• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM MENCETAK GENERASI MUDA YANG AJEG HINDU DAN BERAKHLAK MULIA DI ERA GLOBAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM MENCETAK GENERASI MUDA YANG AJEG HINDU DAN BERAKHLAK MULIA DI ERA GLOBAL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM MENCETAK GENERASI MUDA YANG AJEG HINDU DAN

BERAKHLAK MULIA DI ERA GLOBAL Oleh

I Kadek Epriantana

Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Email: epriantanakadek@yahoo.com

Abstract

Conditions of Hindus in Bali, especially for the younger generation, a role model in crisis. According to Ketut Wiana, many Hindu religious traditions that have been shifted from the basic concept over a long time. Hindus do not receive guidance and continuous-system religion. Guidance provided during this very traditional and just the ritual alone. Fostering education and religious activities that took place more emphasis on the rituals of religion which, over time, more influenced by a variety of indigenous and local culture, so there obfuscation to the values of Hinduism from generation to generation was replaced by the implementation of the customs that have to blend and indistinguishable with religious teachings. Problems activity or religious ritual is a problem and a challenge for the young generation in the future Hindu. Implementation of religious life that is more in the form of rituals or ceremonies pure and complex without balanced with an understanding of the religious scriptures and its practice in society. There will be inequality. Unfortunately what happens is a misconception that religion means just berUpacara alone.

Hindu youths to be one of the decisive factors for the creation of a change in behavior and religious life of society. From the research, it was concluded that the role of a young Hindu community in religious activities still require deeper study related to the level of compliance in performing religious rituals. Teens are trained to perform religious orders every day and actively participated in a religious ceremony for example on every full moon-Tilem, Galungan, Kuningan, Nyepi, Pagerwesi Siwaratri, and other piodalan day. Besides, the social spirit of the Society of Hindu youths in creating inter-religious harmony. Because the one developmental task that must be mastered Hindu teenager is in a phase of adolescent development of middle and late teens that have the social skills to be able to adjust to everyday life. Keywords: the Young Hindu, Hindu religious education, global era

Abstrak

Kondisi umat Hindu di Bali, khususnya bagi generasi mudanya, mengalami krisis panutan. Menurut Ketut Wiana, sudah banyak tradisi keagamaan Hindu yang sudah bergeser dari konsep dasarnya dalam kurun waktu yang cukup lama. Umat Hindu tidak mendapat pembinaan agama yang bersistem dan kontinu. Pembinaan yang diberikan selama ini terlalu tradisional dan hanya pada ritual semata. Pembinaan pendidikan dan aktivitas keagamaan yang berlangsung lebih menekankan pada aspek ritual

Upacara agama yang seiring perjalanan waktu lebih banyak dipengaruhi

(2)

gantikan oleh pelaksanaan adat istiadat yang telah membaur dan tidak dapat dibedakan lagi dengan ajaran agama. Masalah aktivitas atau ritual keagamaan merupakan problem dan tantangan bagi generasi muda Hindu pada masa depan. Pelaksanaan kehidupan beragama yang lebih banyak dalam bentuk ritual atau Upacara-Upacara yang murni dan kompleks tanpa di imbangi dengan pemahaman agama dari kitab-kitab suci dan pengamalannya pada masyarakat. Maka akan terjadi ketimpangan. Sayangnya yang terjadi adalah salah pengertian bahwa beragama berarti hanya berupacara saja.

Pemuda pemudi Hindu menjadi salah satu faktor yang menentukan bagi terciptanya suatu perubahan prilaku dan kehidupan beragama masyarakat. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa peran paguyuban muda-mudi Hindu dalam aktivitas keagamaan masih memerlukan pembelajaran lebih dalam berkaitan dengan tingkat kepatuhan dalam menjalankan ritual-ritual agama. Remaja dilatih untuk menjalankan perintah agama setiap hari dan aktif mengikuti kegiatan Upacara keagamaan misalnya pada setiap Purnama-Tilem, hari raya Galungan, Kuningan, Nyepi, Pagerwesi, Siwaratri, dan hari piodalan lainnya. Disamping itu semangat sosial dalam Paguyuban Pemuda-pemudi Hindu dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama. Karena Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja Hindu adalah dalam fase perkembangan remaja madya dan remaja akhir yaitu memiliki keterampilan sosial untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci: Generasi Muda Hindu, pendidikan agama hindu, era global I. Pendahuluan

