• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN. sejauh mana perbedaan hasil volume dengan menggunakan rumus volume. Juni 2009 dilokasi TPK PT. Inhutani I unit Malinau, Kabupaten Malinau.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN. sejauh mana perbedaan hasil volume dengan menggunakan rumus volume. Juni 2009 dilokasi TPK PT. Inhutani I unit Malinau, Kabupaten Malinau."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

RINGKASAN

HAMIDAH, Penerapan Rumus Volume Smalian dan Brereton Pada Log Meranti

Merah (Shorea leprosula miq) PT. Inhutani I Semendurut Kabupaten Malinau. (Di bawah bimbingan Hasanudin).

Adapun tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui Informasi sejauh mana perbedaan hasil volume dengan menggunakan rumus volume Brereton dan Smallian.

Pengamatan ini diharapkan dapat memberikan informasi secara ilmiah apakah hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus volume Brereton dan Smallian berbeda atau tidak berbeda.

Pengamatan ini dilaksanakan dari tanggal 22 Juni 2009 sampai dengan 29 Juni 2009 dilokasi TPK PT. Inhutani I unit Malinau, Kabupaten Malinau.

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan pada sampel 75 batang jenis Meranti merah (Shorea leprosula Miq) diketahui bahwa untuk diameter pangkal diameternya berkisar antara 50 cm – 136 cm dan diameter ujung berkisar antara 40 cm – 121 cm sedangkan panjang berkisar antara 9.9 m – 21 m.

Hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus volume Brereton didapat volume terbesar 13.4747 m3 dan volume terkecil 2.1471 m3, dengan rata-rata 5.8218 m3 dan simpangan baku 2.39 m3 dengan koefisien variasi 41.05%. Sedangkan hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus Smallian diketahui bahwa, volume tertinggi adalah 13.5725 m3 dan terendah 2.1736 m3 dengan nilai rata-rata volume sebesar 5.8756 m3 simpangan baku 2.40 m3 dan koefisien variasi 41.05 %.

(6)

Berdasarkan Uji T diketahui bahwa rata- rata volume berdasarkan rumus Brereton berbeda dengan rata- rata volume dengan menggunakan rumus smallian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat petunjuk, rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini tepat pada waktunya.

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil pengamatan ya ng telah dilaksanakan selama ± 1 bulan pada areal hutan PT. Inhutani I Semendurut. Rangkaian kegiatan pengamatan ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Dalam pelaksanaan pengamatan penelitian dan penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :

1. Kedua orang tua dan adik serta keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis.

2. Bapak Ir. Hasanudin, MP, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari persiapan dan selama pengamatan sampai penyusunan Karya Ilmiah ini, dan sekaligus selaku Ketua Jurusan Manajemen Hutan.

3. Bapak Ir. Rudy Nurhayadi, MP Selaku Dosen Penguji I Karya Ilmiah 4. Bapak Rudi Djatmiko,S Hut.MP Selaku Dosen Penguji II Karya Ilmiah

(8)

5. Bapak Ir. Wartomo MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

6. Bapak dan ibu dosen beserta Seluruh staf Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Khususnya jurusan Manajemen hutan yang sudah mendidik dan mengajar penulis selama di bangku perkuliahan.

7. The best friends Agusminiwati, Robika, Siti Niswatin, Yusdervin Tulak. P, Dorce dan Yuliana. Terima kasih atas support kalian semua.

8. Rekan mahasiswa Angkatan 2006 dan sahabat setia yang telah membantu dan mendukung selama penelitian sampai pembuatan laporan ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan Karya Ilmiah ini. Semoga apa yang tertulis dalam karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya.

(9)

RIWAYAT HIDUP

HAMIDAH, lahir pada tanggal 30 Juni 1987 di Malinau, kec. Malinau, Kab. Malinau kota, Kalimantan Timur. Merupakan anak pertama dari Empat bersaudara pasangan ayah Achmad dan ibu Nursiah.

Pendidikan dasar dimulai pada Sekolah Dasar Negeri (SDN) 029 Seluwing Malinau pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1999, kemudian pada tahun 1999 melanjutkan ke SLTP Negeri I Malinau dan lulus pada tahun 2002, selanjutnya pada tahun 2002 meneruskan ke Sekolah SMU Negeri I Malinau dan memperoleh ijazah pada tahun 2005.

Pendidikan Tinggi di mulai pada tahun 2006 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mengambil Jurusan Manajemen Hutan. Pada tanggal 27 Maret 2009 sampai dengan 30 April 2009 melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Batu Karang Sakti Kabupaten Malinau.

(10)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... RINGKASAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vi BAB I. PENDAHULUAN………

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……… A. Tinjauan Umum Meranti Merah (Shorea leprosulla

miq)... B. Pengukuran Panjang………….. ………

C. Pengukuran Diameter……….

D. Perhitungan Volume………...

BAB III. METODE PENGAMATAN……… A. Lokasi dan Waktu ………….……… B. Alat dan Bahan ………... C. Prosedur Kerja…….………. D. Pengolahan Data……….... BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….

A. Hasil……….

B. Pembahasan………..

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………

A. Kesimpulan ………. B. Saran………. 1 4 4 8 9 14 17 17 17 18 19 22 22 24 26 26 26 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tubuh Utama Halaman 1. Contoh Pemberian spilasi 10 – 19 cm pada pengukuran panjang……… 8 2. Hasil perhitungan Diameter, Panjang, dan Volume rata – rata baik yang

menggunakan rumus volume Brereton maupun Smalian beserta standar deviasinya………. 22 3. Perhitungan uji t untuk hasil perhitungan Volume dengan rumus Brereton

dan Smalian ……….. 24

Lampiran

4. Hasil pengukuran diameter dan panjang jenis meranti merah…………... 29 5. Deskripsi hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus

volume Brereton dan Smallian……….. 31 6. Hasil perhitungan Uji T………... 32 7. Deskripsi Pangkal, Ujung, Panjang………. 33

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Tubuh Utama Halaman

1. Cara pengukuran panjang ………. 9

2. Pengukuran diameter ……… 9

3. Cara pengukuran diameter secara langsung ………. 13

4. Cara pengukuran diameter secara tidak langsung ……… 14 5. Histogram rata – rata Volume berdasarkan Rumus Brereton dan

(13)

BAB I. PENDAHULUAN

Hasil hutan berupa kayu bulat merupakan pemasukan devisa yang cukup besar di Kalimantan Timur setelah minyak dan gas bumi. Hal ini disebabkan adanya kegiatan eksploitasi hutan secara besar-besaran dan bersifat mekanis yang dilakukan sejak tahun 1970.

