• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUNIA PENDIDIKAN BERGOTONG ROYONG DI MASA PANDEMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DUNIA PENDIDIKAN BERGOTONG ROYONG DI MASA PANDEMI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DUNIA PENDIDIKAN BERGOTONG ROYONG

DI MASA PANDEMI

(2)

DUNIA PENDIDIKAN BERGOTONG ROYONG DI MASA PANDEMI Oleh: Suparyatiningsih, S.Pd.1

Pendidikan dan kebutuhan akan penerus bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia inilah, Negara harus menjadi yang pertama kali hadir untuk memberikan kepastian dan perlindungan bagi keberlangsungan pendidikan bagi anak bangsa. Sehingga tepatlah apabila “Mencerdaskan kehidupan bangsa” ditempatkan oleh para pendiri Negara sebagai tujuan dan cita-cita Negara Indonesia itu sendiri.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 2 yang menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

7 (tujuh) bulan terakhir Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) melanda Indonesia dan banyak negara lainnya di dunia. Bidang pendidikan menjadi salah satu yang terdampak pandemi ini selain bidang kesehatan, ekonomi, sosial, dan politik pemerintahan. Diperlukan sinergi dari berbagai pihak, terkait perlindungan hak memperoleh pengajaran bagi warga negara sebagaimana amanat Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945).

Seiring berkembangnya Covid-19, pemerintah bersama dengan akademisi dan berbagai stakeholders merumuskan dan mengambil kebijakan pemberlakuan Adaptasi Kebiasaan Baru demi menjaga kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan acuan utamanya adalah penerapan protokol kesehatan. Hal tersebut berlaku juga dalam bidang pendidikan dimana Program Belajar dari Rumah dipilih agar kegiatan belajar mengajar harus tetap dilaksanakan dengan meminimalisir risiko penularan Covid-19.

1

Guru pada Sekolah Dasar Negeri Pucanggading, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

(3)

Lebih spesifik pengaturan mengenai Belajar dari Rumah telah ditetapkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) yang menekankan bahwa Belajar dari Rumah dilaksanakan untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa tanpa membebani tuntutan capaian kurikulum, pembelajaran dengan mempertimbangkan kesenjangan akses dan fasilitas belajar di rumah, dan menekankan pada pendalaman pemahaman mengenai Covid-19.

Penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran yang efektif, ideal, dan sesuai dengan karakter setiap sekolah tentu saja terukur sangat subyektif di masing-masing sekolah. Berbagai faktor seperti kondisi daerah, keterjangkauan akses wilayah dan teknologi informasi, hingga karakter sumber daya manusia sebagai subjek dalam lingkungan sekolah sangat menentukan bagaimana kondisi yang efektif dan ideal tersebut mampu disimpulkan. Sebagai contoh, kita bersama-sama menyadari bahwa penyampaian proses pembelajaran yang dilakukan di kota dan di desa haruslah berbeda karena berbagai hal yang melatarbelakanginya. Walaupun secara sistem dan peraturan telah ditentukan pokok-pokok pembelajaran seperti halnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus sebagaimana yang telah diterima guru dalam berbagai bimbingan teknis yang telah dilaksanakan.

Keputusan Bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) telah memberikan panduan bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan secara langsung (tatap muka) atau Belajar dari Rumah (jarak jauh) sesuai dengan status kedaruratan Daerah yang terbagi menjadi zona hijau, kuning, oranye, dan merah. Adapun pembelajaran langsung (tatap muka) harus memenuhi syarat di antaranya sekolah berada di kabupaten/kota zona hijau, Pemerintah Daerah atau Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama memberikan izin, satuan pendidikan memenuhi semua daftar periksa dan siap melaksanakan

(4)

pembelajaran tatap muka, dan yang selanjutnya adalah orang tua menyetujui dilaksanakannya pembelajaran tatap muka.

Gotong royong khususnya di bidang pendidikan harus menjadi paradigma baru di masa pandemi seperti ini. Hal tersebut menunjukan bahwasannya tanggung jawab pendidikan di masa pendemi bukan hanya tugas pemerintah atau hanya tugas sekolah melainkan dari pemerintah pusat hingga orang tua/wali dan siswa sama-sama memiliki tanggung jawab sedemikian rupa sehingga Belajar dari Rumah yang telah menjadi konsensus dan kebijakan dapat berjalan sebaik mungkin.

