• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kharakteristik Auditor Terhadap Kualitas Audit: Bukti pada BPKP di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Kharakteristik Auditor Terhadap Kualitas Audit: Bukti pada BPKP di Indonesia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengaruh Kharakteristik Auditor Terhadap Kualitas Audit: Bukti pada

BPKP di Indonesia

Abstract: The issue of audit quality is increasingly interesting and important to study because

there are contradictory things between actions in the field and things that should be done by

the auditor so that stakeholder trust in the audit report decreases and is questioned. This

study aims to find empirical evidence related to the effect of auditor characteristics

consisting of ethics, commitment, independence, experience, competence and professional

skepticism of auditors on audit quality. The population of this study are auditors who work at

BPKP Riau Province, Riau Islands and West Sumatra. The sample of this study used a

saturated sample approach so that all of the population were sampled as many as 225

auditors. Hypothesis testing was carried out with the help of the Warp Pls 7.0 statistical test

tool. The results of this study found that Ethics, Commitment, Independence and Auditor

Competence have an effect on Audit Quality. Meanwhile, the experience and professional

skepticism of the auditor has no effect on the quality of the audit. This research contributes to

the development of science, especially Accounting by developing research on the topic of

audit quality. In addition, for the government and BPKP institutions, this research shows the

importance of auditor quality characteristics consisting of Ethics, Commitment,

Independence, Competence, Professional Skepticism and Auditor Experience in determining

Audit Quality so that it must be improved by the BPKP Institution.

(2)

2

Abstrak: Isu mengenai kualitas audit semakin menarik dan penting untuk diteliti karena

adanya hal kontadiktif antara tindakan dilapangan dengan hal yang seharusnya dilakukan

oleh auditor sehingga membuat kepercayaan stakeholder terhadap laporan hasil

pemeriksaan menurun dan dipertanyakan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti

empiris terkait pengaruh kharakteristik auditor yang terdiri dari etika, komitmen,

independensi, pengalaman, kompetensi dan skeptisme professional auditor terhadap kualitas

audit.

Populasi dari penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada BPKP Provinsi Riau,

Kepulauan Riau dan Sumatera Barat. Sampel penelitian ini menggunakan pendeketan

sampel jenuh sehingga semua populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 225 auditor.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan alat uji statistik Warp Pls 7.0.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa Etika, Komitmen, Independensi dan Kompetensi

Auditor bepengaruh terhadap Kualitas Audit . Sedangkan Pengalaman dan Skeptisme

Profesional Auditor tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Penelitian ini berkontribusi

pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Akuntansi dengan mengembangkan

peneletian dengan topik kualitas audit. Selain itu, bagi pemerintah dan insititusi BPKP

penelitian ini menunjukkan pentingnya karakterisitik kualitas auditor yang terdiri dari Etika,

Komitemen, Independensi, Kompetensi, Skeptisme Profesional dan Pengalaman Auditor

dalam menentukan Kualitas Audit sehingga harus ditinggkatkan oleh Institusi BPKP.

Kata Kunci: Kualitas Audit, Etika, Independensi, Komitmen, Kompetensi, pengalaman

1. Pendahuluan

Isu tentang kualitas audit belakangan ini menjadi topik yang begitu menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan kualitas audit yang baik mampu menghasilkan kinerja organisasi yang efektif dan efisien. Kualitas audit mengacu pada kemampuan auditor menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien mereka (Angelo, 1981). Sementara Syamsuddin (2017) mendefinisikannya sebagai alat manajemen untuk mengevaluasi aktivitas yang terkait dengan kualitas yang dilakukan secara independen dan sistematis untuk menguji apakah aktivitas sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dan efektif mencapai hasil yang direncanakan organisasi. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas audit sangat berperan penting dalam mengungkapkan kecurangan dan menjamin keandalan laporan hasil pemeriksaan agar tujuan organisasi/institusi dapat tercapai dan organisasi berjalan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, organisasi pemerintah yang

(3)

3 bertanggung jawab prihal pemerikasaan dan pengawasan intern pemerintah BPKP harus memperhatikan kualitas audit tersebut.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Pasal 2 dan 3, sebagai pihak yang melaksanakan tugas pemeriksaan dan pengawasan maka auditor BPKP merupakan elemen penting dalam pengungkapan penyimpangan dan memastikan jalannya instansi pemerintahan berjalan efektif dan efisien yaitu dengan tetap mempertahankan Kualitas Audit yang baik. Selain itu ada tanggung jawab moral yang harus mereka jaga untuk kepentingan publik. Namun, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada para auditor tersebut kini mulai dipertanyakan karena banyaknya kasus yang terjadi yang merupakan ranah tugas dan wewenang BPKP bahkan pada beberapa kasus ada yang menyeret oknum auditor BPKP dan hal ini berakibat pada kerugian negara yang sangat besar.

Beberapa fenomena yang terjadi dan menyangkut BPKP seperti adanya auditor BPKP yang ikut tersandung dalam kasus lelang KTP elektronik yang merugikan negara RP 2,3 Triliun (nasional.tempo.co, 2018). Di provinsi sumbar saja pada tahun 2004 sebagaima yang dirangkum oleh BPKP Sumbar, Negara telah dirugikan Rp28 M akibat kasus (bpkp.go.id, 2004). Di Provinsi Riau, kasus-kasus kecurangan yang bersentuhan langsung dengan BPKP tak dapat dikatakan sedikit lagi, kasus yang melibatkan gubernur, bupati sampai dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) tingkat rendah, seperti kasus pengadaan genset di kabupaten bengkalis tahun 2006 yang merugikan negara 70 miliar rupiah (news.detik.com, 2006). Kemudian yang lebih baru tahun 2016, pada Diskominfo Riau ada temuan BPK yang mengakibat kerugian negara sebesar 3,1 miliar rupiah (pekanbaru.bpk.go.id) dan pada tahun 2019 terdapat 28 orang pegawai di Pemerintahan Provinsi serta Kabupaten/Kota terlibat korupsi yang merugikan kuangan negara 14 miliar rupiah (merdeka.com, 2019).