Usaha peningkatan pemanfaatan hasil hutan secara maksimal, kegiatan-kegiatan pengelolaan sejak perencanaan pemungutan hasil hutan sampai dengan pemanfaatan hasilnya, diperlukan pengetahuan serta keahlian agar setiap bagian kegiatan secara ekonomis paling menguntungkan dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan.

Liharrt (1984), menyatakan bahwa Pengusahaan hutan tropika basah di Kalimantan Timur pengurusannya secara bertahap telah dik embangkan searah dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman selama dilaksanakannya kegiatan pembalakan.

Untuk menjamin kesinambungan produksi kayu dan hasil hutan lainnya, maka diperlukan suatu perencanaan hutan yang baik. Perencanaan hutan tersebut hanya dapat dibuat apabila tersedia data yang lengkap mengenai keadaan hutan yang diperoleh melalui kegiatan inventarisasi.

Di dalam inventarisasi hutan terutama untuk menaksir volume tegakan maka komponen yang harus diukur adalah dimeter dan tinggi pohon.

(14)

Menurut Hariyanto (1978) kayu bulat adalah hasil dari pemotongan-pemotongan pohon setelah ditebang. Kayu bulat (log) yang dihasilkan sudah barang tentu mempunyai jenis, bentuk, ukuran dan kualitas yang bervariasi. Hal ini disebabkan adanya jenis penyusun tegakan hutan yang berbeda disamping kondisi setiap jenis yang berbeda pula

Suharlan dan sudiono (1977) menyatakan bahwa di dalam menentukan volume kayu bulat, perlu pengukuran dimensinya, yaitu panjang dan diameternya (diameter ujung dan pangkal) dimana ditentukan dengan bantuan rumus volume.

Anonim (1979) menjelaskan bahwa isi kayu bulat rimba ditetapkan menurut cara meterik Brereton, dimana isi atau volume kayu bulat sebenarnya dihitung bedasarkan silender khayal dan untuk penetapan ini digunakan tabel isi kayu rimba.

Untuk menentukan volume kayu bulat selain menggunakan rumus Brereton terdapat beberapa cara atau metode yang digunakan. Salah satu diantaranya adalah rumus Smallian. Nilai volume yang dihasilkan rumus Brereton dan Smallian diharapkan tidak berbeda.

Sekalipun rumus Brereton telah menjadi rumus kayu bulat yang digunakan oleh semua perusahaan kayu yang memiliki IUPHHK di Indonesia, namun keunggulannya/ketelitiannya bila dibanding dengan rumus volume Smallian secara ilmiah jarang diinformasikan.

(15)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan hasil volume dengan menggunakan rumus volume Brereton dan Smallian dan diharapkan memberikan informasi secara ilmiah apakah hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus volume Brereton dan Smallian berbeda atau tidak berbeda.

(16)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Meranti Merah (Shorea leprosula Miq)

Di Kalimantan, Shorea adalah genus yang mempunyai jenis sangat berlimpah. Banyaknya jenis pada famili Dipterocarpaceae adalah 267 jenis dimana genus Sorea mempunyai 127 jenis.

SYMINGTON, 1974 me mbagi genus meranti menjadi empat group utama yaitu gorup balau, group meranti putih, group meranti kuning dan group meranti merah. Di Indonesia tiga group penting yang komersil adalah group meranti putih, meranti kuning dan meranti merah.

Meranti merah adalah nama yang umum di Sumatra dan Kalimantan untuk shorea leprosula, jenis ini termasuk Dipterocarpaceae. Meranti merah berupa pohon yang dapat mencapai tinggi 70 meter dan diameter 110 cm dengan tajuk tipis dan lebar, berbentuk payung dan berwarna merah pucat. Batangnya tinggi, tegak dan lurus berbanir, berwarna coklat keabu-abuan, sering mengeluarkan damar dan bila kering berwarna kuning. Daunnya tunggal berbentuk bulat telur sampai jorong, berwarna kuning coklat pada permukaan bawah yang berubah merah pucat bila kering.

Dalam hutan primer dan sekunder diatas tanah liat berawa, tanah liat berpasir dapat tumbuh berbagai jenis, berpencar pada lapangan yang datar atau pun berbukit pada ketinggian 30 –200 meter DPL.

(17)

Menurut SYMINGTON, 1974 di Kalimantan merupakan daerah yang mempunyai jenis – jenis dipterocarpaceae terbanyak di Indonesia. Sehingga berdasarkan pernyataan ini di kalimantan dianggap merupakan pusat penyebaran famili dipterocarpaceae. Jenis meranti merah (Shorea leprosula Miq) salah satu jenis penyebaran hutan (Shorea leprosula Miq) yang mempunyai arti tersendiri bagi Kalimantan dalam memberikan sumbangan negara umumnya dan Kalimantan pada khususnya.

ANONIM (1980) mengemukakan ciri-ciri umum meranti merah adalah sebagai berikut :

Morfologi Tanaman Meranti

a. Habitus

Tinggi pohon mencapai 70 meter, batang bebas cabang 30 meter, diameter mencapai 100 cm atau lebih. Tinggi banir 3,5 meter, tebal 20 cm. Memiliki tajuk tipis dan lebar berbentuk payung berwarna merah tembaga pucat.

b. Batang

Tebal kulit luar kira-kira 5 mm, berwarna abu-abu atau coklat sedikit beralur bagian dalam mengelupas agak besar-besar dan tebal. Kulit hidup mencapai 20 mm, penampangnya berwarna coklat muda sampai kemerah- merahan, kayu teras berwarna coklat muda sampai kemerah- merahan peralihan dari gubal keteras secara berangsur-angsur, damar berwarna putih kekuningan.