Subtransi yang esensial dalam perubahan adalah waktu, kala. Sang Kala Rahu dalam mitios Hindu diceritakan menelan Sang Dewi Bulan. Mitos ini tidak berbeda dengan ide Sang Kala dalam pemikiran Hinduisme yang menghabiskan segala manifestasi dalam putaran masa melalui proses penciptaan dan peleburan berulang-ulang.

Lahir-Hidup-Mati yang dibicarakan dalam Bhagavadgita menurut kepercayaan hindu Bali dikuasai oleh bhatara Brahma-Wisnu-Siwa merupakan proses siklis yang berjalan sepanjang perputeran masa dan selamanya. Akibatnya, sejarah diri hadir dalam pengulangannya (punarbhawa) dan tiada kuasa yang mampu mengalami dan hasilnya (karma) merupakan sebuah kepastian yang tidak kuasai ditolak Bhagavad Sri Krisna kembali menegaskan, ―banyak kelahiran-Ku dimasa lalu demikianlah pula kelahiranmu, semuanya ini aku mengetahuinya, tetapi engkau sendiri tidak‖(Bhagavadgita, IV:5). Sloka ini hendak membicarakan bahwa banyaknya kelahiran yang dialami oleh manusia dan berlimpahnya waktu dalam putaran masa menyebabkan manusia melupakan waktu.Putaran masa yang disebut zaman dalam termilogi hindu disebut yuga, yaitu krta, trta,duapara,dan kali menyebabkan manusia lupa akan jati dirinya yang sejati.

Generasi muda, bagian dari subjek kebudayaan tak dapat menghindarkan diri dari ketiga tahap proses itu sebab didalam dirinya

(3)

dukungan dari lingkungnan. Dalam hal ini pendidikan dan pembudayaan merupakan dua faktor dominan yang dalam pemikiran positifistik dipastikan menjdi jaminan bagi perkembangan kearah normal. Oleh karena itu dua faktor ini dapat digunakan sebagai strategi dalam mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi perubahan zaman. Akan tetapi luasnya kedua bidang ini tidak memungkinkan dilakukan penelusuran dalam terbatasnya ruang dan waktu disini dan kini.Rupanya pembatasan-pembatasan sebagaimana tradisi dalam dunia keilmuan mempersempit diri kedalam pradigma-ptradigma tidak bisa dihindari. Oleh karena itu upaya mempersiankan generasi muda menghadapi perubahan zaman dibatasi hanya pada dunia kontemporer melalui pembangkitan peran pendidikan mengingat dalam dunia kontemporer dengan dibingkai modernnisasi dan globalisasi, generasi muda terlibat melalui pengalaman langsung. Pengalaman langsung ini, baik disadari maupun tidak telah membentuk kepribadiannya dan direfleksinya dalam pergaulan sosialnya melalui pergaulan zona perkembangan proksimalnya.

Dalam pergaulan zona perkembangan proksimal tersebut berlangsung berbagai iteraksi, tetapi untuk mendukung perkembangannya diharapkan interksi-interaksi itu terjadi lebih banyak dalam situasi pendidikan. Dalam menentukan situasi pendidikan itu peran pendidikan agama berada pada posisi sentral. Mengingat esensi pendidikan yang pada dasarnya membangun dimensi kemanusiaan dan didalamnya agama memiliki peranan dominan. Pertanyaannya, bagaimanakah peran pendidikan agama (Hindu) dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi perubahan zaman?

