• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA

KESELAMATAN

Oleh : Suharno

LOKAKARYA BUDAYA KESELAMTAN INSTALASI NUKLIR Jakarta 17 – 20 Mei 2005

(2)

1.

PENDAHULUAN

• Kelemahan dapat memicu terjadinya keadaan keselamatan

yang tidak stabil yang membuat organisasi terancam oleh insiden keselamatan.

• Dalam industri nuklir, ada sejumlah kasus besar di seluruh dunia yang berhubungan dengan melemahnya budaya

keselamatan.

• Dengan tanda peringatan dini, tindakan pembetulan dapat diambil dalam waktu yang cukup untuk mencegah

memburuknya kondisi keselamatan.

• Organisasi/ bagian instalasi khusus dan badan pengawas harus memperhatikan tanda-tanda kelemahan tersebut

• Unjuk kerja yang baik di masa lalu bisa menjadi tahap awal dalam proses penurunan unjuk kerja

(3)

2.

TAHAP-TAHAP PENURUNAN KINERJA

ORGANISASI

Tahap Nama Tahap Karakteristik Setiap Tahap

1 Percaya diri berlebihan

Kinerja yang baik dimasa lalu mengakibatkan kepuasan diri

2 Puas diri Kejadian-kejadian kecil sebagai akibat dari minimnya pengkajian diri dan penundaan dalam penyempurnaan program

3 Penolakan Jumlah kejadian kecil meningkat dengan

kemungkinan akan terjadi kejadian yang lebih besar. Kejadian ini diperlakukan terisolasi dgn yang lain. Temuan dari audit dianggap tidak berlaku. Analisis akar penyebab masalah tidak diterapkan / dipergunakan

(4)

TAHAP-TAHAP PENURUNAN KINERJA ORGANISASI ( lanjutan ) Tahap Nama Tahap Karakteristik Setiap Tahap

4 Bahaya Beberapa kejadian serius terjadi, tetapi manajemen dan para pekerja menolak kritik dari audit atau

badan pengawas dengan pertimbangan mereka yang bias. Fungsi pengawasan internal takut menghadapi fihak menajemen

5 Keruntuhan Badan pengawas ikut campur tangan untuk

melaksanakan evaluasi khusus. Manajemen terlalu berkuasa dan perlu diganti. Perbaikan besar dan sangat mahal perlu dan harus dilakukan.

Kejadian seperti tahap diatas dapat dicegah jika organisasi melaksanakan pengkajian diri, kritis dan menetapkan

rencana tindak yang berjenjang untuk menyelesaikan akar penyebab kesulitan, dan rencana ini harus diterapkan

(5)

3. GEJALA-GEJALA PENURUNAN KINERJA

BUDAYA KESELAMATAN

Gejala penurunan budaya keselamatan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu :

pandangan organisasi

(6)

3.1.

PANDANGAN ORGANISASI

Gejala-gejala berikut datang dari dalam organisasi. Dari gejala yang timbul, dapat dikembangkan indikator untuk

mendeteksi memburuknya tren.

Kurangnya pendekatan yang sistematis.

Gejala ini dapat mempengaruhi semua aspek aktivitas organisasi. Organisasi cenderung mengalami krisis

berkepanjangan yang dapat berdampak pada keselamatan yang serius.

Gejala ini dapat dibuktikan dengan tidak jelasnya

pertanggungjawaban, proses pengambilan keputusan yang kurang tepat, kurangnya informasi yang handal.

(7)

Dari sudut pandang keselamatan, gejala ini

ditandai dengan lemahnya pengkajian resiko

.

Satu lagi indikator gejala kurangnya pendekatan

sistematis adalah tidak ada proses untuk mengelola

perubahan

Di bidang budaya keselamatan, pendekatan

sistematis ditandai dengan adanya perencanaan

penyempurnaan, tujuan dan pertanggungjawaban

yang jelas, pemantauan kemajuan dan alokasi

(8)

Prosedur tidak dilaksanakan dengan baik .