Menurut Prawira, 1972, Batang sangat lurus, kulit luarnya dengan ketebalan 1-5 mm berwarna kemerah- merahan, mengelupas banyak, kulit

(18)

hidup nya kurang lebih 10 mm, penampangnya berwarna rata-rata kekuning- kuningan, terasnya berwarna abu–abu, coklat tua atau kekuningan, peralihannya dari gubal ke teras berangsur-angsur.

c. Daun

Rata-rata hampir meyerupai segi empat memanjang atau bulat telur terbalik memanjang pangkal dan membulat, ujung runcing, asal panjang rata-rata 3-13 cm, lebar 3-5 cm, permukaan bawah suram, terdapat kumpulan bulu-bulu binatang yang meyerupai jahitan pada tulang daun primer dan sekunder.

d. Buah

Buah berbentuk bulat telur, ujung agak lancip berbulu halus berwarna pucat, panjang 1 - 1,5 cm diameter kira-kira 1 cm, sayapnya lebar 1 - 1,5 cm, mempunyai urat 7 - 8, 2 sayapnya pendek berbentuk garis, lancip, panjang 2-3, 5 cm.

e. Bunga

Bunga majemuk tersusun mulai dari kecil, pendek berwarna kuning. Mulai berbunga pada bulan Agustus sampai Oktober.

f. Biji

Banyaknya biji per kilogram tergantung jenisnya. Untuk jenis Shorea acuminata mempunyai jumlah sampai 560 butir per kilonya, sedangkan Shorea macroptera mempunyai jumlah sampai 55 butir per kilonya.

(19)

Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Terdapat di Sumatra, Kalimantan, Thailand, Serawak, Brunei dan Sabah. meranti dominan berada di daerah beriklim tropis basah sampai dengan ketinggian 750 m dpl, di Kalimantan dan Sumatera banyak tersebar di hutan Dipterocarpaceae tanah rendah dan berbukit, biasanya meranti tumbuh pada tanah rendah dan berpasir bahkan di tanah rawa atau gambut. Dalam membudidayakan banyak dilakukan dengan cara biji, semai dan anakan meranti berbunga pada bulan November sampai dengan Februari dan berbuah pada bulan Desember sampai dengan Februari setiap 4 – 5 tahun sekali.

Kegunaannya

Kayu dari jenis ini dipergunakan untuk kayu lapis merupakan kegunaan yang utama. Disamping itu juga digunakan sebagai bahan bangunan, mebel, hingga bahan baku pulp ( bubur kertas ). Untuk keperluan bangunan seperti balok, galar, kaso, pintu dan jendela, kayu meranti termasuk mudah dikerjakan sampai halus. Sedangkan damarnya untuk menambah menjadi bahan penerangan (lampu).

Hama dan Penyakit.

Pada perkecambahan diserang jangkrik dan cacing stump muda diserang rayap. Pada umumnya diserang adalah bakteri slijmziektc dan bila sudah tua sering diserang oleh bakteri boktor yang menyebabkan bertambahnya kerusakan bila ada angin lebat ulat-ulat dari jenis torias sering menyerang daunnya (DJIUN, 1981).

(20)

Iklim

Iklim suatu daerah adalah keadaan rata-rata peristiwa atmosfir atau curah hujan tersebut dihitung dalam jangka waktu yang lama yaitu 30 tahun. Iklim ini mempunyai peranan sangat penting dalam berbagai unsur antara lain suhu, cuaca, kelembaban, susunan udara dan angin ( DANAATMADJO 1989).

B. Pengukuran Panjang

Menurut BENU, 1972 yang dimaksud dengan panjang adalah jarak yang menghubungkan dua titik menurun atau menurut garis lurus. Panjang diukur dalam satuan sentimeter dengan kelipatan 10 cm atau dengan istilah allowance (spelasi) yang besarnya 10-19 cm. Tujuannya spelasi adalah pada setiap pemotongan kayu log tidak terjadi kesalahan, kerusakan, retak, dan belah, maka tidak mengurangi mutu kayu log.

Sedangkan yang dimaksud dengan kayu log adalah salah satu bentuk penebangan yang berupa diameter 30 cm keatas dengan panjang 7 m keatas.

Teknik pengukuran panjang menurut (HARIANTO,1978) panjang kayu log adalah jarak yang terpendek dari ujung yang terbesar sampai ujung terkecil dari kayu log, diukur sejajar sumbu utama dalam pengukuran panjang kayu log harus diberi spelasi 10-19 cm. Seperti contoh berikut ini.

(21)

Tabel 1. Contoh pemberian spilasi 10 – 19 cm pada pengukuran panjang. No Pengukuran sebelumnya (m) Pembulatan (m) Perhitungan (m) 1 2 8,19 8,78 8,10 8,70 8,0 8,6 L Gambar 1. Cara pengukuran panjang

C. Pengukuran Diameter

Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan, karena keterbatasan alat yang tersedia, sering kali pengukuran keliling (K) lebih banyak dilakukan, setelah itu dikonfirmasi ke diameter (D) dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran, yaitu D = K/?.

Pengukuran diameter adalah mengukur panjang garis antara dua titik pada lingkaran yang melalui titik pusat lingkaran tersebut.

(22)

Gambar 2. Pengukuran Diameter

A. Pohon berdiri

Pengukuran diameter yang lazim dilakukan adalah diameter setinggi dada (Diameter at breast height = dbh), karena :

a. Merupakan bagian yang paling gampang dinilai dan diukur.

b. Diameter setinggi dada merupakan elemen pengukuran yang paling penting dan merupakan dasar untuk banyak perhitungan lain.

c. Sebagai dasar penentuan distribusi diameter batang yang merupakan hasil inventarisasi yang paling diperlukan.