II. Pembahasan

2.1 Pendidikan Agama Hindu

Pendidikan Agama Hindu adalah suatu proses seseorang untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan serta mengembangkan kepribadian (sikap, sifat dan mental) yang berpedoman pada ajaran agama Hindu (Veda). Melalui pendidikan agama Hindu diharapkan mampu mengetahui dan memahami esensi dari ajaran Agama Hindu itu sendiri serta mampu mengaplikasikannya ke dalam sebuah kepribadian yang utuh dan bersifat positif.

Arah dan tujuan pendidikan adalah mentransformasi nilai-nilai pendidikan agar anak didik memiliki kepribadian yang seutuhnya. Tujuan pendidikan agama Hindu telah dirumuskan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat melalui seminar kesatuan tafsir (1985) terhadap aspek-aspek agama Hindu (Titib, 2002: 18), sebagai berikut :

a. Menanamkan ajaran agama Hindu menjadi keyakinan dan landasan segenap kegiatan umat Hindu dalam semua perikehidupannya.

b. Ajaran agama Hindu mengarahkan pertumbuhan tata kemasyarakatan umat Hindu hingga serasi dengan Pancasila, dasar negara Republik Indonesia.

c. Menyerasikan dan menyeimbangkan pelaksanaan bagian-bagian ajaran agama Hindu dalam masyarakat antara tatwa , Susila dan

(4)

2.2 Mewujudkan Generasi Muda Hindu yang Militan

Generasi muda Hindu adalah suatu generasi penerus yang nantinya akan meneruskan segala sesuatu yang diwariskan oleh generasi yang terdahulunya. Entah itu budaya, adat, tradisi dan agama. Kalau kita menilik akan keeksistensian generasi muda Hindu sekarang, tentunya tengah berada dalam tantangan dan harapan.

Tantanganya adalah bagaimana generasi muda Hindu mampu mengemban tanggung jawab yang sangat berat untuk menjaga budaya, adat, tradisi di tengah-tengah arus modernisasi, dimana Hinduisme sebagai jiwa yang menyusupi segala bentuk budaya, adat dan tradisi yang berkembang. Fenomena generasi muda Hindu yang berkembang sekarang, tentunya cukup mengkahwatirkan. Banyak kita temui mereka terjerumus ke hal-hal yang berbau negative. Contoh, narkoba, seks bebas, dan yang lainya. Generasi muda Hindu di tengah-tengah arus modernisasi sekarang begitu mudahnya terseret oleh arus jaman yang berbau materialistis. Mereka seolah-olah tertidur oleh kenikmatan sementara yang bersifat semu, yang pada akhirnya menuntun mereka ke jurang kegelapan.

Tubuh yang diberikan oleh Tuhan sebagai sang pura-nya jiwa yang tujuanya untuk meningkatkan kualitas jiwa menuju yang lebih baik tidak digunakan dengan sebaik-baiknya. Justru tubuh tempat beristananya jiwa diracuni dengan asap rokok, drugs, minuman keras dan yang lainya. Ironis memang!

Demikian pula dalam hal mereka meyakini suatu agama, mereka cendrung begitu mudahnya berpindah keyakinan atau agama. Akibat dari pemahaman mereka tentang nilai tatwa dalam ajaran agama Hindu sangat rendah sekali. Bagaimana tidak, di beberapa daerah masih juga dapat kita jumpai generasi muda Hindu banyak yang berpindah keyakinan atau agama dan melupakan agama leluhurnya. Satu hal yang mencengangkan adalah, banyak generasi muda pindah agama karena mengikuti agama sang istri alias ―paid bangkung‖. Ke mana jiwa militansi generasi muda Hindu terhadap agamanya, itu perlu dipertanyakan.

