• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta. Pasal 2:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta. Pasal 2:"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta

Pasal 2:

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta un-tuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana Pasal 72:

1.Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3)

NAMA PENGARANG

Mahesa Bayu Suryosubroto

JUDUL BUKU

Rasa Takut

Email:

(4)

M A H E S A B A Y U S U R Y O S U B R O T O

iv

RASA TAKUT

Oleh Mahesa Bayu Suryosubroto Copyright©2014 by Mahesa Bayu Suryosubroto

Diterbitkan melalui nulisbuku.com Editing dan layout oleh Tim Nulisbuku.com

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Cetakan pertama: April 2014

Dicetak oleh nulisbuku.com

(5)

DAFTAR RASA TAKUT

SEKUTU LENCANA VIETNAM ... 1

WARTAWAN DENGAN BAJU LUSUH ... 1

KARAKTER DI BALIK KAMAR GELAP ... 4

DI BALIK LAMPIRAN PROPOSAL KBRI ... 8

TELEGRAM DARI SAIGON ... 11

HIDANGAN DI KANTOR ... 13 ISTRIKU HAMIL ... 15 MARKAS TNIAL ... 20 SHINTA CEREWET ... 23 IBUKOTA VIETNAM ... 25 MARKAS SAIGON ... 27

INGATAN TONI,1974SETELAH ENAM TAHUN, TAPI AKU DIATAS MENARA MERCUSAR. ... 28

SEKUTU LENCANA AMERIKA ... 31

MENJADI TAWANAN PETANI ... 35

KARANTINA TONI ... 36 MEMONOPOLI PESTA ... 40 PENGHIANAT TAHUN 80AN ... 42 CIUMAN DI SAIGON ... 45 KABUR ... 47 KENDALI PIKIRAN ... 49

SEBELUM MATI,AKU MENGAKU GILA ... 51

TONI DI SAMPING JURNAL ... 55

PENYELAM KOLEKTOR HARTA LAUT ... 59

CAKRA JATUH PINGSAN ... 61

BERANGKAS ARSIP ... 64

(6)

DISKOTIK ... 69

LABOTORIUM POLISI ... 71

ROY YANG JATUH CINTA ... 73

DEMI MEMBELA TEMAN ... 75

AKU KENAL TONI DARI ESTER ... 76

BANDAR MAHASISWA ... 79

TERJEBAK DIPERHATIKAN ORANG LAIN ... 82

PATAH HATIMU ROY ... 84

REKOMENDASI LENCANA AGUS ... 87

MENYELIDIKI ALBERT ... 90

TIGA KALI DARI JUMLAH TAWARAN ... 92

DENDAM LISTA ... 94

PENONTON DRAG RACE... 95

FOTO ALBERT DAN MIRA ... 97

TERSANGKA STRESS ... 99

KRISNA MENJENGUK ... 102

HERU DIBEBASKAN ... 103

PESAWAT PRIBADI ... 106

(7)

SEKUTU LENC ANA V IETN AM

WARTAWAN DENGAN BAJU LUSUH

Bajuku sedang lusuh. Aku berada di kantor redaksi menanti berakhirnya hari. Jam kerja hampir selesai, namun Kepala Redaksi mengundang kami, aku dan Heru, untuk menghadap. “Kira-kira ada apa, ya?” Mengapa sekarang aku diundang untuk menghadap. Tidak biasanya Kepala Redaksi meminta untuk bertemu denganku atau pun Heru selain tentang pekerjaan. Baju lusuhku terasa tidak nyaman. Celaka, aku kehabisan sabun pencuci pakaian. Tak hanya itu, uangku pun habis. Akhir bulan begini untuk membeli sabun cuci pakaian saja rasanya sudah tak mungkin lagi. Lusuhnya pakaian ini membuatku sesak. Apalagi jika membayangkan harus tawar-menawar di warung langganan dekat rumah demi membeli sabun cuci. Aku jadi membayangkan dapat berlibur ke tempat yang sejuk seperti puncak. Atau mungkin pergi ke Bandung, sekalian mengunjungi saudara. Lalu, meminta izin kepada kakakku untuk menginap. Menikmati cutiku untuk menikmati aktivitas favorit. Aku senang sekali dengan daerah sejuk karena menurutku udara dingin sangatlah cocok untuk menggambar. Kebun binatang di Bandung sudah menjadi favoritku untuk menggambar. Aku biasanya