Dalam mengukur diameter, umumnya diukur pada garis setinggi dada atau 130 cm dia tas permukaan tanah untuk pohon yang tidak berbanir. Sedangkan untuk pohon yang berbanir yang dimaksud banir disini adalah pembesaran bagian bawah batang dekat permukaan tanah yang disebabkan oleh adanya akar tunjang, akar papan atau pembengkakan.

(23)

Alat ukur yang dapat mengukur diameter secara langsung yaitu phyband, dengan cara melingkarkan alat pada keliling pohon.

B. Pohon Rebah

SUMARNA DAN SOEDIONO (1976) menerangkan bahwa letak pengukuran diameter tergantung pada keperluan yaitu bagian ujung dan pangkal atau pada bagian tengah dari batang. Untuk meningkatkan hasil pengukuran maka pengukuran diameter pohon dilakukan minimal dua kali dengan memperhatikan letak alat ukur dan posisi yang benar pada waktu pengukuran dilakukan.

Dengan asumsi bahwa pohon itu berbentuk bulat, maka pengukuran diameter baik diameter pada bontos pangkal (d1), maupun pada diameter

bontos ujung (d2) maka pengukurannya cukup dilakukan satu kali sehingga

untuk menentukan diameter pohon itu sendiri yaitu dengan cara menjumlahkan kedua hasil pengukuran diameter kemudian hasilnya dirata-ratakan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata diameter dari ketiga bentuk tersebut sebagai berikut :

1. Cara pertama d = (d1 + d2)/2

2. Cara kedua

(24)

3. Cara ketiga

d = (d1+ d2 + d3 + d4)/4

di mana :

d = diameter log

d1 = diameter pengukuran pertama

d2 = diameter pengukuran kedua

d3 = diameter pengukuran ketiga

d4 = diameter pengukuran keempat

Pendapat diatas didukung oleh BENU (1973) yang menyatakan bahwa cara pengukuran diameter ada bermacam- macam mengingat bentuk penampang kayu bulat yaitu bentuk lingkaran, bentuk elip dan bentuk tak tertentu.

PARIADI (1979) menyatakan bahwa dengan adanya kulit pohon, maka ada dua macam pengukuran diameter, yaitu :

a. Diameter dengan kulit (dob = diameter outside bark) b. Diameter tanpa kulit (dib = diameter inside bark)

Diameter tanpa kulit sama dengan diameter dengan kulit dikurangi dua kali tebal kulit, atau dengan rumus :

(25)

Dib = dob – 2 tb

di mana

dib = diameter tanpa kulit

dob = diameter dengan kulit

tb = tebal kulit

Pengukuran dengan diameter dilakukan dengan hati- hati karena diameter merupakan salah satu unsur yang menentukan volume kayu bulat, dengan kata lain volume merupakan fungsi dari diameter kuadrat panjang kayu bulat.

Menurut BENU, 1972 menyatakan bahwa pengukuran diameter kayu bulat, bermacam- macam ada tiga macam penampangan kayu bulat sebagai berikut:

1. Bentuk Lingkaran 2. Bentuk Elips 3. Bentuk tak tertentu

Menurut SOETRISNO, 1977 menjelaskan pada dasarnya pengukuran diameter kayu bulat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Secara langsung

Pengukuran melalui pusat penampangan kayu bulat dengan menggunakan pitah ukur, tongkat ukur. Diameter bagian penampang

(26)

melintang bagian pangkal dan ujung. Tidak selamanya berbentuk silindris sehingga pengukuran harus dilakukan dua kali.

Dp Du

L

Gambar 3. Cara pengukuran diameter secara langsung

b. Secara tidak langsung

Pengukuran secara tidak langsung dilakukan pada penampang kayu bulat, cara pengukuran kayu ini dilakukan dengan cara bagian pangkal bagian tengah dan bagian ujung.

(27)

Dp Du

Gambar 4. Cara pengukuran diameter secara tidak langsung

D. Pengukuran Volume

Menurut SUHARLAN dan SOEDONO, 1973 yang dimaksud dengan volume adalah ukuran tiga dimensi suatu benda atau objek yang dinyatakan dalam satuan meter kubik dan diturunkan melalui perkalian dasar yakni lebar, panjang, tebal dan tinggi.

Dalam perdagangan kayu bulat, seringkali diperhitungkan volume yang berbeda dari volume yang sebenarnya. Volume ini sering disebut volume dagang. Volume dagang selalu rendah dari pada volume sebenarnya, disebabkan oleh :

1) Pengukuran panjang dan diameter batang yang diperoleh sepihak untuk menguntungkan pembeli ataupun diberi ukuran lebih pada volume kayu.

(28)

2) Waktu pengubikkan kayu bulat tidak memperhitungkan sebab-sebab yang hilang sewaktu membuat kayu berbentuk bujur sangkar.

3) Waktu menentukan volume hanya dihitung banyaknya papan-papan gergajian yang didapat dari sebatang kayu bulat.

Menurut PARIADI, 1978. cara pengukuran volume suatu benda dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Cara analitis

Volume suatu benda ditentukan melalui perhitungan dengan bantuan rumus-rumus volume dengan bentuk kayu bulat dari sebenarnya bagian pangkal dan ujung.

Macam- macam bentuk benda putaran menurut sebenarnya yaitu :

a. Bentuk silindris

b. Bentuk parabola

c. Bentuk kerucut

d. Bentuk neoloid

2. Cara langsung

Volume suatu benda tanpa mengukur dimensinya dalam hal penggunaan alat ukur yang disebut “xylometer”. Cara ini dipergunakan untuk mencari volume benda yang berbentuk tidak beraturan atau tidak mungkin dihitung melalui rumus standar volume yang sukar dinyatakan dalam fungsi secara matematika.

(29)

3. Cara grafik

Suatu benda yang berpenampangan melintang berbentuk lingkaran dengan diameter berlainan sepanjang sumbunya, volume mudah dicari secara grafik. Volume ini ditentukan lebih fleksibel dari pada perhitungan menurut rumus, sebab dapat dipergunakan untuk berbagai benda putar tanpa memandang ciri permukaan dan bentuk benda yang sebenarnya.