Semua hal tersebut jika kita telusuri lebih dalam lagi, pada dasarnya semua bersumber pada satu akar permasalahan, yaitu; kelemahan generasi muda Hindu kita. Kelemahan ini meliputi segala sektor dan yang paling menonjol adalah kelemahan dalam hal pendalaman nilai-nilai ajaran agamanya. Hal apa saja yang sepatutnya dikerjakan pada saat masa atau usia muda sebenarnya sudah sangat jelas sekali diungkap dalam kitab Sarasamuscaya sloka 27 yang bunyi slokanya sebagai berikut :

”Yuvaiva Dharmamanvicched yuva vittam yuva srutam, Tryyagbhavati vai dharbha utpatam na ca viddyati”

Terjemahan :

―Oleh karena itu seseorang hendaknya menggunakan masa mudanya dengan sebaik-baiknya, selagi tubuh sedang kuatnya hendaknya dipergunakan untuk menuntut Dharma, artha dan ilmu pengetahuan, sebab tidak sama kekuatanya tubuh setelah tua jika dibandingkan dengan kekuatan tubuh saat muda; contohnya seperti pohon ilalang yang sudah tua pada rebah, dan ujungnya pun tidak tajam lagi.‖

(5)

baiknya, yaitu dengan belajar menuntut ilmu pengetahuan. Sebab bagaimanpun juga masa muda itulah masa yang lagi pikiran sedang tajam-tajamnya, ibarat ilalang yang masih muda yang ujungnya tajam. Lain halnya jika tubuh kita sudah tua sudah barang tentu pikiran serta daya nalar kita akan menjadi tumpul.

Masa muda juga hendaknya digunakan untuk melakukan sadhana (disiplin) spiritual, kembali lagi karena disaat kita mudalah kita memiliki kejernihan pikiran dan daya nalar, kesehatan yang sangat prima dan intelek yang tajam. Tidaklah benar ada anggapan bahwa belajar tentang agama pada saat usia tua. Nah, jika pada masa-masa yang seperti itulah kita gunakan untuk hal-hal yang kurang baik, dan melayani segala keinginan indria untuk mencari kepuasan yang sesaat, maka sudah pasti setelah kita tua akan sulit untuk memurnikan pikiran. Sebab masa mudalah suatu masa di mana karakter seseorang dibentuk. Potensi-potensi masa muda tersebutlah mestinya dibentuk dan diarahkan dengan cara pendalaman ajaran-ajaran agama. Pendalaman ajaran agama dengan Shadana yang kuat akan membentuk karakter dan keyakinan diri generasi muda Hindu yang tangguh dan tidak lemah lagi.

Guru pengulas Vedanta termasyur Svami Vivekananda pernah berwacana ―Sejarah dunia adalah sejarah beberapa orang yang memiliki kekuatan dan kepercayaan diri yang mantap. Sebab kekuatan dan kepercayaan diri yang mantap akan membangkitkan sifat keilahian dalam diri.‖ Kegagalan yang generasi muda Hindu alami dewasa ini adalah bersumber dari tidak adanya usaha untuk memanifestasikan kekuatan yang tidak terbatas itu. Kekuatan yang tidak terbatas itu adalah kepercayaan diri. Sebab percaya akan diri sendiri adalah percaya akan kehadiran Tuhan dalam diri. Hilangnya kepercayaan diri merupakan ciri-ciri kelemahan kita sebagai pemuda Hindu. Bagaimana mewujudkan sikap militansi terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam Hinduisme itu sendiri, sedangkan kita tidak memiliki kepercayaan diri.

2.3 Pemuda Hindu Dalam Mengajegkan Dharma

Hindu di Indonesia sering disebut sebagai kelompok minorotas karena memang secara kuantitas saat ini jumlah umat Hindu lebih sedikit. Ada beberapa penyebab yang menjadikan kuantitas umat Hindu semakin menurun, diantaranya: lemahnya sraddha dan bhakti, banyak terjadi pindah agama, rendahnya tingkat pendidikan, permasalahan ekonomi, belum berfungsinya lembaga ataupun organisasi bernafas Hindu secara maksimal, dll.