Prosedur-prosedur yang tidak ditinjau secara

teratur dan diperbaiki akan menjadi tidak absah dan

mungkin mengakibatkan pada resiko keselamatan

.

Persiapan, pemrosesan dan penyempurnaan

prosesdur harus berdasarkan pada kendali kualitas.

Tanggung jawab siapa yang melakukan

peninjauan ulang ( review ) harus jelas.

Personil yang harus menggunakan prosedur,

(9)

Insiden tidak dianalisis secara mendalam, dan

tidak mengambil pelajaran dari peristiwa yang

terjadi :

Pengulangan masalah menunjukkan bahwa akar

penyebab masalah belum diidentifikasi secara jelas, dan tidak memiliki budaya pembelajaran

Analisis akar penyebab memerlukan penyebab langsung dan tidak langsung dari kejadian yang diidentifikasi.

Penyebab dapat berupa teknis, faktor manusia, budaya organisasi, proses, prosedur, peralatan dan lingkungan.

Analisis akar penyebab kejadian menjadikan kerumitan lebih mudah dimengerti. Maka perlu adanya pelatihan tentang

(10)

Ketidak sesuaian alokasi sumber daya

Ketidak sesuaian alokasi sumber daya dapat terjadi pada proyek yang berlebihan, terlalu banyak waktu lembur,

kurangnya personil yang berkualitas dan berpengalaman, dan peningkatan penggunaan kontraktor dalam waktu lama.

Tidak ada dana disediakan dalam proses perencanaan untuk masalah yang tidak terantisipasi, dan berakibat negatif terhadap penyelesaian tugas

Jumlah dan kualitas sumberdaya adalah sangat penting bila kita berpikir tentang ketidak sesuaian.

Ketidak sesuaian sumberdaya biasanya terjadi setelah periode penyusutan organisasi

(11)

Jumlah Pelanggaran Meningkat.

Pelanggaran/ penyimpangan secara sadar dari

peraturan( misalnya mengambil jalan pintas ) akan

mengancam dan merusak suasana budaya

keselamatan

.

Semua pelanggaran harus diselidiki untuk

menetapkan akar masalah

Pelanggaran meningkat menunjukkan gejala

lingkungan manajemen yang kurang tanggap atau

adanya tekanan organisasi

(12)

Peningkatan akumulatif tindakan pembetulan

Peningkatan secara signifikan terhadap jumlah

tindakan pembetulan kegiatan yang belum

dilaksanakan dalam kerangka waktu perencanaan

adalah tanda yang menunjukkan bahwa

keselamatan tidak mendapat prioritas dan jaminan

.

Perhatian harus diberikan terhadap jumlah

tindakan pembetulan yang melampaui batas waktu

pelaksanaan tugas dan lamanya penundaan

.

(13)

Verifikasi kesiapan operasi dan perawatan

Insiden sering terjadi ketika penghidupan instalasi kembali setelah masa istirahat dalam perawatan, atau instalasi tidak dipersiapkan secara tepat oleh operator untuk perencanaan perawatan.

Insiden dapat terjadi oleh beberapa faktor : kurangnya perencanaan sebelum bekerja , pengkajian resiko yang kurang tepat, kurangnya sistem komunikasi atau sistem ijin untuk bekerja, pelatihan yang kurang tepat, atau kurang orang yang berkualitas dan berpengalaman.

Staf operasi dan staf perawat harus dilibatkan dalam proses verifikasi.

(14)

Masalah keselamatan pekerja tidak diperbaiki

segera

Para pekerja akan menjadi kecewa dan tidak termotivasi bila masalah keselamatan mereka tidak diperhatikan atau

sudah berulang-ulang diajukan tetapi tidak ada tindak lanjut. Sehingga mereka mempunyai kesan bahwa keselamatan tidak penting, dan ini merupakan dasar yang tidak baik untuk mengembangkan budaya keselamatan menjadi positif.