Volume suatu pohon dapat diukur dalam keadaan berdiri atau rebah. Pengukuran volume rebah yang didasarkan atas panjang dan diameter biasanya menggunakan rumus – rumus seperti yang ditulis oleh LOETSCH, ET AL. (1973), yaitu :

- Rumus Smallian : V = (Gi + Gs) /2 * L ? Rumus Brereton : V = ¼ p (Dp + Du)2 /2 * L di mana :

V = volume batang

p = 3,141592654

Gi = luas bidang dasar pangkal batang

Gs = luas bidang dasar ujung batang

Dp = Diameter Pangkal (cm)

Du = Diameter Ujung (cm)

(30)

Menurut PARIADI (1979), untuk menentukan volume dari batang yang sangat panjang maka cara yang baik untuk pengukuran batang tersebut dilakukan dengan membagi ke dalam beberapa, lalu menghitung volume dari tiap – tiap seksi, kemudian batang dapat diperoleh dengan menjumlahkan volume dari semua seksi tadi. Perhitungan ini akan lebih mudah apabila panjang tiap–tiap seksinya sama, sehingga dapat dicari volume batang tersebut dengan menggunakan rumus Smalian.

(31)

BAB III. METODE PENGAMATAN

A. Lokasi dan Waktu

Lokasi kegiatan penelitian ini dilakukan di TPK PT. Inhutani I unit Malinau, Kabupaten Malinau. Waktu pelaksanaan mulai tanggal 22 Juni 2009 sampai dengan 29 Juni 2009 yang meliputi orentasi lapangan, pengukuran dan pengolahaan data.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

- Meteran untuk mengukur panjang kayu bulat.

- Meteran untuk mengukur diameter bagian pangkal dan bagian ujung. - Alat tulis menulis untuk mencatat hasil pengukuran.

- Kalkulator digunakan untuk menghitung hasil penelitian dilapangan. - Kamera untuk dokumentasi pengamatan dilapangan.

2. Bahan

Bahan yang dipergunakan dalam pengamatan ini adalah kayu bulat jenis meranti merah (Shorea leprasula Miq).

(32)

C. Prosedur Kerja

1. Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang keadaan lapangan, serta untuk mengetahui ketersediaan kayu bulat yang akan digunakan dalam pengamatan tersebut.

2. Penyelesaian Administrasi

Penyelesaian administrasi dilakukan adalah permohonan ijin melaksanakan pengamatan dilapangan tersebut.

3. Pengambilan data

- Menentukan jumlah sampel yang akan diamati, yaitu sebanyak 75 batang pohon meranti merah

- Pengukuran panjang dan diameter kayu bulat.

4. Menghitung volume batang dengan cara mengukur peubah-peubah volume yaitu diameter dan panjang batang.

1) Mengukur Panjang batang dengan spilasi 10 cm – 19 cm. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita ukur.

2) Mengukur diameter pangkal dan ujung. Pengukuran pangkal pohon dimulai dari penampang terpendek melalui pusat penampang. Sedangkan pengukuran kedua diukur melalui titik pusat yang tegak lurus. Begitu juga dengan pengukuran diameter ujung batang.

(33)

D. Pengolahan Data

Untuk mengetahui hasil perhitungan Volume kayu bulat jenis Meranti merah (Shorea leprosula Miq) digunakan rumus-rumus sebagai berikut :

- Penentuan Volume

a. Rumus volume Brereton

V = ¼ p 2 2 ?? ? ? ? ?Dp?Du x L Keterangan : p = 3,141592654 Dp = Diameter pangkal (cm) Du = Diameter ujung (cm) L = Panjang (m)

b. Rumus Volume Smallian

V Gi gs xL 2 ) ( ? ? V = Volume (m3)

Gi = Luas Penampang (Basar Area) pada pangkal batang

gs = Luas Penampang (Basar Area) pada ujung batang (

4 1

(34)

- Penentuan Standar Deviasi :

? ?

1 2 2 ? ? ?

?

?

n n x x Sd Keterangan : Sd = Standar Deviasi

Sx² = Jumlah nilai x yang dikuadratkan

Sx = Jumlah nilai x

n = Jumlah Pengamatan

- Penentuan Diameter Rata – rata

Sd d = --- n

Keterangan :

d = Diameter rata – rata

Sd = Jumlah hasil pengukuran diameter batang

(35)

- Panjang Rata – rata

Sp p = --- n

Keterangan :

p = Panjang rata – rata

Sp = Jumlah hasil pengukuran

n = Jumlah pengamatan

- Penentuan Volume Rata – rata

SV V = --- n

Keterangan :

V = Volume rata – rata

Sv = Jumlah pengukuran volume

(36)

- Uji t

Uji-t digunakan untuk uji hipotesis bahwa beda rata-rata volume antara rumus Brereton dengan Smallian. Rata-rata volume tersebut adalah seband ing atau sama dengan nol dengan rumus uji- t sebagai berikut :

T = D/Se di mana :

T = Nilai Thitung

D = beda rata-rata antara pasangan nilai Se = galat baku (standard error)

Adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

? Jika Thitung < Ttabel dengan tingkat kepercayaan 95% maka Ho diterima

(37)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan diolah dan dihitung dengan menggunakan rumus Brereton dan Smallian untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil perhitungan volume dari dua rumus tersebut. Berdasarkan data pada lampiran 2 tersebut dihitung rata-rata diameter, panjang dan rata-rata volume beserta standar deviasinya baik yang dihitung dengan menggunakan rumus volume Brereton maupun dengan rumus volume Smallian yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Hasil Perhitungan Diameter, Panjang dan Volume rata–rata baik yang menggunakan rumus volume Brereton mapun Smallian beserta standar deviasinya

Rumus Diameter (cm) Panjang (m) Volume (m3) No

Volume Pangkal SD Ujung SD Rataan SD Rataan SD 1 Brereton 77.8267 16.76 65.467 16.17 14.2733 2.88 5.8218 2.39

2 Smallian 77.8267 16.76 65.467 16.17 14.2733 2.88 5.8756 2.40

(38)

Hasil perhitungan pada tabel 2, dituangkan dalam bentuk histogram seperti yang tertera pada Gambar 5 berikut ini :

0 1 2 3 4 5 6 7 Smalian Brereton Meter Kubik Rata-rata SD

Gambar 5. Histrogram rata- rata volume berdasarkan rumus Brereton dan Smallian beserta Simpangan bakunya

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan pada sampel 75 batang jenis meranti merah (Shorea leprosula Miq) diketahui bahwa untuk diameter pangkal diameternya berkisar antara 50 cm – 136 cm dan diameter ujung berkisar antara 40 cm – 121 cm sedangkan panjang berkisar antara 9.9 m – 21 m.

Hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus volume Brereton didapat volume terbesar 13.4747 m3 dan volume terkecil 2.1471 m3, dengan rata-rata 5.8218 m3 dan simpangan baku 2.39 m3 denga n koefisien variasi 41.05

(39)

%. Sedangkan hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus Smallian diketahui bahwa, volume tertinggi adalah 13.5725 m3 dan terendah 2.1736 m3 dengan nilai rata-rata volume sebesar 5.8756 m3 simpangan baku 2.40 m3 dan koefisien variasi 41.05 %.

Setelah diadakan uji T antara hasil volume dengan menggunakan rumus volume Brereton dan Smallian diperoleh hasil t hitung sebesar 9.10. Sebagai pembanding digunakan t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % yaitu sebesar 1.67. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. berikut ini :

Tabel 3. Perhitungan uji t untuk hasil perhitungan volume dengan rumus Brereton dan Smallian.

Rumus Volume X Sd Se t hitung t tabel

Brereton

Smallian

0.6718 0.2906 0.0335 9.1014** 1.67

** Signifikan pada taraf 95 %

Berdasarkan uji t pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan volume kayu berdasarkan rumus volume Brereton dan Smallian memberikan hasil rata – rata yang berbeda pada tingkat kepercayaan 95 %.

(40)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil Penelitian yang diperoleh perhitungan volume kayu bulat dengan menggunakan rumus Brereton dan Smallian di TPK pada PT. Inhutani I Kabupaten Malinau, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan volume kayu bulat dengan menggunakan rumus Brereton volume rata- rata sebesar 5.8218 m3 dengan keofisien variasi 41.05 %. 2. Hasil perhitungan Volume kayu bulat dengan menggunakan rumus Smallian

volume rata-rata sebesar 5.8756 dengan koefisien variasi 41.05 %.

3. Setelah diadakan uji t ternyata dengan menggunakan rumus Brereton dengan rumus Smallian memberikan hasil volume yang berbeda nyata.

B. Saran

Perlu adanya pengamatan pengukuran lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan hasil perhitungan volume kayu bulat dengan menggunakan rumus-rumus volume lainnya seperti Newton, Huber dan lain- lain.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

ANONIM, 1976. Dikutip dari RETNO WULAN, 1995. Studi tentang persentase hidup cabutan meranti merah (Shorea Leprosula miq) dengan menggunakan hormon ROOTONE F dan tanpa hormon.

ANONIM, 1980. Dipterocarpaceae Vol. 6, No. 1,2002. ISSN 1410-1033. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor – Indonesia.

ANONIM, 1983. Potensi dan penyebaran kayu komersial di Indonesia meranti merah. Buku 7 Departemen Kehutanan.

ANONIM, 1994. Studi Kelayakan Pembangunan Dan Pengusahaan HTI Kayu Serat (HTI Murni dan HTI Trans) Unit Kenangan Propinsi Dati I Kalimantan Timur. PT. ITCI HUTANI.

ANONIM, 1995. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pembuatan Hutan Tanaman Industri. Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan. Jakarta 136 h.

ANONIM, 1997. Jenis – jenis kayu Indonesia. Proyek sumber daya ekonomi. Lembaga Biologi Nasional. Lipi.

ATMOSUSENO, B. S DAN DULJAFAT. K 1996. Kayu Komersial Penebaran Swadaya Jakarta.

BENU, H.S, 1972. Cara – cara Pengukutan kayu bulat. Direktorat Jenderal Kehutanan Indonesia.

(42)

DANAATMADJA, OH. M, 1989. Mata Kuliah Tanaman Hutan Semester II dan III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Universitas Padjajaran Bandung.

DJAMALUDIN, 1998. Dikutip Dari DIAH FIBRIANI, 2001. Nilai Potensi Tegakan Acasia mangium ( Acacia mangium WILLD ) PT. Sumalindo DI BUKIT SUHARTO KALIMANTAN TIMUR.

ENDANG, 1991. Manajemen Hutan. Depaatemen Pendidikan dan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Universitas Padjajaran Bandung

HADI DAN SUTRISNO. Buku Stastistik Jilid I

HARDJO DARSONO. H. M. S, Atelas Kayu Indonesia.

HARIYANTO, 1978. Beberapa Cara Pengukuran Kayu Bulat. Drektorat Jendral Kehutanan Indonesia

HASANUDIN, Dkk 2002. Diktat Ilmu Ukur Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda.

KAHAERUDIN, 1994. Pendidikan Tanaman HTI. Penebaran Swadaya.

KAHAERUDIN, 1996. Pembibitan Hutan Tanaman Industri. PT. Penebaran Swadaya. Jakarta.

(43)

PARIADI, H. M, 1979. Ilmu Ukur Kayu. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Jakarta.

PARIADI, 1979. Ilmu Ukur Kayu. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Direktorat Perum Perhutani.

SOEKOTJO, W. 1979. Diktat Silvika. Pusat Pendidikan Cepu. Direksi Perum Perhutani.

SOETRISNO, K. 1996. Silvika. Bahan Kuliah Silvika Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman.

SUHARLAN dan SOEDIONO, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

SUHARLAN dan SOEDIONO, 1985. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Institut Bogor. Bogor.

SUSANTI, 1996. Studi Tentang Tinggi dan Diameter Tanaman Acacia mangium willd Umur 1 Tahun di Arboretum POLITANI Unmul samarinda. Karya Ilmiah Mahasiswa (Tidak di Terbitkan).