Sebagai pemuda Hindu, seharusnya memiliki keinginan untuk bersama-sama membangun Hindu dan mengajegkan ajaran Dharma ini. Pemuda Hindu harus memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan keyakinan. Untuk menjadi generasi yang kuat harus mampu menjadi pribadi yang tekun dalam melaksanakan bhakti. Pemuda Hindu harus mampu menempatkan diri sebagai bagian dari pemuda dan berkompetisi dalam ranah apapun. Untuk menjadi seorang pemuda Hindu yang tangguh harus menjadi decison maker (pengambil keputusan), setiap pemuda harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya dan orang-orang

(6)

Selain itu seorang pemuda harus mampu menjadi agen of change (agen perubahan), artinya ketika dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan umat harus mampu membawa sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Seorang pemuda yang memiliki pengetahuan atau kesempatan lebih dibandingkan dengan pemuda lain untuk menuntu ilmu hingga dapat menyelesaikan ke jenjang perguruan tingga harus mampu mengaplikasikan pengetahuannya demi kemajuan dan perubahan masyarakat sekitarnya ke arah yang lebih baik.

Pemuda Hindu harus menempatkan diri sebagai agen of social control (menjadi pengendali dalam pergaulan di lingkungannya). Sebagai pemuda Hindu harus memberanikan diri untuk menjadi pengendali diri sendiri dan lingkungan, misalnya: berani mengingatkan sesama pemuda untuk menghindari minuman keras dan narkoba, menghindari seks bebas, mengajak berorganisasi, mengisi waktu luang dengan seni dan olahraga. Jika hal-hal negatif mampu dikendalikan dan memulai melakukan hal-hal positif maka keadaan akan lebih baik.

Pemuda Hindu harus mampu menjadi generasi yang memiliki cita-cita menjadi pemimpin (iron stock), setiap diri pemuda Hindu harus menjadi stok pemimpin masa depan. Berarti saat ini sudah memulai untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin. Dalam ajaran agama Hindu banyak ajaran kepemimpinan yang sangat baik dan mulia. Hindu di Nusantara pernah mewariskan sejaran kepemimpinan hingga mampu menyatukan Nusantara pada waktu kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu. Setiap diri pemuda Hindu harus memiliki dan menanamkan ilmu pengetahuan dalam dirinya. Harus paham bahwa, ilmu tanpa Dharma akan berbahaya, biasanya orang yang sudah merasa memiliki ilmu/pendidikan tinggi jika tidak kuat dalam Dharma maka akan menjadi sombong, arogan, keras kepala, egois, dan menjadi penipu seperti para koruptor.

Orang yang memiliki ilmu biasanya akan memiliki kedudukan, namun jika kedudukan tanpa Dharma maka akan menjadi gelisah, tidak tahan uji dan godaan, tidak percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan, takut menghadapi masalah, jangan sampai pemuda Hindu ada dalam ranah ini. Puncaknya jika sosok pemuda Hindu tanpa Dharma maka akan hampa, tidak mau mendengarkan nasehat orang lain, tadak beretika, tidak suka berbicara tentang Dharma, tidak takut melakukan perbuatan dosa, berkata dan bertindak semaunya sendiri, selalu ingin memuaskan nafsu seperti: seks, judi, mabuk, joged, narkoba, dll. Seorang pemuda Hindu yang akan mengajegkan Dharma maka harus, meyeleksi pergaulan, jangan sampai salah dalam bergaul maka akan terjerumus dalam kesalahan dan sulit untuk bangkit.

Memiiki hati nurani yang terbuka, artinya mampu mengenali diri sendiri dan orang lain sehingga tidak mudah goyah. Selalu melakukan aktifitas rohani agar menjadi pemuda yang memiliki kharisma dan berwibawa. Takut melanggar Dharma, selalu memulai segala bentuk laku karma dengan berpikir, berkata dan berperilaku yang baik berlandaskan

Dharma. Hormat dan patuh kepada orang tua, menganggap bahwa orang

tua adala dewa yang ada di dunia dan sangat dekat dengan kita, maka kita harus hormat dan melayani mereka agar kita selamat di dunia dan setelah

(7)