Dari kasus diatas jelaslah bahwasanya kecurangan dalam berbagai bentuk terutama korupsi yang dan BPKP masih sangat sering terjadi dan memiliki sejarah panjang di Indonesia. Selain itu, kerugian yang diderita oleh negara akibat kasus-kasus tersebut sangat besar. Hal inilah yang menjadi alasan dilakukan penelitian pada institusi pemerintah yang berkaitan langsung dengan hal tersebut yaitu BPKP. Kemudian, karena banyaknya kasus yang terjadi dan besarnya jumlah kerugian yang diakibatkan di Provinsi Riau dan Sumatera Barat maka penelitian ini akan dilakukan dengan mengambil sampel pada BPKP Provinsi Riau dan Sumatera Barat. Terakhir, penulis juga menambahkan pengambilan sampel terhadap BPKP Provinsi Kepulauan Riau agar hasil penelitian ini memiliki tingkat representatif yang tinggi karena memiliki sampel lintas Provinsi.

Kualitas audit sangat dipengaruhi oleh kharakteristik yang dimiliki oleh auditor yang mengacu pada pada kualitas yang dimiliki oleh seorang auditor. Secara sederhana jika seseorang auditor yang melakukan pemeriksaan memiliki kualitas tinggi maka tingkat ketepatan dan keandalan laporan keuangan akan meningkat (Hao et al., 2018 ). Kharateristik auditor dapat diukur melalui Etika,

(4)

4 Komitmen, Independensi, Pengalaman, Kompetensi dan Skeptisme Profesional Auditor (Kusumawati dan Syamsuddin, 2018; Setiapraptadi dan Laksito, 2019). Etika adalah prinsip moral untuk dapat membedakan seasuatu yang benar dan yang salah . Sebagai seorang auditor yang mengemban amanah yang sangat penting dalam memberikan opini terkait derajat keandalan laporan keuangan, etika merupakan faktor mutlak yang harus dimiliki (Salin et al., 2020; Scoleze et al., 2020). Selanjutnya, komitmen memegang peranan penting dalam menentukan Kualitas Audit. Chang dan Standbie (2018) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa Komitmen bermula dari teori kognitif dimana seseorang berusaha menahan dorongan negatif yang terjadi ketika seseorang menahan pikiran-pikiran yang membuat dirinya bekerja tidak konsisten. Komitmen menyangkut tentang keseluruhan yang terkait dengan lingkungan organisasi tempat seseorang bekerja termasuk pada peraturan dan budaya oraganisasi serta memiliki efek kontstuktif dalam suatu organisasi (Olfat et al, 2020).

Kemudian, dalam menjalankan tugasnya seorang auditor harus menjaga keindependensianya. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun agar hasil pemeriksaan menggambarkan keadaan sebenarnya di lapangan (Onulaka et al., 2019). Di samping itu, semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor sejalan dengan pengetahuan lebih baik terkait prosedur audit dan skill yang mumpuni tentang proses audit (Chen et al, 2017 ; Ocak dan Can 2019) . Jika dihadapkan pada tugas audit yang kompleks, mereka akan mudah menyelesaikannya, mereka memiliki kemampuan untuk mendeteksi kesalahan dan kemungkinan mereka untuk melakukan kesalahan kecil sekali (Kusumawati dan Syamsuddin, 2018).

Lebih jauh, Seorang auditor yang memiliki kompentensi akan mengetahui seluk-beluk dari laporan keuangan yang diperiksannya. Dengan adanya kompetensi tersebut maka auditor akan mampu meminimalisir kesalahan yang dilakukannya. Kemungkinan untuk menemukan kecurangan akan meningkat dan keandalan hasil pemerikasaan akan tercapai (Kusumawati dan Syamsuddin, 2018). Di samping itu, kualitas audit juga sangat ditentukan oleh skeptisme profesional auditor. Skeptisme professional auditor menurut Fehrenbacher et al (2020) adalah sikap yang senantiasa mempertanyakan dan berpikir kritis terhadap bukti audit yang sedang diperiksanya. Sejalan dengan uraian tersebut, skeptisme profesional yang tinggi linear dengan kualitas audit (Nolder dan Kadous, 2018).

Penelitian tentang kualitas audit pernah diteliti oleh Ocak dan Gokberk (2019), Suharti dan Apriyanti (2019), Wicaksono (2015), Syamsuddin (2017), Kusumawati dan Syamsuddin (2018), Mardijuwono et al. (2018), Guizani and Abdakarim (2021), dan Suttipun (2021) namun memiliki hasil yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perbedaan hasil penelitian dan pentingnya kualitas audit tersebut menjadi motivasi peneliti untuk kembali meneliti tentang variabel yang mempengaruhi kualitas audit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris hubungan antara kharakteristik auditor dengan kualitas audit. Keunikan penelitian ini adalah sampel yang digunakan

(5)

5 lintas Provinsi yaitu pada BPKP Provinsi Riau, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat sehingga akan lebih representatif dan tingkat generalisinya juga akan lebih tinggi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan variabel kharakteristik uditor dengan analisis yang sangat komprehensif.