Beralih ke tatanan teknis pelaksanaan Belajar dari Rumah, pengamalan Pancasila dengan mudah dipelajari dan dilaksanakan oleh siswa. Pembiasaan ibadah sesuai agama dan keyakinan yang dianut berjalan dengan baik sebagai pengamalan sila pertama Pancasila. Hal tersebut diperkuat di masa pandemi seperti ini yang mana anak diajarkan untuk menjadikan agama sebagai benteng perlindungan diri dan pandemi dijadkan momentum untuk lebih mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembentukan jadwal harian siswa mulai dari bangun tidur hingga malam hari mampu membentuk kedisiplinan dan kepribadian siswa. Kedisiplinan siswa juga terbentuk dengan cara yang lain seperti halnya ketepatan dan keteraturan mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan. Kedekatan dan kepekaan siswa beriringan dengan keterampilan bersosialnya dengan orang tua, keluarga, dan lingkungan di rumah semakin terasah adalah sisi positif pelaksanaan Belajar dari Rumah. Pemberian pemahaman tentang Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru menjadi hal baru bagi siswa namun dapat dengan mudah dipahami karena pemahaman dilaksanakan bersamaan dengan praktiknya seperti selalu menjaga kebersihan diri, rajin cuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer, memakai masker dimanapun berada, jaga jarak minimal 1 (satu) meter, dan lain sebagainya.

Pengenalan, pembelajaran, dan penerapan Pancasila di rumah yang diajarkan oleh orang tua ternyata lebih efektif karena dapat dilaksanakan dengan sangat fokus dibandingkan pembelajaran Pancasila yang diajarkan di sekolah secara klasikal, oleh sebab itu himbauan kepada orang tau/wali untuk menginternalisasi nilai-nilai Pancasila di rumah menjadi semakin penting untuk dilakukan. Tingkat Sekolah Dasar memang

(5)

harus dimanfaatkan sebagai momen pengenalan nilai-nilai luhur Pancasila yang mana akan lebih baik lagi jika pengenalan itu dilaksanakan dan dibiasakan di lingkup keluarga. Keluarga mengambil peranan penting karena keluarga yang pertama kali mengajarkan segala hal baik kepada anak, menjadi sosok-sosok panutan paling dekat, dan memiliki waktu bersama yang lebih lama dibandingkan waktu anak ketika berada di sekolah. Sehingga diharapkan internalisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilaksanakan dengan fokus dan materi penerapan nilai-nilai Pancasila yang termasuk ke dalam Kompetensi Dasar tidak hanya secara formal diberikan di sekolah tetapi pada pelaksanaan Belajar dari Rumah penerapan Pancasila dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Pancasila yang bersifat fleksibel juga dibuktikan dengan penggunaan berbagai teknologi informasi yang digunakan selama Belajar dari Rumah, yang mana selama tidak bertentangan dengan Pancasila, penggunaan dan pengaksesan berbagai kebutuhan pembelajaran diperbolehkan. Berbagai fasilitas teknologi informasi digunakan sebagai media pembelajaran seperti penggunaan ponsel, komunikasi melalui aplikasi Whatsapp, pemberian materi pembelajaran dengan rekaman, video, dan gambar, pengerjaan tugas melalui Google Form, dan lain sebagainya.

Permasalahan yang kebanyakan muncul berkaitan dengan kondisi ekonomi orang tua/wali dan keterjangkauan akses internet. Banyak ditemukan permasalahan seperti tidak ada ponsel android di keluarga, 1 (satu) ponsel android untuk digunakan bersama-sama dalam keluarga, keterbatasan ponsel yang tidak dapat mengakses fitur-fitur tertentu.

Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari penggunaan internet. Tidak semua sekolah sudah terkoneksi ke internet sehingga guru – gurunya pun dalam kesehariannya belum terbiasa dalam memanfaatkannya. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil karena letak geografis yang masih jauh dari dari jangkauan sinyal seluler

(6)

Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara guru juga orang tua yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.

Selain kondisi ekonomi, permasalahan lain yang timbul adalah keterbatasan pengetahuan orang tua murid (ibu) sebagai pendamping belajar di rumah. Banyak ibu – ibu yang sebelumnya mungkin kurang peduli dengan proses belajar anak – anaknya, namun saat ini harus sangat peduli terutama bagi ibu bapak yang mempunyai anak - anak di bangku Sekolah Dasar (SD). Kondisi saat ini sudah sangat memberlakukan adanya transformasi pendidikan, semuanya serba digital. Tidak semua ibu – ibu siap akan kondisi ini, hal tersebut lumayan membuat stress para ibu.

Kelemahan lain dirasakan saat siswa tidak dapat menerima materi yang diajarkan tanpa ada kemampuan dan kesempatan lebih bagi guru untuk dapat menjelaskan, kurangnya pemantuan guru terhadap masing-masing siswa, dan standar pemahaman siswa kurang dapat dimaksimalkan.