Memanfaatkan waktu dan menyempatkan waktu untuk membaca sastra-sastra suci dan kitab suci, agar memiki pengetahuan dan mampu berpikir logis dalam setiap tindakan. Melakukan perjalanan spiritual, menapaki laku hidup prihatin ketika usia muda maka akan membatu kelak ketika usia tua, dekat dengan guru dan orang suci maka kita akan memperoleh vibrasi kesucian dari mereka. Peka terhadap permasalahan yang terjadi di umat sekitar kita, ini tugas pemuda sebagai penerus jangan mau diwariskan ajaran yang tidak di pahami secara praktik maupun filosofi. Untuk dapat mewujudkan peran pemuda Hindu dalam mengajegkan

Dharma di Nusantara ini, harus dimulai sejak dini dari lingkup keluarga.

Pemuda Hindu harus mulai cerdas dalam membawa diri khusunya menjaga diri termasuk kesehatan. Setiap pemuda Hindu harus mengetahui bahaya seks bebas terhadap HIV/AIDS yang akan memusnahkan generasi, bahaya minuman keras yang akan melumpuhkan syaraf dan kecerdasan generasi serta merusak benih keturunan serta bahaya narkoba yang mematikan, menjadi pelopor kesehatan lingkungan, rumah, pura dan

Pasraman. Setiap pemuda Hindu harus mampu dan menguasai

pengetahuan untuk bagaimana kelak menurunkan keturunan yang suputra, yang cerdas (hindari pawiwahan yang dilarang).

Pemuda Hindu harus menghindari perilaku negatif seperti tersurat dalam Manawa Dharma Sastra.VII.46, yaitu menghindari 10 (sepuluh) perbuatan buruk yang berasal dari bersenang-senang seperti: berburu, berjudi, tidur siang hari, mencari kesalahan-kesalahan orang lain, berselingkuh, mabuk-mabukan, menari, menyanyi, menikmati musik yang berlebihan, dan bepergian yang tidak bermanfaat. Selain itu dalam MDS.VII.48 terdapat 8 (delapan) keburukan yang timbul dari kemarahan dan harus dihindari, yaitu: membual, kejam, dengki, cemburu, memfitnah, merampas hak orang lain, menghina dan menyerang orang lain yang tidak bersalah.

Untuk dapat mewujudkan ajegnya Dharma, Dharma harus disampaikan secara terus menerus kepada keturunan atau generasi, sebagai generasi muda harus peka dan lebih kuat dalam mempertahankan

Dharma ini, jangan boleh ada keturunan yang memutusnya. Sebab sebagai

pemuda Hindu harus paham bahwa lahir, hidup dan mati adalah siklus. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemuda bahwa saat kita hidup di dunia ini perlu bantuan leluhur, begitu juga doa dari keturunannya sangat ditunggu oleh leluhur. Pemuda Hindu harus berani menunjukan diri bahwa memiliki kemampuan untuk tetap mengajegkan Dharma ini.

Organisasi kepemudaan Hindu harus berparan aktif untuk mewujudkan cita-cita yang mulia ini. Membuat program yang benar-benar dapat berperan dan memberikan hasil nyata terhadap kemajuan pemuda Hindu. Hirarki kepengurusan dan jabatan harus benar-benar dikontrol agar tidak hanya sebatas kepentingan pribadi ketika menjadi pemimpin organisasi kepemudaan Hindu. Tugas dan fungsi dari organisasi kepemudaan Hindu harus bersama-sama kita kuatkan. Terutama di daerah-daerah basis hindu, jangan membiarkan kekosongan kepengurusan ataupun ke-fakuman pengurus tidak segera direspon, karena hal ini akan berpengaruh dan memberikan dampak besar terhadap kegiatan pemuda

(8)

dapat bersaing disetiap tingkatan dan memberikan kontribusi untuk

Dharma agama dan Dharma negara. Spirit besar yang diusung oleh pemuda

Hindu untuk bina Dharma, bina warga, bina kriya, bina sandhiwani dan bina karya harus benar-benar terwujud dan menjadi idiologi yang menyatu kuat dalam setiap diri kader pemuda Hindu untuk mengajegkan Dharma. III. Penutup

Pendidikan Agama Hindu adalah suatu proses seseorang untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan serta mengembangkan kepribadian (sikap, sifat dan mental) yang berpedoman pada ajaran agama Hindu (Veda). Melalui pendidikan agama Hindu diharapkan mampu mengetahui dan memahami esensi dari ajaran Agama Hindu itu sendiri serta mampu mengaplikasikannya ke dalam sebuah kepribadian yang utuh dan bersifat positif.

