• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi anggota dan pengurus kelompok; (2) partisipasi anggota dan pengurus kelompok; (3) kepemimpinan ketua kelompok; (4) tujuan kelompok. Faktor ekstern yakni: (1) kemampuan pendamping kelompok; (2) dukungan dana dan sarana Kegiatan; (3) pandangan masyarakat tentang kelompok; (4) pandangan keluarga tentang kelompok.

6.1. Faktor Intern

6.1.1. Motivasi Anggota dan Pengurus Kelompok

Motivasi dalam anggota pengurus kelompok disini dapat dilihat dari tujuan anggota dan pengurus kelompok ikut atau bergabung dengan kelompok. Tujuan tersebut antara lain: (1) karena ikut – ikutan dan ingin tahu; (2) karena ada arisan dalam kelompok dan; (3) karena ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam kelompok. Dari ketiga tujuan tersebut dalam kelompok mantan TKW sebagian besar bertujuan karena ikut – ikutan dan ingin tahu. Selanjutnya karena ada arisan kelompok. Dan hanya sebagian kecil yang mempunyai alasan ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam kelompok. Kondisi seperti diungkapkan diatas akan mempengaruhi kegiatan sebuah kelompok. Karena masih sedikit anggota atau pengurus yang mempunyai tujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang pada akhirnya mempengaruhi kegiatan kelompok.

Dari anggota pengurus kelompok yang berjumlah 21 orang, anggota dan pengurus kelompok yang bertujuan ikut – ikutan dan ingin tahu sebanyak 13 orang atau 61,91%, ingin, karena ada arisan kelompok sebanyak 3 orang atau 14,29% dan ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sebanyak 5 orang atau 23,80%.

Anggota pengurus kelompok yang masuk pada kategori ikut-ikutan dan ingin tahu posisinya sangat mungkin untuk tidak aktif dalam kegiatan kelompok. Misalnya apabila ada kegiatan kelompok yang bertepatan dengan kepentingan atau urusan pribadi mereka tidak akan hadir, padahal sebagai anggota apalagi pengurus mereka mempunyai tanggung jawab. Hal ini karena keanggotaan

(2)

maupun lebih bersifat hiburan atau sekedar mengisi waktu luang. Untuk alasan adanya arisan kelompok masih dapat membantu kehidupan kelompok atau kegiatan kelompok karena memang pintu masuk kelompok ini adalah melalui kegiatan yang bernuansa ekonomi, pengetahuan dan ketrampilan.

Berkaitan dengan hal motivasi sebagaimana disampaikan oleh salah seorang pengurus Nh :

”Apabila ada kegiatan kelompok yang sudah dijadualkan sebelumnya, namun saat itu ada urusan pribadi atau keluarga yang harus saya kerjakan maka saya akan memilih untuk tidak hadir dalam kegiatan kelompok. Kan kita dalam kelompok ini bersifat sukarela ya pak, jadi walaupun tidak hadir dalam kegiatan tersebut tidak akan ada masalah”.

[

Berdasarkan pernyataan tersebut terlihat motivasi anggota pengurus dalam mengikuti kegiatan kelompok ini masih kurang. Kondisi ini disebabkan pula oleh karena keanggotaan dan kepengurusan mereka dalam kelompok bersifat sukarela. Selanjutnya hal senada juga disampaikan oleh anggota kelompok yang juga pengurus kelompok berkaitan dengan motivasi anggota kelompok yang masih kurang berdampak pada kehadiran anggota dalam setiap pertemuan kelompok. Hal ini diungkapkan oleh Rh.