Tidak adanya komunikasi antara pegawai dan manajer senior dapat menghalangi perhatian masalah keselamatan oleh mereka yang berkuasa untuk mengawali tindakan

pemulihan.

Seharusnya ada sistem yang mendorong atau

menyemangati para pekerja untuk memperhatikan masalah keselamatan dan melaksanakan tindakan pembetulan

(15)

Pemusatan yang berlebihan terhadap masalah

teknis

Kelemahan ini akan tampak bila perhatian

terhadap faktor manusia terabaikan.

Masalah hanya dipandang sebagai masalah

teknis semata dengan penyelesaian hanya dilakukan

oleh tenaga teknis dan terlepas dari kelemahan

(16)

Near Miss Reporting

Tidak adanya pelaporan ini bukan sebagai tanda

melemahnya budaya keselamatan , tetapi mungkin organisasi kurang mengetahui informasi berharga yang dapat diperoleh dari kejadian seperti itu ( near miss ).

Mungkin organisasi sedang dalam tahap awal

pengembangan pembelajaran budaya, atau para pegawai masih mempunyai asumsi budaya mendasar bahwa orang yang melakukan kesalahan akan dihukum

Keberadaan sistem pelaporan kejadian kecil yang tidak berakibat pada keselamatan adalah sebagai tanda bahwa

suatu organisasi telah mencapai kecanggihan yang lebih tinggi dalam pendekatan terhadap keselamatan

(17)

Kurangnya proses penilaian diri

Kurangnya proses penilaian diri dalam organisasi adalah indikator penting adanya kelemahan dalam budaya

keselamatan.

Kurangnya proses penilaian diri, suatu organisasi akan menjadi buta terhadap penyimpangan dalam sikap dan perilaku, dan akan mengabaikan terhadap akar penyebab dari berbagai kejadian.

Suatu organisasi tidak akan mengadopsi “ penyempurnaan yang terus-menerus” jika tidak melaksanakan penilaian diri

(18)

Kebersihan lingkungan kerja ( Housekeeping )

Kebersihan lingkungan kerja yang dibawah standar

secara umum menunjukkan kurang minatnya manajemen dan kurang bersemangatnya pegawai yang tidak

mempunyai kebanggaan terhadap lingkungannya.

Kelemahan ini cenderung akan merembet ke budaya keselamatan .

Kebersihan lingkungan kerja yang memenuhi standar

telah membuktikan sebagai indikator yang baik bagi budaya organisasi secara umum

(19)

3.2. PANDANGAN BADAN PENGAWAS

Orang dari luar organisasi akan segera mendeteksi gejala-gejala penurunan budaya keselamatan

Badan pengawas adalah pengamat yang sangat penting bagi organisasi dan mempunyai peranan penting dalam

mendeteksi tanda-tanda awal penurunan budaya keselamatan.

Berikut ini adalah gejala-gejala yang dapat diketahui dari luar organisasi.

Tidak berarti orang-orang dalam organisasi tidak dapat atau tidak mampu mendeteksi gejala-gejala, akan tetapi keterlibatannya dalam organisasi membuat mereka kurang sadar terhadap gelala tersebut

(20)

Kegagalan memori perusahaan

Perubahan signifikan perusahaan harus dikelola secara hati-hati untuk menjamin prinsip-prinsip keselamatan yang baik tetap tidak terancam.

Mencoba menurunkan biaya pengeluaran dengan cara mengurangi jumlah pekerja dan meniadakan sistem yang membebani atau

menyederhanakannya, berakibat hilangnya keahlian, pengalaman dan data historis yang dimiliki sebelumnya.

Mempertahankan memori perusahaan adalah sangat penting untuk pekerjaan dekomisioning yang akan melibatkan pegawai baru.

Indikasi : kurangnya pencatatan yang rapi, dan tidak seimbangnya

jumlah orang yang berpengalaman yang keluar dengan orang yang baru.

Dengan menyewa kembali orang-orang yang keluar, merupakan tanda melemahnya memori perusahaan, apalagi apabila mereka mengulangi kesalahan yang sama.