2. Kerangka Teori dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Pengaruh Etika auditor terhadap Kualitas Audit

Etika auditor merupakan hal mutlak yang harus dimilki seorang auditor. Etika merujuk pada sistem atau kode perilaku yang didasarkan pada kewajiban moral dan kewajiban yang menuntun dalam bertindak. Salin et al (2020) secara sederhana mendefinisikan etika sebagai prinsip moral untuk dapat membedakan seasuatu yang benar dan yang salah. Dalam menjalankan tugasnya, auditor harus memiliki satu pegangan moral yang menjadikan hasil pekerjaannya dapat dipercaya (reliable) . Dengan prinsip atau nilai yang di berlaku dan dianut oleh sekolompok masyarakat/profesi akan mampu mengontrol tindakan yang dilakukan oleh individunya atau dengan kata lain etika memiliki peran sebagai pedoman dalam bertindak. Lebih jauh lagi syarat terjadinya perilaku etis akan tecipta dengan adanya bentuk konkrit berupa peraturan-peraturan yang disebut kode etik. Ketika perusahaan gagal dalam mengontrol tindakan penyimpangan, maka Etika yang tertanam dalam diri individu akan mampu menjadi kontrol untuk dirinya sendiri (Scoleze et al., 2020; Tseng, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Syamsuddin (2017) tidak ada pengaruh tidak langsung dari etika terhadap kualitas audit, melalui perantara Whistleblower. Sedangakan Suharti , et al (2019) menemukan dalam hubungan antara kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit dan hubungan antara independensi dan etika auditor juga tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Sebaliknya, Maulana (2015) menemukan etika auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit. hal yang sama ditemukan Wicaksono (2015) yang mengatakan bahwasanya variabel Kompetensi dan Independensi yang dimoderasi oleh Etika auditor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit. Berdasarkan urain tersebut maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H1: Etika auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit

2.2 Pengaruh Komitmen Auditor terhadap Kualitas Audit

Komitmen seorang auditor sangat dibutuhkan dalam orrganisasi. Vanhala et al (2016) mendefinisikan komitmen sebagai sikap yang ditandai penerimaan terhadap tujuan dan nilai organisasi, totalitas untuk mencapai tujuan atas nama organisasi dan keinginan yang kuat untuk tetap bertahan bersama organisasinya. Disi lain. Komitmen dapat dilihat sebagai tekad untuk mencoba mencapai tujuan atau untuk terus berusaha untuk tujuan terlepas dari apakah tujuan ditugaskan, antisipatif, atau ditetapkan oleh karyawan. Seorang auditor yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya akan bekerja secara optimal dan lebih bertanggung jawab

(6)

6 Beberpa penelitian menemukan bahwasanya komitmen organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Puspitasari, 2015; Fatah et al., 2017; Hehanussa, 2018). Namun, penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati dan Syamsuddin (2018) menemukan hal sebaliknya. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah:

H2: Komitmen auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit

2.3 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit

Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor dutuntut untuk bersikap Independen. Jika sikap independen seorang auditor tidak mengiringi keahliannya, maka tingkat kredibelnya sebagai auditor yang akan menangani bisnis kliennya akan turun atau diragukan. Arens dalam bukunya yang berjudul Auditing and service assurance (2015) menjelaskan bahwa Independensi adalah cara pandang yang tidak memihak dalam pelakasanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa tuntutan auditor agar kinerjanya optimal dan mampu mengahasilkan kualitas audit yang baik maka harus menjaga independensinya.

Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit (Wicaksono, 2015; Mardijuwono, et al., 2018). Namun sebaliknya ditemukan hasil berbeda dalam penelitian Suharti et al. (2017) yang menujukakan bahwasanya Independensi tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Dari uraian ditas maka peneliti memunculkan hipotesis:

H3: Independensi bepengaruh terhadap Kualitas Audit

2.4 Pengaruh Pengalaman auditor terhadap Kualitas Audit

Pada standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik telah dijelaskan bahwa dalam menjalankan profesinya disyaratkan memiliki pengalaman yang cukup, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis. . Menurut Ocak dan Can (2019) Pengalaman auditor adalah hal yang dimiliki oleh individu yang diperoleh melalui proses mengerjakan tugas baik secara individu maupun tim. Pengalaman auditor ditentukan oleh banyak dan lamanya bertugas sebagai seorang auditor. Semakin lama seorang auditor bertugas dan semakin banyak tugas yang telah diselesaikan maka Pengalamannya akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya pengalaman auditor maka tingkat kesalahan dalam bertugas akan semakin kecil dan kemampuannya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi akan semakin terasah.

Jika melihat hasil penelitian oleh Suharti et al (2019), Pengalaman audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini sejalan dengan penelitian Ocak dan Can (2019) yang menemukan bahwa Pengalaman auditor pemerintah tidak meningkatkan Kualitas Audit. Namun

(7)

7 sebaliknya Sonu et al (2016) menemukan pengaruh positif antara Pengalaman kerja dan Kualitas Audit. Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis yang di ajukan pada penelitian ini adalah:

H4: Pengalaman auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit

2.5 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit

Kompetensi auditor saangat dibutuhkan dalam proses pemeriksaan. Seorarng auditor yang meiliki kemampuan, pengetahuan, dan keahlian yang mendalam mengenai akuntansi dan auditing akan mampu dengan cepat menemukan kecurangan pada laporan keungan yang sedang diperiksa. Kabuye , et al., (2017) menyebutkan bahwasanya auditor yang berkompeten bearti memiliki intelegensi, pendidikan dan pelatihan untuk menambah nilai saat melakukan pengauditan. Sejalan dengan hal tersebut wicaksono (2015) mendefenisikan kualitas audit sebagai tingkat probability seorang auditor untuk menemukan pelamggaran terkait sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan hasil pemeriksaan. Dari definisi tersebut, kita dapat memahami adanya keterkaitan yang kuat antara Kompetensi auditor dengan keterungkapan kecurangan yang terdapat pada laporan klien. dimana Kompetensi ini dapat diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan, maupun mengamati, membaca, dan memahami literature terkait akuntnasi dan auditing. Jadi semakin tinggi kemampuan dan pengetahuan seorang auditor maka hasilnya duit yang dilakukan akan berkualitas.