(8)

2

menggambar dengan tinta pena. Bagiku, menggambar dapat menghilangkan beban pikiran. Tetapi saat ini, hal menyenangkan tadi hanyalah angan-angan saja. Kulampirkan tulisan untuk surat kabar yang siap untuk diketik. Sembari merapikan pekerjaanku yang hampir selesai, pikiranku tak hentinya membayangkan tentang rencana berlibur tadi. Rencana menghilangkan stresku.

Walaupun begitu, “Astaga uang!” Aku tidak miliki uang untuk beli minum. Rasanya tiba-tiba aku haus. Padahal, sebentar lagi mungkin aku dipanggil. Kulihat Heru pun belum tiba di kantor lagi. “Aku pergi ke kantin dulu saja dan memberanikan diri untuk mengutang!” Lantas aku langsung ke kantin di lantai bawah gedung. Aku haus. Aku tidak peduli apabila saat ini Kepala Redaksi mencariku. Meski khawatir, aku tetap pergi ke kantin. Lagi pula Heru juga sedang tugas di luar dengan wartawan lain. Aku berharap, kopi nikmat, akan menggantikan rasa khawatirku pada undangan Kepala Redaksi. Apabila terlambat, setidaknya aku bisa membuat alasan yang meyakinkan kepada Kepala Redaksi. Aku memikirkan bayangan Bapak Indrawan, serupa dengan rekan wartawan Heru dan Putri, yang mungkin baru tiba karena ada berita di luar kantor. Akan tetapi, dengan yakinnya aku ke kantin saja.

(9)

3

Aku datang ke kantin meminta untuk dibuatkan kopi. Selintas, baju lusuh membuatku ragu untuk mengutang. Akan tetapi, aroma kopi tercium begitu

semerbaknya. Spontan aku terbayang akan

kenikmatannya. Akhirnya, kuberanikan diri untuk mengutang, berharap Ibu Datun memahaminya. Selintas terpikir olehku, apakah Ibu Datun pemilik kantin akan peduli dengan penampilanku. Aku rasa untuk mengutang kopi, dan sebatang rokok tidak perlu khawatir dia percaya padaku, walaupun kurasa, aku mulai merasa tidak nyaman bila terlalu sering.

Ini bukan yang pertama kalinya aku terdesak mengutang pada Ibu Datun. Prihatin akan utangku, aku tahu sekarang harus mengutang kembali, tapi kapan aku akan membayar? Bisakah dia berharap tentang itu? Kini aku akan menikmati waktu, meminum kopiku. “Ibu terima kasih telah dibuatkan kopi.Tapi sekarang saya utang lagi,” ujarku saat Bu Datun tiba membawakan secangkir kopi.”

Ibu Datun tersenyum dan berkata, “Yang ini sama seperti kemarin juga nasibnya?”

“Iya,” Ibu Datun tahu, kopi yang akan kuminum akan tertunda dibayar. Berutang dan kebiasaanku yang terdesak, apalah artinya sebatang rokok tapi mengopi, aku merasa menghentikan waktu, selalu dalam

benakku, menikmati meminum segelas kopi

mengingatkan diriku pada masa lalu. Segelas kopi artinya ialah kebebasan dan kemegahan dalam hidup.

(10)

4

Segelas kopi membuatku teringat saat pertama kali aku menyukai kopi. Saat ini, aku menikmati kopi dalam sebuah kenangan, perasaan terdesak yang serupa. Dalam masa lalu dan kesulitan. Selintas saat ini kenangan baik menjadi sifat pendapat, alur renungan, kuduga menifestasi itu ialah renungan, harapan baikku pada rasa peduli pada sifat ayahku dan itu ialah kenangan ketika masa-masa saat ayahku menawarkan kopinya padaku ketika aku sedang giat belajar. Aku tidak boleh lama-lama di sini. Aku tidak boleh didahului oleh Heru untuk bertemu Kepala Redaksi. Akhirnya gelas kopi yang belum tanda habis ini terpaksa kutinggalkan.

