• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN WAQAF PRODUKTIF SEBAGAI SALAH SATU USAHA MEMBERANTAS KEMISKINAN DAN KEBODOHAN Oleh: Awang Ringgit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN WAQAF PRODUKTIF SEBAGAI SALAH SATU USAHA MEMBERANTAS KEMISKINAN DAN KEBODOHAN Oleh: Awang Ringgit"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN WAQAF PRODUKTIF SEBAGAI SALAH

SATU USAHA MEMBERANTAS KEMISKINAN DAN

KEBODOHAN

Oleh: Awang Ringgit

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang pengembangan waqaf produktif sebagai salah satu usaha memberantas kemiskinan dan kebodohan, adapun yang melatarbelakangi pemilihan judul ini adalah masih banyak diantara kita selama ini yang memahami bahwa waqaf itu hanya berupa tanah dan bangunan masjid, mushalla dan madrasah saja, padahal harta waqaf itu bisa diproduktifkan dan dikembangkan agar hasilnya bisa dimanfaatkan kepada hal lain seperti untuk membantu biaya pendidikan fakir miskin. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis akan mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan yang demikian dengan pembahasan tentang pengembangan waqaf produktif sebagai usaha melawan kemiskinan dan kebodohan. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui tulisan ini adalah agar kita bisa mengetahui dan memahami bahwa pengembangan waqaf produktif sangat bermanfaat bagi kemaslahatan ummat dan dapat memberantas kemiskinan dan kebodohan di tengah-tengah masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan metode kualitatif melalui analisis menyeluruh terhadap berbagai literatur dan pengamatan dari permasalahan yang ada. Berdasarkan penelitian tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa Waqaf produktif merupakan suatu amal ibadah sebagai investasi yang pahalanya akan terus mengalir, di samping itu waqaf produktif menjadi suatu cara yang sangat strategis dilaksanakan dalam keadaan perekonomian masyarakat saat sekarang ini, dengan pengembangan waqaf produktif akan bisa meningkatkan kesejahteraan umat karena hasil dari pengelolaannya dapat didistribusikan kepada masyarakat untuk pembangunan suatu lembaga yang manfaatnya bisa diambil secara terus menerus, dan waqaf produktif ini bisa memberantas kemiskinan dan kebodohan dengan mensosialisasikannya kepada masyarakat, waqaf yang diterima bisa berupa uang tunai, dikelola dan dikembangkan secara syar’i, hasil dari pengembangan itu disalurkan untuk pembangunan pondok pesantren dhu’afa yang dikelola dengan sebaik mungkin sehingga mampu menghasilkan output yang berkualitas secara ilmu duniawi dan ukhrawi. Pada akhirnya akan bisa memberantas segala keterbelakangan hidup para santri tersebut dan keluarganya serta umat pada umumnya.

(2)

A. PENDAHULUAN

Pada zaman globalisasi dan perkembangan iptek yang sangat canggih sekarang ini, semuanya serba ada dan mudah untuk diketahui dan dicari, banyaknya lembaga pendidikan canggih dan modern di berbagai penjuru dunia sebagai bukti bahwa pendidikan dan kekayaan manusia di bumi ini sangatlah tinggi. Meskipun demikian, kemiskinan dan kebodohan pun belum terberantas secara menyeluruh, dalam berbagai bentuk dan ragam di seluruh penjuru masih banyak ditemui. Ilmu pengetahuan berkembang pesat, teknologi semakin merakyat, perekonomian semakin meningkat, tapi tidak sedikit manusia yang hidup melarat. Terutama umat Islam, Mengapa demikian?

(Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, 2007, hlm:114), Padahal agama islam sudah mengatur secara jelas tentang masalah sosial ekonomi ini, Agama islam dengan syari’at yang adil telah meletakkan prinsip yang kuat untuk memerangi kemiskinan, menetapkan hak hidup mulia bagi setiap insan, meletakkan undang-undang yang menjamin batas minimum bagi setiap individu untuk mendapatkan tempat tinggal, sandang, pangan, serta menggariskan berbagai metode praktis untuk memberantas kemiskinan secara tuntas bagi masyarakat muslim. Banyak metode, cara, dan hukum islam yang mengatur apabila itu diterapkan dan diwujudkan akan mampu menghilangkan factor-faktor penderitaan di dalam masyarakat dan menghapus gejala-gejala kemiskinan dan kesusahan secara menyeluruh. Dalam ayat banyak dijelaskan bahwa orang yang bertaqwa itu adalah orang yang peduli dengan sesamanya. Allah SWT berfirman dalam QS: Al-Baqarah ayat 177:















































































(3)



























“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat,

tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin,

orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk

memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang

bertakwa.”