Suharti dan Apriyanti (2017) menemukan bahwasanya Kompetensi audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini kembali dikonfirmasi oleh penelitian Wicaksono (2015) yang menemukan bahwa Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit Bawasda. Berdasarkan uraian diatas maka hipotetsis yang diajukan adalah:

H5: Kompetensi auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit

2.6 Pengaruh Skeptisme Professional Auditor Terhadap Kualitas Auditor

Skeptisme professional adalah faktor penting yang harus dipertahankan oleh auditor dalam proses audit. Standar Profesional Akuntan Publik mendefinisikannya sebagai sikap auditor dengan pikiran tidak langsung percaya dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (Sanjaya, 2017). Seorang auditor tidak dibenarkan mengangap manajemen itu berbuat curang akan tetapi informasi yang diberikan manajemen bukan bearti tidak di uji lagi. Jadi skeptisme professional harus tetap dijaga dan menjadi perhatian untuk memcapai hasil audit yang berkualitas.

Beberapa penelitian terdahulu menemukan skeptisme profesional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas auditor (Mardjiwuno, 2018; Kusumawati dan Syamsuddin, 2018). Namun sebaliknya Kusnandi dan Djaddang (2019) menemukan bahwa skeptisme profesional auditor tidak

(8)

8 signifikan memoderasi hubungan antara Etika profesi dan Kualitas Audit. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang di ajukan adalah

H6: Skeptisme professional auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit

3. Metode Penelitian

3.1 Data dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan terhadap auditor BPKP Perwakilan Provinsi Riau, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel jenuh. Menurut Sugiyono (2010:122) “Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Sehingga penelitian ini menggunakan sampel semua auditor yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi Riau, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan menggunakan kuesioner. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksplanatori, dimana pada studi ini dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang dibangun sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan apakah teori ditolak atau justru diperkuat dengan hasil penelitian ini.

Tabel 3.1 Sampel

No Keterangan Jumlah Persentase

1. Kuesioner yang disebarkan 225 100

2. Kuesioner yang direspon 65 28,8

3. Kuesioner yang tidak dapat diolah 1 1,5

4. Kuesioner yang dapat diolah 64 98,5

Data dikumpulkan dari BPKP yang berada pada tiga Provinsi yaitu Riau, Sumatera Barat dan Kepualauan Riau dengan teknik survey. Dari 225 kuesioner yang disebarkan ada 65 kuesioner yang direspon oleh responden. Setelah kembali diperiksa, terdapat 64 kuesioner yang dapat diolah dengan tingkat persentase 98,5 persen dari total kuesioner yang direspon.

3.2 Definisi dan Pengukuran Variabel

Kualitas audit adalah kemampuan auditor menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien mereka serta mengevaluasi terkait kualitas yang dilakukan secara indepnden dan profesional (Angelo, 1981; Syamsuddin, 2017; Kusumawati dan Syamsuddin, 2018). Etika adalah prinsip moral untuk dapat membedakan seasuatu yang benar dan yang salah (Salin et al., 2020). Komitmen adalah rasa memiliki dari seorang auditor terhadap keseluruhan organisasi maupun terhadap profesinya sendiri yang membuat auditor bekerja secara konsisten (Chang dan Standbie, 2018). Independensi adalah ketika auditor melaksanakan tugasnya dengan memegang prinsip

(9)

9 integritas, objektif, professional skeptisme serta tidak dipengaruhi oleh pihak manapun (Onulaka et al., 2019). Pengalaman auditor adalah hal yang dimiliki oleh individu yang diperoleh melalui proses mengerjakan tugas baik secara individu maupun tim (Ocak dan Can, 2019). Terakhir, Skeptisme professional adalah sikap yang senantiasa mempertanyakan dan berpikir kritis terhadap bukti audit yang sedang diperiksanya (Fehrenbacher et al., 2020).

Semua pengukuran pada penelitian ini mengikuti penelitian terdahulu. Penelitian ini menggunakan skala likert 5 poin dengan rentang dari 1 = “sangat tidak setuju” sampai 5= “sangat tidak setuju”. Semua variabel diukur menurut indikator pada kuesioner yang dikembangkan oleh Syamsuddin (2017). Kualitas audit diukur dengan sembilan indikator, Etika 9 indikator, komitmen 10 indikator, independensi 13 indikator, pengalaman 5 indikator, kompetensi 5 indikator dan skeptisme 4 indikator.

3.3 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis data Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) dengan mengunakan software Warp-PLS versi 7.0. PLS adalah model persamaan SEM yang berbasis komponen atau varian. Latan dan Ghozali (2014:7) menjelaskan bahwa PLS merupakan metode analisis yang powerfull, karena tidak didasarkan banyak asumsi, data tidak harus berdistribusi normal multivariate, dan sample tidak harus besar. Selain itu, disamping untuk menguji teori, PLS juga untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten (Ghozali, 2014:7). Analisis yang dilakukan terhadap data meliputi analisis deskriptif, analisis statistik inferensial, serta pengujian hipotesis.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Tabel 4.1 Tabel Statistik Deskriptif

Variabel N data N Indikator Min Max Mean Std. deviasi

Kualitas Audit 64 9 1 5 4.359 0.246

Etika 64 9 1 5 4.005 0.338

Komitmen 64 10 1 5 3.673 0.26

Independensi 64 13 1 5 4.227 0.333

(10)

10

Kompetensi 64 5 2 5 4.481 0.294

Skeptisme 64 4 1 5 4.031 0.537

Sumber: data olahan Excel ( 2021)

Mengacu pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jawaban responden terhadap seluruh indikator itu rata-rata 4. Rentang nilai semua indikator adalah 1 sampai 5, kecuali pada indikator pengalaman dan kompetensi yaitu 2 sampai 5. Standar deviasi variabel komitmen adalah 0.26, sedangkan skeptisme professional memiliki standar deviasi 0.537.