(21)

Lemahnya status jaminan kualitas ( JK )

Temuan-temuan umum dari hasil penyelidikan dalam organisasi yang mengalami masalah serius di bidang

keselamatan adalah akibat rendahnya status fungsi jaminan kualitas.

Personil JK dipandang negatif oleh pegawai yang melaksanakan peran kebijakan.

Temuan JK sering tidak dibahas dan diselesaikan dengan tepat waktu.

(22)

Peran Kantor Pusat

Lokasi operasional organisasi secara geografi terpisah dengan

kantor pusat mengakibatkan adanya perbedaan sub-budaya organisasi yang berkembang akibat komunikasi dan hubungan mereka.

Tujuan perusahaan mungkin diturunkan ke tujuan lokal dan kebijakan dan standar tidak diterapkan secara seragam, akibatnya hubungan

menjadi tidak harmonis dan tidak mungkin budaya keselamatan yang baik dapat berkembang dalam iklim seperti itu.

Personil di instalasi opersional dan personil di kantor pusat harus

berhubungan dan berinteraksi sesering mungkin untuk berbagi informasi yang dapat mempengaruhi tugas-tugas mereka.

Manajer senior di kantor pusat harus secara teratur mengunjungi instalasi, dan dapat bertemu dengan sejumlah besar pegawai dari berbagai tingkatan.

(23)

Kurangnya rasa memiliki

Sikap bertanggung jawab terhadap keselamatan

tidak mungkin akan timbul bila tidak ada rasa

memiliki terhadap perusahaan bagi personilnya.

Kurangnya rasa memiliki adalah tanda lemahnya

komitmen

Keadaan ini akan menjadi lebih serius jika

kurangnya rasa memiliki terjadi pada manajer senior

, dan akhirnya merambat ke rantai manajemen dalam

organisasi

.

(24)

Sifat terisolasi suatu organisasi ( Isolationism )

Suatu organisasi atau bagian organisasi dapat terisolasi karena letak geografis atau dari struktur organiasasi

Dalam organisasi yang terisolasi, standar keselamatan menjadi tidak sesuai dengan standar keselamatan modern, dan organisasi tersebut menggunakan bentuk acuan sendiri.

Keterasingan juga dapat terjadi dalam organisasi itu sendiri jika ada banyak sub-budaya dan tidak berinteraksi satu sama lain.

Keadaan ini akan menghambat proses pembelajaran dari aliran informasi dan pengalaman di antara mereka sendiri.

(25)

Kurangnya pembelajaran

Suatu organisasi yang ingin mengembangkan budaya keselamatan harus saling berbagi pengetahuan dan

pengalaman dengan yang lain untuk menyempurnakan kualitas keselamatannya.

Organisasi yang sedang dalam tahap pembelajaran akan menerapkan pendekatan ini.

Industri nuklir adalah industri yang sangat erat berbagi pengalaman secara internasional.

Masalah akan muncul apabila organisasi merasa puas dan terfokus pada kesuksesan masa lalu dan tidak mau

berinvestasi membangun keahlian baru di masa yang akan datang.( kurangnya proses pembelajaran )

(26)

Tidak ada kemauan untuk berbagi dan

bekerjasama

Keberadaan sub-budaya dapat menghasilkan kekuatan motivasi bagi para pekerja dalam kelompok lokalnya, tetapi akan dapat membentuk rintangan komunikasi antar

kelompok.

Kerjasama dapat menjadi hambatan jika kelompok ingin mempertahankan statusnya atau posisinya dalam

persaingan.

Budaya keselamatan memerlukan keterbukaan

komunikasi dan hubungan kerjasama. Jika hal ini tidak terjadi, budaya keselamatan tidak akan tumbuh positip.

(27)

Kegagalan dalam menyelesaikan temuan

peninjau keselamatan dari luar organisasi

Badan pengawas atau organisasi dari luar dapat

melakukan tinjauan keselamatan. Pengabaian atas temuan adalah indikasi bahwa keselamatan bukan merupakan

prioritas. Atau tidak ada keinginan untuk menerima perubahan secara internal.