Salah satu faktor penyebab kemiskinan dan kebodohan adalah masih banyaknya umat islam yang belum bisa mengenyam pendidikan yang bisa menjadikan mereka menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, inovatif, beriman dan bertaqwa, serta berakhlak mulia. Terutama mereka yang berada pada taraf ekonomi menengah ke bawah dikarenakan biaya pendidikan sangat tinggi, biaya untuk masuk ke sekolah/madrasah yang berkualitas itu begitu mahal, adapun jika mereka bisa diusahakan masuk, ditengah jalan mereka harus berhenti karena tidak mampu lagi membayar segala keuangannya. Dalam kondisi seperti ini eksistensi lembaga waqaf menjadi sangat urgen dan strategis, selain aspek ajaran Islam yang berdimensi spiritual, waqaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan sosial. Namun, masih banyak diantara kita selama ini yang memahami bahwa waqaf itu hanya berupa tanah dan bangunan masjid, mushalla dan madrasah saja, padahal harta waqaf itu bisa diproduktifkan dan dikembangkan agar hasilnya bisa dimanfaatkan kepada selain yang telah disebutkan tadi, misalnya untuk membantu biaya pendidikan fakir miskin, dan bisa membantu lebih banyak lagi saudara-saudara kita yang membutuhkan. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis akan mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut dengan pembahasan tentang pengembangan waqaf produktif sebagai usaha melawan kemiskinan dan kebodohan.

(4)

B. PEMBAHASAN 1. Pengertian a. Waqaf Produktif

(Ensiklopedi Islam Jilid 7, hlm: 238) Secara bahasa waqaf berasal dari bahasa arab “waqf”yang berarti menahan, mengekang, atau menghentikan. Sedangkan menurut istilah, waqaf adalah menghentikan perpindahan hak milik atas harta yang bermanfaat dan tahan lama dengan cara menyerahkannya kepada pengelola, baik perseorangan, keluarga, maupun lembaga, untuk digunakan bagi kepentingan umum di jalan Allah SWT.

Dan waqaf produktif adalah:

Menurut Mundzir Qahar dalam (Manajemen Waqaf Produktif: 2005, hlm: 5) Waqaf produktif adalah harta benda yang diwaqafkan untuk dipergunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya disalurkan sesuai tujuan waqaf, seperti waqaf tanah yang digunakan untuk bercocok tanam, mata air yang diambil airnya, dan lain-lain.

Dalam (http://www.tabungwaqaf.com/indeks php?) Waqaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi waqaf dari umat, yaitu memproduktifkan waqaf tersebut sehingga mampu menghasilkan surplus yang berkelanjutan, donasi waqaf tersebut bisa benda bergerak seperti uang, dan benda tidak bergerak seperti tanah dan bangunan.

Jadi, waqaf produktif itu adalah sebuah cara dalam mengelola harta waqaf, yaitu dengan cara mengembangkannya dalam berbagai bentuk usaha yang jelas dan menguntungkan serta berkelanjutan.

b. Kemiskinan

Kata kemiskinan berasal dari kata miskin, dalam KBBI miskin artinya tidak berharta benda, serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah), (Asep Usman Ismail, al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial, 2012, hlm:38) Dalam al-Qur’an kata miskiin (mufrad) terdapat 11 kali, dan masaakiin (jama’) sebanyak 12 kali, kata miskiin itu berasal dari kata sakana yang berarti diam, tetap, jumud, dan statis, ar-Raghib al-Ashfahani mendefinisikan miskin sebagai orang yang tidak memiliki sesuatu apapun. Dan kemiskinan adalah hal miskin, keadaan miskin, dan kemelaratan.