4.2 Hasil Analisis Statistik Inferensial

1. Hasil Pengukuran Model (Uji Kualitas Data)

Pengukuran model atau outer model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya (Ghozali,2014:37). Model Pengukuran (outer model) digunakan untuk menguji validitas konstruk dan reliabilitas instrument (Latan dan Ghozali, 2012:77).

- Hasil Uji Validitas

Untuk menguji validitas dilakukan dengan 2 pengujian yaitu uji Convergent Validity dan Discriminant validity. berikut ini hasilnya:

a. Hasil Uji Convergent Validity

Pada pengujian ini, valid atau tidaknya suatu indikator dapat dilihat melalui nilai loading factor dan AVE. Indikator konstruk yang dikatakan valid adalah apabila nilai loading factor > 0,50 (Latan dan Gozali, 2012:78-79).

Berdasarkan hasil olahan data pada penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa semua indikator dari konstruk kualitas audit, etika, komitmen, independensi, kompetensi, pengalaman dan skeptisme professional memiliki nilai loading factor >0,5. Hal ini bearti bahwa seluruh indikator sudah memenuhi kritertria validitas konvergen.

Selain dengan meniliai loading factor, uji validitas konvergen juga menggunakan nilai AVE sebagai acuan. Nilai AVE yang dihasilkan konstruk dikatakan memenuhi kriteria jika nilainya lebih dari 0,50 (Latan dan Ghozali), 2012:81).

Tabel 4.2 Nilai AVE

Variabel Nilai AVE

(11)

11 Etika 0.581 Komitmen 0.551 Independensi 0.616 Pengalaman 0.671 Kompetensi 0.76 Skeptisme Profesional 0.563

Sumber: Data olahan WarpPls 7.0 (2021)

Berdasarkan tabel 4.14, dapat dilihat bahwa seluruh variabel telah memiliki nilai AVE diatas 0,50. Hal ini bearti telah memenuhi syarat convergent validity.

b. Hasil Uji Validitas Discriminant

Untuk menilai suatu konstruk telah memenuhi syarat uji validitas diskiriminan yaitu dengan memperhatikan nilai cross loading-nya kemudian membandingkan nilai korelasinya sesama indikator dalam konstruk dengan varibel lainnya. Berdasarkan hasil olahan data penelitian ini dapat diketahui bahwa semua indikator konstruk telah memenuhi syarat validitas diskriminan.

- Hasil Uji Reliabilitas

Realibilitas digunakan untuk melihat apakah skor (skala pengukuran) konsisten dan stabil atau tidak (Kuncoro, 2013:172). Dalam PLS-SEM dengan mengunakan program WarpPLS 7.0 untuk mengukur reliabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksif dapat dilihat dari nilai Cronbach

alpha atau composite reliability. Menurut Hartono (Bambang Purnomosidhi, 2014) suatu instrumen

dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability > 0,7. Kemudian menurut Chin (Sofyan Yamin, 2009) cronbach’s alpha dalam PLS dikatakan baik apabila ≥ 0,5. Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini:

Tabel 4.3 Uji Composite relialibility dan Crombach alpha

ETK KMN IND PNG KOM SKP KA Kriteria Ket.

Composite reliability coefficients

0.925 0.924 0.944 0.858 0.941 0.791 0.901 > 0,70 Reliabel

Cronbach's alpha coefficients

0.909 0.907 0.932 0.747 0.921 0.602 0.874 ≥ 0,5 Realiabel

Sumber: Data olahan WarpPls 7.0 (2021)

Berdasarkan tabel di atas, nilai composite reliability dan cronbach’s alpha dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel telah memenuhi kriteria composite reliability.

(12)

12 2. Evaluasi Model Struktural (inner model).

Berdasarkan hasil olahan data pada penelitian ini maka diketahui APC memiliki nilai indeks 0.231dengan p-value P=0.012. Sedangakan ARS memiliki indeks sebesar 0.727 dengan p – value < 0,001. Berdasarkan kriteria, APC sudah memenuhi kriteria karena memiliki nilai p – value < 0,001. Begitu pula dengan nilai p dari ARS yaitu p – value < 0,001. Nilai AVIF yang harus < 5 dan ideal <3.3 sudah terpenuhi karena berdasarkan data tersebut AVIF nilainya 2.160

Selanjutnya untuk menguji model struktural juga dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai R-Square yang merupakan uji goodness fit model (Ghozali, 2014:66). Nilai R-squares 0.75, menjunjukkan model kuat, sedangkan 0.50 dan 0.25 dapat disimpulkan bahwa model moderate dan lemah. Hasil R-Square dengan mengunakan WarpPLS 7.0 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4 R-Square

ETK KMN IND PNG KAP SKP KA

R-Square 0.727

Sumber: Data Olahan WarpPls 7.0 (2021)

Berdasarkan hasil pada tabel di atas dapat diketahui bahwa keberadaan varibel Kualitas Audit dapat dipengaruhi oleh variabel Etika, Komitmen, Independen, Pengalaman, Keahlian Profesional, Skeptisme Profesional sebesar 72,7%.

3. Hasil Pengujian Hipotesis

Tabel 4.5 Hasil uji hipotesis

Hipotesis penelitian P-value Keterangan

H1: ETK→KA 0.048 Berpengaruh

H2: KMN→KA 0.012 Berpengaruh

H3: IND→KA <0.001 Berpengaruh

H4: PNG→KA 0.394 Tidak Berpengaruh

H5: KOM→KA 0.034 Berpengaruh

H6: SKP→KA 0.249 Tidak Berpengaruh

Sumber: Data Olahan WarpPls 7.0 (2021)

(13)

13 Berdasarkan tabel 4.5, diketahui etika dengan kualitas audit menunjukkan p-value ETK→KA (0.048) yang lebih kecil dari 0,05 dengan demikian hipotesis 1 diterima. Hal ini bearti bahwa etika berpengaruh terhadap kualitas audit. Diterimanya hipotesis penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk mencapai kualitas audit yang baik, maka dapat dilakukan dengan menerapkan etika yang baik pula. Salin et al (2020) menfinisikan etika sebagai prinsip moral untuk dapat membedakan seasuatu yang benar dan yang salah. Dalam menjalankan tugasnya, auditor harus memiliki satu pegangan moral yang menjadikan hasil pekerjaannya dapat dipercaya (reliable), dalam melakasanakan tugasnya profesi auditor diarahakan oleh kode etik.