“Motivasi anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok masih kurang. kehadiran anggota dalam kegiatan kelompok mengalami pasang surut, maksudnya kehadiran anggota kadang banyak, kadang sedikit dengan berbagai sebab dan alasan diantaranya kesibukan rumah tangga atau hal lainnya. menurut saya hal ini sangat disayangkan karena mereka akan ketinggalan informasi dan pengetahuan yang dibahas dalam setiap pertemuan kelompok. Walaupun nantinya akan diinformasikan juga kepada mereka, tapi tetap saja tidak sama dengan yang hadir dalam kegiatan tersebut. Yang jelas keberadaan kelompok ini cukup dirasakan manfaatnya oleh anggota kelompok ”

Dari pernyataan tersebut dijelaskan dalam kegiatan kelompok diketahui bahwa terjadi turun naik dalam kehadiran anggota artinya kadang anggota yang hadir dalam setiap kegiatan banyak kadang sedikit namun hal tersebut tidak mempengaruhi pelaksanaan kegiatan rutin kelompok. Kondisi ini menunjukan motivasi anggota kelompok masih kurang dalam kelompok. Mereka yang hadir dalam kegiatan kelompok merasa anggota yang tidak hadir akan ketinggalan dalam beberapa hal terutama informasi, pengetahuan dan ketrampilan. Karena dalam pertemuan kelompok dilakukan pengorganisasian masyarakat melalui

(3)

diskusi kelompok. Kegiatan ini penting dalam rangka penguatan kapasitas individu maupun kelompok.

6.1.2. Partisipasi Anggota dan Pengurus dalam Kegiatan Kelompok

Keberhasilan sebuah kegiatan dalam kelompok masyarakat tergantung pada partisipasi aktif masyarakat itu sendiri. Partisipasi sebagai proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisiatif pembangunan. Oleh karena itu pembangunan yang partisipatif (Participatory Development) adalah proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan yang berkenaan dengan kehidupan mereka.

Secara spesifik dapat dikatakan bahwa partisipasi sosial masyarakat adalah berupa keterlibatan aktif warga masyarakat, baik secara perseorangan, kelompok atau dalam kesatuan masyarakat, dalam proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program pelayanan sosial dan pembangunan masyarakat atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosialnya.

Secara konseptual partisipasi sosial merupakan alat dan tujuan pembangunan masyarakat. Sebagai alat dan sarana pembangunan masyarakat partispasi berfungsi penggerak dan pengarah proses perubahan sosial berencana, demokratisasi kehidupan sosial ekonomi dan politik yang berasaskan pemerataan dan keadilan sosial, pemerataan pelaksanaan serta hasil pembangunan, pemupukan harga diri dan kepercayaan kepada kemampuan masyarakat itu sendiriserta pemupukan rasa kesadaran dan solidaritas sosial. Sebagai tujuan, partisipasi sosial merupakan perwujudan kehidupan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan.

Partisipasi sosial masyarakat ditekankan pada kebersamaan dan saling memberikan sumbangan akan kepentingan dan perhatian individu warga masyarakat itu sendiri. Partisipasi tidak lain adalah hasil dari konsensus sosial warga masyarakat akan arah perubahan sosial yang mereka harapkan.

Ada lima aspek yang terkait dengan tipe – tipe partisipasi sosial, yaitu dari tingkatan yang paling rendah hingga ke tingkatan yang lebih tinggi yaitu: (1) keanggotaan seseorang dalam organisasi/kelompok/kegiatan sosial; (2) frekuensi dan intensitas kehadiran seseorang dalam berbagai pertemuan masyarakat; (3) frekuensi dan intensitas seseorang dalam memberikan

(4)

sumbangan dana dan keuangan, bagi kepentingan masyarakat bersama; (4) keanggotaan seseorang dalam kepanitiaan yang dibentuk dalam masyarakat; (5) posisi kepemimpinan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Partisipasi sosial anggota pengurus kelompok dalam kegiatan kelompok masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan anggota pengurus kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok baik dalam pertemuan kelompok, maupun dalam aktivitas diskusi kelompok yang dilaksanakan oleh kelompok. Padahal mereka mempunyai banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Hanya tinggal kemauan, kemampuan dan luangnya waktu yang ada pada individu masing – masing. Namun menurut pendapat dari beberapa anggota kelompok menyatakan bahwa yang membuat mereka kurang berpartisipasi dalam kegiatan kelompok adalah kadang kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok jauh dari tempat tinggal mereka, adanya rasa kurang mampu berbicara di depan umum karena biasanya ada dalam setiap pertemuan acara diskusi yang melatih anggota untuk agar bisa bicara dan mengemukakan pendapatnya. Pembawa acara atau yang menjadi MC pun bergilir, sehingga ada anggota yang merasa malu dan kurang percaya diri atau ada urusan mendadak seperti keluarga atau pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.