(5)

Yaitu kemiskinan hidup karena penghasilan yang sangat rendah dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kemiskinan ini merupakan fenomena kehidupan dunia yang tidak pernah bisa dituntaskan di seluruh penjuru dunia, terutama di Negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia, dan tidak bisa dihindarkan juga masih terjadi di daerah kita ini. c. Kebodohan

Kata kebodohan berasal dari kata bodoh dalam KBBI bodoh artinya tidak lekas mengerti, tidak mudah tahu, dan kebodohan adalah sifat-sifat bodoh, ketidaktahuan, kekeliruan, dan kesalahan. Seperti halnya kemiskinan, kebodohan ini belum bisa dituntaskan samapi hari ini, masih ada kita temui disekitar kita orang-orang yang tidak bisa tulis, baca, dan hitung.

2. Faktor Penyebab Kemiskinan dan Kebodohan

(www.Bukupr.com/2012/03/kebodohanpengangggurandankemiskinan/ html) Jika dipandang secara umum kemiskinan dan kebodohan itu disebabkan oleh dua hal yaitu secara internal dan eksternal, secara internal kemiskinan disebabkan malas dalam berusaha, tidak adanya kemauan untuk belajar, dan juga karena turunan dari orang tua yang hidup miskin akhirnya anaknya pun ikut miskin karena orang tua tidak bisa memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya akhirnya kebodohan pun ikut melanda. Sedangkan secara eksternalnya kemiskinan karena kurang sampainya bantuan-bantuan dari pemerintah, keadaan perekonomian Negara, tidak adanya pemerataan zakat mal, waqaf, dan lain sebagainya.

Jadi, penyebab kemiskinan dan kebodohan secara umum adalah faktor internal keluarga dan faktor eksternal baik itu masalah pemerintahan, maupun keadaan ekonomi Negara. Kemiskinan dan kebodohan ini adalah dua hal yang saling berhubungan dan saling berpengaruh.

3. Dampak Kemiskinan dan Kebodohan

Kemiskinan dan kebodohan ini adalah hal yang sangat meresahkan, karena dampak yang akan timbul akibat hal ini sangatlah banyak dan merugikan semua pihak. Karena kemiskinan dan kebodohan ini saling mempengaruhi satu sama lain, jika hidup miskin maka menimbulkan

(6)

kebodohan, dan kebodohan ini akan menimbulkan kemiskinan lagi, Dampak yang timbul akan macam karena penyebabnya pun bermacam-macam pula, diantara dampak kemiskinan yang terdapat dalam (Radityoyuditama.wordpress.com/2013 ) yaitu:

a. Pengangguran

Pengangguran banyak terjadi akibat pendidikan dan keterampilan yang kurang, semua pekerjaan saat ini sudah butuh penggunaan teknologi canggih dan pengetahuan serta wawasan yang luas,dan juga persaingan sangat tinggi, jika pendidikan dan keterampilan kerja yang kurang maka akan sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

b. Kriminalitas

Tindakan kriminalitas inilah yang sangat meresahkan masyarakat pada saat sekarang ini, ini terjadi karena tidak adanya pekerjaan yang bisa menghasilkan uang bagi mereka yang dalam pengangguran disertai kurangnya ilmu agama di dalam diri sehingga banyak terjadinya tindakan kriminal, seperti pencurian, penodongan, pembunuhan, perkelahian, dan lainnya.

c. Putus sekolah

Banyaknya anak-anak yang putus sekolah karena ketidak sanggupan orang tua membiayai sekolah atau pendidikan anak-anaknya. betapa banyak orang tua yang tidak memiliki pekerjaan yang menjamin kelangsungan hidup keluarganya dan pendidikan anak-anaknya, mendapatkan penghasilan terkadang hanya untuk sekedar makan sehari-hari.

d. Kesehatan sulit didapatkan

Karena kemiskinan yang melanda maka sulit untuk mendapatkan pengobatan yang tepat apabila mengalami suatu penyakit, terutama anak-anak. Apalagi untuk berobat ke rumah sakit, terkadang rumah sakitpun mempersulit dan tidak melayani secara baik.

e. Buruknya generasi penerus

Karena penyebab kemiskinan dan kebodohan ini saling berkaitan maka dampaknya pun sangat berkaitan, jika anak berasal dari keluarga miskin,

(7)

maka sulit mendapatkan pendidikan dan kesehatan, maka banyak terjadi pengangguran, sehingga terjadi kriminalitas dimana-mana, hal itu akan menyebabkan rusaknya moral generasi penerus bangsa. Bahkan tidak sedikit umat islam yang menjual aqidahnya, diakibatkan kemiskinan hidupnya, dan juga disertai kebodohan mereka karena tidak pernah mempelajari, dan memahami agama.