Hasil ini didukung oleh penelitian Maulana (2015) yang juga menemukan Etika mempunyai pengaruh terhadap Kualitas Audit. Kemudian ditegaskan lagi oleh penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2015) yang mengatkan bahwasanya variabel Kompetensi dan Independensi yang dimoderasi oleh Etika auditor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit.

Pengaruh Komitmen terhadap Kualitas Audit

Hasil uji terhadap koefisien jalur antara komitmen dengan kualitas audit menunjukkan adanya p-value KMN→KA (0.012) lebih kecil dari 0,05, dengan demikian hipotesis 2 diterima. Arinya adalah komitmen berpengaruh terhadap kualitas audit. Dengan demikian untuk mencapai Kualitas Audit yang baik, maka dapat dilakukan dengan menerapkan Komitmen yang baik pula. Vanhala et al (2016) mendefinisikan komitmen sebagai sikap yang ditandai dengan sikap afirmasi terhadap target yang hendak dicapai organisasi, totalitas untuk mencapai tujuan atas nama organisasi dan keinginan yang kuat untuk tetap bertahan bersama organisasinya. Komitmen akan membuat seseorang bekerja sepenuh hati karena adanya rasa memiliki terhadap institusi dan tanggung jawab terhadap pekerjaanya yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas pekerjaannya dalam hal ini Kualitas Audit.

Temuan ini didukung oleh Puspitasari (2015) yang menemukan komitmen organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit. Kemudian hal ini kembali dikonfirmasi oleh Hehanussa (2018) dalam penelitiannya menemukan bahwasanya komitmen organisasi mampu mempengaruhi kulitas audit secara signifikan. Selain itu Fatah , et al. (2017) juga menemukan bahwa omitmen berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit pajak.

Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit

Hubungan independensi dengan kualitas audit menunjukkan adanya p-value IND→KA (<0.001) yaitu < 0,05, dengan demikian hipotesis 3 diterima. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini bearti bahwa untuk mencapai kualitas audit yang baik maka diperlukan Independensi dalam melakasanakan proses Auditing tersebut. Independensi dapat dikatakan keadaan dimana seseorang tidak terpengaruh atau tidak berpihak pada

(14)

14 kepentingan mana pun. Arens (2015) menjelaskan bahwa Independensi adalah sikap yang menjaga diri dan pikiran terus obyektif dalam pelakasanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Dengan demikian suatu instansi harus memperhatikan independensi auditornya begitpun auditor secara pribadi harus menjaga Independensinya agar tercapai kualitas audit yang baik.

Temuan ini didukung Wicaksono (2015) yang menemukan bahwa Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit Bawasda. Kemudian Mardijuwono et al (2018) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit tetapi tidak signifikan.

Pengaruh Pengalaman terhadap Kualitas Audit

Hubungan pengalaman dengan kualitas audit menunjukkan adanya p-value PNG→KA (0.394) lebih besar dari 0,05, artinya hipotesis 4 ditolak. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa Pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini bearti bahwa ada perbedaan antara teori dengan yang ditemukan dilapangan. Jika dalam teorinya mengatakan bahwa seorang Auditor yang berpengalaman akan mengahasilkan audit yang berkualitas baik. Namun dengan adanya hasil penelitian ini dapat diketahui adanya kemungkinan jika seorang Auditor yang berPengalaman tidak mampu menjamin kualias audit yang tinggi. Hal ini bisa saja terjadi akibat kurangnya kehati-hatiannya dalam bekerja karena sudah sangat sering mengerjakan tugas tersebut atau hal lainnya yang dapat menurunkan Kualitas Auditnya. Di samping itu, meskipun seorang auditor memiliki pengalaman yang ditunjukkan banyaknya tugas yang telah dilakasanakannya dengan lamanya waktu kerja yang telah dijalankannya, jika pengalaman tersebut tidak dibidang auditing maka tidak akan mengahasilkan audit yang berkualitas tinggi.

Jika melihat hasil penelitian ini, maka Suharti et al (2019) juga menemukan hal yang sejalan yaitu pengalaman audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit. Di konfirmasi lagi oleh penelitian Ocak dan Can (2019) yang menemukan bahwa Pengalaman auditor pemerintah tidak meningkatkan Kualitas Audit.

Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit

Hubungan kompetensi dengan kualitas audit menunjukkan adanya p-value KOM→KA (0.034) <0,05, yang bearti hipotesis 5 diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukannya pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa sangat dibutuhkannya kompetensi dalam mencapai kualitas audit. Seorarng auditor yang meiliki kemampuan, pengetahuan, dan keahlian yang mendalam mengenai akuntansi dan auditing akan mampu dengan cepat menemukan kecurangan pada laporan keungan yang sedang diperiksa. Kabuye , et al., (2017)

(15)

15 menyebutkan bahwasanya auditor yang berkompeten bearti memiliki intelegensi, pendidikan dan pelatihan untuk menambah nilai saat melakukan pengauditan. Dengan demikian jelaslah bahwa teori yang ada pada penelitian terdahulu telah dikonfirmasi lagi oleh temuan pada penelitian ini.

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah Suharti dan Tri Apriyanti (2017) menemukan bahwasanya kompetensi audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini kembali dikonfirmasi oleh penelitian Wicaksono (2015) yang menemukan bahwa Kompetensi secara positif dan signifikan mempengaruhi kualitas audit Bawasda.