Menghadapi berbagai persoalan lapangan seperti di atas selalu ditempuh dengan membangun komunikasi yang baik antara sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya dengan orang tua/wali untuk dapat bersama - sama saling membantu dan menghadapi permasalahan yang timbul. Pengurangan beban tugas, kelonggaran pengumpulan tugas, dan penyampaian materi dengan teknik dan perangkat yang sederhana dilakukan untuk memudahkan siswa menerima materi. Karena dengan berbagai keterbatasan, penyampaian materi pelajaran kepada siswa adalah yang utama. Guru dan orang tua/wali yang saling kooperatif menjadi kunci keberhasilan Belajar dari Rumah.

Nilai kegotongroyongan dalam Pancasila memang sangat terlihat dan diperlukan di masa pandemi seperti ini. Permasalahan lebih besar berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk pemenuhan kebutuhan pendidikan anak. Dengan semangat gotong royong demi meringankan beban masyarakat dan meningkatkan daya beli, berbagai penyaluran bantuan dilakukan baik oleh pemerintah, swasta, LSM, dan berbagai

(7)

sumber lainnya. Berbagai bantuan pendidikan dan penyesuaian Biaya Operasional Sekolah di masa tanggap darurat Covid-19 dilaksanakan demi menjaga keberlangsungan pendidikan yang baik bagi seluruh siswa di Indonesia.

Pada akhirnya Pancasila benar-benar terasa hidup di tengah masyarakat, terlebih pada masa pandemi saat ini. Seluruh nilai yang terkandung di dalamnya nyata dapat diaplikasikan. Berbicara mengenai Pancasila dan pendidikan di masa pandemi, pemerintah, guru, dan orang tua/wali harus harus bersama-sama bergotong royong demi menciptakan siswa yang cerdas dan berakhlak mulia. Menanamkan nilai-nilai Pancasila tidak cukup hanya sebatas pemahaman teoritis tapi lebih jauh agar siswa mampu memahami setiap nilai Pancasila dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Pandemi secara tidak langsung memberikan ruang, waktu, dan kesempatan lebih bagi orang tua/wali untuk berkomunikasi dan mengedukasi anak sesuai pengamalan sila-sila Pancasila.

Sinergi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang tepat sasaran dan rasionalisasi berbagai anggaran untuk dapat disalurakan sebagai bantuan bagi masyarakat di masa pandemi, gambaran bagaimana harmonisasi yang harus tercipta di dalam koordinasi guru dengan orang tua/wali demi memberikan materi pelajaran dan mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada siswa, dan kesadaran seluruh elemen masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin merupakan gambaran bahwa gotong royong, persatuan, dan kesatuan adalah sebuah kewajiban dan kebutuhan di masa pandemi ini.

Bung Karno pernah berkata bahwa, “Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Holobis kuntul baris buat kepentingan bersama.” Pandemi memang belum selesai, tapi dengan semangat bergotong royong walaupun di tengah pandemi semoga kita masih dapat merasakan damai.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses belajar dan mengajar yang dilakukan dengan memanfaatkan dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi ini merupakan salah satu bimbingan dari

Teknik linocut adalah teknik grafis cetak tinggi yang dilakukan pada media karet linoleum, penulis menggunakan teknik ini dengan tujuan agar karya yang digarap

Adapun kemampuan menerapkan (menggunakan konsep, prosedur, dan fakta), mampu menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, dan mampu melakukan penalaran secara matematis

Pelajar dapat mengalikasikan pengetahuan yang diperolehi di sekolah melalui latihan/kawad kebakaran dan ceramah pengosongan bangunan oleh pihak Bomba dan Penyelamat

Evaluasi kinerja menilai apakah penilaian kinerja telah dilakukan dengan benar, apakah sistem review dan coaching telah berjalan dengan benar serta apakah metode yang

GAMBAR 3. Soal Uji TKR Nomor 2. Soal ini diadaptasi dari soal-soal ulangan harian siswa untuk menghitung energi potensial benda. Pada soal nomor 2a siswa diminta mengurutkan

Pertambahan jumlah tunas baru pada kontrol lebih banyak dibandingkan perlakuan lama perendaman dengan kolkisin yang disajikan pada Tabel 10.. Perlakuan lama perendaman 24

Karena bahan bakunya berasal dari minyak tumbuhan atau lemak hewan, biodiesel digolongkan sebagai bahan bakar yang dapat diperbarui (Knothe, 2005). Pada dasarnya