4. Dasar Hukum dan Dalil Tentang Waqaf a. Ayat yang menjelaskan tentang waqaf 1). QS:ali-imran ayat 92

































“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan

sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan,

tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.”

QS ali imran ayat 92 dijelaskan oleh M. Quraish Shihab dalam (tafsir al-misbah jilid 2, 2002, hlm: 180), bahwa nafkah atau waqaf seseorang akan bermanfaat jika harta yang diwaqafkan tersebut adalah harta yang dicintai atau diwaqafkan dengan cara yang baik dan bertujuan untuk kebaikan dan kebenaran, dan jangan khawatir akan merugi setelah mewaqafkan harta itu, seseorang tidak akan meraih kesempurnaan dalam kebaikan jika tidak mewaqafkan apa yang disukainya. Dan ayat 134 dijelaskan dalam ( attafsir almaudhu’(tafsir al-Qur’an tematik) seri dua, tanggung jawab social, 2011, hlm: 8 ) bahwa ciri orang yang bertaqwa adalah orang yang memiliki tanggung jawab social dalam bentuk suka berinfak atau berwaqaf.

2) QS: al-israa’ ayat 26























“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,

kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”

(8)

Dijelaskan oleh M. Quraish Shihab dalam (tafsir al-misbah jilid 7, 2002, hlm: 72), bahwa jika seseorang menafkahkan semua hartanya dalam kebaikan dan kebenaran maka itu bukan dikatakan pemboros, Abu Bakar ra menyerahkan semua hartanya kepada Nabi SAW dalam rangka berjihad di jalan Allah, dan Nabi pun menerima waqaf atau pemberian itu. 3) QS: Adz-Dzariyat ayat 19













“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang

meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian

Dijelaskan dalam ( attafsir almaudhu’i (tafsir al-Qur’an tematik) seri dua, tanggung jawab social, 2011, hlm: 8-9 ) bahwa bentuk tanggung jawab social orang yang bertaqwa itu adalah dengan berbuat baik, salah satunya adalah adanya hak orang miskin di dalam harta mereka, maksudnya adalah mereka suka berinfak, berwaqaf, bersedekah, zakat, dan sejenisnya. 4) QS: Al-Baqarah ayat 177









































































































“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat,

tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk

(9)

memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang

bertakwa.”

Ayat tersebut menjelaskan secara rinci tentang hakikat kebajikan dan ciri-ciri orang yang bertaqwa, kebajikan yang menjadi cirri utama orang bertaqwa bukan sekadar melaksanakan ibadah ritual semata, tapi kebajikan yang sempurna itu adalah keimanan yang sempurna seperti yang diajarkan oleh Allah SWT. Sebagai wujud keimanan tersebut adalah berperilaku social yang bertanggung jawab, antara lain kesediaan mengorbankan kepentingan pribadi demi orang lain, dengan cara memberikan harta yang dicintai secara tulus kepada kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, musafir yang memerlukan bantuan, orang yang meminta-minta, dan juga untuk memerdekakakn hamba sahaya demi meraih cinta Allah semata.

b. Hadits yang menjelaskan tentang waqaf

1) (Ensiklopedi Islam Jilid 7, hlm: 238) Menurut riwayat Bukhari dan Muslim secara ittifaq dari Abdullah bin umar bin khattab, umar bin khattab berkata kepada Rasulullah SAW, :”Ya Rasulullah, sesunggguhnya aku memiliki sebidang tanah di khaibar, yang aku belum pernah memiliki tanah sebaik itu, apa nasehat engkau kepadaku?”, Rasulullah SAW menjawab: “jika engkau mau, waqafkanlah tanah itu, shadaqahkanlah hasilnya.” Lalu umar bin khattab mewaqafkan tanahnya yang ada di khaibar itu dengan pengertian tidak boleh dijual, dihibahkan, atau diwariskan. (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tarmidzi, an-Nasaa’i, Ibnu Majah, Ahmad), Ibnu umar selanjutnya mengatakan bahwa umar menyedekahkan hasil tanah itu kepada faqir miskin, kerabat, orang terlantar, untuk memerdekakan budak, serta untuk kepentingan di jalan Allah SWT.