6.1.3. Kepemimpinan Ketua Kelompok

Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi organisasi karena kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama untuk mencapai tujuan organisasi maupun kelompok. Pada umumnya kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.

Dengan demikian kepemimpinan adalah suatu proses, bukan orang. Proses dalam kepemimpinan ada tiga faktor yaitu pemimpin yang berkaitan dengan perilaku atau gaya seorang pemimpin, ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki. Pengikut, yakni orang dipimpin atau anggota daam sebuah kelompok atau organisasi. Dan faktor situasi, yang berkaitan dengan suasana, peran fungsi dan tugas dalam sebuah kelompok. Interaksi dari ketiga faktor tersebut menghasilkan prestasi dan kepuasan.

(5)

Dalam konteks kelompok mantan TKW Kepemimpinan disini membahas kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua kelompok secara demoktratis atau otoriter. Jadi kepemimpinan disini adalah upaya yang dilakukan dalam memimpin kelompok agar berjalan dengan baik. Dalam kelompok kepemimpinan seorang pemimpin sangatlah penting. Oleh karena kepemimpinan dalam hal ini seorang ketua kelompok dalam memimpin sebuah kelompokyang secara langsung atau tidak mempengaruhi kinerja dan keberlanjutan sebuah kelompok. Kemampuan memimpin banyak dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya pendidikan, pengalaman, dan wawasan dalam berorganisasi.

Kepemimpinan yang diterapkan dalam ketua kelompok mantan TKW adalah tipe demokratis, artinya anggota atau pengurus diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya tentang apa saja berkaitan dengan kelompok. Baik kegiatan maupun yang berhubungan pengembangan kelompok.

Kelompok mantan tenaga kerja wanita luar negeri ini pun mengalami sebagaimana kelompok atau organisasi lainnya. Menjadi ketua kelompok atau menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok merupakan pengalaman pertama bagi ketua kelompok mantan TKW saat ini. Jadi dia merasa masih merasa harus banyak belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Menurut Rk dia ditunjuk oleh anggota kelompok untuk memimpin kelompok karena dianggap mampu memimpin. Padahal menurutnya, dia hanya berpendidikan sekolah dasar. Namun karena mendapat kepercayaan dan dukungan dari anggota lainnya maka dia pun bersedia untuk mengemban tugas tersebut. Jadi ketua saat ini bisa dikatakan masih belajar menjadi pemimpin dalam kelompok. Hal ini menyebabkan anggota pengurus menjadi kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua atau kelompok. Karena ketua dimata anggota pengurus kelompok terlihat masih kurang tegas dan terlalu banyak memberikan toleransi kepada anggota pengurus, sehingga anggota dan pengurus kelompok terkesan merasa apa yang telah mereka lakukan bukan suatu masalah.

Berkaitan dengan hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang anggota pengurus Bu Mm :

”Kepemimpinan yang dilaksanakan oleh ketua kelompok ini sudah baik pak. Beliau melaksanakan tugas dan perannya sangat sabar dalam membimbing dan mengajak anggota pengurus kelompok untuk terus aktif dalam mengikuti setiap kegiatan kelompok. Nantinya mengharapkan

(6)

kegiatan kelompok ini akan berdampak pada anggota itu sendiri dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka untuk memecahkan masalah – masalah yang dalam kehidupan sehari – hari khususnya bagi mantan tenaga kerja wanita secara pribadi dan keluarganya. Ketua kelompok sudah baik dan selalu menerima pendapat yang dianggap berguna bagi kelompok namun belum tegas kepada anggota pengurus yang lalai atau tidak melaksanakan tugas serta tanggung jawab yang telah dibebankan kepada mereka”.