Pengaruh Skeptisme Profesional terhadap Kualitas Audit

Hubungan skeptisme profesional dengan kualitas audit menunjukkan adanya p-value SKP→KA (0.249) lebih besar dari 0,05, dengan demikian hipotesis 6 ditolak. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa Skeptisme Profesional tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelakasanaan auditing, seorang yang menjalankan skeptisme professional belum tentu menjamin tercapainya kualitas audit yang baik. Hal tersebut bisa saja terjadi karena meskipun seorang auditor melaksanakan skeptisme profesionalnya pada bukti-bukti yang tidak tepat sehingga hal yang dilakukannya tidak memberi kontribusi tercapainya hasil audit yang berkualitas. Selain itu, skeptisme profesional auditor yang dilakukan tidak pada proses yang tepat ataupun yang tidak semestinya harus terus menerus dipertanyakan maka akan membuang-buang waktu saat pemeriksaan dilakukan.

Hal ini juga menunjukkan adanya perbedaan antara teori yang menyebutkan bahwa kualitas audit akan tercapai jika seorang auditor menerapkan skeptisme profesionalnya. Temuan ini didukung oleh hasil penelitian Kusnandi dan Djaddang (2019) dengan menempatkan skeptisme professional sebagai pemoderasi yaitu dengan ditemukannya bahwa Skeptisme Profesional auditor tidak signifikan memoderasi hubungan antara Etika profesi dan Kualitas Audit.

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Kharakteristik Auditor yang terdiri dari Etika, Komitmen, Independensi, Pengalaman, Kompetensi dan Skeptisme Profesional Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada BPKP Provinsi Riau, Kepulauan Riau, dan Sumatera Barat). Hasil penelitian ini menunjukkan Etika, Komitmen, Independensi, dan Kompetensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Sedangkan Pengalaman dan Skeptisme Profesional Auditor tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Hal ini bearti bahwa pentingnya kharakteristik kualitas auditor dalam pencapaian kualitas audit yang baik. Meskipun pada bagian tertetntu khususnya pengalaman dan skeptisme professional temauan penelitan ini tidak berpengaruh terhadap kualitas

(16)

16 audit. Hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah khususnya BPKP adalah memperhatikan kualitas auditor dalam mencapai kualitas audit sehingga mencapai kinerja yang efektif dan efesien.

5.2 Implikasi

Secara teori, penelitian ini memberikan impilkasi tiga poin penting. Pertama, penelitian ini memberikan pemahaman mengenai Kualitas Audit. hal ini sangat penting mengingat besarnya tanggung jawab auditor dalam menjaga kualitas audit agar tidak ada kerugian Negara yang pada akhirnya merugikan masyarkat luas. Kedua, penelitian ini mengembangkan hasil penelitian terdahulu terkait Kualitas Audit. Penelitian ini memberikan bukti empiris secara jelas hubungan kharakteristik kualitas auditor dengan kualitas audit. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengembangan penelitian selanjutnya terkait dengan kualitas audit.

Selain itu, penelitian ini juga memberikan impilkasi dalam praktik yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi BPKP dalam meperhatikan kinerja auditornya untuk menghasilkan audit yang berkualitas dengan memperhatikan pentingnya kharakteristik prosfesional auditor seperti yang diuraikan pada penelitian ini.

5.3 Keterbatasan

Berikut ini beberapa keterbasan dari penelitian ini yaitu penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan, mengingat penelitian ini hanya dilakukan pada 3 Institusi dengan 3 Porvinsi saja. Maka untuk memperluas hasil penelitian, disarankan untuk memperluas ruang lingkup penelitian sehingga tingkat generalisasi akan lebih akurat. Kemudian, penelitian ini hanya menggunakan 6 variabel Independen saja sehingga masih banyak variabel yang memungkinkan dapat mempengaruhi kualitas audit. Terakhir, Data yang digunakan pada penelitian ini relatif kecil sehingga walaupun penelitian ini telah berhasil, namun interpretasi terhadap penelitian ini harus dilakukan dengan hati-hati.

Daftar Pustaka

Arens, Alvin A., Randal J.E dan Mark S.B, (2004). Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Pendekatan Terpadu. Jilid 1, Edisi Kesembilan. Jakarta : Penerbit PT. Indeks.

___________. (2008). Auditing dan Jasa Assurance. Jilid 1. Edisi Keduabelas. Jakarta: Erlangga. Chang, S. dan Standbie, P. (2018). Commitment theory: do behavior enhance the perceived

attractiveness of tourism destinations?, Tourism Review, 73 ( 4): 34-55

Chambers, A. D., dan Odar, M. 2015. A new vision for internal audit. Managerial Auditing Journal. 57 (3) : 125-150

(17)

17 Chen, X., Yunhao Dai., Dongmin Kong., dan Weiqiang Tan. (2017). Effect of international working experience of individual auditors on audit quality: Evidence from China. Journal of Business

Finance & Accounting, 44 (7): 7-8

De Angelo, LE, (1981). Auditor Size and Audit Quality, Journal of Accounting and Economics December 1981

Fehrenbhacer, D. D., Triki, A., dan Weisner, M. M. (2020). Can multitasking influence professional skepticism? Jurnal Accounting and Finance Association Australia and New Zealand, 54 (5): 15-30

Ghozali, I. Latan, H. (2012). Partial Least Square : Konsep, Teknik dan Aplikasi. SmartPLS 2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

___________. (2014). Partial Least Squares : Konsep, Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS3.0 edisi kedua. Semarang : Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. (2014). Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). Edisi 4. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Guizani, M. and Abdalkrim, G. (2021). Ownership structure and audit quality: the mediating effect of board independence, Corporate Governance, 22 (1)

Hao, J., Liu, L., dan Xu, Z., (2018). Narrow diversification, wide diversification, and audit quality, evidence from China. Asian Review of Accounting, 26(2), 248-263.