Tanda atau indikasi positif akan muncul dalam pemantauan perkembangan pelaksanaan temuan.

(28)

Penurunan kualitas badan pengawas

Badan pengawas mempunyai peranan yang penting

dalam membantu organisasi untuk mengembangkan budaya keselamatan.

Perwakilan badan pengawas harus terlatih, sehingga kinerjanya akan lebih baik dalam mengevaluasi budaya keselamatan dalam organisasi.

Badan pengawas akan dapat mendeteksi gejala-gejala penurunan budaya keselamatan hanya bila mereka memiliki pengetahuan untuk melaksanakan.

Bila ada penurunan kualitas BP :

- tidak bisa membantu organisasi mengembangkan budaya keselamatan - tidak bisa mengevaluasi bk organisasi menjadi lebih baik

(29)

CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN:

Munculnya sebagian gejala- gejala tersebut jangan dianggap sebagai melemahnya budaya keselamatan pada suatu organisasi.

Tidak semua karakteristik budaya keselamatan positif akan

berkembang dengan kecepatan yang sama, beberapa karakteristik mungkin lebih menantang untuk berkembang dari pada yang lain.

Keberadaan gejala-gejala tsb harus menjadi perhatian, sehingga akan menunjukkan kondisi keselamatan organisasi peka terhadap

ketidakstabilan.

Banyak gejala berinteraksi secara sinergi atau saling menguatkan, sehingga meningkatkan dampak gabungan. Misalnya bila ada

ketidaksesuaian sumberdaya, mungkin ada ketidak siapan dalam start-up atau perawatan instalasi.

Ketidaksesuaian sumberdaya ini dapat mengakibatkan kurangnya pendekatan secara sistematis, sehingga ditempuh jalan pintas dan prosedur dimodifikasi tanpa pertimbangan.

(30)

Catatan yang perlu diperhatikan ( lanjutan )

Organisasi yang telah mengembangkan suatu budaya

keselamatan yang positip dan mempunyai sistem manajemen yang baik, akan lebih tahan terhadap pelemahan /

ketidakstabilan jika terjadi hal yang tidak diharapkan.

Suatu budaya keselamatan positip dan sistem manajemen keselamatan yang baik , tidak bisa menghilangkan sama

sekali kejadian yang tidak diharapkan , meskipun dapat secara signifikan menurunkan frikuensi kejadiannya.

Budaya keselamatan positip menciptakan daya pulih yang lebih kuat terhadap gangguan ketidakstabilan

(31)

4. PELAJARAN YANG BISA DIPETIK

Kinerja nuklir yang baik : operasi instalasi yang

handal, keselamatan

yang tinggi.

Kinerja yang baik : penyempurnaan yang

intensif , pengawasan

ditingkatkan

(32)

Badan pengawas :

proaktif terhadap manajemen keselamatan dan budaya keselamatan sehingga masalah dapat dideteksi sedini mungkin untuk mencegah penurunan derajat

keselamatan.

Badan Pengawas / Organisasi :

Perlu mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi untuk peningkatan kinerja

(33)

Gejala umum dan penyebab masalah

keselamatan

Kondisi yang baik pada saat awal operasi, lalu

gagal mengelola perubahan dari waktu kewaktu

menyebabkan masalah dalam keselamatan

Hambatan umum yang terjadi mengakibatkan

kegagalan organisasi dan manajemen organisasi

Manajer senior kurang tanggap dan kurang

rasa ingin mengetahui kondisi pengembangan

budaya keselamatan

(34)

Ciri-ciri yang relevan terhadap penurunan kinerja

budaya keselamatan :

Kurangnya kualitas kepemimpinan manajer senior ( Dewan Direktur ) terhadap pandangan, pengetahuan dan kemampuan mengelola interaksi antara teknologi, ilmu ekonomi, faktor manusia dan keselamatan dalam

menghadapi segala perubahan di bidang nuklir.