6.1.4. Tujuan Kelompok

Tujuan kelompok merupakan hal yang pokok yang merupakan salah satu alasan orang untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Apabila tujuan kelompok sesuai dengan apa yang diinginkan dan dapat merubah kondisi dirinya saat ini misalnya, maka dengan segala upaya orang tersebut akan masuk atau bergabung dan bekerja secara maksimal dalam kelompok.

Dalam kajian pada kelompok mantan TKW ini ditemukan bahwa anggota dan pengurus masuk dalam kategori: (1) Tahu tujuan kelompok; (2) Tahu sedikit tujuan kelompok dan; (3) Tidak tahu tujuan kelompok. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan kuisioner yang diajukan kepada anggota pengurus kelompok yang masuk pada kategori tahu tujuan kelompok sebanyak 5 orang atau 23,80%, yang tahu sedikit tujuan kelompok sebanyak 9 orang atau 42,86% dan yang tidak tahu tujuan kelompok sebanyak 7 orang atau 33,34%. Kondisi ini berpengaruh pada partisipasi anggota pengurus dalam kegiatan kelompok. Hal ini disebabkan karena jumlah anggota pengurus yang tidak tahu tujuan cukup banyak ditambah dengan yang tahu sedikit tujuan kelompok juga cukup banyak.

6.2. Faktor Ekstern

6.2.1. Kemampuan Pendamping Kelompok

Menjadi seorang pendamping dalam sebuah kelompok dalam program yang berorientasi pemberdayaan tidaklah mudah. Pendamping atau fasilitator dituntut untuk mengetahui filosofi pemberdayaan dan memahami proses melakukan fasilitasi yang benar. Pendamping kelompok atau fasilitator setidaknya empat sifat yang harus dimiliki oleh pendamping kelompok atau fasilitator yakni: (1) problem solving (terampil dalam memecahkan masalah); (2) sense of community (peduli dan punya keberpihakan kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin); (3) sense of mission ( peduli dan punya

(7)

keberpihakan untuk mengikuti misi); (4) honesty with others and with self ( jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain).

Kemampuan pendamping kelompok disini adalah berkaitan dengan kemampuan pendamping kelompok yang diberi tugas oleh lembaga pendamping untuk membimbing dan membina kelompok binaan dalam hal ini kelompok mantan TKW yang ada di desa Cibaregbeg.

Pendamping kelompok mempunyai kemampuan dalam membina dan mendampingi kelompok dengan baik. Misalnya dalam memberikan arahan saat pertemuan kelompok dan menjadi fasiitator dala kegiatan diskusi kelompok. Selain itu mempunyai jadual dalam monitoring dan pembinaan pada kelompok. Hal ini didukung oleh pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki serta pendidikan yang memadai (sarjana). Selain itu menurut anggota pengurus kelompok, pendamping kelompok cukup aspiratif dalam menanggapi masalah dan kebutuhan kelompok.

Kemampuan pendamping kelompok mempengaruhi keberlanjutan kelompok mantan TKW, karena apabila pendamping kelompok tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi motivator, pembimbing dan pembina yang baik dan profesional, maka anggota maupun pengurus kelompok juga akan menjadi kurang bersemangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok.

6.2.2. Dukungan Dana dan Sarana Kegiatan

Dalam melaksanakan kegiatannya yayasan mempunyai sumberdana atau donatur tetap yang tidak disebutkan untuk kelompok. Namun dana untuk kegiatan kelompok bisa dikatakan selalu siap sepanjang hal tersebut penting dan memang untuk pengembangan kelompok. Kelompok juga dibantu oleh lembaga pendamping untuk kegiatan pertemuan kelompok. Misalnya untuk konsumsi dan keperluan kegiatan lainnya seperti alat tulis dan alat peraga. Dana bantuan ini bersifat stimulan dan sementara, karena kedepan kelompok ini diharapkan akan menjadi kelompok yang mempunyai dana sendiri yang berasal dari iuran anggota maupun berupa bantuan dari luar berdasarkan dari pengajuan proposal kegiatan yang dilakukan oleh kelompok melalui upaya kemitraaan dengan penyumbang dana.