SUTOPO, 1992. Peningkatan Kualitas Pemanfaatan Kayu Jati Muda Untuk Mebel di Surakarta.

(44)

Tabel 4. Hasil Pengukuran Diameter dan Panjang Jenis Meranti Merah

Diameter (cm) Panjang Basal Area (m2) Volume (m3) No Jenis

Pangkal Ujung (m) Pangkal Ujung Smalian Brereton

1 Meranti merah 85 74 11.4 0.5675 0.4301 5.6859 5.6589 2 Meranti merah 73 66 11.9 0.4185 0.3421 4.5259 4.5145 3 Meranti merah 66 58 12.1 0.3421 0.2642 3.6683 3.6531 4 Meranti merah 70 56 14.4 0.3848 0.2463 4.5443 4.4888 5 Meranti merah 94 91 10.3 0.6940 0.6504 6.9235 6.9217 6 Meranti merah 91 74 14.0 0.6504 0.4301 7.5633 7.4839 7 Meranti merah 82 65 16.4 0.5281 0.3318 7.0514 6.9584 8 Meranti merah 117 103 9.9 1.0751 0.8332 9.4464 9.4083 9 Meranti merah 103 93 9.9 0.8332 0.6793 7.4870 7.4675 10 Meranti merah 65 62 19.1 0.3318 0.3019 6.0522 6.0488 11 Meranti merah 96 83 10.9 0.7238 0.5411 6.8936 6.8574 12 Meranti merah 83 71 11.0 0.5411 0.3959 5.1534 5.1223 13 Meranti merah 92 82 16.9 0.6648 0.5281 10.0797 10.0465

(45)

14 Meranti merah 87 73 13.2 0.5945 0.4185 6.6858 6.6350 15 Meranti merah 83 76 10.7 0.5411 0.4536 5.3217 5.3114 16 Meranti merah 83 73 12.0 0.5411 0.4185 5.7576 5.7340 17 Meranti merah 80 67 14.0 0.5027 0.3526 5.9865 5.9401 18 Meranti merah 95 75 18.2 0.7088 0.4418 10.4705 10.3276 19 Meranti merah 103 88 14.3 0.8332 0.6082 10.3063 10.2431 20 Meranti merah 66 49 20.6 0.3421 0.1886 5.4661 5.3492 21 Meranti merah 81 70 10.2 0.5153 0.3848 4.5907 4.5665 22 Meranti merah 94 79 14.9 0.6940 0.4902 8.8219 8.7561 23 Meranti merah 80 61 14.6 0.5027 0.2922 5.8028 5.6993 24 Meranti merah 80 71 10.3 0.5027 0.3959 4.6277 4.6113 25 Meranti merah 93 63 19.9 0.6793 0.3117 9.8606 9.5089 26 Meranti merah 81 80 10.5 0.5153 0.5027 5.3443 5.3441 27 Meranti merah 93 83 12.5 0.6793 0.5411 7.6272 7.6027 28 Meranti merah 83 63 11.6 0.5411 0.3117 4.9462 4.8550

(46)

29 Meranti merah 91 82 13.2 0.6504 0.5281 7.7780 7.7570 30 Meranti merah 115 92 11.6 1.0387 0.6648 9.8800 9.7595 31 Meranti merah 86 82 13.6 0.5809 0.5281 7.5411 7.5368 32 Meranti merah 71 65 12.0 0.3959 0.3318 4.3665 4.3580 33 Meranti merah 85 71 17.3 0.5675 0.3959 8.3331 8.2666 34 Meranti merah 79 69 17.5 0.4902 0.3739 7.5608 7.5265 35 Meranti merah 78 69 14.6 0.4778 0.3739 6.2179 6.1947 36 Meranti merah 83 80 12.5 0.5411 0.5027 6.5232 6.5210 37 Meranti merah 69 51 19.2 0.3739 0.2043 5.5508 5.4287 38 Meranti merah 82 69 14.4 0.5281 0.3739 6.4946 6.4468 39 Meranti merah 72 57 15.4 0.4072 0.2552 5.0999 5.0319 40 Meranti merah 91 76 13.6 0.6504 0.4536 7.5074 7.4473

(47)

Tabel 4. Sambungan

Diameter (cm) Panjang Basal Area (m2) Volume (m3)

No Jenis

Pangkal Ujung (m) Pangkal Ujung Smalian Brereton

41 Meranti merah 75 59 15.6 0.4418 0.2734 5.5784 5.5000 42 Meranti merah 71 56 19.4 0.3959 0.2463 6.2295 6.1438 43 Meranti merah 71 50 20.0 0.3959 0.1963 5.9227 5.7495 44 Meranti merah 60 58 21.0 0.2827 0.2642 5.7430 5.7413 45 Meranti merah 136 121 10.2 1.4527 1.1499 13.2731 13.2281 46 Meranti merah 121 102 13.8 1.1499 0.8171 13.5725 13.4747 47 Meranti merah 94 78 14.9 0.6940 0.4778 8.7300 8.6551 48 Meranti merah 71 57 11.3 0.3959 0.2552 3.6787 3.6352 49 Meranti merah 70 57 15.6 0.3848 0.2552 4.9922 4.9404 50 Meranti merah 65 53 14.1 0.3318 0.2206 3.8948 3.8549 51 Meranti merah 50 40 13.5 0.1963 0.1257 2.1736 2.1471 52 Meranti merah 57 50 12.0 0.2552 0.1963 2.7092 2.6976 53 Meranti 59 53 13.1 0.2734 0.2206 3.2358 3.2265