Seorang pemuda Hindu harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya dan orang-orang disekitarnya. Selain itu seorang pemuda harus mampu menjadi agen of change (agen perubahan), sebagai

agen of social control (menjadi pengendali dalam pergaulan di

lingkungannya), dan mampu menjadi generasi yang memiliki cita-cita menjadi pemimpin (iron stock).

Pemuda Hindu juga harus memiiki hati nurani yang terbuka, selalu melakukan aktifitas rohani, memulai segala bentuk laku karma dengan berpikir, berkata dan berperilaku yang baik berlandaskan Dharma. Hormat dan patuh kepada orang tua, memanfaatkan waktu dan menyempatkan waktu untuk membaca sastra-sastra suci dan kitab suci, agar memiki pengetahuan dan mampu berpikir logis dalam setiap tindakan. Dengan berbagai hal yang dipersepsikan di atas mengenai ajaran agama Hindu, diharapkan agar mampu membentuk kepribadian yang baik dan mempu mengikis sedikit demi sedikit krisis moral yang terjadi selama ini terutama dikalangan Pemuda Hindu. Karena kembali ke awal tujuan pendidikan adalah disamping cerdas secara intelektual, tapi juga harus membentuk karakter yang positif.

IV Daftar Pustaka

http://www.kompasiana.com/peradah/pemuda-hindu-dalam-mengajegkan-Dharma_552fb2986ea834461c8b457c

Narada, Satria. 2004. ―Ajeg-Bali‖ Sebuah Cita-Cita. Denpasar: Bali Post Manawa Dharmasastra

Sudarsana, I. K. (2013, September). Pentingnya Organisasi Profesi, Sertifikasi dan Akreditasi sebagai Penguatan Eksistensi Pendidikan Nonformal. In International Seminar (No. ISBN : 978-602-17016-2-1, pp. 176-187). Department Of Nonformal Faculty Of Education UPI. Sudarsana, I. K. (2016). MODEL PEMBELAJARAN PASRAMAN KILAT:

Meningkatkan Nilai-Nilai Spiritual Remaja Hindu.

Wiana, I Ketut. 1996. Materi Pokok Niti Sastra. Denpasar: Ditjen Bimas Hindu dan Budha.

Referensi

Dokumen terkait

dari nomor 3 sampai nomor 6.KEGUNAAN-Melihat permukaan gigi yang tidak dapat dilihat langsung mata-Membantu memperluas daerah pekerjaan yaitu dengan menahan pipi, lidah

Uji Validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang yang valid dengan alat ukur yang digunakan (kuesioner) dan dengan

Dalam suatu organisasi manapun tidak akan lepas dari proses kepemimpinan artinya dalam menjalankan kegiatannya harus ada yang menjadi pemimpin berikut jajaran

(Foto oleh Navio Tantra).. 39 Untuk asrama Fuchu yang di pakai oleh penerima beasiswa Monbukagakusho satu kamar di isi dengan tiga orang dan per-orangnya akan membayar

mikroorganisme patogen.Sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia biasa disebut dengan desinfeksi.Sterilisasi secara kimia biasanya menggunakan senyawa desinfektan

Kreteria: Rubrik Deskriptif Bentuk non-test: • Presentasi Kuliah; Diskusi, [TM: 1x(3x50”)] Tugas-1: Membaca dan menyusun resume tentang permasalahan yang sering

Berdasarkan kategori fakta psikologis berita “Dugaan kasus korupsi Nazaruddin” maka diketahui bahwa untuk mendeskripsikan serta menguatkan permasalahan atau