Bantuan dana bantuan dari lembaga pendamping dimaksudkan untuk membantu kelompok dalam kegiatan anggota kelompok yang dalam tahap

(8)

tertentu akan dikurangi setelah melihat perkembangan dan kemajuan kelompok. Dari segi pendanaan, sudah ada donatur lain yang juga peduli dengan kegiatan kelompok.

Dana yang diberikan oleh lembaga pendamping disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, serta kepentingan kelompok. Karena kegiatan akan dilaksanakan apabila ada arahan dari pendamping kelompok dan bantuan dana untuk operasional kegiatan. Misalnya ada kegiatan antar desa dalam satu kecamatan, atau di kabupaten bahkan di Jakarta pada saat hari buruh dua sampai tiga orang anggota dikirim sebagai perwakilan mewakili kecamatan dan kabupaten Cianjur. Segala keperluan akomodasi dan konsumsi disiapkan oleh pihak lembaga pendamping.

Peran dana dalam kegiatan kelompok tentu sangat penting dalam menunjang bagi kelompok. Dalam konteks kelompok mantan TKW dana yang diberikan oleh pihak yayasan mempengaruhi kegiatan kelompok atau kapasitas kelompok. Sebagaimana dapat dilihat dari adanya anggota atau pengurus yang mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan TKW. Mereka dikirim dalam kegiatan baik tingkat kecamatan, kabupaten, maupun ke Jakarta. Artinya dukungan dana dari yayasan sangat memadai dan mendukung kapasitas kelompok.

Demikian pula dengan sarana yang dimiliki yayasan PPSW sudah cukup dan memadai. Karena sudah memiliki perangkat komputer, mesin ketik, kertas, atau buku agenda kegiatan, brosur/pamplet maupun buku – buku yang berkaitan dengan masalah TKW, khususnya kelompok serta jaringan internet dengan membuka website Yayasan PPSW.

Disamping itu petugas lapangan atau pendamping kelompok juga disediakan sarana transportasi berupa kendaraan motor untuk operasional kegiatan lapangan. Pendamping dapat mengunjungi kelompok kapan saja. Hal ini mempengaruhi kelompok mantan TKW, karena mereka merasa diperhatikan, dibimbing dan dibina oleh pendamping kelompok.

Berkaitan dengan sarana dan prasarana tersebut diungkapkan oleh Bu Rw : ”Sarana dan prasarana yang dimiliki dan telah diberikan kepada pendamping kelompok oleh yayasan sudah cukup memadai. Ini sangat menunjang pelaksanaan kegiatan saya dalam memonitor dan membina kelompok dampingan, misalnya adanya kendaraan operasional ke lapangan untuk mengunjugi kelompok dampingan, sehingga kelompok dampingan merasa diperhatikan dan dibina”.

(9)

6.2.3. Pandangan Masyarakat Tentang Kelompok

Pandangan masyarakat disini meliputi dukungan masyarakat terhadap kelompok mantan TKW di desa Cibaregbeg. Dukungan masyarakat dilihat dari pandangan mereka terhadap keberadaan dan kegiatan kelompok. Pada kelompok mantan TKW pandangan masyarakat mengenai keberadaan dan kegiatan kelompok masih belum sesuai dengan yang diharapkan, artinya masih menganggap kelompok ini sama dengan kelompok – kelompok lain yang dibentuk oleh pemerintah maupun LSM yang setelah dibentuk berjalan sebentar, kemudian bubar dengan sendirinya. Selain itu adanya masyarakat yang menganggap kegiatan kelompok ini hanya membuang waktu saja tidak memberi manfaat kepada anggota masyarakat. Dipihak lain ada yang menganggap bahwa keberadaan kelompok mantan TKW ini merupakan ancaman dan penghambat bagi kepentingan mereka. Jadi ada pihak yang merasa terganggu dengan adanya kelompok ini. Misalnya pihak yang biasa menjadi agensi/calo di tingkat lokal, yang beberapa diantaranya ada indikasi mengeksploitasi para pencari kerja ke luar negeri dan terkesan memanfaatkan kelemahan para calon TKW yang sedang membutuhkan pekerjaan. Mereka khawatir dengan adanya kelompok ini bisnis mereka akan terancam, karena melalui kelompok ini masyarakat akan tahu tentang prosedur dan legal untuk menjadi TKW dan mereka akan mampu menggali potensi yang dimiliki.