(48)

merah 54 Meranti merah 53 40 16.0 0.2206 0.1257 2.7703 2.7172 55 Meranti merah 57 42 17.5 0.2552 0.1385 3.4451 3.3677 56 Meranti merah 57 41 15.3 0.2552 0.1320 2.9621 2.8852 57 Meranti merah 60 51 15.3 0.2827 0.2043 3.7257 3.7014 58 Meranti merah 73 61 16.9 0.4185 0.2922 6.0061 5.9584 59 Meranti merah 59 53 15.7 0.2734 0.2206 3.8780 3.8669 60 Meranti merah 58 40 15.8 0.2642 0.1257 3.0800 2.9795 61 Meranti merah 56 54 13.1 0.2463 0.2290 3.1134 3.1123 62 Meranti merah 56 45 11.5 0.2463 0.1590 2.3307 2.3034 63 Meranti merah 57 47 17.0 0.2552 0.1735 3.6437 3.6103 64 Meranti merah 54 41 16.6 0.2290 0.1320 2.9967 2.9416 65 Meranti merah 73 72 13.7 0.4185 0.4072 5.6560 5.6557 66 Meranti merah 59 47 11.9 0.2734 0.1735 2.6590 2.6254 67 Meranti merah 84 67 18.4 0.5542 0.3526 8.3420 8.2376 68 Meranti 81 69 10.2 0.5153 0.3739 4.5351 4.5062

(49)

merah 69 Meranti merah 69 55 15.0 0.3739 0.2376 4.5863 4.5286 70 Meranti merah 68 52 17.1 0.3632 0.2124 4.9209 4.8349 71 Meranti merah 77 59 15.0 0.4657 0.2734 5.5429 5.4475 72 Meranti merah 76 66 10.6 0.4536 0.3421 4.2176 4.1967 73 Meranti merah 66 52 14.6 0.3421 0.2124 4.0478 3.9916 74 Meranti merah 69 53 16.0 0.3739 0.2206 4.7564 4.6759 75 Meranti merah 74 57 12.2 0.4301 0.2552 4.1801 4.1109

(50)

Tabel 5. Deskripsi Hasil Perhitungan Volume dengan menggunakan Rumus Vo lume Brereton dan Smallian

(51)

Mean 5.875646703 Standard Error 0.277670825 Median 5.550817228 Mode 0 Standard Deviation 2.404699884 Sample Variance 5.782581532 Kurtosis 1.155780169 Skewness 0.998946386 Range 11.39891551 Minimum 2.173589417 Maximum 13.57250493 Sum 440.6735027 Count 75 Confidence Level(95,0%) 0.553271188 Brereton Mean 5.82184651 Standard Error 0.275847555 Median 5.447521661 Mode 0 Standard Deviation 2.388909902

(52)

Sample Variance 5.70689052 Kurtosis 1.177352844 Skewness 0.997693527 Range 11.32760529 Minimum 2.147082229 Maximum 13.47468752 Sum 436.6384883 Count 75 Confidence Level(95,0%) 0.549638243

(53)

Tabel 6. Hasil perhitungan Uji-T

t-Test: Paired Two Sample for Means

Variable 1 Variable 2 Mean 5.8756467 5.82184651 Variance 5.7825815 5.70689052 Observations 75 75 Pearson Correlation 0.9997936 Hypothesized Mean Difference 0 Df 74 t Stat 9.1019164 P(T<=t) one-tail 5.341E-14 t Critical one-tail 1.6657069 P(T<=t) two-tail 1.068E-13 t Critical two-tail 1.9925435

(54)

Tabel 7. Deskripsi Pangkal, Ujung, Panjang

Diamaeter Pangkal (cm) Panjang (m)

Mean 77.82666667 Mean 14.27333333

Standard Error 1.935293197 Standard Error 0.332949328

Median 77 Median 14.1

Mode 83 Mode 12

Standard Deviation 16.76013073 Standard Deviation 2.883425765 Sample Variance 280.901982 Sample Variance 8.314144144

Kurtosis 1.342369137 Kurtosis -0.571282689 Skewness 0.89335913 Skewness 0.41517844 Range 86 Range 11.1 Minimum 50 Minimum 9.9 Maximum 136 Maximum 21 Sum 5837 Sum 1070.5 Count 75 Count 75 Confidence Level(95.0%) 3.856155815 Confidence Level(95.0%) 0.663416009 Diameter Ujung (cm) Mean 65.46666667 Standard Error 1.866859707 Median 65 Mode 69

(55)

Standard Deviation 16.16747931 Sample Variance 261.3873874 Kurtosis 0.917798747 Skewness 0.755428903 Range 81 Minimum 40 Maximum 121 Sum 4910 Count 75 Confidence Level(95.0%) 3.719799111

Gambar

Tabel 1. Contoh pemberian spilasi  10 – 19 cm pada pengukuran panjang.
Gambar  3. Cara pengukuran diameter secara langsung
Gambar  4. Cara pengukuran diameter secara tidak langsung
Tabel 2. Hasil Perhitungan  Diameter, Panjang dan Volume rata–rata  baik yang   menggunakan rumus volume Brereton mapun Smallian beserta standar  deviasinya
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan jenis rokok menunjukkan bahwa nelayan yang menghisap rokok dengan jenis rokok putih paling banyak menderita lesi yang diduga Stomatitis nikotina,

Perihal batasan keterangan saksi secara eksplisit Pasal 1 angka 27 KUHAP menentukan, bahwa keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang

Sebuah prinsip yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada pembelajaran writing adalah siswa sebaiknya tidak diminta untuk menulis sesuatu yang tidak

Isi PSAP 9 meliputi klasifikasi kewajiban, pengakuan kewajiban, dan pengukuran kewajiban. Klasifikasi kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu

Dengan teknologi pengolahan pakan, limbah sayuran dapat diolah menjadi tepung, silase, maupun asinan, yang dapat digunakan sebagai pakan ternak.. Manfaat dari teknologi

Mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien, pengunjung dan pegawai rumah sakit pada titik-titik yang telah ditentukan.Ada pula yang menggunakan kode ini sebagai pengumuman adanya

Deria rasa (sense of taste) adalah salah satu yang dapat mengesan rangsangan yang dihasilkan oleh bahan kimia berperisa (flavoured chemicals).. Lidah (tongue) merupakan organ

Frekuensi adalah jumlah perjalanan dalam satuan waktu tertentu yang dapat diidentifikasikan sebagai frekuensi tinggi atau frekuensi rendah. Frekuensi tinggi