2) (Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, 2009, hlm: 534) Dari anas ra. Bahwa dia berkata, ketika Rasulullah SAW tiba di madinah dan memerintahkan pembangunan masjid, beliau bersabda:

(10)

اَﺬَﻫ ْﻢُﻜِﻄِﺋﺎَِﲝ ِﱐْﻮُـﻨِﻣﺎَﺛ ،ِرﺎَﺠﱠﻨﻟا ِﲏَﺑ ﺎَﻳ

.

“hai bani najir, tetapkan harga kebun kalian yang hendak aku bayar ini.” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak meminta harganya kecuali kepada Allah SWT.” Beliaupun mengambil alih kebun itu dan membangunnya menjadi masjid.

3) Waqaf merupakan ibadah yang tidak akan putus-putus pahalanya selama manfaat harta yang diwaqafkan itu masih dapat diambil, meskipun sipelaku waqaf sudah meninggal dunia, oleh sebab itu waqaf tergolong kepada amal jariyah, sebagaimana dalam sabda Nabi:

ٍﻢﻠﻋْوأ ،ٍﺔﻳرﺎَﺟ ٍﺔﻗﺪﺻ ،َءﺎﻴﺷأ ِﺔﺛﻼﺛ ْﻦَﻣ ّﻻإ ُﻪُﻠَﻤَﻋ ﻊﻄﻘﻧا ُنﺎﺴﻧﻹا تﺎﻣ اَذِإ

ُﻪﻟ ْﻮُﻋْﺪﻳ ٍﱀﺎَﺻ ٍﺪَﻟَوْوَأ ،ِﻪﺑ ُﻊَﻔَـﺘْﻨُـﻳ

.

“apabila mati manusia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara:

shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang

mendo’akannya.” (HR. Muslim). Imam Nawawi dalam kitabnya, Syarh Shahih Muslim mempertegas, yang dimaksud dengan shadaqah jariyah dalam hadis tersebut adalah wakaf. Hakikat wakaf menurutnya, adalah menahan harta (nilai pokok) dan membagikan hasil pengelolaannya. c. Undang-undang yang berkaitan dengan waqaf di Indonesia antara lain:

1) (Departemen Agama RI, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004

Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaannya, 2007, hlm: 11) UU No. 41 tahun 2004 pasal

16 ayat 2 dan 3 tentang pembagian bentuk harta benda waqaf, pasal 49 ayat 3, UU No. 5 tahun 1960, PP No. 28 tahun 1977 tentang perwaqafan tanah milik, UU No. 7 tahun 1989 tentang peradilan agama, dalam pasal 49 ayat 1 tentang tugas pengadilan agama. Untuk mengefektifkan peraturan-peraturan tersebut pada tanggal 30 November 1990 dikeluarkan instruksi bersama menteri agama dan kepala badan pertahanan nasional No. 4 tahun 1990 tentang sertifikat tanah waqaf. Di samping itu agar terjamin adanya kesatuan dan kepastian hukum dalam masalah perwaqafan, dalam kompilasi hukum

(11)

islam di Indonesia (buku III) juga dimuat hal-hal yang berkenaan dengan hukum waqaf.

2) Waqaf produktif yang dipelopori oleh Badan Waqaf Indonesia (BWI) adalah menciptakan aset waqaf yang bernilai ekonomi, termasuk dicanangkannya gerakan nasional waqaf uang oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 8 januari 2010, waqaf uang sebagai fungsi komoditi selain berfungsi sebagai nilai tukar, standar nilai, alat saving adalah untuk dikembangkan dan hasilnya disalurkan untuk memenuhi peruntukkannya.