Kurangnya atau tidak ada kriteria yang pasti tentang bagaimana tindakan yang harus diambil badan pengawas untuk mengatasi penurunan kualitas manajemen

keselamatan dan budaya keselamatan.

Ketidakmampuan badan pengawas untuk

mempengaruhi orang-orang di tingkat manajemen senior ketika mendeteksi adanya gejala penurunan manajemen keselamatan

(35)

Proses Pemulihan

Unsur penting utama dalam proses pemulihan adalah pengembangan perencanaan menyeluruh untuk

mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan penyebabnya. Biasanya proses pemulihan yang sukses melibatkan

perubahan tim manajemen untuk menggerakkan proses pemulihan dan mempertahankan pemulihan tersebut.

Badan pengawas harus mengembangkan pendekatan pengawasan baru dan berbeda untuk menghadapi situasi pemulihan, dan harus bekerjasama dengan manajemen organisasi dalam suasana proses yang sangat interaktif.

Jika setiap kegagalan pengelolaan keselamatan menjadi jelas di mata masyarakat, maka ada perlu pemulihan

kepercayaan masyarakat terhadap badan pengawas dan dalam organisasi pengelola instalasi.

(36)

Pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman

proses pemulihan

Memastikan analisis menyeluruh terhadap dampak perubahan sebelum diterapkan

Badan Pengawas ( BP ) harus memiliki keahlian dalam BK agar dapat mengevaluasi / meninjau efektifitas setiap

perubahan budaya dalam penyempurnaan keselamatan

BP harus cepat mengembangkan proses baru agar efektif dalam menyelesaikan masalah.

Hubungan antara BP dan organisasi harus saling percaya, agar proses pemulihan berlangsung dengan cepat.

Partisipasi / peran masyarakat dalam proses pengawasan diperlukan untuk membantu pemulihan kepercayaan

(37)

LATIHAN

1. Buatlah daftar gejala-gejala melemahnya budaya

keselamatan di organisasi saudara yang menurut saudara menjadi perhatian organisasi, dengan tujuan untuk

menghindari masalah-masalah di masa depan

2. Gambarkan efek sinergi dari gejala tersebut dengan

membuat diagram jaringan yang menunjukkan interaksi antar gejala . Apakah ada gejala yang mempunyai

pengaruh yang besar ?.

3. Tinjaulah masing-masing gejala tersebut secara berurutan, dan buatlah daftar karakteristik budaya keselamatan positip yang akan mengurangi kecenderungan terjadinya gejala

tersebut. Apakah ada karakteristik budaya keselamatan yang sering teridentifikasi sangat berpengaruh ?.

(38)

Referensi

Dokumen terkait

 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menyampaikan bahwa pada pertemuan kali ini akan mambahas materi Tata bahasa pembuatan surat dinas, niaga, dan pribadi..

SP merupakan mediator inflamasi lini pertama yang bersifat vasodilator dan merupakan zat algogenik serta merupakan agen kemotaktik yang kuat sehingga dengan peninggian konsentrasi

Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang tidak  menderita disebut Kontrol.Jenis penelitian ini

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan tepung limbah kulit kopi dalam ransum berpengaruh yaitu dapat meningkatkan pertambahan bobot badan burung puyuh,

Menurut Syaiful (2000: 197) dalam jurnal [ CITATION Wir \l 1033 ]bahwa pendekatan eksperimen mempunyai kelebihan yaitu 1) Menjadikan siswa lebih percaya diri

Setelah dilakukan analisis metode Taguchi melalui ANOVA didapat bahwa faktor yang berpengaruh secara dan berkontribusi besar terhadap peningkatan kualitas benang

7) Apabila tidak ada peserta yang memenuhi persyaratan administrasi, maka seleksi dinyatakan gagal. Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang memenuhi

KABUPATEN/KOTA PENGHASIL KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA JENIS MINYAK MENTAH Rasio Lifting Penerimaan Minyak Bumi per KKKS Penerimaan Minyak Bumi per Daerah. 2