“Ibu, kopi belumku minum semua, aku mengutang dulu, nanti kubayar setelah mendapat uang bulanan.” “Iya, tadi kau sudah ingatkan aku, Toni,” ucap Ibu Datun.

Seusai pergi, dari kantin, aku bertemu dengan Heru dan Putri yang akan masuk lift. “Dari mana?” tanyaku pada Heru dan Putri sambil masuk ke dalam lift yang masih terbuka. “Dari, Dinas Kesehatan, menanyakan Agenda kerja mereka,” jawab Putri. Kemudian tanpa ditanya kembali, Putri menjelaskan agenda pengadaan susu untuk rumah sakit yang terlambat, dan itulah berita.

(11)

5

Aku sedang bersama Putri ketika tiba-tiba Toni datang ikut menyela masuk ke dalam lift sekembalinya dari kantin. Aku baru saja kembali dari Dinas kesehatan. Kami hendak bertemu dengan Kepala Redaksi, kemudian setelah itu, kami ingin mencetak foto yang kuambil dari terlambatnya pengadaan susu. Aku akan mencetak foto kulkas yang rusak. Memang tak tampak seperti berita serius, namun itulah berita. Kepala rumah sakit umum daerah memintaku mengambil gambar dari keterlambatan pengadaan. Bagaimana kulkas bisa rusak? Karena hal ini, pengadaan susu ke rumah sakit tiba-tiba berhenti. Aku dan rekan wartawanku, Putri, sedang menyelidikinya. Kami pun menginvestigasi sikap pemerintah akan masalah ini. Aku baru saja datang, melihat Toni ada di sampingku, artinya kami berdua belum terlambat untuk menemui Kepala Redaksi. “Toni, dari mana kau?” tanyaku kepadanya. “Baru saja minum kopi dan menikmati sebatang rokok, sekaligus menunggumu Heru,” ucap Toni kepadaku. “Kau baru saja dari kantin,” ucapku menduga.

“Iya, betul, aku jenuh dan sesak dengan tampilanku hari ini,” ucap Toni yang memang terlihat lesu dan tidak percaya diri. “Apakah beliau tidak kesal bila satu di antara kita belum hadir?” tanyaku kepada Toni “Beliau, siapa?” Toni menjawab tidak mengerti apa yang kumaksud.

(12)

6

“Beliau Kepala Redaksi, maksudku Bapak Indrawan,” jawabku. “Oh, maaf aku baru mengerti maksudmu.” “Iya, itu maksudku, kukira sudah terlambat. Kupikir kau langsung ke ruangan beliau begitu dipanggil,” ucapku yang tidak sengaja didengar juga oleh Putri. “Heru, Toni, apa kalian berdua mendapatkan promosi? Bila benar, hebat! Aku ikut senang,” sahut putri menduga.

Pintu lift yang telah kami masuki terbuka kembali di lantai ruangan kerja kami. Toni dan Putri kulihat kembali ke meja kerjanya masing-masing. Sedangkan aku, pergi ke ruang fotografi sembari menunggu panggilan Kepala Redaksi. Aku pergi ke kamar gelap untuk mencuci film, mempersiapkan foto yang nantinya akan diseleksi oleh redaktur foto.

Lampu kamar gelap masih menyala. Aku merasa beruntung karena ini merupakan rutinitas yang dapat dicicil, menurutku. Seperti biasa aku harus mengambil dan mempersiapkan semuanya, mulai dari cairan pengembangan, bubuk sabun dingin, bubuk perangkai, air, toples spiral, dan penjepit film.