5. Manfaat Waqaf Produktif

(Ahmad Djunaedi dkk, Paradigma Baru Waqaf Di Indonesia: 2004, hlm: 87) Pelaksanaan ibadah waqaf adalah sebuah contoh yang konkrit atas rasa keadilan sosial, karena waqaf merupakan pemberian sejumlah harta secara cuma-cuma untuk kebajikan umum, orang yang berwaqaf dituntut keikhlasan yang tingggi agar harta yang diberikan sebagai harta waqaf bisa memberikan manfaat kepada masyarakat banyak, karena keluasan ekonomi yang dimilikinya adalah karunia Allah yang sangat tingggi.

Waqaf mempunyai dua dimensi manfaat yang tidak bisa dipisahkan, waqaf merupakan suatu ibadah yang menjadi perantara terjalinnya hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT, disamping itu juga menfasilitasi hubungan baik dan solidaritas antar sesama manusia, waqaf juga disebut sebagai ibadah sosial. Ini adalah jenis ibadah yang lebih berorientasi pada habl minannas yaitu hubungan manusia dengan manusia dan lingkungannya, atau biasa juga disebut kesalehan sosial. Berwaqaf bagi seorang muslim merupakan realisasi ibadah kepada Allah melalui harta benda yang dimilikinya, yaitu dengan melepas benda yang dimilikinya (private benefit) untuk kepentingan umum (sosial benefit). Pada titik inilah yang menjadikan pahala waqaf terus mengalir.

Waqaf produktif menjadi suatu hal yang sangat strategis digalakkan dalam kondisi perekonomian saat sekarang ini, dengan waqaf produktif dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dengan

(12)

pendistribusian hasil pengelolaannya apalagi jika didistribusikan untuk pembangunan pendidikan yang lebih difokuskan untuk kaum dhu’afa, umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus terlalu tergantung pada anggaran pendidikan Negara yang memang semakin lama semakin terbatas. Dengan demikian kemiskinan dan kebodohan terutama di kalangan umat islam akan bisa terberantas secara bertahap dan menyeluruh. Mudah-mudahan suatu saat di daerah kita ini terdapat restoran halal, gedung perkantoran mewah, hotel Islami, rumah sakit berkelas, dan pasar tradisional, , yang hasil dan manfaatnya bukan hanya dimiliki dan dikuasai oleh segelintir orang saja, tapi bisa dinikmati oleh semua umat. Karena dibeli dan dibangun dari dana umat itu sendiri. Itu akan terjadi jika wakaf diproduktifkan.

6. Langkah-langkah Merealisasikan Waqaf Produktif Untuk Mengentaskan Kemiskinan dan Kebodohan.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengelola harta waqaf produktif agar bisa memberikan manfaat yang besar dalam memberantas kemiskinan dan kebodohan adalah sebagai berikut:

a. Mensosialisasikan tentang waqaf produktif dan hal-hal yang berkaitan dengan itu kepada seluruh lapisan masyarakat, dan meluruskan pemahaman masyarakat tentang waqaf ini, bahwa waqaf itu tidak hanya tanah dan bangunan, tetapi dari harta waqaf yang dikumpulkan bisa diproduktifkan dan dikembangkan sehingga lebih banyak dapat diambil manfaatnya.

b. Waqaf boleh berupa uang tunai dan juga tanah, atau harta benda berharga lainnya, dan waqaf uang tunai ini juga perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas, karena belum semua masyarakat mengetahui tentang kebolehan waqaf uang tunai ini, padahal ini sangat baik untuk dilaksanakan, uang itu bisa dengan cepat untuk disalurkan atau dimanfaatkan dan mudah dalam mengelolanya. Selama ini yang biasa dilakukan masyarakat hanya waqaf tanah atau bangunan saja, sebenarnya waqaf tunai (cash waqf) sudah dipraktekkan sejak awal abad kedua hijriyah. Imam az Zuhri (wafat 124 H) salah seorang ulama

(13)

terkemuka dan peletak dasar tadwin al hadits memfatwakan, dianjurkan waqaf dinar dan dirham untuk pembangunan sarana dakwah, sosial dan pendidikan umat Islam. (Heri Sudarsono, Bank dan

Lembaga, 285) MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga telah

mengeluarkan fatwa tentang waqaf tunai sebagai berikut :

1) Waqaf Uang (Cash Waqaf/Wagf al-Nuqud) adalah waqaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.

2) Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. 3) Waqaf uang hukumnya jawaz (boleh).

4) Waqaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’ i.

5) Nilai pokok Waqaf Uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.

Selain fatwa MUI diatas, bahkan pemerintah melalui DPR juga telah mengesahkan UU No. 41/2004 tentang waqaf. Yang di dalamnya juga mengatur bolehnya waqaf berupa uang (waqaf tunai).

c. Mengelola harta waqaf itu dengan baik dan jelas, serta dikelola oleh orang yang propesional dibidang waqaf tersebut.

d. Mengembangkan harta waqaf tersebut dalam berbagai bentuk yang bisa menghasilkan keuntungan yang besar, dan tidak terlepas dari label halalan thayyiban, seperti membuat mini market, bengkel, tempat sewaan, perkebunan, dan lainnya

e. Hasil atau keuntungan dari pengembangan harta waqaf tersebut disalurkan untuk membangun sebuah lembaga pendidikan islam yang dikhususkan untuk menampung kaum dhu’afa, yang lebih dikenal dengan pondok pesantren dhu’afa.

f. Pondok pesantren tersebut dikelola secara baik dan benar, dengan tujuan menjadikan santri dhu’afa tersebut menjadi generasi yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, mandiri, kreatif, dan inovatif.

(Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, 2010, hlm: 191) Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang

(14)

tertua di Indonesia setelah rumah tangga, pesantren memiliki peran penting di tengah-tengah masyarakat, pesantren berperan memperbaiki kesulitan hidup baik kesulitan material maupun spiritual, kesulitan hidup yang menyebabkan sesaknya dada, bimbangnya pemikiran, suramnya perspektif masa depan yang akan menyebabkan hilangnya keseimbangan.

Di dalam pondok pesantren tersebut santri dilatih untuk mandiri dengan cara difasilitasi dengan lembaga pelatihan dan keterampilan untuk bekerja dan berkarya yang bisa membantu biaya hidup dan pendidikan mereka, dengan adanya penghasilan sendiri-sendiri maka mereka akan merasa lebih percaya diri dalam menjalani kehidupannya, dengan melupakan segala keterbelakangan mereka sebelumnya akan membuat mereka lebih semangat dan termotivasi untuk melanjutkan pendidikan serta mengembangkan usaha atau keterampilan kerja yang telah mereka dapatkan selama di pondok itu.

Dengan pengelolaan yang demikian baik akan menghasilkan output yang berkualitas, sehingga pada akhirnya nanti mereka akan mudah mendapatkan pekerjaan yang layak. Dengan didasari oleh ilmu agama yang bagus maka mereka akan bisa memilih pekerjaan yang benar dan selalu memperhatikan halal dan haramnya hasil dari pekerjaan tersebut, sehingga mereka bisa bisa menjadi orang yang lebih dihargai dan layak untuk dijadikan teladan atau pemimpin bagi yang lainnya. Dengan demikian mereka akan bisa memberantas kemiskinan dan kebodohan yang masih tersisa baik dalam keluarga, maupun orang-orang di sekeliling mereka, baik secara material maupun spiritual dengan cara yang lebih cerdas lagi. Karena pada dasarnya keberhasilan ekonomi seseorang bergantung pada keberhasilan pendidikannya. Dengan demikian maka jelaslah bagi kita bahwa pengembangan waqaf produktif bisa menjadi suatu usaha yang layak untuk diterapkan dalam memberantas kemiskinan dan kebodohan.