Secara langsung maupun tidak kondisi ini akan berpengaruh pada kegiatan kelompok. Anggota pengurus kelompok merasa ganjalan dari masyarakat ini akan mempengaruhi kegiatan yang mereka laksanakan. cepat atau lambat apabila tidak diadakan sosialisasi dan informasi oleh anggota pengurus kelompok, akan berdampak pada kapasitas kelompok. Misalnya dikhawatirkan anggota masyarakat yang kurang setuju atau merasa terganggu dengan keberadaan kelompok ini akan membuat issue yang dibuat agar masyarakat lain tidak mendukung kegiatan kelompok.

Namun keberadaan dan kegiatan kelompok ini mendapat dukungan dari pemerintah desa dan masyarakat terutama dari tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan dan agama. Hal dapat dilihat pada saat kegiatan diskusi terarah. Mereka menyampaikan tanggapan mereka terhadap aktivitas kelompok yang bertujuan memberdayakan perempuan di desa Cibaregbeg khususnya para mantan TKW. Mereka mengharapkan kelompok ini dapat

(10)

menjadi pelopor dan memberikan kontribusi pada pembangunan di desa terutama dalam dalam masalah perempuan. Jadi bukan hanya membantu para mantan maupun calon TKW saja.

6.2.4. Pandangan Keluarga Tentang Kelompok

Pandangan keluarga disini adalah mengenai pendapat keluarga terutama anggota maupun pengurus kelompok mantan TKW dalam menyikapi keberadaan dan kegiatan kelompok. Dalam hal ini terutama suami dan anak - anak, orang tua, dan saudara. Baik yang mendukung atau memberi support maupun yang melarang untuk mengikuti kegiatan kelompok. Karena dalam kegiatannya kelompok mantan TKW bukan hanya di tingkat lokal atau desa Cibaregbeg saja, tapi juga kadang sampai ke desa – desa lain. Walaupun dalam kegiatan tersebut terutama untuk yang keluar desa Cibaregbeg tidak semua anggota atau pengurus kelompok yang ikut. Mereka biasanya bergantian terutama yang dianggap mampu dan mempunyai potensi atau kemauan untuk maju dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.

Hasil lapangan menunjukan sebagian besar anggota atau pengurus kelompok kurang mendapat dukungan dari keluarga terutama suami. Karena mereka menganggap kegiatan ini tidak memberi manfaat khususnya secara ekonomis. Selain itu tugas pokok sebagai ibu rumah tangga jadi terbengkalai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah yang hadir dalam kegiatan atau pertemuan kelompok yang kadang tidak mencapai setengah dari jumlah anggota dan pengurus yang sebenarnya.

Referensi

Dokumen terkait

The proposed method in this paper incorporates the idea of the pixel-based adaptive segmenter (PBAS) 2 into the base model.. PBAS builds the model using the several initial

Senyawa polutan yang terserap ke dalam sel, selanjutnya digunakan untuk pembentukan biomasa, hal tersebut ditunjukkan oleh meningkatnya biomassa sel selama waktu aklimasi (Gambar

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Mengelola kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan dan Menunjukkan penampang memanjang jalan keilmuan yang mendukung mata pelajaran

Berdasarkan kemampuannya pelajar BIPA terbagi menjadi tiga, yaitu tingkat pemula, tingkat menengah serta tingkat lanjut. Materi yang diberikan juga berbeda, disesuaikan

Kondisi fisik lingkungan yang nyaman dan tidak nyaman secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja manusia seperti kemampuan manusia dalam menerima informasi

Karena permasalahan tersebut cukup kompleks maka perlu mendapatkan perhatian yang lebih, dengan melakukan penelitian dan analisis untuk mengetahui produktivitas penyadapan

Ibu Sari Respatiningtyas selaku Kepala Subbagian Organisasi Sekretariat daerah Kab Sleman, Bapak Hendri Setiawan, S.Sos., MPA selaku Plt Kepala Kantor Pengendalian