasa humor ibu. Untuk beberapa wanita, muntah menjadi bagian dari rutinitas pagi mereka seperti halnya menyikat gigi atau menyisir rambut. Sikap mereka sangat berpengaruh pada kemampuan mereka untuk menghadapi kondisi tersebut (Aritonang, 2010).

E. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dalam Mengatasi Emesis Gravidarum

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Dengan pengetahuan yang dimiliki akan membawa individu untuk berpikir. Dalam proses berpikir komponen keyakinan dan emosi ikut bekerja sehingga individu mempunyai sikap

(16)

terhadap suatu objek. Sikap merupakan suatu kumpulan gejala dalam merespon stimulus (pengetahuan). Apabila stimulus (pengetahuan) diterima berarti ada perhatian (attention) dari individu terhadap stimulus tersebut. Selanjutnya individu akan mengerti akan stimulus (comprehension) dan dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu melibatkan pikiran, perasaan, dan perhatian sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak dan bersikap demi stimulus yang diterimanya (acceptance). Pengetahuan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, pekerjaan, informasi, umur, lingkungan dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang dalam menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab terhadap suatu objek tertentu (Wawan dan Dewi, 2010).

Ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang kurang baik mengenai emesis gravidarum cenderung akan mempunyai sikap yang kurang baik dalam penanganan emesis gravidarum. Ada hubungan yang konsisten antara sikap dan pengetahuan. Bila seseorang mempunyai sikap yang positif terhadap suatu objek, hal ini berarti pengetahuan tentang objek yang bersangkutan juga baik, demikian sebaliknya (Wawan dan Dewi, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Cintika Yorinda Sebtalesy ( 2012) yang berjudul “ Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Suami dalam Upaya Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I, didapatkan bahwa mayoritas responden dari segi pengetahuan dan sikap

(17)

tentang mual-muntah adalah kurang sebanyak 13 orang memiliki pengetahuan yang kurang dan sikap negatif terhadap penanganan emesis Gravidarum, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang konsisten antara sikap dan pengetahuan.

(18)

F. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori pada uraian sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka konsep Keterangan : : Variabel Luar : Variabel Bebas : Variabel Terikat Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1.Pendidikan 2.Pekerjaan 3.Umur 4.Lingkungan 5.Sosial budaya 6. Informasi Pengetahuan Stimulus Attention Comprehension Acceptance Sikap dlm upaya penanganan emesis gravidarum Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap : 1.Pengalaman pribadi 2.Kebudayaan 3.orang lain yang dianggap penting 4.media massa 5.Institusi 6.Faktor emosi

(19)

G. Hipotesis

Ada hubungan antara t in g k a t pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester I dalam mengatasi emesis gravidarum.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka konsep   Keterangan :       : Variabel Luar       : Variabel Bebas                 :  Variabel Terikat Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :  1.Pendidikan 2.Pekerjaan 3.Umur 4.Lingkungan 5.Sosial budaya 6

Referensi

Dokumen terkait

Mengenai penyebaran materi pornografi melalui media elektronik lain yang lebih canggih dan dapat diakses siapa saja adalah melalui internet yang menyediakan

Sosial ekonomi adalah suatu kondisi yang melatar belakangi anak turun bekerja didalam sektor informal untuk membantu ekonomi keluarga.Sosial mengandung arti segala sesuatu yang

Yang bisa kami lakukan untuk mewujudkan mimpi tersebut adalah dengan tetap menjalin hubungan baik dengan pelanggan dan calon pelanggan, komitmen terhadap apa yang telah

[r]

akuisisi pada perusahaan go-publ ic yang mel ibatkan in- vestor dan emiten (perusahaan yang go-publ ic) dalam pro- ses emisi saham. D€ngan sendi ri nya titik

Ikan nila strain GIFT dengan 3 tingkatan umur yang berbeda yaitu ukuran benih (kurang dari 3 bulan), ukuran konsumsi (antara 3-6 bulan) dan ukuran induk (lebih dari

(1) Praktik Klinik adalah penerapan mata kuliah yang diselenggarkan Poltekkes Kemenkes Surakarta untuk mahasiswa program Diploma Tiga, program Sarjana Terapan dan

Untuk dapat mengakses halaman utama user harus melakukan Sign In melalui form Sign In yang telah disediakan. Dengan user memasukkan email dan password yang digunakan