(15)

C. PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Waqaf produktif merupakan suatu amal ibadah sebagai investasi yang pahalanya akan terus mengalir, di samping itu waqaf produktif menjadi suatu cara yang sangat strategis dilaksanakan dalam keadaan perekonomian masyarakat saat sekarang ini, dengan pengembangan waqaf produktif akan bisa meningkatkan kesejahteraan umat karena hasil dari pengelolaannya dapat didistribusikan kepada masyarakat untuk pembangunan suatu lembaga atau bangunan yang manfaatnya bisa diambil secara terus menerus, umat islam akan bisa mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus bergantung kepada keuangan Negara, dan jika digunakan untuk pembangunan sebuah lembaga pendidikan islam yang dikhususkan untuk kaum dhu’afa maka ini akan lebih banyak manfaatnya karena bisa memberantas kemiskinan dan kebodohan umat islam secara menyeluruh, sebagaimana kita ketahui pendidikan itu adalah hal yang tepat untuk menghadapi masalah kemiskinan dan kebodohan yang masih banyak terjadi, terutama di kalangan umat islam.

2. Waqaf produktif bisa dikelola dan dikembangkan untuk memberantas kemiskinan dan kebodohan dengan beberapa langkah, langkah pertama adalah mensosialisasikannya kepada masyarakat, waqaf yang diterima bisa berupa uang tunai yang mudah dikelola dan cepat dalam mendistribusikannya, harta waqaf itu dikelola dan dikembangkan secara syar’i, hasil dari pengembangan itu disalurkan untuk pembangunan pondok pesantren dhu’afa yang dikelola dengan sebaik mungkin sehingga mampu menghasilkan output yang berkualitas secara ilmu duniawi dan ukhrawi. Pada akhirnya akan bisa memberantas segala keterbelakangan hidup para santri tersebut dan keluarganya serta umat pada umumnya

D. DAFTAR KEPUSTAKAAN

(16)

Armando, Nina M. Ensiklopedi Islam Jilid 7. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. 2005

Ismail, Asep Usman. al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial. Tanggerang: Lentera Hati. 2012

KBBI

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah jilid 5. Jakarta: cakrawala publishing. 2009 Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah jilid 2. Jakarta:Lentera Hati. 2002 Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung:

Remaja Rosdakarya. 2010

Ulwan, Abdullah Nashih. Pendidikan Anak Dalam Islam. 2007

Departemen Agama RI, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang

Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaannya. Jakarta:

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2007

Djunaedi, Ahmad dkk. Paradigma Baru Waqaf Di Indonesia. 2004 Qahar, Mundzir. Manajemen Waqaf Produktif. 2005

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga,

Agustianto. Wakaf Tunai Dalam Hukum Positif dan Prospek Pemberdayaan EkonomiSyari’ah.dalam http://aacislamiceconomy.blogspot.com/2010/01/ wakaf-tunai-dalam-hukum-positif-dan.html Saidi.Zaim.WakafProduktif.SebuahRenungan.dinar_dirham_indonesia@y ahoogroups.com http://jayusmanfalak.blogspot.com/2009/06/wakaf-dan-pemberdayaan pendidikan.html

(17)

http://www.tabungwaqaf.com/indeks php? http:// rumahzakatindonesia

Referensi

Dokumen terkait

(4) Penilaian ranah afektif dalam menulis cerpen berdasarkan pengalaman yang pernah dialami siswa dapat menggunakan angket atau koesioner untuk mengetahui minat

Data Landsat yang digunakan pada penelitian ini adalah data Citra Satelit Landsat 8 OLI (Operational Land Imager) yang didapatkan di website USGS (United

Perusahaan asuransi tersebut terhambat melakukan pembayaran klaim dikarenakan pencabutan izin yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan, tetapi setelah hakim

Pada penelitian ini, dalam mengestimasi model statistik nonlinier secara maximum likelihood dengan menggunakan metode iterasi Newton-Raphson dan Berndt-Hall-Hall-Hausman BHHH,

dihitung berdasarkan proyeksi debit harian maksimum dihitung berdasarkan proyeksi debit harian maksimum 20 tahun untuk penerapan IPLT berbasis teknologi 20 tahun untuk penerapan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, biji kelor pada ukuran 70 mesh mampu menurunkan konsentrasi pencemaran hingga 70% (kekeruhan) dan 10% (COD), sedangkan eceng

Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “Otomatisasi Kendali Temperatur pada Produksi Biogas dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) dengan Mikrokontroler Arduino

Salah satu cara untuk mempertahankan mutu genetik ternak sapi bali dan berbagai bangsa sapi lain di daerah sumber bibit adalah menghitung dengan tepat jumlah sapi dari berbagai