Kabuye, Frank., Stephen Korutaro Nkundabanyanga, Julius Opiso dan Zulaika Nakabuye, (2017). Internal audit organisational status, competencies, activities and fraud management in the financial services sector, Managerial Auditing Journal 26 (1)

Kuncoro, M., (2013). “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi” Edisi 4. Jakarta: Erlangga.

Kusnadi dan Djaddang, (2019). Antesenden Kualitas Audit dengan Perilaku Whistleblowing dan Skeptisme Profesional Sebagai Moderas. Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan, 6 (1)

Mahfud Sholihin dan Dwi Ratmono. (2013). Analisis SEM-PLS dengan WarpPLS 3.0 Untuk Hubungan Non Linier Dalam Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Mardijuwono, A. W. dan Charis Subianto. (2018). Independence, professionalism, professional skepticism The relation toward the resulted audit quality. Asian Journal of Accounting Research, 23 (4)

(18)

18 Maulana ,Miftah Khoirul, (2015). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Profesionalisme Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderating, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Mostafa, D., Hussain, M., dan Mohamed E. K. A. (2020). The effect of religiosity-morality interaction on auditor Independence in Egypt. Managerial Auditing Journal.

Mudrajat, Kuncoro, (2013). Mudah memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi, Yogkarta: UPP STIIM YKPN

Nolder, C, J., dan Kaodus, K. (2018). Grounding the professional skepticism construct in mindset and attitude theory: A way forward. Accoounting, Organizations and Society, 67: 1-14.

Ocak, murat dan Gokberk Can. (2019). Do government-experienced auditors reduce audit quality?.

Managerial Auditing Journal, 34 (6): 722-748

Olfat, M., Shokouhyar, S., Ahmadi, S., Tabarsa G. A., Sedaghat, A. (2020). Organizational commitment and work-related implementation of enterprise social networks (ESNs): the mediating roles of employees’ organizational concern and prosocial values, Managerial Auditing

Journal, 35 (7)

Onulaka, P. N., Shubita, M. F., & Combs, A. (2019). Non-audit fees and auditor Independence: Nigerian evidence. Managerial Auditing Journal, 41 (3)

Salin, Ahmad., Siti Khadijah Ab Manan., dan Norlela Kamaluddin. (2020). Ethical framework for directors – learning from the prophet. International Journal of Law and Management , 62 (2) Sanjaya, aviani, (2017). Pengaruh Skeptisisme Profesional, Independensi, Kompetensi, Pelatihan

Auditor, Dan Resiko Audit Terhadap Tanggung Jawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan,

Jurnal Akuntansi Bisnis, 15 (1)

Sekaran, Uma dan Roger Bougie, (2013). Research Methods For Business. Buku 2, Jakarta: Wiley Sholihin, Mahfuda dan Dwi Ratmono. (2013). Analisis SEM-PLS dengan Warp PLS 3.0 (Ed 1), Andi

Offset, CV Andi Offser: Jakarta

Sonu, H. C., Ahrum Choi, Joonil Lee dan Wonsuk Ha. (2016). Audit Partners Length o Audit Experience and Audit Quality: Evidence From Korea. Asia-Pacific Journal of Accounting and

Economics, 54 (4)

(19)

19 Suharti, Anugrah R. dan Rasuli, (2017). the impact of working experience, professionalism, integrity, and Independency on auditing quality: auditors’ ethics as the moderator (study on bpkp representative at riau province), Jurnal kurs , 2 (1): 208

Suharti dan Tri Apriyanti, (2019). the effect of competence and Independence on the quality of audits with auditor's ethics as a moderation variable. Bilancia: jurnal ilmiah akuntansi, 3 (2)

Suttipun, M. (2021), Impact of key audit matters (KAMs) reporting on audit quality: evidence from Thailand, Journal of Applied Accounting Research, 53 (2)

Syamsuddin, 2017. The Government whistleblowers in generating audit quality (A survey on provincial audit boards in South, Central, and West Sulawesi, Indonesia), International Journal

of Law and Management, 33 (7)

Theodorus, M.,(2013). Berpikir kritis dalam Auditing. Jakarta: Salemba Empat

Tseng, L.M. ( 2017) . How implicit ethics institutionalization affects ethical selling intention: the case of Taiwan’s life insurance salespeople. Journal of business Ethics

__________. (2020). Company-customer conflicts and ethical decision-making of life insurance agents: the role of ethics instituzionalzation. Journal of Managerial Finance, 33 (1)

Vanhala, Mika. Pia Heilman dan Hanna Salminen, (2016). Organizational Trust Dimensions as Antecedents of Organizational Commitment, Knowledge and Process Management 23 (1)

Wicaksono, Monot., (2015). Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Bawasda Pemerintah Daerah Di Ex-Karesidenan Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 15 (2)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas maka untuk lebih mengarahkan pembahasan dalam skripsi ini dapat di rumuskan permasalahan yang akan di hadapi oleh PT.Bunga Mas Kikim Palembang

Hasil belajar yang baik akan mampu didapatkan jika penggunaan metode pembelajaran yang sesuai, dalam peningkatan hasil belajar IPA materi energi panas dan energi

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa pemahaman konsep kelas eksperimen yang belajar dengan Model pembelajaran Inkuiri Terbimbingberada pada kategori

Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan petugas kesehatan IGD terhadap tindakan triage berdasarkan

Pada tahap refleksi ini diupayakan dapat mengungkap hasil observasi sehingga akan diketahui : 1) Kepala Sekolah memiliki respon yang positif artinya semua subyek

Kedua frasa dimaksud sama sekali tidak diatur secara tegas dalam UUD NRI Tahun 1945, sehingga berpotensi menimbulkan multitafsir dan pandangan beragam terkait dengan lembaga

4 ) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tangggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB

Berdasarkan prinsip Photoplethysmography (PPG) yakni perubahan volume dan penyerapan cahaya pada proses pelepasan dan penyerapan oksigen dalam pembuluh darah, maka