Ketika memindahkan rol film dari wadah silindernya, lampu pun dimatikan.Tanpa menggunakan alat, pita rol film pasti susah dikeluarkan, kecuali dengan merusak wadah silinder. Namun, karena dituntut pekerjaan, aku akan beralasan menggunakan rol film pita isi ulang maka wadah silinder film negatif kujaga agar tidak rusak. Kutarik keluar rol film dengan

(13)

7

penjepit dan menyimpan kembali wadah silinder untuk film negatif ke dalam kotak khusus yang suhunya aman untuk mengisi ulang negatif film yang berikutnya, bila dibutuhkan lagi. Setelah menarik keluar film negatif, selagi lampu mati, aku dengan alur waktu yang tepat memasukan pita, dari wadah film silinder ke dalam toples spiral yang bentuknya juga silinder, hanya saja lebih besar dan kedap cahaya. Volume toples dengan spiral telah terselimuti atau tergulung pita rol film negatif. Wadahnya yang besar, kututup dan kutuangkan cairan pengembang. Cairan pengembang memiliki tahapan yang berbeda-beda alur waktu sesuai jenis film. Karena film dari produk yang kugunakan tipe kodak profesional asa 400 hitam putih, dalam pengembangan cairan memiliki tuntutan masa sifat yang berbeda dari asa ataupun tipe menurut rasio waktu.

Kemudian, lampu kunyalakan. Cairan pengembang

bisa kukeluarkan dari lubang stoples tanpa

membukanya, lalu kukeluarkan film, kemudian kumasukkan cairan bubuk sabun pendingin yang telah dilarutkan.

Apakah itu film negatif, aku mungkin hanya sebatas tahu bisa membayangkan selintas tentang seluloid. Cairan pengembang melakukan tugasnya dengan merontokkan zat perak yang menempel pada permukaan seluloid. Zat perak berfungsi melampirkan gambar yang diambil untuk dicetak. Dalam film negatif atau seluloid, kita tahu, cahaya yang diterima

(14)

8

membiaskan zat perak dalam film negatif, seperti bintang-bintang di langit dan mencetak citra gambar, di antara lapisan yang tipis ini.

Setelah cairan pengembang, sabun pendingin digunakan untuk membekukan seluloid agar tidak membentuk gambar yang tidak di inginkan. Kemudian, cairan bubuk perangkai. Cairan ini ialah cairan kimia digunakan untuk kelanjutan metode setelah sabun pendingin. Cairan ini mengubah intensitas zat perak menjadi zat hitam, dan merangkai intensitas zat menjadi pekat hitam dan tidak sensitif terhadap cahaya.

Dan yang terakhir, tidak kalah pentingnya ialah air untuk mencuci dan membuang semua cairan kimia yang telah digunakan. Kemudian pita negatif siap dikeluarkan dari stoples spiral atau wadah silinder pencuci film ke dalam ruangan untuk dikeringkan. Itulah tugas yang bisa kuselesaikan, mencetak gambar di kertas.

DI BALIK LAMPIRAN PROPOSAL KBRI

Aku baru saja selesai rapat, dan akan kembali ke ruanganku untuk bertemu dengan Toni dan Heru. Akan tetapi sebelum undangannya aku akan memesan makanan, kopi dan rokok di kantin agar Toni dan Heru merasa nyaman dengan undangan itu. Kiranya mereka akan menerima tawaranku untuk pergi bertugas ke luar

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu kepada latar belakang penelitian di atas tujuan penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) kemampuan penalaran matematis

Metoda MTT memberikan hasil pengujian yang akurat karena dapat memberikan hubungan antara jumlah sel yang aktif dengan absorban yang diperoleh dari pengukuran yang

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Komunikasi Eksternal Unit Kegiatan Mahasiswa Rumah Dai Sebagai Lembaga Dakwah Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Dari kelima penelitian diatas, Ludiro 2011, maka peneliti ingin lebih mengembangkan cara membuat film dokumenter secara optimal baik dari aspek software, pengoperasian, hardware,

Tahap perancangan perangkat lunak adalah tahap selanjutnya setelah melakukan analisis perangkat lunak. Rancangan perangkat lunak yang dibuat bersifat user friendly

Selain itu, hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya komposisi dewan komisaris dengan aspek keahlian akuntansi maupun perpajakan yang memadai untuk

5.2 Pengurus pasukan dikehendaki mengemukakan Borang Pendaftaran Pemain yang lengkap dengan senarai nama peserta bersama salinan kad pelajar yang disahkan.. 5.3

Pengujian perkiraan stabilitas transien sistem menggunakan data-data yang tidak diajarkan pada NN menunjukkan bahwa CNN dapat memperkirakan status stabilitas transien dengan